s por 053995 chapter1

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan
secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu
anak yang bermasalah dalam sensomotorik dan anak yang bermasalah dalam
belajar dan tingkah laku. Ada tiga jenis kelainan yang termasuk ke dalam masalah
sensomotorik yaitu tunarungu (kelainan mendengar dan bersuara), tunadaksa
(kelainan fisik), tunarungu (kelainan pendengaran) sedangkan kelompok
tunagrahita (keterbelakangan mental) merupakan anak yang bermasalah dalam
belajar dan tingkah laku.
Anak tunarungu (kelainan mendengar dan bersuara) termasuk kedalam
jenis kelainan dalam masalah sensomotorik. Istilah anak tunarungu di masyarakat
ada yang menyebutnya anak bisu-tuli dan ada juga yang menyebutnya tuna
wicara. Siswa tunarungu kurang memiliki kemampuan untuk berinteraksi, karena
siswa tunarungu kehilangan fungsi pendengaran yang akan menyebabkan mereka
miskin kosakata yang diverbalkan, sulit memahami kata-kata abstrak dan sulit
untuk


mengartikan kata-kata

yang mengandung kiasan.

Interaksi

juga

diungkapkan Gillin dan Gillin (1991: 47) sebagai syarat utama dalam membentuk
proses sosial, dimana interaksi ini ditentukan oleh dua faktor utama yaitu kontak
sosial dan komunikasi. Di dalam dunia pendidikan luar biasa digunakan dengan
sebutan anak tunarungu. Alasannya bahwa setiap anak yang terganggu

Rangga Gunawan, 2013
Penerapan Psychomotoric Therapy Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Siswa Tunarungu
Di Slb Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2


pendengarannya pasti terganggu bicara dan bahasanya. Jadi, istilah tuli
mengandung arti yang sempit, sedangkan istilah tunarungu mencangkup mereka
yang terganggu pendengarannya baik tergolong tuli ataupun pendengaran. Siswa
tunarungu memiliki kelainan fisik maka siswa tunarungu memiliki berbagai
kendala dalam proses gerak. Untuk merangsang gerak dasar siswa tunarungu
memerlukan bimbingan khusus atau memerlukan pemberian suatu therapy untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Siswa tunarungu merupakan siswa yang secara fisik, psikologi, kognitif,
atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhannya dan potensinya
secara maksimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan
menerapkan suatu therapy yaitu psychomotoric therapy pada siswa tunarungu
karena siswa tunarungu memerlukan bimbingan secara khusus. Gerak dasar siswa
berkebutuhan khusus tidak akan terlatih dengan baik tanpa bimbingan guru. Selain
bimbingan guru, gerak dasar siswa dipengaruhi oleh media atau alat yang
digunakan untuk merangsang gerak siswa agar menghasilkan suatu keterampilan
gerak dasar. Pendidikan jasmani di samping dapat membentuk karakter,
pendidikan jasmani dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan
anak. Hal ini sesuai dengan Rusli Lutan (7:1991) yang menyatakan bahwa:
“Melalui pendidikan jasmani yang teratur, terencana, terarah, dan

terbimbing diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi
pembentukan dan pembinaan bagi pertumbuhan dan perkembangan aspek
jasmani, intelektual, emosional, sosial, dan moral spiritual.”
Siswa berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan yang teratur, terarah,
dan terbimbing untuk pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual,
emosi, dan sosial.

Setelah melakukan studi pendahuluan survei ke lapangan

Rangga Gunawan, 2013
Penerapan Psychomotoric Therapy Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Siswa Tunarungu
Di Slb Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3

berdasarkan kenyataan yang ada, penulis ingin mengadakan penelitian dengan
menerapkan suatu therapy pada anak berkebutuhan khusus. Therapy yang
diterapkan yaitu dengan menerapkan psychomotoric therapy pada anak
berkebutuhan khsusus pada siswa tunarungu terhadap keterampilan gerak dasar

siswa Sekolah Luar Biasa.
Peneliti tertarik untuk menerapkan psychomotoric therapy sebagai salah
satu solusi untuk merangsang gerak dasar siswa agar siswa berkebutuhan khusus,
khususnya pada siswa tunarungu sehingga mencapai keterampilan gerak dasar.
Psikomotor dikembangkan oleh Al Pesso dan Diane Boyden Pesso yang
dinamakan

Pesso

Boyden

Sistem

Psikomotor

(PBSP).

