laporan praktikum teknologi produksi tan (1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS SEMANGKA (Citrullus vulgaris )

Disusun Oleh:
Sevtia Anita Purba
155040101111177
Tefan Hendi Wahyudi
155040107111050
Fajar Fitri Febriyanti
155040107111062
Kelas: D
Kelompok: Semangka
Asisten Kelas : Wahyu Eko Prasetyo
Asisten Lapang : Maretha Widhya Aulyaa G.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016


LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
Komoditas Semangka(Citrullus vulgaris)

Kelompok : Semangka
Kelas : D

Disetujui Oleh :

Asisten Kelas,

Wahyu Eko Prasetyo
NIM. 145040200111044

Asisten Lapang,

Maretha Widhya Aulyaa G.

NIM. 145040207111083

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum tentang Budidaya Tanaman Semangka
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap laporan praktikum ini dapat berguna dalam
rangka

menambah

wawasan

serta

pengetahuan

kita


mengenai

bagaimana cara budidaya tanaman Semangka yang baik dan benar .
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna jika tidak terdapat saran yang dapat membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Malang, November 2016

Penyusun

I.PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Semangka atau Citrullus vulgaris adalah tanaman yang termasuk
kedalam komoditas hortikultura dan dari famili Cucurbitaceae (labulabuan). Semangka adalah salah satu buah yang digemari dan
mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Semangka digemari oleh
masyarakat indonesia dikarenakan rasanya yang manis, renyah dan
kandungan airnya yang banyak.
Semangka merupakan tanaman herba yang tumbuh merambat.
Menurut arkeolog, tanaman semangka konon berasal dari gurun Kalahari
di Afrika selatan, diduga berkembang disepanjang aliran sungai nil,
selanjutnya dibawa ke wilayah timur tengah dan kemudian menyebar ke
segala penjuru dunia, mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Thailand, India,
Belanda, bahkan ke Amerika. Seiring dengan berkembangnya manusia
pemanfaatan buah juga kian meluas dari sekedar buah segar, bisa
menjadi jus atau untuk hidangan di hotel. Tetapi ada yang memanfaatkan
daun dan buah semangka muda untuk bahan sayur-mayur. Biji semangka
bisa diolah menjadi makanan ringan yang disebut “kuwaci” (disukai
masyarakat sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat
asinan/acar (Purseglove, 1968).
Terdapat puluhan varietas semangka yang dibudidayakan, tetapi
hanya beberapa yang diminati para petani atau konsumen. Di Indonesia

varietas yang cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
Semangka Lokal (Semangka hitam dari Pasuruan, Semangka Batu
Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) dan Semangka Hibrida Impor
(dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai keunggulan tersendiri.
Semangka tersebut diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya
(Samadi, B. 1996)
Budidaya tanaman semangka di Indonesia masih terbatas untuk
memenuhi pasaran dalam negeri. Padahal terbuka peluang yang sangat
luas bahwa semangka dapat diekspor ke luar negeri, sebab kondisi alam

Indonesia sesungguhnya lebih menguntungkan daripada kondisi alam
negara produsen lain di pasaran Internasional. Permintaan pasar dunia
akan semangka mencapai 1.506.000 ton. Sampai saat ini Indonesia
mendapat peluang ekspor semangka cukup besar yaitu 1.144 ton per
tahun (Rukmana, R. 1994).
Petani semangka di daerah pesisir pantai utara pulau jawa yang
mempraktikan

cara


budidaya

biasa

pun

umumnya

menghasilkan

keuntungan 1-2 kali lipat dari alokasi biaya usaha tani antara Rp 1,5 – Rp
3,0 juta/hektar. Oleh karena keuntungan yang besar masih sangat
besarnya peluang atau prospek dari budidaya semangka. Maka
dilakukanlah praktikum budidaya semangka menggunakan mulsa jerami
untuk menganalisis hasil dari budidaya semangka tersebut.
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui, menganalisi dan
mempelajari

teknik budidaya


penggunaan

beberapa

tanaman

perlakuan

semangka

mulsa.

serta

pengaruh

Membandingkan

semua


perlakuan diantaranya penggunaan semangka tanpa mulsa, semagka
dengan mulsa MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak) dan semangka dengan
mulsa jerami.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan dan Produksi Tanaman Semangka di Indonesia
Di Indonesia, buah keluarga labu-labuan telah berkembang seperti
di negara-negara lain yang telah lebih dahulu membudidayakan tanaman
dengan jenis yang sama, walaupun masih sedikit agak ketinggalan.
Dikarenakan, sebelum tahun 1970, pertanian di negara kita lebih
mengutamakan kebutuhan pangan pokok, yakni beras. Tahun 1970 ini
pula yang menjadi titik-tolak perkembangan tanaman pangan selain beras
(padi). Dengan terobosan-terobosan baru dan kemajuan teknologi,
pemerintah telah mendirikan balai-balai penelitian tanaman pangan. Hal
ini sedikit banyaknya tentu memberikan andil yang positif dalam
penyebarluasan daerah penanaman keluarga labu-labuan ini (Budi
Samadi, 1996).

Gambar 1. Tanaman Semangka (BAPPENAS, 2005).

