Performance Communication of Farmers’ Association Recipients of Rural Agribusiness Development Program (Case at Siak Kecil Subdistrict Bengkalis District Riau).

KERAGAAN KOMUNIKASI GABUNGAN KELOMPOK TANI
PENERIMA DANA PROGRAM PENGEMBANGAN
USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN
(Kasus di Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Riau)

SUSY HARTATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keragaan Komunikasi
Gabungan Kelompok Tani Penerima Dana Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (Kasus di Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Riau)
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2011
Susy Hartati
NIM I352090101

ABSTRACT
HARTATI, S. 2011. Performance Communication of Farmers’ Association
Recipients of Rural Agribusiness Development Program (Case at Siak Kecil
Subdistrict Bengkalis District Riau). Advisory committee of AMIRUDDIN
SALEH (as chairman) and BASITA GINTING SUGIHEN (as member).
Rural Agribusiness Development Program (PUAP) is a program that
focuses in reducing poverty and also creating a huge accupation in rural area by
providing venture capital to support on farm and off farm activities. Farmers’
association (Gapoktan) as an implementer of PUAP has a pivotal function to
distribute incentives, venture capital, and also as the managers of all the programs
given. From that perspective Gapoktan holds an important role for the success full
of this program. Communication process among group members in Gapoktan and
interpersonal communication between change agents and the Gapoktan needs to
be inquired because it was estimated as one of the important factor that

influencing PUAP program. The objectives of this research were: (1) to describe
the performance communication of Gapoktan, (2) to describe the characteristic,
role and ability of Gapoktan, (3) to analysis the correlation between all variables.
This research resulted several important usults, namely: The communication of
Gapoktan was good and the communication change agents were not enough until
less than not enough. The characteristics were categorized good, role and the
ability were not enough, there were a significant correlation between the
characteristics with the communication of Gapoktan, between the communication
of change agents with the role of Gapoktan and between role with ability of
farmers’ association (Gapoktan).
Keywords: communication, farmers’ association, change agents, role, ability

RINGKASAN
HARTATI, S. 2011. Keragaan Komunikasi Gabungan Kelompok Tani Penerima
Dana Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Kasus di Kecamatan
Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Riau). Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH
(Ketua) dan BASITA GINTING SUGIHEN (Anggota).
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) memberikan bantuan
modal usaha yang digunakan untuk membiayai kegiatan on farm dan off farm.
Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) sebagai pelaksana program PUAP dalam

hal penyaluran insentif bantuan modal usaha dan pengelola program secara
keseluruhan sehingga peran dan kemampuannya sangat menentukan dalam
pelaksanaan dan keberhasilan program. Perkembangan program PUAP terkesan
lambat, walaupun sosialisasi program telah dilaksanakan tetetapi pemahaman
masyarakat terhadap program PUAP ini masih beragam. Proses komunikasi
kelompok antar anggota Gapoktan dan proses komunikasi antar pribadi oleh
petugas dengan Gapoktan perlu diteliti yang diduga sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan program PUAP tersebut. Tujuan penelitian untuk
mengetahui dan menganalisis keragaan komunikasi yang terjadi yang
berhubungan dengan peran dan kemampuan Gapoktan penerima dana PUAP di
Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis. Secara spesifik untuk:
mendeskripsikan karakteristik Gapoktan, keragaan komunikasi di Gapoktan, peran
dan kemampuan Gapoktan penerima dana PUAP, menganalisis hubungan
karakteristik Gapoktan dengan komunikasi Gapoktan, hubungan komunikasi
Gapoktan, komunikasi penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT)
dengan peran Gapoktan penerima program PUAP dan hubungan peran dengan
kemampuan Gapoktan dalam mengimplementasikan program. Peubah penelitian
yang diamati terdiri dari karakteristik Gapoktan (X 1 ), komunikasi Gapoktan (X 2 ),
komunikasi penyuluh pendamping (X 3 ) dan komunikasi penyelia mitra tani (X 4 )
dengan peran Gapoktan (Y 1 ) dan kemampuan Gapoktan (Y 2 ).

Penelitian dilakukan di Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis
Provinsi Riau. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja, dilaksanakan pada
bulan Mei - Juli 2011. Populasi penelitian adalah Gapoktan penerima dana PUAP
di Kecamatan Siak Kecil sejak tahun 2008 sampai tahun 2010 berjumlah sebanyak
delapan Gapoktan. Jumlah sampel responden sebanyak 121 orang responden
berdasarkan rumus Slovin, Teknik penarikan sampel dilakukan secara
proportional stratified random sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan
statistik deskriptif dan statistik Inferensial menggunakan uji korelasi rank
Spearman (bantuan SPSS ver 17.0).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi Gapoktan Kecamatan
Siak Kecil yang diukur dari interaksi, format komunikasi dan materi pertemuan
antar sesama anggota berkategori baik. Komunikasi antar pribadi yang diukur dari
frekuensi dan intensitas kunjungan serta bimbingan teknis yang dilakukan oleh
penyuluh pendamping dengan Gapoktan berkategori kurang. Namun, untuk
indikator bimbingan teknis yang diberikan berkategori baik dan sesuai dengan
kebutuhan. Secara keseluruhan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh
PMT dengan Gapoktan terkategori sangat kurang. Karakteristik Gapoktan
Kecamatan Siak Kecil terkategori baik dimana indikator norma, tujuan, keeratan,

