Fisiologi latihan kerbau makepung dan implikasinya terhadap kebutuhan energi dan protein pakan
Usaha peternakan yang dilacukan oleh petani sejak jaman dahulu sebenamya
sudah kelihatan md*btnya dalam membantu kegiatan petani itu sendiri. Kehadinm
temak dhampkan sekali dapat memberikan nilai tambab terhadae usaha taai yang
dilakukan, misalnya pemeliharaan ternak seperti sapi atau kerbau. Ternak kerbau selain
sebagai temak penghasil daging juga dimanfaat sebagai ternak kerja Tetah disadari,
bahwa temak sebagai tenaga kerja akan memberi sumbaogrm yang cukup besar bagi
kehidupan petani di pedesaan
Bahau bakar minyak di masa mendatang semakin b-
malca temak
kembali menjadi andalan utsma yang dapat membentu petmi mtuk immbdu
mengerjakan lahan pertauiannya Perlu dikemukakan bahwa pemanfaatao tenaga ternak
akan memberi kesempatm rmhrk memperluas kesemp*
lapaqgao kerja meldui jam
temak
Pemeliharaan temak sapi dm kehau, selaio sebagai peoghasil dagiog dan
tenaga, jnga diianfaatkan sebagai pel*
dalam upacara keagamaan dan hibutan
Bentuk p e m m h k m t m a k sapi dan kerbau sebagai hiburan seperti misalnya hmpan
sapi di Madura (Jawa Thur),
gemmbungun sapi di Kabupaten Buleleng daa
Jembrana (Bali), barapan kerbau di Sumbawa dan makepung kehau @acuam kehau)
di Kabupaten Jembrana (Bali). Sistem penilaian dalam perlotubaan ternak berbedabeds sesuai dengan tujuan lomba tersebut
MaXvpng ywg terdapat di Kabupaten Jembrana temyata mempunyai daya tarik
tersendiri bagi wisatawan mancanegam, sedangkan bagi masyarakat disekitmya
merupakan tontooan gratis dan selalu ramai dikunjlmgi. Harapan besar di masa
menddang, bahwa mrrkepung menpakan andalan dalam mengembangkm indus-
tri pariwisata sehingga akan dapat memberi nilai honbah bagi Kabupaten
Jerribrana d a m nlenir&atkan potensi pariwisata Menurut Djagra (1994). tsnpa
disadari lewd makepung ini akan terjadi seleksi kerbm-kerbau yrmg beritualitas baik
dm pelestarian hewan itu sendiri.
Kerbau-kerbau yang digunakaa dalam naakepung adalah kerbau jantaa baik yang
belum ataupun sudah dikebiri. Peme1ihan-m kerbau yaog digunakan sebagai kerbau
makepung biasanya dipelihara lebih intensif d i b a n d i i deaepln yaug tidak dipakai
trzukepng. Sebelum mush makepung dan saat mush hnun di sawah, kerbau-kerbau
tersebut digunakau sebagai ternak kerja Setiap pasaug kerbau akan menarik sebuah
kereta (cikar) yang diken*
dan dikendalikanoleh seorang b i r . Patangan-pasangan
kerbau dipacu dalam kelompok kelasnya dan terdapat tiga kelas yaug dikelompokkmn
berdasarkan etas kecepatan larinya Ketiga kelas tersebut masiw-masing addah
kelompok yaug mempmyai kecepstar tinggi (Kelas A), kelompok kecepatao m e n e e
(Kelas B) dm kelompok kecepatm rendah serta pemula (Kelas C). Tiap-tiap kelas
diberi nomor urut sesuai d e w kecepah
(ranking) ywg akan diadu dalm
makepung antara Blok Barst dm Blok Timur. Benluk penilaian makepung adalah adu
kecepatan setelah melintasi lintasan yang panjanpya sudab ditentukaa Pelakseaaaa
mkepung dimulai pada awal mush k e m m atau setelah mush panen padi di sawah
(Sumadi et al., 1986; Djagra, 1994).
K e t h kehau dalan~melakukan suatu keija saogat terganhmg kepada massa
tub& (Djasnr, 1991), mur (FAO, 1972), kondisi (Cocluill, 1974), ulawn tubuh
(Peamoo, 1989) latihan (Pearson, el al., 1989), pasangan (Pearson, et ul., 1989) dan
suhu Imgkuqpn (McDowell, 1972; Djagra, 1990).
Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian meqsenai sejarah
diadakannya makepung, ukuran dimemi tubuh dm1 kinerja fisiologis kerbau siap pacu.
Kinerja kerbau eiap pacu didmarkan atss intensitas latihan (lama waktu latihan) dsn
massa tubuh dalam hubungannya dengan ketahanan (endumnce)ternak itu seadiri.
.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujusn mtuk mengetahui sebanyak rratngki mengenai infonnasi
sejarab diad&maya
hub-
makepng. Ukunm-ukuran diiensi tubuh
dicoba diadakan
dengan kelas preatasi dan mengamati respon fisiologi dari lama latihan yang
disesuaikan dengsn massa tub& serta implikasinya terhadap keblduhsn energi dan
protein pakan dan menentukan bteria-biteria fisiologi menuju ketahanan fisik kerbau
siap pacu Vtness). Kinerja fisiologis k d a u siap pacu didasarkan atas lama wakb~
latihan dan massa tubtlh hubungannya dengan ketahanan fisik (endumnce) kerbau
tersebut. Percobsen pakan yang dilakukaa 4 mengetahui kebutuhan energi dan
protein pada kerbau makepung, sehingga nantinya memberi dasar llntuk menyusun
rrmsum yang sesuai dengam k e b h a n n y a Hal lain yang ingin diketahui adalah
perubahan komposisi tubuh ternak sebagai akibat lama latihaa pada masing-masiqg
kerbau sesuai dengan massa tub*
Manfaat Penelitian
Pengguaaan temak kerbau uotuk rnakepung sudah selayaknya dipertrstiksn
seperti misalnya kesiapao k d a u - k d a u tersebut untuk dipacu s
e
k kesebatan
ternak tersebut tidak tergaoggu Dilakhmya penelitian ini akan dapat memberikm
informagi dasar untuk mengembangkao kegiatan makepung dan juga meningkatkan
kesiapm fisiologi aktivitw fisik kerbau makepung sesuai dengan lama latihan dan
msssa tub& kerbau. Pada akhirnya penelitian kinej a fisiologis ini a h memperhatikm
aspek kesejahteraan ternak itu sendiri, sehingga dalam malcepng sudah siap untuk
dipacu
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Kemampuan Ternak Kerbau
Kwbau merupakan hewan yang tidak asing bagi kehidupan dan kegiatan pemi
di pedesaan, sehiogga peran ternak kerbau dalam bidang pertanian sebagai tenaga kerja
menjadi srmgat penting. T
d lain yang dapat d i i a n h k m sebagai ternak kerja
adalsh sapi, kuda, keledai dan lrnCa Menurut Ramaswamy (1985), bahwa sekareng ini
terdapat sekitar duamilyar maausia berganhmg kepada tenaga tern& Keadaan ini akan
meningkat sao@ cepat pada tahun 2020, pada saat minyak bumi sebagai s u d w energi
mesin ketersediaannya sudah terbatas, s e h i w akan menyebabkan -p
mesin
tenhma mesin-mesin pertanian meajadi b e r b m g
Populasi ternak ke&au di Indonesia pada tahun 1984 sekitar 2.391.000 ekor
yang tersebar di eeluruh kepulausn Indonesia (Cambell, 1984) dengan densih 16,2
e b r per 1.000 h e k (Bunvejchewin dan Chatal-
1989). Di Pulau Jawa sendiri
terdapat sekitar 1.000.000 ekor kerbau yaag sebagian besar dimanfaafkan sebagai
ternak kerja (Patheraan et al., 1985). Pemanfaaten ternak M a u sebagai ternak keija di
Indonesia adara lain tmtult m e n d gerobak dan m d a j a k hutma di sawah
(Bmvejchewin dan Cbatalalrhana, 1989). Usaha tani di negara-negara berkembaog pada
-I
lebii banyak -nr
tensga ternak
drm tenaga nunnmia dari pada
menggmakan tenaga mesin, sebdiknya di negsra-negara maju lebih
banyak
menggunakaa tenagamesin (Ramaswq, 1985)(TabelI).
Pemanfaatan lain dari tenaga ternak selain untuk membentu mengolah lahm
pertaninn juga sebagai h e m atlet Di Pulau Madura (Jawa Timur) terdapat lomba
kecepatan lari eapi di darat ysog disebut ka.ampan yang saogat terkenal, sedssgksn di
Pulau Sumbawa(NusaTeoggaraBarat) terdapat I d a lari kerbau di diberair atau
di sawah yang berair yang disebut hampan. Menurut Sumadi
et
a1.(1986)
dan
Djagera, (1994) p e m a n f i ternak kerbau di Kabupaten Jembrana (Bali) selain
sebqai ternak kerja juga sebagai hewan atlet Lornba ketangkasan t e d kerbau di
Kabupaten Jembrana ini disebut makepung. Makepng merupakan adu ketangkasan Iari
cepat sepasang kerbau yang menarik c
h dm dipacu pada lintasan di arena
makepung. Makepung dilaksanakan setelah musim panen padi di saw& atau saat awal
musim kemaray sekitar bulm Mei sampai Oktober.
Tabel 1. Pemakaian Tenaga K e j a dalam Usaha Taai @mamamy,
1985)
Berkembang
Ola)
(ha)
(%I
(ha)
(%I
(ha)
479
125
26
250
52
104
22
Kerbau rnempunyai kenmqnm yang terbatae, karena itu beban kerja yang
diberi perlu disesuaikan Kekuatan kerbau m e n d beban berbanding lurus dengaa
-
massalubuhnya Merurut Goe (1983), kekuatan tarik kerbau antara 10 14 % massa
tubuhnya pada kecepatan 2,s
- 4 kuu'jaru
Teleni dau Hogan (1989) mendapatkaa
bahwa sapi dan kerbau dapat menarik beban yang massauya 11 % dari massa tubutmya
dengan kecepatan 2,5 Wjam selama
3 jam
Di 'IEailand, kerbau digunakm untuk keja selama
60
- 146 hari/tahun atau
rata-rata selma 122 hari dengan waktu kerja 5 jam tiap hari dan dapat mengerjakan
lahan seluas 0,02
-
0,06 W j a m Kerbau yang d i k e j a b selama 7 j d a r i dapat
meogolah lahaa 3,7 ha selama 3 bulan atau tats-rata 1 ha selama 24 hari kerja (Falvey,
1987). Santosa et d.(1 987) melaporkan bahwa kerbau yang dikejakao pada pagi hari
selama 1,5
- 3,5 jambii dalam satu musim tanam akan dapat membajak mengerjskaii
sawah seluas 2,28 ha, tetapi bila dikerjakan pagi dan sore hari selama 2,s - 6 jamhari
dapat mengolah sawah rata-rata 3,18 h a
Beberspa ha1 yang dapat mempengamhi kemampuw kerja kerbau antma lain :
massa tubuh (Djagra, 1991), umur
o,
1972; Mathew dm Pullen, 1977)
euhu
llngkungan (McDowell, 1972; Msthews dm Pullen, 1977; Djagra, 1990), kelembaban
udat-a (Mathews dan Pullen, 1977), jenis dan kekerasan tanah (Mathews dan Pullen,
1977), kondiei (Cockrill, 1974), ularran tub&
(Pearson, 1989) pasangan (Pearson et
al., 1989) danjenis kelamin (Mathew dan Pullen, 1977). Telah diketabui pula, bahwa
kerbau jantan umrmmya l e b l kuat daa lincah dibmdingkw kehau betina (Mathews
dan PullenJ977).
Faktor utsma yaqg menentukmkemenangan pasangan kerbau dalam perlombaaa
d e p u n g adalah kecepatan lari pamngim kerbau y m g bena&&m
Untuk
mendapatkan kerbau-kerbau yang dapat dihawplnm mempunyai kecepatw Iari ymg
lebih tinggi, maka beberapa faldor yang perlu diperfLatikan sntera lain : (1) m s a
a u h , (2) janis kelamin, (3) umur, (4) kondisi tubuh,(5) watalr dan latihan, (6) ukmm
dimensi tubuh, (7) pasaogao dm (8) suhu lingkungan (Djagra,1992).
Menurut Djagra (1991), bahwa kehau pada ~
l l yang
l l ~ satna dan
mempuuyai
masa tubuh berbeda antara 425 dan 450 kg mempuryi kecepabm beajalan membajak
sawah masing-masing 43 dm 42 dmenit, sedangkan pas-
k d a u jaotsn bejalan
saat membajak sawah lebih cepat (43 dmenit) dibmdiqkan kerbau betina (32
mlmenit).
Kerbau muda berjalan lebii lambat d i b e n d i i d e q m kerban dewasa,
karena kerbau dewasa secera fisiologis dan anatomis lebih sempurna seperti
perhnnbuhan tulang, perkembangan otot dan persendim sudah s e m p m dm kokoh
(FAO, 1972). Kerbau y q sehat den cukup mendapatkan makunan yang baik akan
mengalami perkembangan ukuran dimensi tub& yang-proporsional (Cockrill, 1974).
Temak yang mempunyai l&ah
yaag lebih pendek akan memerlukan tenaga yang lebih
besar dibandlngkan dengan ternak yang memiliki langkah yang lebih paujang ~lr~tuk
menernpub jarak yang sama (Pearson, 1989).
Ternak yang terlatih dan rnempunyni wadak p
d a h lebih tPlnggap dan lebih
efisien menggunakau tenaga, demikiau pula pasangao ten&
yaog homogen dapat
menghasilkm kerjasama y s o ~s e m i sehingga ternak dapat melakssnsan tugasnya
secaramaksiial (Pearson et al., 1989).
Suhu udara lingkungaa dapat mempengaruhi prestasi kerja kerbau. Pada pagi
hari suhu udara rendah sangat cocok untuk kerbau dibandiogkan pada wakh siang hari
(McDowell, 1972; Djagn~1990).
Pengaruh Kerja atau Latihan Terhadap Kinerja Fiologi
Georgie et al. (1972) melaporkan, bahwa sapi persilaogan Brown Swiss X
Sahfwal (F,) drru Jshiwal jrmtan ycmg d i b d filatihsu sttlama 2 jam mengalami
perubahan-pembahm dalsm metabolit darahnya Perubahan-perubahan tersebut
meliputi pemnnran Hb d a d , glukosa darah, dan H C 4 - plama, sedaogksn laktat
meniagkat pada kedua jenis sapi tersebut Zanzinger dan Becker (1992) melaporkan
pH, l a m trigliserida dan W A d a d
hasil penelitisaaya, bahwa tejadi -p
sebagai &bat dari latihan tersebut (Tabel 2).
Merumit Upadyay dan Madan (1985), bahwa kerja atau pun latihan pada
ternak aksn meqgakibalkan Hb Hbakan bun, akanedasgkan HCW plasm4 p a , p C 9
dm pH
darah akan meningkat Penggunaan ternak
sebagai temak
kerja
meMPUt Teleni et d.(1991) dapat mengakibatksm p e r u b h metabolit-metabolit d a d
(Tabel 3). Mentngkatnya packed cell volume (PCV) selama bekerja karena adam/a
pembua..ngan metabolit-metabolit dari
tubuh,
sedangkao
peningkatan
aeam
laktat disebabkau jalur glikolisis yang mempakan tap& jdan yaag penting dalam
penggunaanglukosamenjadi energi (Pearson 1985; Teleni et al., 1991) ( W a r 1).
Pethick et at. (1991) melaporkan, bahwakonsenhui FFA,esam laktat, glukoea,
rasio laktat/pinrvat dan pH darah meningkat sebagaj akibd dari peningkatan lama
latihm dm kecepatan lari dari ternak domba, sedangkan konsentrasi HCQ- menjadi
lebih rendah.
Tabel 2. Rataan pH, Gas dan Metabolit Darah Sebelum K e j q K e j a
Sedaag, Kerja Maksimal dan Recovery 30 menit (Zanzinger
dsn Becker, 1992)
Simental
Peubah
sebchm
Se+
M-
Zebu
h.s ~ c e h m s e w
~.bir ~
0
1
Meningkatmla a m i t a s kerja dan latihan juga rnenhgkdau laju r e p h i ,
denyut jantung, suhu rektal dan mdm h l i t (Hays et d.,1978; Upadhygr dan Madan,
1985; Eogguelle et d., 1993). Hodgson et d. (1993) melsporlran, bahwa telah'
dilskukan penelitian yang memberi t i p macam perlakuaa latihan 40; 65 dan 90 %
V& max pada kuda Hasil penefitiannya menunjuldran, bahwa denyut jantung kuda
meningkat dati 40 detaklmenit masing-masing menjadi 128, 169 dan 192 detakfmenit
dan setelah 30 menit recovey masing-masing menjadi 46; 52 clan 57 detak per menit
Dilaporkan pula, bahwa mbu rektal,
naik dati 37.g°C ( m d n g ) masing-masing
menjadi 38,s; 39.2 dan 40,2"C dan setelah 30 menit recovery wing-masing menjadi
38,3; 38,3 dan 38,5"C.
American College of Sports Medicine (ACSM) (1978) telah memberi
rekornendasi mengenai kualitaa clan leuantitas latihan terhadap para atlet, dimana
- 5 kali per minggy inlensitas Irltihan 60 - 90 % h i naax heaflh
mte reserve atau 50 - 80 % Vo? mar dan lama latihan 15 - 60 menit. Hal ini erat
fekuensi latihan 3
kaitannya dalam rneni@stksn kebugaran yang sering disebut dalarn dunia olah raga
sebagai siap bertrmding
Tabel 3. Rataan Konsenkasi Metabolit D
(Teleni et al. 1991)
Peubah
d Sebelum dan Sesudah K e j a
Sebelum kerja
Sesudah kej a
Recovery
FFA (mM)
0,806
1,227
0,925
Glukosa (mM)
3,229
3,600
3,202
As. Laktat (mM)
0,884
1,121
1,048
Urea (mM)
1,607
1,607
2,022
25
27
23
PCV (Yo)
Kebutuhan Energi Untuk Kerja
Kelnduhan energi untuk kerja pada ternak dipen$anhi oleh intensitas dm lama
keja, koadisi lingkuqp dan jenis pekerjaau serta massa tubuh ternak tersebut
(Bumualim dan Kartiarso. 1985). Beberapa hasil penelitian juga m-jukkan,
bahwa
energj total yaog digindm oIeh t e d uotuk bekerja dipengmhi oleh beban kerja
Beban k e j a d i i a s i f i i k s n menjadi tiga kelas yaitu ringan, sedang dan berat. D e n p
demikian pditungan energi mestioya didasadcan atas intensitan kerja dan produksi
tenaga yang dihasilkan (Goe dan McDowell, 1980).
Besaran
yang biasa digunakan untuk menentukan kebutuhaa energi
untuk kerja a d d a b dengan menyatakan berapa kali kebutuhan energi untuk
kerja dibandingksn dengan kebutuhan energi untuk hidup pokok. Leng (1985)
.
menyatakan, bahwa kebutuhan energi untuk ternak yang bekerja ringan
(berjalan tanpa beban 6 jam/hari) besarnya 1.5 kali dari kebutuhan hidup
pokok dan meningkat sampai dua kali untuk ternak yang bekerja berat
(membajak 6 jamhari). Sebelumnya Goe dan McDowell (1980) menyatakan,
bahwa kebutuhan energi untuk kerja pada kerbau besaruya 2,7 kali dari
kebutuhan energi untuk hidup pokok; sedangkan penelitian Lawrence (1985)
meudapatkan, bahwa sapi mernerlukan 1,67 kali dari energi uotuk hidup
pokok. Menurut Mahrdika (19961, kebutuhan energi untuk hidup pokok pada
kerbau betioa sebesar 0,36
sebesar 0,42
,
j
'
@
sedangkan kebutuhan energi istirahat
e.".
Kebutuhan energi tersebut meningkat sampai
1,99 kali
bila bekerja selama 3 jam/hari dengan beban kerja 450 - 500 N.
Komposisi TubuhTernak
Metode y q dapat dikemba&m unluk menentukan produksi psnas pada
hewan hidup bebas adalah d e w melakukan pengukuran penrbahan komposisi tubuh.
Metode ini disertai dengaa pengdman energi temetabolis (ME) dengen percobsum
neraca anergi. Pada h e m kecil dapat dilakukan d e w mengohankan contoh jaringao '
dw energi tubuh.
Segera setelah itu percobam makanan dilakukaa dan setelah itu pada akhir penelitian
hewan dipotong dan jaringan tubdmya d i d i s i s ka~~dimganlemak, protein dan
ymg representatif dari hewan untuk menetubn kada~lemak, protein
energinya untuk melihat perubahan-perubahan komposisi at-zat h e b u t selama
peneliticm Produksi panas dapat dIteatukrm d e w cara meaguraagi ME deogao
p e r u b a h energi tub&
Pada hewan besar masdahnya adalah kernlitan untuk
mendapatkaa contoh jaringau yang represeutatif dan memotong hewan besar
memerlukan biaya yang cukup mahal. hfasalah hi dapat diatasi bila kadar
lemakprotein dan energi jaringan dapat ditentukan dengan metode tanpa merusrdt tub&
hewan (kaedah non-invasif).
Rule et at. (1986) telah mengembangkan teknik penentusn komposiai tubuh
hew811 tendzrma pada sapi perah deogrm rnengukur kadar air tubuh desgan ruang
disb-ibusi urea Nsmun formula yang dikernbangkan oleh Rule et al. (1986) tersebut
adalah pada sapi perah,jika diterapkan pada temak lain (kambing dan domba) lnrrang
memberi hail yang mennmksn (Swhdipradja et id., 1995). Selain metode
tersebut, telah banyak pula dikembangkan metode-metode
pengukum komposisi
tubuh seperti pelanrtan isotop, total body electrical conductivity (TOBEC),
Intake
i
I
Glycogen
Storage
I
Digestion
I
Anaerobic
Oxidation
I
I -I
Phosphate
Creatine
1
fl-l
Acetyl-CoA
---
1 1
~ipid
Storage
Cardiac output
-bar
1. Skema Jalur Pintas Konsumsi Energi Kimia sampai
Pengeluaran Energi Mekanik pada Hewan K e j a (Teleni
et al., 1991)
bloelectncal Impedance analyns (BIA) serta skin fold Thickness (Powers dan
Howley, 1991).
Pengulflwn komposisi tubub rn-vivo dengan teknik pqukwan volum jenis
mendapatkan, bahwa kerbau yang bekej a sampai 3 jadhari selama 14 hari tidak
berpengaruh nyata terhadap komposisi tubuh kerbay namun terdapat kecendenmg;m
memnunnyaproporsi lemak pada kelompok kerbau yang bekerja(Mahardika, 1996).
Kleiber (1962) mengambarkan teknik peogulaaan lemak dan protein tub& yaog
didasarkan atas massa jenis tubuh. Hal ini didasarkan atas suatu kenyataaa, bahwa
tubuh terdiri dari lemak dan bukan lemak (lean). Lemak mempunyai maesa jenis yang
lebih kecil dari bagian lean, bila massa jenis tubuh diketahui maka mama lemak dapat
dihibmg. -P
massa jenis tubuh dilakdcan dengan prinsip hukurn Archimedes
yaitu dengan menimbang massa clan mengukur volum tubuh tern& Volum tubuh ternak
dapat diukur dengan menenggelllmkan tern& di dalam
bak air ycmg telah diisi air
eehingga terjadi perubahan peranrkaan air atau air pug keluar dari bak tersebut.
Komposisi tubuh temak dipenganhi oleh jenis ternak, umur dan m a b yang
dimakan Secara mum konlposisi tubuh ternak dewasa adalah 55 % air, 16 % protein,
20 % lemak, 4 9/0 abu dan kurang dari 1 % karbohidrat (Tillman et d.,1986). .
Komponen yang paling banyak berubah dari komposisi tenrebut adalah lemak dan air.
Kedua komponen tersebut doipeagaruhi oleh umur den makanan yaog dimelcsa Kadar
air tubuh cendenmg meogalami penunman dengan menhgkabya umur, jadi suatu
hub-
negatif antara kadar air dengan kadar lemak tubuh. Karkas sapi yang
diketahui mengan&ng 20 Yo l
d dan 60 9
'
0 air, sss-
mengandung kadar lemak 40 % dm kadar airnya hanya
sapi jantan yang gemuk
42 %. Akan tetapi kadar
protein tubuh relatih tetap pada b d a g a i umur dan kadar protein tubuh dipengaruhi
(Tiilman et al., 1986). Mahardika (1996), meogembaogkan telmik
oleh j e ~ hewan
s
Kleiber (1962) yarg diterapkan pada kerbau betina dan hasilnya cukup mengembiraka
Konsumsi Pakan Kerbau Kerja
Konsumsi pakan kerbau yang massanya 350 - 350 kg akan
dari 5,26
kg menjadi 6,26 kgDMhari bila beban kejanya ditingkatkao dari taapa beban menjadi
50 kg yrmg d i i a k a n selama 14 hari, tetapi tidak terjadi kenaikan massa tubuh dari
keduamacam kondisi kerbau tersebut (Bakrie et al.,1989). Borton (1987)me*
bahwa tidak ada perbedaan konsumsi pakan dari sapi yang dikerjakrm selama 2
jamhari dengan yang diiejakan
3 j d s r i . Hal ini sejalan deogrm peneIitian
Bamualim (1987)ysng mendapatkan, bahwa tidak terdapat perbedam aotara kerbau
yang menarik bebsn 80 kg selama 2 jamhari d e w kerb= yang ti&
dikerjakaq
tetapi kenaikm massa tubuh kerbm yaag tidak dipekerjakan mengalami keaahn yang
lebih ti@.
Ternak yang berkerja lebih berat mengkonaumsi mekaaao yaqg lebih
banyak dibandiogkan ternak yrmg hkuensi kejanya lebih ringau, tetapi pexhdmhm
massa tubdqa setiap hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Usri, 1988). Hal
ini menrmjukkan, bahwa peningkatan konsumsi pakan pada teniak y a q bekeja lebih
berat tidak digrmakan lmluk peitmbuhan tetapi d
i
m mhrk memenuhi k e b m
energi mtuk kerjs
Piterson dan Teleni (1991) mendapatkan, bahwa kerbau yaog d i k e j a b
deogan menarik beban 33 kg (11 % dsri massa tububnya) daa bejalen dengan
kecepatan 2,s kmljam konsumsi pakarmya lebih mudah dari k d a u yang tidak
dipekejakaa bila kualitas pakanaya jelek (ietami). Konrnnnsi bshan kering daa protein
p a h meningkat dengan meniagkshna beban kerja, sedan&au kecenraan bahao kering
pakm tidak dipeqganthi oleh kerja pada kerbau be&
(Mahar*
1996) Ogbel, 4).
Menumt Kearl(1980), bahwa kerbau )9og massa tubuhnya 300 kg dengan kenaikan
massa ubuh 0,25
dari massa
- 0,s Wari konsumsi baban kering pakmmya
-
sekitar 2,l 2,3 Yo
tububnya, sedangkan Mahardika mendapatkan, bahwa kett,au betina
yang bekeja dari 0 - 3 jam/hari akan mengkonsumsi bshan kering sekitar 2.02 2,71%.
Tabel 4. Konsunlsi Pskan, Pe~tambalanMeesa Tubuh, dan Kecemaan
Bahan Kering pada Kerbau yang Mendapat Berbagai
Lana Kerj a (Mahardika, 1996)
-
--
-
Lama kerja (jam/&)
0
1
2
3
- Bahan kering (% masaatubuh)
2,02
2,48
2.60
2,71
- Protein m i )
0,56
0,69
0.75
0,71
Kecernaan bahan kering (%)
50,05
50,27
51,87
5146
Pertambahan massa tubuh (kg/hari)
0,50
0,18
-0,ll
-0,32
Peubah
Konsumsi
Metabolime Karbohidrat, Lemak dan Protein
Krtrohidrat m
b pada temak ruminansia a k a diubah menjadi asam asetat,
propionat dan butirst Aesm propionst diaerap dari rumen ke dalam sirkulasi d a d dm
dibawa ke hati membentuk glukosa Asm butirat diubah menjadi P-hidroksi butirat
kemudian bersama asam asetat akan dipakai oleh jaringen tubuh sebagai sumber tenaga
dan mensintesis lemak (Gambar 2).
Glukosa mengalami katabotisme melalui dua jalur yaitu jalur glikototis dan
siklus asam sitrat Jalur glikolitik berlangsung dalam sitoplasma, dimana glukosa alnm
didegradasi menjadi asam piruvat (Gambar 3). Glikolisis dapat berlrmsslmg tanpa
(anaerobik) atau dengan oksigen (aerobik), tetapi hasil energi untuk reaksi seluler lebii
tinggi pada keadaan serobik . Tiap mot gula triosa menghasilkan 2 mol ATP pada
reaksi 19-difosfogliserat menjadi 3-fosfogli~eddm pada reakai fosfoenolpiwrd
menjadi pinmd, sehingga jtrmlahnya 4 mol Am. Pada reaksi tersebut, 2 mol ATP
terpakai s e h i i a hasil bersih fosforilasi tingkat substrat sebesar 2 mol ATP. Dalm
Tabel 4. Konrrunlsi Pakaa, Pertambahan Mwsa Tubuh, dan Kecernaan
Bahan Kering pada Kehau yang Mendqat Berbagai
Lama Kerja (Mahardika, 1996)
Lama kerja (jam5aii)
Peubah
- Bahan kering (?A massatubuh)
2,02
2,48
2,60
2,71
- Protein (kglhari)
0,56
0,69
0,75
0,71
Kecernaan bahan kering (%)
50,05
50,27
51,87
51,46
Pertambahan massa tubuh W a r i )
0,50
O,l8
-0,ll
-0,32
Metabolime Karbohidrat, Lemak dan Protein
-ohidrat
malcsnrm pada ternak nrminrinsia akan diubah menjadi ssm asetat,
propionat dan butin&Asam propionat diserap dari mmen ke dalam sirhrlani darah dan
dibawa ke hati membentuk glukosa Asam butirat diubah menjadi p-hidroksi bldirat
kemudian bersama asam aseW akao dip*
oleh jaringan tubuh sebagai sumber ten-
dan mensintesis lemak (Gambar 2).
Glukosa mengalami katabolisme mslalui dua jdur yaitu jalur glikolotis dm
siklm asam sitrat Jalur glikolitik berlangsung dalam sitoplasma, dimana glukosa akan
didegradasi menjadi asam pimvat (Gsmbar 3). Glikolisis dapat berlangsung taapa
(anaerobik) a&u dengan oksigen (aerobik), tetapi hasil energi untuk reaksi seluler lebih
tin@ pada keadaan aerobik . Tiap mol gula triosa me@asilkan 2 mol ATP pada
reaksi 1,3-difosfogliserat menjadi 3-fosfogliserat dan pada reaksi fosfoenolpirwat
menjadi pinrvat, sebingga jumlahnya 4 mol ATP. Pada reaksi b e b u t , 2 mol ATP
terpakai s e h i a hasil bersih fosforilasi tingkat substrat sebesar 2 mol AT?. D d a m
keadaan oksigen berlebihan, NADH yang disintesis dapat mengalami oksidasi melalui
sistem transport elekh-on dalam mitokondria Fosforilasi oksidatif akan mesghasilkan 6
rnol ATP, sehinggajalurglikolisis merighasilkan 8 mol ATP.
FFA
SINTETPSE
m a r 2. Litasan Ketogenesis dalam Hati (Murrayet d.,1995)
Hasil akhir jalur glikolisis berupa asam pirwat dalsm keadaan aerobik akan
diobidasi menghasilkan energi, C q dan K O melalui jalur siklus asam sitrat Oksidasi
1 rnol asam pintvat mengbasilkan IS rnol ATP, sehingga produksi bersih dari oksidasi
1 rnol gltlkosa adalah 38 ATP (Murray et al.,1995).
Gambar 3. Pengaturan Glukoneogenesis dan Glikolifiie dalam Hati
(Mmray et d.,1995)
1 mol glukosa ------------a
2 mol piruvat = 8 ATP
2 mol pintvat
------------- r
C 0 2 + H20 = 30 ATP
..............................
= 38 ATP
Jumlah
Simpanan lernak dalam tub& merupakan sumber energi utama bagi tub& dan
depo lemak berupa higliserida a h dihidrolisa menjadi gliserol dm asam lemak
bebas. Gliserol dapat diubah menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis dan
glukosa y-
dihasilkiin masuk siklus glikolisis di dalamsito plasma dan asam sitrat di
dalam mitokondriauntuk menghasilkan energi. Satu rnol gliserol akan menghasilkan
21 mol ATP. Tiga asam lemak yang dibebasksn dari hasil hidrolisa bigliserida akan
didegradasi menghasilkan energi, C 9 dan K O .
2 rnol gliserol ------->2 rnol dehidroaseton fosfjlt
=
4 ATP
2 mol dehidroaseton fosfal -------a
1 mol glukosa
1mol glukosa ------->C@
+6 0
2 mol gliserol
= 38 ATP
= 4 2 ATP
Asam amino dapat pula dioksidasi untuk merrghasilkan energi, k e a k ini
dapat berlangsung pada saat persediaan glukosa daa lemak terbaCss pada temak-ternak
atau manusia yang bekmja k e r n dalm jam&
waktu lama Tahap perCsma penguraian
protein adalah deaminasi dengin pemindahan gugus amino clan mengbasilkan gugus
alfa-keto. &gus alfa-keto masuk siklus asam sitrat dan menghasilkan energi (Gambar
4). Amonia yang dihasilkan kemudiao dibawa ke hati dan diubah menjadi urea yang
dikeluarkan melalui w i n Pada aktivitas tubuh yang cukup tinggi menyebabkan
cadangan energi di dalam tubuh akan dimobilisasi sehinegamenghasilkan air metabolik
yang lebih banyak dim air metabolik ini digunakan untuk melarutkaa urea d m ternak
lebih banyak rnengeluarkan urin.
.
Hidrokriprolin
Seiin
Slrlcin
Treonln
Gllsin
1
-
iakial
Forfoenolpi,uva
4
-
3kra1osreta1
-.
latosin
FeniBianin
----t Fumaiai
Aspaflat
Gambar 4. Jalur Olcsidasi h a m Amino @furray et al., 1995).
BAHA.N DAN METODE
Bahan
Ternak
Sejumlah 20 ekor d i h dimensi tububnya unluk masing-masing kelas
makepng (Kelas A : prestasi puncsk; Kelas B : prestasi sednng dm Kelas C :
pemula). Padapercobaan fisiologi latihan digunakan tiga kelompok temak dan masing-
masing kelompok terdiri dari 4 ekor kerbau jantan serta masing-masing kelompok
mempunyai massa tubuh rata-rata 309.44 kg (Bl), 350,94 kg (B2)dan 393.94 kg (B3)
II
(keterangiln lebih rinci disajikan pada bagiao rancangan penelitisn
dm III dari
Metode). Kerbau tersebut telah dinilai kebugtaan tubuhnya I&& mengetahui
kesiapannya dilakukan pengukuran terhadap kadar hemoglobin
(a)eriirosit,
,
hematohif lekosit dan pH darah (Tabel 5).
Tabel 5. Kadar Hb, Eritrosit, Hematokrit, Lekosit dm pH Darab K d a u
Sebelum Percobaan
Kelompok
Hb
EriIrosit
Hematokrit
Lekooit
PH
Makanan dan Air Minum.
Makanan yang diberi selruna penelitian adalah rumput raja atnu King gmss (P.
-
purpureum >< P. typhoides) umur 45 55 hari daiam b&
ini p e n g a d pakan tidak menjadi obyek penel
libitum.
segar. Dalam penelitian
air minun diberi ad
Kandang dan Perlengkapannya
Pada penelitian EI dan Ill, kerbau dipelihara di dalam kandang metabolik yang
khusus dirancang u d c kerbau Lantai kandang dibuat dari batu bata yang disemen
sehiogga mudah untuk mernbershkmaya, sedaagksn alas kandang tempat kerbau
keseharian dibuat dari kayu sehingga win lebih mudah ditampung. Kandaag dilengkapi
dengan tempat palcan, penampungan air kencing, tempat air minum dan penampgan
kotorsn Bagan kandang dan perlengkaparmya disajikw dalam gambar 5.
Keterangan : a: tempat pakan, b :tempat air minun, c : lantai kandang, d :
alas luncuran urin,, e: penampung win dan f : tempat
kotoran
Gambar 5. Bagan Kandang Penelitian dan Perleogkapant~ya
Ala t-ala t
Alat-alat yang d~gunakanuntuk menunjang penelitim ini addah gerobak kecil
untuk latihan dan cikar khusus untuk tes lari (makepurg) (Gmlbar 6). Suhu tub& d m
suhu rektal diulcur dengan termometer digital Alohq sedangkan denyut nadi diukur
dengan Polar Sport Tester PE 3000 buatan F~nlandia.
Alat-alat
lain ywg digunakan
adalah timbwgan merek Slrelter dengan
kpasitos 100 dan 1000 kg, meteran pita, jnngka sorow bak ar,stop wafch dm alatalat lulls
Tempat Penelitian
Penelitian lapang untuk rnenglkur dimensi t~~bbtrh
dilakukan di tiga kecmatan
yaitu Kecamatan Mendoyo, Negara dan Melaya Kerbau-kerbau tersebut diukur di
tempat pemiliknya sehingga rnemudahkan petaksanaan pengukuran, karena kerbau yang
Gambw 6. Pasangan kerbau sedang menwik cikar khus~lsmakepung
dipakai naakepung pada umumnya h a n g jinak bila didekati orang lain. Percobaan
fisiologi latihan dilakukan di Desa Candikusuma dan uji makepung dilakukan di
Desa T-a
Kecamatw Melaya Kabupaten Jembrana (Bali).
Kondisi tempat
latihan adalah di bawah pohon kelapa, panjang lintasan melingkar 114 m dengan
srhu udara sekitar 24 - 32°C dan kelembaban udara saat penelitian sekitar 75 - 90 %.
Analiaia Iahonctoritsn terhadap pakan d m e k h t a dilakukan di Lsboratorium IImu
Nulrisi dan Makaaan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udyana dm
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas P e t e d a n Institnt Perianian
Bogor, sedangkm aadisis peubah-peubah darah dilakukan di Laboratorium Prodia
(Denpasar) dan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan InatiM Pertanian
Bogor (Bogor).
Metode
Rancangan Penelitian
Penelitian I.
Guna memperoleh pemahaman menyelunih mengenai kegiatan
nzakepung, maka dicari informasi mengenai sejarah kerbau makepung yaag ada di
Kabupaten Jembrana (Bdi), Infonnasi dikumpulkan dari buku-buku atau tulisan dm
wawancara langsuog dengan sesepuh maqmakat yang pernsh mengikuti atau memiliki
kerbau rnukepung. Sistem organisasi makepmg diperoleh dari pengurus &lam ha1 ini
ketua dan sekretaris pengums.
Penelitian 11. Penelitian kedua ini mempelajari ukuran-dcumn dimensi
tubuh kerbau makepung (Gambar 6) dan kinerja fisiologi latihan. Penelitian &ran
dimensi tub& dilakukan terhadap 20 ekor kerbau mukepung setisp kelasnya (Kelas A,
B d m C) yang diambil secara acak di tiga kecamatan (Mendoyo, Negara dan Melaya)
di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Jembrann. Vwiabel y m g diamati adalah ukui-an
kecepatan (velocity), panjang badan (body length), kemudi (pelv~s
length), lingkar
dada (chest or heart girth), li&a
(withers height), tinggi pun-
pemt (hue1 orparmch girth). $flank, tinggi pundak
(back height), tinggi pinggang (loin height), tinggiul
pingyl (hips height), tinggi kemtdi (thurl height), pangkal ekor (tailhead height) dan
jarak kaki depan - belakang Untuk menentukan penem- patan kelas kerbau makepung,
data dianalisis dengan Andisis Dislaiminan dan Analisis Diskriminan Bertatar,
serdangkan hubungan kecepatan dengan peubah dimensi tubuh d i d i s i s regresi
berganda pada
Pada penelitiao
fisiologi lrttihan digunakan Rancangan Acak
Kelompok pola Petak Terpisah (Splitplot) 3 x 4. Tiga tingkat massa tubuh sebagai
pet& utama (B1= 309,44 k 4,29 k g B2 = 350,94 f 6,21 k g I33 = 393,94 f 8,07 kg)
dan 4 tingkat lama w a h latihan sebagai anak pet& (LO : tidak dilatih; L1 : dilatih
Ketemlgan : a : panjang badan, b : panjang kemudi, c : liogkar dada, d :
lingkar perut, e : lingkar flank, f : tinggi pundak, g : ti&
pungung, h : tinggi pinggang i : tir~ggipinggul, j : tinggi
kemudi, k : t i e ekor dan I jar& kaki depan - belakmg
selama5 menithari; L2 : dilatih selan~a10 menithari dan L3 : dilatih seliuna 15
mcnithari) dan masing-masing perlakuan terdiri dari 4 ulangan Peubah yang diamati
adalah : suhu kulit, suhu rektal, denyut nadi, 6ekuensi nafas d m metabolit darah yang
diukur sebelum dan sesudah uji lomba lari nsakepung daii 30 menit setelah uji lari
(recovery). Data yyan diperoleh dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam dan bila
terdapat beda nyata (P4,05) dilanjutkan Uji Jarak Berganda hincan (Gaspers~1991).
Penelitian 111. Penelitian ketiga mengenai keseimbangan energi
dm
komposisi t ~ ~ b ukerbau
h
makepung kaitannya d e n p massa tubuh den lama waktu
latihan. Penelitian ini m e r w a k a n Rancangal Acak Kelompok (RAK) pola Split-plot
(petak terbagi) 3 x 4. Tiga tingkat massa bbuh sebagai petak utama (B1 = 309.44 f.
4,29
&
B2 = 350,94 It 6,21 kg; B3 = 393, 94 f 8,07 kg) dm 4 tingkat lma waktu
L1 : dilatih selama 5 menivhari; L2 :
dilatih selama 10 menitmari dan L3 : dilatih selama 15 menitlhari) dan masing-masing
latihan sebagai anak pet& (LO : tidak dil*,
p e r l b terdiri dari 4 ulangan.
Peubah yaog diamati adalah : konsumsi pakan,
pertambahan massa tub&, keseimbangan energi dm nitrogen d m komposisi tubuh
kerbau.
Jalannya Penditian
Sejarah mn!kepmg. Infonnagi d i i u l k a n dari hasil wawaacara dengan
sesepuh masyarakat yang pernah berkecimpung Ian-
dalam pertombaan dan
organisasi makepung dan juga dicari dari publikasi meogenai makepuug baik yang
terdapat pada penlpuus organisasi makepuog, Dinas Pariwisata Kabupaten Daerab
Tingkat II Jembrana ataupun Pusat Dokumentaai Pemerintah Daerah Tingkat I Bali.
Pengukuran dimensi tubuh. Pengukuran dimensi tub& kerbau mkepung
dilakukrm di tiga kecandan (Mendoyo, Negara dan Melaya) dan proporsinya
diseruaikan d e w populasi tiap kelas di n~asing-tnasing kecarnatan tersebut
ferrgukuran ukuran panjang dan tirtggi bagian-bagian tubuh mengunaka alat banhr
berupa jangka sorong sedangkan pengukuran ukuran lingkar bagian-bagian tub& diukur
densan meteran pita (Cwnbar 6). P e n g h tersebut dilRkukan di tempat pemilik
kerbau sehingga memudahkm pelaksanaan pensulfllran, karena suasana lebih tenang dan
dengan bantuan pemiliknya kerbau akan lebih jinak
Pengukuran kecepatan. Kecepatan lari kerbau diukur pada
saat
berlangsmgnya makepung di DesaDelod Berawah. Sirkuit makeplmg yang terdapat di
Desa Delod Berawah berbentuk U sehingga saat start dan jnish jelas dapat dilihat
s e h i a a dengan mudah dapat dilakukan pengukuran kecepatan Kecepabn diukur
dengan rnengukur panjang lintasan yang diternpuh dan lama wakh~tempuh dari saat
start sampai jnish. Panjang lintasan diukur dengan odometer uedangkan lama waktu
tempuh diukur dengan srop wrch. Membandingkan panjang lintasan d e w lama
waktu tempuh merupakan kecepatan lari kerbau dm nnnusnya sebagai berikut :
v
=
----T
.............................................................................. (1)
V :kecepatan (kmljam)
S :jarak yang ditempuh (Ian)
T : waMu tempuh (jam)
Pelaksanaan latihan dan uji m a R q q . Kerbau dilatih sesuai dengin
perlakuannya setisp pagi pukul 07.00 (Wita) selama 14 hari dan pada hari ke 15
dilakukan uji makepung. Latihan yang dilakukan berupa lari derap (jogging) selama 5,
10 dan 15menit dengan kecepatm 117 d m e n i t Uji makepurzg menuobt leri cepat
(galop) sejak awal hi~rggamencapai garis finish ~ecepalmungkin sepanjang 1800 m
-
dalam wsktu 4 - 5 menit atau dengan kecepatao 360 450 drnenit Pada setiap akhir
periode penelitian dan setirtp uji makepung dilakukan pengambilan data suhu kulif
suhu rektal, denyut nadi dm fiekuensi nafas sebelum, sesudah dan 30 menit pada
periode recosery. Pengambilan contoh d a d untuk pemeriksrian metabolit dm-&
dilakukan eebelunl
&I
sesudah pacuail. Pelaksanm lictihan dilakukan pada lintasan
melingkar di bawah pohon kelapa di Desa Candikussuma ,sedangkan uji makepung
dilakukan pada lintasan arena makepung di Dusun Berawan Tangi. Desa Tukadaya,
Kecarnatan Melaya pada waktu pagi hari. Sehabis latihau atau tes nzukepung, kerbau
dikandangkan kembali sehingga pengamatan lainnya yang bemubungan keseimbrmgan
pakan dan komposisi tubuh d q a t dilakukan. Kondisi tempat latihan adalah di b a d
pohon kelapq rmhu udara sekitar 24
-
32' C dan kelembaban udara saat penelitian
-
sekitar 75 90 %.
Nadi (nilai detak jantung). Pengukurm fi-ekuensi detak jantmg dilakukan dengan menppnakan Polar Sport Tester PE 3000 buatan Finlandia yang telah
dimodifikasi sehingga d q a t digunakan pada kerbau (Mahardika, 1996). Pengulawn
dilakukan selama I menit sebelum, sesudah dan recovery 30 menit baik pada l a t i h
atau pun pada saat uji makepng.
Suhu kulit dan suhu rektal. Suhu M i t dan rmhu rektal diukur dengan
mengpakan termometer digital buaCan Jepang Pengulanan dilalcukan pada saat yang
besamaan dengan pengukuran detak jaobng
Frekuensi nafas. Frekuensi rids dibihmg selama
1 rnenit bersamaan
dengan saat pengukuran detak janlung, suhu kulit dan suhu r e W .
Parameter darah. Contoh darah diambil melalui vena jugularis. dilakukm
sebelum, sesudah dan recovery 30 menit saat melskukan tes naakepung (Gambar 7)
yang selanjufkan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Analisis metabolit darah
dilakukan di Laboratorium Prodia, Dempasar (Bali).
Pengukuran konsentrasi glukosa darah. Metode yang digunakan
adalah GOD-PAP dan menggmakan alat Spektrofotonieter tipe 720. Deproteinisasi
plasma contoh dilakukm dengar1 mencanyw 0,l ml plasma dan 1 ml URAC
dail
dimasukkan ke dalam tabung reaksi 5 ml. Aduk campuran tersebut dan disentrihs pnda
kecepatan 2500 rotasi per menit selama IS nienit. Ambil 0,1 ml supernaha untuk
dianalisis. Buat lanltan reagen dengan mencelupkan satu b-g
larutan penyangga selama 10 menit lalu
reagen strip ke dalam
keluarkan d m dibuang Larutan 0,I ml
larutan baku (standard)dmasukkan ke dalam cuvet berdiameter 1 ctn clan tambahkan 2
rnl larutan reagen. Lamtan dicampur secara homogen dan dibiarkan pada suhu kamar
selama 3 jam Ctrvet d i m d k a n ke dalam Spektrofotometer untuk mengilkur nilai
absorbansnya Larutan 0,l ml supernatan dan 2 ml larutan reagen dimasukkan kedalam
cuvet dan dikocok sampai homogen kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 3 jam.
Grunbar 8. Pengambilan Contoh D d Kerbat
Cuvrt dimasukkan ke ddam Speklrofotometer untuk meuentukan nilai absorbanmya
pada panjmlg gelombang 334 nm.
K d a r gltlkosa darah diperolsh dengm
rneinbandingksul nilai absohans contoh denyan nil& absorbails baku dengat rumus :
: konseb-asiglukosa (@lo0
C
A ,,ah :nilai absorbws contoh
A b h :nilai absorbam baku
ml)
Analisis kadar trigtiserida darah. Metode
yang dipakai berdasarksn
Colorimetri-test (Kit-Merck). Triglise~idaoleh enzirn lipase dengan kombinasi k h m
akan dihidrolisa menjadi gliserol den asam lemak bebas. Gliserol yang terjadi bereaksi
dengan ATP
seh*
terbentnk gliserol-3-fo&
d i W a h NAD menjadi
dihidroksiasetonfosfatdam NAD&. NAD& ditambah INT alcan terbentuk formame.
Sepuluh pl contob ditambah 1000 pl lanrtao pereaksi dari KIT yaag dicampur
rata dan diinkubrrsikao selama 20 menit pada suhu kamar. Dengan membandingkan pada
larutan baku clan koreksi terhadap blanko,
absorbans contoh dibaca dari
Spekbofotorneter pada prmjang gelombang 456 m. Kadar trigliserida dapat dihihmg
dengan nunus :
C
: konseh-asi trigliserida (@I00 d)
A cornoh : nilai absorbans contoh
A b ~ ; u :nil& absorbans baku
Analisis urea darah. Urea darah d i d i s i s dengan menggmakau cara
Bed~elot(KIT-Merck). Urea a h diubah menjadi amonium karbonat oleh laease.
Dengan adanya fenol, Na-hipoklomt akan dioksidasi menjadi wama biru. Konsentrasi
m! WBITL~yang terbentuk d i u h dengan Spekbofotorneter pada panjang gelombang
620 nm
Analisis laktat darah. Metode yrmg dipakan addah Ultraviolet, Endpoint
(Kit Sigma-Diagnostic) deogao prinaip
i edalah NAD, buffer glisiq laktat dehidrogenase (LD)den asam
Landea yang d
laktat baku (standad). Contoh disedialcan sebanyak 100 pl, pereakai sebenyak 2.9 ml
dau pembacaan dilafollam padapanjaaggelombang 340 mn pada suhu 370~.
Analisrs HCT,pH, p a dan pC02. Alat yang digundcan adalah CfEM
Premier deagw sistem cepat dm *at
,
pE& p a dan pC@
lmtuk menentulcm nilai kadar hematoMt (Hcr),
alat-ald atau
dPrah wegar secara lslypnmg tmpa
balm tambahan uddc kalibrasi.
Alat dihiduplcen selana 60 menit \nrtuk pemanasan dan sistem M i h i Picsn
bekerja secara o
t
d Coldoh d
d ditempatlran di dalam tempat b (cartridge)
yeos dileogkepi denpa eleklrode. Pembacaaa -I
dapat d i l m oleh alat dan
hasilnyak e l w dalam W hJisan cetak pada kertas gduog (print).
Anal& jumlah eritrosit, Alat yang di-
addah lcamer him
Improved Mubeauer dan mikrdop. Dsreh vena deugm eatikop(gulm dihisap dsqgen
pipet eritrosit sampai taada 0,s. Segera lan~tanHayem dihirap ampai tando 101 dm
baik dao
diputar-putar sehhgp darah den landan Hayem dapat bercampm ddikocok pada eumbu pmjassnya eelama 2 menit Laridan dm& dir
'
ke dalam
kmnar hituag kemudim dileErtldran di bawd mikroskop. Jumlab erikosit dihitung pa&
5 tempat persegi yang &ten&
d a g m luas masing-masing 0,04 nun2. Sel-eel eritrosit
yang menyinggq garis batss k m a tidak dihitung. J d a b volum kelima peane~gi
tersebut ad$& 51250 mu?. N d o s i t terdapat dalam 51250
mm'
atau tiap
oomf
terdapat 250/5 N eritroait a m d e n p 50 N.Pengenceran llnubm eebanyek 200 kali,
sehinggajumlah eritrosit per m3
d a h 200 x 50 N sama d e w 10.000N.
Analisis jumlah lekosit. Prinsip untuk menghitmg jumlah lekosit hampir
sama dengan cara menghihmg j~mrlaheritrosit, hmya saja landan peogencernya adalah
landan Turk (asam asetat 3%) dan pipet yang digunakan adalab pipet lekosit
Darah vena dengan antikoaguian dihisap dengan pipet lekosit srnnpai Esnda 0.5
yang d i d d e w landao pengencer ssmpai tanda 11 (pmpceran 20 kali). Lekosit
kemudian dihibmg di bawah mikroskop deogsn pembesarao 10 kali pada 4 kamar
persegi. Bila jumlah lekosit tiap Larmer N dan volum tiap kmar 4 x 0,l nrm3 dan
pengenceran 20 kali, maka jumlah lekosit per mm3addah (1 :1/25) x 20 = 50 N.
Anatisis kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin darah ditentukan dengan
alat Spehfotometer. Drwh diencerkan dengan larutan Drabkina yang m
w
fhsianida dan potaeilrm sianida Laruten D r s b k i ~a h meogohidasi hemoglobin
menjadi methemoglobin clan selanjutnya dengan potasim sianida m m j d
sianomethemoglobia
Darah vena d e w antikoagulaa dhisap deogan pipet hemoglobin sampai tanda
20
n m Darah dimaauldnm Ire dasar tabung reaksi yang telah diiei 5 ml landan
Drabkina daa b e a n dasar t a b q ditiup supaya lebih cep& tejadi drsidaei. I ~ ~ I & o
ini dipindahlcsn ke &dam tdmg cwet dan dibaca pada Spebfotometer pada pmjrmg
gelombang 540 mp. Larutao Drabkina digmalam sebsgai bladro dsn pembacaan M a
diubah menjadi (mg/ml)atau deogan nrmus sebagai berilart :
Hemoglobin ( w d ) =
(ODW coatoh
------------------ xgHb b
h ................................ (4
(ODQ baku
Anal*
kadar 8-hidroksi butirat ($-HBA). Pereskasi p-HBA
(Sigma-Diagnostics) disiapkan seausi dengan petunjuk Speldrofotometer dihidupkan
pada pwjsng gelombang 360 nm dan absorban8 dibaca pada titik no1 dimana air
digmakao sebagai pembacaan blaoko. Tanda label dipasaogkan pada tabuug tmtuk
Analisis jumlah lekosit. Prinsip untuk menghituog jumlah lekosit hampir
sama dengan cara menghihmg j d a h eritrosit, haoya saja landan peogencernya adalah
landan Turk (asam asetat 3%) dan pipet yang digunakan adalah pipet lekosit
Dad vena dengan sntikoagulan dihisap dengan pipet lekosit srnnpai Esnda 0.5
yang disuaul d
e
w landao pengencer ssmpai b d a 11 (pengmceran 20 kali). Lekosit
kemudian dihitusg di bawah mikroskop deogsn pembesarao 10 kali pada 4 kamar
persegi. Bila jumlah lekosit tiap kmnar N dan volum tiap kamar 4 x 0,l nrm3 dan
peageaceraa 20 kali, maka jumlah lekosit per mm3addah (1 :1/25)x 20 = 50 N.
Analisis kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin darah ditentukan dengan
alat Spehfotometer. Drwh diencerkan dengan larutan Drabidns yang menganchtsg
fksianida dan potaaium sianida Laruten D r e b k i ~a h meogohidasi hemoglobin
menjadi methemoglobin clan selanjutnya den*
potasim sianida m m j d
sianomethemoglobia
D
d vena dengan antikoagulaa a s a p d
e
w pipet hemoglobin sampai tanda
20 n m Darah dimaauldcan Ire dasar tab% reaksi yang telah diiei 5 ml landan
Drabkina dun bagian d a m tabmg ditiup supaya lebih cep& tejadi drsidasi. Landrm
ini dipindahlcsn ke dalm tabtmg cwet dan dibaca pada Spebfotome4er pada pmjrmg
gelombang 540 mp. Larutno Drabkina digmakaa sebsgai bladro dao pembacaao snkala
HmOglobin (mgld) =
(ODfl') coatoh
------------------ x g Hb b
h ............................
.... (4
(ODQ baku
Anal*
kadar 8-hidroksi butirat ($-HBA). Pereskasi p-HBA
(Sigma-Diagnostics) disiapkan seauai dengan petunjuk Spddrofotometer dihidupkan
pada panjsng gelombang 360 nm dan absorbam dibaca pada titik no1 dimana air
digmakan sebagai pembacaan b l d o . Tanda label dipasaogkan pada tabuug tmtuk
pereaksi blanko, kalibrator, kontrol dm contoh seruin Lsnrtsn pereaksi f3-HBA dipipet
sebanyak 3.0 ml dan lamtan f3-hidroksi bldirat dehidrogenase (PHBDH) neb&
0,05 ml kemudian d
i
d ke dalam masing-masing tab% pada & 37" C.
Ditambabn 0,05 ml air bebas ion, kalibrator, kontrol dan contoh plasma yaog akan
dirnalisis kemudian dicmpur dengaa baik Inkubasikao setiap tabung selsma 10 menit
pada euhu 37 " C. Baca dan catat absohana (A) pada semua tabung pada panjaog
gelombang 360 mn
30 menit Pembacaan dini mssing-omsing substrat
absorbarta kemudian dikurangi deognn blauko akm didapat AA yang dipakai untuk
meoghihmg konsentmsi p-HBA Konsenlrasi f3-hidroksi buthat (P-HBA) dihilung
dengmlnmnus:
KomentreSi P-HBA (mB/dl) =AA x 104 ....................... ... ................. ( 5 )
Konsumai pakan. Konsrnnai pakan dihituag Asp hari ~ s l s m &a
a minggu
percobaan Rumput yaog diberi ditimbaog setiap kali pemberien pakaa dan pada pagi
hari sebelum pemberim pakan betilolbnya dilakukan penimbaogan sisa pakan
Kwrnrmsi pakan harian dapat diitmg deogan mencsri selisih p
deogan palcsa sisa, -s
koneunei p
h yang diberi
h rata-mtaharian dapat dihihmg
dari konsumsi pakao selsma 14 hsri dibagi 14.
Massa tubuh. Massatubuh kerban ditimbang setiap miaggu pada pagi hari
sebelum pemberim p
h dengm timbmgm yaog berlcepasitaa 1000 kg,Penhnbangan
dilakukau sebmyak t i p Mi pad. hari ke 6, 7 dan 8 M a n di&
&
K
tabmmya
mama tubuh setiap hari (AWmari) adatah kenailcen massa tub& selama 14
hati dibagi 14.
Kecernaan bahan kering pakan. Kecernaan bahan kering s e m pakan
ditentukan dengan metode koleksi total selama dua miqBgu daa sebellmmya telah
dilakukm adaptasi pakaa selama dua minggu pula Kecernaan bahan kering (KCBK)
dihihmg d e w rumus :
A-B
KCBK (Yo) = ---------- x 100 .................................................................
A
(6)
KCBK :kecemaan bahan keriog pakao
A
: konsumsi bahan kering pakan
B
:jumlah bahw keriog feses
Contoh pakao dan feees yang diambil setiap hari dan dikerbgkan dengan sinar
matahari sampai kering udara @W). Contoh pakaa dan feses digiling halw kemudian
diandisis bahan keringnya Cawan poreelin ditimbang dm dioven sampai massanya
-
konstan (3 4 jam) pada suhu 105" C. Cawan diisi coatoh pakan atau feseo sebanyak
1- 2 gram dan dicatat massanyakemudian oven cawan beserta isinyapada s u b 105' C
selama 9
- 12 jam Cawan beserta isinya didinsinkan didalam
desikator selama 30
menit dan setelah dingin ditimbaog m a s s q a Kadaor
bahan kering dihituog dengan nnrms :
WS-W
BK ( O h ) = --------
X
W
100 ................................................................
(7)
BK: lcadarbahankering
WS :massa koostsn cawan + contoh
W : massa Iconstan cawen
En&
tercena @E)
ditentultPn dengan cam meoeuraOgi total eneqi p
h (UE)
d e w total energi feaes, sedangkan energi termetabolis (ME) diteatukm dengan
m
e
d DE dengaa e n 4 urin (UE) dan energi metau (EMt).
Energi metan ditecdtukan mematlt persamaan Blaxter (1962) sebagai berikut :
EMt = 4,28 + 0,059 D ...................................................................... (8)
EMt : energi metau ( W 1 0 0 Kkal energi pakaa)
D : kecernaan energi (?4)
Energi pakan, wergi urin dm energi feses (a)
ditentukan d
w Gullenkhm bomb
calorimeter.
AnalWs protein pakan. Analisis protein Icasar pakan dilahdcan secara
d
o Kjeldabl. Contoh pakan yang alcan d i d i s i s dimaautdcsn ke dalam labu
-
Kjeldahl eebenysk 0,5 1g, kemudirn ditembshlcsa 2 butir tablet katalis dm 1 butkan
gelaa. Ke dalsm tabung ditambaMcsn 15 ml asam sulfat pekat dan d i d e d i pada
d m rendah eanlpai esapnya hilaog Desbnrksi dilanjlltkaa pada
guhol
tinggi ssnq,ai
landan jemih dm pemrnasan dilmjukan lagi selama 15 menit, tetapi dicegsh jangsa
sampai terjadi kekerhga Tabung dibilaa dan dipindahkan secarakuantitatif ke dalsm
labu ukur 50 ml. Pekerjaan dilaajukan pada h e destilasi
M
m sampai cairn
bertambah 25 ml. Cairan basil desbuksi dimaeuMran sebanyak 5 ml dm dihdabkan
10 ml Na-hidroksida 50 %, haail pmaaasao ditempuog deagan labu yang telab diisi 5
ml asm borak 2 % y m g sudah dicampw d e w indikator dsn destilasi dilsnju(lran
sampai c a b tetlampuq nebanyak 25 ml. Ujuqg kodmmo~dibilaa dan cairan yang
Csiran ymg tertampung dititrasi dengan HCl 0,l N srrnpai titik a h k titrasi
yaitu perubahan warna indilator dari biru menjadi mcrah nauda Kadar protein kasar
PK
TS
TB
:kadar protein kaclsp (%)
: tih-asi contoh (ml)
: tihnsi b l d o (ml)
C
:jumlah contoh (mg)
0,l :normalitas asam tildor
I4
:e k i d e n N (mg)
6,25 :hktor protein
Analisis protein fesea. Analisis kadar protein feses dilakdm d e q p cara
ywg mama seperti pada analisis protein pakaa.
Analism N urin. Analisis N urin dilakukan mama hagan proses analisis
protein pakaa, hanya dalam perhitungan tidak d
sudah kelihatan md*btnya dalam membantu kegiatan petani itu sendiri. Kehadinm
temak dhampkan sekali dapat memberikan nilai tambab terhadae usaha taai yang
dilakukan, misalnya pemeliharaan ternak seperti sapi atau kerbau. Ternak kerbau selain
sebagai temak penghasil daging juga dimanfaat sebagai ternak kerja Tetah disadari,
bahwa temak sebagai tenaga kerja akan memberi sumbaogrm yang cukup besar bagi
kehidupan petani di pedesaan
Bahau bakar minyak di masa mendatang semakin b-
malca temak
kembali menjadi andalan utsma yang dapat membentu petmi mtuk immbdu
mengerjakan lahan pertauiannya Perlu dikemukakan bahwa pemanfaatao tenaga ternak
akan memberi kesempatm rmhrk memperluas kesemp*
lapaqgao kerja meldui jam
temak
Pemeliharaan temak sapi dm kehau, selaio sebagai peoghasil dagiog dan
tenaga, jnga diianfaatkan sebagai pel*
dalam upacara keagamaan dan hibutan
Bentuk p e m m h k m t m a k sapi dan kerbau sebagai hiburan seperti misalnya hmpan
sapi di Madura (Jawa Thur),
gemmbungun sapi di Kabupaten Buleleng daa
Jembrana (Bali), barapan kerbau di Sumbawa dan makepung kehau @acuam kehau)
di Kabupaten Jembrana (Bali). Sistem penilaian dalam perlotubaan ternak berbedabeds sesuai dengan tujuan lomba tersebut
MaXvpng ywg terdapat di Kabupaten Jembrana temyata mempunyai daya tarik
tersendiri bagi wisatawan mancanegam, sedangkan bagi masyarakat disekitmya
merupakan tontooan gratis dan selalu ramai dikunjlmgi. Harapan besar di masa
menddang, bahwa mrrkepung menpakan andalan dalam mengembangkm indus-
tri pariwisata sehingga akan dapat memberi nilai honbah bagi Kabupaten
Jerribrana d a m nlenir&atkan potensi pariwisata Menurut Djagra (1994). tsnpa
disadari lewd makepung ini akan terjadi seleksi kerbm-kerbau yrmg beritualitas baik
dm pelestarian hewan itu sendiri.
Kerbau-kerbau yang digunakaa dalam naakepung adalah kerbau jantaa baik yang
belum ataupun sudah dikebiri. Peme1ihan-m kerbau yaog digunakan sebagai kerbau
makepung biasanya dipelihara lebih intensif d i b a n d i i deaepln yaug tidak dipakai
trzukepng. Sebelum mush makepung dan saat mush hnun di sawah, kerbau-kerbau
tersebut digunakau sebagai ternak kerja Setiap pasaug kerbau akan menarik sebuah
kereta (cikar) yang diken*
dan dikendalikanoleh seorang b i r . Patangan-pasangan
kerbau dipacu dalam kelompok kelasnya dan terdapat tiga kelas yaug dikelompokkmn
berdasarkan etas kecepatan larinya Ketiga kelas tersebut masiw-masing addah
kelompok yaug mempmyai kecepstar tinggi (Kelas A), kelompok kecepatao m e n e e
(Kelas B) dm kelompok kecepatm rendah serta pemula (Kelas C). Tiap-tiap kelas
diberi nomor urut sesuai d e w kecepah
(ranking) ywg akan diadu dalm
makepung antara Blok Barst dm Blok Timur. Benluk penilaian makepung adalah adu
kecepatan setelah melintasi lintasan yang panjanpya sudab ditentukaa Pelakseaaaa
mkepung dimulai pada awal mush k e m m atau setelah mush panen padi di sawah
(Sumadi et al., 1986; Djagra, 1994).
K e t h kehau dalan~melakukan suatu keija saogat terganhmg kepada massa
tub& (Djasnr, 1991), mur (FAO, 1972), kondisi (Cocluill, 1974), ulawn tubuh
(Peamoo, 1989) latihan (Pearson, el al., 1989), pasangan (Pearson, et ul., 1989) dan
suhu Imgkuqpn (McDowell, 1972; Djagra, 1990).
Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian meqsenai sejarah
diadakannya makepung, ukuran dimemi tubuh dm1 kinerja fisiologis kerbau siap pacu.
Kinerja kerbau eiap pacu didmarkan atss intensitas latihan (lama waktu latihan) dsn
massa tubuh dalam hubungannya dengan ketahanan (endumnce)ternak itu seadiri.
.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujusn mtuk mengetahui sebanyak rratngki mengenai infonnasi
sejarab diad&maya
hub-
makepng. Ukunm-ukuran diiensi tubuh
dicoba diadakan
dengan kelas preatasi dan mengamati respon fisiologi dari lama latihan yang
disesuaikan dengsn massa tub& serta implikasinya terhadap keblduhsn energi dan
protein pakan dan menentukan bteria-biteria fisiologi menuju ketahanan fisik kerbau
siap pacu Vtness). Kinerja fisiologis k d a u siap pacu didasarkan atas lama wakb~
latihan dan massa tubtlh hubungannya dengan ketahanan fisik (endumnce) kerbau
tersebut. Percobsen pakan yang dilakukaa 4 mengetahui kebutuhan energi dan
protein pada kerbau makepung, sehingga nantinya memberi dasar llntuk menyusun
rrmsum yang sesuai dengam k e b h a n n y a Hal lain yang ingin diketahui adalah
perubahan komposisi tubuh ternak sebagai akibat lama latihaa pada masing-masiqg
kerbau sesuai dengan massa tub*
Manfaat Penelitian
Pengguaaan temak kerbau uotuk rnakepung sudah selayaknya dipertrstiksn
seperti misalnya kesiapao k d a u - k d a u tersebut untuk dipacu s
e
k kesebatan
ternak tersebut tidak tergaoggu Dilakhmya penelitian ini akan dapat memberikm
informagi dasar untuk mengembangkao kegiatan makepung dan juga meningkatkan
kesiapm fisiologi aktivitw fisik kerbau makepung sesuai dengan lama latihan dan
msssa tub& kerbau. Pada akhirnya penelitian kinej a fisiologis ini a h memperhatikm
aspek kesejahteraan ternak itu sendiri, sehingga dalam malcepng sudah siap untuk
dipacu
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Kemampuan Ternak Kerbau
Kwbau merupakan hewan yang tidak asing bagi kehidupan dan kegiatan pemi
di pedesaan, sehiogga peran ternak kerbau dalam bidang pertanian sebagai tenaga kerja
menjadi srmgat penting. T
d lain yang dapat d i i a n h k m sebagai ternak kerja
adalsh sapi, kuda, keledai dan lrnCa Menurut Ramaswamy (1985), bahwa sekareng ini
terdapat sekitar duamilyar maausia berganhmg kepada tenaga tern& Keadaan ini akan
meningkat sao@ cepat pada tahun 2020, pada saat minyak bumi sebagai s u d w energi
mesin ketersediaannya sudah terbatas, s e h i w akan menyebabkan -p
mesin
tenhma mesin-mesin pertanian meajadi b e r b m g
Populasi ternak ke&au di Indonesia pada tahun 1984 sekitar 2.391.000 ekor
yang tersebar di eeluruh kepulausn Indonesia (Cambell, 1984) dengan densih 16,2
e b r per 1.000 h e k (Bunvejchewin dan Chatal-
1989). Di Pulau Jawa sendiri
terdapat sekitar 1.000.000 ekor kerbau yaag sebagian besar dimanfaafkan sebagai
ternak kerja (Patheraan et al., 1985). Pemanfaaten ternak M a u sebagai ternak keija di
Indonesia adara lain tmtult m e n d gerobak dan m d a j a k hutma di sawah
(Bmvejchewin dan Cbatalalrhana, 1989). Usaha tani di negara-negara berkembaog pada
-I
lebii banyak -nr
tensga ternak
drm tenaga nunnmia dari pada
menggmakan tenaga mesin, sebdiknya di negsra-negara maju lebih
banyak
menggunakaa tenagamesin (Ramaswq, 1985)(TabelI).
Pemanfaatan lain dari tenaga ternak selain untuk membentu mengolah lahm
pertaninn juga sebagai h e m atlet Di Pulau Madura (Jawa Timur) terdapat lomba
kecepatan lari eapi di darat ysog disebut ka.ampan yang saogat terkenal, sedssgksn di
Pulau Sumbawa(NusaTeoggaraBarat) terdapat I d a lari kerbau di diberair atau
di sawah yang berair yang disebut hampan. Menurut Sumadi
et
a1.(1986)
dan
Djagera, (1994) p e m a n f i ternak kerbau di Kabupaten Jembrana (Bali) selain
sebqai ternak kerja juga sebagai hewan atlet Lornba ketangkasan t e d kerbau di
Kabupaten Jembrana ini disebut makepung. Makepng merupakan adu ketangkasan Iari
cepat sepasang kerbau yang menarik c
h dm dipacu pada lintasan di arena
makepung. Makepung dilaksanakan setelah musim panen padi di saw& atau saat awal
musim kemaray sekitar bulm Mei sampai Oktober.
Tabel 1. Pemakaian Tenaga K e j a dalam Usaha Taai @mamamy,
1985)
Berkembang
Ola)
(ha)
(%I
(ha)
(%I
(ha)
479
125
26
250
52
104
22
Kerbau rnempunyai kenmqnm yang terbatae, karena itu beban kerja yang
diberi perlu disesuaikan Kekuatan kerbau m e n d beban berbanding lurus dengaa
-
massalubuhnya Merurut Goe (1983), kekuatan tarik kerbau antara 10 14 % massa
tubuhnya pada kecepatan 2,s
- 4 kuu'jaru
Teleni dau Hogan (1989) mendapatkaa
bahwa sapi dan kerbau dapat menarik beban yang massauya 11 % dari massa tubutmya
dengan kecepatan 2,5 Wjam selama
3 jam
Di 'IEailand, kerbau digunakm untuk keja selama
60
- 146 hari/tahun atau
rata-rata selma 122 hari dengan waktu kerja 5 jam tiap hari dan dapat mengerjakan
lahan seluas 0,02
-
0,06 W j a m Kerbau yang d i k e j a b selama 7 j d a r i dapat
meogolah lahaa 3,7 ha selama 3 bulan atau tats-rata 1 ha selama 24 hari kerja (Falvey,
1987). Santosa et d.(1 987) melaporkan bahwa kerbau yang dikejakao pada pagi hari
selama 1,5
- 3,5 jambii dalam satu musim tanam akan dapat membajak mengerjskaii
sawah seluas 2,28 ha, tetapi bila dikerjakan pagi dan sore hari selama 2,s - 6 jamhari
dapat mengolah sawah rata-rata 3,18 h a
Beberspa ha1 yang dapat mempengamhi kemampuw kerja kerbau antma lain :
massa tubuh (Djagra, 1991), umur
o,
1972; Mathew dm Pullen, 1977)
euhu
llngkungan (McDowell, 1972; Msthews dm Pullen, 1977; Djagra, 1990), kelembaban
udat-a (Mathews dan Pullen, 1977), jenis dan kekerasan tanah (Mathews dan Pullen,
1977), kondiei (Cockrill, 1974), ularran tub&
(Pearson, 1989) pasangan (Pearson et
al., 1989) danjenis kelamin (Mathew dan Pullen, 1977). Telah diketabui pula, bahwa
kerbau jantan umrmmya l e b l kuat daa lincah dibmdingkw kehau betina (Mathews
dan PullenJ977).
Faktor utsma yaqg menentukmkemenangan pasangan kerbau dalam perlombaaa
d e p u n g adalah kecepatan lari pamngim kerbau y m g bena&&m
Untuk
mendapatkan kerbau-kerbau yang dapat dihawplnm mempunyai kecepatw Iari ymg
lebih tinggi, maka beberapa faldor yang perlu diperfLatikan sntera lain : (1) m s a
a u h , (2) janis kelamin, (3) umur, (4) kondisi tubuh,(5) watalr dan latihan, (6) ukmm
dimensi tubuh, (7) pasaogao dm (8) suhu lingkungan (Djagra,1992).
Menurut Djagra (1991), bahwa kehau pada ~
l l yang
l l ~ satna dan
mempuuyai
masa tubuh berbeda antara 425 dan 450 kg mempuryi kecepabm beajalan membajak
sawah masing-masing 43 dm 42 dmenit, sedangkan pas-
k d a u jaotsn bejalan
saat membajak sawah lebih cepat (43 dmenit) dibmdiqkan kerbau betina (32
mlmenit).
Kerbau muda berjalan lebii lambat d i b e n d i i d e q m kerban dewasa,
karena kerbau dewasa secera fisiologis dan anatomis lebih sempurna seperti
perhnnbuhan tulang, perkembangan otot dan persendim sudah s e m p m dm kokoh
(FAO, 1972). Kerbau y q sehat den cukup mendapatkan makunan yang baik akan
mengalami perkembangan ukuran dimensi tub& yang-proporsional (Cockrill, 1974).
Temak yang mempunyai l&ah
yaag lebih pendek akan memerlukan tenaga yang lebih
besar dibandlngkan dengan ternak yang memiliki langkah yang lebih paujang ~lr~tuk
menernpub jarak yang sama (Pearson, 1989).
Ternak yang terlatih dan rnempunyni wadak p
d a h lebih tPlnggap dan lebih
efisien menggunakau tenaga, demikiau pula pasangao ten&
yaog homogen dapat
menghasilkm kerjasama y s o ~s e m i sehingga ternak dapat melakssnsan tugasnya
secaramaksiial (Pearson et al., 1989).
Suhu udara lingkungaa dapat mempengaruhi prestasi kerja kerbau. Pada pagi
hari suhu udara rendah sangat cocok untuk kerbau dibandiogkan pada wakh siang hari
(McDowell, 1972; Djagn~1990).
Pengaruh Kerja atau Latihan Terhadap Kinerja Fiologi
Georgie et al. (1972) melaporkan, bahwa sapi persilaogan Brown Swiss X
Sahfwal (F,) drru Jshiwal jrmtan ycmg d i b d filatihsu sttlama 2 jam mengalami
perubahan-pembahm dalsm metabolit darahnya Perubahan-perubahan tersebut
meliputi pemnnran Hb d a d , glukosa darah, dan H C 4 - plama, sedaogksn laktat
meniagkat pada kedua jenis sapi tersebut Zanzinger dan Becker (1992) melaporkan
pH, l a m trigliserida dan W A d a d
hasil penelitisaaya, bahwa tejadi -p
sebagai &bat dari latihan tersebut (Tabel 2).
Merumit Upadyay dan Madan (1985), bahwa kerja atau pun latihan pada
ternak aksn meqgakibalkan Hb Hbakan bun, akanedasgkan HCW plasm4 p a , p C 9
dm pH
darah akan meningkat Penggunaan ternak
sebagai temak
kerja
meMPUt Teleni et d.(1991) dapat mengakibatksm p e r u b h metabolit-metabolit d a d
(Tabel 3). Mentngkatnya packed cell volume (PCV) selama bekerja karena adam/a
pembua..ngan metabolit-metabolit dari
tubuh,
sedangkao
peningkatan
aeam
laktat disebabkau jalur glikolisis yang mempakan tap& jdan yaag penting dalam
penggunaanglukosamenjadi energi (Pearson 1985; Teleni et al., 1991) ( W a r 1).
Pethick et at. (1991) melaporkan, bahwakonsenhui FFA,esam laktat, glukoea,
rasio laktat/pinrvat dan pH darah meningkat sebagaj akibd dari peningkatan lama
latihm dm kecepatan lari dari ternak domba, sedangkan konsentrasi HCQ- menjadi
lebih rendah.
Tabel 2. Rataan pH, Gas dan Metabolit Darah Sebelum K e j q K e j a
Sedaag, Kerja Maksimal dan Recovery 30 menit (Zanzinger
dsn Becker, 1992)
Simental
Peubah
sebchm
Se+
M-
Zebu
h.s ~ c e h m s e w
~.bir ~
0
1
Meningkatmla a m i t a s kerja dan latihan juga rnenhgkdau laju r e p h i ,
denyut jantung, suhu rektal dan mdm h l i t (Hays et d.,1978; Upadhygr dan Madan,
1985; Eogguelle et d., 1993). Hodgson et d. (1993) melsporlran, bahwa telah'
dilskukan penelitian yang memberi t i p macam perlakuaa latihan 40; 65 dan 90 %
V& max pada kuda Hasil penefitiannya menunjuldran, bahwa denyut jantung kuda
meningkat dati 40 detaklmenit masing-masing menjadi 128, 169 dan 192 detakfmenit
dan setelah 30 menit recovey masing-masing menjadi 46; 52 clan 57 detak per menit
Dilaporkan pula, bahwa mbu rektal,
naik dati 37.g°C ( m d n g ) masing-masing
menjadi 38,s; 39.2 dan 40,2"C dan setelah 30 menit recovery wing-masing menjadi
38,3; 38,3 dan 38,5"C.
American College of Sports Medicine (ACSM) (1978) telah memberi
rekornendasi mengenai kualitaa clan leuantitas latihan terhadap para atlet, dimana
- 5 kali per minggy inlensitas Irltihan 60 - 90 % h i naax heaflh
mte reserve atau 50 - 80 % Vo? mar dan lama latihan 15 - 60 menit. Hal ini erat
fekuensi latihan 3
kaitannya dalam rneni@stksn kebugaran yang sering disebut dalarn dunia olah raga
sebagai siap bertrmding
Tabel 3. Rataan Konsenkasi Metabolit D
(Teleni et al. 1991)
Peubah
d Sebelum dan Sesudah K e j a
Sebelum kerja
Sesudah kej a
Recovery
FFA (mM)
0,806
1,227
0,925
Glukosa (mM)
3,229
3,600
3,202
As. Laktat (mM)
0,884
1,121
1,048
Urea (mM)
1,607
1,607
2,022
25
27
23
PCV (Yo)
Kebutuhan Energi Untuk Kerja
Kelnduhan energi untuk kerja pada ternak dipen$anhi oleh intensitas dm lama
keja, koadisi lingkuqp dan jenis pekerjaau serta massa tubuh ternak tersebut
(Bumualim dan Kartiarso. 1985). Beberapa hasil penelitian juga m-jukkan,
bahwa
energj total yaog digindm oIeh t e d uotuk bekerja dipengmhi oleh beban kerja
Beban k e j a d i i a s i f i i k s n menjadi tiga kelas yaitu ringan, sedang dan berat. D e n p
demikian pditungan energi mestioya didasadcan atas intensitan kerja dan produksi
tenaga yang dihasilkan (Goe dan McDowell, 1980).
Besaran
yang biasa digunakan untuk menentukan kebutuhaa energi
untuk kerja a d d a b dengan menyatakan berapa kali kebutuhan energi untuk
kerja dibandingksn dengan kebutuhan energi untuk hidup pokok. Leng (1985)
.
menyatakan, bahwa kebutuhan energi untuk ternak yang bekerja ringan
(berjalan tanpa beban 6 jam/hari) besarnya 1.5 kali dari kebutuhan hidup
pokok dan meningkat sampai dua kali untuk ternak yang bekerja berat
(membajak 6 jamhari). Sebelumnya Goe dan McDowell (1980) menyatakan,
bahwa kebutuhan energi untuk kerja pada kerbau besaruya 2,7 kali dari
kebutuhan energi untuk hidup pokok; sedangkan penelitian Lawrence (1985)
meudapatkan, bahwa sapi mernerlukan 1,67 kali dari energi uotuk hidup
pokok. Menurut Mahrdika (19961, kebutuhan energi untuk hidup pokok pada
kerbau betioa sebesar 0,36
sebesar 0,42
,
j
'
@
sedangkan kebutuhan energi istirahat
e.".
Kebutuhan energi tersebut meningkat sampai
1,99 kali
bila bekerja selama 3 jam/hari dengan beban kerja 450 - 500 N.
Komposisi TubuhTernak
Metode y q dapat dikemba&m unluk menentukan produksi psnas pada
hewan hidup bebas adalah d e w melakukan pengukuran penrbahan komposisi tubuh.
Metode ini disertai dengaa pengdman energi temetabolis (ME) dengen percobsum
neraca anergi. Pada h e m kecil dapat dilakukan d e w mengohankan contoh jaringao '
dw energi tubuh.
Segera setelah itu percobam makanan dilakukaa dan setelah itu pada akhir penelitian
hewan dipotong dan jaringan tubdmya d i d i s i s ka~~dimganlemak, protein dan
ymg representatif dari hewan untuk menetubn kada~lemak, protein
energinya untuk melihat perubahan-perubahan komposisi at-zat h e b u t selama
peneliticm Produksi panas dapat dIteatukrm d e w cara meaguraagi ME deogao
p e r u b a h energi tub&
Pada hewan besar masdahnya adalah kernlitan untuk
mendapatkaa contoh jaringau yang represeutatif dan memotong hewan besar
memerlukan biaya yang cukup mahal. hfasalah hi dapat diatasi bila kadar
lemakprotein dan energi jaringan dapat ditentukan dengan metode tanpa merusrdt tub&
hewan (kaedah non-invasif).
Rule et at. (1986) telah mengembangkan teknik penentusn komposiai tubuh
hew811 tendzrma pada sapi perah deogrm rnengukur kadar air tubuh desgan ruang
disb-ibusi urea Nsmun formula yang dikernbangkan oleh Rule et al. (1986) tersebut
adalah pada sapi perah,jika diterapkan pada temak lain (kambing dan domba) lnrrang
memberi hail yang mennmksn (Swhdipradja et id., 1995). Selain metode
tersebut, telah banyak pula dikembangkan metode-metode
pengukum komposisi
tubuh seperti pelanrtan isotop, total body electrical conductivity (TOBEC),
Intake
i
I
Glycogen
Storage
I
Digestion
I
Anaerobic
Oxidation
I
I -I
Phosphate
Creatine
1
fl-l
Acetyl-CoA
---
1 1
~ipid
Storage
Cardiac output
-bar
1. Skema Jalur Pintas Konsumsi Energi Kimia sampai
Pengeluaran Energi Mekanik pada Hewan K e j a (Teleni
et al., 1991)
bloelectncal Impedance analyns (BIA) serta skin fold Thickness (Powers dan
Howley, 1991).
Pengulflwn komposisi tubub rn-vivo dengan teknik pqukwan volum jenis
mendapatkan, bahwa kerbau yang bekej a sampai 3 jadhari selama 14 hari tidak
berpengaruh nyata terhadap komposisi tubuh kerbay namun terdapat kecendenmg;m
memnunnyaproporsi lemak pada kelompok kerbau yang bekerja(Mahardika, 1996).
Kleiber (1962) mengambarkan teknik peogulaaan lemak dan protein tub& yaog
didasarkan atas massa jenis tubuh. Hal ini didasarkan atas suatu kenyataaa, bahwa
tubuh terdiri dari lemak dan bukan lemak (lean). Lemak mempunyai maesa jenis yang
lebih kecil dari bagian lean, bila massa jenis tubuh diketahui maka mama lemak dapat
dihibmg. -P
massa jenis tubuh dilakdcan dengan prinsip hukurn Archimedes
yaitu dengan menimbang massa clan mengukur volum tubuh tern& Volum tubuh ternak
dapat diukur dengan menenggelllmkan tern& di dalam
bak air ycmg telah diisi air
eehingga terjadi perubahan peranrkaan air atau air pug keluar dari bak tersebut.
Komposisi tubuh temak dipenganhi oleh jenis ternak, umur dan m a b yang
dimakan Secara mum konlposisi tubuh ternak dewasa adalah 55 % air, 16 % protein,
20 % lemak, 4 9/0 abu dan kurang dari 1 % karbohidrat (Tillman et d.,1986). .
Komponen yang paling banyak berubah dari komposisi tenrebut adalah lemak dan air.
Kedua komponen tersebut doipeagaruhi oleh umur den makanan yaog dimelcsa Kadar
air tubuh cendenmg meogalami penunman dengan menhgkabya umur, jadi suatu
hub-
negatif antara kadar air dengan kadar lemak tubuh. Karkas sapi yang
diketahui mengan&ng 20 Yo l
d dan 60 9
'
0 air, sss-
mengandung kadar lemak 40 % dm kadar airnya hanya
sapi jantan yang gemuk
42 %. Akan tetapi kadar
protein tubuh relatih tetap pada b d a g a i umur dan kadar protein tubuh dipengaruhi
(Tiilman et al., 1986). Mahardika (1996), meogembaogkan telmik
oleh j e ~ hewan
s
Kleiber (1962) yarg diterapkan pada kerbau betina dan hasilnya cukup mengembiraka
Konsumsi Pakan Kerbau Kerja
Konsumsi pakan kerbau yang massanya 350 - 350 kg akan
dari 5,26
kg menjadi 6,26 kgDMhari bila beban kejanya ditingkatkao dari taapa beban menjadi
50 kg yrmg d i i a k a n selama 14 hari, tetapi tidak terjadi kenaikan massa tubuh dari
keduamacam kondisi kerbau tersebut (Bakrie et al.,1989). Borton (1987)me*
bahwa tidak ada perbedaan konsumsi pakan dari sapi yang dikerjakrm selama 2
jamhari dengan yang diiejakan
3 j d s r i . Hal ini sejalan deogrm peneIitian
Bamualim (1987)ysng mendapatkan, bahwa tidak terdapat perbedam aotara kerbau
yang menarik bebsn 80 kg selama 2 jamhari d e w kerb= yang ti&
dikerjakaq
tetapi kenaikm massa tubuh kerbm yaag tidak dipekerjakan mengalami keaahn yang
lebih ti@.
Ternak yang berkerja lebih berat mengkonaumsi mekaaao yaqg lebih
banyak dibandiogkan ternak yrmg hkuensi kejanya lebih ringau, tetapi pexhdmhm
massa tubdqa setiap hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Usri, 1988). Hal
ini menrmjukkan, bahwa peningkatan konsumsi pakan pada teniak y a q bekeja lebih
berat tidak digrmakan lmluk peitmbuhan tetapi d
i
m mhrk memenuhi k e b m
energi mtuk kerjs
Piterson dan Teleni (1991) mendapatkan, bahwa kerbau yaog d i k e j a b
deogan menarik beban 33 kg (11 % dsri massa tububnya) daa bejalen dengan
kecepatan 2,s kmljam konsumsi pakarmya lebih mudah dari k d a u yang tidak
dipekejakaa bila kualitas pakanaya jelek (ietami). Konrnnnsi bshan kering daa protein
p a h meningkat dengan meniagkshna beban kerja, sedan&au kecenraan bahao kering
pakm tidak dipeqganthi oleh kerja pada kerbau be&
(Mahar*
1996) Ogbel, 4).
Menumt Kearl(1980), bahwa kerbau )9og massa tubuhnya 300 kg dengan kenaikan
massa ubuh 0,25
dari massa
- 0,s Wari konsumsi baban kering pakmmya
-
sekitar 2,l 2,3 Yo
tububnya, sedangkan Mahardika mendapatkan, bahwa kett,au betina
yang bekeja dari 0 - 3 jam/hari akan mengkonsumsi bshan kering sekitar 2.02 2,71%.
Tabel 4. Konsunlsi Pskan, Pe~tambalanMeesa Tubuh, dan Kecemaan
Bahan Kering pada Kerbau yang Mendapat Berbagai
Lana Kerj a (Mahardika, 1996)
-
--
-
Lama kerja (jam/&)
0
1
2
3
- Bahan kering (% masaatubuh)
2,02
2,48
2.60
2,71
- Protein m i )
0,56
0,69
0.75
0,71
Kecernaan bahan kering (%)
50,05
50,27
51,87
5146
Pertambahan massa tubuh (kg/hari)
0,50
0,18
-0,ll
-0,32
Peubah
Konsumsi
Metabolime Karbohidrat, Lemak dan Protein
Krtrohidrat m
b pada temak ruminansia a k a diubah menjadi asam asetat,
propionat dan butirst Aesm propionst diaerap dari rumen ke dalam sirkulasi d a d dm
dibawa ke hati membentuk glukosa Asm butirat diubah menjadi P-hidroksi butirat
kemudian bersama asam asetat akan dipakai oleh jaringen tubuh sebagai sumber tenaga
dan mensintesis lemak (Gambar 2).
Glukosa mengalami katabotisme melalui dua jalur yaitu jalur glikototis dan
siklus asam sitrat Jalur glikolitik berlangsung dalam sitoplasma, dimana glukosa alnm
didegradasi menjadi asam piruvat (Gambar 3). Glikolisis dapat berlrmsslmg tanpa
(anaerobik) atau dengan oksigen (aerobik), tetapi hasil energi untuk reaksi seluler lebii
tinggi pada keadaan serobik . Tiap mot gula triosa menghasilkan 2 mol ATP pada
reaksi 19-difosfogliserat menjadi 3-fosfogli~eddm pada reakai fosfoenolpiwrd
menjadi pinmd, sehingga jtrmlahnya 4 mol Am. Pada reaksi tersebut, 2 mol ATP
terpakai s e h i i a hasil bersih fosforilasi tingkat substrat sebesar 2 mol ATP. Dalm
Tabel 4. Konrrunlsi Pakaa, Pertambahan Mwsa Tubuh, dan Kecernaan
Bahan Kering pada Kehau yang Mendqat Berbagai
Lama Kerja (Mahardika, 1996)
Lama kerja (jam5aii)
Peubah
- Bahan kering (?A massatubuh)
2,02
2,48
2,60
2,71
- Protein (kglhari)
0,56
0,69
0,75
0,71
Kecernaan bahan kering (%)
50,05
50,27
51,87
51,46
Pertambahan massa tubuh W a r i )
0,50
O,l8
-0,ll
-0,32
Metabolime Karbohidrat, Lemak dan Protein
-ohidrat
malcsnrm pada ternak nrminrinsia akan diubah menjadi ssm asetat,
propionat dan butin&Asam propionat diserap dari mmen ke dalam sirhrlani darah dan
dibawa ke hati membentuk glukosa Asam butirat diubah menjadi p-hidroksi bldirat
kemudian bersama asam aseW akao dip*
oleh jaringan tubuh sebagai sumber ten-
dan mensintesis lemak (Gambar 2).
Glukosa mengalami katabolisme mslalui dua jdur yaitu jalur glikolotis dm
siklm asam sitrat Jalur glikolitik berlangsung dalam sitoplasma, dimana glukosa akan
didegradasi menjadi asam pimvat (Gsmbar 3). Glikolisis dapat berlangsung taapa
(anaerobik) a&u dengan oksigen (aerobik), tetapi hasil energi untuk reaksi seluler lebih
tin@ pada keadaan aerobik . Tiap mol gula triosa me@asilkan 2 mol ATP pada
reaksi 1,3-difosfogliserat menjadi 3-fosfogliserat dan pada reaksi fosfoenolpirwat
menjadi pinrvat, sebingga jumlahnya 4 mol ATP. Pada reaksi b e b u t , 2 mol ATP
terpakai s e h i a hasil bersih fosforilasi tingkat substrat sebesar 2 mol AT?. D d a m
keadaan oksigen berlebihan, NADH yang disintesis dapat mengalami oksidasi melalui
sistem transport elekh-on dalam mitokondria Fosforilasi oksidatif akan mesghasilkan 6
rnol ATP, sehinggajalurglikolisis merighasilkan 8 mol ATP.
FFA
SINTETPSE
m a r 2. Litasan Ketogenesis dalam Hati (Murrayet d.,1995)
Hasil akhir jalur glikolisis berupa asam pirwat dalsm keadaan aerobik akan
diobidasi menghasilkan energi, C q dan K O melalui jalur siklus asam sitrat Oksidasi
1 rnol asam pintvat mengbasilkan IS rnol ATP, sehingga produksi bersih dari oksidasi
1 rnol gltlkosa adalah 38 ATP (Murray et al.,1995).
Gambar 3. Pengaturan Glukoneogenesis dan Glikolifiie dalam Hati
(Mmray et d.,1995)
1 mol glukosa ------------a
2 mol piruvat = 8 ATP
2 mol pintvat
------------- r
C 0 2 + H20 = 30 ATP
..............................
= 38 ATP
Jumlah
Simpanan lernak dalam tub& merupakan sumber energi utama bagi tub& dan
depo lemak berupa higliserida a h dihidrolisa menjadi gliserol dm asam lemak
bebas. Gliserol dapat diubah menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis dan
glukosa y-
dihasilkiin masuk siklus glikolisis di dalamsito plasma dan asam sitrat di
dalam mitokondriauntuk menghasilkan energi. Satu rnol gliserol akan menghasilkan
21 mol ATP. Tiga asam lemak yang dibebasksn dari hasil hidrolisa bigliserida akan
didegradasi menghasilkan energi, C 9 dan K O .
2 rnol gliserol ------->2 rnol dehidroaseton fosfjlt
=
4 ATP
2 mol dehidroaseton fosfal -------a
1 mol glukosa
1mol glukosa ------->C@
+6 0
2 mol gliserol
= 38 ATP
= 4 2 ATP
Asam amino dapat pula dioksidasi untuk merrghasilkan energi, k e a k ini
dapat berlangsung pada saat persediaan glukosa daa lemak terbaCss pada temak-ternak
atau manusia yang bekmja k e r n dalm jam&
waktu lama Tahap perCsma penguraian
protein adalah deaminasi dengin pemindahan gugus amino clan mengbasilkan gugus
alfa-keto. &gus alfa-keto masuk siklus asam sitrat dan menghasilkan energi (Gambar
4). Amonia yang dihasilkan kemudiao dibawa ke hati dan diubah menjadi urea yang
dikeluarkan melalui w i n Pada aktivitas tubuh yang cukup tinggi menyebabkan
cadangan energi di dalam tubuh akan dimobilisasi sehinegamenghasilkan air metabolik
yang lebih banyak dim air metabolik ini digunakan untuk melarutkaa urea d m ternak
lebih banyak rnengeluarkan urin.
.
Hidrokriprolin
Seiin
Slrlcin
Treonln
Gllsin
1
-
iakial
Forfoenolpi,uva
4
-
3kra1osreta1
-.
latosin
FeniBianin
----t Fumaiai
Aspaflat
Gambar 4. Jalur Olcsidasi h a m Amino @furray et al., 1995).
BAHA.N DAN METODE
Bahan
Ternak
Sejumlah 20 ekor d i h dimensi tububnya unluk masing-masing kelas
makepng (Kelas A : prestasi puncsk; Kelas B : prestasi sednng dm Kelas C :
pemula). Padapercobaan fisiologi latihan digunakan tiga kelompok temak dan masing-
masing kelompok terdiri dari 4 ekor kerbau jantan serta masing-masing kelompok
mempunyai massa tubuh rata-rata 309.44 kg (Bl), 350,94 kg (B2)dan 393.94 kg (B3)
II
(keterangiln lebih rinci disajikan pada bagiao rancangan penelitisn
dm III dari
Metode). Kerbau tersebut telah dinilai kebugtaan tubuhnya I&& mengetahui
kesiapannya dilakukan pengukuran terhadap kadar hemoglobin
(a)eriirosit,
,
hematohif lekosit dan pH darah (Tabel 5).
Tabel 5. Kadar Hb, Eritrosit, Hematokrit, Lekosit dm pH Darab K d a u
Sebelum Percobaan
Kelompok
Hb
EriIrosit
Hematokrit
Lekooit
PH
Makanan dan Air Minum.
Makanan yang diberi selruna penelitian adalah rumput raja atnu King gmss (P.
-
purpureum >< P. typhoides) umur 45 55 hari daiam b&
ini p e n g a d pakan tidak menjadi obyek penel
libitum.
segar. Dalam penelitian
air minun diberi ad
Kandang dan Perlengkapannya
Pada penelitian EI dan Ill, kerbau dipelihara di dalam kandang metabolik yang
khusus dirancang u d c kerbau Lantai kandang dibuat dari batu bata yang disemen
sehiogga mudah untuk mernbershkmaya, sedaagksn alas kandang tempat kerbau
keseharian dibuat dari kayu sehingga win lebih mudah ditampung. Kandaag dilengkapi
dengan tempat palcan, penampungan air kencing, tempat air minum dan penampgan
kotorsn Bagan kandang dan perlengkaparmya disajikw dalam gambar 5.
Keterangan : a: tempat pakan, b :tempat air minun, c : lantai kandang, d :
alas luncuran urin,, e: penampung win dan f : tempat
kotoran
Gambar 5. Bagan Kandang Penelitian dan Perleogkapant~ya
Ala t-ala t
Alat-alat yang d~gunakanuntuk menunjang penelitim ini addah gerobak kecil
untuk latihan dan cikar khusus untuk tes lari (makepurg) (Gmlbar 6). Suhu tub& d m
suhu rektal diulcur dengan termometer digital Alohq sedangkan denyut nadi diukur
dengan Polar Sport Tester PE 3000 buatan F~nlandia.
Alat-alat
lain ywg digunakan
adalah timbwgan merek Slrelter dengan
kpasitos 100 dan 1000 kg, meteran pita, jnngka sorow bak ar,stop wafch dm alatalat lulls
Tempat Penelitian
Penelitian lapang untuk rnenglkur dimensi t~~bbtrh
dilakukan di tiga kecmatan
yaitu Kecamatan Mendoyo, Negara dan Melaya Kerbau-kerbau tersebut diukur di
tempat pemiliknya sehingga rnemudahkan petaksanaan pengukuran, karena kerbau yang
Gambw 6. Pasangan kerbau sedang menwik cikar khus~lsmakepung
dipakai naakepung pada umumnya h a n g jinak bila didekati orang lain. Percobaan
fisiologi latihan dilakukan di Desa Candikusuma dan uji makepung dilakukan di
Desa T-a
Kecamatw Melaya Kabupaten Jembrana (Bali).
Kondisi tempat
latihan adalah di bawah pohon kelapa, panjang lintasan melingkar 114 m dengan
srhu udara sekitar 24 - 32°C dan kelembaban udara saat penelitian sekitar 75 - 90 %.
Analiaia Iahonctoritsn terhadap pakan d m e k h t a dilakukan di Lsboratorium IImu
Nulrisi dan Makaaan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udyana dm
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas P e t e d a n Institnt Perianian
Bogor, sedangkm aadisis peubah-peubah darah dilakukan di Laboratorium Prodia
(Denpasar) dan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan InatiM Pertanian
Bogor (Bogor).
Metode
Rancangan Penelitian
Penelitian I.
Guna memperoleh pemahaman menyelunih mengenai kegiatan
nzakepung, maka dicari informasi mengenai sejarah kerbau makepung yaag ada di
Kabupaten Jembrana (Bdi), Infonnasi dikumpulkan dari buku-buku atau tulisan dm
wawancara langsuog dengan sesepuh maqmakat yang pernsh mengikuti atau memiliki
kerbau rnukepung. Sistem organisasi makepmg diperoleh dari pengurus &lam ha1 ini
ketua dan sekretaris pengums.
Penelitian 11. Penelitian kedua ini mempelajari ukuran-dcumn dimensi
tubuh kerbau makepung (Gambar 6) dan kinerja fisiologi latihan. Penelitian &ran
dimensi tub& dilakukan terhadap 20 ekor kerbau mukepung setisp kelasnya (Kelas A,
B d m C) yang diambil secara acak di tiga kecamatan (Mendoyo, Negara dan Melaya)
di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Jembrann. Vwiabel y m g diamati adalah ukui-an
kecepatan (velocity), panjang badan (body length), kemudi (pelv~s
length), lingkar
dada (chest or heart girth), li&a
(withers height), tinggi pun-
pemt (hue1 orparmch girth). $flank, tinggi pundak
(back height), tinggi pinggang (loin height), tinggiul
pingyl (hips height), tinggi kemtdi (thurl height), pangkal ekor (tailhead height) dan
jarak kaki depan - belakang Untuk menentukan penem- patan kelas kerbau makepung,
data dianalisis dengan Andisis Dislaiminan dan Analisis Diskriminan Bertatar,
serdangkan hubungan kecepatan dengan peubah dimensi tubuh d i d i s i s regresi
berganda pada
Pada penelitiao
fisiologi lrttihan digunakan Rancangan Acak
Kelompok pola Petak Terpisah (Splitplot) 3 x 4. Tiga tingkat massa tubuh sebagai
pet& utama (B1= 309,44 k 4,29 k g B2 = 350,94 f 6,21 k g I33 = 393,94 f 8,07 kg)
dan 4 tingkat lama w a h latihan sebagai anak pet& (LO : tidak dilatih; L1 : dilatih
Ketemlgan : a : panjang badan, b : panjang kemudi, c : liogkar dada, d :
lingkar perut, e : lingkar flank, f : tinggi pundak, g : ti&
pungung, h : tinggi pinggang i : tir~ggipinggul, j : tinggi
kemudi, k : t i e ekor dan I jar& kaki depan - belakmg
selama5 menithari; L2 : dilatih selan~a10 menithari dan L3 : dilatih seliuna 15
mcnithari) dan masing-masing perlakuan terdiri dari 4 ulangan Peubah yang diamati
adalah : suhu kulit, suhu rektal, denyut nadi, 6ekuensi nafas d m metabolit darah yang
diukur sebelum dan sesudah uji lomba lari nsakepung daii 30 menit setelah uji lari
(recovery). Data yyan diperoleh dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam dan bila
terdapat beda nyata (P4,05) dilanjutkan Uji Jarak Berganda hincan (Gaspers~1991).
Penelitian 111. Penelitian ketiga mengenai keseimbangan energi
dm
komposisi t ~ ~ b ukerbau
h
makepung kaitannya d e n p massa tubuh den lama waktu
latihan. Penelitian ini m e r w a k a n Rancangal Acak Kelompok (RAK) pola Split-plot
(petak terbagi) 3 x 4. Tiga tingkat massa bbuh sebagai petak utama (B1 = 309.44 f.
4,29
&
B2 = 350,94 It 6,21 kg; B3 = 393, 94 f 8,07 kg) dm 4 tingkat lma waktu
L1 : dilatih selama 5 menivhari; L2 :
dilatih selama 10 menitmari dan L3 : dilatih selama 15 menitlhari) dan masing-masing
latihan sebagai anak pet& (LO : tidak dil*,
p e r l b terdiri dari 4 ulangan.
Peubah yaog diamati adalah : konsumsi pakan,
pertambahan massa tub&, keseimbangan energi dm nitrogen d m komposisi tubuh
kerbau.
Jalannya Penditian
Sejarah mn!kepmg. Infonnagi d i i u l k a n dari hasil wawaacara dengan
sesepuh masyarakat yang pernah berkecimpung Ian-
dalam pertombaan dan
organisasi makepung dan juga dicari dari publikasi meogenai makepuug baik yang
terdapat pada penlpuus organisasi makepuog, Dinas Pariwisata Kabupaten Daerab
Tingkat II Jembrana ataupun Pusat Dokumentaai Pemerintah Daerah Tingkat I Bali.
Pengukuran dimensi tubuh. Pengukuran dimensi tub& kerbau mkepung
dilakukrm di tiga kecandan (Mendoyo, Negara dan Melaya) dan proporsinya
diseruaikan d e w populasi tiap kelas di n~asing-tnasing kecarnatan tersebut
ferrgukuran ukuran panjang dan tirtggi bagian-bagian tubuh mengunaka alat banhr
berupa jangka sorong sedangkan pengukuran ukuran lingkar bagian-bagian tub& diukur
densan meteran pita (Cwnbar 6). P e n g h tersebut dilRkukan di tempat pemilik
kerbau sehingga memudahkm pelaksanaan pensulfllran, karena suasana lebih tenang dan
dengan bantuan pemiliknya kerbau akan lebih jinak
Pengukuran kecepatan. Kecepatan lari kerbau diukur pada
saat
berlangsmgnya makepung di DesaDelod Berawah. Sirkuit makeplmg yang terdapat di
Desa Delod Berawah berbentuk U sehingga saat start dan jnish jelas dapat dilihat
s e h i a a dengan mudah dapat dilakukan pengukuran kecepatan Kecepabn diukur
dengan rnengukur panjang lintasan yang diternpuh dan lama wakh~tempuh dari saat
start sampai jnish. Panjang lintasan diukur dengan odometer uedangkan lama waktu
tempuh diukur dengan srop wrch. Membandingkan panjang lintasan d e w lama
waktu tempuh merupakan kecepatan lari kerbau dm nnnusnya sebagai berikut :
v
=
----T
.............................................................................. (1)
V :kecepatan (kmljam)
S :jarak yang ditempuh (Ian)
T : waMu tempuh (jam)
Pelaksanaan latihan dan uji m a R q q . Kerbau dilatih sesuai dengin
perlakuannya setisp pagi pukul 07.00 (Wita) selama 14 hari dan pada hari ke 15
dilakukan uji makepung. Latihan yang dilakukan berupa lari derap (jogging) selama 5,
10 dan 15menit dengan kecepatm 117 d m e n i t Uji makepurzg menuobt leri cepat
(galop) sejak awal hi~rggamencapai garis finish ~ecepalmungkin sepanjang 1800 m
-
dalam wsktu 4 - 5 menit atau dengan kecepatao 360 450 drnenit Pada setiap akhir
periode penelitian dan setirtp uji makepung dilakukan pengambilan data suhu kulif
suhu rektal, denyut nadi dm fiekuensi nafas sebelum, sesudah dan 30 menit pada
periode recosery. Pengambilan contoh d a d untuk pemeriksrian metabolit dm-&
dilakukan eebelunl
&I
sesudah pacuail. Pelaksanm lictihan dilakukan pada lintasan
melingkar di bawah pohon kelapa di Desa Candikussuma ,sedangkan uji makepung
dilakukan pada lintasan arena makepung di Dusun Berawan Tangi. Desa Tukadaya,
Kecarnatan Melaya pada waktu pagi hari. Sehabis latihau atau tes nzukepung, kerbau
dikandangkan kembali sehingga pengamatan lainnya yang bemubungan keseimbrmgan
pakan dan komposisi tubuh d q a t dilakukan. Kondisi tempat latihan adalah di b a d
pohon kelapq rmhu udara sekitar 24
-
32' C dan kelembaban udara saat penelitian
-
sekitar 75 90 %.
Nadi (nilai detak jantung). Pengukurm fi-ekuensi detak jantmg dilakukan dengan menppnakan Polar Sport Tester PE 3000 buatan Finlandia yang telah
dimodifikasi sehingga d q a t digunakan pada kerbau (Mahardika, 1996). Pengulawn
dilakukan selama I menit sebelum, sesudah dan recovery 30 menit baik pada l a t i h
atau pun pada saat uji makepng.
Suhu kulit dan suhu rektal. Suhu M i t dan rmhu rektal diukur dengan
mengpakan termometer digital buaCan Jepang Pengulanan dilalcukan pada saat yang
besamaan dengan pengukuran detak jaobng
Frekuensi nafas. Frekuensi rids dibihmg selama
1 rnenit bersamaan
dengan saat pengukuran detak janlung, suhu kulit dan suhu r e W .
Parameter darah. Contoh darah diambil melalui vena jugularis. dilakukm
sebelum, sesudah dan recovery 30 menit saat melskukan tes naakepung (Gambar 7)
yang selanjufkan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Analisis metabolit darah
dilakukan di Laboratorium Prodia, Dempasar (Bali).
Pengukuran konsentrasi glukosa darah. Metode yang digunakan
adalah GOD-PAP dan menggmakan alat Spektrofotonieter tipe 720. Deproteinisasi
plasma contoh dilakukm dengar1 mencanyw 0,l ml plasma dan 1 ml URAC
dail
dimasukkan ke dalam tabung reaksi 5 ml. Aduk campuran tersebut dan disentrihs pnda
kecepatan 2500 rotasi per menit selama IS nienit. Ambil 0,1 ml supernaha untuk
dianalisis. Buat lanltan reagen dengan mencelupkan satu b-g
larutan penyangga selama 10 menit lalu
reagen strip ke dalam
keluarkan d m dibuang Larutan 0,I ml
larutan baku (standard)dmasukkan ke dalam cuvet berdiameter 1 ctn clan tambahkan 2
rnl larutan reagen. Lamtan dicampur secara homogen dan dibiarkan pada suhu kamar
selama 3 jam Ctrvet d i m d k a n ke dalam Spektrofotometer untuk mengilkur nilai
absorbansnya Larutan 0,l ml supernatan dan 2 ml larutan reagen dimasukkan kedalam
cuvet dan dikocok sampai homogen kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 3 jam.
Grunbar 8. Pengambilan Contoh D d Kerbat
Cuvrt dimasukkan ke ddam Speklrofotometer untuk meuentukan nilai absorbanmya
pada panjmlg gelombang 334 nm.
K d a r gltlkosa darah diperolsh dengm
rneinbandingksul nilai absohans contoh denyan nil& absorbails baku dengat rumus :
: konseb-asiglukosa (@lo0
C
A ,,ah :nilai absorbws contoh
A b h :nilai absorbam baku
ml)
Analisis kadar trigtiserida darah. Metode
yang dipakai berdasarksn
Colorimetri-test (Kit-Merck). Triglise~idaoleh enzirn lipase dengan kombinasi k h m
akan dihidrolisa menjadi gliserol den asam lemak bebas. Gliserol yang terjadi bereaksi
dengan ATP
seh*
terbentnk gliserol-3-fo&
d i W a h NAD menjadi
dihidroksiasetonfosfatdam NAD&. NAD& ditambah INT alcan terbentuk formame.
Sepuluh pl contob ditambah 1000 pl lanrtao pereaksi dari KIT yaag dicampur
rata dan diinkubrrsikao selama 20 menit pada suhu kamar. Dengan membandingkan pada
larutan baku clan koreksi terhadap blanko,
absorbans contoh dibaca dari
Spekbofotorneter pada prmjang gelombang 456 m. Kadar trigliserida dapat dihihmg
dengan nunus :
C
: konseh-asi trigliserida (@I00 d)
A cornoh : nilai absorbans contoh
A b ~ ; u :nil& absorbans baku
Analisis urea darah. Urea darah d i d i s i s dengan menggmakau cara
Bed~elot(KIT-Merck). Urea a h diubah menjadi amonium karbonat oleh laease.
Dengan adanya fenol, Na-hipoklomt akan dioksidasi menjadi wama biru. Konsentrasi
m! WBITL~yang terbentuk d i u h dengan Spekbofotorneter pada panjang gelombang
620 nm
Analisis laktat darah. Metode yrmg dipakan addah Ultraviolet, Endpoint
(Kit Sigma-Diagnostic) deogao prinaip
i edalah NAD, buffer glisiq laktat dehidrogenase (LD)den asam
Landea yang d
laktat baku (standad). Contoh disedialcan sebanyak 100 pl, pereakai sebenyak 2.9 ml
dau pembacaan dilafollam padapanjaaggelombang 340 mn pada suhu 370~.
Analisrs HCT,pH, p a dan pC02. Alat yang digundcan adalah CfEM
Premier deagw sistem cepat dm *at
,
pE& p a dan pC@
lmtuk menentulcm nilai kadar hematoMt (Hcr),
alat-ald atau
dPrah wegar secara lslypnmg tmpa
balm tambahan uddc kalibrasi.
Alat dihiduplcen selana 60 menit \nrtuk pemanasan dan sistem M i h i Picsn
bekerja secara o
t
d Coldoh d
d ditempatlran di dalam tempat b (cartridge)
yeos dileogkepi denpa eleklrode. Pembacaaa -I
dapat d i l m oleh alat dan
hasilnyak e l w dalam W hJisan cetak pada kertas gduog (print).
Anal& jumlah eritrosit, Alat yang di-
addah lcamer him
Improved Mubeauer dan mikrdop. Dsreh vena deugm eatikop(gulm dihisap dsqgen
pipet eritrosit sampai taada 0,s. Segera lan~tanHayem dihirap ampai tando 101 dm
baik dao
diputar-putar sehhgp darah den landan Hayem dapat bercampm ddikocok pada eumbu pmjassnya eelama 2 menit Laridan dm& dir
'
ke dalam
kmnar hituag kemudim dileErtldran di bawd mikroskop. Jumlab erikosit dihitung pa&
5 tempat persegi yang &ten&
d a g m luas masing-masing 0,04 nun2. Sel-eel eritrosit
yang menyinggq garis batss k m a tidak dihitung. J d a b volum kelima peane~gi
tersebut ad$& 51250 mu?. N d o s i t terdapat dalam 51250
mm'
atau tiap
oomf
terdapat 250/5 N eritroait a m d e n p 50 N.Pengenceran llnubm eebanyek 200 kali,
sehinggajumlah eritrosit per m3
d a h 200 x 50 N sama d e w 10.000N.
Analisis jumlah lekosit. Prinsip untuk menghitmg jumlah lekosit hampir
sama dengan cara menghihmg j~mrlaheritrosit, hmya saja landan peogencernya adalah
landan Turk (asam asetat 3%) dan pipet yang digunakan adalab pipet lekosit
Darah vena dengan antikoaguian dihisap dengan pipet lekosit srnnpai Esnda 0.5
yang d i d d e w landao pengencer ssmpai tanda 11 (pmpceran 20 kali). Lekosit
kemudian dihibmg di bawah mikroskop deogsn pembesarao 10 kali pada 4 kamar
persegi. Bila jumlah lekosit tiap Larmer N dan volum tiap kmar 4 x 0,l nrm3 dan
pengenceran 20 kali, maka jumlah lekosit per mm3addah (1 :1/25) x 20 = 50 N.
Anatisis kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin darah ditentukan dengan
alat Spehfotometer. Drwh diencerkan dengan larutan Drabkina yang m
w
fhsianida dan potaeilrm sianida Laruten D r s b k i ~a h meogohidasi hemoglobin
menjadi methemoglobin clan selanjutnya dengan potasim sianida m m j d
sianomethemoglobia
Darah vena d e w antikoagulaa dhisap deogan pipet hemoglobin sampai tanda
20
n m Darah dimaauldnm Ire dasar tabung reaksi yang telah diiei 5 ml landan
Drabkina daa b e a n dasar t a b q ditiup supaya lebih cep& tejadi drsidaei. I ~ ~ I & o
ini dipindahlcsn ke &dam tdmg cwet dan dibaca pada Spebfotometer pada pmjrmg
gelombang 540 mp. Larutao Drabkina digmalam sebsgai bladro dsn pembacaan M a
diubah menjadi (mg/ml)atau deogan nrmus sebagai berilart :
Hemoglobin ( w d ) =
(ODW coatoh
------------------ xgHb b
h ................................ (4
(ODQ baku
Anal*
kadar 8-hidroksi butirat ($-HBA). Pereskasi p-HBA
(Sigma-Diagnostics) disiapkan seausi dengan petunjuk Speldrofotometer dihidupkan
pada pwjsng gelombang 360 nm dan absorban8 dibaca pada titik no1 dimana air
digmakao sebagai pembacaan blaoko. Tanda label dipasaogkan pada tabuug tmtuk
Analisis jumlah lekosit. Prinsip untuk menghituog jumlah lekosit hampir
sama dengan cara menghihmg j d a h eritrosit, haoya saja landan peogencernya adalah
landan Turk (asam asetat 3%) dan pipet yang digunakan adalah pipet lekosit
Dad vena dengan sntikoagulan dihisap dengan pipet lekosit srnnpai Esnda 0.5
yang disuaul d
e
w landao pengencer ssmpai b d a 11 (pengmceran 20 kali). Lekosit
kemudian dihitusg di bawah mikroskop deogsn pembesarao 10 kali pada 4 kamar
persegi. Bila jumlah lekosit tiap kmnar N dan volum tiap kamar 4 x 0,l nrm3 dan
peageaceraa 20 kali, maka jumlah lekosit per mm3addah (1 :1/25)x 20 = 50 N.
Analisis kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin darah ditentukan dengan
alat Spehfotometer. Drwh diencerkan dengan larutan Drabidns yang menganchtsg
fksianida dan potaaium sianida Laruten D r e b k i ~a h meogohidasi hemoglobin
menjadi methemoglobin clan selanjutnya den*
potasim sianida m m j d
sianomethemoglobia
D
d vena dengan antikoagulaa a s a p d
e
w pipet hemoglobin sampai tanda
20 n m Darah dimaauldcan Ire dasar tab% reaksi yang telah diiei 5 ml landan
Drabkina dun bagian d a m tabmg ditiup supaya lebih cep& tejadi drsidasi. Landrm
ini dipindahlcsn ke dalm tabtmg cwet dan dibaca pada Spebfotome4er pada pmjrmg
gelombang 540 mp. Larutno Drabkina digmakaa sebsgai bladro dao pembacaao snkala
HmOglobin (mgld) =
(ODfl') coatoh
------------------ x g Hb b
h ............................
.... (4
(ODQ baku
Anal*
kadar 8-hidroksi butirat ($-HBA). Pereskasi p-HBA
(Sigma-Diagnostics) disiapkan seauai dengan petunjuk Spddrofotometer dihidupkan
pada panjsng gelombang 360 nm dan absorbam dibaca pada titik no1 dimana air
digmakan sebagai pembacaan b l d o . Tanda label dipasaogkan pada tabuug tmtuk
pereaksi blanko, kalibrator, kontrol dm contoh seruin Lsnrtsn pereaksi f3-HBA dipipet
sebanyak 3.0 ml dan lamtan f3-hidroksi bldirat dehidrogenase (PHBDH) neb&
0,05 ml kemudian d
i
d ke dalam masing-masing tab% pada & 37" C.
Ditambabn 0,05 ml air bebas ion, kalibrator, kontrol dan contoh plasma yaog akan
dirnalisis kemudian dicmpur dengaa baik Inkubasikao setiap tabung selsma 10 menit
pada euhu 37 " C. Baca dan catat absohana (A) pada semua tabung pada panjaog
gelombang 360 mn
30 menit Pembacaan dini mssing-omsing substrat
absorbarta kemudian dikurangi deognn blauko akm didapat AA yang dipakai untuk
meoghihmg konsentmsi p-HBA Konsenlrasi f3-hidroksi buthat (P-HBA) dihilung
dengmlnmnus:
KomentreSi P-HBA (mB/dl) =AA x 104 ....................... ... ................. ( 5 )
Konsumai pakan. Konsrnnai pakan dihituag Asp hari ~ s l s m &a
a minggu
percobaan Rumput yaog diberi ditimbaog setiap kali pemberien pakaa dan pada pagi
hari sebelum pemberim pakan betilolbnya dilakukan penimbaogan sisa pakan
Kwrnrmsi pakan harian dapat diitmg deogan mencsri selisih p
deogan palcsa sisa, -s
koneunei p
h yang diberi
h rata-mtaharian dapat dihihmg
dari konsumsi pakao selsma 14 hsri dibagi 14.
Massa tubuh. Massatubuh kerban ditimbang setiap miaggu pada pagi hari
sebelum pemberim p
h dengm timbmgm yaog berlcepasitaa 1000 kg,Penhnbangan
dilakukau sebmyak t i p Mi pad. hari ke 6, 7 dan 8 M a n di&
&
K
tabmmya
mama tubuh setiap hari (AWmari) adatah kenailcen massa tub& selama 14
hati dibagi 14.
Kecernaan bahan kering pakan. Kecernaan bahan kering s e m pakan
ditentukan dengan metode koleksi total selama dua miqBgu daa sebellmmya telah
dilakukm adaptasi pakaa selama dua minggu pula Kecernaan bahan kering (KCBK)
dihihmg d e w rumus :
A-B
KCBK (Yo) = ---------- x 100 .................................................................
A
(6)
KCBK :kecemaan bahan keriog pakao
A
: konsumsi bahan kering pakan
B
:jumlah bahw keriog feses
Contoh pakao dan feees yang diambil setiap hari dan dikerbgkan dengan sinar
matahari sampai kering udara @W). Contoh pakaa dan feses digiling halw kemudian
diandisis bahan keringnya Cawan poreelin ditimbang dm dioven sampai massanya
-
konstan (3 4 jam) pada suhu 105" C. Cawan diisi coatoh pakan atau feseo sebanyak
1- 2 gram dan dicatat massanyakemudian oven cawan beserta isinyapada s u b 105' C
selama 9
- 12 jam Cawan beserta isinya didinsinkan didalam
desikator selama 30
menit dan setelah dingin ditimbaog m a s s q a Kadaor
bahan kering dihituog dengan nnrms :
WS-W
BK ( O h ) = --------
X
W
100 ................................................................
(7)
BK: lcadarbahankering
WS :massa koostsn cawan + contoh
W : massa Iconstan cawen
En&
tercena @E)
ditentultPn dengan cam meoeuraOgi total eneqi p
h (UE)
d e w total energi feaes, sedangkan energi termetabolis (ME) diteatukm dengan
m
e
d DE dengaa e n 4 urin (UE) dan energi metau (EMt).
Energi metan ditecdtukan mematlt persamaan Blaxter (1962) sebagai berikut :
EMt = 4,28 + 0,059 D ...................................................................... (8)
EMt : energi metau ( W 1 0 0 Kkal energi pakaa)
D : kecernaan energi (?4)
Energi pakan, wergi urin dm energi feses (a)
ditentukan d
w Gullenkhm bomb
calorimeter.
AnalWs protein pakan. Analisis protein Icasar pakan dilahdcan secara
d
o Kjeldabl. Contoh pakan yang alcan d i d i s i s dimaautdcsn ke dalam labu
-
Kjeldahl eebenysk 0,5 1g, kemudirn ditembshlcsa 2 butir tablet katalis dm 1 butkan
gelaa. Ke dalsm tabung ditambaMcsn 15 ml asam sulfat pekat dan d i d e d i pada
d m rendah eanlpai esapnya hilaog Desbnrksi dilanjlltkaa pada
guhol
tinggi ssnq,ai
landan jemih dm pemrnasan dilmjukan lagi selama 15 menit, tetapi dicegsh jangsa
sampai terjadi kekerhga Tabung dibilaa dan dipindahkan secarakuantitatif ke dalsm
labu ukur 50 ml. Pekerjaan dilaajukan pada h e destilasi
M
m sampai cairn
bertambah 25 ml. Cairan basil desbuksi dimaeuMran sebanyak 5 ml dm dihdabkan
10 ml Na-hidroksida 50 %, haail pmaaasao ditempuog deagan labu yang telab diisi 5
ml asm borak 2 % y m g sudah dicampw d e w indikator dsn destilasi dilsnju(lran
sampai c a b tetlampuq nebanyak 25 ml. Ujuqg kodmmo~dibilaa dan cairan yang
Csiran ymg tertampung dititrasi dengan HCl 0,l N srrnpai titik a h k titrasi
yaitu perubahan warna indilator dari biru menjadi mcrah nauda Kadar protein kasar
PK
TS
TB
:kadar protein kaclsp (%)
: tih-asi contoh (ml)
: tihnsi b l d o (ml)
C
:jumlah contoh (mg)
0,l :normalitas asam tildor
I4
:e k i d e n N (mg)
6,25 :hktor protein
Analisis protein fesea. Analisis kadar protein feses dilakdm d e q p cara
ywg mama seperti pada analisis protein pakaa.
Analism N urin. Analisis N urin dilakukan mama hagan proses analisis
protein pakaa, hanya dalam perhitungan tidak d