t geo 1005015 chapter3

(1)

57

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian survei dengan menggunakan analisis korelasi bivariat. Korelasi yang digunakan terdiri dari dua jenis, yang pertama adalah statistik non parametrik dan statistik parametrik. Metode survei dilakukan untuk pengujian konstruk yang sudah ada sebelumnnya. Menurut Singarimbun (1992:1) Peneletian survei adalah “ penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan tes sebagai alat pengumpul data yang pokok.” Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif kontribusi, menurut Musianto (2002:125) “ Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik”. Maka penelitian ini akan menggunakan analisis statistik yang relevan sebagai alat analisis penelitian ini.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Cirebon yang memilki 9 SMA Negeri dan 15 SMA Swsata. Sembilan sekolah negeri tersebut tersebar di seluruh Kota Cirebon yang memiliki karakteristik keruangan yang berbeda. SMA Negeri 1, 2 dan 6 letaknya berada di pusat bisnis kota. SMA Negeri 4, 7 dan 5 berada di daerah pendidikan yang terletak di pinggiran kota. SMA Negeri 3


(2)

58

terletak di daerah perumahan yang cukup padat penduduk di pinggiran Kota Cirebon. SMA Negeri 8 berada di sekitar area pemakaman yang cukup luas dan disekitarnya merupakan area pabrik. Sekolah yang letaknya relatif paling jauh dari pusat kota adalah SMA Negeri 9, sebenarnya daerah ini dalam tahap pembangunan dan pengembangan Perguruan Tinggi. SMA swata pun memiliki persebaran yang cukup merata, sekolah swasta memiliki karakteristik siswa yang lebih homogen bila dibandingkan dengan SMA Negeri.

Sekolah-sekolah di Kota Cirebon pun mengalami perkembangan seperti di daerah lain. SMA Negeri 1 dan 2 saat ini sudah mendeklarasikan diri menjadi Sekolah Berstandar Internasional, sehingga peta sekolah favorit di Kota Cirebon cukup bergeser bagi calon peserta didik yang mendaftar di jalur reguler. SMA Swasta dan SMA Negeri tersebar di seluruh Kota Cirebon, beberapa sekolah dibangun mendekati pusat kota sehingga sekolah tersebut berdampingan dengan fasilitas umum seperti mall dan pusat kegiatan ekonomi lainnnya. Beberapa SMA ada yang berdiri memang di pusat pendidikan sehingga berdampingan dengan beberapa perguruan tinggi dan sekolah menengah kejuruan.

Berikut ini Peta Persebaran SMA di Kota Cirebon yang dikutip dari Peta Rupa Bumi Indonesia dan datanya diperoleh langsung dari lapangan. Peta ini menunjukan lokasi SMA diseluruh Kota Cirebon, baik SMA Swasta dan SMA Negeri.


(3)

59


(4)

60

Kota Cirebon merupakan kota pembangunan utama di kawasan timur Jawa Barat. Pembangunan relatif stabil namun dalam lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi bisnis cukup cepat. Hal tersebut berimbas pada mobilisasi penduduk yang lebih berkembang, sehingga terlihat pertumbuhan kendaraan di pusat kota meningkat dan mengakibatkan kemacetan.

Peserta didik SMA di Kota Cirebon mampu melakukan mobilisasi sendiri baik dengan kendaraan bermotor ataupun dengan angkutan umum. Dengan demikian peserta didik perlu memilki kemampuan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan ruang. Peserta didik perlu memperikan jarak tempuh dan waktu perjalanan yang baik agar tepat waktu dalam berkegiatan.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (1998 : 115) “ Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi ”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa IPS Kelas X1 SMA di Kota Cirebon. Adapun alasan mengapa populasi penelitian ini mengambil peserta didik Kelas XI SMA sebagai berikut. Pertama materi geografi yang telah diajarkan dari kelas X dianggap pesera didik sudah menguasai dan beberapa saat sudah melakukan atau mengaplikasikan apa yang telah didapatkan di pendidikan formal. Kedua menurut teori perkembangan kognitif yang disampaikan Piaget, bahwa anak yang berumur setingkat SMA sudah memiliki kemampuan baik dalam pemahaman sebuah konsep. Turniasih (2012:56) mengatakan “ Berdasarkan perkembangan psikologi individu


(5)

61

Piaget, perserta didik di bangku SMA berada pada periode operasional formal, dimana peserta didik telah memiliki kemampuan mengoperasionalkan kaidah-kaidah formal sehingga khususnya dalam perilaku keruangan, mereka telah menggunakan pertimbangan pemahamannya terhadap materi keruangan yang telah diberikannya dalam pembelajaran geografi”.

