Pergub Nomor 62 Tahun 2013

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
NOMOR 62 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG
SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

Menimbang : a. bahwa dengan adanya penegasan terhadap
kedudukan
pejabat
pembuat
komitmen,
pengelolaan
anggaran
kas,
penatausahaan
investasi,
penganggaran

tahun
jamak,
dan
pengaturan pendanaan tanggap darurat bencana,
serta akuntansi dan pertanggungjawaban, perlu
dilakukan penyempurnaan terhadap Peraturan
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 78
Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur
Pengelolaan Keuangan Daerah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung
tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung Nomor 78 Tahun 2008
tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan
Daerah;
Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas

dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);

1

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4033);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor: 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan
Negara
(Lembaran

Negara
Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2004
Nomor
126,Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4438);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000
tentang Kedudukan Keuangan Gubernur dan Wakil
Gubernur (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4027);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003
tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit

2

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta
Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004
tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005
tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
136,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4574);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005

tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4576);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 140);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2005
Nomor
150,Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4585);


3

18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4855);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan

Keuangan
dan
Kinerja
Instansi
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 25,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007
tentang
Pengelolaan
Uang
Negara/Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4738);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor: 5107) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 44);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010


4

Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5165);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010
tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut
Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar
Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5272);
27. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70
Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 155);
28. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007 Nomor 3
Seri E;
29. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008
Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 40).

MEMUTUSKAN :
Menetapka : PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR
n
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 78 TAHUN 2008
TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung Nomor 78 Tahun 2008
tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan
Daerah, diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 angka 8 dihapus, angka 9, angka
53, angka 56, angka 58, angka 68 dan angka 81 di-

5

ubah, diantara angka 14 dan angka 15 disisipkan
angka baru yaitu angka 14a, diantara angka 24 dan
angka 25 disisipkan angka baru yaitu angka 24a, diantara angka 27 dan angka 28 disisipkan angka
baru yaitu angka 27a, diantara angka 28 dan angka
29 disisipkan angka baru yaitu angka 28a, diantara
angka 53 dan angka 54 disisipkan angka baru yaitu
angka 53a, diantara angka 58 dan angka 59 disisipkan angka baru yaitu angka 58a, angka 58b, dan
angka 58c, diantara angka 65 dan angka 66 disisipkan angka baru yaitu angka 65a, diantara angka 80
dan angka 81 disisipkan angka baru yaitu angka
80a, dan angka 80b, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
5. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.
6. Wakil Gubernur adalah Wakil Gubernur Kepulauan
Bangka Belitung.
7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebut DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
8. Dihapus.
9. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
10. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
11. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban

6

dan pengawasan keuangan daerah.
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah.
13. Pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Gubernur yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
14. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja
pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.
14a.Kuasa Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa PPKD adalah Pejabat
yang diberi kuasa untuk melakukan sebagian tugas
PPKD.
15. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.
16. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi
kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD.
17. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/barang.
18. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah perangkat daerah
pada Pemerintah Daerah, yang melaksanakan
pengelolaan keuangan daerah.
19. Unit kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan
satu atau beberapa program.
20. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.
21. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.
22. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang
kewenangan penggunaan barang milik daerah.

7

23. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya
disingkat PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD
yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan
dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
24. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD adalah pejabat yang
melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada
SKPD.
24a.Pejabat penatausahaan keuangan SKPKD yang
selanjutnya disingkat PPK-SKPKD adalah pejabat
yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
SKPKD.
25. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan
uang daerah yang ditentukan oleh gubernur untuk
menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruhpengeluaran daerah.
26. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan
oleh gubernur untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran
daerah pada bank yang ditetapkan.
27. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional
yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka
pelaksanaan APBD pada SKPD.
27a.Bendahara Penerimaan PPKD adalah pejabat
fungsional
yang
ditunjuk
untuk
menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang
bersumber dari transaksi PPKD.
28. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional
yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
28a.Bendahara Pengeluaran PPKD adalah pejabat
fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan,
membayarkan,
menata-usahakan
dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan
transaksi PPKD.
29. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang
terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang
menurut ketentuan perundang-undangan wajib me-

8

30.

31.
32.
33.

34.

35.
36.
37.

38.

39.

40.

nyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan.
Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran /pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada
entitas pelaporan.
Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke
kas daerah.
Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari
kas daerah.
Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas
dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Belanja Daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas
dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Surplus Anggaran daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja daerah selama
satu periode pelaporan.
Defisit Anggaran daerah adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan belanja daerah selama
satu periode pelaporan.
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya
disingkat SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode pelaporan.
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang
mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang
atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk
membayar kembali.
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah
pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan,

9

41.

42.

43.

44.
45.

46.

47.

dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan
tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu
tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan
pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju.
Prakiraan Maju adalah perhitungan kebutuhan dana
untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang
direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan
menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.
Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program
yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
Penganggaran Terpadu adalah penyusunan rencana
keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan
pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di
bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan nasional.
Urusan Pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang
menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi,
melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan
masyarakat.
Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam
bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan
dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai
dengan isi SKPD.
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD
sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan
tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa sumber daya manusia, barang modal termasuk
peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut
sebagai masukan (input) untuk menghasilkan kelu-

10

aran (output) dalam bentuk barang/jasa.
48. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari
suatu program atau keluaran yang diharapkan dari
suatu kegiatan.
49. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk
mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
50. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
51. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen
perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
52. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
53. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan
SKPD sebagai dasar penyusunan APBD.
53a.Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat RKAPPKD adalah rencana kerja dan anggaran SKPKD
selaku Bendahara Umum Daerah.
54. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya
disingkat TAPD adalah tim yang dibentuk dengan
keputusan gubernur dan dipimpin oleh sekretaris
daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta
melaksanakan kebijakan gubernur dalam rangka
penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat lainnya
sesuai dengan kebutuhan.
55. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat
KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta
asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu)
tahun.
56. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD

11

sebelum disepakati dengan DPRD.
57. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD merupakan dokumen
yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD
yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh
pengguna anggaran.
58. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD
yang selanjutnya disingkat DPPA-SKPD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
perubahan anggaran oleh pengguna anggaran.
58a.Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPAPPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran
SKPKD selaku Bendahara Umum Daerah.
58b.Dokumen
Pelaksanaan
Perubahan
Anggaran
Pejabat
Pengelola
Keuangan
Daerah
yang
selanjutnya disingkat DPPA-PPKD adalah dokumen
pelaksanaan perubahan anggaran SKPKD selaku
Bendahara Umum Daerah.
58c.Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan yang
selanjutnya disingkat DPAL adalah dokumen yang
memuat sisa belanja tahun sebelumnya sebagai
dasar pelaksanaan anggaran tahun berikutnya.
59. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas
masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan
dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
60. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat
SPD yang dibuat berdasarkan DPA-SKPD dan Anggaran Kas merupakan dokumen yang menyatakan
tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP.
61. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh
bendahara pengeluaran atas permintaan pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan untuk mengajukan permintaan pembayaran.
62. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka
kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving)
yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran
langsung.

12

63. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh
bendahara pengeluaran untuk permintaan penggantian uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
64. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya
disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan
oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan
tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan
uang persediaan.
65. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS
adalah dokumen yang diajukan olehbendahara
pengeluaran untuk permintaan pembayaran langsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya dan
pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK.
65a.SPP langsung PPKD yang selanjutnya disingkat SPPLS PPKD adalah dokumen yang diajukan oleh
bendahara pengeluaran PPKD untuk permintaan
pembayaran
atas
transaksi-transaksi
yang
dilakukan
PPKD
dengan
jumlah,
penerima,
peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu.
66. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPKSKPD yang ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran sebagai dasar pengajuan pencairan dana atas beban pengeluaran DPASKPD.
67. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh
BUD berdasarkan SPM.
68. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK-SKPD yang ditandatangani oleh
pengguna anggaran /kuasa pengguna anggaran sebagai dasar pengajuan penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD kepada Bendahara Pengeluaran /Bendahara Pengeluaran Pembantu /pihak ketiga (rekanan).
69. Uang Persediaan adalah sejumlah uang tunai yang

13

70.

71.

72.

73.

74.
75.

76.
77.

disediakan untuk satuan kerja dalam melaksanakan
kegiatan operasional sehari-hari.
Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh PPK-SKPD yang ditandatangani oleh
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran sebagai dasar pengajuan penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan
operasional kantor sehari-hari.
Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan
yang selanjutnya disingkat SPM-GUadalah dokumen
yang diterbitkan oleh PPK-SKPD yang ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran sebagai dasar pengajuan penerbitan SP2D
atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya
dipergunakan untuk mengganti uang persediaan
yang telah dibelanjakan.
Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK-SKPD yang ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran sebagai dasar pengajuan penerbitan
SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena
kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas
pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan.
Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan atau akibat
lainnya yang sah.
Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah.
Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
berdasarkan ketentuan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
Obligasi Daerah adalah Pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum
di pasar modal.
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk

14

menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
78. Sistem Pengendalian Intern Keuangan Daerah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang
dilakukan oleh lembaga/badan/unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengendalian melalui audit dan evaluasi, untuk menjamin agar pelaksanaan kebijakan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan rencana dan ketentuan perundang-undangan.
79. Kerugian Daerah adalah kekurangan berupa uang,
surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
80. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di
lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
80a.Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang
dianggarkan dan dilaksanakan untuk masa lebih
dari 1 (satu) tahun anggaran yang pekerjaannya
dilakukan melalui kontrak tahun jamak.
80b.Bantuan Operasional Sekolah, yang selanjutnya
disingkat BOS merupakan dana yang digunakan
terutama untuk biaya non personalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksanaan program
wajib belajar, sesuai dengan peraturan perundang
undangan.
81. Investasi adalah penggunaan kekayaan daerah untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga,
dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat
lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
82. Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsipprinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
83. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Pemerintah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung selama suatu periode.

15

84. Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat
menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan
kegiatan.
85. Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal yang
melibatkan staf dalam satu institusi atau lebih,
yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seragam atas kegiatan yang terjadi berulang.
1.
Ketentuan Pasal 7, ditambahkan ayat baru yaitu
ayat (2) huruf g, sehingga Pasal 7 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7

(1) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
adalah Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan, dan Asset Daerah yang mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD).
(2) Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b mempunyai tugas:
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan
pengelolaan keuangan daerah;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan
Perubahan APBD;
c. melaksanakan
pemungutan
pendapatan
daerah
yang
telah
ditetapkan
dengan
Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi BUD;
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam
rangka
pertanggungjawaban
pelaksanaan
APBD;
f.
melaksanakan tugas lainnya berdasarkan
kuasa yang dilimpahkan oleh Gubernur.
g. menerbitkan SP2D dengan nilai yang
ditetapkan dengan keputusan gubernur.
(3) PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD
berwenang:
a.
menyusun kebijakan dan pedoman
pelaksanaan APBD;
b.
mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD dan
DPA-PPKD/DPPA-PPKD;

16

c.
d.

melakukan

pengendalian

pelaksanaan

APBD;

memberikan
petunjuk
teknis
pelaksanaan
sistem
penerimaan
dan
pengeluaran kas daerah;
e.
melaksanakan
pemungutan
pajak
daerah;
f.
memantau pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga
keuangan lainnya yang telah ditunjuk;
g.
mengusahakan dan mengatur dana yang
diperlukan dalam pelaksanaan APBD;
h.
menyimpan uang daerah;
i.
menetapkan SPD;
j.
melaksanakan penempatan uang daerah
dan
mengelola
serta
menatausahakan
investasi;
k.
melakukan pembayaran berdasarkan
permintaan pejabat pengguna anggaran atas
beban rekening kas umum daerah;
l.
menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan
pemberian jaminan atas nama pemerintah
daerah;
m.
melaksanakan pemberian pinjaman atas
nama pemerintah daerah;
n.
melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah;
o.
melakukan penagihan piutang daerah;
p.
melaksanakan sistem akuntansi dan
pelaporan keuangan daerah;
q.
menyajikan informasi keuangan daerah;
r.
melaksanakan kebijakan dan pedoman
pengelolaan serta penghapusan barang milik
daerah.
(4) PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di ling kungan satuan kerja pengelola keuangan daerah
selaku kuasa BUD.
(5) PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur melalui sekretaris daerah.
2.

Ketentuan Pasal 8 ayat (3) huruf c diubah, ditambahkan ayat baru yaitu ayat (6) dan ayat (7),

17

sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8

(1) Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (4) ditetapkan dengan
keputusan Gubernur.
(2) Pejabat yang ditunjuk sebagai Kuasa Bendahara
Umum Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah Kepala Bidang Perbendaharaan dan
Verifikasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Asset Daerah.
(3) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mempunyai tugas:
a. menyiapkan anggaran kas;
b. menyiapkan SPD;
c. menerbitkan SP2D dengan nilai yang
ditetapkan dengan keputusan gubernur;
d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan
kekayaan daerah;
(4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) Kuasa Bendahara Umum Daerah
berwenang:
a.
memantau pelaksanaan penerimaan
dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau
lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
b.
mengusahakan dan mengatur dana
yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;
c.
menyimpan uang daerah;
d.
melaksanakan
penempatan
uang
daerah
dan
mengelola/menatausahakan
investasi daerah;

e.

melakukan pembayaran berdasarkan
permintaan pejabat pengguna anggaran atas
beban rekening kas umum daerah;
f.
melaksanakan pemberian pinjaman atas
nama pemerintah daerah;
g.
melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
h.
melakukan penagihan piutang daerah.
(5) Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugasnya kepada BUD.

18

(6) Bentuk pertanggungjawaban Kuasa BUD kepada
BUD dalam hal penerbitan SP2D adalah Laporan
penerbitan SP2D setiap bulan dalam bentuk
register.
(7) Bentuk pertanggungjawaban Kuasa BUD kepada
BUD dalam hal pelaksanaan tugas lainnya
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
3.

Ketentuan Pasal 10 ditambahkan ayat baru yaitu ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), sehingga Pasal 10
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 10

(1) Kepala

SKPD
selaku
pejabat
pengguna
anggaran/pengguna
barang
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c
mempunyai tugas:
a. menyusun RKA-SKPD;
b. menyusun DPA-SKPD;
c.
melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran atas beban anggaran belanja;
d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
f.
melaksanakan pemungutan penerimaan bukan
pajak;
g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan;
h. menandatangani SPM;
i.
mengelola utang dan piutang yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
j.
mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah
yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya;
k. menyusun
dan
menyampaikan
laporan
keuangan SKPD yang dipimpinnya;
l.
mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang
dipimpinnya;
m. melaksanakan
tugas-tugas
pengguna
anggaran /pengguna barang lainnya berdasarkan

19

(2)
(3)

(4)

(5)

4.

kuasa yang dilimpahkan oleh Gubernur; dan
n. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya
kepada Gubernur melalui sekretaris daerah.
Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur melalui
sekretaris daerah.
Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang bertindak sebagai
Pejabat Pembuat Komitmen sesuai peraturan
perundang-undangan
di
bidang
Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Penunjukkan
Kepala SKPD selaku
Pejabat
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang ditetapkan
dengan Keputusan Gubernur dan akan diubah
apabila Kepala SKPD dipindah tugaskan/ pensiun/
diberhentikan dari jabatannya/ berhalangan
sementara melebihi 1 (satu) bulan.
Keputusan
Gubernur
tentang
perubahan
penunjukkan Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang apabila Kepala SKPD
dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan
dari
jabatannya/ berhalangan sementara diperkirakan
melebihi 1 bulan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) akan berlaku efektif sehari setelah tanggal
pelantikan pejabat yang baru dan atau sehari
setelah kepala SKPD berhalangan sementara.
Ketentuan
Pasal
11
ayat
(1)
diubah,
ditambahkan ayat baru yaitu ayat (6), ayat (7) dan
ayat (8), sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 11

(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala
unit kerja (Kepala biro, Kepala UPTD, Kepala UPTB)
pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa
pengguna barang.
(2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana
tersebut pada ayat (1) berdasarkan besaran SKPD,

