Perbandingan Daya Simpan dan Daya Tumbuh Pols Rumput Setaria (Setaria splendida Stapf) pada Panjang Daun dan Suhu Simpan Berbeda

(1)

PERBANDINGAN DAYA SIMPAN DAN DAYA TUMBUH POLS

RUMPUT SETARIA (Setaria splendida Stapf) PADA PANJANG

DAUN DAN SUHU SIMPAN BERBEDA

SKRIPSI

JULIA SARASWATI DEWI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(2)

i RINGKASAN

JULIA SARASWATI DEWI. D24070184. 2012. Perbandingan Daya Simpan dan Daya Tumbuh Pols Rumput Setaria (Setaria splendida Stapf) pada Panjang Daun dan Suhu Simpan Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. M. Agus Setiana, M.S. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rita Mutia, M. Agr.

Meningkatnya jumlah ternak ruminansia mengakibatkan tingginya kebutuhan akan hijauan pakan tiap tahunnya. Budidaya hijauan pakan berkualitas masih terhambat oleh minimnya produksi dan penyediaan benih serta terkendala pada proses distribusi benih hijauan pakan menuju daerah-daerah di seluruh Indonesia. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa pengaruh panjang daun serta suhu simpan yang berbeda terhadap daya simpan dan daya tumbuh pols rumput Setaria. Rancangan penelitian yang dipakai ialah rancangan acak lengkap (RAL) berpola faktorial 3x4 dengan 5 ulangan. Faktor A ialah perbedaan potongan daun yaitu potongan normal (8 cm), potongan setengah normal (4 cm), dan potongan habis (hanya akar). Faktor B adalah perbedaan lama simpan yang terdiri atas 2, 4, 6, dan 8 hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif pada peubah kondisi umum pols setelah penyimpanan serta awal tumbuh dan sidik ragam (ANOVA) pada peubah penyusutan bobot, daya tumbuh serta tinggi vertikal. Uji Duncan akan dilakukan apabila pada data terdapat perbedaan yang nyata.

Daya simpan dilihat dari aspek kondisi umum pols setelah penyimpanan dan penyusutan bobot, sedangkan daya tumbuh dilihat dari aspek daya awal tumbuh, daya tumbuh serta tinggi vertikal. Perlakuan penyimpanan dengan menggunakan suhu ruang memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap kondisi umum bahan tanam karena bahan tanam mengalami perubahan warna, bau, dan tekstur. Perubahan yang terjadi ialah warna menjadi kuning kecoklatan, bau hampir busuk, dan tekstur yang lembek/basah pada daun. Hasil sidik ragam dari penyusutan bobot bahan tanam menunjukkan bahwa perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara kedua faktor tersebut memiliki pengaruh nyata (P<0,05). Perlakuan dengan penyusutan bobot paling kecil ialah P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari). Awal pertumbuhan bahan tanam yang telah mengalami penyimpanan pada suhu ruang tergolong cepat akan tetapi hasil akhir dari penanaman menunjukkan banyak terjadi kelayuan. Daya tumbuh pols menghasilkan sidik ragam dengan perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05). Hasil uji lanjut memperlihatkan bahwa perlakuan P0H1 (potongan normal 8 cm dengan lama simpan 2 hari), P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari), dan P2H1 (potongan habis hanya akar dengan lama simpan 2 hari) menjadi perlakuan terbaik dengan angka daya tumbuh tertinggi. Hasil sidik ragam menyatakan bahwa perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi vertikal tanaman. Perlakuan dengan tinggi vertikal paling baik terjadi pada P0H1 (potongan normal 8 cm dengan lama simpan 2 hari) dan P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari).


(3)

ii Perlakuan penyimpanan suhu dingin (4ºC) berpengaruh yang tidak terlalu buruk terhadap kondisi umum bahan tanam setelah penyimpanan. Penampakan fisik bahan tanam tidak jauh beda dengan kondisi awal sebelum disimpan yakni warna tetap hijau, bau tetap segar, dan tekstur tidak basah. Bahan tanam mengalami proses dorman (pingsan sementara) karena suhu yang rendah. Hasil sidik ragam pada penyusutan bobot pols menunjukkan bahwa perlakuan potongan dan lama simpan pada suhu dingin memiliki pengaruh nyata (P<0,05) sedangkan interaksi antara kedua faktor tersebut tidak nyata (P>0,05). Berdasarkan faktor potongan yang memiliki angka penyusutan terkecil ialah potongan normal (8 cm) sedangkan faktor lama simpan yang terkecil penyusutannya ialah 2 hari. Awal pertumbuhan bahan tanam yang telah mengalami penyimpanan pada suhu dingin terhitung lambat karena bahan tanam mengalami dorman dengan tingkat kelayuan yang terjadi tidak terlalu tinggi. Hasil sidik ragam terhadap daya tumbuh menunjukkan bahwa lama simpan berpengaruh nyata (P<0,05) setelah disimpan dalam suhu dingin dengan lama simpan terbaik selama 2 hari. Untuk perlakuan potongan dan interaksi tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Pada sidik ragam terhadap tinggi vertikal diperoleh bahwa perlakuan potongan, lama simpan, serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05). Hasil terbaik didapatkan ketika memadukan perlakuan potongan normal (8 cm) dengan penyimpanan selama 2 hari (P0H1).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan panjang daun dan lama simpan mempengaruhi kondisi daya simpan serta daya tumbuh pols Setaria. Suhu simpan yang terbaik untuk menjaga kondisi daya simpan dan daya tumbuh pols rumput Setaria terjadi pada suhu rendah (4ºC).


(4)

iii ABSTRACT

Comparison of Viability and Vigority Setaria Grass Pols (Setaria splendida

Stapf) on The Differences of Leaf Length and Storage Temperature J. S. Dewi, M. A. Setiana, R. Mutia

Increasing the ruminants population lead to increase demand of forage each year. Cultivation of forage quality is still hampered by the lack of production and supply of the seeds that hampered by process of forage seed distribution to areas throughout Indonesia. The aims of this study is to determine the effect of the length of the leaves and storage temperatures on viability and vigority Setaria grass pols. The study design was used Completely Randomized Design (CRD) patterned 3x4 factorial with 5 replicates. A factor is the difference in leaf pieces of normal pieces (8cm), pieces of half-normal (4cm), and cut out (root only). B Factor is the difference in the old store which consists of 2 days, 4 days, 6 days, and 8 days. The data obtained were analyzed with descriptive analysis and analysis of variance (ANOVA) and if there is a significantly different data then conducted futher test of Duncan. The results from this research can be concluded that differences in leaf length and storage period affect the viability and vigority of pols Setaria. The best storage temperature to keep the viability and vigority of pols Setaria grass is low temperature (4ºC).


(5)

iv

PERBANDINGAN DAYA SIMPAN DAN DAYA TUMBUH POLS

RUMPUT SETARIA (Setaria splendida Stapf) PADA PANJANG

DAUN DAN SUHU SIMPAN BERBEDA

JULIA SARASWATI DEWI D24070184

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(6)

v Judul : Perbandingan Daya Simpan dan Daya Tumbuh Pols Rumput Setaria

(Setaria splendida Stapf) pada Panjang Daun dan Suhu Simpan Berbeda Nama : Julia Saraswati Dewi

NIM : D24070184

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Ir. M. Agus Setiana, M.S) (Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr) NIP. 19570824 198503 1 001 NIP. 19630917 198803 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc) NIP : 19670506 199103 1 001


(7)

vi RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 12 Juli 1989 di Semarang, Jawa Tengah. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sumono sebagai pegawai swasta di PT. Freeport Papua dan Ibu Tri Puji Utami, A.Md sebagai Guru SMP N 34 Semarang. Kakak kandung bernama Ryandra Sutriantoro sebagai pegawai swasta di Semarang dan adik kandung bernama Tertia Puji Handayani sebagai siswi di SMP N 15 Semarang.

Pendidikan taman kanak-kanak diselesaikan

pada tahun 1995 di TK PGRI 34 Semarang, pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun 2001 di SD N Tlogosari Kulon 05 Semarang, pendidikan tingkat menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP N 15 Semarang dan pendidikan tingkat atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA N 11 Semarang. Penulis diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada pilihan kedua.

Penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi Makanan Ternak (HIMASITER) Fakultas Peternakan Biro Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa pada tahun 2008/2009 dan 2009/2010. Penulis bergabung dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Patra Atlas Semarang selama menempuh studi di Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2008, penulis mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa tingkat Perguruan Tinggi se-Indonesia (PKM DIKTI) dengan mengajukan proposal kegiatan di bidang kewirausahaan dengan tema “Nugget Ayam Cita Rasa Sayuran”.


(8)

vii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung, baik secara moril maupun materiil sehingga skripsi yang berjudul

“Perbandingan Daya Simpan dan Daya Tumbuh Pols Rumput Setaria (Setaria splendida Stapf) pada Panjang Daun dan Suhu Simpan Berbeda” ini dapat diselesaikan guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Dunia peternakan di Indonesia telah mengalami kemajuan pesat. Hal ini terbukti dengan pencanangan program Swasembada Daging dari Pemerintah. Meningkatnya jumlah ternak ruminansia juga mengakibatkan tingginya kebutuhan akan hijauan pakan tiap tahunnya. Budidaya hijauan pakan berkualitas masih terhambat oleh minimnya produksi dan penyediaan benih serta terkendala pada proses distribusi benih hijauan pakan menuju daerah-daerah di seluruh Indonesia.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi seluruh pihak khususnya dalam peningkatan penyediaan pakan di seluruh wilayah Indonesia khususnya hijauan makanan ternak.

Bogor, April 2012


(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN……….. i

ABSTRACT………. iii

LEMBAR PERNYATAAN………. iv

LEMBAR PENGESAHAN………. v

RIWAYAT HIDUP……….. vi

KATA PENGANTAR……… vii

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL………. x

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

PENDAHULUAN………. 1

Latar Belakang……….. 1

Tujuan………. 2

TINJAUAN PUSTAKA………. 3

Pembiakan Vegetatif………. 3

Viabilitas dan Vigoritas………. 3

Rumput Setaria splendida Stapf………. 4

Penyimpanan………. 5

Dormansi……… 6

Respirasi………. 6

Fotosintesis………. 6

MATERI DAN METODE………. 8

Waktu dan Lokasi………. 8

Materi………. 8

Prosedur………. 8

Persiapan Pols……….. 8

Penyimpanan……… 8

Pengamatan………. 9

Uji Daya Tumbuh………. 9

Rancangan Percobaan dan Analisis Data……….. 9

Peubah yang Diamati………. 10

Kondisi Umum Bahan Tanam setelah Penyimpanan……….. 10

Penyusutan Bobot………. 10

Awal Tumbuh………... 10


(10)

ix

Tinggi Vertikal………. 11

HASIL DAN PEMBAHASAN………. 12

Kondisi Umum Bahan Tanam setelah Penyimpanan………. 12

Penyusutan Bobot………. 13

Awal Tumbuh………. 15

Daya Tumbuh………. 17

Tinggi Vertikal……….. 18

KESIMPULAN DAN SARAN………. 21

UCAPAN TERIMA KASIH………. 22

DAFTAR PUSTAKA………. 23


(11)

x DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Analisa Bahan Kering dan Kecernaan Setaria splendidaStapf……… 5 2. Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang………... 14 3. Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan pada Suhu Dingin…….…… 14 4. Daya Tumbuh Pols setelah Mengalami Penyimpanan pada Suhu Ruang… 17 5. Daya Tumbuh Pols setelah Mengalami Penyimpanan pada Suhu Dingin… 18

6. Tinggi Vertikal Pols yang Telah Disimpan pada Suhu Ruang………. 19


(12)

xi DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Rumput Setaria splendidaStapf ……….. 4 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang ... 12 3. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Dingin ………. 13 4. Persentase Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan pada Suhu

Ruang ………

15 5. Persentase Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan pada Suhu

Dingin ……….... 15

6. Rataan Awal Pertumbuhan setelah Tanam (Suhu Ruang) ……… 16


(13)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Potongan Daun Rumput Setaria (8 cm, 4 cm,dan hanya akar)... 26

2. Kondisi Pols selama Penanaman (Penyimpanan Suhu Ruang)…………... 26

3. Kondisi Pols selama Penanaman (Penyimpanan Suhu Dingin)………….. 27

4. ANOVA Penyusutan Bobot Pols pada Penyimpanan Suhu Dingin……... 27 5. ANOVA Penyusutan Bobot Pols pada Penyimpanan Suhu Ruang…...….. 28 6. ANOVA Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin..………. 29 7. ANOVA Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang...……... 29 8. ANOVA Tinggi Vertikal Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin...…….. 30 9. ANOVA Tinggi Vertikal Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang……….. 31


(14)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Program Swasembada Daging menjadi salah satu program unggulan Pemerintah Indonesia yang sedang gencar diupayakan untuk mencapai Ketahanan Pangan Nasional. Pengadaan pakan ternak ruminansia merupakan aspek pendukung program tersebut yang perlu dikembangkan secara bertahap. Sumber pakan ruminansia di Indonesia sangat beragam, diantaranya ialah limbah pertanian, limbah industri pertanian, budidaya hijauan pakan, dan padang penggembalaan. Rumput masih menjadi primadona dalam ransum ruminansia karena selain harga yang murah, mudah diperoleh, produksi yang tinggi serta tahan terhadap tekanan defoliasi (pemotongan dan renggutan).

Meningkatnya jumlah ternak ruminansia mengakibatkan tingginya kebutuhan akan hijauan pakan tiap tahunnya. Pemenuhan kebutuhan hijauan pakan masih terhambat oleh beberapa faktor, antara lain ialah berkurangnya ketersediaan lahan subur seiring meningkatnya pertambahan penduduk dan penyebaran jenis hijauan pakan berkualitas masih kurang merata. Budidaya hijauan pakan berkualitas masih terhambat oleh minimnya produksi dan penyediaan benih serta terkendala pada proses distribusi benih hijauan pakan menuju daerah-daerah di seluruh Indonesia.

Salah satu contoh hijauan pakan yang dapat membantu pemenuhan kebutuhan para peternak ialah rumput Setaria (Setaria splendida Stapf) yang banyak dibudidayakan di wilayah padat ternak dan padat penduduk seperti di Pulau Jawa, Lampung dan Bali. Setaria splendida Stapf merupakan tanaman tahunan yang berumpun dengan tinggi mencapai 150 cm, produktif dan tahan kering, dengan siklus vegetatifnya panjang (McIlroy, 1976). Perbanyakan secara vegetatif banyak digunakan dalam pertumbuhannya atau sering disebut dengan sobekan rumpun/pols. Permasalahan dalam perbanyakan vegetatif menggunakan pols ialah bahan tanam mudah mengalami kerusakan serta daya simpan yang terbatas untuk distribusi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai jenis penanganan serta teknologi penyimpanan yang tepat terhadap bahan tanam rumput Setaria yang tahan terhadap kekeringan sehingga memiliki potensi besar untuk pemenuhan kebutuhan hijauan pakan di musim kemarau. Informasi mengenai daya simpan dan daya tumbuh pada kondisi penyimpanan bahan tanam sangat dibutuhkan untuk penentuan


(15)

2 teknologi serta penanganan yang tepat untuk sistem distribusi. Selain itu, pengetahuan tersebut juga dapat dijadikan sebagai peluang bisnis penyediaan benih hijauan pakan untuk didistribusikan ke wilayah tertentu dalam jangka waktu semaksimal mungkin dengan kondisi benih yang masih baik.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh panjang daun, lama simpan, dan suhu simpan yang berbeda terhadap daya simpan dan daya tumbuh pols rumput Setaria.


(16)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Pembiakan Vegetatif

Secara umum, pembiakan tanaman terbagi menjadi dua cara yaitu pembiakan generatif dan pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan proses kawin dan dengan cara ini sifat-sifat tanaman dapat dipertahankan (Darmawan dan Baharsjah, 1983). Menurut Hartmann dan Kester (1983), menyatakan bahwa pembiakan vegetatif atau asexual propagation adalah perbanyakan dari bagian-bagian vegetatif tanaman, dimungkinkan terjadinya setiap sel tanaman mempunyai informasi genetik yang diperlukan untuk membentuk individu tanaman yang lengkap. Pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek (cutting), cangkok (layering), tempelan (budding), dan sambungan (grafting) (Soerianegara dan Djamhuri, 1979).

Penyebab utama dilakukannya pembiakan vegetatif ialah banyak tanaman yang tidak menyerupai induknya bila dibiakkan dengan biji (Rochiman dan Harjadi, 1973). Penyebab lainya ialah:

a. Tanaman tidak atau sedikit menghasilkan biji.

b. Tanaman menghasilkan biji namun sukar berkecambah.

c. Beberapa tanaman lebih resisten terhadap hama dan penyakit bila mereka timbul pada akar-akar yang berhubungan dengan tanaman tersebut.

d. Beberapa tanaman lebih tahan terhadap suhu dingin (hard) bila disambungkan pada batang jenis lain.

e. Tanaman akan lebih kuat bila disambungkan.

f. Tanaman akan lebih ekonomis bila dibiakkan secara vegetatif. Viabilitas dan Vigoritas

Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Pengujian benih, khususnya fisiologis benih dapat diukur melalui uji viabilitas (Schmidt, 2002). Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan


(17)

4 perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan. Penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002).

Secara umum pengujian benih mencakup pengujian daya tumbuh dan pengujian vigor (Sadjad, 1980). Pengujian vigor meliputi dua hal yaitu uji kekuatan tumbuh dan uji daya simpan. Vigor ialah sejumlah sifat-sifat benih yang menandakan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam.

Gambar 1. Rumput Setaria splendida Stapf Sumber : Forages fact sheet, 2009

Rumput Setaria splendida Stapf

Setaria splendida memiliki nama lain yaitu Giant Setaria atau Setaria Gajah.

Setaria splendida Stapf berasal dari Afrika Tropika dan merupakan tanaman tahunan, tumbuh tegak berumpun (Whyte et al., 1959). Setaria splendida Stapf merupakan tanaman tahunan yang berumpun dengan tinggi mencapai 150 cm, produktif dan tahan kering, dengan siklus vegetatifnya panjang (McIlroy, 1976). Daun-daunnya panjang sampai 70 cm dan lebar 12-20 mm (Bogdan, 1977). Setaria splendida Stapf adalah hijauan makanan ternak yang produktif dan mudah cara penanamannya. Pada bagian pelepah daunnya berwarna ungu kemerahan karena adanya pigmen anthosianin. Perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji dan secara vegetatif atau sobekan rumpun (Bogdan, 1977). Rumput Setaria dapat dilihat pada Gambar 1.


(18)

5 Kandungan asam oksalat yang tinggi (5-7%) pada Setaria membatasi penggunaannya sebagai hijauan makanan ternak. Hal ini akan mengakibatkan hipokalsemia pada ternak apabila diberikan dalam jumlah yang besar (Jayadi, 1991). Tabel 1. Analisa Bahan Kering dan Kecernaan Setaria splendida Stapf

Bahan kering (%)

Segar, 120 cm, Tanzania Segar, 25 hari tumbuh, Zaire

Segar, tumbuh kembali

PK SK Abu EE NFE

11,3 39,2 15,8 3,6 30,2 11,4 27,8 12,1 3,0 45,7

Kecernaan (%)

PK SK EE NFE ME

Ternak Domba

65,2 75,2 56,7 76,5 2,47

Sumber : Gohl, 1975

Keterangan: PK= Protein Kasar, SK= Serat Kasar, EE= Ether Extract, NFE= Nitrogen Free Extract, ME= Metabolisme Energi.

Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan untuk mencegah kerusakan bahan tanam. Penyimpanan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, sehingga bahan tanam masih terjaga kesegarannya. Menurut Sutopo (2002), penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas yang maksimum selama mungkin, sehingga simpanan energi yang dimiliki oleh benih tidak bocor dan benih mempunyai cukup energi untuk tumbuh saat ditanam. Maksud dari penyimpanan benih ini adalah agar benih dapat ditanam setelah melalui proses distribusi yang cukup panjang.

Umur simpan benih dipengaruhi oleh sifat benih, kondisi lingkungan, dan perlakuan manusia. Daya simpan individu benih dipengaruhi oleh faktor sifat dan kondisi seperti: pengaruh genetik, pengaruh kondisi sebelum panen, pengaruh struktur dan komponen benih, kulit benih, tingkat kemasakan, ukuran, dormansi, kadar air benih, kerusakan mekanik, dan vigor. Sedangkan pengaruh lingkungan diantaranya : suhu, kelembaban, dan cahaya (Justice dan Bass, 2002).

Bahan tanam baik benih ataupun bibit, akan mengalami kemunduran setelah mengalami penyimpanan. Menurut Justice dan Bass (2002), gejala kemunduran benih dapat dilihat dari gejala fisiologi dan kimiawi. Perubahan fisiologi gejalanya


(19)

6 antara lain ialah perubahan warna benih, mundurnya pertumbuhan perkecambahan, dan meningkatnya kecambah abnormal. Gejala perubahan kimiawi ialah terjadinya perubahan dalam aktivitas enzim, respirasi, laju sintesa, perubahan membran, perubahan persediaan makanan, dan perubahan kromosom.

Dormansi

Benih dikatakan dormansi apabila benih itu sebenarnya hidup (viable) tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan dan periode dormansi ini dapat berlangsung semusim atau tahunan tergantung pada tipe dormansinya (Sutopo, 2002). Dormansi dapat memberikan dampak negatif maupun positif terhadap benih. Keuntungan benih yang dorman adalah dapat mencegah agar tidak berkecambah selama penyimpanan. Umumnya hampir semua kelompok tanaman termasuk keluarga rerumputan akan mengalami dormansi ketika baru dipanen (Justice dan Bass, 2002).

Respirasi

Respirasi merupakan proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi dilakukan baik siang maupun malam. Seluruh bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel oleh karena itu, respirasi terjadi pada sel. Reaksi kimia dari proses respirasi ialah C6H12O6 + O2→ 6CO2 + H2O +

energi. Menurut Salisbury dan Ross (1995), kandungan air yang tinggi akan meningkatkan kegiatan enzim-enzim yang akan mempercepat terjadinya proses respirasi sehingga perombakan cadangan makanan menjadi semakin besar. Akhirnya benih akan kehabisan bahan bakar pada jaringan-jaringan yang penting (meristem). Energi yang terhambur dalam bentuk panas ditambah keadaan yang lembab merangsang perkembangan organisme yang dapat merusak benih. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa faktor-faktor dari luar yang memiliki pengaruh terhadap respirasi ialah temperatur, konsentrasi O2, perlukaan dan infeksi, cahaya, keadaaan

protoplasma dan hidrasi jaringan.

Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Fotosintesis meliputi reaksi oksidasi dan reduksi.


(20)

7 Proses secara ringkas ialah berlangsungnya oksidasi air dan reduksi CO2 untuk

membentuk karbohidrat (Salisbury dan Ross, 1995). Reaksi kimia dari proses fotosintesis ialah 12H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O.

Daun merupakan organ tumbuhan tingkat tinggi yang berperan sebagai organ utama fotosintesis. Daun adalah organ tumbuhan yang paling bervariasi, baik secara morfologi ataupun anatomi (Fahn, 1991). Ketersediaan enzim fotosintesis, khususnya ribulosa bisfosfat karboksilase (rubisco) merupakan penentu utama dari kapasitas fotosintesis daun (Salisbury dan Ross, 1995).


(21)

8 MATERI DAN METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2011. Bertempat di Laboratorium Agrostologi dan Laboratorium Lapang Agrostologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Penelitian ini membutuhkan bahan berupa pols Setaria splendida Stapf sebanyak 600 pols, tanah sebagai media tanam, pupuk kandang, pupuk SP36, dan

pupuk KCl. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah plastik bening, tali rafia, gunting, mesin pendingin suhu 4ºC, lemari simpan, polybag, thermometer, timbangan digital, dan cetok tanah.

Prosedur Persiapan Pols

Bahan tanaman yang digunakan ialah pols dengan berbagai macam potongan daun. Potongan daun yang digunakan ialah potongan daun normal (8 cm dari akar), potongan daun setengah bagian dari potongan normal (4 cm dari akar), dan potongan daun habis (hanya akar). Tanah yang masih menempel pada akar pols dibersihkan. Penyimpanan

Mesin Pendingin 4ºC. Bahan tanam (pols) yang telah disiapkan dengan berbagai potongan daun kemudian dimasukkan ke dalam plastik untuk mempermudah penyimpanan. Plastik-plastik yang telah diisi dengan pols kemudian diberi lubang-lubang kecil untuk sirkulasi udara. Apabila sudah tersimpan dengan baik dalam plastik, pols siap disimpan dalam mesin pendingin 4ºC selama 2 hari. Persiapan yang sama dilakukan untuk penyimpanan selama 4, 6 dan 8 hari.

Suhu Ruang. Bahan tanam yang telah dipersiapkan dengan berbagai macam potongan disimpan dalam plastik. Plastik-plastik yang telah diisi dengan pols kemudian diberi lubang-lubang kecil untuk sirkulasi udara. Pada penyimpanan di suhu ruang dilakukan dengan meletakkan plastik yang berisi bahan tanam tersebut di lemari simpan yang tertutup dan memperhatikan suhu serta kelembabannya agar tetap terjaga seperti suhu ruang pada umumnya selama 2 hari. Persiapan yang sama dilakukan untuk penyimpanan selama 4, 6, dan 8 hari.


(22)

9 Pengamatan

Sebelum bahan tanam disimpan, terlebih dahulu diamati bobot awal dan kondisi fisiknya. Kemudian setelah bahan tanam mengalami penyimpanan selama 2, 4, 6, dan 8 hari masing-masing bahan tanam diamati kembali bobot akhir dan kondisi fisiknya. Pengamatan kondisi fisik setelah penyimpanan meliputi warna, bau, tekstur (uji kebasahan).

Uji Daya Tumbuh

Untuk mengetahui daya tumbuh dari bahan tanam yang telah mengalami perlakuan potongan daun, suhu penyimpanan serta lama penyimpanan yang berbeda-beda perlu dilakukan penanaman terhadap bahan tanam tersebut. Penanaman dilakukan pada media tanam berupa tanah yang diletakkan pada polybag. Pols yang ditanam untuk uji daya tumbuh ialah seluruh pols yang dipakai dalam penelitian ini yaitu sebanyak 600 pols. Uji daya tumbuh dilakukan selama 2 minggu. Indikator daya tumbuh pols yang digunakan ialah tumbuhnya minimal dua helai daun.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) berpola faktorial 3 x 4 dengan 5 kali pengulangan dalam bentuk cluster yang tiap clusternya berisi 5 pols dan rancangan ini berlaku untuk dua suhu simpan. Dua faktor yang digunakan adalah :

Faktor A adalah perbedaan potongan daun yang meliputi 3 taraf, yaitu: P0 : potongan normal (8 cm)

P1 : potongan setengah dari normal (4 cm) P2 : potongan habis

Faktor B adalah perbedaan lama penyimpanan yang meliputi 4 taraf, yaitu: H1 : 2 hari

H2 : 4 hari H3 : 6 hari H4 : 8 hari

Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut : Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk


(23)

10 Keterangan:

Yijk =Nilai pengamatan pada perlakuan potongan daun ke-i, perlakuan suhu penyimpanan ke-j dan ulangan ke-k

µ =Nilai rataan umum

αi =Pengaruh perlakuan potongan daun ke-i

βj =Pengaruh perlakuan suhu penyimpanan ke-j

(αβ)ij =Pengaruh interaksi potongan daun ke-i dan suhu penyimpanan ke-j

εijk =Pengaruh galat

Analisis Data

Analisis data dengan 2 metode yaitu metode deskriptif dan sidik ragam (ANOVA). Apabila berbeda nyata maka akan dilakukan uji Duncan untuk mengevaluasi perbedaan nilai rataan antar perlakuan dalam faktor, sehingga bisa ditarik kesimpulan perlakuan mana yang terbaik (Steel dan Torrie, 1995).

Peubah yang Diamati Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan

Kondisi fisik pols yang diamati antara lain:

Perubahan Warna. Warna dari pols diamati dari sebelum melalui proses penyimpanan hingga telah melewati proses penyimpanan.

Bau. Aroma atau bau khas dari pols diamati, baik sebelum ataupun sesudah penyimpanan.

Tekstur (Uji Kebasahan). Uji kebasahan dilakukan untuk mengetahui tekstur kelembaban dari pols. Uji ini dilihat dari kelembekkan dari pols sebelum dan sesudah penyimpanan.

Penyusutan Bobot

Bobot pols sebelum dan sesudah penyimpanan diukur untuk membandingkan dan untuk mengetahui apakah terjadi penyusutan atau penambahan bobot pols. Awal Pertumbuhan

Awal pertumbuhan diukur setelah penanaman untuk mengetahui seberapa cepat awal pertumbuhan bahan tanam tersebut setelah mengalami penyimpanan. Pertumbuhan tanaman diamati selama dua minggu dengan interval pengamatan setiap dua hari sekali.


(24)

11 Daya Tumbuh

Daya tumbuh dari pols yang telah mengalami proses penyimpanan dapat diamati setelah ditanam selama dua minggu. Indikator daya tumbuh pols tersebut ialah tumbuhnya daun (minimal 2 helai). Data daya tumbuh juga berbentuk persentase seperti tingkat kerusakan. Dari data daya tumbuh dapat diperoleh hasil perlakuan potongan daun, suhu penyimpanan serta lama penyimpanan mana yang memiliki daya tumbuh yang paling baik.

Tinggi Vertikal

Tinggi vertikal daun diamati setelah pols mengalami pertumbuhan selama dua minggu. Pengukuran dimulai dari permukaan tanah hingga pucuk daun tertinggi. Pengukuran ini hanya dilakukan untuk pols yang mengalami pertumbuhan saja. Pengukuran tinggi vertikal daun dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan.


(25)

12 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan

Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang berkisar antara 23ºC hingga 30ºC. Penyimpanan pada suhu ruang menunjukkan perubahan fisik bahan tanam yang terlihat nyata di seluruh perlakuan potongan dan lama simpan. Terjadi perubahan warna, bau, dan tekstur bahan tanam yang sudah tidak lagi sama dengan kondisi awal. Menurut Justice dan Bass (2002), gejala kemunduran benih dapat dilihat dari gejala fisiologi dan kimiawi. Perubahan fisiologi gejalanya antara lain ialah perubahan warna benih, mundurnya pertumbuhan perkecambahan, dan meningkatnya kecambah abnormal.

Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang Bagian daun bahan tanam terlihat menguning seperti yang terlihat pada Gambar 2. Hal ini sejalan dengan penelitian Rohayati (1997) yang melakukan penyimpanan pada germinator dengan suhu simpan 25,5ºC. Kisaran suhu yang cukup tinggi inilah yang menyebabkan tingginya penguapan pada bahan tanam. Munculnya titik-titik air pada permukaan dalam plastik simpan bahan tanam menjadi bukti adanya aktivitas penguapan. Terjadinya penguapan juga mengakibatkan perubahan tekstur bagian daun bahan tanam menjadi lembek/basah namun semakin mengering pada bagian akarnya. Bau yang dihasilkan setelah penyimpanan pun berbeda dengan kondisi awal sebelum penyimpanan, yaitu menjadi bau hampir busuk. Namun, belum terjadi proses pembusukan sehingga bau yang dihasilkan tidak terlalu menyengat.


(26)

13 Pada kondisi suhu ruang masih terjadi pertumbuhan, ada beberapa tunas baru tumbuh tapi tidak dalam kondisi segar.

Gambar 3. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Dingin Kondisi suhu simpan yang kedua ialah suhu dingin dengan kondisi fisik yang terdapat pada Gambar 3. Refrigerator diatur dengan suhu tetap yaitu 4ºC dari awal hingga akhir penyimpanan bahan tanam. Perubahan fisik yang terjadi pada seluruh perlakuan bahan tanam baik potongan maupun lama simpan menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh dengan kondisi awal sebelum penyimpanan. Warna daun masih tetap hijau meskipun sudah tak sesegar kondisi awal. Tekstur serta bau bahan tanam yang telah melewati penyimpanan masih tetap segar seperti kondisi sebelum penyimpanan. Penyimpanan pols pada suhu dingin mengakibatkan terjadinya dorman pada bahan tanam yang disimpan sehingga tidak terdapat pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harjadi (1989) bahwa salah satu faktor pembatas pertumbuhan adalah suhu.

Penyusutan Bobot

Terjadinya penyusutan bobot bahan tanam merupakan salah satu akibat dari proses penyimpanan. Bahan tanam mengalami proses penguapan ketika disimpan sehingga terjadi penyusutan bobot, baik pada suhu ruang ataupun suhu dingin. Selain akibat penguapan, penyusutan bobot terjadi karena berkurangnya cadangan nutrien pada bahan tanam untuk mempertahankan hidup selama proses penyimpanan.

Hasil penyusutan bobot bahan tanam yang telah disimpan pada suhu ruang disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa


(27)

14 perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara kedua faktor tersebut memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap penyusutan bobot bahan tanam. Perlakuan dengan penyusutan bobot paling kecil ialah P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari).

Tabel 2. Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang (g) Potongan

(cm)

Lama Simpan (hari) Rataan

H1 H2 H3 H4

P0 0,50±0,17abc 0,71±0,17bcd 1,23±0,19e 1,03±0,10de 0,87±0,32 P1 0,26±0,09a 0,57±0,20abc 0,56±0,47abc 1,66±0,43f 0,76±0,62 P2 0,44±0,09ab 0,37±0,10ab 0,98±0,16de 0,81±0,28cd 0,65±0,29 Rataan 0,40±0,11 0,55±0,03 0,92±0,16 1,17±0,23

Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan potongan dan lama simpan pada suhu dingin memiliki pengaruh nyata (P<0,05) sedangkan interaksi antara kedua faktor tersebut tidak nyata (P>0,05). Dari segi faktor potongan yang memiliki angka penyusutan terkecil ialah potongan setengah dari normal (4 cm) sedangkan faktor lama simpan yang terkecil penyusutannya ialah 2 hari. Semakin lama disimpan maka penyusutan bobot akibat menurunnya kadar air benih karena tingginya laju respirasi yang diduga diikuti oleh adanya penguapan tinggi dari dalam bahan tanam (Samjaya et al., 2010).

Tabel 3. Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan pada Suhu Dingin (g) Potongan

(cm)

Lama Simpan (hari) Rataan

H1 H2 H3 H4

P0 0,26±0,13 0,63±0,16 0,55±0,05 0,54±0,27 0,50±0,16b P1 0,16±0,17 0,50±0,35 0,37±0,14 0,48±0,14 0,38±0,15a P2 0,33±0,09 0,90±0,26 0,54±0,13 0,34±0,08 0,53±0,26b Rataan 0,25±0,05a 0,67±0,18c 0,49±0,06b 0,46±0,10b

Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).


(28)

15 Penyusutan bobot yang terjadi pada penyimpanan suhu ruang cenderung lebih tinggi dibandingkan pada penyimpanan suhu dingin. Hal tersebut sejalan dengan Sulaiman et al. (2010), penurunan kadar air benih dengan tingginya suhu diduga adanya peningkatan penguapan dari benih selama penyimpanan. Data perbandingan penyusutan dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Persentase Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang

Gambar 5. Persentase Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin

Awal Tumbuh

Gambar 6 memperlihatkan rataan awal pertumbuhan setelah tanam pada seluruh perlakuan baik perlakuan potongan maupun lama simpan yang telah mengalami penyimpanan pada suhu ruang. Awal pertumbuhan yang paling cepat

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2 4 6 8

P er sent a se P eny us uta n B o bo t (%)

Lama Simpan (hari)

P 0 : 8 cm P 1 : 4 cm P 2 : 0 cm

Potongan (cm) 0 5 10 15 20 25 30 35 40

2 4 6 8

P er sent a se P eny us uta n B o bo t (%)

Lama Simpan (hari)

P 0 : 8 cm P 1 : 4 cm P 2 : 0 cm


(29)

16 terjadi setelah ditanam selama 2 hari. Semakin menurunnya laju awal pertumbuhan disebabkan karena telah terjadi perombakan cadangan makanann dalam bahan tanam selama penyimpanan, sehingga pols kehilangan daya tumbuh (Maemunah dan Adelina, 2009).

Meskipun awal pertumbuhan bahan tanam ini tergolong cepat, akan tetapi hasil akhir dari penanaman menunjukkan banyak terjadi kelayuan. Hal ini mungkin berkaitan dengan perlunya perlakuan khusus sebelum penanaman. Salah satu contoh perlakuan khusus ini ialah dengan pemberian zat penumbuh pada bahan tanam yang sudah melalui penyimpanan untuk merangsang pertumbuhannya.

Gambar 6. Rataan Awal Pertumbuhan setelah Tanam (Suhu Ruang)

Gambar 7 menggambarkan rataan awal pertumbuhan setelah tanam pada bahan tanam yang disimpan dalam suhu dingin. Awal tumbuh terjadi paling cepat ialah setelah 2 hari tanam namun hal ini hanya terjadi pada satu perlakuan saja yaitu perlakuan P0H1 (potongan normal 8 cm dengan lama simpan 2 hari). Hal ini mungkin terjadi karena cadangan nutrien yang cenderung masih banyak tersisa dan waktu dorman dari bahan tanam juga tidaklah lama.

Lamanya awal pertumbuhan yang terjadi merupakan akibat dari adanya penyimpanan pada suhu dingin yang menyebabkan terjadinya dormansi pada bahan tanam tersebut. Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa penyimpanan benih pada suhu di sekitar titik beku dapat memperpanjang dormansi benih menjadi lebih lama. Pertumbuhan daun pada pols yang telah mengalami penyimpanan pada suhu dingin

0 1 2 3 4 5 6

2 4 6 8

Aw a l T um bu h (ha ri)

Lama Simpan (hari)

P 0 : 8 cm P 1 : 4 cm P 2 : 0 cm


(30)

17 menunjukkan pertumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pols yang disimpan pada suhu ruang dan hampir tidak ditemui adanya kelayuan.

Gambar 7. Rataan Awal Pertumbuhan setelah Tanam (Suhu Dingin) Daya Tumbuh

Tujuan utama penyimpanan benih ialah untuk mempertahankan daya tumbuh atau viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin (Sutopo, 2002). Penyimpanan cenderung akan mengurangi daya tumbuh dari bahan tanam tersebut. Hal ini terbukti dari hasil yang terdapat dalam Tabel 4 dan Tabel 5 menunjukkan bahwa penyimpanan baik dalam suhu ruang ataupun suhu dingin akan tetap mengurangi daya tumbuh.

Tabel 4. Daya Tumbuh Pols setelah Mengalami Penyimpanan pada Suhu Ruang (%) Potongan

(cm)

Lama Simpan (hari) Rataan

H1 H2 H3 H4

P0 0,92±0,11e 0,36±0,22c 0,60±0,24d 0,04±0,09ab 0,48±0,37 P1 0,92±0,11e 0,28±0,23bc 0,00±0,00a 0,08±0,18ab 0,32±0,42 P2 0,88±0,27e 0,16±0,26abc 0,04±0,09ab 0,04±0,09ab 0,28±0,40 Rataan 0,91±11 0,27±0,15 0,21±0,09 0,05±0,06

Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).

Tabel 4 menggambarkan hasil bahwa perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh pols. Dari hasil uji lanjut terlihat bahwa perlakuan P0H1 (potongan normal 8 cm

0 1 2 3 4 5 6 7 8

2 4 6 8

Aw a l T um bu h (ha ri)

Lama Simpan (hari)

P 0 : 8 cm P 1 : 4 cm P 2 : 0 cm


(31)

18 dengan lama simpan 2 hari), P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari), dan P2H1 (potongan habis hanya akar dengan lama simpan 2 hari) menjadi perlakuan terbaik dengan angka daya tumbuh tertinggi. Menurut Maemunah dan Adelina (2009), semakin lama benih disimpan menyebabkan vigor bibit juga semakin menurun.

Tabel 5. Daya Tumbuh Pols setelah Mengalami Penyimpanan pada Suhu Dingin (%) Potongan

(cm)

Lama Simpan (hari) Rataan

H1 H2 H3 H4

P0 1±0,00 0,8±0,14 0,8±0,20 0,4±0,47 0,75±0,25 P1 1±0,00 0,72±0,23 0,56±0,26 0,28±0,27 0,64±0,30 P2 0,88±0,18 0,56±0,33 0,44±0,17 0,56±0,17 0,61±0,19 Rataan 0,96±0,06c 0,69±0,14b 0,60±0,15ab 0,41±0,21a

Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).

Tabel 5 memperlihatkan bahwa lama simpan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh pols setelah disimpan dalam suhu dingin. Untuk perlakuan potongan dan interaksi tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Penyimpanan selama 2 hari menghasilkan daya tumbuh yang tertinggi. Faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap viabilitas potensial benih dengan tolok ukur daya berkecambah (Rahayu dan Widajati, 2007).

Dapat disimpulkan bahwa baik suhu ruang ataupun suhu dingin, semakin lama disimpan maka daya tumbuh bahan tanam semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Rohayati (1997) yang menyatakan bahwa penyimpanan 2 hari tidak menimbulkan kerusakan berarti sehingga daya tumbuhnya masih tinggi.

Tinggi Vertikal

Bertambahnya tinggi vertikal tanaman menunjukkan adanya pertumbuhan sel. Tinggi vertikal menjadi salah satu peubah yang dapat terlihat dengan jelas terhadap peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman yang mendapat pengaruh dari lingkungan sekitarnya (Kurniasari, 2007). Baik pols yang disimpan pada suhu ruang ataupun suhu dingin diperoleh hasil yang serupa pada tinggi vertikalnya. Tabel 6 menunjukkan hasil pengukuran tinggi vertikal bahan tanam yang disimpan pada suhu


(32)

19 ruang. Hasil uji ragam menyatakan bahwa perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi vertikal tanaman. Perlakuan dengan tinggi vertikal paling baik terjadi pada P0H1 (potongan normal 8 cm dengan lama simpan 2 hari) dan P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari).

Tabel 6. Tinggi Vertikal Pols yang Telah Disimpan pada Suhu Ruang (cm) Potongan

(cm)

Lama Simpan (hari) Rataan

H1 H2 H3 H4

P0 25,91±6,94d 7,01±4,32bc 10,81±4,59c 0,24±0,54a 10,99±10,86 P1 21,63±2,55d 5,01±2,91ab 0,00±0,00a 0,68±1,52a 6,83±10,11 P2 10,90±5,23c 2,73±4,28ab 0,69±1,55a 0,38±0,65a 3,68±4,93 Rataan 19,48±2,86 4,92±2,73 3,83±1,43 0,43±0,54

Keterangan: P0=8cm, P1=4cm, P2=0cm; H1=2hari, H2=4hari, H3=6hari, H4=8hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).

Data pada Tabel 7 juga memperlihatkan hasil yang serupa bahwa perlakuan potongan, lama simpan, serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi vertikal tanaman. Hasil terbaik didapatkan ketika memadukan perlakuan potongan normal (8cm) dengan penyimpanan selama 2 hari (P0H1).

Tabel 7. Tinggi Vertikal Pols yang Telah Disimpan pada Suhu Dingin (cm) Potongan

(cm)

Lama Simpan (hari) Rataan

H1 H2 H3 H4

P0 30,92±5,58d 11,47±6,18b 19,75±5,68c 7,10±8,84ab 17,31±10,48 P1 18,23±2,03c 10,12±4,55ab 10,62±6,60ab 4,37±4,25ab 10,83±5,69 P2 7,04±1,88ab 3,77±3,48a 4,75±2,80ab 4,20±1,53a 4,94±1,46 Rataan 18,73±2,13 8,45±2,84 11,70±4,40 5,22±4,41

Keterangan: P0=8cm, P1=4cm, P2=0cm; H1=2hari, H2=4hari, H3=6hari, H4=8hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).

Terdapat perbedaan hasil tinggi vertikal pada suhu ruang dan suhu dingin yaitu tinggi vertikal pada penyimpanan suhu dingin menghasilkan tinggi vertikal yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyimpanan suhu ruang. Hal ini mungkin


(33)

20 disebabkan karena cadangan nutrien pada bahan tanam yang disimpan dalam suhu dingin masih tersisa cukup banyak dibandingkan bahan tanam yang disimpan dalam suhu ruang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasibuan (2011) yang menyatakan bahwa semakin singkat waktu penyimpanan serta semakin panjang potongan daun maka pertambahan tinggi vertikal akan semakin tinggi.


(34)

21 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perbedaan panjang daun dan lama simpan mempengaruhi kondisi daya simpan serta daya tumbuh pols Setaria. Suhu simpan yang terbaik untuk menjaga kondisi daya simpan dan daya tumbuh pols rumput Setaria terjadi pada suhu rendah (4ºC).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lain mengenai metode dan teknologi penyimpanan bahan tanam berupa pols untuk menghasilkan daya simpan dan daya tumbuh optimal. Pengujian tentang cara pengemasan yang tepat juga perlu dilakukan.


(35)

22 UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala nikmat dan ridho-Nya penelitian dan karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. M. Agus Setiana, M.S selaku pembimbing utama dan Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr selaku pembimbing anggota dan pembimbing akademik atas bimbingan, saran, dan arahan. Terima kasih kepada Iwan Prihantoro, S. Pt selaku dosen pembahas seminar, Dr. Ir. Didid Diapari, M.Si dan Tuti Suryati, S. Pt, M. Si selaku penguji sidang, dan Ir. Widya Hermana, M. Si selaku panitia sidang atas masukan dan saran yang diberikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Adi, Daniel, dan Kiki sebagai sahabat yang selalu menghibur; untuk Dicky Widijayanto terima kasih atas semangat dan motivasinya; untuk teman-teman tim penelitian yaitu Emi Laesi Saputri dan Verawati Ambarita atas kerja sama selama melakukan penelitian; kepada Tsani, Nurmala, Rindy, Nur, Wahyu, Dendy, Dafi, Dzi, Dedy, Ade, Akhir as Komti INTP44 dan seluruh teman-teman INTP angkatan 44 sebagai sahabat-sahabat terbaik. Terima kasih pula untuk sahabat PATRA ATLAS Semarang khususnya Fela, Gunar, Asa, dan Hanif (kisah kita tanpa akhir). Tak lupa terima kasih untuk

teman-teman penghuni “PONDOK ISWARA 2” yang telah memberi keceriaan selama tinggal bersama.

Penulis menghaturkan terima kasih yang mendalam kepada kedua orang tua tersayang Djoko Maryanto dan Tri Puji Utami, A.Md yang telah memberikan doa, pengorbanan dan kasih sayangnya, kakak Ryandra Sutriantoro dan adik Tertia Puji Handayani atas dukungan dan keceriaan yang diberikan.

Bogor, April 2012


(36)

23 DAFTAR PUSTAKA

Bogdan, A. V. 1977. Tropical Pasture and Fodder Plants (Grasses and Legumes). First Published. Longman Inc., New York.

Darmawan J. & J. Baharsjah. 1983. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. PT. Suryandaru Utama, Semarang.

Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Terjemahan: Soediarto. A, RM. Trenggono. K, M. Natasaputra, H. Akmal. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Forages Factsheet. 2009. Setaria splendida.

http://indonesia.tropicalforages.info/key/Forages/Media/Html. [16 April 2012]

Gohl., B. O. 1975. Tropical Feeds. Feeds Information, Summarries, and Nutritive Value. Food and Agriculture Organization of The Unite States, Rome.

Harjadi, S. S. 1989. Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hartmann H.T. & D.E. Kester. 1983. Plant Propagation Principle and Practice. Second Edition. Prentice Hall, Inc. Englewood. New Jersey.

Hasibuan, F. N. 2011. Waktu penyimpanan dan panjang rhizome rumput bahia (Paspalum notatum Fluegge) sebagai bahan tanam vegetatif dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan awal. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jayadi, S. 1991. Tanaman Makanan Ternak Tropika. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Justice, O.L. & Bass L.N. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Terjemahan: Rennie Roesli. Rajawali Press, Jakarta.

Kurniasari, F. D. 2007. Pengaruh dosis dan frekuensi penyiraman garam terhadap produktivitas Chloris gayana Kunth dan Setaria splendida Stapf dengan media tanam tanah tambak dari marunda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Maemunah & E. Adelina. 2009. Lama penyimpanan dan invigorasi terhadap vigor bibit kakao (Theobroma cacao L.). Med. Litbang. Sulteng 2. 1: 56-61.

McIlroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Terjemahan: S. Susetyo, Pradnya Paramita, Jakarta.

Rahayu, E. & E. Widajati. 2007. Pengaruh kemasan, kondisi ruang simpan dan periode simpan terhadap viabilitas benih caisin (Brassica chinensis L.). Bul. Agron. 35: 191-196.


(37)

24 Rochiman K. & S.S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rohayati. 1997. Pengaruh penyimpanan terhadap viabilitas dan vigoritas bahan tanam rumput setaria (Setaria splendid Stapf). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. IPB Press, Bogor.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Salisbury, F.B & C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid dua. Terjemahan: Diah, R. Lukman dan Surargono. Penerbit ITB, Bandung.

Samjaya, Z.R., Z.R. Djafar, Z.P. Negara, M. Hasmeda & H. Suryaningtiyas. 2010. Respirasi dan penurunan mutu benih karet selama penyimpanan. Prosiding: Seminar Nasional Hasil Penelitian Bidang Pertanian “Pertanian Terintegrasi

untuk Mencapai Millenium Development Goals (MDGs)”. Bidang

Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwiaya, Palembang. Schmidt, L. 2002. Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis.

Departemen Kehutanan, Jakarta.

Soerianegara I. & E. Djamhuri. 1979. Pemuliaan Pohon Hutan. Departemen Manajemen Kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Steel, R. G. D. & Torrie, J. A. 1995. Principles and Procedures of Statistics. McGraw

Hill, New York.

Sulaiman, F., M. U. Harun & A. Kurniawan. 2010. Perkecambahan benih tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) yang disimpan pada suhu dan periode berbeda. Prosiding: Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan, Palembang.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Whyte, R. O., T. R. G. Moir & J. P. Cooper. 1959. Grass in Agriculture. Food in Agriculture. Organization of Unite Nations, Rome.


(38)

25 LAMPIRAN


(39)

26 Lampiran 1. Potongan Daun Rumput Setaria (8 cm, 4 cm,dan hanya akar)

Lampiran 2. Kondisi Pols selama Penanaman (Penyimpanan Suhu Ruang)


(40)

27 Lampiran 3. Kondisi Pols selama Penanaman (Penyimpanan Suhu Dingin)

Lampiran 4. Anova Penyusutan Bobot Pols pada Penyimpanan Suhu Dingin

SK JK db KT Fhit F0,05

Perlakuan 2.036 11 0.185 5.348 1.995*

Potongan 0.250 2 0.125 3.606 3.191*

Lama Simpan 1.349 3 0.450 12.988 2.798*

Potongan*Lama Simpan 0.438 6 0.073 2.109 2.295

Galat 1.661 48 0.035

Total 3.698 59 0.063

Keterangan : * = berbeda nyata (P<0,05)

Uji Lanjut Duncan Penyusutan Bobot Pols pada Penyimpanan Suhu Dingin

Potongan N Subset, alfa = 0,05

1 2

P 1 20 0.3780

P 0 20 0.4980

P 2 20 0.5270

Sig. 1.000 0.624

Lama Simpan N Subset, alfa = 0,05

1 2 3

H 1 15 0.2520

H 4 15 0.4560

H 3 15 0.4880

H 2 15 0.6747


(41)

28 Lampiran 5. Anova Penyusutan Bobot Pols pada Penyimpanan Suhu Ruang

SK JK db KT Fhit F0,05

Perlakuan 9.050 11 0.823 14.552 1.995*

Potongan 0.480 2 0.240 4.245 3.191*

Lama Simpan 5.510 3 1.837 32.487 2.798*

Potongan*Lama Simpan 3.060 6 0.510 9.020 2.295*

Galat 2.714 48 0.057

Total 11.764 59

Keterangan : * = berbeda nyata (P<0,05)

Uji Lanjut Duncan Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang

Ulangan N Subset, alpha = 0.05

1 2 3 4 5 6

2 5 0.260

6 5 0.372 0.372

3 5 0.436 0.436

1 5 0.540 0.540 0.540

8 5 0.564 0.564 0.564

5 5 0.568 0.568 0.568

4 5 0.708 0.708 0.708

12 5 0.808 0.808

9 5 0.980 0.980

10 5 1.032 1.032

7 5 1.228

11 5 1.664


(42)

29 Lampiran 6. Anova Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin

SK JK db KT Fhit F0,05

Perlakuan 3.061 11 0.278 4.999 1.995*

Potongan 0.217 2 0.109 1.952 3.191

Lama Simpan 2.331 3 0.777 13.956 2.798*

Potongan*Lama Simpan 0.513 6 0.086 1.537 2.295

Galat 2.672 48 0.056

Total 5.733 59

Keterangan : * = berbeda nyata (P<0,05)

Uji Lanjut Duncan Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin

Potongan N Subset, alfa = 0,05

1

P 2 20 0.6100

P 1 20 0.6400

P 0 20 0.7500

Sig. 0.0820

Lama Simpan N Subset, alfa = 0,05

1 2 3

H 4 15 0.4133

H 3 15 0.6000

H 2 15 0.6933

H 1 15 0.9600

Sig. 1.000 0.2840 1.000

Lampiran 7. Anova Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang

SK JK db KT Fhit F0,05

Perlakuan 7.584 11 0.689 21.772 1.995*

Potongan 0.448 2 0.224 7.074 3.191*

Lama Simpan 6.347 3 2.116 66.807 2.798*

Potongan*Lama Simpan 0.789 6 0.132 4.154 2.295*

Galat 1.520 48 0.032

Total 9.104 59


(43)

30 Uji Lanjut Duncan Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang

Ulangan N Subset, alpha = 0.05

1 2 3 4 5

8 5 0.000

9 5 0.400 0.400

10 5 0.400 0.400

12 5 0.400 0.400

11 5 0.800 0.800

6 5 0.160 0.160 0.160

5 5 0.280 0.280

4 5 0.360

7 5 0.600

3 5 0.880

1 5 0.920

2 5 0.920

Sig. 0.221 0.066 0.099 1.000 0.741

Lampiran 8. Anova Tinggi Vertikal Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin

SK JK db KT Fhit F0,05

Model Terkoreksi 3695.814 11 335.983 13.806 1.995*

Potongan 1531.549 2 765.775 31.467 3.191*

Lama Simpan 1501.859 3 500.620 20.571 2.798*

Potongan*Lama Simpan 662.406 6 110.401 4.537 2.295*

Galat 1168.117 48 4.537

Total 4863.931 59


(44)

31 Uji Duncan Tinggi Vertikal Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin

Ulangan N Subset, alpha = 0.05

1 2 3 4

6 5 3.772

12 5 4.196

11 5 4.372 4.372

9 5 4.748 4.748

3 5 7.044 7.044

10 5 7.104 7.104

5 5 10.116 10.116

8 5 10.616 10.616

4 5 11.472

2 5 18.232

7 5 19.748

1 5 30.920

Sig. 0.065 0.053 0.629 1.000

Lampiran 9. Anova Tinggi Vertikal Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang

SK JK db KT Fhit F0,05

Model Terkoreksi 4206.555 11 382.414 29.807 1.995*

Potongan 538.932 2 269.466 21.004 3.191*

Lama Simpan 3195.780 3 1065.260 83.032 2.798*

Potongan*Lama Simpan 471.843 6 78.641 6.130 2.295*

Galat 615.817 48 12.830

Total 4822.372 59


(45)

32 Uji Duncan Tinggi Vertikal Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang

Ulangan N Subset, alpha = 0.05

1 2 3 4

8 5 0.000

10 5 0.240

12 5 0.380

11 5 0.680

9 5 0.692

6 5 2.732 2.732

5 5 5.008 5.008

4 5 7.012 7.012

7 5 10.812

3 5 10.896

2 5 21.628

1 5 25.908


(46)

i RINGKASAN

JULIA SARASWATI DEWI. D24070184. 2012. Perbandingan Daya Simpan dan Daya Tumbuh Pols Rumput Setaria (Setaria splendida Stapf) pada Panjang Daun dan Suhu Simpan Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. M. Agus Setiana, M.S. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rita Mutia, M. Agr.

Meningkatnya jumlah ternak ruminansia mengakibatkan tingginya kebutuhan akan hijauan pakan tiap tahunnya. Budidaya hijauan pakan berkualitas masih terhambat oleh minimnya produksi dan penyediaan benih serta terkendala pada proses distribusi benih hijauan pakan menuju daerah-daerah di seluruh Indonesia. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa pengaruh panjang daun serta suhu simpan yang berbeda terhadap daya simpan dan daya tumbuh pols rumput Setaria. Rancangan penelitian yang dipakai ialah rancangan acak lengkap (RAL) berpola faktorial 3x4 dengan 5 ulangan. Faktor A ialah perbedaan potongan daun yaitu potongan normal (8 cm), potongan setengah normal (4 cm), dan potongan habis (hanya akar). Faktor B adalah perbedaan lama simpan yang terdiri atas 2, 4, 6, dan 8 hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif pada peubah kondisi umum pols setelah penyimpanan serta awal tumbuh dan sidik ragam (ANOVA) pada peubah penyusutan bobot, daya tumbuh serta tinggi vertikal. Uji Duncan akan dilakukan apabila pada data terdapat perbedaan yang nyata.

Daya simpan dilihat dari aspek kondisi umum pols setelah penyimpanan dan penyusutan bobot, sedangkan daya tumbuh dilihat dari aspek daya awal tumbuh, daya tumbuh serta tinggi vertikal. Perlakuan penyimpanan dengan menggunakan suhu ruang memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap kondisi umum bahan tanam karena bahan tanam mengalami perubahan warna, bau, dan tekstur. Perubahan yang terjadi ialah warna menjadi kuning kecoklatan, bau hampir busuk, dan tekstur yang lembek/basah pada daun. Hasil sidik ragam dari penyusutan bobot bahan tanam menunjukkan bahwa perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara kedua faktor tersebut memiliki pengaruh nyata (P<0,05). Perlakuan dengan penyusutan bobot paling kecil ialah P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari). Awal pertumbuhan bahan tanam yang telah mengalami penyimpanan pada suhu ruang tergolong cepat akan tetapi hasil akhir dari penanaman menunjukkan banyak terjadi kelayuan. Daya tumbuh pols menghasilkan sidik ragam dengan perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05). Hasil uji lanjut memperlihatkan bahwa perlakuan P0H1 (potongan normal 8 cm dengan lama simpan 2 hari), P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari), dan P2H1 (potongan habis hanya akar dengan lama simpan 2 hari) menjadi perlakuan terbaik dengan angka daya tumbuh tertinggi. Hasil sidik ragam menyatakan bahwa perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi vertikal tanaman. Perlakuan dengan tinggi vertikal paling baik terjadi pada P0H1 (potongan normal 8 cm dengan lama simpan 2 hari) dan P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari).


(47)

ii Perlakuan penyimpanan suhu dingin (4ºC) berpengaruh yang tidak terlalu buruk terhadap kondisi umum bahan tanam setelah penyimpanan. Penampakan fisik bahan tanam tidak jauh beda dengan kondisi awal sebelum disimpan yakni warna tetap hijau, bau tetap segar, dan tekstur tidak basah. Bahan tanam mengalami proses dorman (pingsan sementara) karena suhu yang rendah. Hasil sidik ragam pada penyusutan bobot pols menunjukkan bahwa perlakuan potongan dan lama simpan pada suhu dingin memiliki pengaruh nyata (P<0,05) sedangkan interaksi antara kedua faktor tersebut tidak nyata (P>0,05). Berdasarkan faktor potongan yang memiliki angka penyusutan terkecil ialah potongan normal (8 cm) sedangkan faktor lama simpan yang terkecil penyusutannya ialah 2 hari. Awal pertumbuhan bahan tanam yang telah mengalami penyimpanan pada suhu dingin terhitung lambat karena bahan tanam mengalami dorman dengan tingkat kelayuan yang terjadi tidak terlalu tinggi. Hasil sidik ragam terhadap daya tumbuh menunjukkan bahwa lama simpan berpengaruh nyata (P<0,05) setelah disimpan dalam suhu dingin dengan lama simpan terbaik selama 2 hari. Untuk perlakuan potongan dan interaksi tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Pada sidik ragam terhadap tinggi vertikal diperoleh bahwa perlakuan potongan, lama simpan, serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05). Hasil terbaik didapatkan ketika memadukan perlakuan potongan normal (8 cm) dengan penyimpanan selama 2 hari (P0H1).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan panjang daun dan lama simpan mempengaruhi kondisi daya simpan serta daya tumbuh pols Setaria. Suhu simpan yang terbaik untuk menjaga kondisi daya simpan dan daya tumbuh pols rumput Setaria terjadi pada suhu rendah (4ºC).


(48)

iii ABSTRACT

Comparison of Viability and Vigority Setaria Grass Pols (Setaria splendida

Stapf) on The Differences of Leaf Length and Storage Temperature J. S. Dewi, M. A. Setiana, R. Mutia

Increasing the ruminants population lead to increase demand of forage each year. Cultivation of forage quality is still hampered by the lack of production and supply of the seeds that hampered by process of forage seed distribution to areas throughout Indonesia. The aims of this study is to determine the effect of the length of the leaves and storage temperatures on viability and vigority Setaria grass pols. The study design was used Completely Randomized Design (CRD) patterned 3x4 factorial with 5 replicates. A factor is the difference in leaf pieces of normal pieces (8cm), pieces of half-normal (4cm), and cut out (root only). B Factor is the difference in the old store which consists of 2 days, 4 days, 6 days, and 8 days. The data obtained were analyzed with descriptive analysis and analysis of variance (ANOVA) and if there is a significantly different data then conducted futher test of Duncan. The results from this research can be concluded that differences in leaf length and storage period affect the viability and vigority of pols Setaria. The best storage temperature to keep the viability and vigority of pols Setaria grass is low temperature (4ºC).


(49)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Program Swasembada Daging menjadi salah satu program unggulan Pemerintah Indonesia yang sedang gencar diupayakan untuk mencapai Ketahanan Pangan Nasional. Pengadaan pakan ternak ruminansia merupakan aspek pendukung program tersebut yang perlu dikembangkan secara bertahap. Sumber pakan ruminansia di Indonesia sangat beragam, diantaranya ialah limbah pertanian, limbah industri pertanian, budidaya hijauan pakan, dan padang penggembalaan. Rumput masih menjadi primadona dalam ransum ruminansia karena selain harga yang murah, mudah diperoleh, produksi yang tinggi serta tahan terhadap tekanan defoliasi (pemotongan dan renggutan).

Meningkatnya jumlah ternak ruminansia mengakibatkan tingginya kebutuhan akan hijauan pakan tiap tahunnya. Pemenuhan kebutuhan hijauan pakan masih terhambat oleh beberapa faktor, antara lain ialah berkurangnya ketersediaan lahan subur seiring meningkatnya pertambahan penduduk dan penyebaran jenis hijauan pakan berkualitas masih kurang merata. Budidaya hijauan pakan berkualitas masih terhambat oleh minimnya produksi dan penyediaan benih serta terkendala pada proses distribusi benih hijauan pakan menuju daerah-daerah di seluruh Indonesia.

Salah satu contoh hijauan pakan yang dapat membantu pemenuhan kebutuhan para peternak ialah rumput Setaria (Setaria splendida Stapf) yang banyak dibudidayakan di wilayah padat ternak dan padat penduduk seperti di Pulau Jawa, Lampung dan Bali. Setaria splendida Stapf merupakan tanaman tahunan yang berumpun dengan tinggi mencapai 150 cm, produktif dan tahan kering, dengan siklus vegetatifnya panjang (McIlroy, 1976). Perbanyakan secara vegetatif banyak digunakan dalam pertumbuhannya atau sering disebut dengan sobekan rumpun/pols. Permasalahan dalam perbanyakan vegetatif menggunakan pols ialah bahan tanam mudah mengalami kerusakan serta daya simpan yang terbatas untuk distribusi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai jenis penanganan serta teknologi penyimpanan yang tepat terhadap bahan tanam rumput Setaria yang tahan terhadap kekeringan sehingga memiliki potensi besar untuk pemenuhan kebutuhan hijauan pakan di musim kemarau. Informasi mengenai daya simpan dan daya tumbuh pada kondisi penyimpanan bahan tanam sangat dibutuhkan untuk penentuan


(50)

2 teknologi serta penanganan yang tepat untuk sistem distribusi. Selain itu, pengetahuan tersebut juga dapat dijadikan sebagai peluang bisnis penyediaan benih hijauan pakan untuk didistribusikan ke wilayah tertentu dalam jangka waktu semaksimal mungkin dengan kondisi benih yang masih baik.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh panjang daun, lama simpan, dan suhu simpan yang berbeda terhadap daya simpan dan daya tumbuh pols rumput Setaria.


(51)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Pembiakan Vegetatif

Secara umum, pembiakan tanaman terbagi menjadi dua cara yaitu pembiakan generatif dan pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan proses kawin dan dengan cara ini sifat-sifat tanaman dapat dipertahankan (Darmawan dan Baharsjah, 1983). Menurut Hartmann dan Kester (1983), menyatakan bahwa pembiakan vegetatif atau asexual propagation adalah perbanyakan dari bagian-bagian vegetatif tanaman, dimungkinkan terjadinya setiap sel tanaman mempunyai informasi genetik yang diperlukan untuk membentuk individu tanaman yang lengkap. Pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek (cutting), cangkok (layering), tempelan (budding), dan sambungan (grafting) (Soerianegara dan Djamhuri, 1979).

Penyebab utama dilakukannya pembiakan vegetatif ialah banyak tanaman yang tidak menyerupai induknya bila dibiakkan dengan biji (Rochiman dan Harjadi, 1973). Penyebab lainya ialah:

a. Tanaman tidak atau sedikit menghasilkan biji.

b. Tanaman menghasilkan biji namun sukar berkecambah.

c. Beberapa tanaman lebih resisten terhadap hama dan penyakit bila mereka timbul pada akar-akar yang berhubungan dengan tanaman tersebut.

d. Beberapa tanaman lebih tahan terhadap suhu dingin (hard) bila disambungkan pada batang jenis lain.

e. Tanaman akan lebih kuat bila disambungkan.

f. Tanaman akan lebih ekonomis bila dibiakkan secara vegetatif. Viabilitas dan Vigoritas

Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Pengujian benih, khususnya fisiologis benih dapat diukur melalui uji viabilitas (Schmidt, 2002). Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan


(52)

4 perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan. Penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002).

Secara umum pengujian benih mencakup pengujian daya tumbuh dan pengujian vigor (Sadjad, 1980). Pengujian vigor meliputi dua hal yaitu uji kekuatan tumbuh dan uji daya simpan. Vigor ialah sejumlah sifat-sifat benih yang menandakan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam.

Gambar 1. Rumput Setaria splendida Stapf Sumber : Forages fact sheet, 2009

Rumput Setaria splendida Stapf

Setaria splendida memiliki nama lain yaitu Giant Setaria atau Setaria Gajah.

Setaria splendida Stapf berasal dari Afrika Tropika dan merupakan tanaman tahunan, tumbuh tegak berumpun (Whyte et al., 1959). Setaria splendida Stapf merupakan tanaman tahunan yang berumpun dengan tinggi mencapai 150 cm, produktif dan tahan kering, dengan siklus vegetatifnya panjang (McIlroy, 1976). Daun-daunnya panjang sampai 70 cm dan lebar 12-20 mm (Bogdan, 1977). Setaria splendida Stapf adalah hijauan makanan ternak yang produktif dan mudah cara penanamannya. Pada bagian pelepah daunnya berwarna ungu kemerahan karena adanya pigmen anthosianin. Perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji dan secara vegetatif atau sobekan rumpun (Bogdan, 1977). Rumput Setaria dapat dilihat pada Gambar 1.


(53)

5 Kandungan asam oksalat yang tinggi (5-7%) pada Setaria membatasi penggunaannya sebagai hijauan makanan ternak. Hal ini akan mengakibatkan hipokalsemia pada ternak apabila diberikan dalam jumlah yang besar (Jayadi, 1991). Tabel 1. Analisa Bahan Kering dan Kecernaan Setaria splendida Stapf

Bahan kering (%)

Segar, 120 cm, Tanzania Segar, 25 hari tumbuh, Zaire

Segar, tumbuh kembali

PK SK Abu EE NFE

11,3 39,2 15,8 3,6 30,2 11,4 27,8 12,1 3,0 45,7

Kecernaan (%)

PK SK EE NFE ME

Ternak Domba

65,2 75,2 56,7 76,5 2,47

Sumber : Gohl, 1975

Keterangan: PK= Protein Kasar, SK= Serat Kasar, EE= Ether Extract, NFE= Nitrogen Free Extract, ME= Metabolisme Energi.

Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan untuk mencegah kerusakan bahan tanam. Penyimpanan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, sehingga bahan tanam masih terjaga kesegarannya. Menurut Sutopo (2002), penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas yang maksimum selama mungkin, sehingga simpanan energi yang dimiliki oleh benih tidak bocor dan benih mempunyai cukup energi untuk tumbuh saat ditanam. Maksud dari penyimpanan benih ini adalah agar benih dapat ditanam setelah melalui proses distribusi yang cukup panjang.

Umur simpan benih dipengaruhi oleh sifat benih, kondisi lingkungan, dan perlakuan manusia. Daya simpan individu benih dipengaruhi oleh faktor sifat dan kondisi seperti: pengaruh genetik, pengaruh kondisi sebelum panen, pengaruh struktur dan komponen benih, kulit benih, tingkat kemasakan, ukuran, dormansi, kadar air benih, kerusakan mekanik, dan vigor. Sedangkan pengaruh lingkungan diantaranya : suhu, kelembaban, dan cahaya (Justice dan Bass, 2002).

Bahan tanam baik benih ataupun bibit, akan mengalami kemunduran setelah mengalami penyimpanan. Menurut Justice dan Bass (2002), gejala kemunduran benih dapat dilihat dari gejala fisiologi dan kimiawi. Perubahan fisiologi gejalanya


(54)

6 antara lain ialah perubahan warna benih, mundurnya pertumbuhan perkecambahan, dan meningkatnya kecambah abnormal. Gejala perubahan kimiawi ialah terjadinya perubahan dalam aktivitas enzim, respirasi, laju sintesa, perubahan membran, perubahan persediaan makanan, dan perubahan kromosom.

Dormansi

Benih dikatakan dormansi apabila benih itu sebenarnya hidup (viable) tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan dan periode dormansi ini dapat berlangsung semusim atau tahunan tergantung pada tipe dormansinya (Sutopo, 2002). Dormansi dapat memberikan dampak negatif maupun positif terhadap benih. Keuntungan benih yang dorman adalah dapat mencegah agar tidak berkecambah selama penyimpanan. Umumnya hampir semua kelompok tanaman termasuk keluarga rerumputan akan mengalami dormansi ketika baru dipanen (Justice dan Bass, 2002).

Respirasi

Respirasi merupakan proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi dilakukan baik siang maupun malam. Seluruh bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel oleh karena itu, respirasi terjadi pada sel. Reaksi kimia dari proses respirasi ialah C6H12O6 + O2→ 6CO2 + H2O +

energi. Menurut Salisbury dan Ross (1995), kandungan air yang tinggi akan meningkatkan kegiatan enzim-enzim yang akan mempercepat terjadinya proses respirasi sehingga perombakan cadangan makanan menjadi semakin besar. Akhirnya benih akan kehabisan bahan bakar pada jaringan-jaringan yang penting (meristem). Energi yang terhambur dalam bentuk panas ditambah keadaan yang lembab merangsang perkembangan organisme yang dapat merusak benih. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa faktor-faktor dari luar yang memiliki pengaruh terhadap respirasi ialah temperatur, konsentrasi O2, perlukaan dan infeksi, cahaya, keadaaan

protoplasma dan hidrasi jaringan.

Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Fotosintesis meliputi reaksi oksidasi dan reduksi.


(55)

7 Proses secara ringkas ialah berlangsungnya oksidasi air dan reduksi CO2 untuk

membentuk karbohidrat (Salisbury dan Ross, 1995). Reaksi kimia dari proses fotosintesis ialah 12H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O.

Daun merupakan organ tumbuhan tingkat tinggi yang berperan sebagai organ utama fotosintesis. Daun adalah organ tumbuhan yang paling bervariasi, baik secara morfologi ataupun anatomi (Fahn, 1991). Ketersediaan enzim fotosintesis, khususnya ribulosa bisfosfat karboksilase (rubisco) merupakan penentu utama dari kapasitas fotosintesis daun (Salisbury dan Ross, 1995).


(56)

8 MATERI DAN METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2011. Bertempat di Laboratorium Agrostologi dan Laboratorium Lapang Agrostologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Penelitian ini membutuhkan bahan berupa pols Setaria splendida Stapf sebanyak 600 pols, tanah sebagai media tanam, pupuk kandang, pupuk SP36, dan

pupuk KCl. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah plastik bening, tali rafia, gunting, mesin pendingin suhu 4ºC, lemari simpan, polybag, thermometer, timbangan digital, dan cetok tanah.

Prosedur Persiapan Pols

Bahan tanaman yang digunakan ialah pols dengan berbagai macam potongan daun. Potongan daun yang digunakan ialah potongan daun normal (8 cm dari akar), potongan daun setengah bagian dari potongan normal (4 cm dari akar), dan potongan daun habis (hanya akar). Tanah yang masih menempel pada akar pols dibersihkan. Penyimpanan

Mesin Pendingin 4ºC. Bahan tanam (pols) yang telah disiapkan dengan berbagai potongan daun kemudian dimasukkan ke dalam plastik untuk mempermudah penyimpanan. Plastik-plastik yang telah diisi dengan pols kemudian diberi lubang-lubang kecil untuk sirkulasi udara. Apabila sudah tersimpan dengan baik dalam plastik, pols siap disimpan dalam mesin pendingin 4ºC selama 2 hari. Persiapan yang sama dilakukan untuk penyimpanan selama 4, 6 dan 8 hari.

Suhu Ruang. Bahan tanam yang telah dipersiapkan dengan berbagai macam potongan disimpan dalam plastik. Plastik-plastik yang telah diisi dengan pols kemudian diberi lubang-lubang kecil untuk sirkulasi udara. Pada penyimpanan di suhu ruang dilakukan dengan meletakkan plastik yang berisi bahan tanam tersebut di lemari simpan yang tertutup dan memperhatikan suhu serta kelembabannya agar tetap terjaga seperti suhu ruang pada umumnya selama 2 hari. Persiapan yang sama dilakukan untuk penyimpanan selama 4, 6, dan 8 hari.


(57)

9 Pengamatan

Sebelum bahan tanam disimpan, terlebih dahulu diamati bobot awal dan kondisi fisiknya. Kemudian setelah bahan tanam mengalami penyimpanan selama 2, 4, 6, dan 8 hari masing-masing bahan tanam diamati kembali bobot akhir dan kondisi fisiknya. Pengamatan kondisi fisik setelah penyimpanan meliputi warna, bau, tekstur (uji kebasahan).

Uji Daya Tumbuh

Untuk mengetahui daya tumbuh dari bahan tanam yang telah mengalami perlakuan potongan daun, suhu penyimpanan serta lama penyimpanan yang berbeda-beda perlu dilakukan penanaman terhadap bahan tanam tersebut. Penanaman dilakukan pada media tanam berupa tanah yang diletakkan pada polybag. Pols yang ditanam untuk uji daya tumbuh ialah seluruh pols yang dipakai dalam penelitian ini yaitu sebanyak 600 pols. Uji daya tumbuh dilakukan selama 2 minggu. Indikator daya tumbuh pols yang digunakan ialah tumbuhnya minimal dua helai daun.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) berpola faktorial 3 x 4 dengan 5 kali pengulangan dalam bentuk cluster yang tiap clusternya berisi 5 pols dan rancangan ini berlaku untuk dua suhu simpan. Dua faktor yang digunakan adalah :

Faktor A adalah perbedaan potongan daun yang meliputi 3 taraf, yaitu: P0 : potongan normal (8 cm)

P1 : potongan setengah dari normal (4 cm) P2 : potongan habis

Faktor B adalah perbedaan lama penyimpanan yang meliputi 4 taraf, yaitu: H1 : 2 hari

H2 : 4 hari H3 : 6 hari H4 : 8 hari

Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut : Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk


(1)

27 Lampiran 3. Kondisi Pols selama Penanaman (Penyimpanan Suhu Dingin)

Lampiran 4. Anova Penyusutan Bobot Pols pada Penyimpanan Suhu Dingin

SK JK db KT Fhit F0,05

Perlakuan 2.036 11 0.185 5.348 1.995*

Potongan 0.250 2 0.125 3.606 3.191*

Lama Simpan 1.349 3 0.450 12.988 2.798*

Potongan*Lama Simpan 0.438 6 0.073 2.109 2.295

Galat 1.661 48 0.035

Total 3.698 59 0.063

Keterangan : * = berbeda nyata (P<0,05)

Uji Lanjut Duncan Penyusutan Bobot Pols pada Penyimpanan Suhu Dingin

Potongan N Subset, alfa = 0,05

1 2

P 1 20 0.3780

P 0 20 0.4980

P 2 20 0.5270

Sig. 1.000 0.624

Lama Simpan N Subset, alfa = 0,05

1 2 3

H 1 15 0.2520

H 4 15 0.4560

H 3 15 0.4880

H 2 15 0.6747


(2)

28 Lampiran 5. Anova Penyusutan Bobot Pols pada Penyimpanan Suhu Ruang

SK JK db KT Fhit F0,05

Perlakuan 9.050 11 0.823 14.552 1.995*

Potongan 0.480 2 0.240 4.245 3.191*

Lama Simpan 5.510 3 1.837 32.487 2.798*

Potongan*Lama Simpan 3.060 6 0.510 9.020 2.295*

Galat 2.714 48 0.057

Total 11.764 59

Keterangan : * = berbeda nyata (P<0,05)

Uji Lanjut Duncan Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang

Ulangan N Subset, alpha = 0.05

1 2 3 4 5 6

2 5 0.260

6 5 0.372 0.372

3 5 0.436 0.436

1 5 0.540 0.540 0.540

8 5 0.564 0.564 0.564

5 5 0.568 0.568 0.568

4 5 0.708 0.708 0.708

12 5 0.808 0.808

9 5 0.980 0.980

10 5 1.032 1.032

7 5 1.228

11 5 1.664


(3)

29 Lampiran 6. Anova Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin

SK JK db KT Fhit F0,05

Perlakuan 3.061 11 0.278 4.999 1.995*

Potongan 0.217 2 0.109 1.952 3.191

Lama Simpan 2.331 3 0.777 13.956 2.798*

Potongan*Lama Simpan 0.513 6 0.086 1.537 2.295

Galat 2.672 48 0.056

Total 5.733 59

Keterangan : * = berbeda nyata (P<0,05)

Uji Lanjut Duncan Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin

Potongan N Subset, alfa = 0,05

1

P 2 20 0.6100

P 1 20 0.6400

P 0 20 0.7500

Sig. 0.0820

Lama Simpan N Subset, alfa = 0,05

1 2 3

H 4 15 0.4133

H 3 15 0.6000

H 2 15 0.6933

H 1 15 0.9600

Sig. 1.000 0.2840 1.000

Lampiran 7. Anova Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang

SK JK db KT Fhit F0,05

Perlakuan 7.584 11 0.689 21.772 1.995*

Potongan 0.448 2 0.224 7.074 3.191*

Lama Simpan 6.347 3 2.116 66.807 2.798*

Potongan*Lama Simpan 0.789 6 0.132 4.154 2.295*

Galat 1.520 48 0.032

Total 9.104 59


(4)

30 Uji Lanjut Duncan Daya Tumbuh Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang

Ulangan N Subset, alpha = 0.05

1 2 3 4 5

8 5 0.000

9 5 0.400 0.400

10 5 0.400 0.400

12 5 0.400 0.400

11 5 0.800 0.800

6 5 0.160 0.160 0.160

5 5 0.280 0.280

4 5 0.360

7 5 0.600

3 5 0.880

1 5 0.920

2 5 0.920

Sig. 0.221 0.066 0.099 1.000 0.741

Lampiran 8. Anova Tinggi Vertikal Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin

SK JK db KT Fhit F0,05

Model Terkoreksi 3695.814 11 335.983 13.806 1.995*

Potongan 1531.549 2 765.775 31.467 3.191*

Lama Simpan 1501.859 3 500.620 20.571 2.798*

Potongan*Lama Simpan 662.406 6 110.401 4.537 2.295*

Galat 1168.117 48 4.537

Total 4863.931 59


(5)

31 Uji Duncan Tinggi Vertikal Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin

Ulangan N Subset, alpha = 0.05

1 2 3 4

6 5 3.772

12 5 4.196

11 5 4.372 4.372

9 5 4.748 4.748

3 5 7.044 7.044

10 5 7.104 7.104

5 5 10.116 10.116

8 5 10.616 10.616

4 5 11.472

2 5 18.232

7 5 19.748

1 5 30.920

Sig. 0.065 0.053 0.629 1.000

Lampiran 9. Anova Tinggi Vertikal Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang

SK JK db KT Fhit F0,05

Model Terkoreksi 4206.555 11 382.414 29.807 1.995*

Potongan 538.932 2 269.466 21.004 3.191*

Lama Simpan 3195.780 3 1065.260 83.032 2.798*

Potongan*Lama Simpan 471.843 6 78.641 6.130 2.295*

Galat 615.817 48 12.830

Total 4822.372 59


(6)

32 Uji Duncan Tinggi Vertikal Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang

Ulangan N Subset, alpha = 0.05

1 2 3 4

8 5 0.000

10 5 0.240

12 5 0.380

11 5 0.680

9 5 0.692

6 5 2.732 2.732

5 5 5.008 5.008

4 5 7.012 7.012

7 5 10.812

3 5 10.896

2 5 21.628

1 5 25.908


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemupukan Litter Ayam dan Urea terhadap Komposisi Kimia dan Kandungan Oksalat Rumput Setaria Splendida Stapf

0 3 108

Studi Banding Penggunaan Centro (Centrosema pubescan, Benth.) dan Setaria (Setaria splendida, stapf) dalam Pertanaman dengan Jagung (Zea mays, L.)

0 6 8

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria (Setaria splendida Stapf.) yang Mengalami Cekaman Kekeringan

0 7 75

Penggunaan Bakteri Azospirillum Sp. Pada Tanah Podsolik Merah Kuning Terhadap Pertumbuhan, Produksi Dan Kualitas Rumput Setaria Splendida Stapf. Dan Chloris Gayana Kunth.

0 6 84

Penambahan Pembenah Tanah Dan Mikroorganisme Tanah Terhadap Produktivitas Rumput Setaria Splendida Stapf Pada Tanah Podsolik Merah Kuning

0 7 90

Pengaruh Dosis Dan Waktu Aplikasi Pupuk Pelengkap Cair Bioton Pada Tumpangsari Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Setaria Gajah (Setaria splendida Stapf.)

0 7 60

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

0 19 6

Penambahan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) dan pupuk NPK pada tanah salin terhadap pertumbuhan dan produksi rumput Chloris gayana Kunth dan setaria splendida Stapf

0 8 58

Uji Adaptabilitas Paspalum Conjugatum Berg, Setaria Splendida Stapf, Dan Vetiveria Zizanoides (L.) Nash Pada Toksisitas Aluminium

2 7 38

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

0 0 6