Psychomotoric

menggunakan informasi dalam tubuh untuk melacak penyakit bawaan sejak lahir

ataupun kecelakaan. Psychomotoric therapy adalah therapy gerakan yang
berorientasi pada tubuh yang berorientasi pada gerakan psychotherapy.
Psychomotoric therapy (PMT) merupakan sebuah metode terapi yang digunakan

oleh para ahli psikiatri di Negeri Belanda sekitar tahun 1960-an untuk
memperbaiki kelainan psikologis sebagai pengembangan dari terapi. Perlakuan
yang diberikan tidak hanya gerakan, tetapi dapat juga berupa permainan atau
olahraga sebagai alat untuk dapat merasakan anggota tubuhnya kembali. Hal ini
sesuai dengan ungkapan Yudy Hendrayana mengungkapkan bahwa:
“PMT (Psychomotoric therapy) merupakan hal paling menarik.
Pshychomotor Therapy, dipopulerkan dengan sebutan PMT yang
merupakan salah salah satu metode yang baik untuk mengidentifikasi
dalam upaya perawatan. PMT merupakan salah satu usaha terapi fisik
untuk perawatan yang berpusat pada gerak seluruh tubuh. Perolehan
informasi ini mempermudah dalam menindak lanjuti usaha perawatan
khususnya dalam keterampilan gerak dasar.”

Rangga Gunawan, 2013
Penerapan Psychomotoric Therapy Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Siswa Tunarungu
Di Slb Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4

Pada umumnya, psychomotoric therapy tidak hanya dapat diterapkan pada
siswa berkebutuhan khusus, tetapi dapat juga diterapkan pada semua lapisan
masyarakat yang membutuhkan psychomotoric therapy. Siswa tunarungu tidak
memiliki penyakit dan kelainan fisik, hanya saja mereka mempunyai kekurangan
dalam aspek mendengar dan berbicara. Oleh karena itu, psychomotoric therapy
diterapkan pada siswa tunarungu sebagai upaya perawatan, khususnya dalam
perawatan keterampilan gerak dasar. Penerapan psychomotoric therapy pada
siswa tunarungu merupakan salah satu metode yang baik untuk mengidentifikasi
dalam upaya perawatan yang berorientasi pada gerak seluruh tubuh. Perawatan ini
dilakukan untuk mempengaruhi keterampilan gerak dasar siswa tunarungu.
Melalui psychomotoric therapy akan merangsang keterampilan gerak dasar siswa
untuk melakukan gerak dasar secara maksimal. Psychomotoric therapy akan
merangsang gerakan lokomotor yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat
seperti berjalan, melompat, melangkah, skipping, dan sliding.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan melakukan penelitian yang
berjudul “Penerapan Psychomotoric Therapy Terhadap Keterampilan Gerak Dasar

Siswa Tunarungu di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil latar belakang, penulis mengidentifikasi masalah
sebagai berikut.
1) Kurangnya interaksi gerak dasar siswa dalam lingkungan belajar.
2) Kurangnya metode therapy yang diberikan pada siswa.

Rangga Gunawan, 2013
Penerapan Psychomotoric Therapy Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Siswa Tunarungu
Di Slb Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5

C. Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut.
1) Penelitian fokus pada penerapan psychomotoric therapy bagi siswa
tunarungu.
2) Penelitian fokus pada keterampilan gerak dasar siswa tunarungu.

3) Populasi penelitian ini yaitu siswa tunarungu SLB Negeri Cileunyi
Kabupaten Bandung.
4) Sampel penelitian yaitu sebanyak 7 siswa tunarungu SLB Negeri Cileunyi
Kabupaten Bandung.

