BAB II KAJIAN SUMBER
2.1. Sumber Tertulis.
Dalam garapan “Jaya Tiga Sakti” ini yang menjadi beberapa referensi yang diantaranya :
Kutawaringin I Nyoman, Babad Usana Bali Pulina, penerbit Kantor Dokumentasi Budaya Bali Propinsi Bali tahun 1997 : Buku ini membahas tentang
Babad kerajaan bali, namun yang penggarap petik ataupun dijadikan inspirasi adalah cerita dari ditawannya Ki Pasung Grigis Oleh kerajaan Wilwatikta. Yang
pada akhirnya Ki Pasung Grigis diutus untuk menjadi Senopati panglima perang dalam misi penunndukan kerajaan Sumbawa yang dipimpin oleh raja Dede la
Nata. Dan berakhir dengan gugurnya kedua kesatria tersebut di medan perangsapih.
Riana I Ketut, Kekawin Gajah Mada, penerbit PT Percetakan Bali, Denpasar tahun 2010 : Dalam buku ini sebenarnya tertulis riwayat Mahapatih
Gajah Mada, namun dalam isinya juga terdapat cerita penyerangan Ki Pasung Grigis ke Sumbawa. Dalam buku ini juga banyak terdapat kakawin yang dapat
penggarap pakai untuk kata-kata dalam adegan wayang dalam pagelaran ini. Suparta Kanduk, Ki Pasung Grigis Mahapatih Sakti Bali Aga, penerbit
PT. Empat Warna Komunikasi Denpasar tahun 2006. Dalam buku ini menulis tentang riwayat dari Ki Pasung Grigis. Serta menunjukkan bahwa Ki Pasung
Grigis memang seorang Maha Patih Bali Aga yang sakti.
13
Wicaksana I Dewa Ketut, ” Dharma Pewayangan”, penerbit Departemen
Pendidikan Nasional Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar tahun 2003. Dalam buku menulis tentang struktur isi Dharma Pewayangan, bahasa maupun fungsi
dalang. Wicaksana
I Dewa
Ketut, ”Pengetahuan
Pedalangan”, penerbit
Departemen Pendidikan Nasional Sekolah Tinggi Seni Indonesia tahun 2004. Dalam bukutulisan ini banyak membahas kedudukan, peran dan fungsi dalang.
Dalang adalah tokoh kunci figur sentral di balik setiap pertunjukan wayang kulit. Disamping perananya sebagi seniman, dalang juga mempunyai pengetahuan
yang luas dan sekaligus pelaku ritual maka wajar ia mempunyai posisi terhormat dalam masyarakat, karena itu ia di beri gelar jero dalang atau mangku dalang.
Wojowasoto Prof. Drs. S, Kawisastra, penerbit djabatan tahun 1982. Buku ini banyak menulis tentang penerjemahan cerita
– cerita dalam dalam bahasa Kawi. Selain mempelajari cerita, secara langsung kita dapat mempelajari
terjemahannya dalam buku ini.
2.2. Sumber lisan .