Aplikasi insektisida Bacillus thruringiensis dan a-sihalotrin untuk mengendalikan barbagai hama pada pertanaman kubis dan pengaruhnya terhadap arthropoda bukan sasaran
APLIKASI INSEKTISIDA Bacillus thuringiensis DAN
λ-sihalotrin UNTUK MENGENDALIKAN BERBAGAI HAMA
PADA PERTANAMAN KUBIS DAN PENGARUHNYA
TERHADAP ARTHROPODA BUKAN SASARAN
DONNA RINA SIMANJUNTAK
A44103055
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
APLIKASI INSEKTISIDA Bacillus thuringiensis DAN
λ-sihalotrin UNTUK MENGENDALIKAN BERBAGAI HAMA
PADA PERTANAMAN KUBIS DAN PENGARUHNYA
TERHADAP ARTHROPODA BUKAN SASARAN
DONNA RINA SIMANJUNTAK
A44103055
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
Judul skripsi
: Aplikasi Insektisida Bacillus thuringiensis dan λ-sihalotrin
Untuk Mengendalikan Berbagai Hama Pada Pertanaman
Kubis dan Pengaruhnya Terhadap Arthropoda Bukan
Sasaran.
Nama Mahasiswa : Donna Rina Simanjuntak
NRP
: A44103055
Program Studi
: Hama dan Penyakit Tanaman
Menyetujui,
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc.
Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, MSi.
NIP. 130607614
NIP. 131879332
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.
NIP. 131124019
Tanggal lulus :
ABSTRAK
DONNA RINA SIMANJUNTAK. Aplikasi Insektisida Bacillus thuringiensis
dan λ-sihalotrin Untuk Mengendalikan Berbagai Hama pada Pertanaman Kubis
dan Pengaruhnya Terhadap Arthropoda Bukan Sasaran. Dibimbing oleh
AUNU RAUF dan R. YAYI MUNARA KUSUMAH.
Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Plutellidae) dan Crocidolomia
pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) merupakan hama penting pada
pertanaman kubis yang dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah. Pada
tanaman kubis ditemukan pula hama lain yaitu Myzus persicae (Hemiptera:
Aphididae), Phyllotreta sp. (Coleoptera: Chrysomelidae), Hellula undalis (F.)
(Lepidoptera: Pyralidae). Salah satu alternatif teknik pengendalian ramah
lingkungan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan insektisida biologi,
yaitu insektisida Bacillus thuringiensis (Bt). Penelitian ini bertujuan menguji
keefektifan insektisida Bacillus thuringiensis dan λ-sihalotrin dalam
mengendalikan hama-hama pada pertanaman kubis, serta mengevaluasi
pengaruhnya terhadap predator, parasitoid, dan artropoda penghuni permukaan
tanah.
Penelitian lapangan dilakukan pada pertanaman kubis di Segunung,
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dan berlangsung sejak Oktober
hingga Desember 2006. Pemeliharaan telur dan larva P. .xylostella untuk
keperluan studi pemangsaan dan parasitisasi dilakukan di Laboratorium Ekologi,
sedangkan penghitungan identifikasi artropoda hasil tangkapan perangkap jebakan
dilakukan di Laboratorium Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Percobaan dilakukan empat tahap yaitu pengamatan hama sesudah
diaplikasikannya masing-masing insektisida di pertanaman kubis, dengan dosis
anjuran 2 ml/ liter, volume semprot disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan
tanaman kubis setiap minggunya. Tahap selanjutnya yaitu peletakkan telur dan
larva P. xylostella di pertanaman untuk melihat pengaruh aplikasi insektisida uji
terhadap musuh alami (predator dan parasitoid), pemasangan perangkap jebakan
(pitfall trap) untuk melihat pengaruh insektisida uji terhadap arthropoda tanah.
Secara umum insektisida λ-sihalotrin tidak mampu mengendalikan
populasi ulat C. pavonana, P. xylostella, dan hama lainnya. Bahkan aplikasi
insektisida ini setiap minggu menyebabkan terjadinya resurjensi pada ulat P.
xylostella, terdapat kecenderungan bahwa aplikasi λ-sihalotrin berpengaruh buruk
terhadap predator, parasitoid, serta kelompok tertentu artropoda penghuni
permukaan tanah, insektisida Bt cukup efektif untuk mengendalikan hama kubis,
terutama ulat P. xylostella dan C. pavonana, yang ditunjukkan pula oleh
kemampuannya menghasilkan panen kubis yang paling tinggi, insektisida Bt tidak
berpengaruh buruk terhadap predator, parasitoid, serta artropoda tanah yang
tinggal di pertanaman kubis, pengendalian ulat P. xylostella dan C. pavonana
sebaiknya tidak menggunakan insektisida λ-sihalotrin, tapi menggunakan
insektisida Bt atau jenis lainnya yang aman terhadap musuh alami, lingkungan,
dan kesehatan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Januari 1985 dari Ayah D.
Simanjuntak dan Ibu Rosdiana Tampubolon. Penulis merupakan anak ketiga dari
lima bersaudara.
Tahun 1997 penulis lulus dari tingkat Sekolah Dasar Negeri 09 Jakarta,
kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 245 Jakarta, lulus pada tahun
2000. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 63 Jakarta dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) dengan Program Studi Hama dan Penyakit Tanaman,
Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman pada tahun ajaran 2005/ 2006.
Pada saat penyusunan skripsi, penulis sedang aktif dan menambah pengalaman
menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Hama Tumbuhan Dasar dan mata
kuliah Dasar-dasar Proteksi Tanaman tahun ajaran 2007.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan peyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
yaitu salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Orangtuaku terutama
Bapakku yang kusayangi yang selalu memberikan kasih sayang, doa, semangat,
dan dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. Terima kasih yang
sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, MSc dan
Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Si sebagai pembimbing tugas akhir yang
telah membantu, membimbing, dan memberikan saran kepada penulis dalam
pelaksanaan tugas akhir, serta Dr. Ir. Giyanto, M.Si selaku dosen penguji yang
telah memberikan saran dan masukan. Ucapan terima kasih disampaikan pula
kepada Dr. Ir. Djoko Prijono, MAgrSc. yang telah bersedia membantu dan
memberikan saran kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapauda, Inanguda,
abang dan adik-adikku David Djantua, Dohar, Ruly, dan Firman yang selalu
memberikan doa dan semangat bagi penulis di dalam menyelesaikan tugas akhir.
Tak lupa, penulis juga sampaikan terima kasih kepada David Sinambela yang
telah membantu dan menghibur penulis selama pelaksanaan tugas akhir. Penulis
juga berterimakasih kepada sahabatku Yulinda Agustina dan teman-temanku
semua HPT angkatan 40 (untuk Efva : ayooo...semangat va!!), Achel TeP, Rince,
Zaldi, kak Elsa 38, Bu Iis di lab Taksonomi, dan pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, yang telah memberikan doa dan semangat bagi penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir. Penulis juga berterima-kasih kepada staf dan
laboran Departemen Proteksi Tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu selama penulis melakukan penelitian di lapang dan
laboratorium.
Akhir kata penulis sampaikan mohon maaf kepada insan-insan HPT dan temanteman, apabila ada kesalahan mohon di lapangkan, semoga tali silaturahmi di
antara kita tetap terjalin dengan baik.
Semoga penelitian dan skripsi ini dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi
yang memerlukan.
Bogor, Mei 2007
Donna Rina Simanjuntak
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR
....................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................... vii
PENDAHULUAN
.................................................................................
Latar Belakang
Tujuan
1
.....................................................................
1
.................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA
.....................................................................
3
.................................................................................
3
Plutella xylostella
.....................................................................
Kerusakan pada tanaman kubis
.................................
Biologi dan morfologi Plutella
.................................
3
4
4
.........................................................
5
Hellula undalis
.....................................................................
6
Phyllotreta sp.
.....................................................................
6
Myzus persicae
.....................................................................
6
Diadegma semiclausum
.........................................................
7
Bacillus thuringiensis
.........................................................
8
.............................................
8
Pengaruh Bt-endotoksin terhadap perkembangan populasi
Arthropoda pengendali hayati
.................................
8
Potensi pengaruh Bt terhadap perkembangan parasitoid ....
9
Kubis
Crocidolomia pavonana
Sejarah dan status Bt
Pengaruh Bt-endotoksin terhadap perkembangan predator.. 9
BAHAN DAN METODE
...................................................................... 10
Tempat dan Waktu Penelitian
.............................................. 10
Bahan dan Alat
...................................................................... 10
Penanaman Kubis
...................................................................... 10
Pengolahan tanah
.......................................................... 10
Budidaya tanaman dan Rancangan Percobaan
.......... 11
Pengaruh aplikasi insektisida uji terhadap hama kubis ........ 11
Pengaruh aplikasi insektisida uji terhadap musuh alami ...... 11
Pengaruh aplikasi insektisida uji terhadap arthropoda ........ 13
Analisis data ................................................................................... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN
........................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN
.......................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
...................................................................... 26
.................................................................................. 29
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1
Kelimpahan Populasi Larva Plutella xylostella................................ 14
2
Kelimpahan Populasi Larva Crocidolomia pavonana...................... 15
3
Kelimpahan Populasi ulat Hellula undalis....................................
4
Kelimpahan Populasi Phyllotreta striolata ..................................... 16
5
Kelimpahan Populasi Myzus persicae ............................................ 17
6
Tingkat Pemangsaan Predator Terhadap Telur Plutella................... 18
7
Tingkat Pemangsaan Predator Terhadap Larva Plutella .................. 19
8
Tingkat Parasitisasi Diadegma semiclausum .................................... 20
9
Kelimpahan Populasi Formicidae ................................................... 21
10
Kelimpahan Populasi Collembola ................................................... 21
11
Kelimpahan Populasi Lycosidae ..................................................... 22
12
Hasil Panen Kubis ........................................................................... 23
15
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1 Gambar larva Plutella xylostella ................................................................ 30
2 Gambar larva Crocidolomia pavonana
3 Gambar ulat Hellula undalis
.................................................... 30
................................................................ 31
4 Gambar gejala kerusakan akibat serangan larva P. xylostella
................ 31
5 Gambar gejala kerusakan akibat serangan larva C. pavonana
................ 31
6 Skema petak percobaan
............................................................................ 32
5 Analisis sidik ragam populasi larva Plutella xylostella ............................... 33
6 Analisis sidik ragam populasi larva Crocidolomia binotalis ....................... 34
7 Analisis sidik ragam populasi ulat Hellula undalis ....................................... 35
8 Analisis sidik ragam populasi Phyllotreta striolata ..................................... 36
9 Analisis sidik ragam populasi Myzus persicae .............................................. 37
10 Analisis sidik ragam Pemangsaan predator terhadap telur Plutella ........... 38
11 Analisis sidik ragam Pemangsaan predator terhadap larva Plutella .......... 38
12 Analisis sidik ragam Tingkat parasitisasi Diadegma semiclausum terhadap
larva P. xylostella ....................................................................................... 39
13 Analisis sidik ragam Kelimpahan populasi Formicidae ............................. 39
14 Analisis sidik ragam Kelimpahan populasi Collembola ............................. 40
15 Analisis sidik ragam Kelimpahan populasi Lycosidae
............................. 40
16 Analisis sidik ragam Hasil panen kubis ..................................................... 41
17 Rerata populasi larva Plutella xylostella pada setiap minggu pengamatan... 41
18 Rerata populasi larva Crocidolomia sp. pada setiap minggu pengamatan..... 42
19 Rerata populasi ulat Hellula undalis pada setiap minggu pengamatan.......... 42
20 Rerata populasi Phyllotreta sp. pada setiap minggu pengamatan.................. 43
21 Rerata populasi Myzus persicae pada setiap minggu pengamatan................ 43
22 Rerata tingkat pemangsaan predator terhadap telur P. xylostella pada minggu
pengamatan
....................................................................................... 44
23 Rerata tingkat pemangsaan predator terhadap larva P. xylostella pada minggu
pengamatan .................................................................................................. 44
24 Rerata tingkat parasitisasi P. xylostella oleh Diadegma semiclausum pada
minggu pengamatan .................................................................................... 45
25 Rerata populasi Formicidae pada setiap minggu pengamatan....................
45
26 Rerata populasi Collembola pada setiap minggu pengamatan...................... 46
27 Rerata populasi Lycosidae pada setiap minggu pengamatan........................ 46
28 Rerata Hasil panen kubis............................................................................... 47
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) adalah salah satu jenis tanaman
sayuran yang banyak dibudidayakan di dataran tinggi. Kubis merupakan tanaman
penting yang berasal dari Eropa, yang kemudian dengan cepat tersebar menjadi
tanaman yang dikonsumsi di seluruh dunia (Rubatzky & Yamaguchi 1998). Di
banyak tempat di Indonesia seperti Lembang, Pangalengan, Tanah Karo dan
sebagainya, kubis adalah jenis sayuran yang paling banyak diusahakan oleh petani
(Tjahjadi & Gayatri 1994).
Hama lepidoptera yang sering menyerang pertanaman kubis dan sangat
merusak adalah Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera : Plutellidae) (lampiran 1),
Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera : Pyralidae) (lampiran 2) (Pracaya
2003). Serangga hama lainnya yang juga terdapat di pertanaman kubis adalah
Myzus persicae (Sulz.) (Hemiptera : Aphididae), Hellula undalis (Lepidoptera :
Pyralidae) (lampiran 3) dan Phyllotreta sp. (Coleoptera : Chrysomelidae)
(Subiyakto 1991).
Larva P. xylostella merupakan hama kosmopolitan, yang
terdapat di seluruh dunia di pertanaman kubis. Di Indonesia, hama ini berada di
dataran tinggi (Rismunandar 1981).
P. xylostella merupakan hama utama pada pertanaman kubis di Pulau
Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, dan daerah lainnya (Setiawati 1996).
Di
beberapa negara, seperti India dan Asia Tenggara, P. xylostella selalu menyerang
sepanjang tahun (Reddy & Guerrero 2001).
Plutella dapat menyebabkan
kerusakan pada daun kubis, petsay, kol bunga, dan lobak. Yang paling disukai
adalah tanaman kubis. Ulat ini sangat rakus, memakan bagian bawah daun dan
hanya meninggalkan lapisan daun bagian atas saja (epidermis) (lampiran 4).
Daun kubis yang dimakan tampak berwarna putih, kemudian mengering dan
akhirnya menjadi mati (Rismunandar 1981). Ulat Crocidolomia pavonana juga
merupakan hama penting yang menyerang pertanaman kubis (Rubatzky &
Yamaguchi 1998). Ulat ini menyerang bagian dalam yang terlindungi oleh daun
hingga mencapai titik tumbuh (lampiran 5). Jika ulat C. pavonana sudah
memakan krop kubis maka tanaman kubis akan terhambat pertumbuhannya dan
2
tidak dapat membentuk kol (Rismunandar 1981). Ulat Hellula undalis merusak
daun kubis dalam gulungan, dan kerusakannya mirip yang disebabkan oleh ulat C.
pavonana (Subiyakto 1991).
Di Indonesia, pada umumnya petani mengendalikan hama pada tanaman
kubis dengan menggunakan berbagai jenis insektisida dengan interval 1 – 2 kali
seminggu (Rauf et al. 2004). Insektisida yang diaplikasikan umumnya
berspektrum lebar yang dapat mematikan musuh alami dan lingkungan secara
umum.
Salah satunya adalah insektisida yang berasal dari bakteri Bacillus
thuringiensis (Bt). Bt digunakan sebagai insektisida biologi sejak tahun 1960
(Deacon 1994, Mohan & Gujar 2002). Bt memiliki peranan penting dalam sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Sayyed & Wright 2001). Bt diharapkan
mampu mengendalikan serangga hama, termasuk serangga hama yang stadium
larvanya (stadium rentan) hidup di dalam jaringan tanaman.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menguji keefektifan insektisida Bacillus
thuringiensis dan λ-sihalotrin dalam mengendalikan hama-hama pada pertanaman
kubis, serta mengevaluasi pengaruhnya terhadap predator, parasitoid, dan
arthropoda penghuni permukaan tanah.
TINJAUAN PUSTAKA
KUBIS
Kubis termasuk keluarga Cruciferae dengan nama botani Brassica
oleracea var. capitata L. (Rukmana 1994). Pusat pertanaman kubis di Indonesia
yaitu Pangalengan, Lembang, Cipanas, Malang, dan Argalingga. Pada umumnya
kultivar kubis yang banyak dibudidayakan di daerah tropik seperti di Indonesia
hingga saat ini berasal dari daerah beriklim dingin atau berhawa sejuk.
Keadaan iklim yang sesuai untuk pertanaman kubis adalah daerah yang
relatif lembab dan dingin. Kelembaban yang diperlukan tanaman kubis adalah 80
– 90 %, dengan suhu berkisar 15 - 20°C serta cukup mendapatkan sinar matahari.
Varietas-varietas kubis untuk dataran tinggi yang ditanam di daerah yang bersuhu
di atas 25°C akan gagal membentuk krop.
Pertanaman kubis yang kurang
mendapatkan sinar matahari akan kurang baik pertumbuhannya dan mudah
terserang penyakit. Beberapa varietas kubis yang dapat dikembangkan di dataran
rendah (temperatur di atas 25°C) diantaranya adalah KR-Cross dan KY-Cross
yang dapat memberikan hasil setara dengan tanaman kubis di dataran tinggi
(Kartapradja 1988). Kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah, mulai dari tanah
pasir sampai tanah liat. Tetapi yang paling baik untuk tanaman kubis adalah tanah
lempung berpasir, tanah yang gembur, dan banyak mengandung humus serta pH
berkisar 6 – 7 (Rukmana 1994). Tanaman kubis pada umumnya tahan terhadap
kandungan garam yang tinggi tetapi tidak tahan terhadap keadaan tanah yang
tergenang air (Harjadi 1989). Tiap jenis kubis memerlukan persyaratan tumbuh
yang berbeda. Pada tanah masam (pH kurang dari 5,5) pertumbuhan kubis sering
mengalami gangguan, mudah terserang penyakit akar gada atau “Club root” yang
disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora brassicae.
Plutella xylostella (L .)
Plutella xylostella yang termasuk dalam ordo Lepidoptera famili
Plutellidae, dikenal dengan nama diamondback moth atau ngengat punggung
berlian (Kalshoven 1981). Di Indonesia ada beberapa nama daerah untuk hama
4
ini antara lain ama bodas (Sunda), omo kapar (Jawa Timur), dan omo kupu klawu
(Jawa Tengah) (Sudarwohadi 1975).
Serangga P. xylostella adalah serangga kosmopolitan yang dapat
ditemukan hampir di setiap daerah pertanaman kubis. Serangga ini telah lama
dikenal di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Australia, Selandia Baru, Fiji,
Jamaica dan Hawai. Di Indonesia hama ini ditemukan di daerah pegunungan
yang ada pertanaman kubisnya (Rismunandar 1981).
Kerusakan pada tanaman kubis akibat serangan larva P. xylostella
Pada umumnya larva P. xylostella menyerang tanaman kubis yang masih
muda sebelum membentuk krop dengan cara memakan jaringan permukaan
bawah daun dan meninggalkan epidermis permukaan atas daun sehingga tanaman
lama-kelamaan akan berbentuk seperti jendela putih pada daun tersebut
(Sudarwohadi 1975).
Tingkat populasi larva yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang
sangat berat dan biasanya terjadi pada musim kemarau (Sudarwohadi 1975).
Serangan yang berat oleh hama ini dapat menurunkan hasil baik dari segi kualitas
maupun kuantitas (Sudarwohadi 1975).
Biologi dan Morfologi
Dalam
perkembangannya
P.
xylostella
adalah
serangga
yang
bermetamorfosis sempurna (holometabola) dengan empat stadia hidup yaitu stadia
telur, larva, pupa, dan imago.
Telur
Telur berbentuk oval (agak pipih), berukuran 0,49 x 0,26 mm. Telur
diletakkan secara satu-persatu atau dua-dua, tiga-tiga pada permukaan bawah
daun. Warna telur mula-mula kuning kemudian menjadi coklat sebelum menetas.
Lama stadium telur di Pacet sekitar 3 hari, sedangkan di Bogor sekitar 2 hari
(Sudarwohadi 1975).
Larva
Larva terdiri dari empat instar, yaitu :
Instar-1. Tubuh larva instar 1 berwarna putih kekuningan dan kepala
berwarna hitam. Panjang tubuh berkisar antara 0,75 – 1,05 mm dan lebarnya 0,15
– 0,19 mm.
Larva instar-1 ini hanya mengorok daun tanaman inangnya.
5
Instar-2. Tubuh larva instar 2 berwarna kekuningan, rambut pendek dan kepala
berwarna hitam. Panjang tubuh berkisar antara 1,73 – 2,93 mm dan lebarnya 0,31
– 0,51 mm. Lama stadium instar-2 di Pacet dan di Bogor sekitar 2 hari.
Instar-3. Tubuh larva instar-3 berwarna hijau, rambut hitam dan kepala
berbercak coklat. Panjang tubuh berkisar antara 3,00 – 4,43 mm dan lebarnya
0,44 – 0,68 mm (Sudarwohadi 1975). Lama stadium instar-3 di Pacet sekitar 3
hari, sedangkan di Bogor sekitar 2 hari.
Instar-4.
Tubuh larva instar-4 berwarna hijau mirip dengan instar-3,
hanya lebih besar ukurannya yaitu dengan panjang tubuh berkisar antara 6,45 –
7,79 mm dan lebarnya 0,83 – 1,20 mm. Larva instar terakhir ini dapat memakan
seluruh jaringan daun sehingga yang tersisa hanya tulang daunnya saja.
Tingkat populasi larva P. xylostella umumnya meningkat semenjak
tanaman kubis berumur 5 minggu sampai 9 minggu setelah tanam (Sudarwohadi
1975).
Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae)
C. pavonana tergolong dalam ordo Lepidoptera, famili Pyralidae. Ulat ini
menyerang tanaman dari famili Cruciferae, seperti kol, sawi, lobak, dan kohlrabi.
Dikenal dengan sebutan ulat titik tumbuh, karena menyerang bagian dalam yang
terlindungi oleh daun hingga mencapai titik tumbuh.
Imago
Imago C. pavonana umumnya meletakkan telur di bagian bawah
permukaan daun (Toerngadi et al. 1980) atau bagian daun yang terlindungi. Telur
berbentuk pipih dan diletakkan secara berkelompok menyerupai genteng rumah,
melekat pada permukaan bawah daun. Telur yang dihasilkan oleh imago betina
bervariasi antara 55 – 285 butir (Permadi dan Sastrosiswojo 1993).
Larva
Larva terdiri dari lima instar dan biasanya dijumpai berkelompok pada
permukaan bawah daun kubis.
Larva yang baru keluar dari telur berbentuk
silindris dan tubuhnya berwarna kuning muda agak transparan (Sastrosiswojo &
Setiawati 1993).
6
Di pertanaman kubis, larva menyerang tanaman yang telah membentuk
krop dan arahnya menuju titik tumbuh. Pada bagian daun yang dimakan oleh
larva instar satu dan dua, bekas serangannya tampak berupa bercak putih, yaitu
warna lapisan epidermis permukaan atas daun, dan berlubang setelah lapisan
epidermis kering. Larva menggerek ke dalam krop sehingga menurunkan nilai
ekonomi (Permadi dan Sastrosiswojo 1993).
Pupa
Pupa terdapat dalam kokon yang terbuat dari butiran tanah dan berbentuk
lonjong, dengan masa pupa kurang lebih 9,3 hari.
Hellula undalis Fabricius (Lepidoptera: Pyralidae)
Nama umum H. undalis adalah ulat kubis bergaris. Ulat ini merusak daun
kubis dalam gulungan, dan kerusakannya menyerupai ulat C. pavonana. Ulat ini
berkepala merah agak kecoklatan, bergaris-garis longitudinal pada tubuhnya,
dengan panjang kurang lebih 14 mm.
Pupa biasanya dijumpai di tanah
terbungkus kokon, tertutup oleh partikel tanah. Perkembangan hama ini antara 23
– 25 hari (Subiyakto 1991).
Phyllotreta sp. (Coleoptera: Chrysomelidae)
Hama ini sering dikenal dengan sebutan kumbang anjing. Serangannya
menyebabkan daun-daun menjadi berlubang-lubang.
Larvanya terkadang
merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan tanah. Kumbang ini
berwarna hitam atau kecoklatan, dengan sayap bergaris kuning. Panjang imago
Phyllotreta sp sekitar 2 mm. Telur diletakkan dalam kelompok pada kedalaman
tanah sekitar 2 – 3 cm. Panjang larvanya kurang lebih 4 mm. Pupa dalam bentuk
kokon dengan panjang sekitar 3 mm, berada pada kedalaman tanah 5 cm. Lama
perkembangannya antara 3 sampai 4 minggu (Subiyakto 1991).
Myzus persicae (Sulz.) (Hemiptera: Aphididae)
M. persicae yang termasuk dalam famili Aphididae dikenal dengan
sebutan kutu daun.
Kutu ini menghisap cairan tanaman.
Serangannya pada
tanaman yang masih muda dapat menyebabkan kerusakan yang berarti. Kutu ini
7
menghasilkan cairan yang mengandung madu, bagian tanaman yang terkena
cairan tersebut biasanya ditumbuhi oleh cendawan, sehingga menyebabkan
aktivitas fotosintesisnya menjadi terhambat. Kutu ini dapat sebagai vektor lebih
dari 90 jenis virus penyebab penyakit tanaman. Warna kutu ini bervariasi ada
kuning,
hijau,
atau
keunguan.
Perkembangbiakannya
adalah
secara
partenogenesis, mengalami 4 kali ganti kulit sebelum mencapai dewasa. Lama
hidup kutu ini sekitar dua bulan, musuh alaminya serangga dari famili Syrphidae,
Coccinelidae, dan Hymenoptera (Subiyakto 1991).
Diadegma semiclausum Hellen (Hymenoptera : Ichneumonidae)
Parasitoid D. semiclausum adalah parasit larva P. xylostella.
Imago
parasitoid betina meletakkan telur pada setiap instar larva, tetapi hanya pada larva
yang sehat. Larva yang terparasit olehnya dapat tetap hidup dan makan normal
serta membentuk pupa pada akhir masa instar keempat (Vos 1953 dalam
Fitmawati 1996). Pupa yang sudah terparasit berbentuk silindris, tidak transparan
dan kedua ujung kokonnya tertutup. Stadium pupa berlangsung selama 8 – 10
hari, inang mati pada fase prapupa yaitu pada saat pupa telah terbentuk. Lama
hidup prapupa dipengaruhi saat terjadinya peletakkan telur parasit pada inang.
Bila peletakkan telur terjadi pada instar pertama inang, maka prapupa berlangsung
selama beberapa jam, sedang bila peletakkan telur terjadi pada instar kedua maka
lama hidup prapupa 2 hari dan bila terjadi pada instar ketiga inang maka lama
hidup prapupa 3 – 5 hari. Di pacet, waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan
hingga menjadi imago berlangsung antara 18 – 20 hari (Vos 1953 dalam
Fitmawati 1996).
Daerah penyebaran parasitoid D. semiclausum di pusat pertanaman kubis
dataran tinggi di Indonesia telah diketahui cukup luas, yaitu di Jawa, Bali, dan
sebagian Sumatera namun tidak berkembang di daerah Sulawesi (Sudarwohadi &
Evelens 1977). Parasitoid D. semiclausum merupakan komponen pengendalian
hama secara terpadu (PHT) yang efektif dan aman bagi lingkungan hidup.
Pelepasan parasitoid D. semiclausum telah banyak dilakukan di daerah Jawa Barat
dan sekitarnya.
8
Bacillus thuringiensis (Bt)
Sejarah dan Status Bt
Bt telah dikenal sebagai agen pengendali hayati sejak tahun 1950-an.
Pertama kali dijumpai di Jepang pada tahun 1901, yang membunuh ulat sutera di
tempat pemeliharaan. Sepuluh tahun kemudian, di Jerman ditemukan strain baru
dari Bt pada larva yang menyerang biji-bijian (serealia) di gudang penyimpanan.
Strain Bacillus sp. berikutnya ditemukan di kota Thuringia, kemudian bakteri ini
disebut Bacillus thuringiensis, yaitu nama yang diberikan pada famili bakteri yang
memproduksi kristal paraspora yang bersifat insektisidal.
Semula bakteri ini
hanya diketahui menyerang larva dari serangga kelas Lepidoptera sampai
kemudian ditemukan bahwa bakteri ini juga menyerang Diptera dan Coleoptera
(Dent 1993). B. thuringiensis merupakan bakteri gram-positif berbentuk batang.
Jika nutrien di mana Bt ini hidup sangat kaya, maka bakteri ini hanya tumbuh
pada fase vegetatif, namun bila suplai makanannya menurun maka akan
membentuk spora dorman yang mengandung satu atau lebih jenis kristal protein.
Kristal ini mengandung protein yang disebut δ-endotoksin, yang bersifat lethal
jika dimakan oleh serangga yang rentan (Hofte & Whiteley 1989).
Pengaruh Aplikasi Insektisida Bt terhadap Perkembangan Populasi
Arthropoda Pengendali Hayati
Pada umumnya insektisida Bt yang diaplikasikan menggunakan knapsack
sprayer mempunyai pengaruh terhadap musuh alami. Namun demikian, pengaruh
insektisida Bt terhadap musuh alami lebih kecil dibandingkan dengan insektisida
buatan.
Pengaruh ini sangat spesifik tergantung jenis gen tahan yang
diekspresikan jenis hama, dan jenis predator atau parasitoidnya.
Penelitian
mengenai pengaruh insektisida Bt terhadap musuh alami telah dilakukan baik di
laboratorium maupun di lapangan (Bahagiawati 2002).
Potensi Pengaruh Aplikasi Insektisida Bt terhadap Perkembangan Parasitoid
Bt-protoksin yang digunakan sebagai insektisida mikrobial tidak beracun
terhadap parasitoid meskipun ada beberapa pengecualian yang telah dilaporkan
(Schuler et al., 1999).
Penelitian mengenai pengaruh protoksin pada dosis
9
sublethal terhadap hama kubis diamond backmoth (Plutella xylostella), ternyata
ditemukan bahwa Bt dapat memperpanjang periode pupa dari parasit braconidae
Cotesia plutella.
Namun demikian, tidak dijumpai pengaruhnya terhadap
braconidae lainnya, yaitu Diadegma semiclausum yang juga memarasit larva P.
xylostella (Schuler et al., 1999).
Pengaruh Aplikasi Insektisida Bt terhadap Perkembangan Predator
Predator dewasa dan larva hidup bebas (tidak di dalam tubuh serangga),
lebih bebas bergerak dan biasanya mempunyai mangsa yang lebih beraneka ragam
Pengaruh endotoksin terhadap predator suatu jenis hama berbeda.
Hasil
penelitian di lapangan selama dua tahun menyatakan bahwa aplikasi insektisida Bt
tidak mempengaruhi keberadaan predator dari famili Coccinellidae, Anthocoridae,
dan Chrysopidae (Pilcher et al., 1997).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan pada pertanaman kubis di Segunung,
kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dan berlangsung sejak Oktober
hingga Desember 2006.
Pemeliharaan telur dan larva P. xylostella untuk
keperluan studi pemangsaan dan parasitisasi dilakukan di Laboratorium Ekologi,
sedangkan penghitungan identifikasi arthropoda hasil tangkapan perangkap
jebakan dilakukan di Laboratorium Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Dalam melakukan penelitian di lapang, bahan dan alat yang digunakan
terdiri dari : insektisida dengan merek dagang Florbac FC (berbahan aktif Bacillus
thuringiensis var. Aizawai serotype 7), insektisida dengan merek dagang Matador
25 EC (berbahan aktif λ-sihalotrin), air biasa, formalin 4 %, seng, bambu, cat,
kuas, pulpen, kertas, dan gelas plastik.
Selama memelihara serangga dan
melakukan pengamatan hasil pemasangan pitfall trap di laboratorium, bahan dan
alat yang digunakan terdiri dari daun kubis, daun brokoli, air, aquades, alkohol 70
%, kotak plastik (wadah untuk memelihara Plutella sp.), kuas, gunting, kertas
label, kain kasa (sebagai saringan untuk pengamatan hasil pitfall trap), botol film,
cawan petri, dan corong.
Penanaman Kubis
Pengolahan tanah
Tanah diolah terlebih dahulu dengan cara dicangkul dengan kedalaman
sekitar 30 – 40 cm, supaya tanah menjadi gembur dan menambah pemasukan
udara segar dalam tanah, serta mengurangi kemungkinan adanya hama dan
penyakit. Setelah dicangkul tanah dibiarkan beberapa hari supaya mendapat sinar
matahari yang cukup.
Setelah selesai mencangkul dibuat bedengan yang
tingginya kurang lebih 5 cm, untuk menghindari kalau hujan lebat tidak tergenang
air.
11
Budidaya Tanaman dan Rancangan Percobaan
Benih kubis yang digunakan adalah varietas Grand 11. Benih disemai
terlebih dahulu dalam nampan plastik yang berisi campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1: 1 (v/v). Setelah berumur 10 HST (hari setelah
tanam), bibit dipindahkan ke lapang dengan jarak tanam 25 – 30 cm. Pada setiap
lubang ditanam satu bibit kubis. Pada umur 4 MST dan 8 MST tanaman kubis
dipupuk dengan NPK (Nitrogen Phosphor Kalium) dengan perbandingan (15 : 15
: 15).
Kegiatan pemeliharaan lainnya seperti penyiraman dan penyiangan
mengikuti cara petani setempat.
Percobaan terdiri dari tiga perlakuan dan empat ulangan, sehingga
keseluruhannya terdapat 12 petak perlakuan.
Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Setiap petak perlakuan
berukuran 10 m x 10 m dengan 320 tanaman kubis. Jarak antar petak ± 4 m.
perlakuan dalam percobaan ini adalah aplikasi insektisida Bt (Florbac FC) dan
λ-sihalotrin (Matador 25 EC) serta kontrol.
menggunakan knapsack sprayer semi otomatis.
Insektisida uji diaplikasikan
Banyaknya volume semprot
tergantung kondisi pertumbuhan tanaman. Aplikasi pertama dilakukan segera
setelah tanam (2 MST), diulang setiap minggu, dan dihentikan satu minggu
sebelum panen. Untuk perlakuan kontrol penyemprotan hanya menggunakan air.
Pengaruh Aplikasi Insektisida Uji Terhadap Hama Kubis
Aplikasi insektisida Bt dan λ-sihalotrin dievaluasi pengaruhnya terhadap
kelimpahan ulat P. xylostella, C. pavonana, H. undalis, P. striolata, dan kutu daun
M. persicae. Untuk maksud tersebut pada setiap petak dipilih secara sistematik 12
tanaman contoh. Pengamatan kelimpahan populasi hama dilakukan setiap minggu
sejak 2 MST hingga 11 MST. Pada setiap pengamatan, banyaknya hama yang
terdapat pada tanaman contoh dihitung. Khusus untuk kutu daun, pengamatan
didasarkan pada banyaknya tanaman kubis yang terinfestasi M. persicae.
Pengaruh Aplikasi Insektisida Uji Terhadap Musuh alami
Penyediaan telur dan larva umpan. Imago P. xylostella dikumpulkan
dari pertanaman kubis di Pasir Sarongge, Cianjur. Ngengat kemudian dipelihara
12
dalam kurungan plastik berukuran 20 cm x 30 cm dan diberi pakan larutan madu
10 % yang diresapkan pada kapas yang digantungkan pada bagian atap kurungan.
Sebagai tempat peletakkan telur P. xylostella digunakan daun brokoli yang
pangkal daunnya dicelupkan ke dalam tabung film yang berisi air supaya tidak
layu. Daun brokoli ini ditempatkan di dalam kurungan plastik selama ± 24 jam.
Kurungan tadi ditutup dengan karton berwarna hitam supaya imago P. xylostella
menghasilkan telur lebih banyak. Setelah satu hari, daun yang sudah diletaki telur
disimpan dalam kurungan plastik lain yang bersih. Larva yang keluar dari telur
kemudian ditempelkan pada daun kubis yang sehat dan bebas dari pestisida.
Setelah itu, larva dimasukkan ke dalam kotak pembiakkan berukuran 80 cm x 40
cm x 65 cm sampai menjadi imago. Sebagian dari telur dan larva digunakan
sebagai umpan dalam studi pemangsaan dan parasitisasi.
Tingkat pemangsaan.
Untuk mengevaluasi pengaruh insektisida
terhadap predator digunakan telur dan larva instar-2 P. xylostella sebagai umpan.
Pada setiap percobaan ditempatkan 3 polibag yang masing-masing ditumbuhi satu
tanaman kubis berumur 3 minggu dengan 3 – 4 helai daun per tanaman.
Sebanyak 10 butir telur dan 10 ekor larva instar-2, hasil pembiakkan di
laboratorium, secara terpisah ditempatkan pada daun kubis yang tumbuh pada
polibag.
Setelah 48 jam banyaknya telur dan larva yang tersisa dihitung.
Banyaknya telur dan larva umpan yang hilang diasumsikan sebagai akibat
pemangsaan oleh predator.
Penempatan telur dan larva dilakukan pada saat
tanaman kubis berumur 4 MST, 7 MST, dan 10 MST.
Tingkat parasitisasi.
Prosedur yang sama dilakukan untuk mengkaji
pengaruh aplikasi insektisida terhadap parasitoid, kecuali bahwa pada percobaan
ini hanya larva yang digunakan sebagai umpan. Pada setiap petak percobaan
ditempatkan tiga tanaman kubis yang ditanam dalam polibag. Sebanyak sepuluh
larva instar-2 diletakkan secara terpisah pada setiap daun dalam satu polibag.
Setelah 72 jam, larva yang tertinggal dikumpulkan dan dibawa ke laboratorium
untuk dipelihara sampai menjadi pupa. Kemudian pupa dimasukkan dalam botol
plastik yang ditutup dengan kain kasa hingga imago muncul. Banyaknya ngengat
P. xylostella dan imago parasitoid D. semiclausum yang muncul dicatat.
13
Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali selama musim tanam yaitu pada 5 MST, 8
MST, dan 11 MST.
Pengaruh Aplikasi Insektisida Uji Terhadap Arthropoda Tanah
Untuk menentukan pengaruh aplikasi insektisida terhadap arthropoda
penghuni permukaan tanah dipasang perangkap jebakan. Perangkap terbuat dari
gelas plastik (tinggi = 9,7 cm, diameter bawah = 4,5 cm, diameter atas = 6,2 cm),
yang diisi formalin 4 % setinggi 3,5 cm. Banyaknya perangkap yang dipasang
adalah empat buah per petak sehingga keseluruhannya berjumlah 48 perangkap.
Agar tidak kemasukan air hujan, di atas perangkap dipasang atap yang terbuat dari
seng berukuran 22 cm x 13 cm. Perangkap dipasang selama 72 jam. Seluruh
arthropoda yang tertangkap dalam perangkap dibawa ke laboratorium untuk
diidentifikasi.
Pemasangan perangkap dilakukan sebanyak tiga kali selama
musim tanam kubis yaitu pada 4 MST, 7 MST, dan 10 MST.
Analisis Data
Analisis ragam dilakukan untuk menentukan pengaruh aplikasi insektisida
terhadap rataan kelimpahan dan serangan hama-hama kubis serta tingkat
pemangsaan, tingkat parasitisasi, dan kelimpahan arthropoda tanah, yang
dilanjutkan dengan Uji Tukey pada taraf α = 5%. Pengolahan data menggunakan
bantuan perangkat lunak SPSS 11.5.
Maaf .................................................
BAB III halaman ini tidak dapat kami
tampilkan Karena pada lembar aslinya
memang tidak ada.
KESIMPULAN DAN SARAN
-
Insektisida λ-sihalotrin tidak mampu mengendalikan populasi ulat C.
pavonana, P. xylostella, dan hama lainnya. Bahkan aplikasi insektisida ini
setiap minggu menyebabkan terjadinya resurgensi pada ulat P.xylostella.
-
Terdapat
kecenderungan
bahwa
aplikasi
insektisida
λ-sihalotrin
berpengaruh buruk terhadap predator, parasitoid, serta kelompok tertentu
arthropoda penghuni permukaan tanah.
-
Insektisida Bt cukup efektif untuk mengendalikan hama kubis, terutama
ulat P. xylostella dan C. pavonana yang ditunjukkan pula oleh
kemampuannya menghasilkan panen kubis yang paling tinggi.
-
Insektisida Bt tidak berpengaruh buruk terhadap predator, parasitoid, serta
arthropoda tanah yang tinggal di pertanaman kubis.
-
Pengendalian ulat P. xylostella dan C. pavonana sebaiknya tidak
menggunakan insektisida λ-sihalotrin,tapi menggunakan insektisida Bt
atau jenis lainnya yang aman terhadap musuh alami, lingkungan, dan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aronson AI et al. 1986. Bacillus thuringiensis and related insect pathogens.
Microbial Rev 50 : 1 – 24.
Bahagiawati. 2002. Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida.
Jurnal
Agro
Biogen
5:
1
[jurnal
on-line].
http//www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio/agrobio5_Bahagiawati.pdf.
[2002].
Burges HD. 1986. Production and use of pathogens to control insect pests. J Appl
Bacteriol: 127S-137S.
Carlton BC, Gonzales JM. 1985. Plasmids and delta-endotoxin production in
different subspecies of Bacillus thuringiensis. Di dalam: JA Hoch, editor.
Molecular Biology of microbial differentiation. Washington DC:
American Society for Microbiology.
Croft BA. 1990. Arthropod biological control agents and pesticides. New York:
John Wiley & Sons.
Deacon J. 1994. The Microbial World: Bacillus tuhringiensis. Institut of Cell and
Moleculer
Biology,
The
University
of
Edinburgh.
http//helios.bto.ed.ac.uk/bto/microbes/bt.html. [1994].
Dent DR. 1993. The use of Bacillus thuringiensis as insecticide. Di dalam : Jones
DG, editor. Exploition of Microorganisms. Chapman and Hall. hlm 19-44.
Facknath S. 1999. Food and Agricultural Research Council: Control of Plutella
xylostella and Crocidolomia binotalis through the Combined Effects of
Bacillus thuringiensis and Botanical Pesticides, The University of
Mauritius.
Fitmawati. 1996. Pengamatan hama dan penyakit penting serta parasitoid
Diadegma semiclausum Hellen pada pertanaman kubis di kecamatan
Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat [skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Harjadi SS. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. IPB: Pau Biologi. hlm 506.
Haseeb M, Liu TX, Jones WA. 2004. Effects of selected insecticides on Cotesia
plutellae, endoparasitoid of Plutella xylostella. BioControl 49 : 33 – 46.
Heimpel AM. 1967. A critical review of Bacillus thuringiensis var. thuringiensis
Berliner and other crystaliferous bacteria. Ann Rev Entomol 12 : 287 –
322.
Hofte H, Whiteley HR. 1989. Insecticidal crystal protein of Bacillus thuringiensis.
Microbial Rev 53 : 242-255.
Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta : PT. Ichtiar Baru
van Hoeve. 701 p.
Kartapradja R. 1988. Pengujian daya hasil varietas kubis introduksi. Buletin
Penelitian Hortikultura 16 (1) : 34 – 39.
27
Koul O, Dhaliwal GS. 2002. Microbial biopesticides: an introduction. Di dalam:
Taylor, editor. Microbial Biopesticides. New York: Francis Inc. hlm 1 – 4.
Kronstadt JW, Whiteley HR. 1986. Three classes of homologous Bacillus
thuringiensis crystal protein genes. Gene 43 : 29-40.
Mohan M, Gujar GT. 2002. Geographical variation in larval susceptibility of the
diamondback moth, Plutella xylostella (Lapidoptera: Plutellidae) to
Bacillus thuringiensis spore – crystal mixtures and purified crystal protein
and associated resistance development in India. Bulletin of Entomological
Research 92 : 489 – 498.
Permadi AH, Sastrosiswojo S. 1993. Kubis. Lembang. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Hortikultura Lembang.
Pilcher CD et al. 1997. Preimaginal development, survival, and field abundance of
insect predators on transgenic Bacillus thuringiensis corn. Environmental
Entomology 26 : 446 – 454.
Pracaya. 1990. Kol alias Kubis. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pracaya. 2003. Hama & Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rauf A, Prijono D, Dadang, Russel DA. 2004. Survey of Pest Control Practices of
Cabbage Farmers in West Java, Indonesia. Collaboration between Bogor
Agricultural University and Centre for Environmental Stress and Adaption
Research-La Trobe University. 61 pp.
Reddy GVP, Guerrero A. 2001. Optimum timing of insecticide applications
against diamondback moth Plutella xylostella in cole crops using threshold
catches in sexpheromone traps. J Pest Management Science 57 : 90 – 94.
Rismunandar. 1981. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung:
Sinar Baru.
Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi.
Ed ke-2. Bandung: ITB.
Rukmana R. 1994. Bertanam Kubis. Yogyakarta: Kanisius.
Sastrosiswojo S, Setiawati W. 1993. Hama-hama tanaman kubis dan cara
pengendaliannya. Di dalam : Permadi & Sastrosiswojo, editor. Kubis.
Bandung : Balai Penelitian Hortikultura Lembang.
Sastrosiswojo S, Uhan TS, Sutarya R. 2000. Penerapan Teknologi PHT pada
Tanaman Kubis. Lembang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat
Penelitian Hortikultura dan Aneka Tanaman Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Lembang.
Sayyed AH, Wright DJ. 2001. Cross-resistance and inheritance of resistance to
Bacillus thuringiensis toxin Cry1Ac in diamondback moth (Plutella
xylostella L) from lowland Malaysia. J Pest Management Science 57 : 413
– 421.
Schuler TH et al. 1999. Potential side effects of insect resistant transgenic plants
on arthropod natural enemies. TibTech. 17 : 210 – 216.
28
Setiawati W. 1996. Status resistensi Plutella xylostella (L.) strain Lembang,
Pangalengan, dan Garut terhadap insektisida Bacillus thuringiensis.
Journal of Horticultura 6(4) : 387 – 391.
Subiyakto S. 1991. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija.
Yogyakarta: Kanisius.
Sudarwohadi S. 1975. Hubungan antara Tanaman Kubis dengan Dinamika
Populasi Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis. Bull. Penel. Horti.
3(4) : 3 – 14.
Sudarwohadi S, Evelens KG. 1977. Biological Control of Plutella xylostella on
Cabbage in Indonesia by Introduced Parasite Diadegma eucerophaga.
Makalah Kongres Entomologi II. Jakarta. hlm 14.
Syed TS, Abro GH. Ahmed S. 2004. Efficacy of different insecticides against
Plutella xylostella under field conditions. Pakistan. Journal Bio Scien 7(1):
10 – 13.
Tjahjadi RV, Gayatri, editor. 1994. Ingatlah Bahaya Pestisida Bunga Rampai
Residu Pestisida dan Alternatifnya. Jakarta: Depdikbud.
Toerngadi et al. 1980. Penuntun Praktikum Ilmu Hama Tumbuhan Umum.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Van Frankenhuyzen. 1993. The challenge of Bacillus thuringiensis. Di dalam:
Entwistle PF, editor. In Bacillus thuringiensis. West Sussex: John Willey
& Sons. hlm 2-35.
LAMPIRAN
Tabel 1 lampiran 7 Analisis sidik ragam populasi larva Plutella xylostella.
Minggu Setelah
Tanam (MST)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
Sumber
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
JK
173,167
709,750
882,917
346,167
376,750
722,917
827,167
949,750
1776,917
955,500
742,750
1698,250
640,500
6543,750
7184,250
5062,167
9882,750
14944,917
24666,167
8464,750
33130,917
35042,000
15485,000
50527,000
32346,500
7901,500
40248,000
5522,667
678,250
6200,917
db
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
KT
F
P
86,583
78,861
1,098
,374
173,083
41,861
4,135
,053
413,583
105,528
3,919
,060
477,750
82,528
5,789
,024
320,250
727,083
,440
,657
2531,083
1098,083
2,305
,155
12333,083
940,528
13,113
,002
17521,000
1720,556
10,183
,005
16173,250
877,944
18,422
,001
2761,333
75,361
36,641
,000
33
Tabel 2 lampiran 8 Analisis sidik ragam populasi larva Crocidolomia pavonana.
Minggu Setelah
Tanam (MST)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
Sumber
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
JK
6,500
31,500
38,000
406,500
575,750
982,250
468,667
1256,000
1724,667
714,500
867,750
1582,250
2080,167
14494,750
16574,917
3790,167
22686,750
26476,917
23250,500
18245,500
41496,000
16012,500
32473,500
48486,000
618,500
4700,500
5319,000
669,500
1680,750
2350,250
db
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
KT
3,250
3,500
F
,929
P
,430
203,250
63,972
3,177
,090
234,333
139,556
1,679
,240
357,250
96,417
3,705
,067
1040,083
1610,528
,646
,547
1895,083
2520,750
,752
,499
11625,250
2027,278
5,734
,025
8006,250
3608,167
2,219
,165
309,250
522,278
,592
,573
334,750
186,750
1,793
,221
34
Tabel 3 lampiran 9 Analisis sidik ragam populasi ulat Hellula undalis.
Minggu Setelah
Tanam (MST)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
Sumber
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
JK
,000
,000
,000
6,167
34,500
40,667
92,167
108,750
200,917
73,167
79,500
152,667
28,667
145,000
173,667
378,500
896,500
1275,000
90,167
102,500
192,667
260,167
246,750
506,917
628,167
79,500
707,667
171,167
130,500
301,667
db
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
KT
,000
,000
F
.
.
3,083
3,833
,804
,477
46,083
12,083
3,814
,063
36,583
8,833
4,142
,053
14,333
16,111
,890
,444
189,250
99,611
1,900
,205
45,083
11,389
3,959
,058
130,083
27,417
4,745
,039
314,083
8,833
35,557
,000
85,583
14,500
P
5,902
,023
35
Tabel 4 lampiran 10 Analisis sidik ragam populasi Phyllotreta sp.
Minggu Setelah
Tanam (MST)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
Sumber
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
JK
134,000
1288,000
1422,000
398,167
1192,750
1590,917
920,167
1365,500
2285,667
620,167
824,500
1444,667
16,167
56,750
72,917
7,167
17,750
24,917
2,667
12,000
14,667
4,500
29,750
34,250
2,167
2,750
4,917
6,000
11,000
17,000
db
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
KT
67,000
143,111
F
,468
P
,641
199,083
132,528
1,502
,274
460,083
151,722
3,032
,098
310,083
91,611
3,385
,080
8,083
6,306
1,282
,324
3,583
1,972
1,817
,217
1,333
1,333
1,000
,405
2,250
3,306
,681
,531
1,083
,306
3,545
,073
3,000
1,222
2,455
,141
36
Tabel 5 lampiran 11 Analisis sidik ragam populasi Myzus persicae.
Minggu Setelah
Tanam (MST)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
Sumber
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
JK
243,069
3107,361
3350,431
150,440
6631,764
6782,204
567,162
4479,375
5046,537
46,315
1944,722
1991,037
150,509
607,695
758,204
11,593
312,500
324,093
497,648
937,333
1434,981
1076,444
3020,833
4097,278
2824,426
711,819
3536,245
8691,370
1215,056
9906,426
db
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
KT
121,535
345,262
F
,352
P
,713
75,220
736,863
,102
,
λ-sihalotrin UNTUK MENGENDALIKAN BERBAGAI HAMA
PADA PERTANAMAN KUBIS DAN PENGARUHNYA
TERHADAP ARTHROPODA BUKAN SASARAN
DONNA RINA SIMANJUNTAK
A44103055
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
APLIKASI INSEKTISIDA Bacillus thuringiensis DAN
λ-sihalotrin UNTUK MENGENDALIKAN BERBAGAI HAMA
PADA PERTANAMAN KUBIS DAN PENGARUHNYA
TERHADAP ARTHROPODA BUKAN SASARAN
DONNA RINA SIMANJUNTAK
A44103055
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
Judul skripsi
: Aplikasi Insektisida Bacillus thuringiensis dan λ-sihalotrin
Untuk Mengendalikan Berbagai Hama Pada Pertanaman
Kubis dan Pengaruhnya Terhadap Arthropoda Bukan
Sasaran.
Nama Mahasiswa : Donna Rina Simanjuntak
NRP
: A44103055
Program Studi
: Hama dan Penyakit Tanaman
Menyetujui,
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc.
Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, MSi.
NIP. 130607614
NIP. 131879332
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.
NIP. 131124019
Tanggal lulus :
ABSTRAK
DONNA RINA SIMANJUNTAK. Aplikasi Insektisida Bacillus thuringiensis
dan λ-sihalotrin Untuk Mengendalikan Berbagai Hama pada Pertanaman Kubis
dan Pengaruhnya Terhadap Arthropoda Bukan Sasaran. Dibimbing oleh
AUNU RAUF dan R. YAYI MUNARA KUSUMAH.
Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Plutellidae) dan Crocidolomia
pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) merupakan hama penting pada
pertanaman kubis yang dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah. Pada
tanaman kubis ditemukan pula hama lain yaitu Myzus persicae (Hemiptera:
Aphididae), Phyllotreta sp. (Coleoptera: Chrysomelidae), Hellula undalis (F.)
(Lepidoptera: Pyralidae). Salah satu alternatif teknik pengendalian ramah
lingkungan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan insektisida biologi,
yaitu insektisida Bacillus thuringiensis (Bt). Penelitian ini bertujuan menguji
keefektifan insektisida Bacillus thuringiensis dan λ-sihalotrin dalam
mengendalikan hama-hama pada pertanaman kubis, serta mengevaluasi
pengaruhnya terhadap predator, parasitoid, dan artropoda penghuni permukaan
tanah.
Penelitian lapangan dilakukan pada pertanaman kubis di Segunung,
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dan berlangsung sejak Oktober
hingga Desember 2006. Pemeliharaan telur dan larva P. .xylostella untuk
keperluan studi pemangsaan dan parasitisasi dilakukan di Laboratorium Ekologi,
sedangkan penghitungan identifikasi artropoda hasil tangkapan perangkap jebakan
dilakukan di Laboratorium Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Percobaan dilakukan empat tahap yaitu pengamatan hama sesudah
diaplikasikannya masing-masing insektisida di pertanaman kubis, dengan dosis
anjuran 2 ml/ liter, volume semprot disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan
tanaman kubis setiap minggunya. Tahap selanjutnya yaitu peletakkan telur dan
larva P. xylostella di pertanaman untuk melihat pengaruh aplikasi insektisida uji
terhadap musuh alami (predator dan parasitoid), pemasangan perangkap jebakan
(pitfall trap) untuk melihat pengaruh insektisida uji terhadap arthropoda tanah.
Secara umum insektisida λ-sihalotrin tidak mampu mengendalikan
populasi ulat C. pavonana, P. xylostella, dan hama lainnya. Bahkan aplikasi
insektisida ini setiap minggu menyebabkan terjadinya resurjensi pada ulat P.
xylostella, terdapat kecenderungan bahwa aplikasi λ-sihalotrin berpengaruh buruk
terhadap predator, parasitoid, serta kelompok tertentu artropoda penghuni
permukaan tanah, insektisida Bt cukup efektif untuk mengendalikan hama kubis,
terutama ulat P. xylostella dan C. pavonana, yang ditunjukkan pula oleh
kemampuannya menghasilkan panen kubis yang paling tinggi, insektisida Bt tidak
berpengaruh buruk terhadap predator, parasitoid, serta artropoda tanah yang
tinggal di pertanaman kubis, pengendalian ulat P. xylostella dan C. pavonana
sebaiknya tidak menggunakan insektisida λ-sihalotrin, tapi menggunakan
insektisida Bt atau jenis lainnya yang aman terhadap musuh alami, lingkungan,
dan kesehatan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Januari 1985 dari Ayah D.
Simanjuntak dan Ibu Rosdiana Tampubolon. Penulis merupakan anak ketiga dari
lima bersaudara.
Tahun 1997 penulis lulus dari tingkat Sekolah Dasar Negeri 09 Jakarta,
kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 245 Jakarta, lulus pada tahun
2000. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 63 Jakarta dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) dengan Program Studi Hama dan Penyakit Tanaman,
Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman pada tahun ajaran 2005/ 2006.
Pada saat penyusunan skripsi, penulis sedang aktif dan menambah pengalaman
menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Hama Tumbuhan Dasar dan mata
kuliah Dasar-dasar Proteksi Tanaman tahun ajaran 2007.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan peyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
yaitu salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Orangtuaku terutama
Bapakku yang kusayangi yang selalu memberikan kasih sayang, doa, semangat,
dan dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. Terima kasih yang
sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, MSc dan
Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Si sebagai pembimbing tugas akhir yang
telah membantu, membimbing, dan memberikan saran kepada penulis dalam
pelaksanaan tugas akhir, serta Dr. Ir. Giyanto, M.Si selaku dosen penguji yang
telah memberikan saran dan masukan. Ucapan terima kasih disampaikan pula
kepada Dr. Ir. Djoko Prijono, MAgrSc. yang telah bersedia membantu dan
memberikan saran kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapauda, Inanguda,
abang dan adik-adikku David Djantua, Dohar, Ruly, dan Firman yang selalu
memberikan doa dan semangat bagi penulis di dalam menyelesaikan tugas akhir.
Tak lupa, penulis juga sampaikan terima kasih kepada David Sinambela yang
telah membantu dan menghibur penulis selama pelaksanaan tugas akhir. Penulis
juga berterimakasih kepada sahabatku Yulinda Agustina dan teman-temanku
semua HPT angkatan 40 (untuk Efva : ayooo...semangat va!!), Achel TeP, Rince,
Zaldi, kak Elsa 38, Bu Iis di lab Taksonomi, dan pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, yang telah memberikan doa dan semangat bagi penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir. Penulis juga berterima-kasih kepada staf dan
laboran Departemen Proteksi Tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu selama penulis melakukan penelitian di lapang dan
laboratorium.
Akhir kata penulis sampaikan mohon maaf kepada insan-insan HPT dan temanteman, apabila ada kesalahan mohon di lapangkan, semoga tali silaturahmi di
antara kita tetap terjalin dengan baik.
Semoga penelitian dan skripsi ini dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi
yang memerlukan.
Bogor, Mei 2007
Donna Rina Simanjuntak
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR
....................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................... vii
PENDAHULUAN
.................................................................................
Latar Belakang
Tujuan
1
.....................................................................
1
.................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA
.....................................................................
3
.................................................................................
3
Plutella xylostella
.....................................................................
Kerusakan pada tanaman kubis
.................................
Biologi dan morfologi Plutella
.................................
3
4
4
.........................................................
5
Hellula undalis
.....................................................................
6
Phyllotreta sp.
.....................................................................
6
Myzus persicae
.....................................................................
6
Diadegma semiclausum
.........................................................
7
Bacillus thuringiensis
.........................................................
8
.............................................
8
Pengaruh Bt-endotoksin terhadap perkembangan populasi
Arthropoda pengendali hayati
.................................
8
Potensi pengaruh Bt terhadap perkembangan parasitoid ....
9
Kubis
Crocidolomia pavonana
Sejarah dan status Bt
Pengaruh Bt-endotoksin terhadap perkembangan predator.. 9
BAHAN DAN METODE
...................................................................... 10
Tempat dan Waktu Penelitian
.............................................. 10
Bahan dan Alat
...................................................................... 10
Penanaman Kubis
...................................................................... 10
Pengolahan tanah
.......................................................... 10
Budidaya tanaman dan Rancangan Percobaan
.......... 11
Pengaruh aplikasi insektisida uji terhadap hama kubis ........ 11
Pengaruh aplikasi insektisida uji terhadap musuh alami ...... 11
Pengaruh aplikasi insektisida uji terhadap arthropoda ........ 13
Analisis data ................................................................................... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN
........................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN
.......................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
...................................................................... 26
.................................................................................. 29
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1
Kelimpahan Populasi Larva Plutella xylostella................................ 14
2
Kelimpahan Populasi Larva Crocidolomia pavonana...................... 15
3
Kelimpahan Populasi ulat Hellula undalis....................................
4
Kelimpahan Populasi Phyllotreta striolata ..................................... 16
5
Kelimpahan Populasi Myzus persicae ............................................ 17
6
Tingkat Pemangsaan Predator Terhadap Telur Plutella................... 18
7
Tingkat Pemangsaan Predator Terhadap Larva Plutella .................. 19
8
Tingkat Parasitisasi Diadegma semiclausum .................................... 20
9
Kelimpahan Populasi Formicidae ................................................... 21
10
Kelimpahan Populasi Collembola ................................................... 21
11
Kelimpahan Populasi Lycosidae ..................................................... 22
12
Hasil Panen Kubis ........................................................................... 23
15
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1 Gambar larva Plutella xylostella ................................................................ 30
2 Gambar larva Crocidolomia pavonana
3 Gambar ulat Hellula undalis
.................................................... 30
................................................................ 31
4 Gambar gejala kerusakan akibat serangan larva P. xylostella
................ 31
5 Gambar gejala kerusakan akibat serangan larva C. pavonana
................ 31
6 Skema petak percobaan
............................................................................ 32
5 Analisis sidik ragam populasi larva Plutella xylostella ............................... 33
6 Analisis sidik ragam populasi larva Crocidolomia binotalis ....................... 34
7 Analisis sidik ragam populasi ulat Hellula undalis ....................................... 35
8 Analisis sidik ragam populasi Phyllotreta striolata ..................................... 36
9 Analisis sidik ragam populasi Myzus persicae .............................................. 37
10 Analisis sidik ragam Pemangsaan predator terhadap telur Plutella ........... 38
11 Analisis sidik ragam Pemangsaan predator terhadap larva Plutella .......... 38
12 Analisis sidik ragam Tingkat parasitisasi Diadegma semiclausum terhadap
larva P. xylostella ....................................................................................... 39
13 Analisis sidik ragam Kelimpahan populasi Formicidae ............................. 39
14 Analisis sidik ragam Kelimpahan populasi Collembola ............................. 40
15 Analisis sidik ragam Kelimpahan populasi Lycosidae
............................. 40
16 Analisis sidik ragam Hasil panen kubis ..................................................... 41
17 Rerata populasi larva Plutella xylostella pada setiap minggu pengamatan... 41
18 Rerata populasi larva Crocidolomia sp. pada setiap minggu pengamatan..... 42
19 Rerata populasi ulat Hellula undalis pada setiap minggu pengamatan.......... 42
20 Rerata populasi Phyllotreta sp. pada setiap minggu pengamatan.................. 43
21 Rerata populasi Myzus persicae pada setiap minggu pengamatan................ 43
22 Rerata tingkat pemangsaan predator terhadap telur P. xylostella pada minggu
pengamatan
....................................................................................... 44
23 Rerata tingkat pemangsaan predator terhadap larva P. xylostella pada minggu
pengamatan .................................................................................................. 44
24 Rerata tingkat parasitisasi P. xylostella oleh Diadegma semiclausum pada
minggu pengamatan .................................................................................... 45
25 Rerata populasi Formicidae pada setiap minggu pengamatan....................
45
26 Rerata populasi Collembola pada setiap minggu pengamatan...................... 46
27 Rerata populasi Lycosidae pada setiap minggu pengamatan........................ 46
28 Rerata Hasil panen kubis............................................................................... 47
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) adalah salah satu jenis tanaman
sayuran yang banyak dibudidayakan di dataran tinggi. Kubis merupakan tanaman
penting yang berasal dari Eropa, yang kemudian dengan cepat tersebar menjadi
tanaman yang dikonsumsi di seluruh dunia (Rubatzky & Yamaguchi 1998). Di
banyak tempat di Indonesia seperti Lembang, Pangalengan, Tanah Karo dan
sebagainya, kubis adalah jenis sayuran yang paling banyak diusahakan oleh petani
(Tjahjadi & Gayatri 1994).
Hama lepidoptera yang sering menyerang pertanaman kubis dan sangat
merusak adalah Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera : Plutellidae) (lampiran 1),
Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera : Pyralidae) (lampiran 2) (Pracaya
2003). Serangga hama lainnya yang juga terdapat di pertanaman kubis adalah
Myzus persicae (Sulz.) (Hemiptera : Aphididae), Hellula undalis (Lepidoptera :
Pyralidae) (lampiran 3) dan Phyllotreta sp. (Coleoptera : Chrysomelidae)
(Subiyakto 1991).
Larva P. xylostella merupakan hama kosmopolitan, yang
terdapat di seluruh dunia di pertanaman kubis. Di Indonesia, hama ini berada di
dataran tinggi (Rismunandar 1981).
P. xylostella merupakan hama utama pada pertanaman kubis di Pulau
Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, dan daerah lainnya (Setiawati 1996).
Di
beberapa negara, seperti India dan Asia Tenggara, P. xylostella selalu menyerang
sepanjang tahun (Reddy & Guerrero 2001).
Plutella dapat menyebabkan
kerusakan pada daun kubis, petsay, kol bunga, dan lobak. Yang paling disukai
adalah tanaman kubis. Ulat ini sangat rakus, memakan bagian bawah daun dan
hanya meninggalkan lapisan daun bagian atas saja (epidermis) (lampiran 4).
Daun kubis yang dimakan tampak berwarna putih, kemudian mengering dan
akhirnya menjadi mati (Rismunandar 1981). Ulat Crocidolomia pavonana juga
merupakan hama penting yang menyerang pertanaman kubis (Rubatzky &
Yamaguchi 1998). Ulat ini menyerang bagian dalam yang terlindungi oleh daun
hingga mencapai titik tumbuh (lampiran 5). Jika ulat C. pavonana sudah
memakan krop kubis maka tanaman kubis akan terhambat pertumbuhannya dan
2
tidak dapat membentuk kol (Rismunandar 1981). Ulat Hellula undalis merusak
daun kubis dalam gulungan, dan kerusakannya mirip yang disebabkan oleh ulat C.
pavonana (Subiyakto 1991).
Di Indonesia, pada umumnya petani mengendalikan hama pada tanaman
kubis dengan menggunakan berbagai jenis insektisida dengan interval 1 – 2 kali
seminggu (Rauf et al. 2004). Insektisida yang diaplikasikan umumnya
berspektrum lebar yang dapat mematikan musuh alami dan lingkungan secara
umum.
Salah satunya adalah insektisida yang berasal dari bakteri Bacillus
thuringiensis (Bt). Bt digunakan sebagai insektisida biologi sejak tahun 1960
(Deacon 1994, Mohan & Gujar 2002). Bt memiliki peranan penting dalam sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Sayyed & Wright 2001). Bt diharapkan
mampu mengendalikan serangga hama, termasuk serangga hama yang stadium
larvanya (stadium rentan) hidup di dalam jaringan tanaman.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menguji keefektifan insektisida Bacillus
thuringiensis dan λ-sihalotrin dalam mengendalikan hama-hama pada pertanaman
kubis, serta mengevaluasi pengaruhnya terhadap predator, parasitoid, dan
arthropoda penghuni permukaan tanah.
TINJAUAN PUSTAKA
KUBIS
Kubis termasuk keluarga Cruciferae dengan nama botani Brassica
oleracea var. capitata L. (Rukmana 1994). Pusat pertanaman kubis di Indonesia
yaitu Pangalengan, Lembang, Cipanas, Malang, dan Argalingga. Pada umumnya
kultivar kubis yang banyak dibudidayakan di daerah tropik seperti di Indonesia
hingga saat ini berasal dari daerah beriklim dingin atau berhawa sejuk.
Keadaan iklim yang sesuai untuk pertanaman kubis adalah daerah yang
relatif lembab dan dingin. Kelembaban yang diperlukan tanaman kubis adalah 80
– 90 %, dengan suhu berkisar 15 - 20°C serta cukup mendapatkan sinar matahari.
Varietas-varietas kubis untuk dataran tinggi yang ditanam di daerah yang bersuhu
di atas 25°C akan gagal membentuk krop.
Pertanaman kubis yang kurang
mendapatkan sinar matahari akan kurang baik pertumbuhannya dan mudah
terserang penyakit. Beberapa varietas kubis yang dapat dikembangkan di dataran
rendah (temperatur di atas 25°C) diantaranya adalah KR-Cross dan KY-Cross
yang dapat memberikan hasil setara dengan tanaman kubis di dataran tinggi
(Kartapradja 1988). Kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah, mulai dari tanah
pasir sampai tanah liat. Tetapi yang paling baik untuk tanaman kubis adalah tanah
lempung berpasir, tanah yang gembur, dan banyak mengandung humus serta pH
berkisar 6 – 7 (Rukmana 1994). Tanaman kubis pada umumnya tahan terhadap
kandungan garam yang tinggi tetapi tidak tahan terhadap keadaan tanah yang
tergenang air (Harjadi 1989). Tiap jenis kubis memerlukan persyaratan tumbuh
yang berbeda. Pada tanah masam (pH kurang dari 5,5) pertumbuhan kubis sering
mengalami gangguan, mudah terserang penyakit akar gada atau “Club root” yang
disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora brassicae.
Plutella xylostella (L .)
Plutella xylostella yang termasuk dalam ordo Lepidoptera famili
Plutellidae, dikenal dengan nama diamondback moth atau ngengat punggung
berlian (Kalshoven 1981). Di Indonesia ada beberapa nama daerah untuk hama
4
ini antara lain ama bodas (Sunda), omo kapar (Jawa Timur), dan omo kupu klawu
(Jawa Tengah) (Sudarwohadi 1975).
Serangga P. xylostella adalah serangga kosmopolitan yang dapat
ditemukan hampir di setiap daerah pertanaman kubis. Serangga ini telah lama
dikenal di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Australia, Selandia Baru, Fiji,
Jamaica dan Hawai. Di Indonesia hama ini ditemukan di daerah pegunungan
yang ada pertanaman kubisnya (Rismunandar 1981).
Kerusakan pada tanaman kubis akibat serangan larva P. xylostella
Pada umumnya larva P. xylostella menyerang tanaman kubis yang masih
muda sebelum membentuk krop dengan cara memakan jaringan permukaan
bawah daun dan meninggalkan epidermis permukaan atas daun sehingga tanaman
lama-kelamaan akan berbentuk seperti jendela putih pada daun tersebut
(Sudarwohadi 1975).
Tingkat populasi larva yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang
sangat berat dan biasanya terjadi pada musim kemarau (Sudarwohadi 1975).
Serangan yang berat oleh hama ini dapat menurunkan hasil baik dari segi kualitas
maupun kuantitas (Sudarwohadi 1975).
Biologi dan Morfologi
Dalam
perkembangannya
P.
xylostella
adalah
serangga
yang
bermetamorfosis sempurna (holometabola) dengan empat stadia hidup yaitu stadia
telur, larva, pupa, dan imago.
Telur
Telur berbentuk oval (agak pipih), berukuran 0,49 x 0,26 mm. Telur
diletakkan secara satu-persatu atau dua-dua, tiga-tiga pada permukaan bawah
daun. Warna telur mula-mula kuning kemudian menjadi coklat sebelum menetas.
Lama stadium telur di Pacet sekitar 3 hari, sedangkan di Bogor sekitar 2 hari
(Sudarwohadi 1975).
Larva
Larva terdiri dari empat instar, yaitu :
Instar-1. Tubuh larva instar 1 berwarna putih kekuningan dan kepala
berwarna hitam. Panjang tubuh berkisar antara 0,75 – 1,05 mm dan lebarnya 0,15
– 0,19 mm.
Larva instar-1 ini hanya mengorok daun tanaman inangnya.
5
Instar-2. Tubuh larva instar 2 berwarna kekuningan, rambut pendek dan kepala
berwarna hitam. Panjang tubuh berkisar antara 1,73 – 2,93 mm dan lebarnya 0,31
– 0,51 mm. Lama stadium instar-2 di Pacet dan di Bogor sekitar 2 hari.
Instar-3. Tubuh larva instar-3 berwarna hijau, rambut hitam dan kepala
berbercak coklat. Panjang tubuh berkisar antara 3,00 – 4,43 mm dan lebarnya
0,44 – 0,68 mm (Sudarwohadi 1975). Lama stadium instar-3 di Pacet sekitar 3
hari, sedangkan di Bogor sekitar 2 hari.
Instar-4.
Tubuh larva instar-4 berwarna hijau mirip dengan instar-3,
hanya lebih besar ukurannya yaitu dengan panjang tubuh berkisar antara 6,45 –
7,79 mm dan lebarnya 0,83 – 1,20 mm. Larva instar terakhir ini dapat memakan
seluruh jaringan daun sehingga yang tersisa hanya tulang daunnya saja.
Tingkat populasi larva P. xylostella umumnya meningkat semenjak
tanaman kubis berumur 5 minggu sampai 9 minggu setelah tanam (Sudarwohadi
1975).
Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae)
C. pavonana tergolong dalam ordo Lepidoptera, famili Pyralidae. Ulat ini
menyerang tanaman dari famili Cruciferae, seperti kol, sawi, lobak, dan kohlrabi.
Dikenal dengan sebutan ulat titik tumbuh, karena menyerang bagian dalam yang
terlindungi oleh daun hingga mencapai titik tumbuh.
Imago
Imago C. pavonana umumnya meletakkan telur di bagian bawah
permukaan daun (Toerngadi et al. 1980) atau bagian daun yang terlindungi. Telur
berbentuk pipih dan diletakkan secara berkelompok menyerupai genteng rumah,
melekat pada permukaan bawah daun. Telur yang dihasilkan oleh imago betina
bervariasi antara 55 – 285 butir (Permadi dan Sastrosiswojo 1993).
Larva
Larva terdiri dari lima instar dan biasanya dijumpai berkelompok pada
permukaan bawah daun kubis.
Larva yang baru keluar dari telur berbentuk
silindris dan tubuhnya berwarna kuning muda agak transparan (Sastrosiswojo &
Setiawati 1993).
6
Di pertanaman kubis, larva menyerang tanaman yang telah membentuk
krop dan arahnya menuju titik tumbuh. Pada bagian daun yang dimakan oleh
larva instar satu dan dua, bekas serangannya tampak berupa bercak putih, yaitu
warna lapisan epidermis permukaan atas daun, dan berlubang setelah lapisan
epidermis kering. Larva menggerek ke dalam krop sehingga menurunkan nilai
ekonomi (Permadi dan Sastrosiswojo 1993).
Pupa
Pupa terdapat dalam kokon yang terbuat dari butiran tanah dan berbentuk
lonjong, dengan masa pupa kurang lebih 9,3 hari.
Hellula undalis Fabricius (Lepidoptera: Pyralidae)
Nama umum H. undalis adalah ulat kubis bergaris. Ulat ini merusak daun
kubis dalam gulungan, dan kerusakannya menyerupai ulat C. pavonana. Ulat ini
berkepala merah agak kecoklatan, bergaris-garis longitudinal pada tubuhnya,
dengan panjang kurang lebih 14 mm.
Pupa biasanya dijumpai di tanah
terbungkus kokon, tertutup oleh partikel tanah. Perkembangan hama ini antara 23
– 25 hari (Subiyakto 1991).
Phyllotreta sp. (Coleoptera: Chrysomelidae)
Hama ini sering dikenal dengan sebutan kumbang anjing. Serangannya
menyebabkan daun-daun menjadi berlubang-lubang.
Larvanya terkadang
merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan tanah. Kumbang ini
berwarna hitam atau kecoklatan, dengan sayap bergaris kuning. Panjang imago
Phyllotreta sp sekitar 2 mm. Telur diletakkan dalam kelompok pada kedalaman
tanah sekitar 2 – 3 cm. Panjang larvanya kurang lebih 4 mm. Pupa dalam bentuk
kokon dengan panjang sekitar 3 mm, berada pada kedalaman tanah 5 cm. Lama
perkembangannya antara 3 sampai 4 minggu (Subiyakto 1991).
Myzus persicae (Sulz.) (Hemiptera: Aphididae)
M. persicae yang termasuk dalam famili Aphididae dikenal dengan
sebutan kutu daun.
Kutu ini menghisap cairan tanaman.
Serangannya pada
tanaman yang masih muda dapat menyebabkan kerusakan yang berarti. Kutu ini
7
menghasilkan cairan yang mengandung madu, bagian tanaman yang terkena
cairan tersebut biasanya ditumbuhi oleh cendawan, sehingga menyebabkan
aktivitas fotosintesisnya menjadi terhambat. Kutu ini dapat sebagai vektor lebih
dari 90 jenis virus penyebab penyakit tanaman. Warna kutu ini bervariasi ada
kuning,
hijau,
atau
keunguan.
Perkembangbiakannya
adalah
secara
partenogenesis, mengalami 4 kali ganti kulit sebelum mencapai dewasa. Lama
hidup kutu ini sekitar dua bulan, musuh alaminya serangga dari famili Syrphidae,
Coccinelidae, dan Hymenoptera (Subiyakto 1991).
Diadegma semiclausum Hellen (Hymenoptera : Ichneumonidae)
Parasitoid D. semiclausum adalah parasit larva P. xylostella.
Imago
parasitoid betina meletakkan telur pada setiap instar larva, tetapi hanya pada larva
yang sehat. Larva yang terparasit olehnya dapat tetap hidup dan makan normal
serta membentuk pupa pada akhir masa instar keempat (Vos 1953 dalam
Fitmawati 1996). Pupa yang sudah terparasit berbentuk silindris, tidak transparan
dan kedua ujung kokonnya tertutup. Stadium pupa berlangsung selama 8 – 10
hari, inang mati pada fase prapupa yaitu pada saat pupa telah terbentuk. Lama
hidup prapupa dipengaruhi saat terjadinya peletakkan telur parasit pada inang.
Bila peletakkan telur terjadi pada instar pertama inang, maka prapupa berlangsung
selama beberapa jam, sedang bila peletakkan telur terjadi pada instar kedua maka
lama hidup prapupa 2 hari dan bila terjadi pada instar ketiga inang maka lama
hidup prapupa 3 – 5 hari. Di pacet, waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan
hingga menjadi imago berlangsung antara 18 – 20 hari (Vos 1953 dalam
Fitmawati 1996).
Daerah penyebaran parasitoid D. semiclausum di pusat pertanaman kubis
dataran tinggi di Indonesia telah diketahui cukup luas, yaitu di Jawa, Bali, dan
sebagian Sumatera namun tidak berkembang di daerah Sulawesi (Sudarwohadi &
Evelens 1977). Parasitoid D. semiclausum merupakan komponen pengendalian
hama secara terpadu (PHT) yang efektif dan aman bagi lingkungan hidup.
Pelepasan parasitoid D. semiclausum telah banyak dilakukan di daerah Jawa Barat
dan sekitarnya.
8
Bacillus thuringiensis (Bt)
Sejarah dan Status Bt
Bt telah dikenal sebagai agen pengendali hayati sejak tahun 1950-an.
Pertama kali dijumpai di Jepang pada tahun 1901, yang membunuh ulat sutera di
tempat pemeliharaan. Sepuluh tahun kemudian, di Jerman ditemukan strain baru
dari Bt pada larva yang menyerang biji-bijian (serealia) di gudang penyimpanan.
Strain Bacillus sp. berikutnya ditemukan di kota Thuringia, kemudian bakteri ini
disebut Bacillus thuringiensis, yaitu nama yang diberikan pada famili bakteri yang
memproduksi kristal paraspora yang bersifat insektisidal.
Semula bakteri ini
hanya diketahui menyerang larva dari serangga kelas Lepidoptera sampai
kemudian ditemukan bahwa bakteri ini juga menyerang Diptera dan Coleoptera
(Dent 1993). B. thuringiensis merupakan bakteri gram-positif berbentuk batang.
Jika nutrien di mana Bt ini hidup sangat kaya, maka bakteri ini hanya tumbuh
pada fase vegetatif, namun bila suplai makanannya menurun maka akan
membentuk spora dorman yang mengandung satu atau lebih jenis kristal protein.
Kristal ini mengandung protein yang disebut δ-endotoksin, yang bersifat lethal
jika dimakan oleh serangga yang rentan (Hofte & Whiteley 1989).
Pengaruh Aplikasi Insektisida Bt terhadap Perkembangan Populasi
Arthropoda Pengendali Hayati
Pada umumnya insektisida Bt yang diaplikasikan menggunakan knapsack
sprayer mempunyai pengaruh terhadap musuh alami. Namun demikian, pengaruh
insektisida Bt terhadap musuh alami lebih kecil dibandingkan dengan insektisida
buatan.
Pengaruh ini sangat spesifik tergantung jenis gen tahan yang
diekspresikan jenis hama, dan jenis predator atau parasitoidnya.
Penelitian
mengenai pengaruh insektisida Bt terhadap musuh alami telah dilakukan baik di
laboratorium maupun di lapangan (Bahagiawati 2002).
Potensi Pengaruh Aplikasi Insektisida Bt terhadap Perkembangan Parasitoid
Bt-protoksin yang digunakan sebagai insektisida mikrobial tidak beracun
terhadap parasitoid meskipun ada beberapa pengecualian yang telah dilaporkan
(Schuler et al., 1999).
Penelitian mengenai pengaruh protoksin pada dosis
9
sublethal terhadap hama kubis diamond backmoth (Plutella xylostella), ternyata
ditemukan bahwa Bt dapat memperpanjang periode pupa dari parasit braconidae
Cotesia plutella.
Namun demikian, tidak dijumpai pengaruhnya terhadap
braconidae lainnya, yaitu Diadegma semiclausum yang juga memarasit larva P.
xylostella (Schuler et al., 1999).
Pengaruh Aplikasi Insektisida Bt terhadap Perkembangan Predator
Predator dewasa dan larva hidup bebas (tidak di dalam tubuh serangga),
lebih bebas bergerak dan biasanya mempunyai mangsa yang lebih beraneka ragam
Pengaruh endotoksin terhadap predator suatu jenis hama berbeda.
Hasil
penelitian di lapangan selama dua tahun menyatakan bahwa aplikasi insektisida Bt
tidak mempengaruhi keberadaan predator dari famili Coccinellidae, Anthocoridae,
dan Chrysopidae (Pilcher et al., 1997).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan pada pertanaman kubis di Segunung,
kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dan berlangsung sejak Oktober
hingga Desember 2006.
Pemeliharaan telur dan larva P. xylostella untuk
keperluan studi pemangsaan dan parasitisasi dilakukan di Laboratorium Ekologi,
sedangkan penghitungan identifikasi arthropoda hasil tangkapan perangkap
jebakan dilakukan di Laboratorium Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Dalam melakukan penelitian di lapang, bahan dan alat yang digunakan
terdiri dari : insektisida dengan merek dagang Florbac FC (berbahan aktif Bacillus
thuringiensis var. Aizawai serotype 7), insektisida dengan merek dagang Matador
25 EC (berbahan aktif λ-sihalotrin), air biasa, formalin 4 %, seng, bambu, cat,
kuas, pulpen, kertas, dan gelas plastik.
Selama memelihara serangga dan
melakukan pengamatan hasil pemasangan pitfall trap di laboratorium, bahan dan
alat yang digunakan terdiri dari daun kubis, daun brokoli, air, aquades, alkohol 70
%, kotak plastik (wadah untuk memelihara Plutella sp.), kuas, gunting, kertas
label, kain kasa (sebagai saringan untuk pengamatan hasil pitfall trap), botol film,
cawan petri, dan corong.
Penanaman Kubis
Pengolahan tanah
Tanah diolah terlebih dahulu dengan cara dicangkul dengan kedalaman
sekitar 30 – 40 cm, supaya tanah menjadi gembur dan menambah pemasukan
udara segar dalam tanah, serta mengurangi kemungkinan adanya hama dan
penyakit. Setelah dicangkul tanah dibiarkan beberapa hari supaya mendapat sinar
matahari yang cukup.
Setelah selesai mencangkul dibuat bedengan yang
tingginya kurang lebih 5 cm, untuk menghindari kalau hujan lebat tidak tergenang
air.
11
Budidaya Tanaman dan Rancangan Percobaan
Benih kubis yang digunakan adalah varietas Grand 11. Benih disemai
terlebih dahulu dalam nampan plastik yang berisi campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1: 1 (v/v). Setelah berumur 10 HST (hari setelah
tanam), bibit dipindahkan ke lapang dengan jarak tanam 25 – 30 cm. Pada setiap
lubang ditanam satu bibit kubis. Pada umur 4 MST dan 8 MST tanaman kubis
dipupuk dengan NPK (Nitrogen Phosphor Kalium) dengan perbandingan (15 : 15
: 15).
Kegiatan pemeliharaan lainnya seperti penyiraman dan penyiangan
mengikuti cara petani setempat.
Percobaan terdiri dari tiga perlakuan dan empat ulangan, sehingga
keseluruhannya terdapat 12 petak perlakuan.
Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Setiap petak perlakuan
berukuran 10 m x 10 m dengan 320 tanaman kubis. Jarak antar petak ± 4 m.
perlakuan dalam percobaan ini adalah aplikasi insektisida Bt (Florbac FC) dan
λ-sihalotrin (Matador 25 EC) serta kontrol.
menggunakan knapsack sprayer semi otomatis.
Insektisida uji diaplikasikan
Banyaknya volume semprot
tergantung kondisi pertumbuhan tanaman. Aplikasi pertama dilakukan segera
setelah tanam (2 MST), diulang setiap minggu, dan dihentikan satu minggu
sebelum panen. Untuk perlakuan kontrol penyemprotan hanya menggunakan air.
Pengaruh Aplikasi Insektisida Uji Terhadap Hama Kubis
Aplikasi insektisida Bt dan λ-sihalotrin dievaluasi pengaruhnya terhadap
kelimpahan ulat P. xylostella, C. pavonana, H. undalis, P. striolata, dan kutu daun
M. persicae. Untuk maksud tersebut pada setiap petak dipilih secara sistematik 12
tanaman contoh. Pengamatan kelimpahan populasi hama dilakukan setiap minggu
sejak 2 MST hingga 11 MST. Pada setiap pengamatan, banyaknya hama yang
terdapat pada tanaman contoh dihitung. Khusus untuk kutu daun, pengamatan
didasarkan pada banyaknya tanaman kubis yang terinfestasi M. persicae.
Pengaruh Aplikasi Insektisida Uji Terhadap Musuh alami
Penyediaan telur dan larva umpan. Imago P. xylostella dikumpulkan
dari pertanaman kubis di Pasir Sarongge, Cianjur. Ngengat kemudian dipelihara
12
dalam kurungan plastik berukuran 20 cm x 30 cm dan diberi pakan larutan madu
10 % yang diresapkan pada kapas yang digantungkan pada bagian atap kurungan.
Sebagai tempat peletakkan telur P. xylostella digunakan daun brokoli yang
pangkal daunnya dicelupkan ke dalam tabung film yang berisi air supaya tidak
layu. Daun brokoli ini ditempatkan di dalam kurungan plastik selama ± 24 jam.
Kurungan tadi ditutup dengan karton berwarna hitam supaya imago P. xylostella
menghasilkan telur lebih banyak. Setelah satu hari, daun yang sudah diletaki telur
disimpan dalam kurungan plastik lain yang bersih. Larva yang keluar dari telur
kemudian ditempelkan pada daun kubis yang sehat dan bebas dari pestisida.
Setelah itu, larva dimasukkan ke dalam kotak pembiakkan berukuran 80 cm x 40
cm x 65 cm sampai menjadi imago. Sebagian dari telur dan larva digunakan
sebagai umpan dalam studi pemangsaan dan parasitisasi.
Tingkat pemangsaan.
Untuk mengevaluasi pengaruh insektisida
terhadap predator digunakan telur dan larva instar-2 P. xylostella sebagai umpan.
Pada setiap percobaan ditempatkan 3 polibag yang masing-masing ditumbuhi satu
tanaman kubis berumur 3 minggu dengan 3 – 4 helai daun per tanaman.
Sebanyak 10 butir telur dan 10 ekor larva instar-2, hasil pembiakkan di
laboratorium, secara terpisah ditempatkan pada daun kubis yang tumbuh pada
polibag.
Setelah 48 jam banyaknya telur dan larva yang tersisa dihitung.
Banyaknya telur dan larva umpan yang hilang diasumsikan sebagai akibat
pemangsaan oleh predator.
Penempatan telur dan larva dilakukan pada saat
tanaman kubis berumur 4 MST, 7 MST, dan 10 MST.
Tingkat parasitisasi.
Prosedur yang sama dilakukan untuk mengkaji
pengaruh aplikasi insektisida terhadap parasitoid, kecuali bahwa pada percobaan
ini hanya larva yang digunakan sebagai umpan. Pada setiap petak percobaan
ditempatkan tiga tanaman kubis yang ditanam dalam polibag. Sebanyak sepuluh
larva instar-2 diletakkan secara terpisah pada setiap daun dalam satu polibag.
Setelah 72 jam, larva yang tertinggal dikumpulkan dan dibawa ke laboratorium
untuk dipelihara sampai menjadi pupa. Kemudian pupa dimasukkan dalam botol
plastik yang ditutup dengan kain kasa hingga imago muncul. Banyaknya ngengat
P. xylostella dan imago parasitoid D. semiclausum yang muncul dicatat.
13
Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali selama musim tanam yaitu pada 5 MST, 8
MST, dan 11 MST.
Pengaruh Aplikasi Insektisida Uji Terhadap Arthropoda Tanah
Untuk menentukan pengaruh aplikasi insektisida terhadap arthropoda
penghuni permukaan tanah dipasang perangkap jebakan. Perangkap terbuat dari
gelas plastik (tinggi = 9,7 cm, diameter bawah = 4,5 cm, diameter atas = 6,2 cm),
yang diisi formalin 4 % setinggi 3,5 cm. Banyaknya perangkap yang dipasang
adalah empat buah per petak sehingga keseluruhannya berjumlah 48 perangkap.
Agar tidak kemasukan air hujan, di atas perangkap dipasang atap yang terbuat dari
seng berukuran 22 cm x 13 cm. Perangkap dipasang selama 72 jam. Seluruh
arthropoda yang tertangkap dalam perangkap dibawa ke laboratorium untuk
diidentifikasi.
Pemasangan perangkap dilakukan sebanyak tiga kali selama
musim tanam kubis yaitu pada 4 MST, 7 MST, dan 10 MST.
Analisis Data
Analisis ragam dilakukan untuk menentukan pengaruh aplikasi insektisida
terhadap rataan kelimpahan dan serangan hama-hama kubis serta tingkat
pemangsaan, tingkat parasitisasi, dan kelimpahan arthropoda tanah, yang
dilanjutkan dengan Uji Tukey pada taraf α = 5%. Pengolahan data menggunakan
bantuan perangkat lunak SPSS 11.5.
Maaf .................................................
BAB III halaman ini tidak dapat kami
tampilkan Karena pada lembar aslinya
memang tidak ada.
KESIMPULAN DAN SARAN
-
Insektisida λ-sihalotrin tidak mampu mengendalikan populasi ulat C.
pavonana, P. xylostella, dan hama lainnya. Bahkan aplikasi insektisida ini
setiap minggu menyebabkan terjadinya resurgensi pada ulat P.xylostella.
-
Terdapat
kecenderungan
bahwa
aplikasi
insektisida
λ-sihalotrin
berpengaruh buruk terhadap predator, parasitoid, serta kelompok tertentu
arthropoda penghuni permukaan tanah.
-
Insektisida Bt cukup efektif untuk mengendalikan hama kubis, terutama
ulat P. xylostella dan C. pavonana yang ditunjukkan pula oleh
kemampuannya menghasilkan panen kubis yang paling tinggi.
-
Insektisida Bt tidak berpengaruh buruk terhadap predator, parasitoid, serta
arthropoda tanah yang tinggal di pertanaman kubis.
-
Pengendalian ulat P. xylostella dan C. pavonana sebaiknya tidak
menggunakan insektisida λ-sihalotrin,tapi menggunakan insektisida Bt
atau jenis lainnya yang aman terhadap musuh alami, lingkungan, dan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aronson AI et al. 1986. Bacillus thuringiensis and related insect pathogens.
Microbial Rev 50 : 1 – 24.
Bahagiawati. 2002. Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida.
Jurnal
Agro
Biogen
5:
1
[jurnal
on-line].
http//www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio/agrobio5_Bahagiawati.pdf.
[2002].
Burges HD. 1986. Production and use of pathogens to control insect pests. J Appl
Bacteriol: 127S-137S.
Carlton BC, Gonzales JM. 1985. Plasmids and delta-endotoxin production in
different subspecies of Bacillus thuringiensis. Di dalam: JA Hoch, editor.
Molecular Biology of microbial differentiation. Washington DC:
American Society for Microbiology.
Croft BA. 1990. Arthropod biological control agents and pesticides. New York:
John Wiley & Sons.
Deacon J. 1994. The Microbial World: Bacillus tuhringiensis. Institut of Cell and
Moleculer
Biology,
The
University
of
Edinburgh.
http//helios.bto.ed.ac.uk/bto/microbes/bt.html. [1994].
Dent DR. 1993. The use of Bacillus thuringiensis as insecticide. Di dalam : Jones
DG, editor. Exploition of Microorganisms. Chapman and Hall. hlm 19-44.
Facknath S. 1999. Food and Agricultural Research Council: Control of Plutella
xylostella and Crocidolomia binotalis through the Combined Effects of
Bacillus thuringiensis and Botanical Pesticides, The University of
Mauritius.
Fitmawati. 1996. Pengamatan hama dan penyakit penting serta parasitoid
Diadegma semiclausum Hellen pada pertanaman kubis di kecamatan
Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat [skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Harjadi SS. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. IPB: Pau Biologi. hlm 506.
Haseeb M, Liu TX, Jones WA. 2004. Effects of selected insecticides on Cotesia
plutellae, endoparasitoid of Plutella xylostella. BioControl 49 : 33 – 46.
Heimpel AM. 1967. A critical review of Bacillus thuringiensis var. thuringiensis
Berliner and other crystaliferous bacteria. Ann Rev Entomol 12 : 287 –
322.
Hofte H, Whiteley HR. 1989. Insecticidal crystal protein of Bacillus thuringiensis.
Microbial Rev 53 : 242-255.
Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta : PT. Ichtiar Baru
van Hoeve. 701 p.
Kartapradja R. 1988. Pengujian daya hasil varietas kubis introduksi. Buletin
Penelitian Hortikultura 16 (1) : 34 – 39.
27
Koul O, Dhaliwal GS. 2002. Microbial biopesticides: an introduction. Di dalam:
Taylor, editor. Microbial Biopesticides. New York: Francis Inc. hlm 1 – 4.
Kronstadt JW, Whiteley HR. 1986. Three classes of homologous Bacillus
thuringiensis crystal protein genes. Gene 43 : 29-40.
Mohan M, Gujar GT. 2002. Geographical variation in larval susceptibility of the
diamondback moth, Plutella xylostella (Lapidoptera: Plutellidae) to
Bacillus thuringiensis spore – crystal mixtures and purified crystal protein
and associated resistance development in India. Bulletin of Entomological
Research 92 : 489 – 498.
Permadi AH, Sastrosiswojo S. 1993. Kubis. Lembang. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Hortikultura Lembang.
Pilcher CD et al. 1997. Preimaginal development, survival, and field abundance of
insect predators on transgenic Bacillus thuringiensis corn. Environmental
Entomology 26 : 446 – 454.
Pracaya. 1990. Kol alias Kubis. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pracaya. 2003. Hama & Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rauf A, Prijono D, Dadang, Russel DA. 2004. Survey of Pest Control Practices of
Cabbage Farmers in West Java, Indonesia. Collaboration between Bogor
Agricultural University and Centre for Environmental Stress and Adaption
Research-La Trobe University. 61 pp.
Reddy GVP, Guerrero A. 2001. Optimum timing of insecticide applications
against diamondback moth Plutella xylostella in cole crops using threshold
catches in sexpheromone traps. J Pest Management Science 57 : 90 – 94.
Rismunandar. 1981. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung:
Sinar Baru.
Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi.
Ed ke-2. Bandung: ITB.
Rukmana R. 1994. Bertanam Kubis. Yogyakarta: Kanisius.
Sastrosiswojo S, Setiawati W. 1993. Hama-hama tanaman kubis dan cara
pengendaliannya. Di dalam : Permadi & Sastrosiswojo, editor. Kubis.
Bandung : Balai Penelitian Hortikultura Lembang.
Sastrosiswojo S, Uhan TS, Sutarya R. 2000. Penerapan Teknologi PHT pada
Tanaman Kubis. Lembang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat
Penelitian Hortikultura dan Aneka Tanaman Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Lembang.
Sayyed AH, Wright DJ. 2001. Cross-resistance and inheritance of resistance to
Bacillus thuringiensis toxin Cry1Ac in diamondback moth (Plutella
xylostella L) from lowland Malaysia. J Pest Management Science 57 : 413
– 421.
Schuler TH et al. 1999. Potential side effects of insect resistant transgenic plants
on arthropod natural enemies. TibTech. 17 : 210 – 216.
28
Setiawati W. 1996. Status resistensi Plutella xylostella (L.) strain Lembang,
Pangalengan, dan Garut terhadap insektisida Bacillus thuringiensis.
Journal of Horticultura 6(4) : 387 – 391.
Subiyakto S. 1991. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija.
Yogyakarta: Kanisius.
Sudarwohadi S. 1975. Hubungan antara Tanaman Kubis dengan Dinamika
Populasi Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis. Bull. Penel. Horti.
3(4) : 3 – 14.
Sudarwohadi S, Evelens KG. 1977. Biological Control of Plutella xylostella on
Cabbage in Indonesia by Introduced Parasite Diadegma eucerophaga.
Makalah Kongres Entomologi II. Jakarta. hlm 14.
Syed TS, Abro GH. Ahmed S. 2004. Efficacy of different insecticides against
Plutella xylostella under field conditions. Pakistan. Journal Bio Scien 7(1):
10 – 13.
Tjahjadi RV, Gayatri, editor. 1994. Ingatlah Bahaya Pestisida Bunga Rampai
Residu Pestisida dan Alternatifnya. Jakarta: Depdikbud.
Toerngadi et al. 1980. Penuntun Praktikum Ilmu Hama Tumbuhan Umum.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Van Frankenhuyzen. 1993. The challenge of Bacillus thuringiensis. Di dalam:
Entwistle PF, editor. In Bacillus thuringiensis. West Sussex: John Willey
& Sons. hlm 2-35.
LAMPIRAN
Tabel 1 lampiran 7 Analisis sidik ragam populasi larva Plutella xylostella.
Minggu Setelah
Tanam (MST)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
Sumber
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
JK
173,167
709,750
882,917
346,167
376,750
722,917
827,167
949,750
1776,917
955,500
742,750
1698,250
640,500
6543,750
7184,250
5062,167
9882,750
14944,917
24666,167
8464,750
33130,917
35042,000
15485,000
50527,000
32346,500
7901,500
40248,000
5522,667
678,250
6200,917
db
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
KT
F
P
86,583
78,861
1,098
,374
173,083
41,861
4,135
,053
413,583
105,528
3,919
,060
477,750
82,528
5,789
,024
320,250
727,083
,440
,657
2531,083
1098,083
2,305
,155
12333,083
940,528
13,113
,002
17521,000
1720,556
10,183
,005
16173,250
877,944
18,422
,001
2761,333
75,361
36,641
,000
33
Tabel 2 lampiran 8 Analisis sidik ragam populasi larva Crocidolomia pavonana.
Minggu Setelah
Tanam (MST)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
Sumber
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
JK
6,500
31,500
38,000
406,500
575,750
982,250
468,667
1256,000
1724,667
714,500
867,750
1582,250
2080,167
14494,750
16574,917
3790,167
22686,750
26476,917
23250,500
18245,500
41496,000
16012,500
32473,500
48486,000
618,500
4700,500
5319,000
669,500
1680,750
2350,250
db
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
KT
3,250
3,500
F
,929
P
,430
203,250
63,972
3,177
,090
234,333
139,556
1,679
,240
357,250
96,417
3,705
,067
1040,083
1610,528
,646
,547
1895,083
2520,750
,752
,499
11625,250
2027,278
5,734
,025
8006,250
3608,167
2,219
,165
309,250
522,278
,592
,573
334,750
186,750
1,793
,221
34
Tabel 3 lampiran 9 Analisis sidik ragam populasi ulat Hellula undalis.
Minggu Setelah
Tanam (MST)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
Sumber
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
JK
,000
,000
,000
6,167
34,500
40,667
92,167
108,750
200,917
73,167
79,500
152,667
28,667
145,000
173,667
378,500
896,500
1275,000
90,167
102,500
192,667
260,167
246,750
506,917
628,167
79,500
707,667
171,167
130,500
301,667
db
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
KT
,000
,000
F
.
.
3,083
3,833
,804
,477
46,083
12,083
3,814
,063
36,583
8,833
4,142
,053
14,333
16,111
,890
,444
189,250
99,611
1,900
,205
45,083
11,389
3,959
,058
130,083
27,417
4,745
,039
314,083
8,833
35,557
,000
85,583
14,500
P
5,902
,023
35
Tabel 4 lampiran 10 Analisis sidik ragam populasi Phyllotreta sp.
Minggu Setelah
Tanam (MST)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
Sumber
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
JK
134,000
1288,000
1422,000
398,167
1192,750
1590,917
920,167
1365,500
2285,667
620,167
824,500
1444,667
16,167
56,750
72,917
7,167
17,750
24,917
2,667
12,000
14,667
4,500
29,750
34,250
2,167
2,750
4,917
6,000
11,000
17,000
db
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
KT
67,000
143,111
F
,468
P
,641
199,083
132,528
1,502
,274
460,083
151,722
3,032
,098
310,083
91,611
3,385
,080
8,083
6,306
1,282
,324
3,583
1,972
1,817
,217
1,333
1,333
1,000
,405
2,250
3,306
,681
,531
1,083
,306
3,545
,073
3,000
1,222
2,455
,141
36
Tabel 5 lampiran 11 Analisis sidik ragam populasi Myzus persicae.
Minggu Setelah
Tanam (MST)
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
Sumber
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
JK
243,069
3107,361
3350,431
150,440
6631,764
6782,204
567,162
4479,375
5046,537
46,315
1944,722
1991,037
150,509
607,695
758,204
11,593
312,500
324,093
497,648
937,333
1434,981
1076,444
3020,833
4097,278
2824,426
711,819
3536,245
8691,370
1215,056
9906,426
db
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
2
9
11
KT
121,535
345,262
F
,352
P
,713
75,220
736,863
,102
,