Balai-balai sejenis itu bermunculan di beberapa daerah di
Indonesia pada tahun 1984. Meningkatnya perhatian terhadap budidaya
tanaman hortikultura tadi, didasarkan atas terbukanya peluang untuk
memasarkan semangka ke luar negeri, terutama hasil budidaya tanaman
pangan yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Persyaratan buah yang layak untuk di ekspor terkadang masih
menjadi kendala dari beberapa jenis buah, khususnya semangka. Oleh
sebab itu perlu diadakan suatu program budidaya terpadu, agar
menghasilkan buah semangka yang berkualitas prima, memenuhi

standard pasaran internasional serta mampu bersaing dengan buah hasil
produksi dari negara lain. Secara teoritis sebenarnya kita mampu untuk
bersaing, sebab kondisi alam Indonesia lebih subur jika di bandingkan
dengan alam negara lain produsen semangka di pasaran internasional.
Karena itulah kita perlu mengembangkan teknik-teknik budidaya di tanah
air kita untuk mengejar ketinggalan dari teknik budidaya tanaman di
negara lain.
Budidaya tanaman semangka di tanah air. masih sebatas dalam
rangka memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Tetapi tidak menutup
kemungkinan kita mampu bersaing di kancah pasaran internasional.

Faktor-faktor yang menjadi tolok ukur naik-turunnya harga pasaran buah
semangka di dalam negeri adalah karena panen yang bersamaan
sehingga hasil panen melebihi kebutuhan pasar sehingga hargapun
menjadi

turun.

Menurut

Kemal

Prihatman

(2000),

daerah-daerah

penghasil semangka yang paling banyak di Indonesia adalah:
a) Jawa Tengah


: Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Magelang
dan Kabupaten Kulonprogo.

b) Jawa Barat

: Karawang, Indramayu.

c) Jawa Timur

: Malang, Banyuwangi.

d) Sumatera

: Lampung.

Di samping untuk memenuhi pasaran lokal bagi masing-masing
daerah penghasil buah semangka, buah hasil panen juga dikirim ke
daerah lain yang memungkinkan, karena di daerah lain belum tentu
tanaman sedang berbuah ataupun malah belum lazim dibudidayakan.
Masuknya bibit-bibit semangka impor mempunyai daya tarik yang kuat,
sebab buah semangka tersebut mampu merebut pasaran sejajar dengan
buah-buahan jenis lain yang sebagian masih di import dari luar negeri.
Buah semangka yang berkualitas baik telah banyak dipasarkan di super
market di kota-kota besar dan yang menjadi pelanggannya adalah
masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas. Dengan kenyataan
yang demikian menjadikan permintaan pasar buah semangka semakin
meningkat. Terlebih lagi pada saat hasil panen buah dari daerah-daerah

penghasilnya menurun jumlahnya, sehingga harganya pun melonjak
beberapa kali lipat. (Budi Samadi, 1996).
2.2 Tanaman Semangka
2.2.1. Klasifikasi Semangka
Tanaman semangka (Citrullus vulgaris S) adalah tanaman yang
berasal dari Afrika. Tanaman ini mulai dibudidayakan sekitar 4000 tahun
SM sehingga tidak mengherankan bila konsumsi buah semangka telah
meluas ke semua belahan dunia. Semangka termasuk dalam keluarga
buah labulabuan (Cucurbitaceae) dan memiliki sekitar 750 jenis (Syukur,
2009).
Tanaman ini merupakan tanaman semusim yang hidupnya
merambat dan memiliki anekaragam jenis seperti semangka merah,
semangka kuning, semangka biji dan semangka non biji.

Gambar 2. Buah Semangka (BAPPENAS, 2005).
Menurut Rukmana (1994), klasifikasi ilmiah semangka adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Violales

Familia

: Cucurbitaceae

Genus

: Citrullus

Spesies : Citrullus vulgaris

Semangka merupakan setahun, bersifat menjalar, batangnya kecil
dan panjangnya dapat mencapai 5m. Batangnya ditumbuhi bulu-bulu
halus yang panjang tajam dan berwarna putih. Batangnya mempunyai
sulur yang bercabang 2 – 3 buah, sehingga memanjat. Tanaman
semangka mempunyai bunga jantan, bunga betina dan hermaprodit yang
letaknya terpisah, namun masih dalam satu pohon. Jumlah bunga jantan
biasanya lebih banyak daripada bunga lainnya. Buahnya berbentuk bulat
sampai bulat telur (oval). Kulit buahnya berwarna hijau atau kuning, blurik
putih atau hijau. Daging buahnya lunak, berair dan rasanya manis. Warna
daging buah merah atau kuning (Syukur, 2009).

Gambar 3. Bagian-bagian Tanaman Semangka (Syukur, 2009).
2.2.2. Stadia atau Fase Pertumbuhan Tanaaman
Menurut Endang Dwi Purbajanti (2013), pertumbuhan adalah
kenaikan dalam bahan tanaman, suatu proses total yang mengubah
bahan mentah secara kimia dan menambahkannya dalam tanaman.
Pertumbuhan tanaman terjadi pada tingkat mikroskopik saat sel
membesar dan membelah sehingga terjadi pengembangan bagian
tanaman yang dapat terlihat. Dari pengertian pertumbuhan tanaman di
atas, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Pertumbuhan Tanaman adalah
suatu proses penambahan ukuran, penambahan jumlah sel dan
penambahan jumlah daun yang tidak akan kembali lagi pada bentuk
semulanya. Pertumbuhan tanaman terdiri atas 2 fase, yaitu fase vegetatif
dan fase generatif.
Pada fase pertumbuhan vegetatif menghendaki suhu sekitar 25
derajat celcius. Pada suhu tersebut tanaman semangka akan tumbuh
cepat dan kuat sehingga akan diperoleh tanaman yang berbatang kuat
dan ukuran daun besar. Tanaman dengan kondisi fisik kuat dan didukung