Tabel 3.1. Jumlah Populasi Penelitian

Rank Nama Sekolah Jumlah Peserta didik IPS Kelas XI

1 SMAN 1 69

2 SMAN 2 45

3 SMAN 6 133

4 SMAN 3 190

5 SMAN 4 165

6 SMAN 7 163

7 SMAN 5 170

8 SMAN 9 162

9 SMAN 8 153

10 SMA Santa Maria I 87

11 SMA BPK Penabur 66

12 SMA Putra Nirmala 30

13 SMA Santa Maria II 49

14 SMA Al-Azhar 84

15 SMA Siliwangi 23

16 SMA Syarief Hidayatullah 23

17 SMA Taman Siswa 28

18 SMA Widya Utama 37

19 SMA Windu Wacana 67

20 SMA Advent 10

21 SMA Nurrusshidiq 14

22 SMA Siliwangi 23

23 SMA Syarief Hidayatullah 23

24 SMA Sekar Kemuning -

Total

SMA Negeri 1250

SMA Swasta 562

Total Keseluruhan 1812


(6)

62

Hasil dari pra penelitian menunjukan populasi penelitian yaitu siswa XI IPS di seluruh SMA Kota Cirebon sebanyak 1812 siswa. Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah Proportional random sampling, dengan mengambil secara acak SMA yang dijadikan sampel, lalu membuat proporsi masing-masing jumlah sampel di SMA sesuai dengan siswa IPS kelas XI yang ada di SMA tersebut. Pengambilan sampel ini berdasarkan rumus yang diambil dari Taro Yamane (dalam Bungin, 2010:105)

= �

�( )2+ 1

n : Ukuran sampel N: Ukuran Populasi

d : Nilai presisi (dalam penelitian ini nilai d = 0,08 dengan tingkat kepercayaan 92%

Setelah melakukan perhitungan dengan rumus di atas, maka dari seluruh populasi penelitian yang berjumlah 1812 peserta didik jumlah sampel yang diajukan sebanyak 144 peserta didik kelas XI IPS SMA di Kota Cirebon. Setelah itu ditentukan sekolah mana yang akan dipilih sebagai sampel penelitian dengan random yang diurutkan berdasarkan rangking sekolah yang ada di Kota Cirebon. Sampel untuk sekolah swasta dan negeri dihitung secara proporsional, didapatkan jumlah sampel untuk SMA Negeri sebanyak 100 peserta didik dan SMA Swasta sebanyak 44 peserta didik.

Selanjutnya pemilihan lokasi sekolah ditentukan dengan random sampling, ditentukan tiga SMA Negeri dan dua SMA Swasta sehingga total sekolah yang diambil samplenya sebanyak lima sekolah. Sekolah Negeri


(7)

63

diambil berdasarkan ranking yang selama ini menjadi patokan penerimaan peserta didik setiap kali tahun ajaran baru dimulai.

Setelah melakukan pemilihan secara acak maka ditetapkan tiga sekolah yang dijadikan sampel penelitian yaitu SMA Negeri 6, SMA Negeri 7, dan SMA Negeri 8. Jumlah peserta didik yang dijadikan sampel akan diproporsionalkan berdasarkan jumlah peserta didik kelas XI IPS disekolah masing-masing, jumlah peserta didik yang dijadikan sampel persekolah dapat dilihat pada tabel berikut ini;

Tabel 3.2. Jumlah Sampel

Rank Nama Sekolah Jumlah Peserta didik IPS Kelas XI

Jumlah Peserta didik

Sampel Total sampel

1 SMAN 6 190

476

40

100

2 SMAN 7 133 28

3 SMAN 8 153 32

4 SMA Al – Azhar 84

171 21 44

5 SMA Santa Maria I 87 23

Total 647 144

Sumber: Hasil Perhitungan

Sekolah yang dijadikan sampel penelitian tersebar di empat kecamatan yang berbeda, dengan total sampel 144 yang terdiri dari 100 sampel di SMA Negeri dan 44 Sampel berada di SMA swasta. Berikut ini Peta Persebaran Sampel Penelitian SMA di Kota Cirebon.


(8)

(9)

65

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel laten pemahaman konsep geografi (X) dan variabel manifest sikap keruangan (Y1) dan perilaku keruangan (Y2). Berikut ini penjabaran mengenai variabel yang ada dalam penelitian ini:

Variabel X adalah Pemahaman Konsep Geografi, dalam penelitian ini pemahaman konsep geografi terdiri dari tiga indikator yaitu translasi. Interpretasi dan ekstrapolasi. Sedangkan aspek yang masuk kedalam indikator tersebut terdiri dari tiga konsep yaitu lokasi, jarak dan interaksi.

Varibel Y1 adalah Sikap Keruangan, dalam penelitian ini Sikap keruangan terdiri dari tiga komponen sikap yaitu Afektif, Kognitif dan Konatif. Yang terdiri dari tiga aspek lokasi, jarak dan interaksi.