kepemimpinan dan partisipasi anggota baik; sedangkan indikator ukuran

Gapoktan tergolong kurang. Gapoktan belum berperan secara optimal dimana
perannya sebagai fasilitator bantuan modal maupun lembaga ekonomi petani
tergolong kurang. Kemampuan Gapoktan secara umum kurang memadai,
indikator perencanaan kegiatan dan mengelola dana PUAP kurang, tetapi
kemampuannya dalam mentaati perjanjian dan monitoring dan evaluasi termasuk
kategori baik.
Hubungan antara karakteristik dengan komunikasi Gapoktan dalam aspek
interaksi menunjukkan korelasi sangat nyata (p < 0,01). Indikator keeratan
berhubungan sangat nyata dengan format komunikasi dan materi pertemuan.
Partisipasi anggota berhubungan sangat nyata dengan format komunikasi, dan
kepemimpinan berhubungan nyata dengan materi pertemuan.
Hubungan antara komunikasi Gapoktan dalam aspek materi pertemuan
menunjukkan korelasi sangat nyata (p < 0,01) dengan peran Gapoktan. Indikator
interaksi dan format komunikasi berkorelasi nyata (p < 0,05) dengan peran
Gapoktan sebagai fasilitator bantuan modal.
Hubungan antara komunikasi penyuluh pendamping dengan peran
Gapoktan menunjukkan korelasi sangat nyata (p < 0,01). Hubungan antara
komunikasi PMT dengan peran Gapoktan dalam aspek perannya sebagai
fasilitator bantuan modal menunjukkan korelasi tidak significant (p ≥ 0,05).
Namun, hubungannya dalam aspek intensitas kunjungan, bimbingan teknis

menunjukkan korelasi sangat nyata (p < 0,01) dan frekuensi kunjungan
menunjukkan korelasi nyata (p < 0,05) dengan peran Gapoktan sebagai lembaga
ekonomi petani. Hubungan antara peran Gapoktan dengan kemampuan Gapoktan
menunjukkan korelasi sangat nyata (p < 0,01) dalam segala aspek.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KERAGAAN KOMUNIKASI GABUNGAN KELOMPOK TANI
PENERIMA DANA PROGRAM PENGEMBANGAN
USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN
(Kasus di Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Riau)


SUSY HARTATI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Komunikasi Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Prof. (Ris) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM

Judul Tesis

: Keragaan Komunikasi Gabungan Kelompok Tani Penerima
Dana Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(Kasus di Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis

Riau)

Nama Mahasiswa

: Susy Hartati

NRP

: I352090101

Mayor

: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
Ketua


Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA
Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor
Komunikasi Pembangunan Pertanian
dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian: 20 Desember 2011

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya maka tesis dengan judul “Keragaan Komunikasi
Gabungan Kelompok Tani Penerima Dana Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (Kasus di Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis
Riau)” berhasil diselesaikan.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat bagi mahasiswa dalam rangka
menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Ungkapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, penulis ucapkan
kepada:
1. Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS selaku ketua komisi dan Dr. Ir. Basita Ginting,
MA selaku anggota komisi pembimbing yang senantiasa membimbing,
mengarahkan, memberikan saran dan masukan kepada penulis demi perbaikan
dan kesempurnaan tulisan ini.
2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis sebagai Koordinator Mayor KMP dan Prof (Ris) Dr.
Ign. Djoko Susanto, SKM sebagai penguji luar komisi pada ujian tesis, beserta
seluruh staf pengajar serta sekretariat KMP yang telah memberikan materi dan
ilmunya selama penulis melaksanakan tugas belajar di IPB ini.
3. Bupati Bengkalis lewat Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Bengkalis
yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk dapat
melanjutkan pendidikan S2 di IPB.

4. Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten
Bengkalis beserta seluruh staf pegawainya dimana penulis selama ini
mengabdi juga buat rekan-rekan PPL dan PMT Kabupaten Bengkalis serta
seluruh anggota dan pengurus Gapoktan di Kecamatan Siak Kecil.
5. Keempat Orang tua penulis tercinta yaitu ibunda Suhartini dan ayahanda
Syamsi Cokro serta bunda mertuaku Nurelan Siregar dan ayah mertua
Mahyuddin Hasyim Hrp atas segala do’a dan restunya selama ini.
6. Suami tercinta Kakanda Abdul Vattaah Ali Hasyim Hrp SP, MH atas kasih
sayang, pengertian, inspirasi, dukungan dan kepercayaan yang telah diberikan
serta buat ananda tersayang Atiqah Nurul Vattaah dan Khoiriyah Rizki
Vattaah yang selalu memberikan semangat dan kekuatan kepada bunda.
7. Seluruh rekan mahasiswa KMP yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
segala dukungannya untuk terus maju dan kepada seluruh pihak yang terkait,
penulis ucapkan terimakasih
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Bogor, Desember 2011
Susy Hartati

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Pekanbaru Provinsi Riau pada tanggal 17
Desember 1975 dari ayah Syamsi Cokro BA dan ibu Suhartini. Penulis
merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Cendana Rumbai dan pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan S1 di Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian
Universitas Riau. Kesempatan melanjutkan studi S2 pada tahun 2009 di Mayor
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP) Sekolah Pascasarjana
IPB sebagai mahasiswa tugas belajar dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Bengkalis Riau.
Pada tahun 2006 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil ditempatkan di
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis. Penulis bekerja sebagai
Penyuluh Pertanian pada instansi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Pertanian Kabupaten Bengkalis Riau sejak tahun 2008 sampai sekarang.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

xv

PENDAHULUAN ...................................................................................
Latar Belakang Penelitian ...............................................................
Perumusan Masalah ........................................................................
Tujuan Penelitian ............................................................................
Kegunaan Penelitian .......................................................................

1
1
4
5
6

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
Program PUAP ...............................................................................
Keragaan Komunikasi.....................................................................
Komunikasi Kelompok ...................................................................
Komunikasi antarpribadi .................................................................
Karakteristik Kelompok ..................................................................
Gabungan Kelompok Tani ..............................................................

7
7
9
12
17
21
28

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...............
Kerangka Pemikiran .......................................................................
Hipotesis Penelitian ........................................................................

33
33
36

METODE PENELITIAN .........................................................................
Desain Penelitian ............................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................
Populasi dan Sampel .......................................................................
Data dan Instrumentasi ...................................................................
Definisi Operasional .......................................................................
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi ..........................................
Pengumpulan dan Analisis Data ......................................................

37
37
37
37
38
39
45
46

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................
Diskripsi Gapoktan Kecamatan Siak Kecil ......................................
Komunikasi Gapoktan Siak Kecil ...................................................
Komunikasi Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani ..........
Karakteristik Gabungan Kelompok Tani Siak Kecil ........................
Peran Gapoktan ..............................................................................
Kemampuan Gapoktan....................................................................
Hubungan Karakteristik Gapoktan dengan Komunikasi Gapoktan
Siak Kecil .......................................................................................

47
47
48
58
60
64
69
71

xi

73

Hubungan Komunikasi Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan PMT
dengan Peran Gapoktan Siak Kecil .................................................
Hubungan Peran Gapoktan dengan Kemampuan Gapoktan Siak Kecil

76
80

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
Kesimpulan.....................................................................................
Saran ..............................................................................................

81
81
82

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

83

LAMPIRAN ............................................................................................

87

xii

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Populasi Gapoktan penerima dan PUAP di Kecamatan Siak Kecil ......

37

2. Distribusi sampel responden Gapoktan penerima dana PUAP
Kecamatan Siak Kecil ........................................................................

38

3. Koefisien uji reliabilitas belah dua pada setiap peubah penelitian .......

46

4. Sebaran luas dan hasil tanaman pangan dan perkebunan Kecamatan
Siak Kecil...........................................................................................

47

5. Populasi ternak Kecamatan Siak Kecil................................................

48

6. Rataan skor komunikasi Gapoktan Kecamatan Siak Kecil ..................

59

7. Rataan skor komunikasi penyuluh pendamping dan PMT pada
Gapoktan Kecamatan Siak Kecil ........................................................

61

8. Rataan skor karakteristik Gapoktan Kecamatan Siak Kecil .................

64

9. Rataan skor peran Gapoktan Kecamatan Siak Kecil ............................

69

10. Rataan skor kemampuan Gapoktan Kecamatan Siak Kecil .................

71

11. Hubungan karakteristik Gapoktan dengan komunikasi Gapoktan
Kecamatan Siak Kecil ........................................................................

73

12. Hubungan komunikasi Gapoktan, penyuluh pendamping dan PMT
dengan peran Gapoktan Kecamatan Siak Kecil ...................................

77

13. Hubungan peran Gapoktan dengan kemampuan Gapoktan Kecamatan
Siak Kecil...........................................................................................

80

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Beberapa format komunikasi kelompok kecil .....................................

16

2. Kerangka pemikiran keragaan komunikasi Gapoktan penerima dana
PUAP di Kecamatan Siak Kecil..........................................................

35

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Gabungan kelompok tani penerima dana PUAP Kabupaten
Bengkalis .........................................................................................

89

2. Kuesioner penelitian ...........................................................................

91

3. Pedoman wawancara mendalam untuk pengurus inti gapoktan
Kecamatan Siak Kecil ........................................................................

105

4. Distribusi data primer .........................................................................

107

5. Gambar Kabupaten Bengkalis ............................................................

113

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang terlihat dengan
luasnya sumberdaya untuk mengembangkan kegiatan pertanian dan perikanan
sehingga mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada kegiatan
tersebut. Berdasarkan data BPS (2010) bahwa jumlah penduduk miskin tercatat
pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta jiwa (13,33 persen) dari jumlah tersebut
sekitar 19,93 juta jiwa (64,23 persen) berada di perdesaan dengan mata
pencaharian utama di sektor pertanian. Pada umumnya petani di perdesaan berada
pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar
(Kementan 2010a). Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional
yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama
dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial karena dapat menimbulkan
ketimpangan dalam masyarakat dan merupakan tantangan dalam mewujudkan
masyarakat yang sejahtera.
Masyarakat miskin pada umumnya kurang mempunyai kemampuan dalam
berusaha dan memiliki akses yang terbatas terhadap peluang-peluang yang ada
seperti kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta
organisasi tani yang masih lemah. Oleh karena itu pembangunan ekonomi
nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak langsung
dapat berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Selama ini pembangunan
pertanian secara luas lebih terfokus pada produksi namun sekarang mulai beralih
pada sistem dan usaha agribisnis yang berorentasi pada kelompok.
Pemerintah

telah

meluncurkan

Program

Nasional

Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Salah satu kegiatan dari PNPM-M di
Kementerian Pertanian adalah kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2008 dalam rangka
menanggulangi kemiskinan dan pengangguran di desa-desa yang basis
pertaniannya cukup tinggi, program ini dimaksudkan untuk para petani miskin
yang belum tersentuh oleh modal perbankan sementara mereka memiliki usaha
pertanian yang produktif dan dilakukan secara partisipatif, dengan memberikan
bantuan modal dalam bentuk bantuan langsung masyarakat.

2

Peraturan Menteri Pertanian No: 273/Kpts/OT.160/4/2007 pada Lampiran
1, menerangkan bahwa pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan
kemampuan setiap kelompok tani dalam menjalankan fungsinya, peningkatan
kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok
tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Kelompok tani yang
berkembang bergabung ke dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) (Deptan
2007).
Gapoktan merupakan kelembagaan tani sebagai pelaksana PUAP dalam
hal penyaluran insentif bantuan modal usaha bagi petani/peternak serta
pengelolaan program secara keseluruhan. Gapoktan PUAP adalah kumpulan
beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan
skala ekonomi dan efisiensi usaha. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan
Penyelia Mitra Tani (PMT) (Kementan 2010a). Peran dan kemampuan Gapoktan
sangat menentukan dalam keberhasilan implementasi program ini. Namun, hal ini
tak lepas dari komunikasi yang terjadi di dalam Gapoktan tersebut baik
komunikasi yang terjadi antara sesama anggota Gapoktan maupun dengan pihak
lain seperti penyuluh pendamping maupun PMT.
Kelompok yang ideal adalah kelompok yang dapat menjalankan fungsinya
sebagai sebuah kelompok yang utuh, di mana pola hubungan antar pribadi yang
berlaku di dalam kelompok sudah tercipta dengan baik. Iklim komunikasi yang
penuh

persaudaraan,

mendorong

para

anggota

Gapoktan

PUAP

bisa

berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah-tamah dengan anggota lainnya
maupun dengan orang luar.
Pada kegiatan penyuluhan, komunikasi memegang peranan sentral.
Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan non formal yang bertujuan
merubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Di dalam suatu proses
pendidikan dibutuhkan komunikasi yang efektif, agar masyarakat dapat diajak,
dibimbing, diarahkan sehingga menjadi masyarakat yang mau dan mampu secara
aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat menjadi masyarakat yang
mandiri dalam menentukan masa depannya sendiri. Namun demikian, kegiatan
komunikasi penyuluhan tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan apabila

3

tidak terdapat interaksi dinamis dan harmonis antara masyarakat dengan
penyuluh. Interaksi yang dinamis dan harmonis akan terjadi apabila di antara
masyarakat dan penyuluh atau PMT telah ada rasa saling percaya dan
keterbukaan.
Selain komunikasi yang dilakukan oleh pihak pendamping, hal ini juga
dapat dipengaruhi oleh karakteristik kelompok pembentuk Gapoktan itu sendiri
dalam berinteraksi sehingga Gapoktan PUAP diharapkan dapat menjadi suatu
kelembagaan ekonomi milik petani yang memiliki kemampuan dan mandiri,
dengan demikian mereka diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi
petani yang mampu berswadaya dan berswadana dalam upaya meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan keluarganya.
Kabupaten Bengkalis adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Riau yang menurut data BPS Kabupaten Bengkalis (2010) memiliki luas wilayah
sekitar 7.773,93 kilometer persegi. Kabupaten Bengkalis terdiri dari pulau-pulau
dan lautan dengan jumlah kecamatan sebanyak delapan kecamatan yang terdiri
dari 102 desa atau kelurahan. Program PUAP masuk ke Kabupaten Bengkalis
sejak tahun 2008 dan berlanjut sampai tahun 2010 di bawah program binaan
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP-PP) Kabupaten
Bengkalis.
Berdasarkan data yang diperoleh, PUAP telah memberikan bantuan modal
kepada 13 desa/Gapoktan pada tahun 2008 (BKP-PP Kab. Bengkalis 2008).
Tahun 2009 bantuan diberikan kepada sembilan desa/Gapoktan (BKP-PP Kab.
Bengkalis 2009; Kementan 2009). Khusus untuk tahun 2010, penetapan alokasi
desa/Gapoktan penerima dana dilakukan secara bertahap di mana pada tahap I
diberikan untuk sembilan desa/Gapoktan (Kementan 2010b), tetapi yang dapat
direalisasi hanya lima desa/Gapoktan, empat lainnya dibatalkan.
diakibatkan

adanya

satu

Gapoktan

fiktif

dan

tiga

Gapoktan

Hal ini
lainnya

kepengurusannya merupakan perangkat desa. Tahap II bantuan diberikan kepada
sembilan desa/Gapoktan (Kementan 2010c), namun yang dapat direalisasikan
hanya

tujuh

desa/Gapoktan,

dua

Gapoktan

lainnya

dibatalkan

karena

kepengurusannya adalah perangkat desa dan tahap III bantuan diberikan untuk
satu desa/Gapoktan (Kementan 2010d) sehingga jumlah keseluruhan bantuan pada

4

tahun 2010 sebanyak 13 desa dan Gapoktan. Total keseluruhan desa dan
Gapoktan penerimaan dana PUAP sejak tahun 2008 sampai tahun 2010 sebanyak
35 desa/Gapoktan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Dana yang diberikan sebesar Rp. 100 juta per desa atau per Gapoktan
dilakukan secara bergulir adalah sebagai dana stimulan untuk Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan
produktif budidaya (on farm) dan kegiatan non budidaya (off farm) yang terkait
dengan komoditas pertanian, meliputi jenis usaha peternakan, tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan industri rumah tangga, namun sebagian besar bidang
usahatani Gapoktan Kabupaten Bengkalis didominasi oleh peternakan dan
tanaman pangan.
Permasalahan yang dijumpai di lapangan adalah bahwa dana yang
dipinjamkan

perkembangan

pengembaliannya

sangat

lambat

sehingga

perputarannya menjadi terhambat. Hal ini dapat mengakibatkan perkembangan
program PUAP di Kabupaten Bengkalis menjadi lambat berkembang. Walaupun
sosialisasi program telah dilaksanakan tetapi pemahaman masyarakat terhadap
program PUAP ini masih beragam. Lambatnya perkembangan program ini bisa
dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah berasal dari dalam Gapoktan
itu sendiri dan komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh petugas dalam rangka
pembinaan sehingga perlu diteliti keragaan komunikasi pada Gapoktan yang
diduga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan program
PUAP tersebut.
Perumusan Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial dan cenderung hidup berkelompok,
komunikasi merupakan dasar semua interaksi manusia dan untuk semua fungsi
kelompok. Pada dasarnya manusia tidak dapat dipisahkan dari suatu kelompok,
banyak faktor yang menyebabkan kita termotivasi untuk masuk ke dalam
kelompok tertentu. Biasanya kelompok terbentuk atas dasar kesamaan tertentu,
khususnya kebutuhan akan keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
Dengan kelompok kita dapat saling berbagi informasi, pengalaman dan
pengetahuan.

5

Gapoktan merupakan sasaran kelembagaan tani pelaksana program PUAP
dalam menyalurkan bantuan modal dan sebagai lembaga ekonomi petani terdiri
dari beberapa kelompok tani yang memiliki berbagai karakteristik tertentu,
sehingga komunikasi yang efektif sangat diperlukan. Komunikasi yang efektif
adalah penting bagi kehidupan berkelompok, baik komunikasi yang terjadi di
dalam kelompok itu sendiri maupun komunikasi yang terjalin dengan pihak luar
seperti komunikasi dengan petugas yaitu penyuluh pendamping dan PMT.
Terciptanya komunikasi kelompok yang baik, diharapkan Gapoktan akan
berkembang menjadi suatu asosiasi kelompok milik petani yang mandiri. Oleh
karena itu keragaan komunikasi kelompok yang terjadi di dalam Gapoktan
penerima program PUAP ingin dilihat karena peran dan kemampuan Gapoktan
sangat menentukan akan keberhasilan dan keberlanjutan program ini.
Siak Kecil adalah salah satu kecamatan penerima dana PUAP di
Kabupaten Bengkalis sejak tahun 2008 sampai tahun 2010 dengan jumlah
Gapoktan penerima bantuan sebanyak delapan Gapoktan yang meliputi bidang
usaha peternakan dan tanaman pangan.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ingin melihat keragaan komunikasi
yang terjadi di dalam Gapoktan yang dapat mempengaruhi peran dan kemampuan
Gapoktan dalam mengimplementasikan program PUAP di Kecamatan Siak Kecil,
sehingga permasalahan yang menarik untuk diteliti adalah:
1. Seperti apakah keragaan komunikasi di Gapoktan penerima dana PUAP di
Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis?
2. Seperti apakah karakteristik, peran dan kemampuan Gapoktan penerima dana
PUAP di Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis?
3. Sejauh mana hubungan faktor-faktor peubah yang diteliti pada Gapoktan
penerima dana PUAP di Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis?
Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan
utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis keragaan
komunikasi yang terjadi yang berhubungan dengan peran dan kemampuan
Gapoktan penerima dana PUAP di Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis.

6

Secara terperinci untuk mendukung tujuan utama tersebut disusun secara
spesifik tujuan-tujuan penelitian yang hendak dicarikan jawabannya, yaitu untuk:
1. Mendeskripsikan keragaan komunikasi di Gapoktan penerima dana PUAP.
2. Mendeskripsikan karakteristik, peran dan kemampuan Gapoktan penerima
dana PUAP.
3. Menganalisis hubungan antar faktor-faktor peubah penelitian yang diteliti pada
Gapoktan penerima dana PUAP.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bahan masukan berupa informasi bagi instansi terkait untuk merumuskan
kebijakan program PUAP ke depan terutama dalam mengatasi permasalahan
komunikasi di Gapoktan.
2. Bahan informasi praktis dalam pelaksanaan program PUAP di lapangan bagi
instansi penyelenggara PUAP.
3. Upaya pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu komunikasi
pembangunan dan ilmu sosial lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Program PUAP
Kabinet Indonesia bersatu telah menetapkan program pembangunannya
dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) yang berasas progrowth, pro-employment dan pro-poor. Operasionalisasi konsep strategi tiga jalur
tersebut dirancang melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 persen
pertahun melalui percepatan investasi dan eksport, pembenahan sektor riil untuk
mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru
dan revitalisasi sektor pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada
pengentasan kemiskinan. Kemiskinan merupakan cermin entitas sosial dan
ekonomi mayoritas penduduk di perdesaan, yang terkait erat dengan ketimpangan,
yang sebagian besar terjadi akibat bekerjanya sistem kapitalisme yang
mengkooptasi perdesaan Indonesia sejak masa kolonisme (Elizabeth 2007).
Salah satu program kebijakan pembangunan pertanian dalam rangka
pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan dan mewujudkan kesejahteraan petani
di perdesaan adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).
Kementan (2010a) menerangkan bahwa Program PUAP merupakan program
Bantuan Langsung Mayarakat (BLM) merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal
usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani
maupun rumah tangga tani. Dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan
kementerian pertanian maupun kementerian atau lembaga lain di bawah payung
program PNPM Mandiri. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan
produktif budidaya (on farm) seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan
dan perkebunan, serta kegiatan non budidaya (off farm) yang terkait dengan
komoditas pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil
pertanian (bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian.
Kementan (2010a) menjelaskan gabungan kelompok tani (Gapoktan)
merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal
usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan
PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping dan penyelia
mitra tani. Gapoktan PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi
yang dimiliki dan dikelola petani. Adapun tujuan dari PUAP adalah:

8

1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi
wilayah;
2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan,
penyuluh dan penyelia mitra tani;
3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaaan untuk
mengembangkan kegiatan usaha agribisnis; dan
4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra
lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
Sedangkan sasaran yang hendak dicapai ialah:
1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin/tertinggal sesuai
dengan potensi pertanian desa;
2. Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh
petani;
3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak
(pemilik/penggarap) skala kecil, buruh tani; dan
4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian,
mingguan, maupun musiman.
Adapun ruang lingkup kegiatan PUAP meliputi:
1. Identifikasi dan verifikasi desa calon lokasi serta Gapoktan penerima BLMPUAP;
2. Identifikasi dan verifikasi dan penetapan desa dan Gapoktan penerima BLMPUAP;
3. Pelatihan bagi fasilitator, penyuluh pendamping, pengurus Gapoktan;
4. Rekrutmen dan pelatihan bagi PMT;
5. Sosialisasi dan koordinasi kegiatan PUAP;
6. Pendampingan;
7. Penyaluran bantuan langsung masyarakat;
8. Pembinaan dan pengendalian;
9. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
Program PUAP memiliki indikator keberhasilan output dan outcome,
adapun indikator output antara lain:

9

1. Tersalurkannya BLM–PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani
miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian; dan
2. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumberdaya
manusia pengelola Gapoktan, penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani.
Sedangkan indikator keberhasilan outcome antara lain:
1. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola
bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap,
buruh tani maupun rumah tangga petani;
2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga petani yang
mendapatkan bantuan modal usaha;
3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan;
4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan
rumah tangga petani dalam berusahatani sesuai dengan potensi daerah.
Indikator benefit dan impact antara lain:
1. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga petani di
lokasi desa PUAP;
2. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola
oleh petani; dan
3. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan
(Kementan 2010a)
Keragaan Komunikasi
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin, communis yang berarti
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau
lebih. Akar katanya communis adalah communico yang artinya berbagi. Dalam hal
ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan.
Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa inggrisnya communicate,
berarti: bertukar pikiran, perasaan dan informasi; membuat tahu; membuat sama;
dan untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik; sedangkan dalam kata
benda (noun), communication, berarti: pertukaran simbol-simbol, pesan yang
sama dan informasi; proses pertukaran di antara individu melalui simbol-simbol
yang sama; seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan; dan ilmu pengetahuan
tentang pengiriman informasi (Stuart 1983 dalam Vardiansyah 2004).

10

Komunikasi (communication) menurut West dan Turner (2009) adalah
proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk
menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Effendy
(2006) lebih lanjut memaparkan bahwa proses komunikasi pada hakekatnya
adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator)
kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan
lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian,
keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya
yang timbul dari lubuk hati.
Muhammad (2009) mengatakan komunikasi adalah pertukaran pesan
verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk
mengubah tingkah laku. Komunikasi yang disampaikan secara komunikatif dapat
merubah sikap, perilaku, pendapat/pandangan dan kehidupan sosial seseorang.
Hal ini dimungkinkan karena kegiatan komunikasi bukan hanya sekedar membuat
orang lain mengerti (informative) akan tetapi juga dimaksud agar orang lain
bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, ajakan, perbuatan atau kegiatan
(persuasive) seperti pendapat Effendy (2006) bahwa kegiatan komunikasi bukan
hanya sebatas informatif yakni orang lain mengerti dan tahu tetapi juga persuatif
yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan
suatu perbuatan atau kegiatan.
Mulyana (2008) mengutip pendapat Wenburg dan Wilmot juga Sereno dan
Bodaken yang menyatakan terdapat tiga kerangka pemahaman mengenai
komunikasi yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai
interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. DeVito (1997) mengatakan bahwa
komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan
menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi konteks tertentu,
mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
Berdasarkan konseptualisasi ini, komunikasi pada dasarnya adalah suatu
proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengubah pihak-pihak yang
berkomunikasi. Menurut pandangan ini maka orang-orang yang berkomunikasi
dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan
pesan, setiap pihak dianggap sumber sekaligus juga penerima pesan.

11

Keragaan komunikasi adalah merupakan bentuk komunikasi yang
dilakukan oleh manusia. Adapun bentuk komunikasi menurut Effendy (2006)
adalah:
a. Komunikasi Persona (Personal Communication)
1. Komunikasi intrapersona (intrapersonal communication)
2. Komunikasi antarpersona (interpersonal communication)
b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
1. Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
2. Komunikasi

kelompok

besar

(large

group

communication/public

speaking)
c. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Pers, radio, televisi dll
d. Komunikasi Medio (Medio Communication)
Surat, telepon, pamphlet, poster dll
DeVito (1997) membagi bidang komunikasi antar manusia menjadi:
a. Intrapribadi, yaitu komunikasi dengan diri sendiri yang tujuan lazimnya adalah
berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung.
b. Antarpribadi, yaitu komunikasi antara dua orang yang tujuan lazimnya adalah
mengenal, berhubungan, mempengaruhi, bermain dan membantu.
c. Kelompok kecil, yaitu komunikasi dalam sekelompok kecil orang yang tujuan
lazimnya adalah berbagi informasi, mengembangkan gagasan, memecahkan
masalah dan membantu.
d. Organisasi, yaitu komunikasi dalam suatu organisasi formal yang tujuan
lazimnya adalah meningkatkan produktivitas, membangkitkan semangat kerja,
member informasi dan menyakinkan.
e. Publik (terbuka), yaitu komunikasi dari pembicara kepada khalayak yang
tujuan lazimnya adalah memberi informasi, meyakinkan dan menghibur.
f. Antarbudaya, yaitu komunikasi antara orang dari budaya yang berbeda yang
tujuan lazimnya adalah mengenal, berhubungan, mempengaruhi, bermain dan
membantu.
g. Massa, yaitu komunikasi yang diarahkan kepada khalayak yang sangat luas,
disalurkan melalui sarana audio dan/atau visual yang tujuan lazimnya adalah

12

menghibur,

meyakinkan

(mengukuhkan,

mengubah,

mengaktifkan),

memberikan informasi, mengukuhkan status, membius dan menciptakan rasa
persatuan.
Diperkuat oleh Vardiansyah (2004) komunikasi selalu muncul dalam
konteks, yakni dalam suatu setting atau situasi tertentu. Secara teoritis, konteks
komunikasi dapat dibagi dengan berbagai cara, tergantung kategori yang kita
gunakan. Konteks komunikasi (lingkungan di mana komunikasi terjadi) menurut
West dan Turner (2009) ada tujuh yaitu:
a. Komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi dengan diri sendiri.
b. Komunikasi antarpersonal yaitu komunikasi antara dua orang yang berhadapan
langsung.
c. Komunikasi kelompok kecil yaitu komunikasi dengan sekelompok orang.
d. Komunikasi organisasi yaitu komunikasi dalam lingkungan yang besar dan
luas.
e. Komunikasi publik/retorika yaitu komunikasi kepada pendengar dalam jumlah
besar.
f. Komunikasi massa yaitu komunikasi kepada pendengar/penonton dalam
jumlah besar melalui media.
g. Komunikasi lintas budaya yaitu komunikasi antara orang-orang dengan latar
belakang budaya yang berbeda.
Keragaan komunikasi pada Gapoktan dalam penelitian ini dilihat dari
komunikasi antara sesama anggota Gapoktan yang terwujud dalam bentuk
komunikasi kelompok, sedangkan komunikasi yang dilakukan oleh petugas PUAP
yaitu komunikasi penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani dalam bentuk
komunikasi antarpribadi.
Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang dengan
sekelompok orang bisa kelompok kecil atau bisa juga besar dalam situasi tatap
muka (Effendy 2006). Diperkuat oleh Saleh (2010) yang mengatakan bahwa
komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seorang dengan orang-orang lain
dalam kelompok, berhadapan satu sama lain sehingga memungkinkan terdapat

13

kesempatan bagi setiap orang dalam kelompok untuk memberikan tanggapan
secara verbal.
Komunikasi yang berlangsung dengan jumlah orang sedikit disebut
komunikasi kelompok kecil (small group communication), sedangkan apabila
jumlah orang yang berkomunikasi banyak dinamakan komunikasi kelompok besar
(large group communication). Vardiansyah (2004) mengatakan bahwa apabila
jumlah pelaku komunikasi lebih dari tiga orang, cenderung dianggap komunikasi
kelompok kecil atau lazim disebut komunikasi kelompok saja sedangkan
komunikasi kelompok besar biasa disebut sebagai komunikasi publik.
Pada komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan pesannya
kepada kognisi (pikiran) komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis,
dimana komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya dan
dapat menyanggah. Robert F. Bales mengatakan kelompok kecil yang dikutip
Saleh (2010) adalah sebagai sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu
sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap anggota
kelompok mendapat kesan atau peningkatan antara satu sama lainnya yang cukup
jelas sehingga anggota-anggota kelompok, baik pada saat timbulnya pertanyaan
maupun sesudahnya, dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai
perorangan. Muhammad (2009) juga mengatakan bahwa komunikasi kelompok
kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain,
memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa
tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka.
Komunikasi besar adalah kelompok komunikasi yang karena jumlahnya
yang banyak, dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan
untuk memberikan tanggapan secara verbal sehingga memiliki kemungkinan yang
kecil sekali bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan.
Robbins (2002) menjelaskan bahwa komunikasi berfungsi mengendalikan
perilaku anggotanya, memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan
tentang apa yang harus dilakukan, sebagai jalan untuk menyatakan emosi perasaan
dan pemenuhan kebutuhan sosial dan komunikasi memberikan informasi bagi
perseorangan atau kelompok untuk membuat keputusan menyertakan data untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan. Dapat dikatakan bahwa komunikasi

14

mempunyai empat fungsi utama dalam sebuah kelompok yaitu fungsi kendali,
motivasi, pernyataan emosi dan informasi.
Littlejohn dan Foss (2009) mengatakan bahwa kelompok dan organisasi
diciptakan melalui interaksi selain itu Sendjaja (2007) menambahkan bahwa
komunikasi kelompok selain menfokuskan pada interaksi antara orang-orang
dalam kelompok-kelompok kecil, komunikasi kelompok juga melibatkan
komunikasi antarpribadi.
Pada dasarnya kelompok itu lahir dari suatu kondisi sosial tertentu yang
menimbulkan motivasi bagi beberapa orang yang mempunyai kesamaan identitas
untuk berinteraksi dan melakukan sesuatu untuk kepentingan mereka bersama
dalam rangka usaha untuk mewujudkan harapan, tujuan atau kehendak bersama.
Interaksi
Teori komunikasi yang masuk dalam kelompok teori interaksi memandang
kehidupan sosial sebagai suatu proses interaksi, komunikasi merupakan bentuk
interaksi. Komunikasi adalah kendaraan atau alat yang digunakan untuk
bertingkah laku dan untuk memahami serta memberi makna terhadap segala
sesuatu di sekitar kita (Morissan dan Wardhany 2009).
Goldberg dan Larson (2006) bahwa interaksi adalah komunikasi
antarpribadi, interaksi mencakup penyampaian maksud dari pemikiran seorang
pemikir ke orang yang lain baik secara sengaja maupun tidak. Proses komunikasi
terjadi manakala manusia berinteraksi dalam aktivitas komunikasi, menyampaikan
pesan guna mewujudkan motif komunikasi (Vardiansyah 2004). Mulyana (2008)
menjelaskan bahwa komunikasi sebagai interaksi mensetarakan komunikasi
dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian yang
memiliki respons atau umpan-balik.
Berinteraksi membutuhkan kontak satu sama lain dan juga komunikasi
antarorang yang melakukan kontak (Suharman 2010). Menurut van den Ban dan
Hawkins (1999), interaksi merupakan proses saling mempengaruhi dan bersifat
timbal-balik dari suatu tindakan berbagai individu atau kelompok tani, biasanya
digabungkan dengan komunikasi. Interaksi sosial dapat berupa interaksi timbalbalik atau satu arah (kerjasama) dan perselisihan. Bungin (2009) mengatakan
bahwa kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka satu sama

15

lainnya, intensitas hubungan di antara mereka merupakan persyaratan utama yang
dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut.
Interaksi sosial adalah titik awal berlangsungnya suatu peristiwa sosial
merupakan merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara
orang-perorangan dengan kelompok manusia. Kata sosial menyatakan bahwa
lebih dari seorang yang terlibat dan interaksi berarti bahwa terjadi saling
mempengaruhi satu sama lain. (Gillin dan Gillin 1954 dalam Sumarti 2003).
Adapun bentuk interaksi sosial tersebut menurut Soekanto (2007) dapat berupa
kerjasama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan juga berbentuk
pertentangan atau pertikaian (conflict). Fisher berpendapat bahwa sebuah interaksi
adalah tindakan dari seseorang yang diikuti dengan tindakan yang lainnya
(Littlejohn dan Foss 2009).
Wiyati (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa semakin tinggi
intensitas interaksi kelompok semakin tinggi petani penghijauan di sub DAS
Citarik melakukan kegiatan teknik sipil dan organisasi.
Format Komunikasi Kelompok
DeVito (1997) menerangkan bahwa kelompok kecil melaksanakan
kegiatannya dengan berbagai format. Format yang paling popular adalah panel
atau meja bundar, seminar, simposium dan simposium forum.
a. Panel atau meja bundar, anggota kelompok mengatur diri mereka sendiri
dalam pola melingkar atau semi melingkar. Mereka berbagi informasi atau
memecahkan permasalahan tanpa pengaturan siapa dan kapan mereka
berbicara.
b. Seminar, anggota kelompok adalah para pakar dan berpartisipasi dalam format
panel atau meja bundar. Perbedaannya adalah dalam seminar terdapat peserta
yang anggotanya diminta untuk berkontribusi. Mereka ini bisa diminta untuk
mengajukan pertanyaan atau memberikan beberapa umpan balik. Modifikasi
lain dari seminar adalah format seminar dua panel, yang terdiri dari panel
pakar dan panel awam. Panel awam mendiskusikan topik, tetapi jika mereka
memerlukan informasi teknis, tambahan data atau pengarahan, mereka akan

16

meminta bantuan kepada anggota panel pakar untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan.
c. Simposium, setiap anggota menyajikan presentasi yang telah disiapkan, seperti
halnya pidato di depan umum. Semua pembicara menilik dari aspek yang
berbeda

mengenai

satu

topik.

Dalam

simposium,

pemimpin

akan

memperkenalkan para pembicara, mengatur alur dari satu pembicara ke
pembicara lain, dan bisa juga menyampaikan ringkasannya secara berkala.
d. Simposium Forum, terdiri dari dua bagian: simposium, dengan pembicara
yang sudah disiapkan dan forum, yang mempersilakan para hadirin untuk
mengajukan pertanyaan dan dijawab oleh pembicara. Pimpinan akan
memperkenalkan para pembicara dan menjadi moderator dalam acara tanyajawab.

Panel atau Meja
Bundar

Seminar

Simposium

Simposium-forum

Gambar 1. Beberapa format komunikasi kelompok kecil

17

Effendy (2006) juga mengatakan bahwa bentuk-bentuk komunikasi
kelompok kecil antara lain: seminar, kuliah, ceramah, briffing, lokakarya, diskusi
forum atau simposium. Adapun bentuk dari komunikasi kelompok besar seperti
rapat raksasa.
Materi Pertemuan
Menurut Lestari dkk (2001) materi adalah isi atau topik pengajaran yang
bermanfaat bagi pembelajar. Materi tersebut harus: a) sesuai dengan kebutuhan
pembelajar; b) dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; c) tersusun dengan
baik, logis dan jelas; d) konsisten dengan tujuan keseluruhan; e) menantang,
menyenangkan dan penting bagi pembelajar.
Komunikasi Antarpribadi
DeVito (1997) menjelaskan bahwa definisi komunikasi antarpribadi dibagi
atas tiga ancangan utama