dengan perawatan yang baik akan menghasilkan buah yang berkualitas
tinggi
Sesudah

itu

pada

fase

generative

terutama

pada

proses

pemasakan buah, tanaman semangka menghendaki suhu udara harian
sekitar 30 derajat celcius untuk pembentukan gula pada daging buahnya.
Jika pada periode ini kondisi suhu terlalu rendah, kadar gula pada daging
buah juga akan rendah dan umur panen lebih lama. Buah semangka yang
diproduksi pada kondisi panas dan kering memiliki kadar gula sekitar 11%.
Sebaliknya pada kondisi dingin kadar gulanya hanya mencapai 8 %
(BAPPENAS, 2005).
2.3 Budidaya Tanaman Semangka
Dalam budidayanya, tanaman buah semangka memiliki syarat
pertumbuhan yaitu memiliki iklim dengan tingkat curah hujan ideal 40-50
mm/bulan karena curah hujan yang terlalu tinggi dapat berakibat buruk
terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu mudah terserang hama penyakit,
bakal buah gugur dan pertumbuhan vegetatif panjang. Seluruh areal
pertanaman

semangka

tenggelam.

Kekurangan

perlu
sinar

sinar

matahari

matahari

sejak

terbit

menyebabkan

sampai

terjadinya

kemunduran waktu panen. Tanaman semangka akan dapat tumbuh
berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu 25 OC (siang hari).
Suhu udara yang ideal bagi pertumbuhan tanaman semangka adalah
suhu harian rata-rata yang berkisar 20–30 mm. Kelembaban udara
cenderung rendah bila sinar matahari menyinari areal penanaman, berarti
udara kering yang miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk
pertumbuhan tanaman semangka, sebab di daerah asalnya tanaman
semangka hidup di lingkungan padang pasir yang berhawa kering.
Sebaliknya, kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya
jamur perusak tanaman (Doring, dkk. 2006)
Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah
yang cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah
kebun/persawahan yang telah dikeringkan. Keasaman tanah (pH) yang
diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5 (tanah asam) maka diadakan

pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah
tersebut. Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah
porous (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah
yang terlalu mudah membuang air kurang baik untuk ditanami semangka.
Sedangkan untuk ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman
semangka adalah: 100-300 m dpl. Kenyataannya semangka dapat
ditanam di daerah dekat pantai yang mempunyai ketinggian di bawah 100
m dpl dan di atas perbukitan dengan ketinggian lebih dari 300 m dpl
(Sarpian, 2003).
2.3.1 Pembibitan
Menurut Wihardjo S. (1993) dalam melakukan budidaya tamanam
buah semangka tentunya harus mengetahui tahapan-tahapan dalam tekni
budidaya yang terdiri antara lain pembenihan. Benih semangka yang baik
adalah bentuk tidak keriput, tidak mengapung jika direndam. Sebelum
disemai, ujung benih semangka dipotong (untuk semangkan tanpa biji)
terlebih dahulu menggunakan gunting kuku, untuk mempermudah proses
pertumbuhan. Selanjutnya benih direndam dalam air hangat suhu 20-25°C
yang telah ditambah fungisida dan bakterisida dengan konsentrasi 2 ml/l.
Setelah direndam 10-30 menit, diangkat dan ditiriskan sampai air tidak
mengalir lagi. Kemudian bibit siap dikecambahkan.
Sebelum disemai, benih semangka diperam terlebih dahulu.
Caranya adalah benih yang telah dikeringanginkan diletakkan di atas kain
handuk, kemudian dilipat. Masukkan bungkusan tersebut ke dalam kaleng
atau stoples yang dilapisi pasir dan kertas koran basah. Untuk
memberikan suasana hangat, kaleng diberi penerangan lampu pijar 15
watt, pada jarak 5-10 cm di atas bungkusan. Pemeraman dilakukan
selama 24-48 jam. Setiap 4-6 jam sekali perlu pengontrolan kelembaban.
Jika kondisi kering, segera semprotkan air menggunakan hand sprayer
kecil. Benih yang telah diperam, dimasukkan ke dalam polibag kecil
(ukuran 12 x 12 cm) yang telah berisi media tanam yaitu campuran tanah
dan pupuk kandang (1:1). Kedalaman lubang tanam 1,5 cm. Setalah
ditanam, lubang ditutup dengan tanah halus yang dicampur abu sekam

(2:1). Kemudian polibag polibag tersebut ditutup karung goni selama 2-3
hari (Samadi, 1996).
Polibag-polibag diberi disungkup (kanopi) plastik transparan serupa
rumah kaca mini dan salah satu sisi yang terbuka. Sungkup ini juga
dilengkapi dengan naungan paranet. Bibit yang masih muda diberi sinar
matahari pagi saja, maksimum hingga pukul 09.00. Tiga hari sebelum
pindah tanam, sungkup harus dibuka total, sehingga bibit mendapatkan
matahari penuh. Penyiraman dilakukan rutin untuk mempertahankan
kelembaban. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk daun,
untuk memacu perkembangan bibit, dicampur dengan fungisida, dilakukan
rutin 3 hari sekali. Setelah bibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun 2-3
helai, dipindahkan ke areal penanaman yang telah diolah.