Gambar 3.3. Hubungan Antar Variabel

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini memperoleh data primer dari hasil penyebaran alat ukur peneltian yang berupa instrument kuesioner. Instrument kuesioner dipakai untuk mengukur variabel bebas juga variabel terikat. Kuesioner variabel Y1

Variabel X Pemahaman Konsep

Geografi

Variabel Y2 Perilaku Keruangan

Variabel Y 1 Sikap Keruangan


(10)

66

ini menggunakan skala likert dengan rentangan 1-5, skor 1 berarti sangat tidak setuju, skor 2 berarti tidak setuju, skor 3 berarti ragu-ragu, skor 4 berarti setuju dan skor 5 berarti sangat setuju.

Tabel 3.3. Model Spesifikasi Sikap Keruangan

Komponen Objek Sikap

Komponen Sikap Total

(%) Afektif Kognitif Konatif

Aspek Lokasi 20 10 10 40

Aspek Jarak 10 10 10 30

Aspek Interaksi 10 10 10 30

Total 40 30 30 100%

Sumber : Azwar (2010:110)

Variabel Y2 adalah perilaku keruangan, Indikator perilaku peserta didik adalah pemilihan lokasi berdasarkan jarak dan hubungannya dengan tempat, baik dengan lingkungan juga dengan budaya. Aspek yang diteliti adalah intensitas aktivitas peserta didik dalam pemilihan lokasi berdasarkan jarak dan hubungan sampel dengan lingkungan dan budaya. Pengukuran ini menggunakan rating scale, menurut Shaughnessy (2007:128) “ rating scale, yang seringkali digunakan untuk mengukur berbagai dimensi psikologis sering kali diperlakukan seolah-olah sebagai skala interval meskipun mereka mempresentasikan skala ordinal”. Sehingga data yang dihasilkan dalam pengkuran variabel Y1 dan Y2 adalah data dengan skala ordinal.


(11)

67

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrument Penelitian

No Variabel Indikator Aspek No Soal

1 Pemahaman Keruangan Translasi Interpretasi Ekstrapolasi Lokasi Jarak Interaksi

1, 4, 7, 10, 13, 16 2, 5, 8, 11, 14, 17 3, 6, 9, 12, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24

2 Sikap Keruangan Afeksi Kognitif Konatif Lokasi Jarak Interaksi

1, 2, 3, 4

5, 6, 7, 8 9, 10, 11, 12 3 Perilaku

Keruangan

Perilaku keruangan peserta didik Lokasi Jarak Interaksi 1,2,3,4,5,6 7,8,9,10,11,12

F. Validitas dan Realibilitas

Intrumen penelitian adalah alat yang sangat mempengaruhi suatu proses dalam penelitian, sehinga validitas instrumen sangat mutlak diperlukan untuk penelitian kuantitatif, menurut Silalahi (2009:244)

Validasi adalah sejauhmana perbedaan dalam skor pada suatu isntrumen (item-item dan kategori respon yang diberikan kepada satu variabel khusus) mencerminkan kebenaran perbedaan antara individu-individu, kelompok-kelompok, atau situasi-situasi dalam karakteristik (variabel) yang diketemukan untuk ukuran.

Variabel bebas dalam penelitian ini satu variabel yaitu pemahaman konsep geografi (X1). Variabel terikat (Y) yang terdiri dari sikap dan perilaku keruangan akan dikonversikan ke dalam instrument penelitian, sehingga agar mengetahui keajegan dan kualitas instrument tersebut harus dilakukan uji validitas dan realibilitas. Validasi variabel bebas (X1) akan dilakukan dengan


(12)

68

uji melihat daya pembeda, tingkat kesukaran soal, efektivitas option. Sehingga soal-soal yang dinyatakan tidak valid akan dihilangkan. Reliabilitas untuk variabel X1 menggunakan pendekatan genap ganjil one test-trial Spearman-Brown.

Reliabilitas adalah perngukuran statistik untuk mengetahui sejauhmana keajegan suatu intrumen penelitian, hal ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan resiko error dalam pengambilan data penelitian. Menurut Silalahi (2009:237) “ Keandalan suatu alat ukur berarti mempelajari korespodensi atas hasil dari suatu alat ukur jika dilakukan pengukuran ulang dengan menggunakan alat ukur yang sama untuk mengukur gejalan yang sama pada responden yang sama”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa reliabilitas digunakan untuk melihat keajegan suatu instrumen agar dapat digunakan

Pengujian validitas dan realibilitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan menguji konstruk yang menggunakan uji fit

confirmatory factor analysis (CFA) untuk variabel Y2 dan Y3. Menurut Santoso (2011:16) “ Alat analisis ini digunakan untuk menguji sebuah measurement model. Dengan alat ini, akan diketahui apakah indikator-indikator yang ada benar-benar dapat menjelaskan sebuah konstruk. Dengan menggunakan CFA, dapat saja sebuah indikator dianggap tidak secara kuat berpengaruh atau dapat menjelaskan sebuah konstruk”. Uji konstruk ini menggunakan software SPSS 18. Dengan mengunakan analisis ini, indikator yang dinilai tidak mewakili konstruk akan dihilangkan.


(13)

69

Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi biserial untuk validasi instrumen tes dan korelasi product moment untuk instrumen non-tes yaitu variabel sikap keruangan (Y1) dan perilaku keruangan (Y2), berikut ini rumus korelasi biserial,

� � = �+− ��

� /

Keterangan :

�+ = rata-rata skor untuk yang menjawab benar

� = rata-rata skor untuk seluruhnya

P = proporsi yang menjawab benar (tingkat kesulitan)

Q = 1-p

Keputusan sebuah butir soal valid atau tidak valid didasarkan atas nilai korelasi biserial jikan nilai korelasi biserial < 0,2 maka butir soal tersebut dinyatakan tidak valid. Jika nilai korelasi biserial > 0,2 maka butir soal tersebut dinyatakan valid.

Dalam penelitian ini, untuk menentukan reliabilitas sikap dan perilaku keruangan digunakan rumus alpha cronbach dengan rumus sebagai berikut :

               

2

2 11 1 1 t i n n r  

(Arikunto, 2003: 109) Keterangan :

11

r : koefisien reliabilitas perangkat tes

2

i

 : jumlah varians skor tiap-tiap item

2 t

: varians total n : jumlah siswa


(14)

70

Menurut Kusnendi (2008:111) bahwa “ apabila koefisien reliabilitas konstruk tidak kurang dari 0,70 diindikasikan model pengukuran variabel laten reliable”. Sehingga ketika kuesioner yang digunakan reliabel maka layak dijadikan sebuah instrumen penelitian.

Daya pembeda diperlukan untuk mengetahui apakah soal tersebut dapat membedakan peserta didik dari kelompok atas (peserta didik pintar) dan peserta didik dari kelompok bawah (peserta didik tidak pintar). Berikut ini rumus dari daya pembeda;

% 100

x I

S S DP

A B A

 (Karno, 1996: 15)

keterangan :

DP = indek daya pembeda item satu butir soal tertentu

SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = jumlah skor ideal salah satu kelompok atas atau bawah Nilai daya pembeda (DP) yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan pada kategori berikut ini :

Tabel 3.5. Interpretasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Kriteria

Negatif - 0,20 Dibuang 0,20 - 0,30 Revisi

0,30 – 0,40 Cukup Baik DP > 0,40 Baik


(15)

71

Selanjutnya akan dilakukan uji tingkat kesukaran soal, sehingga soal yang akan dipakai sebagai instrumen penelitian memiliki distribusi soal yang baik, tidak didonminasi oleh satu tingkat kesukaran saja, namun harus tersebar antara soal mudah, sukar dan sedang. Arikunto (1991: 210) menyatakan bahwa bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Selanjutnya Karno (1999: 16) menjelaskan untuk menghitung taraf kemudahan dipergunakan rumus:

% 100 x I I

S S TK

B A

B A

 

 (Karno, 1996 : 16) dengan : St = jumlah skor kelompok atas

SA = jumlah skor kelompok atas SB = jumlah skor kelompok bawah

IA = jumlah skor ideal kelompok atas

IB = jumlah skor ideal kelompok bawah

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran tiap item soal tiap tahap dilakukan dengan interpretasi pada tabel berikut :

Tabel 3.6. Interpretasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Kriteria

TK < 0,30 % Sukar 0,30 % - 0,75 % Sedang TK > 0,75 % Mudah


(16)

72

1. Validitas dan Reliabilitas X1 (Pemahaman Konsep Geografi)

Alat ukur variabel X1 dengan menggunakan instrumen tes yang berisi dari tiga indikator yaitu interpretasi, translasi dan ekstrapolasi yang dikaitkan dengan tiga konsep geografi mengenai lokasi, jarak dan interaksi lingkungan. Validitas instrumen ini menggunakan korelasi biserial dengan menggunakan rumus seperti yang disampaikan di atas. Instrumen tes ini di ujikan kepada 32 siswa SMA Kelas XI IPS di salah satu SMA Negeri Kota Cirebon yang tidak menjadi sampel penelitian.

Reliabilitas instrumen pemahaman konsep geografi menggunakan

single test trial spearman brown juga telah dilakukan. Metode reliabilitas ini melalui beberapa proses, pertama dengan membagi soal ganjil dan genap kedalam dua bagian. Selanjutnya menjumlahkan skor yang dimiliki oleh soal yang benomer genap. Tahap ketiga menghitung angka indeks korelasi r product moment antara variabel yang bernomer ganjil dan variabel yang bernomer genap. Setelah angka r product moment diketahui maka dicarilah angka koefisien reliabilitas tes.

Penulis melakukan seluruh tahapan tersebut dengan cara manual dan didapatkan nilai reliabilitas instumen pemahaman konsep geografi sebesar 0,718 sehingga sudah memenuhi syarat sebagai instrumen penelitian, karena nilai reliabilitas instrumen pemahaman konsep geografi > 0,700. Hasil relibilitas ini tidak bisa lepas dari hasil validasi instrumen, karena pemilihan soal ganjil dan genap yang valid akan mempengaruhi hasil reliabilitas


(17)

73

instrumen. Berikut ini hasil dari validitas instrumen pemahaman konseop geografi menggunakan perhitungan korelasi biserial per butir soal.

Tabel 3.7. Validasi Instrumen Pemahaman Konsep Geografi

No Indikator Dimensi Nilai

Biser Status 1 Translasi Lokasi strategis geografi 0,513 Valid

2 Identifikasi lokasi strategis dari peta 0,114 Tidak Valid

3 Pengaruh jarak kepada nilai guna 0,830 Valid

4 Pengaruh jarak pada perilaku 0,472 Valid

5 Pengaruh tata kota pada iklim 0,621 Valid

6 Dampak tata kota pada ling. ekologis 0,489 Valid

7 Pengaruh lokasi terhadap kebudayaan 0,452 Valid

8 Keunggulan lokasi strategis 0,481 Valid

9 Pengelolaan sumber daya 0,487 Valid

10 Identifikasi bencana geologis -0,071 Tidak Valid

11 Interpretasi Keuntungan kerugian suatu lokasi 0,850 Valid

12 Pengaruh suatu lokasi -0,035 Tidak Valid

13 Pengaruh lokasi terhadap mobilitas 0,399 Valid

14 Pengaruh jarak relatif pada mobilitas -0,118 Tidak Valid

15 Perkembangan tekonologi transportasi 0,114 Tidak Valid

16 Pengaruh perilaku terhadap ekosistem 0,121 Tidak Valid

17 Perilaku terhadap kondisi hidrologis 0,417 Valid

18 Pengaruh sumber daya laut 0,179 Tidak Valid

19 Perilaku pelajar terhadap lokasi 0,588 Valid

20 Perkiraan jarak relatif 0,512 Valid

21 Ekstapolasi Pengaruh lokasi terhadap jarak 0,012 Tidak Valid

22 Pengaruh jarak terhadap ekonomi 0,742 Valid

23 Pengaruh jarak terhadap nilai barang 1,077 Valid

24 Perilaku lokal terhadap kelestarian 0,204 Valid

25 Dampak pertambangan pada bencana 0,764 Valid

26 Dampak lokasi pabrik pada penduduk 0,273 Valid

27 Pemanfaatan sumber daya laut lokal 0,397 Valid

28 Pengaruh lokasi terhadap kesehatan 0,074 Tidak Valid

29 Perkiraan kondisi cuaca 0,024 Tidak Valid

30 Dampak positif ruang terbuka hijau 0,842 Valid Sumber: Perhitungan data survei


(18)

74

Dari hasil perhitungan tersebut penulis membuang enam soal yang tidak valid, dan empat soal yang tidak valid lainnya dianalisis lalu direvisi, karena jika dihilangkan dikhawatirkan tidak akan mewakili indikator yang akan diujikan. Jumlah soal yang dijadikan intrumen pemahaman konsep geografi sebanyak 24 soal terdiri delapan soal dari masing-masing variabel translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.

2. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran X1

Instrumen untuk mengujikan pemahaman konsep geografi berbentuk instrumen tes, sehingga ada tahapan dalam pengujian instrumen. Tahapan yang dilakukan seperti tingkat kesukaran dan daya pembeda dari masing-masing soal, sehingga kelayakan soal untuk dijadikan intrumen penelitian ini terjamin.

Daya pembeda ini diujkan dengan maksud untuk mengetahui apakah soal yang diajukan dalam penelitian ini mampu membedakan antara peserta didik yang pintar dengan peserta didik yang tidak pintar. Ketika sebuah soal yang tidak mampu dijawab oleh peserta didik yang pintar namun dapat dijawab oleh peserta didik yang tidak pintar maka akan dipertanyakan kualitas butir soal tersebut.

Tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui tingkatan sola yang ada dalam penelitian ini. Kategori soal terdiri dari tiga jenis yaitu soal mudah, sedang dan sulit. Berikut ini tabel yang menunjukan daya pembeda dan tingkat kesukaran masing-masing soal dalam instrumen pemahaman konsep geografi.


(19)

75

Tabel 3.8. Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Intrumen Pemahaman Konsep Geografi

No Soal

Nilai Kesukaran

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Ket

1 0,750 Mudah 0,330 Cukup

2 0,281 Sulit 0,089 Dibuang

3 0,781 Mudah 0,551 Baik

4 0,781 Mudah 0,313 Cukup

5 0,688 Sedang 0,385 Cukup

6 0,719 Mudah 0,308 Cukup

7 0,625 Sedang 0,277 Revisi

8 0,750 Mudah 0,309 Cukup

9 0,469 Sedang 0,313 Revisi

10 0,125 Sukar -0,081 Dibuang

11 0,375 Sedang 0,590 Baik

12 0,938 Mudah -0,037 Dibuang

13 0,906 Mudah 0,352 Cukup

14 0,344 Sedang -0,085 Dibuang

15 0,344 Sedang 0,103 Dibuang

16 0,406 Sedang 0,082 Dibuang

17 0,750 Mudah 0,268 Revisi

18 0,781 Mudah 0,119 Dibuang

19 0,844 Mudah 0,430 Baik

20 0,875 Mudah 0,405 Baik

21 0,219 Sukar 0,011 Dibuang

22 0,719 Mudah 0,467 Baik

23 0,531 Sedang 0,671 Baik

24 0,563 Sedang 0,226 Revisi

25 0,500 Sedang 0,482 Baik

26 0,531 Sedang 0,200 Revisi

27 0,813 Sedang 0,275 Revisi

28 0,594 Sukar 0,045 Dibuang

29 0,188 Sedang 0,023 Dibuang

30 0,313 Mudah 0,616 Baik


(20)

76

3. Validitas dan Reliabilitas Y1 (Sikap Keruangan)

Variabel keruangan terdiri dari 15 item dengan rating scale untuk mengetahui tingkat sikap keruangan dari peserta didik di Kota Cirebon. Setelah melakukan uji tes kepada 30 siswa didapatkan hasil seperti yang diungkap dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.9. Validasi Instrumen Sikap Keruangan

No. item

Nilai Pearson

Corelation Status

1 0,247 Tidak Valid

2 -0,153 Tidak Valid

3 0,327 Valid

4 0,307 Valid

5 0,543 Valid

6 0,537 Valid

7 0,517 Valid

8 0,370 Valid

9 0,581 Valid

10 0,546 Valid

11 0,330 Valid

12 0,568 Valid

13 0,535 Valid

14 0,421 Valid

15 0,353 Valid

Sumber : Perhitungan Data

Melihat tabel tersebut diketahui bahwa nilai pearson corelation yang berada di < 0,30 merupakan item soal yang tidak valid sehingga harus diperbaiki. Item yang harus diperbaiki terdiri dari dua item yaitu nomer 1 dan 2, sedangkan untuk item yang lain dianggapsudah memenuhi syarat untuk dijadikan instrumen penelitian ini.


(21)

77

Reliabilitas yang didapatkan melalui perhitungan crossbach alfa menunjukan angka 0,705, berarti nilai crossbach alfa intrumen ini lebih dari nilai minimal reliabilitas yang harus > 0,700. Jadi instrumen untuk mewakili variabel Y1 (sikap keruangan) dinyatakan sudah reliabel, sehingga dapat digunakan dalam proses pengambilan data yang dilakukan di Kota Cirebon.

4. Validitas dan Reliabilitas Y2 (Perilaku Keruangan)

Variabel perilaku keruangan yang terdiri dari tiga indikator yaitu perilaku keruangan yang terkait lokasi, jarak dan interaksi lingkungan. Intrumen ini diujikan pada 30 peserta didik untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan corelation pearson makan dihasilkan sebagai berikut.

Tabel 3.10. Validasi Intrumen Perilaku Keruangan

No. item

Nilai Pearson

Corelation Status

1 0,329 Valid

2 0,403 Valid

3 0,514 Valid

4 0,675 Valid

5 0,508 Valid

6 0,667 Valid

7 0,631 Valid

8 0,649 Valid

9 0,481 Valid

10 0,246 Tidak Valid

11 0,675 Valid

12 0,434 Valid

13 0,755 Valid

14 0,659 Valid

15 0,449 Valid


(22)

78

Tabel tersebut menunjukan dari 15 item yang diujikan hanya satu soal yang dinyatakan tidak valid karena nilai pearson corelation-nya hanya 0,246 yang berarti < 0,30 sehingga item ini harus diperbaiki. Item lainnya sudah sangat memenuhi syarat untuk proses pengambilan data penelitian ini.

Reliabilitas dari instrumen ini sangat cukup untuk syarat bahwa sebuah intrumen akan reliabel ketika nilai crossbach alfa > 0,700 karena nilai crossbach alfa variabel Y2 ini bernilai 0,817 sehingga syarat sebagai instrumen yang layak dijadikan alat pengambilan data sudah terpenuhi.

G. Teknik Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan model analisis jalur, tepatnya model analisis jalur yang digunakan adalah analisis jalur bivariate. Kusnendi (2010:17) menyatakan “ model bivariate adalah sama dengan koefisien korelasi r biasa”. Teknik analisis data berfungsi untuk menjawab hipotesis penelitian yaitu menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi ganda dengan menggunakan program Amos 18 dan SPSS 18. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru geografi terhadap sikap dan perilaku keruangan siswa. Sedangkan analisis regresi ganda dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kontribusi kompetensi guru geografi dalam membangun sikap dan perilaku keruangan siswa.

Penelitian ini akan melakukan pengujian uji normalitas data. uji normalitas data menggunakan perhitungan dengan bantuan SPSS 18 untuk mencari nilai skewness dan kurtosis. Setelah diketahui kedua nilai itu


(23)

79

selanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk mencari nilai ratio skewness dan ratio kurtosis, nilai tersebut dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut,

� = � �

Untuk memperoleh nilai ratio kurtosis dapat dhitung dengan rumus,

� � = � � �

Setelah nilai ratio kurtosis dan nilai ratio skewness diperoleh dengan perhitungan diatas, hasil dari ratio skewness dan kurtosis harus berada diantara -2 dan +2, jika berada diantara dua angka tersebut dapat dikatakan bahwa data yang bersangkutan memiliki distribusi normal.

Hubungan antara variabel sikap dan perilaku keruangan peserta didik di Kota Cirebon diketahui dengan mencari nilai r. Nilai r dicari untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari variabel yang akandi uji. Berikut rumus nilai r dengan menggunakan korelasi product moment.

= � − ( )

� 2 ( )2 × � 2 − ( )2

Kontibusi diketahui dengan mencari nilai koefisien determinasi (KD), dengan rumus sebagai berikut:


(1)

74

Dari hasil perhitungan tersebut penulis membuang enam soal yang tidak valid, dan empat soal yang tidak valid lainnya dianalisis lalu direvisi, karena jika dihilangkan dikhawatirkan tidak akan mewakili indikator yang akan diujikan. Jumlah soal yang dijadikan intrumen pemahaman konsep geografi sebanyak 24 soal terdiri delapan soal dari masing-masing variabel translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.

2. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran X1

Instrumen untuk mengujikan pemahaman konsep geografi berbentuk instrumen tes, sehingga ada tahapan dalam pengujian instrumen. Tahapan yang dilakukan seperti tingkat kesukaran dan daya pembeda dari masing-masing soal, sehingga kelayakan soal untuk dijadikan intrumen penelitian ini terjamin.

Daya pembeda ini diujkan dengan maksud untuk mengetahui apakah soal yang diajukan dalam penelitian ini mampu membedakan antara peserta didik yang pintar dengan peserta didik yang tidak pintar. Ketika sebuah soal yang tidak mampu dijawab oleh peserta didik yang pintar namun dapat dijawab oleh peserta didik yang tidak pintar maka akan dipertanyakan kualitas butir soal tersebut.

Tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui tingkatan sola yang ada dalam penelitian ini. Kategori soal terdiri dari tiga jenis yaitu soal mudah, sedang dan sulit. Berikut ini tabel yang menunjukan daya pembeda dan tingkat kesukaran masing-masing soal dalam instrumen pemahaman konsep geografi.


(2)

75

Tabel 3.8. Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Intrumen Pemahaman Konsep Geografi No

Soal

Nilai Kesukaran

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Ket

1 0,750 Mudah 0,330 Cukup

2 0,281 Sulit 0,089 Dibuang

3 0,781 Mudah 0,551 Baik

4 0,781 Mudah 0,313 Cukup

5 0,688 Sedang 0,385 Cukup

6 0,719 Mudah 0,308 Cukup

7 0,625 Sedang 0,277 Revisi

8 0,750 Mudah 0,309 Cukup

9 0,469 Sedang 0,313 Revisi

10 0,125 Sukar -0,081 Dibuang

11 0,375 Sedang 0,590 Baik

12 0,938 Mudah -0,037 Dibuang

13 0,906 Mudah 0,352 Cukup

14 0,344 Sedang -0,085 Dibuang

15 0,344 Sedang 0,103 Dibuang

16 0,406 Sedang 0,082 Dibuang

17 0,750 Mudah 0,268 Revisi

18 0,781 Mudah 0,119 Dibuang

19 0,844 Mudah 0,430 Baik

20 0,875 Mudah 0,405 Baik

21 0,219 Sukar 0,011 Dibuang

22 0,719 Mudah 0,467 Baik

23 0,531 Sedang 0,671 Baik

24 0,563 Sedang 0,226 Revisi

25 0,500 Sedang 0,482 Baik

26 0,531 Sedang 0,200 Revisi

27 0,813 Sedang 0,275 Revisi

28 0,594 Sukar 0,045 Dibuang

29 0,188 Sedang 0,023 Dibuang

30 0,313 Mudah 0,616 Baik


(3)

76

3. Validitas dan Reliabilitas Y1 (Sikap Keruangan)

Variabel keruangan terdiri dari 15 item dengan rating scale untuk mengetahui tingkat sikap keruangan dari peserta didik di Kota Cirebon. Setelah melakukan uji tes kepada 30 siswa didapatkan hasil seperti yang diungkap dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.9. Validasi Instrumen Sikap Keruangan No.

