Pengaruh paclobutrazol terhadap karakteristik fisiologis dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.) varietas sima dan kelinci

PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIOLOGIS DAN HASIL KACANG
TANAH (Arachis Hypogaea L.)
VARIETAS SIMA DAN KELINCI

Oleh:
NAJMI RIDHA SYA’BANI
A24051758

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN

NAJMI RIDHA SYA’BANI. Pengaruh Paclobutrazol terhadap Karakteristik
Fisiologis dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Sima dan
Kelinci. (Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI).
Percobaan


ini

dilakukan

untuk

mengetahui

pengaruh

perlakuan

paclobutrazol terhadap karakter fisiologis dan hasil kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) varietas Sima dan Kelinci. Percobaan dilaksanakan di lahan
percobaan Cikabayan dan laboratorium micro technology Departemen Agronomi
dan Hortikultura IPB Darmaga Bogor pada bulan April sampai dengan Juli 2009.
Perlakuan paclobutrazol dilakukan pada minggu ke 8 setelah tanam (MST).
Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan
rancangan lingkungan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas petak
utama dan anak petak. Petak utama adalah perlakuan varietas yang terdiri atas

varietas Sima dan Kelinci . Anak petak adalah perlakuan paclobutrazol dengan
tiga taraf yaitu 0, 100, dan 200 ppm . Total perlakuan adalah varietas Sima tanpa
perlakuan paclobutrazol, varietas Sima dengan perlakuan paclobutrazol 100 ppm,
varietas Sima dengan perlakuan paclobutrazol 200 ppm, varietas Kelinci tanpa
perlakuan paclobutrazol, varietas Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 100
ppm, varietas Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 200 ppm. Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan paclobutrazol berinteraksi
dengan varietas Sima dalam menurunkan jumlah daun tanaman kacang tanah
dengan konsentrasi paclobutrazol berbeda. Jumlah daun varietas Sima menurun
setelah perlakuan paclobutrazol 100 ppm sedang jumlah daun varietas Kelinci
menurun setelah perlakuan paclobutrazol 200 ppm. Perlakuan paclobutrazol pada
kacang tanah secara tunggal mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan polong
pada minggu ke 10 hingga 12 sebesar 75%. Hasil kacang tanah yang mendapat
perlakuan paclobutrazol 200 ppm memiliki jumlah polong, jumlah biji, dan indeks
panen lebih tinggi dibandingkan tanaman kacang tanah tanpa perlakuan

paclobutrazol. Perlakuan paclobutrazol 200 ppm, juga mampu meningkatkan
produktivitas hasil kacang tanah mencapai 35%.
Perlakuan varietas menunjukkan bahwa varietas Sima memiliki bobot

kering tajuk lebih besar pada 12 MST, indeks luas daun yang lebih tinggi pada 6
MST, laju pertambahan bahan kering lebih cepat pada 6 hingga 8 MST, serta
jumlah biji yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas Kelinci. Varietas
Kelinci menghasilkan jumlah polong yang lebih tinggi daripada Sima. Pada kedua
varietas tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan dari nilai produktitivitas
Sima dan Kelinci yang masing-masing 1.12 dan 1.01. Pada keduanya, diduga
mengalami hambatan dalam pengisian polong. Pada fase pengisian polong, bahan
kering yang dihasilkan varietas Sima lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan
tajuk dibandingkan untuk pengisian polong sedangkan varietas Kelinci pada fase
tersebut tidak memiliki cukup bahan kering untuk pembentukan asimilat yang
akan digunakan untuk pengisian polong.

PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIOLOGIS DAN HASIL KACANG
TANAH (Arachis hypogaea L.)
VARIETAS SIMA DAN KELINCI

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor


NAJMI RIDHA SYA’BANI
A24051758

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIOLOGIS DAN HASIL
KACANG
TANAH
(Arachis
hypogaea
L.)
VARIETAS SIMA DAN KELINCI


Nama

: NAJMI RIDHA SYA’BANI

NRP

: A24051758

Menyetujui,
Pembimbing

(Ir. Heni Purnamawati, MSc.Agr.)
NIP. 19660406 199003 2 009

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.)
NIP. 19611101 198703 1 003


Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 9 April 1987 dari pasangan
Bapak Is Sudaryono dan Ibu Apriyanti Budianingsih. Penulis anak kedua dari
enam bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 07 Pagi Jakarta
Timur tahun 1999 kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Kupang, NTT dan lulus
pada tahun 2002. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 11 Jakarta Timur pada
tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
(IPB) sebagai mahasiswa melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB). Pada tahun 2006 penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen
Agronomi dan Hortikultura (AGH) Fakultas Pertanian dengan minor Komunikasi.
Selama menempuh studi di IPB, penulis aktif menjadi asisten mata kuliah
yaitu asisten praktikum Pendidikan Agama Islam (2007-2009). Selain itu penulis
juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan baik intra maupun ekstra kampus.
Penulis aktif sebagai pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Forum for Scientific
Studies (UKM FORCES) dari tahun 2006-2009. Pada tahun 2006-2007 penulis

menjabat sebagai Ketua Divisi Keuangan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas
Pertanian (DPM A). Penulis juga pernah tergabung dengan organisasi ekstra
kampus KAMMI IPB pada tahun 2005-2006.

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas segala rahmat dan karunia Allah SWT yang senantiasa
terlimpah sehingga memberikan kekuatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini dengan baik.
Penelitian perlakuan paclobutrazol pada tanaman kacang tanah ini
dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui pengaruh paclobutrazol
yang diperlakuankan pada tanaman kacang tanah berumur 8 MST dengan 3
konsentrasi berbeda terhadap karakter fisiologis dan hasil tanaman kacang tanah
(Arachis hypogaea L).
Penulis menyampaikan terima kasih kepada
1. Ibu dan Bapak, Mas Lukman, Fuad, Ilham, Hadi, dan Hamid yang telah
memberi dukungan moril dan materiil.
2. Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr sebagai pembimbing akademik dan
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan
pengarahan selama penyusunan laporan hasil penelitian.
3. Dr Sandra Arifin Aziz dan Dr Ir Darda efendi yang telah memberikan saran

dan pengarahan dalam rangka menyempurnakan laporan hasil penelitian.
4. Ustadzah Endah Purwanti, Denok, Febriany, Izzati, Astri, dan Fitri yang
senantiasa sabar mendampingi dan menasehati penulis.
5. Keluarga Besar Departemen AGH FAPERTA IPB, AGH 42 khususnya Fefin,
Fuzy, dan Atika yang telah banyak memberi dukungan selama proses
penelitian hingga selesai penulisan.
6. Teman-teman yang tergabung dalam FORCES IPB, DPM A, FKRD A,
VAMDI , SGEI 1 DD Republika, serta guru, murid-murid, dan orang tua
murid di Matematika Akhlak yang banyak memberikan pelajaran berharga
bagi penulis.
Penulis berharap semoga laporan penelitian ini bermanfaat. Amin

Bogor, Maret 2011
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
PENDAHULUAN ..............................................................................................
Latar Belakang ..............................................................................................
Tujuan ...........................................................................................................
Hipotesis........................................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
Botani dan Morfologi Kacang Tanah............................................................ 4
Fisiologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah ................................................... 5
Paclobutrazol ................................................................................................. 8
Varietas Unggul ............................................................................................ 10
BAHAN DAN METODE ................................................................................... 12
Waktu dan Tempat ........................................................................................ 12
Bahan dan Alat .............................................................................................. 12
Metode Penelitian ......................................................................................... 12

Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 13
Pengolahan Lahan dan Penanaman ......................................................... 13
Pemeliharaan ........................................................................................... 14
Panen ....................................................................................................... 15
Pengamatan ................................................................................................... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 17
Hasil .............................................................................................................. 17
Kondisi Umum ........................................................................................ 17
Rekapitulasi Sidik Ragam ....................................................................... 18
Interaksi antara Paclobutrazol dan Varietas ............................................ 20
Pengaruh Perlakuan Paclobutrazol pada Tanaman Kacang Tanah ......... 21
Akumulasi Bahan Kering .................................................................. 21
Pertumbuhan Daun ............................................................................ 22
Laju Pertumbuhan Tanaman ............................................................. 22
Hasil dan Komponen Hasil ............................................................... 23
Pengaruh Perlakuan Varietas pada Tanaman Kacang Tanah .................. 24
Akumulasi Bahan Kering .................................................................. 24
Pertumbuhan Daun ............................................................................ 26
Laju Pertumbuhan Tanaman ............................................................. 26
Hasil dan Komponen Hasil ............................................................... 27

Pembahasan Umum....................................................................................... 28
Kondisi Umum ........................................................................................ 28
Interaksi antara Paclobutarzol dan Varietas ............................................ 28
Pengaruh Perlakuan Varietas .................................................................. 29

Pengaruh Perlakuan Paclobutrazol.......................................................... 29
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 31
Kesimpulan ................................................................................................... 31
Saran….......................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 32
LAMPIRAN ........................................................................................................ 34

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Rekapitulasi Analisis Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan
Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah .............18
2. Rata-Rata Bobot Kering Brangkasan Tanaman Kacang Tanah
Sebelum dan Sesudah Perlakuan Paclobutrazol...................................... 21
3. Laju Pertumbuhan Tanaman Setelah Perlakuan Paclobutrazol ........... 22
4. Hasil dan Komponen Hasil Kacang Tanah Setelah Perlakuan
Paclobutrazol ........................................................................................... 23
5. Pertumbuhan Daun Varietas Sima dan Kelinci....................................... 26
6. Laju Pertumbuhan Varietas Sima dan Kelinci ........................................ 26
7. Rata-Rata Hasil dan Komponen Hasil Kacang Tanah Varietas
Sima dan Kelinci ..................................................................................... 27

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Kondisi Umum Lahan Penelitian pada Awal Periode
Pertumbuhan ......................................................................................................17
2. Jumlah Daun dari Kombinasi Paclobutrazol dengan Varietas
Sima dan Kelinci ..................................................................................... 20
3. Akumulasi Bahan Kering ........................................................................ 25

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Grafik Produktivitas Kacang Tanah Tahun 1993-2009 ...................................35
2. Grafik Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah
Tahun 1993-2009 .................................................................................... 35
3. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Sima .................................................. 36
4. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Kelinci .............................................. 37
5. Tabel Data Analisis Tanah ...................................................................... 38
6. Tabel Klimatologi Maret-Juli 2009......................................................... 38
7. Tabel Jumlah Daun pada Kombinasi Perlakuan Paclobutrazol
dan Varietas pada 10 MST ...................................................................... 38
8. Tabel Akumulasi Bahan Kering Varietas Sima dan Kelinci................... 38
9. Tabel Sidik Ragam Bobot Polong per Tanaman ..................................... 39
10. Tabel Sidik Ragam Bobot Polong per m2 ............................................... 39
11. Tabel Sidik Ragam Produktivitas ........................................................... 39
12. Gambar Organisme Pengganggu Tanaman Kacang Tanah .................... 40

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polongpolongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini
berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia
yang beriklim tropis atau subtropis. Indonesia merupakan salah satu dari empat
negara yang memproduksi kacang tanah terbesar di dunia. Hasil rata-rata nasional
selama 17 tahun terakhir masih rendah yaitu berada dalam kisaran 0.9 ton/ha
hingga 1.2 ton/ha biji kering (lampiran 1).
Kacang tanah di Indonesia dapat ditanam di lahan sawah atau tegalan
sebagai tanaman tunggal maupun tumpang sari. Namun banyak ditemui kacang
tanah tidak ditanam sebagai tanaman utama sehingga industri-industri yang
menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku kesulitan mendapatkan pasokan
kacang tanah dan lebih memilih impor dari luar negeri. Permintaan kacang tanah
pada tahun 2006 adalah 954 500 ton dan proyeksi permintaan tahun 2012
mencapai 1 131 788 ton (Kasno, 2007) sedangkan produksi kacang tanah
Indonesia hingga tahun 2009 belum dapat memenuhi permintaan yaitu sebesar
763 507 ton (lampiran 2).
Rendahnya produksi kacang tanah Indonesia dapat disebabkan oleh
beberapa masalah seperti teknik budidaya dan varietas. Masalah teknik budidaya
menyebabkan peningkatan persentase polong hampa (cipo) yang cukup besar. Hal
inilah yang sering ditemui di lapang, polong yang terisi pun seringkali tidak selalu
penuh terisi biji atau terisi kurang maksimal sehingga tidak mencapai ukuran biji
yang diharapkan. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1996) polong hampa
disebabkan oleh ginofor yang tidak mencapai permukaan tanah, kadar kalsium
pada tanah yang rendah serta akibat cekaman air. Selain permasalahan teknik
budidaya, penanaman varietas berdaya hasil rendah oleh petani juga merupakan
masalah yang menyebabkan rendahnya produksi. Varietas dipandang sebagai
komponen teknologi budidaya esensial didalam suatu sistem produksi tanaman
(Kasno, 1993). Lebih lanjut Adisarwanto (2001) menyatakan, perbedaan varietas

pun menentukan perbedaan produktivitas yang dicapai. Varietas menentukan
hasil, sehingga upaya untuk peningkatan hasil per satuan luas yaitu dengan
menanam varietas berdaya hasil tinggi atau varietas unggul.
Kacang tanah memiliki karakter fisiologis yang khas yaitu sifatnya yang
indeterminet, yakni bagian vegetatif tetap tumbuh, pada saat tanaman sudah mulai
pertumbuhan generatif (Sumarno dan Slamet, 1993). Pada tanaman yang bersifat
indeterminet sebagian bahan kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih
digunakan untuk membentuk daun-daun baru daripada pengisian sink-sink
reproduktif sehingga terjadi persaingan internal antara komponen pertumbuhan
vegetatif dan generatif dalam mendapatkan bahan kering (Goldworthy and Fisher,
1996). Hal ini mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman
kacang tanah.
Pada kacang tanah, zat pengatur tumbuh ternyata mampu menekan
pertumbuhan vegetatif, memperbaiki kualitas polong, dan meningkatkan hasil
(Adisarwanto et all., 1993). Salah satu zat pengatur tumbuh yang telah banyak
dibuktikan efektif menekan pertumbuhan vegetatif adalah paclobutrazol.
Paclobutrazol mempunyai peranan dalam mengatasi kelemahan-kelemahan
pemangkasan dalam membatasi pertumbuhan vegetatif tanaman, bahkan dapat
pula melibatkan perubahan fisiologis seluruh bagian tanaman sehingga
pemangkasan tidak perlu dilakukan (Harijono, 1990). Paclobutrazol juga mampu
meningkatkan karbohidrat jaringan kayu, partisi asimilat dari daun ke akar,
meningkatkan respirasi akar, dan mengurangi kehilangan air di akar (Wang,
Stefefens dan Faust dalam Purnomo dan Prahardini, 1991).
Senoo dan Isoda (2003) di Jepang melakukan percobaan dengan
menggunakan paclobutrazol pada kacang tanah. Hasil percobaan menunjukkan
adanya peningkatan produktivitas yang ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah
polong tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 100 dan 200 ppm sehingga
meningkatkan produksi sampai 3.7 ton per ha. Kegiatan tersebut juga
diujicobakan oleh Mas’udah (2008) dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm.
Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah penggunaan paclobutrazol
dapat menekan indeks luas daun dan bobot brangkasan kering, memperpendek
tanaman, dan menurunkan jumlah polong isi.

Informasi tentang penggunaan zat pengatur tumbuh untuk budidaya
kacang tanah di Indonesia masih sangat terbatas. Penggunaan paclobutrazol pada
kacang tanah diharapkan dapat menjadi kajian lanjutan dalam mempelajari
fisiologi produksi tanaman kacang tanah.

Tujuan
1. Identifikasi karakter fisiologi kacang tanah varietas Sima dan Kelinci
dengan perlakuan paclobutrazol
2. Mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap produktivitas kacang tanah
varietas Sima dan Kelinci

Hipotesis
1. Paclobutrazol mempengaruhi karakter fisiologi kacang tanah
2. Penggunaan paclobutrazol dapat menekan pertumbuhan vegetatif pada
kacang tanah
3. Penggunaan paclobutrazol meningkatkan produktivitas tanaman kacang
tanah

