WILAYAH PEMUNGUTAN MASA PAJAK PEMUNGUTAN PAJAK

1 Subjek pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan danatau mengusahakan Sarang Burung Walet. 2 Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan danatau mengusahakan Sarang Burung Walet. Paragraf 3 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Pasal 46 1 Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang Burung Walet. 2 Nilai Jual Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihitung berdasarkan perkalian antara pasaran umum Sarang Burung Walet yang berlaku di daerah yang bersangkutan dengan volume Sarang Burung Walet. Pasal 47 Tarif pajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10 sepuluh persen. Pasal 48 Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat 1.

BAB III WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 49 Pajak yang terutang dipungut di Daerah Kabupaten Barito Kuala.

BAB IV MASA PAJAK

Pasal 50 Masa Pajak Daerah adalah : a. Masa Pajak Hotel adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender atau jangka waktu yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 tiga bulan kalender; b. Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender atau jangka waktu yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 tiga bulan kalender; c. Masa Pajak Hiburan adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender atau jangka waktu yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 tiga bulan kalender; d. Masa Pajak Reklame adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender atau jangka waktu yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 tiga bulan kalender; e. Masa Pajak Penerangan Jalan adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender atau jangka waktu yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 tiga bulan kalender; f. Masa Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender atau jangka waktu yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 tiga bulan kalender; g. Masa Pajak Parkir adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender atau jangka waktu yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 tiga bulan kalender; h. Masa Pajak Air Tanah adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender atau jangka waktu yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 tiga bulan kalender; i. Masa Pajak Sarang Burung Walet adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender atau jangka waktu yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 tiga bulan kalender;

BAB V PEMUNGUTAN PAJAK

Bagian Kesatu Surat Pemberitahuan Pajak Daerah SPTPD Pasal 51 1 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD. 2 SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1, harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib pajak atau kuasanya disertai dengan lampiran-lampiran yang diperlukan. 3 Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati. Bagian Kedua Tata Cara Pemungutan Pasal 52 1 Pemungutan pajak di larang diborongkan. 2 Setiap Wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. 3 Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Bupati dibayar dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan. 4 Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 berupa karcis dan nota perhitungan. 5 Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, danatau SKPDKBT. Pasal 53 1 Jenis Pajak yang dipungut berdasarkan ketetapan Bupati adalah : a. Pajak Air tanah;dan b. Pajak Reklame; 2 Jenis Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak adalah : a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Penerangan Jalan; e. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; dan f. Pajak Parkir. g. Pajak Sarang Burung Walet Pasal 54 1 Dalam jangka waktu 5 lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan: a. SKPDKB dalam hal: 2 jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar; 3 jika SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Daerah dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran; 4 jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan. b. SKPDKBT jika ditemukan data baru danatau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang. c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 2 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a angka 1 dan angka 2 dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. 3 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut. 4 Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan. 5 Jumlah pajak terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a angka 3 dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25 dua puluh lima persen dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Pasal 55 Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis pajak yang dapat dipungut berdasarkan penetapan Bupati atau dibayar sendiri oleh Wajib pajak dan ketentuan lainnya berkaitan dengan pemungutan pajak diatur dengan Peraturan Bupati danatau Keputusan Bupati . Pasal 56 Tata cara penerbitan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat 3 dan ayat 5 diatur dengan Peraturan Bupati danatau Keputusan Bupati. Bagian Ketiga Surat Tagihan pajak Pasal 57 1 Bupati dapat menerbitkan STPD jika: a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis danatau salah hitung; c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga danatau denda. 2 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan untuk paling lama 15 lima belas bulan sejak saat terutangnya pajak. 3 SKPD yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dan ditagih melalui STPD. Bagian Keempat Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pasal 58 1 Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. 2 Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan dalam SKPD, STPD dan SKPDKB. 3 Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus di setor ke Kas Daerah dalam keadaan bruto selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati. 4 Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dilakukan dengan menggunakan SSPD. 5 Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. 6 Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 5, harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. Pasal 59 1 Bupati menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 tiga puluh hari kerja setelah saat terutangnya pajak dan paling lama 6 enam bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak. 2 SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 satu bulan sejak tanggal diterbitkan. 3 Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2 dua persen sebulan. 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 60 1 Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa. 2 Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. 3 Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang. 4 Surat Teguran, Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat 2, dikeluarkan oleh Bupati melalui Pejabat yang ditunjuk. Pasal 61 1 Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa. 2 Bupati menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 dua puluh satu hari sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis telah disampaikan kepada Wajib Pajak. Pasal 62 Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Bupati menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Pasal 63 Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 sepuluh hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Bupati mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Instansi Yang Berwenang melaksanakan Lelang Negara. Pasal 64 Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak. Pasal 65 1 Bupati dapat menetapkan jadwal waktu tindakan penagihan pajak yang menyimpang dari jadwal waktu yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, 59, 60 dan 61 dengan memperhatikan situasi dan kondisi daerah. 2 Penagihan seketika dan sekaligus atas jumlah pajak yang masih harus dibayar, dilakukan oleh Bupati yang mengeluarkan Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus. 3 Terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud ayat 2, segera dilakukan tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa, Surat Perintah Membayar Pajak, serta permintaan penetapan tanggal dan tempat pelelangan tanpa memperhatikan tenggang waktu yang telah ditetapkan. Pasal 66 Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah akan diatur dengan Peraturan Bupati danatau Keputusan Bupati. Pasal 67 1 Setiap pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan. 2 Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 akan diatur dengan Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati.

BAB VI KEBERATAN DAN BANDING