d menghapuskan nama-nama khalifah bani Abbasiah yang disebut- sebut dalam do’a ketika shalat jumat dan digantikan dengan nama
Khalifah Fathimiyah. e menata pemerintahan Penataan pemerintahan yang dilakukan
Jauhar adalah menetapkan kedudukan Jaafar ibn al-Fadl ibn al- Furat di Mesir, sebagai wazir di Mesir.
Pegawai dari golongan Sunni tetap pada posisi semula ditambah dengan seorang pegawai dari Syiah Mahgribi disetiap bagian. Masyarakat Mesir terdiri
dari tiga golongan yakni Golongan Sunni, golongan Kristen Koptic dan golongan Syiah. Semuanya dibebaskan menjalankan ajaran agamanya masing- masing.
Dari setiap mazhab yang ada diangkat seorang kadhi. Dengan demikian masyarakat Mesir yang beraliran Sunni itu tidak merasa khawatir dan tidak
menentang pemerintahan yang beraliran Syi’ah IsmaiIiyah ini, rakyat menaruh simpati kepada pemerintahan Fathimiyyah, propaganda Syiah yang dijalankan
oleh Jauhar ini berhasil.
3. Pola Pemerintahan
Pola pemerintahan yang dijalankan Fathimiyyah mengikuti pola pemerintahan bani Abbasiah di Bahgdad. Kepemimpinan dikonsentrasikan kepada
Khalifah dan dibaiah lewat seremoni yang megah. Setelah memerintah selama 22 tahun, al-Muiz telah dapat memimpin
Negara dengan baik, dapat dikatakan khilafah Fathimiyyah berdiri kokoh, sesudah beliau wafat kepemimpinan Dinasti Fathimiyyah berturut -turut dipimpin
Khalifah, al-Aziz anak al- Muiz, al-Hakim 996M, al-azh-Zahir 1021 M, al- Mustansir 103 M, al-Mustaali 1094 M , al-Amir 1101 M, al-Hafiz 1131M ,
azh-Zhafir 1154 M, al- Faiz 1154 M, al-Adhid 1171 M. Lamanya Dinasti Fathimiyyah berdiri 208 tahun.
4. Pola daulah Fatimiyaah
Pemahaman syiah pada masa Daulah Fatimiah sangatlah kental terlihat dalam kebijakan politik kenegaraannya, mereka menguatkan pendapat yang sesuia
6
dengan mazhab syiah dan mendahulukan pengamalan agama dengan mengikut pendapat para imamnya dari pendapat para imam sunni, walaupun kebanyakan
penduduk Mesir Saat itu bermazhab sunnah. Yaqub bin Kalas seorang wazir pada pemerintahan Fatimiah menyusun
sebuah kitab fiqh yang disusun berdasarkan mazhab Syiah Ismailiyah dengan arahan langsung khalifah Al Muiz Lidinillah yang berkuasa saat itu. Kitab ini
dijadikan sebagai pedoman dalam memustuskan perkara di pengadilan dan fatwa lainnya. Sehingga siapa saja yang menjadi qadhi mesti berpodoman pada kitab ini.
Al Muiz Lidinillah memerintahkan bawahannya agar di buat rumah khusus disamping universitas Al Azhar untuk pelatihan dalam rangka memahami kitab
tersebut. Wazirnya di perintahkan untuk mendatangkan para fuqaha yang saat itu berjumlah 35 orang kemudian di beri fasilitas dan gaji yang mencukupi, bukan
hanya itu para fuqaha juga di sediakan tunjangan hari raya dan fasilitas di istana untuk tujuan mengajarkan kitab tersebut kepada masyarakat. Semua itu sebagai
motivasi kepada para duah yang memberikan pemahaman pada masyarakat mengenai kitab tersebut dan seluruh biaya tersebut di tanggung oleh khalifah.
Sebab khalifah tau bahwa pemerintahannya akan bertahan lama jika ilmu tersebut disebarkan pada masyarakat.
5. Kemajuan Khalifah Fatimiyah di Mesir