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Kacang Tanah
Kacang

tanah

tergolong

dalam

famili

Leguminoceae

sub-famili

Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini
membentuk polong dalam tanah. Spesies genus Arachis yang ada sekarang berasal
dari Amerika Selatan tropik dan subtropik dari Argentina sebelah utara sampai
Amazona. Diduga ada 40 hingga 70 spesies Arachis di Amerika Selatan tetapi
kurang dari 20 spesies yang telah diperikan secara mendalam, tiga diantaranya
adalah semusim (Arachis hypogaea L, Arachis monticola Krap dan Rig, dan
Arachis pusilla Benth). Di antara itu Arachis hypogaea adalah satu-satunya yang
tidak didapatkan dalam keadaan liar.
Pertumbuhan kacang tanah dapat dibedakan menjadi dua macam tipe,
yaitu tipe tegak dan tipe menjalar. Pada umumnya percabangan tanaman kacang
tanah tipe tegak sedikit banyak melurus atau hanya agak miring ke atas. Batang
utama tanaman kacang tanah tipe menjalar tentu saja lebih panjang daripada
batang utama tipe tegak, biasanya panjang batang utama antara 33-50 cm. Kacang
tanah tipe tegak umumnya lebih disukai karena umurnya yang genjah (antara 100120 hari), sedangkan umur kacang tanah tipe menjalar kira-kira 150-180 hari.
Disamping itu, kacang tanah tipe tegak lebih mudah dipungut hasilnya daripada
tipe menjalar (Goldworthy dan Fisher, 1996).
Kacang tanah menyukai tanah yang gembur, tidak terlalu banyak
mengandung bahan organik, pH 6-6,5, mengandung unsur hara (P, Ca, dan K)
dalam jumlah cukup, dan drainase yang baik. Kondisi tanah yang demikian akan
memudahkan dan mempercepat pembentukan polong yang terjadi di dalam tanah.
Kacang tanah juga membutuhkan iklim yang panas tetapi lembab (65-75%) serta
curah hujan sekitar 800-1300 mm/tahun dengan musim kering rata-rata sekitar 4
bulan/tahun. Tanaman ini cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 0-500 mdpl
(Purwono dan Heni, 2007).
Kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil.
Kacang tanah berakar tunggang dengan akar-akar cabang yang lurus. Akar cabang

mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat pengisap
unsur hara. Sejalan dengan meningkatnya umur tanaman, akar-akar tersebut akan
mati namun ada akar yang akan tetap bertahan hidup yang akan menjadi akar
permanen. Tanaman kacang tanah memiliki daun majemuk bersirip genap. Setiap
helai daun terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu,
berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Seringkali
dijumpai tanaman kacang tanah yang daun-daunnya berguguran. Hal ini dapat
disebabkan oleh penyakit atau umur tanaman yang telah lanjut. Gugurnya daundaun itu akan terjadi pada saat akhir masa pertumbuhan, dimulai dari bagian
kanan sisi tanaman, kemudian menyusul bagian kiri, lalu ke atas, dan seterusnya.
Rangkaian berwarna kuning oranye yang muncul dari setiap ketiak daun
adalah ciri dari bunga tanaman kacang tanah. Kacang tanah berbunga pada umur
4-6 MST. Dari sekian banyak jumlah bunga, setiap pohon diperkirakan dapat
membentuk ginofor sekitar 70-75%. Umur bunga kacang tanah maksimal hanya
dapat bertahan 24 jam, kemudian layu. Dengan demikian, berdasarkan kenyataan
bahwa setiap hari tanaman kacang tanah berbunga. Penyerbukan bunga kacang
tanah terjadi pada malam hari, yakni sebelum bunga mekar.
Polong (buah pada kacang tanah disebut polong) terbentuk setelah terjadi
proses pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang, dan disebut ginofor. Mulamula ujung ginofor yang runcing ini mengarah ke atas tetapi setelah tumbuh
memanjang, ginofor tadi mengarah ke bawah (positive geotropic) dan terus masuk
ke dalam tanah. Setelah polong terbentuk, proses pertumbuhan ginofor yang
memanjang terhenti. Ginofor dapat tumbuh memanjang dan mencapai ukuran
antara 6-15 cm. Tidak semua ginofor dapat menembus tanah sehingga tidak
semua ginofor dapat membentuk polong. Ukuran polong kacang tanah bervariasi,
ada yang berukuran 1 cm x 0.5 cm hingga yang berukuran 6 cm x 1.5 cm. Setiap
polong dapat berisi 1 hingga 5 biji. Pada varietas kacang tanah yang polongnya
rata-rata berisi 2 biji, bakal buah yang tidak dibuahi sekitar 6%, abortus 9-10%
(Goldworthy dan Fisher, 1996).

Fisiologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah

Tanaman kacang tanah memiliki sifat-sifat fisiologis yang unik, yang tidak
terdapat pada tanaman kacang-kacangan yang lain. Sifat fisiologis yang menonjol
adalah sebagai berikut:
1. Bunganya terbentuk pada tajuk di atas tanah, tetapi polong masuk dan
berkembang di dalam tanah dan mempu menyerap hara langsung dari
tanah.
2. Periode berbunga cukup lama, mencapai 75% dari periode hidup tanaman.
Bunga yang terbentuk banyak jumlahnya, tetapi bunga yang menjadi
polong dan menjadi biji relatif sangat sedikit
3. Pertumbuhan vegetatif dan generatif lebih dipengaruhi oleh suhu daripada
panjang penyinaran.
4. Pertumbuhan generatif memerlukan radiasi surya yang cukup tinggi.
5. Pada tanah yang memiliki kesuburan sedang hingga subur tanaman kacang
tanah tidak tanggap terhadap pemupukan unsur makro NPK, tetapi kacang
tanah menyerap cukup banyak hara sehingga sering disebut sebagai
tanaman penguras tanah.
6. Tanaman kacang tanah sangat peka terhadap kekurang unsur hara mikro
terutama Bo, Ca, Mn, dan Fe, dengan gejala yang khas dan sangat
menentukan berhasil tidaknya tanaman.
7. Pada akar terbentuk bintil Rhizobium yang mampu memfiksasi N dari
udara, tetapi inokulasi dengan biakan Rhizobium jarang meningkatkan
efisiensi pengikatan N.
8. Perbandingan benih yang ditanam dengan biji yang dihasilkan tergolong
kecil 1:10 hingga 1:25.
9. Hasil biomassa yang tinggi bukan merupakan jaminan hasil biji yang
tinggi pula.
10. Varietas yang biasa ditanam di Indonesia bijinya tidak memiliki dormansi,
sehingga biji sering berkecambah sebelum tanaman dipanen, terutama bila
kelembapan tanah rendah.
(Sumarno dan Slamet, 1993)
Kacang tanah memiliki karakter fisiologis yang khas yaitu sifatnya yang
indeterminet, yakni bagian vegetatif tetap tumbuh, pada saat tanaman sudah mulai

pertumbuhan generatif. Pada tanaman yang bersifat indeterminet sebagian bahan
kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih digunakan untuk membentuk
daun-daun baru daripada pengisian sink-sink reproduktif sehingga terjadi
persaingan internal antara komponen pertumbuhan vegetatif dan generatif dalam
mendapatkan bahan kering (Goldworthy and Fisher, 1996). Hal ini mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman kacang tanah.
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari metabolisme sel-sel
hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah atau bobot kering, isi,
panjang, atau tinggi. Pertumbuhan pada tumbuhan dapat dibedakan dari arah letak
pertumbuhannya. Akar akan menuju kebawah di dalam tanah, sedangkan pucuk
tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Baik sistem pucuk maupun sistem
perakaran cenderung berada dalam keseimbangan. Pertumbuhan bagian atas yang
semakin membesar seperti bertambahnya indeks luas daun, dan bertambahnya
kehilangan air karena transpirasi akan diimbangi dengan pertambahan sistem
perakaran. Pertambahan besar sistem pucuk juga memerlukan jumlah hara yang
lebih besar yang akan diabsorpsi sebanding dengan pertambahan sistem perakaran
(Trustinah, 1993).
Tabel 1. Penandaan fase tumbuh kacang tanah
Sandi

Stadia tumbuh

Keterangan

VE

Kecambah

Kotiledon baru muncul di atas tanah

VK

Kotiledon terbuka

Kotiledon terbuka

V1

Buku kesatu

Daun bertangkai empat pada buku pertama telah
berkembang penuh

V2

Buku kedua

Sda pada buku kedua

V3

Buku ketiga

Sda pada buku ketiga

Vn

Buku ke-n

Sda pada buku ke-n

R1

Mulai berbunga

Terdapat satu bunga mekar pada ketiak daun

R2

Pembentukan ginofor

Mulai terlihat ginofor

R3

Pembentukan polong

Ujung ginofor mulai membengkak

R4

Polong penuh

Polong mencapai ukuran maksimum untuk
pengisian biji

R5

Pembentukan biji

Polong berkembang penuh dan bila disayat
melintang akan terlihat tumbuhan kotiledon

R6

Biji penuh

Polong telah terisi dalam keadaan segar

R7

Biji mulai masak

Satu polong telah memperlihatkan bintik-bintik
hitam di bagian dalam kulit polong (pericarp)

R8

Masak panen

Beberapa polong telah memperlihatkan bintikbintik hitam di bagian dalam kulit polong

Sumber: Boote, (1982)
Penandaan fase pertumbuhan kacang tanah penting untuk menetapkan
jadwal pengairan, penyiangan, pemanenan, dan lain-lain. Perlakuan tersebut bila
tidak diberikan pada fase yang tepat akan memberikan respon yang berbeda
dengan pemberian perlakuan yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif.
Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku
pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta
buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang
penuh. Karakter dan sifat itulah yang digunakan Boote (1982) dan Trustinah
(1986) untuk menghitung fase tumbuh vegetatif kacang tanah. Fase vegetatif
dimulai sejak perkecambahan sampai tanaman berbunga, sedangkan fase generatif
dimulai sejak timbulnya bunga sampai dengan polong masak. Fase generatif
meliputi pembungaan, pembentukan polong, pembentukan biji, dan pemasakan
biji (tabel 1). Boote (1982) membagi fase reproduktif kacang tanah menjadi
delapan stadia, yaitu mulai berbunga (R1) pada 27-37 hari setelah tanam (HST),
pembentukan ginofor (R2) pada 32-36 HST, pembentukan polong (R3) pada 4045 HST, polong penuh/maksimum (R4) pada 44-52 HST, pembentukan biji (R5)
pada 52-57 HST, biji penuh (R6) pada 60-68 HST, biji mulai masak (R7) pada 6875 HST, dan masak panen (R8) pada 80-100 HST.

PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIOLOGIS DAN HASIL KACANG
TANAH (Arachis Hypogaea L.)
VARIETAS SIMA DAN KELINCI

Oleh:
NAJMI RIDHA SYA’BANI
A24051758

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN

NAJMI RIDHA SYA’BANI. Pengaruh Paclobutrazol terhadap Karakteristik
Fisiologis dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Sima dan
Kelinci. (Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI).
Percobaan

ini

dilakukan

untuk

mengetahui

pengaruh

perlakuan

paclobutrazol terhadap karakter fisiologis dan hasil kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) varietas Sima dan Kelinci. Percobaan dilaksanakan di lahan
percobaan Cikabayan dan laboratorium micro technology Departemen Agronomi
dan Hortikultura IPB Darmaga Bogor pada bulan April sampai dengan Juli 2009.
Perlakuan paclobutrazol dilakukan pada minggu ke 8 setelah tanam (MST).
Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan
rancangan lingkungan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas petak
utama dan anak petak. Petak utama adalah perlakuan varietas yang terdiri atas
varietas Sima dan Kelinci . Anak petak adalah perlakuan paclobutrazol dengan
tiga taraf yaitu 0, 100, dan 200 ppm . Total perlakuan adalah varietas Sima tanpa
perlakuan paclobutrazol, varietas Sima dengan perlakuan paclobutrazol 100 ppm,
varietas Sima dengan perlakuan paclobutrazol 200 ppm, varietas Kelinci tanpa
perlakuan paclobutrazol, varietas Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 100
ppm, varietas Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 200 ppm. Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan paclobutrazol berinteraksi
dengan varietas Sima dalam menurunkan jumlah daun tanaman kacang tanah
dengan konsentrasi paclobutrazol berbeda. Jumlah daun varietas Sima menurun
setelah perlakuan paclobutrazol 100 ppm sedang jumlah daun varietas Kelinci
menurun setelah perlakuan paclobutrazol 200 ppm. Perlakuan paclobutrazol pada
kacang tanah secara tunggal mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan polong
pada minggu ke 10 hingga 12 sebesar 75%. Hasil kacang tanah yang mendapat
perlakuan paclobutrazol 200 ppm memiliki jumlah polong, jumlah biji, dan indeks
panen lebih tinggi dibandingkan tanaman kacang tanah tanpa perlakuan

paclobutrazol. Perlakuan paclobutrazol 200 ppm, juga mampu meningkatkan
produktivitas hasil kacang tanah mencapai 35%.
Perlakuan varietas menunjukkan bahwa varietas Sima memiliki bobot
kering tajuk lebih besar pada 12 MST, indeks luas daun yang lebih tinggi pada 6
MST, laju pertambahan bahan kering lebih cepat pada 6 hingga 8 MST, serta
jumlah biji yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas Kelinci. Varietas
Kelinci menghasilkan jumlah polong yang lebih tinggi daripada Sima. Pada kedua
varietas tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan dari nilai produktitivitas
Sima dan Kelinci yang masing-masing 1.12 dan 1.01. Pada keduanya, diduga
mengalami hambatan dalam pengisian polong. Pada fase pengisian polong, bahan
kering yang dihasilkan varietas Sima lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan
tajuk dibandingkan untuk pengisian polong sedangkan varietas Kelinci pada fase
tersebut tidak memiliki cukup bahan kering untuk pembentukan asimilat yang
akan digunakan untuk pengisian polong.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polongpolongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini
berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia
yang beriklim tropis atau subtropis. Indonesia merupakan salah satu dari empat
negara yang memproduksi kacang tanah terbesar di dunia. Hasil rata-rata nasional
selama 17 tahun terakhir masih rendah yaitu berada dalam kisaran 0.9 ton/ha
hingga 1.2 ton/ha biji kering (lampiran 1).
Kacang tanah di Indonesia dapat ditanam di lahan sawah atau tegalan
sebagai tanaman tunggal maupun tumpang sari. Namun banyak ditemui kacang
tanah tidak ditanam sebagai tanaman utama sehingga industri-industri yang
menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku kesulitan mendapatkan pasokan
kacang tanah dan lebih memilih impor dari luar negeri. Permintaan kacang tanah
pada tahun 2006 adalah 954 500 ton dan proyeksi permintaan tahun 2012
mencapai 1 131 788 ton (Kasno, 2007) sedangkan produksi kacang tanah
Indonesia hingga tahun 2009 belum dapat memenuhi permintaan yaitu sebesar
763 507 ton (lampiran 2).
Rendahnya produksi kacang tanah Indonesia dapat disebabkan oleh
beberapa masalah seperti teknik budidaya dan varietas. Masalah teknik budidaya
menyebabkan peningkatan persentase polong hampa (cipo) yang cukup besar. Hal
inilah yang sering ditemui di lapang, polong yang terisi pun seringkali tidak selalu
penuh terisi biji atau terisi kurang maksimal sehingga tidak mencapai ukuran biji
yang diharapkan. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1996) polong hampa
disebabkan oleh ginofor yang tidak mencapai permukaan tanah, kadar kalsium
pada tanah yang rendah serta akibat cekaman air. Selain permasalahan teknik
budidaya, penanaman varietas berdaya hasil rendah oleh petani juga merupakan
masalah yang menyebabkan rendahnya produksi. Varietas dipandang sebagai
komponen teknologi budidaya esensial didalam suatu sistem produksi tanaman
(Kasno, 1993). Lebih lanjut Adisarwanto (2001) menyatakan, perbedaan varietas

pun menentukan perbedaan produktivitas yang dicapai. Varietas menentukan
hasil, sehingga upaya untuk peningkatan hasil per satuan luas yaitu dengan
menanam varietas berdaya hasil tinggi atau varietas unggul.
Kacang tanah memiliki karakter fisiologis yang khas yaitu sifatnya yang
indeterminet, yakni bagian vegetatif tetap tumbuh, pada saat tanaman sudah mulai
pertumbuhan generatif (Sumarno dan Slamet, 1993). Pada tanaman yang bersifat
indeterminet sebagian bahan kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih
digunakan untuk membentuk daun-daun baru daripada pengisian sink-sink
reproduktif sehingga terjadi persaingan internal antara komponen pertumbuhan
vegetatif dan generatif dalam mendapatkan bahan kering (Goldworthy and Fisher,
1996). Hal ini mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman
kacang tanah.
Pada kacang tanah, zat pengatur tumbuh ternyata mampu menekan
pertumbuhan vegetatif, memperbaiki kualitas polong, dan meningkatkan hasil
(Adisarwanto et all., 1993). Salah satu zat pengatur tumbuh yang telah banyak
dibuktikan efektif menekan pertumbuhan vegetatif adalah paclobutrazol.
Paclobutrazol mempunyai peranan dalam mengatasi kelemahan-kelemahan
pemangkasan dalam membatasi pertumbuhan vegetatif tanaman, bahkan dapat
pula melibatkan perubahan fisiologis seluruh bagian tanaman sehingga
pemangkasan tidak perlu dilakukan (Harijono, 1990). Paclobutrazol juga mampu
meningkatkan karbohidrat jaringan kayu, partisi asimilat dari daun ke akar,
meningkatkan respirasi akar, dan mengurangi kehilangan air di akar (Wang,
Stefefens dan Faust dalam Purnomo dan Prahardini, 1991).
Senoo dan Isoda (2003) di Jepang melakukan percobaan dengan
menggunakan paclobutrazol pada kacang tanah. Hasil percobaan menunjukkan
adanya peningkatan produktivitas yang ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah
polong tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 100 dan 200 ppm sehingga
meningkatkan produksi sampai 3.7 ton per ha. Kegiatan tersebut juga
diujicobakan oleh Mas’udah (2008) dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm.
Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah penggunaan paclobutrazol
dapat menekan indeks luas daun dan bobot brangkasan kering, memperpendek
tanaman, dan menurunkan jumlah polong isi.

Informasi tentang penggunaan zat pengatur tumbuh untuk budidaya
kacang tanah di Indonesia masih sangat terbatas. Penggunaan paclobutrazol pada
kacang tanah diharapkan dapat menjadi kajian lanjutan dalam mempelajari
fisiologi produksi tanaman kacang tanah.

Tujuan
1. Identifikasi karakter fisiologi kacang tanah varietas Sima dan Kelinci
dengan perlakuan paclobutrazol
2. Mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap produktivitas kacang tanah
varietas Sima dan Kelinci

Hipotesis
1. Paclobutrazol mempengaruhi karakter fisiologi kacang tanah
2. Penggunaan paclobutrazol dapat menekan pertumbuhan vegetatif pada
kacang tanah
3. Penggunaan paclobutrazol meningkatkan produktivitas tanaman kacang
tanah

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Kacang Tanah
Kacang

tanah

tergolong

dalam

famili

Leguminoceae

sub-famili

Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini
membentuk polong dalam tanah. Spesies genus Arachis yang ada sekarang berasal
dari Amerika Selatan tropik dan subtropik dari Argentina sebelah utara sampai
Amazona. Diduga ada 40 hingga 70 spesies Arachis di Amerika Selatan tetapi
kurang dari 20 spesies yang telah diperikan secara mendalam, tiga diantaranya
adalah semusim (Arachis hypogaea L, Arachis monticola Krap dan Rig, dan
Arachis pusilla Benth). Di antara itu Arachis hypogaea adalah satu-satunya yang
tidak didapatkan dalam keadaan liar.
Pertumbuhan kacang tanah dapat dibedakan menjadi dua macam tipe,
yaitu tipe tegak dan tipe menjalar. Pada umumnya percabangan tanaman kacang
tanah tipe tegak sedikit banyak melurus atau hanya agak miring ke atas. Batang
utama tanaman kacang tanah tipe menjalar tentu saja lebih panjang daripada
batang utama tipe tegak, biasanya panjang batang utama antara 33-50 cm. Kacang
tanah tipe tegak umumnya lebih disukai karena umurnya yang genjah (antara 100120 hari), sedangkan umur kacang tanah tipe menjalar kira-kira 150-180 hari.
Disamping itu, kacang tanah tipe tegak lebih mudah dipungut hasilnya daripada
tipe menjalar (Goldworthy dan Fisher, 1996).
Kacang tanah menyukai tanah yang gembur, tidak terlalu banyak
mengandung bahan organik, pH 6-6,5, mengandung unsur hara (P, Ca, dan K)
dalam jumlah cukup, dan drainase yang baik. Kondisi tanah yang demikian akan
memudahkan dan mempercepat pembentukan polong yang terjadi di dalam tanah.
Kacang tanah juga membutuhkan iklim yang panas tetapi lembab (65-75%) serta
curah hujan sekitar 800-1300 mm/tahun dengan musim kering rata-rata sekitar 4
bulan/tahun. Tanaman ini cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 0-500 mdpl
(Purwono dan Heni, 2007).
Kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil.
Kacang tanah berakar tunggang dengan akar-akar cabang yang lurus. Akar cabang

mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat pengisap
unsur hara. Sejalan dengan meningkatnya umur tanaman, akar-akar tersebut akan
mati namun ada akar yang akan tetap bertahan hidup yang akan menjadi akar
permanen. Tanaman kacang tanah memiliki daun majemuk bersirip genap. Setiap
helai daun terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu,
berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Seringkali
dijumpai tanaman kacang tanah yang daun-daunnya berguguran. Hal ini dapat
disebabkan oleh penyakit atau umur tanaman yang telah lanjut. Gugurnya daundaun itu akan terjadi pada saat akhir masa pertumbuhan, dimulai dari bagian
kanan sisi tanaman, kemudian menyusul bagian kiri, lalu ke atas, dan seterusnya.
Rangkaian berwarna kuning oranye yang muncul dari setiap ketiak daun
adalah ciri dari bunga tanaman kacang tanah. Kacang tanah berbunga pada umur
4-6 MST. Dari sekian banyak jumlah bunga, setiap pohon diperkirakan dapat
membentuk ginofor sekitar 70-75%. Umur bunga kacang tanah maksimal hanya
dapat bertahan 24 jam, kemudian layu. Dengan demikian, berdasarkan kenyataan
bahwa setiap hari tanaman kacang tanah berbunga. Penyerbukan bunga kacang
tanah terjadi pada malam hari, yakni sebelum bunga mekar.
Polong (buah pada kacang tanah disebut polong) terbentuk setelah terjadi
proses pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang, dan disebut ginofor. Mulamula ujung ginofor yang runcing ini mengarah ke atas tetapi setelah tumbuh
memanjang, ginofor tadi mengarah ke bawah (positive geotropic) dan terus masuk
ke dalam tanah. Setelah polong terbentuk, proses pertumbuhan ginofor yang
memanjang terhenti. Ginofor dapat tumbuh memanjang dan mencapai ukuran
antara 6-15 cm. Tidak semua ginofor dapat menembus tanah sehingga tidak
semua ginofor dapat membentuk polong. Ukuran polong kacang tanah bervariasi,
ada yang berukuran 1 cm x 0.5 cm hingga yang berukuran 6 cm x 1.5 cm. Setiap
polong dapat berisi 1 hingga 5 biji. Pada varietas kacang tanah yang polongnya
rata-rata berisi 2 biji, bakal buah yang tidak dibuahi sekitar 6%, abortus 9-10%
(Goldworthy dan Fisher, 1996).

Fisiologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah

Tanaman kacang tanah memiliki sifat-sifat fisiologis yang unik, yang tidak
terdapat pada tanaman kacang-kacangan yang lain. Sifat fisiologis yang menonjol
adalah sebagai berikut:
1. Bunganya terbentuk pada tajuk di atas tanah, tetapi polong masuk dan
berkembang di dalam tanah dan mempu menyerap hara langsung dari
tanah.
2. Periode berbunga cukup lama, mencapai 75% dari periode hidup tanaman.
Bunga yang terbentuk banyak jumlahnya, tetapi bunga yang menjadi
polong dan menjadi biji relatif sangat sedikit
3. Pertumbuhan vegetatif dan generatif lebih dipengaruhi oleh suhu daripada
panjang penyinaran.
4. Pertumbuhan generatif memerlukan radiasi surya yang cukup tinggi.
5. Pada tanah yang memiliki kesuburan sedang hingga subur tanaman kacang
tanah tidak tanggap terhadap pemupukan unsur makro NPK, tetapi kacang
tanah menyerap cukup banyak hara sehingga sering disebut sebagai
tanaman penguras tanah.
6. Tanaman kacang tanah sangat peka terhadap kekurang unsur hara mikro
terutama Bo, Ca, Mn, dan Fe, dengan gejala yang khas dan sangat
menentukan berhasil tidaknya tanaman.
7. Pada akar terbentuk bintil Rhizobium yang mampu memfiksasi N dari
udara, tetapi inokulasi dengan biakan Rhizobium jarang meningkatkan
efisiensi pengikatan N.
8. Perbandingan benih yang ditanam dengan biji yang dihasilkan tergolong
kecil 1:10 hingga 1:25.
9. Hasil biomassa yang tinggi bukan merupakan jaminan hasil biji yang
tinggi pula.
10. Varietas yang biasa ditanam di Indonesia bijinya tidak memiliki dormansi,
sehingga biji sering berkecambah sebelum tanaman dipanen, terutama bila
kelembapan tanah rendah.
(Sumarno dan Slamet, 1993)
Kacang tanah memiliki karakter fisiologis yang khas yaitu sifatnya yang
indeterminet, yakni bagian vegetatif tetap tumbuh, pada saat tanaman sudah mulai

pertumbuhan generatif. Pada tanaman yang bersifat indeterminet sebagian bahan
kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih digunakan untuk membentuk
daun-daun baru daripada pengisian sink-sink reproduktif sehingga terjadi
persaingan internal antara komponen pertumbuhan vegetatif dan generatif dalam
mendapatkan bahan kering (Goldworthy and Fisher, 1996). Hal ini mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman kacang tanah.
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari metabolisme sel-sel
hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah atau bobot kering, isi,
panjang, atau tinggi. Pertumbuhan pada tumbuhan dapat dibedakan dari arah letak
pertumbuhannya. Akar akan menuju kebawah di dalam tanah, sedangkan pucuk
tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Baik sistem pucuk maupun sistem
perakaran cenderung berada dalam keseimbangan. Pertumbuhan bagian atas yang
semakin membesar seperti bertambahnya indeks luas daun, dan bertambahnya
kehilangan air karena transpirasi akan diimbangi dengan pertambahan sistem
perakaran. Pertambahan besar sistem pucuk juga memerlukan jumlah hara yang
lebih besar yang akan diabsorpsi sebanding dengan pertambahan sistem perakaran
(Trustinah, 1993).
Tabel 1. Penandaan fase tumbuh kacang tanah
Sandi

Stadia tumbuh

Keterangan

VE

Kecambah

Kotiledon baru muncul di atas tanah

VK

Kotiledon terbuka

Kotiledon terbuka

V1

Buku kesatu

Daun bertangkai empat pada buku pertama telah
berkembang penuh

V2

Buku kedua

Sda pada buku kedua

V3

Buku ketiga

Sda pada buku ketiga

Vn

Buku ke-n

Sda pada buku ke-n

R1

Mulai berbunga

Terdapat satu bunga mekar pada ketiak daun

R2

Pembentukan ginofor

Mulai terlihat ginofor

R3

Pembentukan polong

Ujung ginofor mulai membengkak

R4

Polong penuh

Polong mencapai ukuran maksimum untuk
pengisian biji

R5

Pembentukan biji

Polong berkembang penuh dan bila disayat
melintang akan terlihat tumbuhan kotiledon

R6

Biji penuh

Polong telah terisi dalam keadaan segar

R7

Biji mulai masak

Satu polong telah memperlihatkan bintik-bintik
hitam di bagian dalam kulit polong (pericarp)

R8

Masak panen

Beberapa polong telah memperlihatkan bintikbintik hitam di bagian dalam kulit polong

Sumber: Boote, (1982)
Penandaan fase pertumbuhan kacang tanah penting untuk menetapkan
jadwal pengairan, penyiangan, pemanenan, dan lain-lain. Perlakuan tersebut bila
tidak diberikan pada fase yang tepat akan memberikan respon yang berbeda
dengan pemberian perlakuan yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif.
Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku
pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta
buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang
penuh. Karakter dan sifat itulah yang digunakan Boote (1982) dan Trustinah
(1986) untuk menghitung fase tumbuh vegetatif kacang tanah. Fase vegetatif
dimulai sejak perkecambahan sampai tanaman berbunga, sedangkan fase generatif
dimulai sejak timbulnya bunga sampai dengan polong masak. Fase generatif
meliputi pembungaan, pembentukan polong, pembentukan biji, dan pemasakan
biji (tabel 1). Boote (1982) membagi fase reproduktif kacang tanah menjadi
delapan stadia, yaitu mulai berbunga (R1) pada 27-37 hari setelah tanam (HST),
pembentukan ginofor (R2) pada 32-36 HST, pembentukan polong (R3) pada 4045 HST, polong penuh/maksimum (R4) pada 44-52 HST, pembentukan biji (R5)
pada 52-57 HST, biji penuh (R6) pada 60-68 HST, biji mulai masak (R7) pada 6875 HST, dan masak panen (R8) pada 80-100 HST.