D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang berhubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan sebagai berikut.
1) Seberapa besar tingkat keterampilan gerak dasar siswa tunarungu sebelum
diberikan tindakan psychomotoric therapy?
2) Seberapa besar tingkat keterampilan gerak dasar siswa tunarungu sesudah
diberikan tindakan psychomotoric therapy?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian
ini sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui berapa besar tingkat keterampilan gerak dasar siswa
tunarungu sebelum diberikan tindakan psychomotoric therapy.

Rangga Gunawan, 2013

Penerapan Psychomotoric Therapy Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Siswa Tunarungu
Di Slb Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6

2) Untuk mengetahui berapa besar tingkat keterampilan gerak dasar siswa
tunarungu sesudah diberikan tindakan psychomotoric therapy.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan
peneliti. Adapun manfaat yang diharapkan sebagai berikut.
a. Manfaat teoritis
Dalam dunia pengajaran dapat memberikan sebuah alternatif therapy
untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran penjas adaptif
terhadap interaksi siswa berkebutuhan khusus.
b. Manfaat praktis.
1) Bagi peneliti, sebagai calon guru penjas diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengalaman dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya
dalam pengajaran penjas adaptif. Ini diharapkan sebagai langkah awal

untuk lebih memahami permasalahan-permasalahan yang terjadi pada anak
berkebutuhan khusus.
2) Bagi guru, khususnya guru penjas SLB Negeri Cileunyi therapy ini
diharapkan dapat memberikan masukan atau alternatif dalam pembelajaran
penjas adaptif terhadap siswa berkebutuhan khusus.
3) Bagi siswa, therapy ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa
tunarungu yang menjadi kelas penelitian tindakan untuk mengembangkan
dan meningkatkan interaksi siswa berkebutuhan khusus.

Rangga Gunawan, 2013
Penerapan Psychomotoric Therapy Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Siswa Tunarungu
Di Slb Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

7

G. Definisi Operasional
1) Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara fisik, psikologi,
kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhannya
dan potensinya secara maksimal. Anak berkebutuhan khusus adalah

mereka yang mempunyai kebutuhan baik permanen maupun temporer
(sementara), yaitu memperoleh pelayanan pendidikan yang disesuaikan
yang disebabkan oleh kondisi sosial-emosi, dan/atau kondisi ekonomi,
dan/atau kondisi politik, dan/atau keturunan bawaan maupun yang didapat
kemudian. Istilah berkebutuhan khusus ditunjukan kepada individu
penyandang cacat yang terdiri dari kelainan intelektual (tunagrahita),
kelainan tingkah laku (tuna laras), ketidakmampuan menyerap pelajaran
(daya serap), kelainan penglihatan (tunanetra), ketulian dan kebutaan
(tunarungu), kelumpuhan otak (cerebral palsyl CP ), cedera otak traumatis
(traumatic brain injury).
2) Interaksi siswa yaitu timbal balik antar siswa dalam kelompok maupun
antar individu dalam suatu hubungan sosial.
3) Psychomotoric therapy merupakan salah satu metode untuk memulihkan
kesehatan, mengidentifikasi, penamaan, mengungkapkan, dan perawatan.
Therapy ini digunakan untuk perawatan yang melibatkan gerak tubuh pada

anak berkebutuhan khusus khususnya akan diberikan pada anak tunarungu.
(www.healing-anxiety.com).
4) Pembelajaran gerak adalah serangkaian proses dengan latihan atau
pembekalan pengalaman yang akan menyebabkan perubahan dalam

Rangga Gunawan, 2013
Penerapan Psychomotoric Therapy Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Siswa Tunarungu
Di Slb Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8

kemampuan individu untuk bisa menampilkan gerak yang terampil. Suatu
keterampilan perlu dilatih secara khusus agar mampu diuji sejauh mana
keterampilan ini dapat berkembang. Untuk mencapai tingkat terampil,
siswa perlu diberi kesempatan untuk belajar dan diberikan pengalaman.
Melalui pembelajaran gerak merupakan suatu usaha memulihkan untuk
tahap penyembuhan gerak dasar siswa.

Rangga Gunawan, 2013
Penerapan Psychomotoric Therapy Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Siswa Tunarungu
Di Slb Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu