The Integration of Spatial Data WMS and KML Format with Google Maps in Bakosurtanal WebGIS.

ABSTRACT
DONY ARIYANTO. The Integration of Spatial Data WMS and KML Format with Google Maps
in BAKOSURTANAL WebGIS. Under direction of HARI AGUNG ADRIANTO and GATOT
PRAMONO.
The development of Geographical Information System (GIS) technology nowadays has
increased the needs of data services. The spatial data can be distributed to each institution through
a standard provision of access to spatial data such as Web Map Service (WMS) and Keyhole
Markup Language (KML). Google Maps, a service provider of maps and satellite images,
provides an easy way for WebGIS developers to create their own composition maps. Google Maps
can be integrated with spatial data, the WMS and KML format. BAKOSURTANAL have built a
data-based mapping system that connects the data with the provincial BAPPEDA. This system is
called Geografis Marine Resource Information System – Marine and Coastal Resource
Management Project (GMRIS-MCRMP). This Open Source-based systems includes application to
upload, edit and display data that is part of the spatial data catalog of BAKOSURTANAL which
is located at the Central Survey of Natural Sea (PSSDAL) and this system can be accessed on
http://pssdal.bakosurtanal.go.id. BAKOSURTANAL specifically has provided spatial data through
WMS. The aim of this research is to create a mapping system that can integrate spatial data format
WMS and KML with Google Maps, and see the difference in time required to display maps
between google maps and an old system, which displays the map using the framework
chameoleon. The results of this research show that the mapping system which is integrated with
Google Maps is able to display the spatial data layer format WMS and KML. With google maps,

mapping systems are relatively faster in displaying a map composition.
Keywords: Web Map Service, Keyhole Markup Language, Google Maps, GIS, Map.

INTEGRASI DATA SPASIAL FORMAT WMS DAN KML DENGAN
GOOGLE MAPS DALAM WEBGIS DI BAKOSURTANAL

DONY ARIYANTO

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

INTEGRASI DATA SPASIAL FORMAT WMS DAN KML DENGAN
GOOGLE MAPS DALAM WEBGIS DI BAKOSURTANAL

DONY ARIYANTO

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

INTEGRASI DATA SPASIAL FORMAT WMS DAN KML DENGAN
GOOGLE MAPS DALAM WEBGIS DI BAKOSURTANAL

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

DONY ARIYANTO
G64050639

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

ABSTRACT

DONY ARIYANTO. The Integration of Spatial Data WMS and KML Format with Google Maps
in BAKOSURTANAL WebGIS. Under direction of HARI AGUNG ADRIANTO and GATOT
PRAMONO.
The development of Geographical Information System (GIS) technology nowadays has
increased the needs of data services. The spatial data can be distributed to each institution through
a standard provision of access to spatial data such as Web Map Service (WMS) and Keyhole
Markup Language (KML). Google Maps, a service provider of maps and satellite images,
provides an easy way for WebGIS developers to create their own composition maps. Google Maps
can be integrated with spatial data, the WMS and KML format. BAKOSURTANAL have built a
data-based mapping system that connects the data with the provincial BAPPEDA. This system is
called Geografis Marine Resource Information System – Marine and Coastal Resource
Management Project (GMRIS-MCRMP). This Open Source-based systems includes application to
upload, edit and display data that is part of the spatial data catalog of BAKOSURTANAL which
is located at the Central Survey of Natural Sea (PSSDAL) and this system can be accessed on
http://pssdal.bakosurtanal.go.id. BAKOSURTANAL specifically has provided spatial data through
WMS. The aim of this research is to create a mapping system that can integrate spatial data format
WMS and KML with Google Maps, and see the difference in time required to display maps
between google maps and an old system, which displays the map using the framework
chameoleon. The results of this research show that the mapping system which is integrated with
Google Maps is able to display the spatial data layer format WMS and KML. With google maps,

mapping systems are relatively faster in displaying a map composition.
Keywords: Web Map Service, Keyhole Markup Language, Google Maps, GIS, Map.

Judul : Integrasi Data Spasial Format WMS dan KML dengan Google Maps
dalam WebGIS BAKOSURTANAL
Nama : Dony Ariyanto
NIM : G64050639

Menyetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Hari Agung Adrianto, S.Kom, M.Si
NIP 197609172005011001

Dr. Gatot Pramono
NIP 197101061989121002


Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA
NIP 196193281986011002

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 9 Januari 1987. Penulis merupakan anak bungsu
dari tiga bersaudara dari pasangan Ayah Mulyono Sutarno dan Ibu Titi Marnisari. Pada tahun 2005
penulis menyelesaikan pendidikan tingkat atas di SMAN 90 Jakarta. Di tahun yang sama, penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
dan menjadi mahasiswa TPB (Tingkat Persiapan Bersama). Pada tahun 2006, penulis diterima
sebagai mahasiswa Ilmu Komputer di Departemen Ilmu Komputer IPB setelah setahun menjalani
masa TPB.
Pada Juli sampai dengan Agustus tahun 2008, penulis melaksanakan kegiatan praktik kerja
lapangan di PT. Apexindo Pratama Duta, Tbk dengan mengerjakan pembuatan sistem pencatatan
HelpDesk Apexindo. Pada tahun 2009, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Organisasi

Komputer. Pada tahun yang sama penulis juga melaksanakan magang di BAKOSURTANAL
divisi Kelautan PSSDAL (Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut), untuk menyelesaikan
pengerjaan pengintegrasian WMS BAKOSURTANAL dengan Google Maps yang juga merupakan
Tugas Akhir penulis di Departemen Ilmu Komputer.

PRAKATA
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta‘Ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas akhir
penulis dapat terselesaikan tanpa kendala. Penulis melakukan kegiatan magang untuk
menyelesaikan tugas akhir di BAKOSURTANAL dengan bidang kajian Integrasi Web Map
Service dan Keyhole Markup Language dengan Google Maps
pada WebGIS di
BAKOSURTANAL. Maksud dan tujuan penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Komputer di Departemen Ilmu Komputer FMIPA IPB.
Penelitian dan penulisan tugas akhir ini berlangsung di bawah bimbingan Bapak Dr. Gatot
Pramono selaku pembimbing penulis di BAKOSURTANAL, yaitu tempat pengerjaan penelitian
penulis dan Bapak Hari Agung Adrianto, S.Kom, M.Si. sebagai dosen pembimbing di
Departemen Ilmu Komputer. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak
luput dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan penghargaan dan terima kasih kepada Bapak Hari Agung Adrianto, S.Kom., M.Si dan

Bapak Dr. Gatot. Pramono yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan saran dan
bimbingannya selama penelitian dan penulisan tugas akhir ini berlangsung, kepada Bapak Suseno
S.T. dan Ibu Susan S.Kom selaku staf di BAKOSURTANAL yang telah banyak membantu,
kepada Bapak Ahmad Ridha S.Kom, MS sebagai dosen penguji, kepada Ibu Rahma, Bapak Soleh
dan Bapak Efendi yang telah banyak membantu dalam proses seminar dan persidangan penulis,
serta kepada Auriza Akbar yang menjadi rekan satu tim dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, Ayah, Ibu,
Mba Pepi, Mas Anto, Mba Hesti serta Asya Adwa Hafizah yang tak kenal lelah memberikan
dukungan moril, do‟a, kasih sayang maupun materiil. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ciramudya Adha Gafawidj yang selalu memberikan dukungan mental
dan kasih sayang, kepada rekan-rekan komunitas Graderz atas waktu dan ide, kepada rekan-rekan
ilkomerz42 seperjuangan yang turut membantu baik langsung maupun tidak, kepada rekan-rekan
komunitas RC, kepada rekan-rekan komunitas pasta yang telah berbagi waktu, ide, do‟a dan rasa
kekeluargaan selama ini.
Demikian prakata ini penulis buat, semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya, amiin ya rabbal'alamin.

Bogor, Mei 2009

Dony Ariyanto


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................... v
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
Tujuan........................................................................................................................................... 2
Ruang Lingkup ............................................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Google Maps ................................................................................................................................ 2
Web Map Service (WMS) ............................................................................................................. 2
Keyhole Markup Language (KML) .............................................................................................. 2
Wikimapia .................................................................................................................................... 2
AJAX ............................................................................................................................................ 2
JavaScript Object Notation (JSON) ............................................................................................. 3
Integrasi WMS-Google Maps....................................................................................................... 3
METODE PENELITIAN
Metode Prototipe .......................................................................................................................... 3
Pendaftaran Sistem ....................................................................................................................... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Lingkungan Pengembangan ......................................................................................................... 4
Definisi Sistem Pertama ............................................................................................................... 4
Validasi Pertama........................................................................................................................... 5
Google Maps API ......................................................................................................................... 5
Arsitektur Sistem .......................................................................................................................... 5
Penggunaan JSON ........................................................................................................................ 6
Integrasi dengan KML.................................................................................................................. 6
Integrasi Inkremen Sistem ............................................................................................................ 6
Pengujian Sistem .......................................................................................................................... 7
Evaluasi Sistem ............................................................................................................................ 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................................................... 7
Saran ............................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 8
LAMPIRAN ..................................................................................................................................... 9

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Tampilan peta saat awal pemuatan. ................................................................................................ 1
2 Tampilan saat operasi zoom. .......................................................................................................... 1
3 Tampilan saat digeser. .................................................................................................................... 1
4 Struktur JSON (http://www.json.org/json-id.html). ....................................................................... 3
5 Proses pengembangan inkremental (Sommerville 2003). .............................................................. 3
6 Key yang didapatkan. ..................................................................................................................... 4
7 Uji coba OpenLayers. ..................................................................................................................... 5
8 Arsitektur sistem. ........................................................................................................................... 5
9 Ilustrasi floating layer. ................................................................................................................... 6
10 Penggunaan JSON ........................................................................................................................ 6
11 Pengujian pemuatan peta. ............................................................................................................. 7
12 Pengujian Operasi Zoom. ............................................................................................................. 7
13 GetFeatureInfo pada layer WMS. ................................................................................................ 7
14 GetFeatureInfo pada layer roadlessland. ...................................................................................... 7

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Arsitektur GMRIS-MCRMP ........................................................................................................ 10
2 Tampilan peta saat pemuatan awal ............................................................................................... 11

3 Hasil pengujian............................................................................................................................. 12

v

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring berkembangnya era teknologi
informasi serta kebutuhan data yang semakin
bertambah, Sistem Informasi Geografis (SIG)
kini dirancang sedemikian rupa agar bisa
diakses oleh seluruh pengguna di mana saja,
secara interaktif, dan tanpa harus bertemu
secara fisik antara satu pengguna dengan
pengguna
lainnya
(Prahasta
2006).
Sehubungan dengan maraknya kebutuhan
esensial ini, sudah banyak institusi yang
menyediakan data terkait, baik secara
komersial maupun non-komersial.
BAKOSURTANAL
saat
ini
telah
membangun suatu sistem pemetaan data
berbasis internet Geografis Marine Resource
information System – Marine and Coastal
Resource Management Project (GMRISMCRMP). Sistem ini menghubungkan data
spasial dengan data Bappeda tingkat provinsi.
Sistem GMRIS–MCRMP ini menggunakan
MapServer sebagai Map Engine dan
framework Chameleon. Data vektor yang
digunakan adalah shapefile, sedangkan data
rasternya berformat JPEG. Arsitektur GMRISMCRMP dapat dilihat pada Lampiran 1.
Sistem yang dibangun BAKOSURTANAL ini
mempunyai keterbatasan kecepatan tampilan
dan background citra yang tidak seamless
(tidak kontinu). Pada kasus uji yang dilakukan
di BAKOSURTANAL ditampilkan peta
administrasi
kabupaten
di
provinsi
Kalimantan Tengah dengan waktu loading
untuk menampilkan petanya sekitar 1 detik
pada saat awal (Gambar 1). Ketika dilakukan
operasi zoom, peta tampil dalam waktu sekitar
2 detik (Gambar 2). Pada saat dilakukan
operasi pergeseran koordinat, peta tampil
dengan waktu loading sekitar 2 detik dan citra
tersebut tidak seamless (Gambar 3).

Gambar 1 Tampilan peta saat awal pemuatan.

Gambar 2 Tampilan saat operasi zoom.

Gambar 3 Tampilan saat digeser.
Institusi
penyedia
data
seperti
BAKOSURTANAL
secara
khusus,
menyebarkan datanya melalui WMS (Web
Map Service). Dengan WMS, setiap pengguna
dapat mengakses data spasial yang tersebar di
berbagai server yang berbeda, seperti pada
BAKOSURTANAL
dan
kemudian
memanfaatkannya
untuk
membentuk
komposisi petanya sendiri.
Google Maps memberikan kemudahan
kepada pengembang WebGIS untuk dapat
menampilkan data spasialnya ke dalam peta
dasar Google Maps. Google Maps mampu
menampilkan data spasial berformat WMS.
Selain WMS, Google Maps juga dapat
digunakan sebagai peta dasar yang
menampilkan data spasial berformat Keyhole
Markup Language (KML). Kedua format baik
WMS maupun KML sering banyak digunakan
pengembang
webGIS
seperti
pada
BAKOSURTANAL.
Penelitian
ini
mengimplementasikan pengintegrasian data
spasial berformat WMS dan KML dengan
Google Maps. Penelitian ini merupakan
program kerja pengembangan katalog data
spasial BAKOSURTANAL di tahun 2009,
yaitu mengintegrasikannya dengan Google
Maps. Google Maps digunakan sebagai
penyaji peta dasar.

1

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1.

2.

Menggunakan Google Maps sebagai
penyaji
peta
dasar
dan
mengintegrasikannya dengan data spasial
berformat WMS dan KML.
Melihat perbedaan lamanya waktu yang
dibutuhkan
untuk
menampilkan
komposisi peta antara sistem pemetaan
yang menggunakan Google Maps dengan
sistem pemetaan yang lama menggunakan
framework Chameleon.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan
kepada pengintegrasian data spasial format
WMS dan format KML dengan Google Maps.
Data spasial WMS yang digunakan adalah
WMS dari BAKOSURTANAL, sedangkan
data spasial berformat KML didapat dari
KML yang dipublikasikan di internet. Data
WMS maupun KML diambil melalui query
JavaScript, lalu menghasilkan layer-layer,
dan selanjutnya ditampilkan di atas peta dasar
Google Maps

TINJAUAN PUSTAKA
Google Maps
Google Maps memberikan sebuah jasa
peta globe virtual gratis dan online dengan
menyediakan peta dan gambar satelit yang
dapat diintegrasikan di dalam sistem yang
sebelumnya telah terdaftar. Google Maps
mengijinkan pengguna untuk mengubah atau
menambah fitur yang disediakan sehingga
dapat mempermudah pengguna untuk
memvisualisasikan data spasial yang ada
(Pimpler 2009).
Web Map Service (WMS)
Peta yang bereferensi geografis dihasilkan
dari sebuah web map service. Peta ini
biasanya disajikan dalam format gambar
seperti PNG, GIF, JPEG, SVG atau
WebCGM. Pada penelitian ini digunakan
format PNG karena format ini transparan
terhadap gambar latar belakangnya, dan
kompresinya lebih baik daripada GIF. Tiga
keunggulan format PNG adalah format ini
memiliki
alpha
channel
(variabel
transparansi), kontrol kecerahan gambar, dan
dua dimensi interlacing (Dubost 2004). WMS
memiliki tiga buah operasi WMS pada saat
tahap implementasi (OGC-WMS 01-047r2).

GetCapabilities
berisikan deskripsi informasi yang dimiliki
WMS dan parameter permintaan yang
dapat diterima.
GetMap
mendapatkan peta dengan parameter
dimensi dan geospatial yang telah
didefinisikan dengan jelas.
GetFeatureInfo
meminta informasi mengenai fitur tertentu
yang ditampilkan pada peta.
Keyhole Markup Language (KML)
KML adalah XML yang berfokus pada
visualisasi geografis, termasuk anotasi peta
dan citra. Visualisasi geografisnya mencakup
tidak hanya penyajian data grafik di peta
dunia tetapi juga dalam hal navigasi kendali
dalam
mengarahkan
pengguna
saat
penggunaan peta (OGC-KML 07-147r2).
KML mempunyai suatu set struktur berupa
tempat, foto, polygon, model 3D, teks
keterangan, dan lain-lain untuk ditampilkan di
dalam Google Earth, Google Maps, dan
Mobile. Setiap tempat memiliki bujur dan
lintang. Dari data XML inilah dapat dipetakan
ke dalam Google Maps menjadi sebuah layer
KML.
Wikimapia
Wikimapia adalah sumber peta online yang
mengkombinasikan antara Google Maps
dengan
sistem
Wiki.
Wikimapia
memungkinkan
pengguna
untuk
menambahkan informasi (dalam bentuk
catatan) pada lokasi manapun di bumi.
Wikimapia mempunyai data KML yang dapat
diintegrasikan ke dalam sistem pemetaan yang
memakai
Google
Maps
(http://wikimapiablog.blogspot.com/).
AJAX
Poin penting dari aplikasi pemetaan
menggunakan Google Maps API adalah
AJAX. AJAX bukanlah merupakan sebuah
bahasa pemrograman, melainkan sebuah
teknik yang menerapkan beberapa varietas
teknologi, seperti DOM, DHTML, JavaScript,
dan XML. AJAX membuat aplikasi pemetaan
dengan Google Maps lebih atraktif dan
interaktif dengan pengguna. Penggunaan
AJAX pada aplikasi pemetaan ini memberikan
respon yang cepat terhadap aksi yang
dilakukan pengguna terhadap server karena
AJAX memiliki engine yang menengahi

2

interaksi pengguna dengan server (James
2005).

operasi permintaan WMS dengan salah
satu tipe peta dasar Google Maps. Layer
hasil query tersebut tidak overlay
terhadap tipe peta dasar lainnya, kecuali
teknik ini dilakukan terhadap semua jenis
peta dasar Google Maps.

JavaScript Object Notation (JSON)
JSON memiliki struktur dengan data
nesting element, seperti layaknya XML.
Penggunaan JSON selain memudahkan
pengembang untuk membaca dan menulis,
juga dapat memudahkan komputer dalam
memparsing sebuah data. Struktur JSON
dapat dilihat pada Gambar 4. Penggunaan
JSON pada pemetaan ini untuk mewakili data
yang tersimpan hasil permintaan pengguna.

2.

Floating Layer. Layer hasil query dari
operasi WMS dijadikan overlay terhadap
semua jenis peta dasar Google Maps.
Semua layer dari WMS berada pada layer
penampung di atas peta dasar Google
Maps. Jadi ketika diubah jenis peta
dasarnya, maka layer tersebut tetap
menumpuk terhadap peta dasarnya.

METODE PENELITIAN
Metode Prototipe
Gambar 4 Struktur JSON (Shin 2007).
Integrasi WMS-Google Maps
WMS menyajikan data spasial peta atau
citra, yang akan menjadi layer saat visualisasi
di browser.
Dengan melakukan request
GetMap (salah satu operasi WMS), akan
dihasilkan tampilan peta berupa layer yang
melapisi (overlay) peta dasar Google Maps.
Google Maps memberikan kemudahan untuk
menampilkan layer yang diminta pengguna ke
dalam peta. Ada dua teknik pengintegrasian
layer WMS ke dalam peta Google Maps
(Guda 2008), yaitu:
1.

Base Layer. Teknik ini dilakukan dengan
menggabungkan layer yang didapat dari

Definisi Sistem

Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
pengembangan
prototipe. Pada metode prototipe yang
digunakan adalah pengembangan inkremental.
Pengembangan inkremental dibagi menjadi
beberapa tahap, yaitu (1) Definisi sistem, (2)
Desain arsitektur sistem, (3) Pembuatan
inkremen sistem, (4) Validasi inkremen, (5)
Integrasi inkremen, (6) Validasi sistem, (7)
Penyerahan
Sistem.
Pengembangan
incremental menghindari beberapa masalah
perubahan konstan. Arsitektur sistem yang
menyeluruh ditentukan pada awal proses
untuk berfungsi sebagai kerangka kerja.
Proses pengembangan inkremental tersebut
dapat
dilihat
pada
Gambar
5.

TIDAK

Desain
Arsitektur
Sistem

Spesifisik
Inkremen
Sistem

Disetujui?

YA

Buat
Inkremen
Sistem

Validasi
Inkremen

TIDAK
Serahkan
Sistem Akhir

YA

Sistem
Lengkap?

Validasi Sistem

Integrasi
Inkremen

Gambar 5 Proses pengembangan inkremental (Sommerville 2003).

3

Pada tahap spesifikasi inkremen sistem
disetujui, tahapan inkremen selanjutnya
dilakukan. Jika tidak memenuhi permintaan
pengguna, maka sistem didefinisikan dari
awal, hingga mempunyai desain arsitektur dan
spesifik yang memenuhi.
Pendaftaran Sistem
Sebelum dapat menampilkan suatu peta
pada browser, dilakukan pendaftaran untuk
mendapatkan Google API key. Dengan
mendaftarkan direktori utama, maka dapat
ditampilkan peta di seluruh situs tersebut, baik
pada direktori utama maupun pada subdirektori. Alamat yang didaftarkan yaitu
http://pssdal.bakosurtanal.go.id.
Setelah melakukan pendaftaran didapatkan
key beserta template kode program yang
diberikan oleh Google Maps API yang
selanjutnya bisa dimodifikasi. Secara default
Google Maps menyediakan key yang dapat
digunakan seperti terlihat pada Gambar 6.

ML2Xt3QKw1QsUdDq78g”. Penampilan peta
dimulai dengan syarat browser yang
digunakan oleh pengguna kompatibel. Google
Maps akan menampilkan peta dengan titik
tengah peta menunjuk ke koordinat posisi
longitude dan latitude serta memiliki zoom
level berkisar dari 1 sampai 16. Terdapat tiga
buah tampilan peta yang dapat dipilih yaitu
map, satellite dan hybrid.
Operasi WMS yang diterapkan pada
penelitian ini adalah GetCapabilities, yang
berisikan deskripsi informasi yang dimiliki
WMS dan parameter yang dapat diterima dan
operasi GetMap untuk mendapatkan peta yang
didefinisikan dengan jelas. Satu operasi
tambahan
yang
diperlukan
adalah
GetFeatureInfo yang meminta informasi
mengenai fitur tertentu yang ditampilkan pada
peta saat dilakukan klik area peta. Setelah
integrasi dengan WMS berhasil, dilakukan
integrasi dengan KML.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Lingkungan Pengembangan
Lingkungan pengembangan sistem ini
pada sisi perangkat keras menggunakan:
1.

Pentium Core 2 Duo 2.0

2.

RAM 2 GB

Pada
sisi
perangkat
lunaknya
pengembangan sistem ini menggunakan:
Gambar 6 Key yang didapatkan.
Beberapa persyaratan penting yang harus
dipenuhi ketika mendaftarkan situs ke Google
adalah:
1. Tidak ada batasan pada jumlah tampilan
halaman yang memakai Maps API. Namun
jika menggunakan 500.000 tampilan
halaman
per
hari,
diharapkan
menghubungi Google Maps Official untuk
mendapatkan tambahan kapasitas.
2. Mempunyai
batasan
pada
permintaan Geocode per hari.

jumlah

3. Maps API tidak termasuk iklan.
4. Harus dapat diakses secara bebas.
5. Tidak boleh mengganti logo atau atribut
peta Google.
Template yang disediakan oleh Google
Maps tersebut dapat diubah sesuai dengan
keinginan. Key yang didapat adalah
“ABQIAAAAbUZP9JF5NRWZ52aveQc1XRSa
on_P9ZMIQjrevEvGh19yVJuHxBStnNjQmOP

1.

Editor Notepad ++

2.

Browser Mozilla Firefox versi 3.0.11

3.

Sistem Operasi Windows XP SP2

Pada sisi lainnya spesifikasi WMS dan
KML yang dapat diintegrasikan adalah:
1.

WMS versi 1.1.1

2.

KML versi 2.0

Definisi Sistem Pertama
Pada awalnya, pengembangan sistem ini
menggunakan
bantuan
framework
OpenLayers.
Pemakaian
OpenLayers
menyebabkan pemunculan peta Google Maps
dan WMS dikendalikan oleh OpenLayers.
Definisi pertama ini ditolak oleh pengguna
karena saat dilakukan uji lamanya waktu
menampilkan, sistem yang menggunakan
OpenLayers ini membutuhkan waktu rata-rata
sekitar 5.24 detik. Hal ini disebabkan karena
framework OpenLayers memanggil dua kali

4

kode
script,
yaitu
ke
WMS
BAKOSURTANAL dan ke server Google.
HTML WITH
JAVASCRIPT

`
CLIENT

KML
OVERLAY

OVERLAY
WMS
Google Maps

Gambar 7 Uji coba OpenLayers.

Gambar 8 Arsitektur sistem.

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa untuk
menampilkan komposisi petanya, OpenLayers
membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan tanpa pemakaian
OpenLayers. Oleh karena itu, pengembangan
selanjutnya memakai JavaScript Google Maps
API.

Selain mengintegrasikan data spasial
berformat WMS, sistem ini juga dapat
mengintegrasikan dengan data spasial
berformat KML. Semua KML versi 2.0 yang
terdapat pada berbagai situs, dapat
ditampilkan di sistem ini. Integrasi kedua jenis
layer tersebut ditampilkan ke dalam browser
yang kompatibel terhadap kode-kode Google.

Validasi Pertama

Spesifikasi Inkremen Sistem

Pengajuan
sistem
menggunakan
OpenLayers ini ditolak oleh pengguna.
Pengguna tersebut adalah Dr. Gatot Pramono,
yang merupakan pengembang sistem GMRISMCRMP. Dengan tidak validnya sistem ini
sesuai dengan keinginan pengguna, maka
spesifikasi tersebut diulang dari tahap awal,
dengan tidak menggunakan OpenLayers.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
penelitian ini menggunakan kode program
JavaScript yang telah dibuat John Deck,
University California Berkeley. Penggunaan
kode program ini mempunyai keterbatasan
pada spesifikasi WMS yang digunakan.
Keterbatasan tersebut adalah layanan WMS
yang dipakai merupakan WMS dengan versi
1.1.1. Dengan demikian jika menggunakan
WMS yang berbeda versinya, maka layer
tersebut tidak akan muncul atau saat
dilakukan klik peta, tidak akan dilakukan
operasi GetFeatureInfo. Operasi WMS yang
diterapkan pada penelitian ini adalah GetMap,
GetCapabilities, dan GetFeatureInfo. GetMap
digunakan untuk mendapatkan peta WMS
yang berupa layer untuk ditampilkan di atas
peta Google Maps. Parameter yang diperlukan
untuk mendapatkan petanya adalah alamat
WMS, nama layer yang ingin ditampilkan
serta format layer tersebut. GetCapabilities
didapat dengan cara memasukkan alamat URL
WMS, menghasilkan sebuah link, yang akan
melakukan pengunduhan sebuah berkas XML
yang isinya informasi-informasi WMS
tersebut. Operasi tambahan lainnya yang
digunakan pada penelitian ini adalah
GetFeatureInfo. Operasi ini akan dijalankan
ketika pengguna melakukan klik pada peta,
menghasilkan informasi yang terdapat pada
layer yang diklik tersebut. Operasi ini
menggunakan kode program yang dibuat oleh
Lance Dyas, pengembang Google Maps.

Google Maps API
Pendefinisan sistem yang ke dua
meninggalkan pemakaian OpenLayers dan
menggunakan secara penuh pemrogaman
Google Maps API. Dengan pemakaian kodekode yang diberikan Google Maps API ini,
peta Google Map dapat diintegrasikan dengan
format WMS maupun KML. Pada tahap ini,
integrasi WMS dengan Google Maps
menggunakan kode program JavaScript yang
telah dikembangkan John Deck, Universitas
California Berkeley. Penggunaan definisi
sistem ini, menghasilkan rancangan arsitektur
sistem, dan spesifikasi sistem yang lebih rinci.
Arsitektur Sistem
Arsitektur yang terbentuk terlihat seperti
pada Gambar 8. Untuk penyajian petanya,
sistem ini menggunakan Google Maps sebagai
peta dasar dari semua layer. Data spasial
berformat WMS nantinya akan diintegrasikan
dengan menjadi sebuah layer yang menumpuk
di atas peta dasar Google Maps.

5

Validasi Inkremen
Setelah
pendefinisian
ulang
serta
spesifikasi tersebut disepakati, dilakukan
pengujian spesifikasi inkremen. Pengujian ini
dilakukan dengan membuat sistem menjadi
statis, yaitu terlebih dahulu parameterparameternya didefinisikan. Setelah validnya
hasil inkremen ini, dilakukan tahap
pengembangan lebih lanjut.
Proses Floating Layer

`

KML

BROWSER
BASE MAP

OBJECT
LAYER

GOOGLE

Pada penelitian ini digunakan teknik yang
ke dua, yakni layer WMS dijadikan floating
layer atau tetap berada di atas dari semua jenis
peta dasar Google Maps. Pada Gambar 9
dapat dilihat proses floating layer. Setelah
permintaan pengguna tereksekusi, layer
tersebut akan terlihat pada peta menjadi
tumpukan layer dengan peta dasar Google
Maps selalu menempati urutan terbawah.
Tipe Peta
Google
Maps

Hybrid
Objek
layer
sattelite

`

FLOATING
LAYER

BROWSER
terrain

WMS

Map

GOOGLE

Gambar 9 Ilustrasi floating layer.
Penggunaan JSON
JSON
digunakan
sebagai
objek
penampung layer yang telah diciptakan.
Implementasi layer penampung hasil query
ditempatkan pada sebuah objek. Objek inilah
yang merupakan bentuk dari JSON tersebut.
Urutan penumpukan di floating layer
tergantung pada urutan pemanggilan layer
yang tercipta di JSON. Struktur JSON dapat
dilihat pada Gambar 10.
Pada penelitian ini dibuat sebuah objek
bernama „layer‟ yang menampung objekobjek dari hasil query operasi WMS maupun
integrasi KML. Penggunaan objek ini mampu
mempercepat pemanggilan sebuah layer yang
tercipta.
Dengan
begitu,
JSON
ini
meningkatkan kinerja AJAX pada proses
pengiriman datanya ke server Google untuk
pemunculan layer.

WMS

Gambar 10 Penggunaan JSON.
Integrasi dengan KML
Banyak institusi atau organisasi yang
memiliki berkas KML yang disebarluaskan
secara umum. KML ini merupakan teknik
yang sangat sederhana untuk menampilkan
data di dalam Google Maps sebagai
GOverlay.
KML ini dibangun dengan membuat
sebuah objek GeoXML (Google Server
Upload). Objek tersebut digunakan untuk
menspesifikasikan sebuah alamat menuju
akses KML atau GeoRSS yang telah
dipublikasi. Dengan menggunakan script yang
ada di Google Maps, maka dari alamat
tersebut akan tercipta sebuah layer yang akan
menimpa peta dasar Google Maps sebagai
overlay layer. Seperti halnya integrasi dengan
WMS, layer yang dihasilkan ini menjadi
overlay layer. Salah satu contoh KML adalah
wikimapia. Wikimapia merupakan situs
pencarian peta berupa nama-nama daerah
yang telah ditandai oleh pengguna wikimapia.
Wikimapia mempunyai data spasial berformat
KML
yang
dapat
diakses
di
http://wikimapia.org/ge.kml. KML tersebut
berisi data nama-nama daerah yang telah
ditandai pada peta Google Maps.
Integrasi Inkremen Sistem
Setelah semua spesifikasi inkremen telah
divalidasi, dan hasilnya diterima, maka
spesifikasi inkremen tersebut digabung
menjadi
satu
kesatuan.
Perancangan
antarmuka
dilakukan
sesuai
dengan
permintaan pengguna. Di samping kanan
terlihat menu overlay layer hasil integrasi
WMS ataupun KML. Menu overlay ini
berisikan layer-layer pada satu daerah yang
terpilih saat dilakukan query. Secara default,
tema yang terpilih langsung ditampilkan di
dalam peta Google Maps. Tampilan peta dapat
dilihat pada Lampiran 2.

6

Pengujian Sistem
Pengujian dilakukan untuk melihat
perbedaan lamanya waktu yang dibutuhkan
memuat peta dari Google Maps maupun
pemetaan
lama
yang
menggunakan
Chameleon. Pengujian dilakukan pada 22 Juni
2009 di BAKOSURTANAL sekitar pukul
10.36 WIB. Skenario pengujian yaitu dengan
menampilkan layer bertema Batimetri
provinsi Kalimantan Timur.
Setelah
ditampilkan layer, pengujian ke dua yaitu
menghitung lamanya waktu untuk operasi
zoom. Hasil pengujian sistem dapat dilihat
pada Gambar 11 dan Gambar 12.

menampilkan informasi secara detail, seperti
pada Gambar 13. Lain halnya pengujian
terhadap
alamat
WMS
http://thewildwoodstudios.com/cgibin/mapserv?map=../roadlessland/maps/ira.ma
p&, akan menampilkan informasi layer secara
rinci seperti pada Gambar 14. Hal ini
dikarenakan struktur WMS Bakosurtanal
berbeda dengan struktur WMS pada umumnya
sehingga operasi GetFeaturInfo saat dilakukan
tidak mengeluarkan keluaran informasi layer.

Gambar 13 GetFeatureInfo pada layer WMS.
Gambar 11 Pengujian pemuatan peta.

Gambar 12 Pengujian Operasi Zoom.
Dari Gambar 11 dan Gambar 12, dapat
dilihat bahwa penggunaan Google Maps
sebagai penyaji peta dasar sangat membantu
dalam mengurangi lamanya pemunculan layer
tema ke dalam sistem pemetaan yang dibuat.
Hasil berupa tabel dapat dilihat pada
Lampiran.
Evaluasi Sistem
Evaluasi dilakukan di BAKOSURTANAL
di hadapan pengguna Ibu Suzan N. Gill,
S.Kom, Bapak Dr. Gatot Pramono, Bapak
Suseno, S.T, dan Ibu Ati Rahadiyati, M.Sc.
Pada tahap ini dilakukan simulasi percobaan
pada sistem. Sistem pemetaan telah berhasil
mengintegrasikan serta menampilkan layer
hasil query operasi WMS. Pengintegrasian
dengan KML juga berhasil menampilkan
layer. Namun, ketika operasi GetFeatureInfo
dijalankan (saat klik layer WMS), WMS tidak

Gambar 14 GetFeatureInfo pada layer
roadlessland.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan Google Maps sebagai peta
dasar, membuat tampilan data citra satelit
menjadi
lebih
halus
dan
seamless.
Penggunaan
Google
Maps
membuat
manajemen data pada sistem yang dibuat lebih
efisien karena Google Maps sudah
menyediakan layanan citra satelit yang
mampu mengintegrasikan data spasial yang
dimiliki
BAKOSURTANAL.
Jadi,
BAKOSURTANAL tidak memerlukan data
citra satelit seperti pada sistem pemetaan
sebelumnya. Kecepatan
menampilkan
komposisi peta menggunakan Google Maps
rata-rata lebih cepat dibandingkan sistem

7

pemetaan sebelumnya yang menggunakan
framework Chameleon.
Saran
Penelitian ini sudah diintegrasikan dengan
sistem yang telah ada. Hasil pengintegrasian
ini
dapat
dilihat
pada
http://pssdal.bakosurtanal.go.id, yaitu pada
katalog data spasial BAKOSURTANAL.
Ketika diintegrasikan dengan sistem tersebut,
ternyata ada beberapa WMS dari beberapa
tema yang tidak muncul dan query
GetFeatureInfo
tidak
mengembalikan
informasi yang diminta. Hal ini dikarenakan
format WMS yang digunakan tidak mengikuti
standar OGC-WMS. Saran dari penelitian ini
adalah memperbaiki format WMS yang ada
dengan mengikuti standar dari OGC-WMS.

Sayar, A. 2005. Architecture of the
Integration of Google and OGC WMS
Web services. Computer Science
Department. Indiana University.
Shin, S. 2007. Introduction To JSON. Java
Technology
Architect:
Sun
Microsystem, Inc.
Sommerville, I. 2003. Software Engineering.
Ed ke-6. United Kingdom. AddisonWesley Publisher Limitied.

DAFTAR PUSTAKA
[OGC] (Open Geospatial Consortium, Inc).
2005. Web Map Service Implementation
Specification, 01-047r2.
[OGC] (Open Geospatial Consortium, Inc).
2007. KML, 07-147r2.
Dubost, K. 2003. Drafft-Gift or PNG. W3C :
http://www.w3.org/QA/Tips/png-gif
Eric, P. 2009. Mashup Mania With Google
Maps. Geospatial Training services,
LLC.
Goodman, D. 2004. Javascript Bible. Ed ke-5.
Google Maps API Developer. 2008.
[http://googlemapsapi.blogspot.com].
Guda, N. 2008. Publishing Large Datasets on
Google
Maps.
[http://roadlessland.org/notes/index.html
]
Gunther, GL. 2008. Introduction to the
Google Maps API. USGS GIS
Workshop 2008.
Jesse J. 2005. Ajax: A new Approach to Web
Applications,
from
(http://adaptivepath.com/publications/es
says/archives/000385.php)
O‟Reilly. 2006. HTML & XHTML Quick
reference. Ed ke-6. O‟Reilly Media, Inc.
Prahasta, E. 2007. Membangun Aplikasi Webbased
GIS
dengan
MapServer.
Informatika. Bandung 2006.

8

LAMPIRAN

9

Lampiran 1Arsitektur GMRIS-MCRMP

DATA
VEKTOR

MAPSERVER

Chameleon

BROWSER

DATA
RASTER

DATA

MEDIA

10

Lampiran 2 Tampilan peta saat pemuatan awal

11

Lampiran 3 Hasil pengujian
percobaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
rata-rata

pemuatan awal

zoom

Chameleon
7.7

Google Maps
2.43

Chameleon
7.42

Google Maps
2.09

8.62

3.1

6.6

3.42

15.78

2.5

7

2

8.42

2.34

6.64

1.35

8

2.06

7.32

1

7.6

3.7

6.31

1.75

8.32

5

7.15

2.5

8.6

3

7.29

2.5

10.31

6.45

7.43

1.57

11.28

4.26

6.78

1.81

8.84

3.14

7.46

1.51

10

3

7.87

1

10

4.51

7.35

1.31

10

4.12

7.56

1

10

4.64

7.31

1

10

3.67

10.7

1.31

8.68

2.92

8.79

1.4

9.46

3.28

7.34

1.56

9

2.54

9.2

1.32

8.62

3.93

8

1.34

9.507

3.890

7.576

1.637

12

LAMPIRAN

9

Lampiran 1Arsitektur GMRIS-MCRMP

DATA
VEKTOR

MAPSERVER

Chameleon

BROWSER

DATA
RASTER

DATA

MEDIA

10

Lampiran 2 Tampilan peta saat pemuatan awal

11

Lampiran 3 Hasil pengujian
percobaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
rata-rata

pemuatan awal

zoom

Chameleon
7.7

Google Maps
2.43

Chameleon
7.42

Google Maps
2.09

8.62

3.1

6.6

3.42

15.78

2.5

7

2

8.42

2.34

6.64

1.35

8

2.06

7.32

1

7.6

3.7

6.31

1.75

8.32

5

7.15

2.5

8.6

3

7.29

2.5

10.31

6.45

7.43

1.57

11.28

4.26

6.78

1.81

8.84

3.14

7.46

1.51

10

3

7.87

1

10

4.51

7.35

1.31

10

4.12

7.56

1

10

4.64

7.31

1

10

3.67

10.7

1.31

8.68

2.92

8.79

1.4

9.46

3.28

7.34

1.56

9

2.54

9.2

1.32

8.62

3.93

8

1.34

9.507

3.890

7.576

1.637

12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring berkembangnya era teknologi
informasi serta kebutuhan data yang semakin
bertambah, Sistem Informasi Geografis (SIG)
kini dirancang sedemikian rupa agar bisa
diakses oleh seluruh pengguna di mana saja,
secara interaktif, dan tanpa harus bertemu
secara fisik antara satu pengguna dengan
pengguna
lainnya
(Prahasta
2006).
Sehubungan dengan maraknya kebutuhan
esensial ini, sudah banyak institusi yang
menyediakan data terkait, baik secara
komersial maupun non-komersial.
BAKOSURTANAL
saat
ini
telah
membangun suatu sistem pemetaan data
berbasis internet Geografis Marine Resource
information System – Marine and Coastal
Resource Management Project (GMRISMCRMP). Sistem ini menghubungkan data
spasial dengan data Bappeda tingkat provinsi.
Sistem GMRIS–MCRMP ini menggunakan
MapServer sebagai Map Engine dan
framework Chameleon. Data vektor yang
digunakan adalah shapefile, sedangkan data
rasternya berformat JPEG. Arsitektur GMRISMCRMP dapat dilihat pada Lampiran 1.
Sistem yang dibangun BAKOSURTANAL ini
mempunyai keterbatasan kecepatan tampilan
dan background citra yang tidak seamless
(tidak kontinu). Pada kasus uji yang dilakukan
di BAKOSURTANAL ditampilkan peta
administrasi
kabupaten
di
provinsi
Kalimantan Tengah dengan waktu loading
untuk menampilkan petanya sekitar 1 detik
pada saat awal (Gambar 1). Ketika dilakukan
operasi zoom, peta tampil dalam waktu sekitar
2 detik (Gambar 2). Pada saat dilakukan
operasi pergeseran koordinat, peta tampil
dengan waktu loading sekitar 2 detik dan citra
tersebut tidak seamless (Gambar 3).

Gambar 1 Tampilan peta saat awal pemuatan.

Gambar 2 Tampilan saat operasi zoom.

Gambar 3 Tampilan saat digeser.
Institusi
penyedia
data
seperti
BAKOSURTANAL
secara
khusus,
menyebarkan datanya melalui WMS (Web
Map Service). Dengan WMS, setiap pengguna
dapat mengakses data spasial yang tersebar di
berbagai server yang berbeda, seperti pada
BAKOSURTANAL
dan
kemudian
memanfaatkannya
untuk
membentuk
komposisi petanya sendiri.
Google Maps memberikan kemudahan
kepada pengembang WebGIS untuk dapat
menampilkan data spasialnya ke dalam peta
dasar Google Maps. Google Maps mampu
menampilkan data spasial berformat WMS.
Selain WMS, Google Maps juga dapat
digunakan sebagai peta dasar yang
menampilkan data spasial berformat Keyhole
Markup Language (KML). Kedua format baik
WMS maupun KML sering banyak digunakan
pengembang
webGIS
seperti
pada
BAKOSURTANAL.
Penelitian
ini
mengimplementasikan pengintegrasian data
spasial berformat WMS dan KML dengan
Google Maps. Penelitian ini merupakan
program kerja pengembangan katalog data
spasial BAKOSURTANAL di tahun 2009,
yaitu mengintegrasikannya dengan Google
Maps. Google Maps digunakan sebagai
penyaji peta dasar.

1

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1.

2.

Menggunakan Google Maps sebagai
penyaji
peta
dasar
dan
mengintegrasikannya dengan data spasial
berformat WMS dan KML.
Melihat perbedaan lamanya waktu yang
dibutuhkan
untuk
menampilkan
komposisi peta antara sistem pemetaan
yang menggunakan Google Maps dengan
sistem pemetaan yang lama menggunakan
framework Chameleon.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan
kepada pengintegrasian data spasial format
WMS dan format KML dengan Google Maps.
Data spasial WMS yang digunakan adalah
WMS dari BAKOSURTANAL, sedangkan
data spasial berformat KML didapat dari
KML yang dipublikasikan di internet. Data
WMS maupun KML diambil melalui query
JavaScript, lalu menghasilkan layer-layer,
dan selanjutnya ditampilkan di atas peta dasar
Google Maps

TINJAUAN PUSTAKA
Google Maps
Google Maps memberikan sebuah jasa
peta globe virtual gratis dan online dengan
menyediakan peta dan gambar satelit yang
dapat diintegrasikan di dalam sistem yang
sebelumnya telah terdaftar. Google Maps
mengijinkan pengguna untuk mengubah atau
menambah fitur yang disediakan sehingga
dapat mempermudah pengguna untuk
memvisualisasikan data spasial yang ada
(Pimpler 2009).
Web Map Service (WMS)
Peta yang bereferensi geografis dihasilkan
dari sebuah web map service. Peta ini
biasanya disajikan dalam format gambar
seperti PNG, GIF, JPEG, SVG atau
WebCGM. Pada penelitian ini digunakan
format PNG karena format ini transparan
terhadap gambar latar belakangnya, dan
kompresinya lebih baik daripada GIF. Tiga
keunggulan format PNG adalah format ini
memiliki
alpha
channel
(variabel
transparansi), kontrol kecerahan gambar, dan
dua dimensi interlacing (Dubost 2004). WMS
memiliki tiga buah operasi WMS pada saat
tahap implementasi (OGC-WMS 01-047r2).

GetCapabilities
berisikan deskripsi informasi yang dimiliki
WMS dan parameter permintaan yang
dapat diterima.
GetMap
mendapatkan peta dengan parameter
dimensi dan geospatial yang telah
didefinisikan dengan jelas.
GetFeatureInfo
meminta informasi mengenai fitur tertentu
yang ditampilkan pada peta.
Keyhole Markup Language (KML)
KML adalah XML yang berfokus pada
visualisasi geografis, termasuk anotasi peta
dan citra. Visualisasi geografisnya mencakup
tidak hanya penyajian data grafik di peta
dunia tetapi juga dalam hal navigasi kendali
dalam
mengarahkan
pengguna
saat
penggunaan peta (OGC-KML 07-147r2).
KML mempunyai suatu set struktur berupa
tempat, foto, polygon, model 3D, teks
keterangan, dan lain-lain untuk ditampilkan di
dalam Google Earth, Google Maps, dan
Mobile. Setiap tempat memiliki bujur dan
lintang. Dari data XML inilah dapat dipetakan
ke dalam Google Maps menjadi sebuah layer
KML.
Wikimapia
Wikimapia adalah sumber peta online yang
mengkombinasikan antara Google Maps
dengan
sistem
Wiki.
Wikimapia
memungkinkan
pengguna
untuk
menambahkan informasi (dalam bentuk
catatan) pada lokasi manapun di bumi.
Wikimapia mempunyai data KML yang dapat
diintegrasikan ke dalam sistem pemetaan yang
memakai
Google
Maps
(http://wikimapiablog.blogspot.com/).
AJAX
Poin penting dari aplikasi pemetaan
menggunakan Google Maps API adalah
AJAX. AJAX bukanlah merupakan sebuah
bahasa pemrograman, melainkan sebuah
teknik yang menerapkan beberapa varietas
teknologi, seperti DOM, DHTML, JavaScript,
dan XML. AJAX membuat aplikasi pemetaan
dengan Google Maps lebih atraktif dan
interaktif dengan pengguna. Penggunaan
AJAX pada aplikasi pemetaan ini memberikan
respon yang cepat terhadap aksi yang
dilakukan pengguna terhadap server karena
AJAX memiliki engine yang menengahi

2

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1.

2.

Menggunakan Google Maps sebagai
penyaji
peta
dasar
dan
mengintegrasikannya dengan data spasial
berformat WMS dan KML.
Melihat perbedaan lamanya waktu yang
dibutuhkan
untuk
menampilkan
komposisi peta antara sistem pemetaan
yang menggunakan Google Maps dengan
sistem pemetaan yang lama menggunakan
framework Chameleon.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan
kepada pengintegrasian data spasial format
WMS dan format KML dengan Google Maps.
Data spasial WMS yang digunakan adalah
WMS dari BAKOSURTANAL, sedangkan
data spasial berformat KML didapat dari
KML yang dipublikasikan di internet. Data
WMS maupun KML diambil melalui query
JavaScript, lalu menghasilkan layer-layer,
dan selanjutnya ditampilkan di atas peta dasar
Google Maps

TINJAUAN PUSTAKA
Google Maps
Google Maps memberikan sebuah jasa
peta globe virtual gratis dan online dengan
menyediakan peta dan gambar satelit yang
dapat diintegrasikan di dalam sistem yang
sebelumnya telah terdaftar. Google Maps
mengijinkan pengguna untuk mengubah atau
menambah fitur yang disediakan sehingga
dapat mempermudah pengguna untuk
memvisualisasikan data spasial yang ada
(Pimpler 2009).
Web Map Service (WMS)
Peta yang bereferensi geografis dihasilkan
dari sebuah web map service. Peta ini
biasanya disajikan dalam format gambar
seperti PNG, GIF, JPEG, SVG atau
WebCGM. Pada penelitian ini digunakan
format PNG karena format ini transparan
terhadap gambar latar belakangnya, dan
kompresinya lebih baik daripada GIF. Tiga
keunggulan format PNG adalah format ini
memiliki
alpha
channel
(variabel
transparansi), kontrol kecerahan gambar, dan
dua dimensi interlacing (Dubost 2004). WMS
memiliki tiga buah operasi WMS pada saat
tahap implementasi (OGC-WMS 01-047r2).

GetCapabilities
berisikan deskripsi informasi yang dimiliki
WMS dan parameter permintaan yang
dapat diterima.
GetMap
mendapatkan peta dengan parameter
dimensi dan geospatial yang telah
didefinisikan dengan jelas.
GetFeatureInfo
meminta informasi mengenai fitur tertentu
yang ditampilkan pada peta.
Keyhole Markup Language (KML)
KML adalah XML yang berfokus pada
visualisasi geografis, termasuk anotasi peta
dan citra. Visualisasi geografisnya mencakup
tidak hanya penyajian data grafik di peta
dunia tetapi juga dalam hal navigasi kendali
dalam
mengarahkan
pengguna
saat
penggunaan peta (OGC-KML 07-147r2).
KML mempunyai suatu set struktur berupa
tempat, foto, polygon, model 3D, teks
keterangan, dan lain-lain untuk ditampilkan di
dalam Google Earth, Google Maps, dan
Mobile. Setiap tempat memiliki bujur dan
lintang. Dari data XML inilah dapat dipetakan
ke dalam Google Maps menjadi sebuah layer
KML.
Wikimapia
Wikimapia adalah sumber peta online yang
mengkombinasikan antara Google Maps
dengan
sistem
Wiki.
Wikimapia
memungkinkan
pengguna
untuk
menambahkan informasi (dalam bentuk
catatan) pada lokasi manapun di bumi.
Wikimapia mempunyai data KML yang dapat
diintegrasikan ke dalam sistem pemetaan yang
memakai
Google
Maps
(http://wikimapiablog.blogspot.com/).
AJAX
Poin penting dari aplikasi pemetaan
menggunakan Google Maps API adalah
AJAX. AJAX bukanlah merupakan sebuah
bahasa pemrograman, melainkan sebuah
teknik yang menerapkan beberapa varietas
teknologi, seperti DOM, DHTML, JavaScript,
dan XML. AJAX membuat aplikasi pemetaan
dengan Google Maps lebih atraktif dan
interaktif dengan pengguna. Penggunaan
AJAX pada aplikasi pemetaan ini memberikan
respon yang cepat terhadap aksi yang
dilakukan pengguna terhadap server karena
AJAX memiliki engine yang menengahi

2

interaksi pengguna dengan server (James
2005).

operasi permintaan WMS dengan salah
satu tipe peta dasar Google Maps. Layer
hasil query tersebut tidak overlay
terhadap tipe peta dasar lainnya, kecuali
teknik ini dilakukan terhadap semua jenis
peta dasar Google Maps.

JavaScript Object Notation (JSON)
JSON memiliki struktur dengan data
nesting element, seperti layaknya XML.
Penggunaan JSON selain memudahkan
pengembang untuk membaca dan menulis,
juga dapat memudahkan komputer dalam
memparsing sebuah data. Struktur JSON
dapat dilihat pada Gambar 4. Penggunaan
JSON pada pemetaan ini untuk mewakili data
yang tersimpan hasil permintaan pengguna.

2.

Floating Layer. Layer hasil query dari
operasi WMS dijadikan overlay terhadap
semua jenis peta dasar Google Maps.
Semua layer dari WMS berada pada layer
penampung di atas peta dasar Google
Maps. Jadi ketika diub