item

Nilai Pearson

Corelation Status

1 0,247 Tidak Valid

2 -0,153 Tidak Valid

3 0,327 Valid

4 0,307 Valid

5 0,543 Valid

6 0,537 Valid

7 0,517 Valid

8 0,370 Valid

9 0,581 Valid

10 0,546 Valid

11 0,330 Valid

12 0,568 Valid

13 0,535 Valid

14 0,421 Valid

15 0,353 Valid

Sumber : Perhitungan Data

Melihat tabel tersebut diketahui bahwa nilai pearson corelation yang berada di < 0,30 merupakan item soal yang tidak valid sehingga harus diperbaiki. Item yang harus diperbaiki terdiri dari dua item yaitu nomer 1 dan 2, sedangkan untuk item yang lain dianggapsudah memenuhi syarat untuk dijadikan instrumen penelitian ini.


(4)

77

Reliabilitas yang didapatkan melalui perhitungan crossbach alfa menunjukan angka 0,705, berarti nilai crossbach alfa intrumen ini lebih dari nilai minimal reliabilitas yang harus > 0,700. Jadi instrumen untuk mewakili variabel Y1 (sikap keruangan) dinyatakan sudah reliabel, sehingga dapat digunakan dalam proses pengambilan data yang dilakukan di Kota Cirebon.

4. Validitas dan Reliabilitas Y2 (Perilaku Keruangan)

Variabel perilaku keruangan yang terdiri dari tiga indikator yaitu perilaku keruangan yang terkait lokasi, jarak dan interaksi lingkungan. Intrumen ini diujikan pada 30 peserta didik untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan corelation pearson makan dihasilkan sebagai berikut.

Tabel 3.10. Validasi Intrumen Perilaku Keruangan No.

item

Nilai Pearson

Corelation Status

1 0,329 Valid

2 0,403 Valid

3 0,514 Valid

4 0,675 Valid

5 0,508 Valid

6 0,667 Valid

7 0,631 Valid

8 0,649 Valid

9 0,481 Valid

10 0,246 Tidak Valid

11 0,675 Valid

12 0,434 Valid

13 0,755 Valid

14 0,659 Valid

15 0,449 Valid


(5)

78

Tabel tersebut menunjukan dari 15 item yang diujikan hanya satu soal yang dinyatakan tidak valid karena nilai pearson corelation-nya hanya 0,246 yang berarti < 0,30 sehingga item ini harus diperbaiki. Item lainnya sudah sangat memenuhi syarat untuk proses pengambilan data penelitian ini.

Reliabilitas dari instrumen ini sangat cukup untuk syarat bahwa sebuah intrumen akan reliabel ketika nilai crossbach alfa > 0,700 karena nilai crossbach alfa variabel Y2 ini bernilai 0,817 sehingga syarat sebagai instrumen yang layak dijadikan alat pengambilan data sudah terpenuhi.

G. Teknik Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan model analisis jalur, tepatnya model analisis jalur yang digunakan adalah analisis jalur bivariate. Kusnendi (2010:17) menyatakan “ model bivariate adalah sama dengan koefisien korelasi r biasa”. Teknik analisis data berfungsi untuk menjawab hipotesis penelitian yaitu menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi ganda dengan menggunakan program Amos 18 dan SPSS 18. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru geografi terhadap sikap dan perilaku keruangan siswa. Sedangkan analisis regresi ganda dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kontribusi kompetensi guru geografi dalam membangun sikap dan perilaku keruangan siswa.

Penelitian ini akan melakukan pengujian uji normalitas data. uji normalitas data menggunakan perhitungan dengan bantuan SPSS 18 untuk mencari nilai skewness dan kurtosis. Setelah diketahui kedua nilai itu


(6)

79

selanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk mencari nilai ratio skewness dan ratio kurtosis, nilai tersebut dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut,

� = � �

Untuk memperoleh nilai ratio kurtosis dapat dhitung dengan rumus,

� � = � � �

Setelah nilai ratio kurtosis dan nilai ratio skewness diperoleh dengan perhitungan diatas, hasil dari ratio skewness dan kurtosis harus berada diantara -2 dan +2, jika berada diantara dua angka tersebut dapat dikatakan bahwa data yang bersangkutan memiliki distribusi normal.

Hubungan antara variabel sikap dan perilaku keruangan peserta didik di Kota Cirebon diketahui dengan mencari nilai r. Nilai r dicari untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari variabel yang akandi uji. Berikut rumus nilai r dengan menggunakan korelasi product moment.

= � − ( )

� 2 ( )2 × � 2 − ( )2

Kontibusi diketahui dengan mencari nilai koefisien determinasi (KD), dengan rumus sebagai berikut: