OPTIMALISASI HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT BERLANDASKAN EKSISTENSI HUKUM POSITIF.

JURNAL ILMIAH
OPTIMALISASI HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT
BERLANDASKAN EKSISTENSI HUKUM POSITIF

Diajukan oleh :
YUSI PRININGRUMSARI
NPM

: 120511074

Program Studi

: Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Peradilan Pidana

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
FAKULTAS HUKUM
2016

OPTIMALISASI HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT

BERLANDASKAN EKSISTENSI HUKUM POSITIF
YusiPriningrumsari
FakultasHukum – UniversitasAtma Jaya Yogyakarta
ABSTRAK
Pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat diadakan
di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Kelas II A Yogyakarta dan melaporkan kepada
Ketua MK, tetapi ada berbagai masalah yang dihadapi oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta
terhadap Hakim Pengawas dan Pengamat, yaitu pelaksanaan tugas hakim itu sendiri. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menentukan dan memperoleh data yang akan dianalisis untuk
memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang keberadaan hukum positif sebagai dasar untuk
melaksanakan fungsi Pengawas dan Pengamat Hakim untuk dilaksanakan secara optimal.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keberadaan hukum positif sebagai dasar untuk melaksanakan fungsi
Pengawas dan Pengamat Hakim masih memiliki kelemahan seperti kunjungan Hakim
Pengawas dan Pengamat yang memeriksa di tempat dalam waktu tiga bulan tidak kurang dari
1 jam. Hakim Pengawas dan Pengamat juga hanya mendaftar dan hanya meminta tanda
tangan dari tahanan dalam melakukan review keadaan, suasana dan aktivitas yang
berlangsung di Lembaga Pemasyarakatan dan dalam sebuah wawancara dengan narapidana
mengenai pengobatan ihkwal tahanan diri dan wawancara dengan petugas pemasyarakatan
tentang perilaku narapidana dan hasil pelatihan narapidana baik kemajuan dan kemunduran.

Kata kunci: hakim pengawas dan pengamat, optimasi, implementasi, dan eksistensi.

ABSTRACT
Supervision and observations made by the Supervisory Judge and Observer held at
the Correctional Institution Wirogunan Class II A Yogyakarta and reported to the Chairman
of the Court, but there are various problems faced by the Yogyakarta District Court against
Judge Supervisors and Observers, namely the implementation of the task of the judges
themselves. The purpose of this study was to determine and obtain data to be analyzed in
order to obtain answers to questions about the existence of positive law as the basis for
implementing the function of Supervisor and Observer Judge to be implemented optimally.
This type of research used in this research is normative. The results showed that the existence
of positive law as the basis for implementing the function of Supervisor and Observer Judge
still has weaknesses such as a Supervisory Judge visits and Observers who do checking on
the spot within three months of not less than 1 hour. Judge Supervisors and Observers also
just register and merely ask for the signa ture of inmates in conducting a review of the
circumstances, the atmosphere and the activities that take place at the Penitentiary and in an
interview with the inmate regarding ihkwal treatment of self prisoners and interviews with

correctional officers about the behavior of inmates and inmate training results both progress
made and setbacks.


Keywords:supervisory judge and observer, optimization ,implementation,and existence.

hakim yang bertugas mengawal jalannya

A. PENDAHULUAN
Negara Republik Indonesia adalah
negara hukum, oleh karena itu negara
tidak

boleh

melaksanakan

kewenangannya atas dasar kekuasaan
belaka, tetapi harus berdasarkan hukum.
Indonesia adalah negara hukum yang
demokratis berdasarkan Pancasila dan
UUD Negara Republik Indonesia 1945,
menjunjung tinggi hak asasi manusia

dan

persamaan

dalam

hukum

dan

pemerintahan. Salah satu ciri negara
hukum

Indonesia

pembagian

yaitu

kekuasaan,


adanya

antara

lain:

eksekutif,

legislatif,

yudikatif.

Kekuasaan

yudikatif

(mengadili)

dilaksanakan


dalam

suatu

sistem

peradilan pidana dan peradilan perdata
yang terbagi atas beberapa subsistem,
yaitu: Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan
serta Lembaga Pemasyarakatan. Dilihat
dari

pembagian

subsistem

tersebut

Pengadilan selalu diidentikkan dengan


pemeriksaan sidang pengadilan.
Pasal 1 butir 8 KUHAP menyatakan
bahwa Hakim adalah pejabat peradilan
Negara yang diberi wewenang oleh
undang-undang

untuk

mengadili.

Sedangkan istilah hakim artinya orang
yang

mengadili

perkara

dalam


pengadilan atau Mahkamah.
Di samping tugas mengadili, hakim
yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan
Negeri mempunyai tugas lain yaitu
untuk melaksanakan pengawasan dan
pengamatan

terhadap

putusan

pengadilan sebagaimana diatur dalam
Pasal 277-283 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Kitab UndangUndang
(KUHAP).

Hukum
Tugas

Acara


Pidana

pengawasan

dan

pengamatan ini dilaksanakan setelah
pengadilan menjatuhkan putusan pidana
penjara atau kurungan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap, artinya putusan
tersebut sudah tidak ada upaya hukum
lagi.

Pelaksanaan

pengawasan

dan


Keberadaan Hakim Pengawas dan

pengamatan yang dilakukan oleh Hakim

Pengamat diatur dalam Undang-undang

Pengawas dan Pengamat, dilaporkan

Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum

kepada Ketua Pengadilan Negeri. Hakim

Acara

Pidana

Pengawas dan Pengamat pada dasarnya

Nomor


48

mempunyai 2 (dua) tugas pokok dalam

Kekuasaan

pelaksanaan putusan pengadilan yaitu

dalam Surat Edaran Mahkamah Agung

pengawasan dan pengamatan. Ketentuan

R.I. No. 7 Tahun 1985 tentang Petunjuk

mengenai

Hakim

Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas

Pengawas dan Pengamat dinyatakan

dan Pengamat. Keberadaan peraturan-

dalam Pasal 280 ayat (1) KUHAP yang

peraturan ini dirasakan belum mampu

menentukan bahwa Hakim Pengawas

memaksimalkan

dan Pengamat mengadakan pengawasan

Pengawas

guna

LembagaPemasyarakatan.

pengawasan

memperoleh

putusan

oleh

kepastian

pengadilan

sebagaimana

dilaksanakan

mestinya.

Pengamatan
Pengamat

bahwa

Hakim

Dalam

Pengawas

melakukan

dan

pengamatan

terhadap narapidana selama mereka
menjalani masa pidananya terutama
mengenai

perilaku

mereka

masing-

masing maupun perlakuan para petugas
dari Lembaga Pemasyarakatan terhadap
diri narapidana itu sendiri. Dengan
demikian, hakim akan dapat mengetahui
sampai

dimana

tampak

hasil

putusan
baik

pengadilan

buruknya

pada

dirinarapidana yang bersangkutan.1

dan
Tahun

Undang-Undang
2009

Kehakiman,

Tentang

juga

diatur

peranan

dan

Hakim

Pengamat

di

Meskipun pengaturan tugas Hakim
Pengawas dan Pengamat sudah diatur
dalam peraturan perundang-undangan
yang telah ada, pada kenyataannya
bahwa

dalam

pemasyarakatan

pelaksanaan
di

dalam

sistem
lembaga

pemasyarakatan sering ditemui berbagai
masalah. Dalam hal ini, tidak menutup
kemungkinan

penyebabnya

karena

hukum yang dijatuhkan hakim terhadap
seorang terpidana terlalu berat atau
terlalu ringan dari yang sewajarnya atas
suatu kejahatan. Ini menggambarkan
tidak

berhasilnya

memberikan

pidana

pengadilan
yang

dapat

memperbaiki pelaku kejahatan, sehingga
1

Suryono Sutarto, 1990, Sari Hukum Acara Pidana ,
Yayasan Cendikia Purna Dharma, Semarang, hlm.10.

menambah ketidakpercayaan masyarakat

pada hukum, sehingga narapidana ingin

tugas pokok sebagai hakim saja sudah

melakukan kejahatan lagi di dalam

keteteran, apalagi jika ditambah tugas

Lembaga Pemasyarakatan atau mungkin

lain sebagai tugas tambahan menjadi

juga

hakim wasmat.

karena

jaksa

terlambat

mengeksekusi putusan sehingga hak-hak

B. RUMUSAN MASALAH

narapidana terhambat untuk diterima
cuti

Berdasarkan latar belakang tersebut,

pembebasan

maka masalahnya dapat dirumuskan,

bersyarat atau mungkin juga petugas

sebagai berikut : Bagaimana eksistensi

Lembaga Pemasyarakatan tidak dapat

hukum positif sebagai dasar pelaksanaan

menerapkan pola pembinaan terhadap

fungsi Hakim Pengawas dan Pengamat

narapidana

agar dapat dilaksanakan dengan optimal?

seperti

remisi,

menjelang

belakang

cuti

bebas

dan

dimaksud
hukuman

bersyarat,

karena
yang

latar

dirasakan

C. METODE PENELITIAN
Dalam penyusunan karya ilmiah

kurang sesuai terhadap dirinya sehingga
tidak

mendukung

program

pola

pembinaan.2
Keberadaan hakim pengawas dan
pengamat yang diatur dalam peraturan
belum berjalan secara optimal di suatu
wilayah Yogyakarta karena jumlah dari
hakim pengawas dan pengamat masih
minim dibandingkan dengan jumlah
perkara yang ada, dan akan sangat
membebani tugas pokok hakim untuk
mengadili perkara yang tidak sebanding
dengan jumlah hakim dengan perkara
yang harus disidangkan. Melaksanakan
2

diperlukan metode penelitian yang jelas
untuk

memudahkan

penelitian

dan

penyusunan laporan secara sistematik.
Metode

yang

digunakan

dalam

penyusunan jurnal ini adalah sebagai
berikut:
1.

Jenis Penelitian
Penelitian

hukum

yang

digunakan adalah penelitian hukum
normatif,

yaitu

penelitian

yang

mengkaji peraturan hukum positif
yang berlaku.

Penelitian

hukum

normatif adalah penelitian hukum
dengan melakukan abstraksi melalui

AndiHamzah, 1983, Suatu Tinjauan Ringkas Sistem

proses deduksi dari norma hukum

Pemidanaan di Indonesia , Akedemika Pressindo,

positif yang berupa sistematisasi

Jakarta.

hukum

dan

sinkronisasi

hukum

secara vertikal dan horizontal, yang
dilakukan

dengan

3)

Undang-undang

Nomor

8

deskripsi,

Tahun 1981 tentang Kitab

sistematisasi, analisis, interprestasi,

Undang-Undang Hukum Acara

dan menilai hukum positif terhadap

Pidana Bab XX yaitu Pasal 277

permasalahan

sampai

yang

menyangkut

dengan

Pasal

283,

rumusan masalah. Dalam hal ini

Lembaran

penelitian hukum normatif mengkaji

Indonesia tahun 1981 Nomor

peraturan hukum positif yang berupa

76, tambahan lembaran Negara

peraturan perundang-undangan yang

Republik

berkaitan dengan optimalisasi hakim

3209.

pengawas

dan

pengamat

berlandaskan

eksistensi

4)

hukum

Surat

Negara

Republik

Indonesia

Edaran

Nomor

Mahkamah

Agung Nomor 3 Tahun 1984,

positif.

tentang

2. Sumber Data

Pelaksanaan

Tugas

KIMWASMAT.

Penelitian hukum normatif, data

5)

Surat

Edaran

Mahkamah

yang digunakan yaitu berupa data

Agung Nomor 7 Tahun 1985

sekunder yang dipakai sebagai data

tentang Petunjuk Pelaksanaan

utama, adalah:

Tugas Hakim Pengawas dan

a. Bahan

Hukum

Primer,

meliputi

Pengamat

perundang-undangan yang berkaitan
dengan penulisan hukum ini, yaitu :
1)

Indonesia

Tahun

1945 Pasal 28 ayat (1).
2)

Undang-undang

11

Februari 1985.
b. Bahan Hukum Sekunder

Undang-Undang Dasar Negara
Republik

tertanggal

Bahan

hukum

sekunder

diperoleh dari buku, karya ilmiah
yang disampaikan dalam diskusi atau

48

seminar, laporan penelitian, surat

Tahun 2009 tentang Kekuasaan

kabar, dan website atau internet

Kehakiman, Lembaran Negara

perihal optimalisasi hakim pengawas

Republik Indonesia Nomor 157

dan

tambahan

lembaran

Negara

eksistensi hukum positif.

Republik

Indonesia

Nomor

5076.

Nomor

pengamat

c. Bahan Hukum Tersier

berlandaskan

Bahan hukum tersier antara
lain

Kamus

Bahasa

2)

Indonesia,

Bapak Sugeng Warnanto,
S.H

selaku

Hakim

Bahasa Inggris dan Kamus Hukum

WASMAT di Pengadilan

untuk

Negeri Yogyakarta

menunjang

bahan

hukum

primer dan bahan hukum sekunder.

3)

3. Metode Pengumpulan Data

selaku Kepala Sub Bagian

a. Studi Kepustakaan

Registrasi

LAPAS

Studi kepustakaan dengan

Wirogunan

mempelajari bahan hukum primer

4. Metode Analisis Data

dan sekunder, yaitu dengan cara

a. Bahan hukum primer

mempelajari,

1)

membaca

dan

Deskripsi yaitu menguraikan atau

memahami buku-buku, literature,

memaparkan

peraturan

perundang-undang mengenai isi

perundang-undangan,

pendapat

serta

mencatat

dan

maupun

peraturan

struktur

yang terkait

menganalisa guna memperoleh

dengan

data mengenai eksistensi hukum

pengawas

positif sebagai dasar pelaksanaan

Pengadilan Negeri Yogyakarta.

fungsi

b.

Ibu Desy Afneliza , A.Md. IP

Hakim

Pengawas

dan

2)

optimalisasi
dan

Sistematisasi

hakim

pengamat

dari

di

peraturan

Pengamat agar dapat dilaksanakan

perundang-undangan tersebut satu

dengan optimal.

sama

Wawancara

Ditemukan

Wawancara

lain

saling
adana

terkait.

sistematisasi

dilakukan

secara vertikal dalam Undang-

mengenai

undang Dasar Negara Republik

optimalisasi hakim pengawas dan

Indonesia Tahun 1945 Pasal 28D

pengamat

ayat (1) menegaskan bahwa “

dengan

narasumber

eksistensi

yang

berlandaskan

hukum

positif.

Setiap

orang

berhak

atas

Wawancara dilakukan dengan :

pengakuan, jaminan, perlindungan

1)

Bapak Asep Permana,S.H.,

dan kepastian hukum yang adil

M.H

serta

selaku

Pengadilan
Yogyakarta

Hakim

di

Negeri

perlakuan

dihadapan

yang

hukum”

sama
dengan

Undang-undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang kehakiman Pasal 54

sistematisasi

dan 55 yang menegaskan bahwa “

dalam Undang-Undang Nomor 48

Pengawasan

pengamatan

Tahun 2009 lembaran Negara

pengadilan

Republik Indonesia Nomor 157

terhadap

dan

putusan

secara

horizontal

dilakukan dalam rangka untuk

tambahan

memberikan

dan

Republik Indonesia Nomor 5076

agar

yang

jaminan

kepastian

hukum

lembaran

menegaskan

Negara
bahwa



perikemanusiaan dan perikeadilan

Pengawasan

tetap terpelihara” dan Undang-

terhadap

Undang Nomor 8 Tahun 1981

dilakukan dalam rangka untuk

tentang

memberikan

Kitab

Undang-Undang

dan

pengamatan

putusan

pengadilan

jaminan

dan

Hukum Acara Pidana Bab XX

kepastian

yaitu Pasal 277 sampai dengan

perikemanusiaan dan perikeadilan

Pasal

menegaskan yang pada

tetap terpelihara” dengan Undang-

intinya bahwa “Pengawasan dan

Undang Nomor 8 Tahun 1981

pengamatan putusan pengadilan

tentang

dilakukan

rangka

Hukum Acara Pidana Bab XX

memperoleh kepastian hukum”.

yaitu Pasal 277 sampai dengan

Secara

Pasal

dalam

vertikal

sinkronisasi,

telah

sehingga

ada

hukum

Kitab

283,

agar

Undang-Undang

lembaran

Negara

prinsip

Republik Indonesia Tahun 1981

penalaran hukum yang digunakan

Nomor 76, tambahan Lembaran

adalah prinsip penalaran hukum

Negara

subsumsi yaitu adanya hubungan

Nomor 3209, menegaskan yang

logis antara dua aturan dalam

pada intinya bahwa “ Pengawasan

hubungan

dan

antara

peraturan

Republik

pengamatan

perundang-undangan yang lebih

pengadilan

rendah, sehingga tidak diperlukan

rangka

asas

hukum”.

berlakunya

praturan

perundang-undangan.
Selain
vertikal,

memperoleh
Sedangkan

putusan
dalam
kepastian
didalam

Surat Edaran Mahkamah Agung

sistematisasi
juga

dilakukan

Indonesia

secara

dilakukan

No.

3

Tahun

Pelaksanaan

1984,

tentang
Tugas

KIMWASMAT dan Surat Edaran

teleoogis

Mahkamah Agung No. 7 Tahun

metode dalam menentukan isi dan

1985

tujuan hukum dalam penerapan

tentang

pelaksanaan

Petunjuk

tugas

hakim

tugas

pengawas dan pengamat yang
merupakan

pelengkap

peraturan
yang

perundang-undangan

lebih

tinggi

tersebut.

Sistematisasi

secara

horizontal

ditunjukkan

dengan

adanya

harmonisasi,

maka

prinsip

5)

pengawas

dan

Menilai hukum positif, dalam hal
ini

menilai

tentang

peraturan

perundang-undangan

yang

berkaitan dan mengatur mengenai
hakim pengawas dan pengamat.
b. Bahan hukum sekunder

kontradiksi yaitu ada pertentangan

penulisan

dalam

yang

bahan-bahan

sehingga

tidak

diperoleh

berlakunya

asas

(literatur),

ketentuan

menggunakan

pengamat yang masih berlaku.

Bahan

diperlukan

sekunder
skripsi

dalam

ini

berupa

hukum

yang

dari

buku-buku
jurnal,

peraturan perundang-undangan.

tesis,artikel/makalah

Analisis

penelitian serta bahan-bahan dari

peraturan

undangan

yaitu

(peraturan

4)

hakim

penalaran hukumnya adalah non

sejajar/setara,

3)

dari

yaitu

perundangopen

sistem

internet

perundang-undangan

tentang

diperoleh
atau

hasil

pengertian
pemahaman

boleh dievaluasi/dikaji).

persamaan

Interprestasi hukum gramatikal

perbedaan pendapat, serta hasil

yaitu mengartikan term bagian

wawancara

kalimat menurut bahasa sehari-

Wasmat Pengadilan Negeri serta

hari/hukum. Selain menggunakan

Kepala Sub Bagian Registrasi

interprestasi hukum gramatikal

Lembaga

juga

Wirogunan Yogyakarta sehingga

digunakan

interprestasi

pendapat

Hakimdan

diperoleh

data

mendasarkan

Optimalisasi

lembaga

pengawas

dan

sinkronisasi

atau

tidaknya
harmonisasi,

yang ketiga adalah interprestasi

Hakin

Pemasyarakatan

hukum secara sistematisasi yaitu
ada

atau

tentang
hakim
pengamat

berlandaskan eksistensi hukum

optimalisasi hakim pengawas dan

positif.

pengamat berlandaskan eksistensi

Tahap

terakhir

yaitu

melakukan perbandingan antara
bahan hukum primer dan bahan
hukum

sekunder,

mengetahui

sehingga

ada

tidaknya

antara

peraturan

perundang-undangan

yang

perbedaan

berlaku dengan pendapat hukum
yang

diperoleh

(literatur),

buku-buku

jurnal,

tesis,

artikel/makalah hasil penelitian
serta bahan-bahan dari internet
sehingga diperoleh data tentang
Optimalisasi

lembaga

pengawas

dan

hakim
pengamat

berlandaskan eksistensi hukum
positif.

berpikir

dalam

penulisan skripsi ini adalah secara
deduktif, yaitu bertolak dari posisi
umum yang kebenarannya telah
diketahui

berupa

peraturan

perundang-undangan

tentang

optimalisasi

lembaga

pengawas

dan

hakim
pengamat

berlandaskan eksistensi hukum
positif, dan yang khusus berupa
hasil

D. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pengawasan dan Pengamatan Hakim
Pengawas dan Pengamat

Dalam Surat Edaran Mahkamah
Agung

No.7

Tahun

1985

tentang

Petunjuk Pelaksanaan Tugas Hakim
Pengawas

dan

Pengamat dibedakan

perincian tugas antara “pengawasan” dan
“pengamatan”.
pengawasan
dimaksud

Inti

pengertian

sebagaimana
dalam

Surat

yang
Edaran

Mahkamah Agung No.7 Tahun 1985
adalah

ditujukan

pada

jaksa

dan

Lembaga Pemasyarakatan yang terdiri

5. Proses Berpikir
Proses

hukum positif.

penelitian

mengenai

dari memeriksa dan menandatangani
register pengawasan dan pengamatan
yang berada di kepaniteraan Pengadilan
Negeri dalam praktek di Pengadilan
Negeri menurut Sugeng Warnanto, S.H
selaku Hakim Pengawas dan Pengamat
di Pengadilan Negeri Yogyakarta tugas
itu telah dilakukan.
Hakim pengawas dan pengamat juga
mempunyai

kewajiban

mengadakan

pengecekan paling sedikit 3 (tiga) bulan
sekali kelembaga pemasyarakatan untuk

memeriksa

kebenaran

acara

pelaksanaan tugas checking on the spot

pelaksanaan putusan pengadilan yang

oleh Hakim Pengawas dan Pengamat

ditandatangani oleh jaksa, Lembaga

telah terlaksana namun kurang optimal

pemasyarakatan dan terpidana, menurut

karena waktu kunjungan terbatas, hal

Asep Permana, S.H., M.H, hakim di

ini dikarenakan minimnya anggaran

Pengadilan Negeri Yogyakarta Hakim

untuk

Pengawas

sudah

pengawas dan pengamat dan banyaknya

melakukan checking on the spot ke

perkara yang masuk di Pengadilan

Lembaga Pemasyarakatan seperti yang

Negeri

diperintahkan

undang-undang

Sugeng Warnanto, S.H selaku Hakim

yaitu minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali

Pengawas dan Pengamat juga adalah

untuk memeriksa kebenaran pelaksanaan

Majelis Hakim yang mempunyai tugas

putusan Pengadilan, namun kunjungan

memeriksa dan mengadili perkara yang

yang dilakukan Hakim Pengawas dan

masuk di pengadilan, hal ini jelas

Pengamat di Lembaga Pemasyarakatan

bertolakbelakang dengan tugas yang di

tersebut tidak kurang dari 1 jam.

jelaskan

Mengingat

Mahkamah Agung No. 7 tahun 1985.

dan

berita

Pengamat

dalam

tanggung

jawab

Hakim

Pengawas dan Pengamat yang besar

pelaksanaan

Yogyakarta

di

yang

dalam

Mengadakan

tugas

Surat

hakim

dimana

Edaran

peninjauan terhadap

untuk mengawasi pelaksanaan putusan

keadaan, suasana dan kegiatan-kegiatan

pengadilan dan pembinaan di Lembaga

yang berlangsung didalam lingkungan

Pemasyarakatan, tentu tidak bisa hanya

tembok-tembok

dilihat dengan selintas, apalagi waktu

untuk menilai apakah keadaan lembaga

kunjungan

pemasyarakatan

Hakim

Pengawas

dan

lembaga,

tersebut

khususnya

sudah

Pengamat hanya 3 (tiga) bulan sekali

memenuhi

atau hanya 4 (empat) kali dalam setahun,

pemidanaan tidak dimaksudkan untuk

sedangkan

di

menderitakan dan tidak diperkenankan

Lembaga Pemasyarakatan sangat banyak

merendahkan martabat manusia, serta

yaitu berjumlah 279 narapidana tambah

mengamati dengan mata kepala sendiri

Desy Desy Afneliza, A.Md. IP selaku

perilaku narapidana sehubungan dengan

Kepala Sub Bagian Registrasi LAPAS

pidana yang dijatuhkan kepadanya juga

Wirogunan. Menurut penulis bahwa

merupakan tugas dari Hakim Pengawas

jumlah

narapidana

pengertian

bahwa

dan Pengamat namun menurut Desy

mengadakan

wawancara

langsung

Afneliza, A.Md. IP selaku Kepala Sub

dengan

narapidana

mengenai

Bagian Registrasi LAPAS Wirogunan

halihkwal perlakuan terhadap dirinya,

Hakim Pengawas dan Pengamat dalam

hubungan-hubungan

melakukan tugas ini hanya sekedar

antara sesama mereka sendiri maupun

registrasi dan hanya sebatas meminta

dengan

tandatangan dari narapidana.

pemasyarakatan

Mengadakan

wawancara

para

para

kemanuasiaan

petugas
serta

lembaga

menghubungi

dengan

kepala lembaga pemasyarakatan dan

petugas pemasyarakatan (terutama pada

Ketua Dewan Pembina Pemasyarakan

wali

(DPP), dan jika dipandang perlu juga

pembina

narapidana-narapidana

yang bersangkutan) mengenai perilaku

menghubungi

serta hasil-hasil pembinaan narapidana,

pemasyarakatan pada kantor wilayah

baik kemajuan-kemajuan yang diperoleh

Departemen Hukum dan Hak Asasi

maupun kemunduran-kemunduran yang

Manusia dalam rangka saling tukar

terjadi merupakan kewajiban Hakim

menukar

Pengawas dan Pengamat namun pada

pemecahan

kenyatan di lapangan Hakim pengawas

berkonsultasi mengenai tata perlakuan

dan pengamat tidak melaksanakan tugas

terhadap para narapidana yang bersifat

ini

teknis, baik tata perlakuan didalam

dikarenakan

menurut

Sugeng

koordinator

saran

pendapat

suatu

dalam

masalah

serta

Warnanto, S.H pihak pengadilan tidak

tembok-tembok

ingin dikatakan terlalu ikut campur dan

diluarnya,

mengintervensi

Hakim Pengawas dan Pengamat hanya

Lembaga

Pemasyarakatan

namum

narapidana,

tandatangan dari narapidana, sedangkan

Afneliza,

menurut Desy Afneliza, A.Md, IP masih

A.Md, IP setiap stakeholder maupun

banyak tugas yang tidak dilakukan oleh

masyarakat biasa yang ingin berkunjung

hakim pengawas dan pengamat.

sedangkan

ke

menurut

Lembaga

Desy

Pemasyarakatan

pasti

dilayani dengan baik.

mempunyai

meminta

Berdasarkan hasil penelitian tentang
pelaksanaan tugas Hakim Pengawas dan

Selain itu Hakim Pengawas dan
Pengamat

dan

faktanya

melakukan

terhadap

registrasi

dalam

maupun

melakukan

pembinaan

dalam

lembaga

tugas

untuk

Pengamat

menurut

penulis

bahwa

pelaksanaan tugas checking on the spot

oleh Hakim Pengawas dan Pengamat

dengan ketentuan yang diatur dalam

telah terlaksana namun kurang optimal

Surat Edaran Mahkamah Agung No. 7

karena waktu kunjungan terbatas, hal

tahun 1985, dan juga tidak sesuai dengan

ini dikarenakan minimnya anggaran

tugas yang terdapat dalam Pasal 280 ayat

untuk

(2) KUHAP yaitu Hakim Pengawas dan

pelaksanaan

tugas

hakim

pengawas dan pengamat dan banyaknya

Pengamat

perkara yang masuk di Pengadilan

untuk bahan penelitian demi ketetapan

Negeri

dimana

yang bermanfaat bagi pemidanaan, yang

Sugeng Warnanto, S.H selaku Hakim

diperoleh dari perilaku narapidana atau

Pengawas dan Pengamat juga adalah

pembinaan

Majelis Hakim yang mempunyai tugas

serta pengaruh timbal-balik terhadap

memeriksa dan mengadili perkara yang

narapidana selama menjalani pidananya.

masuk di pengadilan, hal ini jelas

Dengan melihat manfaat dari

bertolakbelakang dengan tugas yang di

pelaksanaan tugas Hakim Pengawas dan

jelaskan

Edaran

Pengamat, yaitu dengan adanya Hakim

Mahkamah Agung No. 7 tahun 1985,

Pengawas dan Pengamat narapidana

seharusnya

yang

yang setelah selesai menjalani masa

memisahkan/membedakan antara jabatan

pidananya atau setelah keluar dari

sebagai Hakim Pengawas dan Pengamat

Lembaga Pemasyarakatan dapat kembali

dan Hakim yang mempunyai tugas

berbaur ke masyarakat dan Hakim

memeriksa dan mengadili perkara yang

Pengawas dan Pengamat berperan serta

masuk di Pengadilan agar pelaksanaan

dalam mencegah terjadinya residivis,

pengawasan

tentulah eksistensi Hakim Pengawas dan

Yogyakarta

di

yang

dalam

ada

Surat

peraturan

dan

pengamatan

lebih

berjalan dengan optimal.

mengadakan

lembaga

pengamatan

pemasyarakatan

Pengamat ini masih sangat diperlukan,

Hakim Pengawas dan Pengamattidak

namun masih terdapat kekurangan yang

pernah mengadakan observasi terhadap

perlu disempurnakan lagi di dalam

keadaan,

Lembaga

eksistensi

Hakim

Pengawas

pernah

Pengamat

seperti

belum

suasana

Pemasyarakatan,

dalam

serta

tidak

dan
adanya

melakukan wawancara dengan petugas

ketentuan yang mengatur lebih spesifik

pemasyarakatan maupun narapidananya,

tentang

hal tersebut sangat bertolakbelakang

Pengawas

kewenangan
dan

dari

Hakim

Pengamat

dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya.
1. Kendala

yang dihadapi

a.

Hakim

Upaya Internal

1) Menaikkan

anggaran

untuk

Pengawas dan Pengamat.

pelaksanaan tugas hakim pengawas

Hakim Pengawas dan Pengamat

dan pengamat

dalam melaksanakan pengawasan dan
pengamatannya,

masih

2) Mengadakan

menemui

koordinasi

antar

Instansi Negara yang terkait dengan

beberapa kendala seperti berikut;

pembinaan narapidana

a. Faktor Internal

b.

Upaya Eksternal

Tugas Hakim itu sendiri dimana

Upaya

ini

diajukan

kepada

Hakim Pengawas dan Pengamat

Badan

adalah Hakim di Pengadilan Negeri

Pembuat

Yogyakarta yang mempunyai tugas

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

memutus

Hal ini dimaksudkan agar hakim

perkara

di

dalam

Pengadilan.

Legislasi

atau

Undang-Undang

Badan
yaitu

pengawas dan pengamat dibuatkan

b. Faktor Eksternal

peraturan

1) Dana penunjang

mengatur

2) Kurangnya

ketentuan/peraturan

pengawasan lebih spesifik lagi dan

tentang tugas hakim pengawas dan

lebih memberikan wewenang lebih

pengamat

untuk

3) Hambatan

birokrasi

penegak

hukum lainnya.
2. Upaya
tugas

untuk
Hakim

kendala-kendala

tentang

saling

mekanisme

mengawasi

antar

Instansi-instansi Negara.

mengoptimalkan
Pengawas

dan

Berdasarkan uraian dan analisis
tentang

Pelaksanaan

tugas

Hakim

Pengawas dan Pengamat Pengadilan
menghadapi
yang

telah

Negeri Yogyakarta bagi Narapidana
Penjara di Lembaga Pemasyarakatan

disebutkan maka Pengadilan Negeri

Wirogunan,

telah melakukan berbagai upaya

kesimpulan sebagai berikut :

agar tugas Hakim Pengawas dan
Pengamat dapat berjalan dengan
optimal seperti:

yang

E. KESIMPULAN

Pengamat.
Dalam

pelaksanaan

maka

dapat

ditarik

Eksistensi hukum positif sebagai
dasar

pelaksanaan

fungsi

Hakim

Pengawas dan Pengamat tidak terlaksana

tandatangan dari narapidana dalam

secara optimal seperti:

mengadakan

1. Di dalam ketentuan Undang-Undang

keadaan,

peninjauan

suasana

terhadap

dan

kegiatan-

No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP

kegiatan yang berlangsung di dalam

dalam Pasal 280 ayat (3) dan (4)

Lembaga

yang

didalam

berisikan

pengawasan

dan

Pemasyarakatan
mengadakan

dan

wawancara

pengamatan juga ditujukan terhadap

dengan narapidana mengenai hal

narapidana

ihkwal

yang

telah

selesai

perlakuan

terhadap

diri

menjalani pidananya dan terpidana

narapidana dan wawancara dengan

bersyarat, namun tugas ini tidak

petugas pemasyarakatan mengenai

diikuti dengan sejumlah ketentuan

perilaku narapidana serta hasil-hasil

yang mengaturnya, sehingga hakim

pembinaan

pengawas

kemajuan yang diperoleh maupun

dan

melaksanakan

pengamat
tugasnya

dalam
apabila

masuk kedalam instansi lain di luar
Lembaga Pemasyarakatan dianggap
mencampuri secara formal.
2. Di dalam ketentuan Surat Edaran
Mahkamah Agung No. 7 Tahun 1985
tentang pelaksanaan tugas hakim
pengawas

dan

pengamat

waktu

kunjungan Hakim Pengawas dan
Pengamat yang melakukan checking
on the spot dalam 3 bulan sekali

tidak kurang dari 1 jam hal ini
dikarenakan

hakim

itu

sendiri

mempunyai tugas memeriksa dan
mengadili perkara yang masuk di
Pengadilan. Hakim Pengawas dan
Pengamat

juga

hanya

sekedar

registrasi dan hanya sebatas meminta

narapidana

baik

kemunduran yang terjadi.
F. DAFTAR PUSTAKA
Buku
BambangPoernomo, 1986, Pelaksanaan
Pidana Penjara Dengan Sistem
Pemasyarakatan,

Liberty,

Yogyakarta.

AndiHamzah, 1983, Suatu Tinjauan
Ringkas Sistem Pemidanaan di
Indonesia , Akedemika Pressindo,

Jakarta.

SuryonoSutarto, 1990, Sari Hukum
Acara Pidana , Yayasan Cendikia

Purna Dharma, Semarang.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara

tentang

Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentangHukum

Acara

PidanaLembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1981 Nomor 76,
tambahan

lembaran

Negara

Republik Indonesia Nomor 3209.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan.

Kekuasaan

Lembaran

Negara

Kehakiman,
Republik

Indonesia Nomor 157 tambahan
lembaran

Negara

Republik

Indonesia Nomor 5076.
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor
7 Tahun 1985 tentang Petunjuk
Pelaksanaan

Tugas

Hakim

Pengawas dan Pengamat tertanggal
11 Februari 1985.