Gambar 4. pembenihan hingga pembibitan (Syukur, 2009).
2.3.2 Pengolahan Tanah
Tanaman semangka membutuhkan bedengan supaya air yang
terkandung di dalam tanah mudah mengalir keluar melalui saluran
drainase yang dibuat. Lebar bedengan tergantung teknik budidaya yang
digunakan. Untuk penanaman sistem turus (ajir), lebar bedengan adalah
100-110 m; sistem tanpa turus dengan 1 baris tanaman, lebar bedengan
200 cm; sistem tanpa turus(ajir) dengan 2 baris tanaman, lebar bedengan
400 cm. Panjang bedengan maksimum 12-15 m, tinggi bedengan 30-50
cm, lebar parit 30-50 cm. Kemudian pemberian pupuk dasar untuk
semangka tanpa biji, kebutuhan pupuk per tanaman adalah 85 g ZA, 50 g
urea, 30 g SP-36, 85 g KCl dan 2 g Borate. Sedangkan untuk semangka

berbiji, kebutuhan pupuk per tanaman adalah 80 g ZA, 40 g urea, 30 g
SP-36, 70 g KCl dan 2 g Borate (Prajnanta, 1996).
Bedengan perlu disiangi, disiram dan dilapisi jerami kering setebal
2-3 cm atau mulsa plastik dengan lebar plastik 110-150 cm agar
menghambat penguapan air dan tumbuh liar. Pemakaian plastik lebih
menguntungkan karena lebih tahan lama, sampai 812 bulan pada areal
terbuka (2 - 3 kali periode penanaman). Plastik berwarna perak akan
memantulkan sinar matahari sehingga mengurangi serangan hama yang
bersembunyi di bawah daun tanaman.

Gambar 5. Jarak Tanam Semangka (Syukur, 2009).
2.3.3 Penanaman
Untuk penanaman sistem turus, jarak tanam yang digunakan
adalah 80 x 70 cm dengan populasi 8.000 tanaman/ha. Untuk penanaman
sistem tanpa turus, dengan 1 baris dan 2 baris tanaman, jarak dalam
barisan 70 cm dengan populasi 3.5004.000 tanaman/ha. Kemudian
persiapan pelubangan lahan tanaman dilakukan 1 minggu sebelum bibit
dipindah. Jarak antar lubang disesuaikan dengan jarak tanam. Jika lahan
menggunakan mulsa plastik, maka diperlukan alat bantu dari kaleng
bekas cat ukuran 1 kg yang diberi lubang-lubang disesuaikan dengan
kondisi tanah bedengan yang diberi lobang. Kaleng tersebut diberi arang
yang kemudian dibakar. Setelah arang menjadi bara, alat siap digunakan.
Kemudian dilakukan pelubangan pada tanah lahan dengan kedalaman 810 cm. Bibit semangka dilakukan setelah bibit berumur 14 hari dan telah
tumbuh daun 2-3 lembar dan sebelum bibit ditanam, dilakukan
perendaman dalam air yang berisi larutan pupuk NPK 2 g/l, sebagai

Starter Solution. Lalu untuk urutan penanaman adalah sebagai berikut,
kantong plastik dilepas hati-hati supaya akar tidak rusak; bibit dimasukkan
ke dalam lubang yang telah disiapkan; lubang ditutup dengan tanah yang
telah disiapkan; terakhir lubang disiram air agar media bibit menyatu
dengan tanah (Sarpian, 2003).
2.3.4 Pemeliharaan Tanaman
Menurut Rukmana (1994), tanaman semangka yang berumur 3-5
hari perlu diperhatikan. Apabila tanaman tumbuh terlalu lambat atau
tanaman mati dilakukan penyulaman dengan

bibit baru yang telah

disiapkan tetapi penyulaman tidak boleh dilakukan lebih dari 10 hari
setelah tanam. Pada kegiatan penyulaman, perlu diperhatikan penyebab
kematian bibit. Bila disebabkan oleh bakteri atau jamur, bibit harus
dibongkar bersama tanahnya, agar tidak menular ke bibit lain yang sehat.
Selain itu adanya gulma di sekeliling tanaman dapat menghambat
pertumbuhan tanaman, bahkan mengurangi produksi selain itu gulma juga
dapat dijadikan inang bagi hama dan penyakit sehingga perlu dilakukan
penyiangan secara rutin.
Pembubunan tanah dilakukan dengan menimbun kembali tanah
yang tererosi karena penyiraman, agar akar-akar tidak muncul ke
permukaan tanah. Pembumbunan hanya dilakukan untuk penanaman
sistem tanpa mulsa.Tanaman semangka memerlukan air secara terus
menerus dan tidak kekurangan air. Sistim irigasi yang digunakan sistem
Farrow Irrigation: air dialirkan melalui saluran diantarabedengan Frekuensi
pemberian air pada musim kemarau adalah 4-6 hari (Samadi,B. 1996).
Pada budidaya tanaman semangka juga dilakukan pemupukan
yang bertuuan untuk membantu pertumbuhan dari tanaman semangka
tersebut. Pupuk yang digunakan untuk tanaman semangka antara lain,
Pupuk kandang, TSP, ZA dan KCl. Setlah di berikan pupuk tersebut,
tanaman semngka juga membutuhkan pemberian pupuk susulan yang
diberikan pada saat, Masa daun kedua sampai dengan ketiga, Masa sulur
mulai menjalar sekaligus membumbun, Masa bunga betina yang pertama,

Masa buah sebesar tinju, Masa buah 15 hari menjelang panen. Berikut
adalah dosis pemupukan yang diberikan untuk tanaman semangka :
Tabel 1. Dosis pupuk dan waktu pemberiannya / Ha (BAPPENAS, 2005).
Pupuk Susulan ( Kg )
Pupuk
Dasar (Kg)
I
II
III
IV
V
Pupuk Kandang
12.000
TSP
350
50
200
ZA
150
50
150 150 200 100
KCl
130
20
100
50
Jika tanah kurang mengandung borak, bersamaan pupuk dasar
Nama Pupuk

diberi borak 5 Kg untuk per Ha. Pupuk susulan ditugalkan 10 – 15 Cm dari
batang. Pemberian pupuk cair SEPRINT dari 10 CC dilarutkan dalam 5 l
air dan semprotkan pada umur 2 – 3 minggu setelah tanam dan diulang 7
hari sekali sampai 15 hari menjelang panen
Pada budidaya semangka dapat dilakukan perlakuan mulsa PHP
untuk menghasilkan semangka tanpa biji .Manfaat mulsa PHP Sesuai
namanya, mulsa PHP terdiri dari dua lapis warna,pada bagian atas
berwarna perak dan bagian bawah berwarna

hitam. Pada saat

pemasangan mulsa jangan sampai terbalik karena bila pemasangan
terbalik maka pengaruh mulsa akan berbeda. Manfaat penggunaan mulsa
PHP tersebut adalah merangsang perkembangan akar, mempertahankan
struktur suhu dan kelembaban tanah, mencegah erosi tanah, menekan
pertumbuhan

gulma,

mengurangi

penguapan

air

dan

pupuk,

Meningkatkan proses fotosintesis, dan menekan perkembangan hama
dan penyakit

Gambar 6. Mulsa PHP (BAPPENAS, 2005).

Pemangkasan tajuk tanaman bertujuan mengatur pertumbuhan
tajuk. Pemangkasan dilakukan dengan cara mengurangi tumbuhnya
cabang utama atau

cabang

sekunder sehingga hanya dipelihara

sebanyak dua cabang utama saja. Pemangkasan dapat dilakukan sejak
tanaman masih berumur 7-10 hari setelah tanam. Biasanya pada umur ini
tanaman baru memiliki 4-5 helai daun. Hal ini dilakukan untuk
mempercepat tumbuhnya cabang. Cabang-cabang yang tumbuh dibiarkan
sampai berumur 3 minggu. Pada usia 3 minggu, dipilih lagi dua cabang
utama yang pertumbuhannya baik. Pada umur 6 minggu, cabang
sekunder

dipangkas. Cabang sekunder yang dipangkas adalah cabang

sekunder di bawah ruas ke-14 dan disisakan masing-masing hanya dua
daun. Alat pangkas yang digunakan harus dalam keadaan steril. Sebelum
dan sesudah pemangkasan, alat direndam fungisida dengan konsentrasi 2
ml/l (Duljapardan Setyowati, 2000). Pengikatan cabang mutlak dilakukan
pada penanaman sistem turus, agar tanaman dapat tumbuh merambat
pada turus-turus yang telah disediakan. Pengikatan dimulai ketika
tanaman berumur 3 minggu. Bahan pengikat dapat berupa tali rafia atau
tali dari pelepah pisang batu.
Penyerbukan buatan hanya dilakukan kalau semangka yang
ditanam sebagian besar merupakan jenis tidak berbiji. Penyerbukan
buatan dilakukan pada pagi

hari yaitu pukul 06.00-10.00, saat bunga

betina dalam kondisi mekar. Umur

tanaman yang dapat dilakukan

penyerbukan buatan sekitar 21-28 hari setelah tanam. Untuk penanaman
sistem turus, penyerbukan hanya dilakukan pada bunga betina
berada pada ruas

ke-13 dan ke 20, hal

yang

ini disebabkan bunga pada

ruas-ruas tersebut yang kelak menjadi buah dapat pas dengan paraparanya. Sedangkan penanaman tanpa turus tidak ada ketentuan
tersebut. Cara penyerbukan buatan ini diawali dengan pengambilan dan
pengumpulan bunga jantan dari semangka berbiji. Selanjutnya, dipilih
bunga betina yangakan diserbuki, yaitu bentuknya sempurna dan tidak
cacat. Setelah dipilih, oleskan bunga jantan pada putik bunga betina.

Seleksi buah bertujuan untuk memperoleh ukuran dan bentuk
buah yang seragam dan besar. Seleksi buah dilakukan setelah tanaman
berumur 40 HST.Buah yang dipilih adalah buahyang pertumbuhannya
baik, sedangkan yang jelek dibuang dengan menggunakan gunting.
Banyaknya buah yang dipelihara masksimal 2 buah per tanaman agar
didapat buah yang besar.
Dalam proses pembesaran, diantara buah dan para-para perlu
diberi serasah dari jerami atau alang-alang. Tujuannya agar nantinya kulit
buah tetap mulus hingga saat panen. Selain pemberian alas, buah perlu
dibalik agar bagian bawahnya terkena sinar matahari. Pembalikan buah
dilakukan minimal sekali hingga buah siap panen, yaitu pada umur 44-51
HST.
Penyemprotan campuran obat (fungisida, insektisida dan pupuk
daun) dilakukan rutin setiap minggu, untuk tindakan pencegahan. Jika
terdapat serangan hama atau penyakit, maka waktu penyemprotan
ditingkatkan menjadi 3 hari sekali dengan bahan yang sesuai dengan
hama atau penyakit tersebut. Adapun jenis hamadan penyakit yang sering
menyerang

yaitu

Thrips

(Thrips

parvispinus

Karny),

Layu

(Fusarium ),Bercak daun, Busuk buah,Ulat perusak daun (Spodoptera
litura), Tungau merah merah (Tetranychus cinnabarinus) dan Ulat tanah
(Agrotis ipsilon Hufn.)dll.
2.3.5 Panen Dan Pasca Panen
Menurut Sarpian (2003), menentukan saat panen dapat melaui tiga
cara yaitu pengamatn visual, pengamatan dari suara saat buah diketuk,
dan umur tanaman. Secara visual, buah semangka yang sudah siap
panen dicirikan oleh warna kulit buah yang terang, bentuk buah bulat
berisi, dan sulur di belakang tangkai buah sudah berubah warna menjadi
coklat tua. Warna buah menjadi terang karena lapisan lilin yang
menyelimuti kulit buah sudah hilang. Suara buah dapat digunakan sebagai
tanda tingkat ketuaan buah. Suara buah ini muncul setelah buah diketuk.
Bila nyaring, buah tersebut masih muda. Sebaliknya, bila agak berat dan
sedikit bergetar, buah tersebut sudah masak atau tua.

Varietas tanaman dan ketinggian tempat mempengaruhi umur
panen tanaman. Pada ketinggian tempat antara 700-900 m dpl, semangka
dapat dipanen pada umur 90-100 hari setelah tanam. Sementara di
dataran rendah buah dapat dipanen pada umur 85 hari. Cara panen buah
semangka adalah dengan memotong tangaki buah. Setelah dipotong,
buah dapat diangkat dan diletakkan langsung ke dalam keranjang.
Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak
berawan sehingga permukaan kulit buah dalam kondisi kering, agar tahan
selama dalam penyimpananan (Sarpian, 2003).
Kemudian masuk dalam tahap pasca panen dimana buah hasil
panen melalui beberapa proses seleksi sebelum buah di jual kepasaran
karena adanya buah yang tercampur dalam buah baik dapat menurunkan
nilai jual dari buah tersebut proses ini disebut sortasi.kemudian yang
terakhir proses penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar
(sambil

menunggu

harga

lebih

baik)

dilakukan

sebagai

berikut:

Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4°C, dan kelembaban udara
antara 80-85%; Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara
pengaturan kadar O2 dan kadar CO2) dengan asumsi oksigen atau
menaikan kadar karbon dioksida (CO2), dapat mengurangi proses
respirasi (Rukmana, 1994).
2.4 Penggunaan Mulsa pada Tanaman Semangka
Pemberian mulsa bermanfaat

dalam hal kompetisi dengan

tanaman pengganggu (gulma) untuk memperoleh sinar matahari. Agar
dapat berkecambah, benih gulma membutuhkan sinar matahari. Dengan
adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma tidak
mendapatkan sinar matahari. Kalaupun ada sinar matahari, misalnya pada
mulsa jerami atau plastik transparan, pertumbuhan gulma akan sangat
terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa
kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Menurut
Prihatman (2000), manfaat pemasangan mulsa dalam budidaya tanaman
adalah menekan kompetisi hara dengan gulma, menjaga kestabilan

agregat tanah, menjaga ketersediaan air, menekan erosi, menurunkan
suhu tanah dan memudahkan dalam budidaya tanaman
Mulsa di atas permukaan tanah dapat menahan energi air hujan
sehingga

agregat

tanah

tetap

stabil

dan

terhindar

dari

proses

penghancuran. Semua jenis mulsa memiliki kemampuan menahan
hantaman butiran air hujan. Oleh karenanya, semua jenis mulsa dapat
digunakan untuk tujuan mengendalikan erosi.
Pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang
menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh
kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanami tidak akan kekurangan
air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses
transpirasi. Proses transpirasi ini merupakan proses normal yang terjadi
pada tanaman. Melalui proses transpirasi inilah tanaman dapat menarik
air dari dalam tanah yang di dalamnya telah terlarut berbagai hara yang
dibutuhkan tanaman.
Menurut Prajnanta (1999) mulsa sintetis yang baik adalah mulsa
plastik hitam perak. Mulsa ini terdiri dari dua lapisan, yaitu perak dibagian
atas dan hitam dibagian bawah.Permukaan mulsa perak (PHP) dapat
memantulkan (refleksi) radiasi matahari. Tingginya pemantulan radiasi
matahari ini memiliki efek ganda. Efek pertama ialah memperkecil panas
yang mengalir ke tanah sehingga kemungkinan suhu tanah dapat
diturunkan, sementara efek kedua ialah memperperbesar radiasi matahari
yang dapat diterima oleh daun-daun tanaman sehingga kemungkinan
proses fotosintesis dapat ditingkatkan dan mengurangi serangan hama
(seperti Thrips dan Aphis) dan penyakit. Permukaan hitam dimaksudkan
untuk lebih membatasi radiasi matahari yang menembus sampai ke
permukaan tanah sehingga keadaan permukaan tanah menjadi gelap
total. Keadaan ini akan menekan perkecambahan dan pertumbuhan
tanaman pengganggu (gulma) (Umboh, 1999).
Setelah pupuk kimia diaduk rata bercampur dengan tanah,
bedengan dirapikan dan disirami air secukupnya agar pupuk segera
bereaksi. Pemasangan mulsa dilakukan tepat setelah pemupukan kimia

selesai. Bila pemasangan mulsa dilakukan sehari setelah pemupukan,
sebagian pupuk sudah menguap.
Mulsa dipasang dengan menarik kedua ujung mulsa pada kedua
ujung bedengan. Kaitkan terlebih dahulu salah satu ujungnya dengan
bedengan dengan pasak penjepit mulsa. Kemudian disusul ujung satunya.
Secara bersamaan, kaitkan kedua sisi mulsa dengan bedengan dengan
pasak penjepit. Pemasangan mulsa harus pada saat ada cahaya matahari
karena pada saat itu mulsa akan mudah meregang sehingga mudah
ditarik kencang. Hasilnya permukaan bedengan menjadi tertutup mulsa
secara kencang sehingga terkesan rapi dipandang. Pemasangan mulsa
pada saat cuaca mendung, pemasangan sebaiknya ditunda sampai ada
sinar matahari karena apabila dipaksakan, meskipun hasil pemasangan
rapi, tetapi pada saat cuaca panas mulsa terlihat mengendor. Setelah
mulsa PHP terpasang diamkan selama 5 hari, kemudian buat lubang
tanam dengan jarak tanam 85 cm. Lubang tanam dibuat melingkar
dengan di ameter 10 cm. Cara membuatnya dengan menggunakan kaleng
bekasa susu yang permukaanya bergerigi ataupun dengan menggunakan
plat panas (Prajnanta, 1999).

Gambar 7. Mulsa PHP (BAPPENAS, 2005).

Gambar 8. Mulsa jeramih (BAPPENAS, 2005).

III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman dilaksanakan di Kelurahan
Jatimulyo, Malang. Praktikum dilakukan setiap hari Rabu, pukul 13.3016.25 WIB. Berikut timeline kegiatan praktikum yang dilakukan:
Tabel 2. Timeline kegiatan
Tanggal
5 Oktober 2016
12 Oktober 2016
19 Oktober 2016
24 Oktober 2016
31 Oktober 2016
9 November 2016

Kegiatan
Penanaman bibit semangka
Pemupukan, penyulaman, perawatan dan
pemberian PGPR
Pemupukan, penyulaman, perawatan dan
pemberian PGPR
Perawatan dan pengamatan
Perawatan dan pengamatan
Perawatan dan pengamatan
3.2 Alat dan Bahan

Pada kegiatan praktikum lapang Teknologi Produksi Tanaman
dibutuhkan alat seperti, cangkul, cangkil, tugal, botol, tali rafia, patokan,
alat tulis, ember, penggaris, sprayer, plastic, form pengamatan, dan
kamera. Cangkul berfungsi sebagai alat pengolah tanah dan untuk
membolak-balik tanah. Cangkil digunakan sebagai pengolah tanah dan
untuk membersihkan gulma. Tugal digunakan sebagai pemberi lubang
sebelum melakukan penanaman. Botol digunakan sebagai alat penyiram
tanaman. Tali rafia digunakan sebagai pembatas batasan lahan yang akan
ditanam. Patokan digunakan sebagai pembantu rafia agar tidak bergeser
tempat. Alat tulis digunakan sebagai alat pembantu mencatan hasil
kegiatan. Ember digunakan sebagai tempat menampung air untuk
menyiram tanaman ataupun PGPR. Penggaris digunakan untuk mengukur
panjang tanaman. Sprayer digunakan untuk menyemprotkan cairan
PGPR. PLastik berfungsi untuk mengumpulkan sampah disekitar lahan
praktikum.

Form

pengamatan

digunakan

sebagai

catatan

pengamatan. Kamera berfungsi sebagai dokumentasi kegiatan.

hasil

Bahan yang digunakan pada saat praktikum lapang Teknologi
Produksi Tanaman adalah bibit semangka, pupuk seperti Urea, SP-36 dan
KCl, PGPR (Plant Growth Promoting

Rhizo-bacteria) dan air. Bibit

semangka merupakan bahan utama yang akan ditanam di lapang. Pupuk
seperti Urea, SP-36 dan KCl

berfungsi sebagai tambahan unsur hara

untuk membantu proses pertumbuhan tanaman. PGPR berfungsi sebagai
pemacu/perangsang

pertumbuhan

tanaman

dengan

menambahkan

organisme seperti bakteri yang menguntungkan agar proses penguraian
unsur hara bisa lebih cepat. Air berfungsi sebagai pelarut untuk proses
masuknya mineral dari tanah ke tanaman.
3.3 Cara Kerja
Praktikum Lapang Teknologi Produksi Tanaman dimulai dengan
dimulai dengan pengolahan tanah. Pengolahan tersebut dilakukan dengan
cara membolak-balik tanah menggunakan cangkul maupun cangkil yang
berfungsi untuk membolak-balik tanah atau untuk proses pengolahan
tanah pada lahan pertanian. Berikutnya dilakukan kegiatan menanam.
Kegiatan tersebut dimulai dari mengukur jarak tanam dengan jarak 50 cm
x 50 cm menggunakan penggaris dan tali rafia untuk menentukan lubang
tanam sehingga didapatkan jumlah populasinya. Lubang tanam dibuat
dengan kedalaman sekitar 5 cm menggunakan tugal. Lalu, pada setiap
lubang tanam diberi bibit semangka sebanyak 1 bibit. Pada saat 7 hst
dilakukan pemberian pupuk SP-36 dengan kadar 0,7 gram per tanaman
dengan cara membuat lubang berjarak 5 cm dari tanaman menggunakan
tugal disamping setiap lubang tanam. Setelah bibit dimasukkan kedalam
lubang tanam, lubang tersebut ditutup kembali menggunakan tanah
dengan tidak ditekan kedalam sehingga tidak terjadi pemadatan tanah.
Setelah tanah diolah, lahan tersebut disemprotkan dengan PGPR yang
bertujuan untuk memacu pertumbuhan dan fisiologi akar dengan bakteri
rhizobacter dan juga agar proses penguraian unsur hara bisa lebih cepat.
Pemberian pupuk Urea dan KCl diberikan pada saat 14 hst dengan kadar
pupuk urea sebanyak 6 gram dan kcl sebanyak 9 gram bagi masingmasing tanaman dengan cara membuat lubang berjarak 5 cm dari

tanaman menggunakan tugal disamping setiap lubang tanam. Pada hst
berikutnya

dilakukan

perawatan

seperti

pengairan,

penyulaman,

penyiangan dan pengamatan. Pengamatan komoditas jagung meliputi:
tinggi tanaman, jumlah daun dan intensitas serangan hama dan penyakit
atau IP.
3.4 Parameter Pengamatan
Parameter adalah setiap karakteristik yang dapat membantu dalam
mendefinisikan atau mengklasifikasi sistem tertentu. Artinya, parameter
merupakan elemen dari sistem yang berguna, atau kritis, ketika
mengidentifikasi sistem, atau ketika mengevaluasi kinerjanya, status,
kondisi, dan lain-lain. Adapun parameter pengamatan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
3.4.1 Pengamatan Panjang Tanaman
Pengamatan

panjang tanaman

dilakukan dengan mengukur

tanaman menggunakan penggaris panjang tanaman diukur mulai dari
pangkal batang hingga titik tumbuh tanaman. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 14 hst hingga panen.
3.4.2 Pengamatan Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dihitung dengan menghitung seluruh
daun yang telah membuka sempurna. Pengukuran jumlah daun dilakukan
setiap minggu sejak tanaman berumur 14 hst hingga panen.
3.4.3 Pengamatan Jumlah Bunga
Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah bunga setiap
tanaman sampel dengan menghitung jumlah bunga yang tumbuh.
Pengamatan ini dilakukan saat bunga tumbuh hingga pada saat panen.
3.4.4 Pengamatan Jumlah Buah
Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah buah setiap
tanaman sampel dengan menghitung jumlah buah yang tumbuh.
Pengamatan ini dilakukan pada saat buah mulai tumbuh hingga pada saat
panen.

3.4.5 Pengamatan Hama dan Musuh Alami
Pengamatan Hama dan musuh alami dilakukan dengan melihat
tanaman sampel yang terserang. Pengamatan OPT dan musuh alami
dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 14 hst hingga panen.
3.4.6 Pengamatan Intensitas Serangan Hama dan Penyakit
Pengamatan jumlah intensitas serangan hama dan penyakit
dilakukan dengan melihat persentase tanaman yang terserang hama dan
penyakit. intensitas serangan hama dan penyakit diperoleh dengan
metode

skoring

ataupun

metode

mutlak

tergantung

persentase

penyerangan pada tanaman semangka. Pengamatan jumlah intensitas
serangan hama dan penyakit dilakukan setiap minggu sejak tanaman
berumur 14 hst hingga panen. Berikut rumus dari penggunaan metode
skoring maupun metode mutlak:
a.) Metode Mutlak
IP =

N
V

x 100%

N: Jumlah tanaman terserang
V: Total populasi tanaman
IP: Intensitas serangan
b.) Metode Skoring
IP=

∑ (n X V )
ZX N

X !00 %

IP: Intensitas serangan
n: jumlah daun dari tiap kategori serangan
V: nilai skala dari tiap kategori serangan
Z: nilai skala dari kategori serangan tertinggi
N: jumlah daun yang diamati

DAFTAR PUSTAKA
Bappenas.2005. Budidaya pertanian semangka (Citrullus vulgaris).
Jakarta. Penebar Swadaya.
Budi, Samadi.1996. Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta: Kanisius.
Doring T., U. Heimbach, T. Thieme, M. Finckch, H. Saucke. 2006. Aspect
of straw mulching inorganic

potatoes-I, effects on microclimate,

Phytophtora infestans, and Rhizoctonia solani. Nachrichtenbl. Deut.
Pflanzenschutzd. 58 (3):73-78.
Duljapar, K, dan R. N. Setyowati. 2000. Petunjuk Bertanam Semangka
Sistem Turus. Jakarta. Penebar Swadaya.
Endang Dwi Purbajanti. 2013. Rumput dan Legum Sebagai Hijauan
Makanan Ternak. Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu
Kemal, Prihatman. 2000. Semangka (Citrullus vulgaris). Jakarta: Media
Unika
Prajnanta, F. 1999. Kiat sukses bertanam semangka berbiji. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Prajnanta, F. 1996. Agribisnis Semangka Non-biji. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Purseglove, 1968. Tropical Crops Dicotyledones. London. Longman Green
and Co Ltd.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Semangka Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.
Samadi, B. 1996. Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta: Kanisius
Sarpian, T. 2003. Pedoman Berkebun dan Analisis Usaha Tani.
Yogyakarta: kanisius
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan
tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Bogor.
Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. 284 hal.

Umboh, Andry Harits. 1999. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Wihardjo, Suwandi.1993. Bertanam Semangka. Yogyakarta: Kanisius