20

besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, rentang kendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya.
(3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur
atas usul kepala SKPD.
(4) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a.
melakukan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja;
b.
melaksanakan
anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
c.
melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
d.
mengawasi
pelaksanaan
anggaran
unit
kerja
yang
dipimpinnya; dan
e.
melaksanakan
tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh
pejabat pengguna anggaran.
(5) Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna
anggaran/ pengguna barang.
(6) Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Kuasa
Pengguna
Anggaran/Kuasa
Pengguna
Barang
bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen
sesuai peraturan perundang-undangan di bidang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
(7) Penunjukkan Kuasa Pengguna Anggaran /Kuasa
Pengguna Barang ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur dan akan diubah apabila Pejabat yang
ditunjuk sebagai Kuasa Pengguna Anggaran /Kuasa
Pengguna
Barang
dipindahtugaskan
/pensiun
/diberhentikan
dari
jabatannya
/berhalangan
sementara melebihi 1 (satu) bulan.
(8) Keputusan
Gubernur
tentang
perubahan
penunjukkan Kuasa Pengguna Anggaran /Kuasa
Pengguna Barang apabila pejabat yang ditunjuk
sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran /Kuasa
Pengguna
Barang
dipindahtugaskan
/pensiun

21

/diberhentikan
dari
jabatannya
/berhalangan
sementara melebihi 1 bulan sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) akan berlaku efektif sehari setelah
tanggal pelantikan pejabat yang baru dan atau
sehari setelah kepala SKPD berhalangan sementara.
5.

Ketentuan Pasal 12 ayat (7) huruf c diubah, ditambah 1 (satu) ayat yaitu ayat (8), sehingga Pasal
12 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 12

(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

dan kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna
barang dalam melaksanakan program dan
kegiatan menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD
selaku PPTK.
Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan pertimbangan kompetensi
jabatan, anggaran
kegiatan,
beban kerja,
lokasi,
dan/atau
rentang
kendali
dan
pertimbangan objektif lainnya.
PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna
anggaran/pengguna
barang
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas
pelaksanaan
tugasnya
kepada
pengguna
anggaran/pengguna barang.
PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna
anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada kuasa pengguna
anggaran/kuasa pengguna barang.
PPTK mempunyai tugas mencakup:
a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. melaporkan
perkembangan
pelaksanaan
kegiatan; dan
c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban
pengeluaran pelaksanaan kegiatan.
Dokumen anggaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf c mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi
yang terkait dengan persyaratan pembayaran
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

22

(7) Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) adalah sebagai
berikut
a.
PNS
serendah-rendahnya
golongan III;
b.
memiliki integritas yang
tinggi;
c.
memiliki sertifikat PPTK
atau
sertifikat
keahlian
pengadaan
barang/jasa pemerintah, jika dalam SKPD tidak
terdapat PNS yang memiliki sertifikat PPTK
atau
sertifikat
keahlian
pengadaan
barang/jasa pemerintah, maka PA/KPA dapat
mengangkat PNS yang sudah memiliki
pengalaman sebagai PPTK;
d.
Pendidikan
sekurangkurangnya SLTA sederajat;
e.
mengerti dan memahami
peraturan-peraturan
tentang
pedoman
pengadaan barang/jasa pemerintah;
f.
PPTK
tidak
dibolehkan
merangkap sebagai PPK SKPD.
(8) Apabila pejabat yang ditunjuk sebagaimana ayat
(1) dan pertimbangan sebagaimana ayat (2) tidak
dapat dipenuhi, maka Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Barang dapat menunjuk PNS pada unit
kerja SKPD tersebut dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (7).
6.

Ketentuan Pasal 13 ayat (2) huruf a, huruf b,
huruf c, ayat (4) huruf a, huruf b, huruf d, dan ayat
(6) huruf a diubah, ditambahkan huruf baru di ayat
(4) yaitu huruf e, huruf f, huruf g, diantara ayat (4)
dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat baru yaitu
ayat (4a), sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 13

(1) Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat
dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan
pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha
keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD.

23

(2) PPK-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas:
a.
meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan
barang dan jasa yang disampaikan oleh
bendahara
pengeluaran/
bendahara
pengeluaran
Pembantu
dan
diketahui/
disetujui oleh PPTK;
b.
meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU
dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta
penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang
diajukan
oleh
bendahara
pengeluaran/
bendahara pengeluaran Pembantu;
c.
melakukan verifikasi dokumen pendukung
SPP, dengan menguji;
1. kebenaran dan keabsahan dokumen/suratsurat
keputusan
yang
menjadi
persyaratan/kelengkapan
pembayaran
belanja pegawai;
2. kebenaran data pihak yang berhak
menerima pembayaran atas beban APBD;
3. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume
barang/jasa sebagaimana yang tercantum
dalam surat perjanjian/kontrak dengan
barang/jasa
yang
diserahkan
oleh
penyedia barang/jasa;
4. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume
barang/jasa sebagaimana yang tercantum
pada dokumen serah terima barang/jasa
dengan
dokumen
surat
perjanjian/kontrak;
5. kebenaran, keabsahan serta akibat yang
timbul dari penggunaan surat bukti
mengenai hak tagih kepada pemerintah
daerah;
6. ketepatan jangka waktu penyelesaian
pekerjaan sebagaimana yang tercantum
pada dokumen serah terima barang
dengan dokumen surat perjanjian/kontrak;
7. menguji besaran pengenaan pajak atas
pembayaran yang dilakukan dan/atau
menguji besaran denda keterlambatan
yang
dikenakan
atas
keterlambatan
penyelesaian pekerjaan;

24

8.

menguji
pengenaan
pajak
atas
pembayaran yang dilakukan dan menguji
besaran
denda
keterlambatan
yang
dikenakan
atas
keterlambatan
penyelesaian pekerjaan;
9. menguji
kesesuaian/kebenaran
tandatangan pada surat-surat/dokumen
yang menimbulkan hak tagih dan pada
dokumen SPP;
10. menguji syarat-syarat kebenaran dan
keabsahan jaminan atas pembayaran
uang muka dan retensi.
d.
e.
f.
g.

menyiapkan SPM;
melakukan verifikasi harian atas penerimaan;
melaksanakan akuntansi SKPD; dan
menyiapkan laporan keuangan SKPD.

(3) Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam
DPA-PPKD yang mengalokasikan belanja bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,
bantuan keuangan, belanja tidak terduga, dan
pembiayaan,
kepala
SKPKD
selaku
PPKD
menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi
tata usaha keuangan pada SKPKD sebagai PPKSKPKD.

(4) PPK-SKPKD sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) mempunyai tugas:
a. meneliti kelengkapan SPP-LS PPKD yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran PPKD
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
b. melakukan verifikasi SPP-LS PPKD, dengan
cara:
1. meneliti kelengkapan dokumen administrasi
pengajuan SPP-LS PPKD;
2. melakukan pengujian atas dokumen lampiran
SPP-LS PPKD;
3. memastikan ketersediaan dana yang tercantum
dalam DPA dan SPD PPKD;
4. melakukan pengembalian SPP-LS PPKD apabila
dinyatakan persyaratan penerbitan SPM tidak
terpenuhi.
c. menyiapkan SPM;

25

d.
e.
f.
g.

Melakukan verifikasi atas penerimaan PPKD;
melaksanakan akuntansi pada SKPKD;
menyiapkan anggaran kas PPKD;
menyiapkan laporan keuangan atas belanja
PPKD.
(4a)Pada SKPD yang bertindak selaku SKPKD, dapat
ditunjuk (1) satu orang PPK SKPD, (1) satu orang
PPK SKPKD, atau PPK-SKPD dan PPK-SKPKD dapat
dirangkap oleh 1 (satu) orang PPK.
(5) PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat
yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.
(6) Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Pejabat
Penatausahaan Keuangan Daerah (PPK-SKPD)
sebagai berikut:
a.
PNS yang menjabat sebagai
Kasubbag Keuangan atau Kasubbag lain apabila
tidak terdapat Kasubbag Keuangan pada SKPD;
b.
Memiliki integritas yang
tinggi;
c.
Mengerti dan memahami
peraturan-peraturan
tentang
pengelolaan
keuangan daerah.
7.

Ketentuan Pasal 14 ayat (1) diubah, diantara
ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat baru
yaitu ayat (1a), dan ditambahkan ayat baru yaitu
ayat (8), sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 14

(1) Kepala SKPD menyampaikan usulan nama calon
bendahara penerimaan/bendahara pengeluaran kepada Gubernur melalui PPKD untuk diteliti.
(1a)Gubernur atas usul PPKD menetapkan bendahara
penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran pada SKPD.
(2) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pejabat fungsional.
(3) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung

26

dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/
penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau
menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga
keuangan lainnya atas nama pribadi.
(4) Dalam hal pengguna anggaran melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kuasa pengguna anggaran, Gubernur menetapkan bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu pada unit kerja terkait.
(5) Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara
pengeluaran pembantu bertanggungjawab kepada
bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran pada SKPD yang bersangkutan.
(6) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.
(7) Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi bendahara penerimaan dan bendahara penerimaan
pembantu serta bendahara pengeluaran dan bendahara pengeluaran pembantu adalah sebagai berikut :
a.
PNS
serendah-rendahnya
golongan II dan setinggi-tingginya golongan III;
b.
Memiliki integritas yang
tinggi;
c.
Memiliki
sertifikat
kebendaharaan
d.
Usia setinggi-tingginya 46
tahun;
e.
Pendidikan
sekurangkurangnya SLTA sederajat
f.
Bendahara penerimaan dan
bendahara
pengeluaran
tidak
dibolehkan
merangkap sebagai PPK SKPD dan PPTK.
g.
Bendahara penerimaan dan
bendahara
pengeluaran
tidak
dibolehkan
merangkap dalam jabatan struktural dan
fungsional lainnya.
(8) Penunjukkan Bendahara Penerimaan /Bendahara
Penerimaan Pembantu dan Bendahara Pengeluaran
/Bendahara Pengeluaran Pembantu
ditetapkan
dengan Keputusan Gubernur dan akan diubah apa-

27

bila pegawai yang ditunjuk sebagai Bendahara Penerimaan /Bendahara Penerimaan Pembantu dan
Bendahara Pengeluaran /Bendahara Pengeluaran
Pembantu dipindah tugaskan /pensiun /diberhentikan dari jabatannya /berhalangan sementara melebihi 3 (tiga) bulan.
8.

Ketentuan Pasal 22 huruf c, dan huruf d diubah,
sehingga Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 22

Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah
dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:
a.

b.
c.
d.
9.

hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang
tidak mengikat;
dana darurat dari pemerintah dalam
rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam;
dana penyesuaian yang ditetapkan oleh
pemerintah; dan
bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah lainnya.
Ketentuan Pasal 29 ayat (4), ayat (5) dan ayat
(7) diubah, sehingga Pasal 29 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 29

(1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 huruf a merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji/uang representasi dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang
diberikan kepada gubernur, wakil gubernur,
pimpinan dan anggota DPRD serta pegawai
negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(2) Belanja bunga sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 28 huruf b digunakan untuk menganggarkan

28

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

10.

pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
Belanja subsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c digunakan untuk menganggarkan
bantuan
biaya
produksi
kepada
perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual
produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau
oleh masyarakat banyak.
Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 huruf d digunakan untuk menganggarkan
pemberian hibah dalam bentuk uang, barang
dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah
daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat,
dan organisasi kemasyarakatan sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah yang secara spesifik
telah ditetapkan dalam peraturan gubernur
tersendiri.
Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf e digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial
kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat yang
ditetapkan tersendiri dengan peraturan gubernur.
Belanja bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 huruf f digunakan untuk menganggarkan
dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan
provinsi kepada kabupaten/kota kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf g digunakan untuk mengang garkan bantuan keuangan yang bersifat umum
atau
khusus
dari
provinsi
kepada
kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada
pemerintah daerah lainnya dalam rangka
pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan
keuangan dan kepada Partai Politik.
Ketentuan Pasal 34 ayat (1), dan ayat (2) diubah, sehingga Pasal 34 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 34

29

(1) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (1) huruf b digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai
manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan
daerah, termasuk barang yang akan diserahkan
atau dijual kepada masyarakat atau pihak ketiga.
(2) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa belanja barang pakai habis,
bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan,
sewa rumah/gedung/ gudang/parkir, sewa sarana
mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan
peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian
dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus
dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, belanja
transportasi dan akomodasi, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai, pemeliharaan,
jasa
konsultansi,
dan
lain-lain
pengadaan
barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis serta
pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat atau pihak ketiga.
11.

Ketentuan Pasal 42 ayat (3) diubah, sehingga
Pasal 42 berbunyi sebagai berikut: