ARTHROPODA PADA PERTANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) YANG DIAPLIKASI INSEKTISIDA KIMIA DAN NABATI | Annam | AGROTEKBIS 1 PB
e-J. Agrotekbis 5 (3) : 308 - 314, Juni 2017
ISSN : 2338-3011
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA
PADA PERTANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.)
YANG DIAPLIKASI INSEKTISIDA KIMIA DAN NABATI
Diversity of Arthropod at Cabbage (Brassica oleracea L.) Crop Treated
with Organic and Synthetic Insecticides
Agung Chairul Annam1), Nur Khasanah2)
1)
Mahasiswa Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Staf Dosen Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Jl. Soekarno-Hatta Km, Tondo-Palu 94118, Sulawesi Tengah Telp. 0451-429738
E-mail : [email protected], E-mail : [email protected]
2)
ABSTRACT
This research aimed to study the diversity of Arthropod at cabbage crop treated with
organic with synthetic insecticides. This research was conducted at three cabbage crops. The first
crop cultivated without insecticide (K0), the second crop was treated with 10% Calontropis
gigantea (K1), and the third was treated with 5% emamektin benzoat (K2). The insecticides were
applied initially at 14 days after planting, and repeated every 10 days until harvest. Observation of
the Arthropod was done every one day before insecticides application. Diversity of Arthropod
both, at the crops treated with organic insecticides and without treatment, were higher than those in
the crop treated with synthetic insecticides. The diversity level of both treatments namely organic
insecticides and control was middle while in the synthetic insecticide treatment the level was low.
Key Word : Arthropod, Cabbage, diversity, insecticides.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman Arthropoda pada pertanaman
kubis yang diaplikasi insektisida kimia dan insektisida nabati. Penelitian dilaksanakan di tiga
hamparan pertanaman kubis yakni pada hamparan pertama tanaman kubis tanpa perlakuan
insektisida (K0), hamparan kedua pada pertanaman kubis yang diaplikasi insektisida nabati daun
widuri (10%) (Calontropis gigantea Willd.) (K1), dan hamparan ketiga pertanaman kubis yang
diaplikasi insektisida kimia (Emamektin Benzoat 5%) (K2). Aplikasi insektisida kimia maupun
nabati pada pertanaman Kubis dilakukan 14 hari setelah tanam (HST) hingga tanaman siap dipanen
14 hari sebelum panen, dengan interval waktu aplikasi 10 hari. Pengambilan sampel dilakukan
sehari sebelum perlakuan aplikasi insektisida pada areal tanaman kubis. Keanekaragaman
Arthropoda pada Pertanaman Kubis yang diaplikasi perlakuan insektisida nabati dan tanpa aplikasi
insektisida lebih tinggi daripada keanekaragamn Arthropoda pada pertanaman kubis yang
diaplikasikan insektisida kimia. Nilai indeks keanekaragaman Arthropoda yang diaplikasi perlakuan
insektisida nabati dan tanpa aplikasi insektisida relatif sama yaitu keanekaragaman sedang
sedangkan yang diaplikasikan insektisida kimia nilai keanekaragamannya rendah. Pemberian
Insektisida yang berbeda menyebabkan keanekaragaman Arthropoda pada pertanaman kubis,
namun indeks keanekaragaman Arthropoda yang diberi perlakuan insektisida nabati dan tanpa
aplikasi insektisida relatif sama dibanding aplikasi Insektisida kimia pada pertanaman kubis.
Kata Kunci : Arthropoda, Insektisida, keanekaragaman, Kubis.
308
pada ekosistem pertanaman Kubis yang
diaplikasi insektisida.
PENDAHULUAN
Hasil produksi kubis (Brassica
oleracea L.) di Indonesia pada Tahun
2010 sebanyak 1.385.044 ton, dan
mengalami peningkatan di Tahun 2014
menjadi 1.432.264 ton, sedangkan angka
produksi kubis Sulawesi Tengah Tahun
2010 sebanyak 3.752 ton, dan pada Tahun
2014 produksi kubis Sulawesi Tengah
mencapai 8.407 ton. Ini berarti produksi
kubis mengalami kenaikan 865,20%
(BPS, 2014).
Penggunaan bahan kimia dalam
pengolahan lahan pertanian dapat menyebabkan
terpaparnya bahan tersebut di lingkungan,
maka kemungkinan ada spesies Arthropoda
tertentu yang mati atau meninggalkan
tempat tersebut. Hal ini dapat berakibat
pada kelimpahan dan keanekaragaman
Arthropoda yang diaplikasi insektisida
sintetik menjadi rendah (Herlinda. S, et al.,
2008). Rantai makanan akan terputus
sehingga terjadi ledakan hama sasaran dan
timbulnya hama sekunder. Disamping itu,
tekanan seleksi yang kuat dari pestisida
yang digunakan terhadap hama akan
menimbulkan resistensi dan resurgensi dan
ternyata lebih banyak kelompok serangga
yang berguna bagi manusia yang akan mati
dibandingkan dengan yang merugikan
(Untung, 2006).
Kekhawatiran
akan
hilangnya
keanekaragaman Arthropoda yang meliputi
hama maupun musuh alami mengakibatkan
perhatian besar terhadap kondisi tersebut.
Oleh karena itu maka dipandang perlu
untuk melakukan penelitian tentang
keanekaragaman Arthropoda yang diaplikasi
dengan insektisida pada suatu hamparan
pertanaman kubis di wilayah Sulawesi
Tengah khususnya daerah sentra produksi
seperti Desa Nupabomba (Kebun Kopi).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keanekaragaman Arthropoda
pada pertanaman Kubis yang diaplikasi
insektisida kimia dan nabati.
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat berguna sebagai bahan informasi
dasar tentang keanekaragaman Arthropoda
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juli sampai September 2013 di
Desa Nupabomba, Kabupaten Donggala,
Sulawesi Tengah. Sedangkan untuk
kegiatan identifikasi Arthropoda dilakukan
di Laboratorium Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako.
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu, Jaring (Sweepnet),
perangkap jebakan (Pittfall trap), nampan
kuning (Pan trap), seng plat, botol koleksi,
botol pembunuh spesimen (Killing bottle),
kertas tissue/kapas, stoples, mikroskop
cahaya, cawan petri, kamera digital, kertas
label, cangkul, arit, tank sprayer dan alat
tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu, tanaman kubis (B.
oleracea L.), alkohol 70%, deterjen, air
bersih, daun widuri (Calontropis gigantea
Willd.), insektisida bahan aktif Emamektin
benzoat 5%, tissue, dan KCN (bahan
pembunuh serangga).
Penelitian ini dilaksanakan pada
tiga hamparan pertanaman kubis (Brassica
oleracea L.). Hamparan pertama pada
tanaman kubis tanpa perlakuan insektisida
(K0), hamparan kedua pada pertanaman
kubis yang diaplikasi insektisida nabati
daun widuri (10%) (Calontropis gigantea
Willd.) (K1), dan hamparan ketiga pada
pertanaman kubis yang diaplikasi insektisida
kimia (Emamektin Benzoat 5%) (K2).
Pemilihan dan penentuan lokasi dilakukan
dengan menggunakan metode purposive
sampling atau yang ditentukan secara
sengaja. Lokasi yang dipilih adalah sentra
pertanaman Kubis yaitu di Desa Nupabomba,
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Pelaksanaan penelitian meliputi
persiapan lahan, pembibitan, pengolahan
lahan, penanaman, dan pemeliharaan yang
terdiri dari penyiangan, pemupukan dan
penyiraman.
309
(Sweepnet trap) ini menggunakan jaring
ayun berbentuk kerucut, mulut jaring
terbuat dari kawat melingkar (diameter
30 cm) dan jaring terbuat dari kain
kasa. Penggunaan jaring perangkap
(Sweepnet trap) dilakukan sepuluh kali
ayunan ganda pada masing-masing plot
tanaman kubis. Arthropoda yang
tertangkap langsung dimasukkan ke
dalam masing-masing stoples/botol
koleksi kering dan basah (Dipisahkan
berdasarkan
lokasi
perlakuan
insektisida) dan masing-masing diberi
label
selanjutnya
dibawa
ke
laboratorium untuk diidentifikasi.
2. Metode Jebakan Permukaan Tanah
(Pittfall trap).
Metode jebakan diatas permukaan tanah
(Pittfall trap) ini digunakan untuk
memerangkap Arthropoda yang berada
dipermukaan tanah. Perangkap ini dibuat
dengan cara membenamkan gelas aqua
(wadah) kedalam tanah dengan bibir
gelasnya sejajar dengan permukaan
tanah, yang ditempatkan disela-sela
barisan tanaman. Gelas aqua tersebut
diisi dengan air yang dicampur dengan
diterjen sebagai larutan pembunuh,
kemudian jebakan ini diberi penutup
untuk melindungi dari air hujan atau
gangguan lainnya. Penutup terbuat dari
seng licin dengan ukuran 10 cm x 10
cm, posisi penutup agak dimiringkan.
Jumlah perangkap 18 buah yang
dipasang secara diagonal pada masingmasing plot tanaman kubis. Arthropoda
yang tertangkap langsung dimasukkan
ke dalam masing-masing /botol koleksi
kering dan basah (Dipisahkan berdasarkan
lokasi perlakuan insektisida) dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi.
3. Pengambilan Langsung
Metode
pengambilan
langsung
dilakukan dengan cara mengambil dan
mengumpulkan jenis-jenis Arthropoda
yang ada pada bagian tanaman dengan
menggunakan tangan. Pengambilan
langsung dilakukan bertujuan untuk
mengambil Arthropoda yang berada
Luas lahan pertanaman yang
digunakan 6 x 20 meter yang kemudian
dibagi dalam 18 plot pertanaman atau
bedengan/jaluran pertanaman kubis yang
dijadikan sampel pengamatan. Ukuran
bendengan/jaluran dengan lebar 0,5 meter
dan panjang 6 meter dengan jarak antar
bedengan 0,6 meter.
Pembuatan Insektisida Nabati Ekstrak
Daun Widuri (Calontropis gigantea
Willd.) Daun widuri yang masih berwarna
hijau dikumpulkan sebanyak 25 kg. Daun
tersebut dikeringkan selama 12 jam pada
suhu 40 C di dalam oven, setelah kering
masing-masing diblender sampai halus
seperti tepung untuk mempermudah proses
ekstraksi (Khasanah, 2009).
Tepung ditimbang sebanyak 1000
gram dijadikan sebagai stok. Tepung yang
menjadi stok diambil 10% atau 100 gram
dan dicampur dengan air sebanyak 1 liter
kemudian direndam selama 24 jam,
setelah itu dicampur dengan deterjen
secukupnya
dan
selanjutnya
dapat
diaplikasikan (Khasanah, 2009).
Pelaksanaan Aplikasi. Insektisida kimia
yang digunakan pada penelitian ini adalah
insektisida kimia berbahan aktif Emamektin
benzoat 5%. Aplikasi insektisida kimia
maupun nabati pada pertanaman Kubis
dilakukan 14 hari setelah tanam (HST)
hingga tanaman siap dipanen 14 hari
sebelum panen, dengan interval waktu
aplikasi 10 hari. Waktu aplikasi dilakukan
pada pagi hari (Pukul 06.30 Wita-07.30 Wita).
Pengambilan sampel arthropoda
pada masing-masing pertanaman dilakukan
sehari sebelum perlakuan aplikasi insektisida
pada areal tanaman kubis. Pengambilan
sampel dapat menggunakan 4 metode
yakni: metode jaring (Sweepnet), metode
jebakan diatas permukaan tanah (Pittfall
trap), pengambilan langsung (Diputra,
2012) dan metode nampan kuning (Pan
trap) (Marlin, 2012).
1. Metode Jaring (Sweepnet)
Pengambilan sampel yang dilakukan
dengan metode jaring perangkap
310
pada bagian tanaman yang sulit
terjangkau oleh jaring perangkap
serangga dan jebakan permukaan tanah
serta Arthropoda yang berada pada
bagian dalam tanaman yang digunakan.
Pengambilan langsung dilakukan pada
setiap tanaman kubis di masing-masing
plot yang pertanaman kubis yang dijadikan
sampel yaitu 234 krop tanaman kubis.
Arthropoda yang tertangkap dimasukkan
ke dalam masing-masing toples/botol
koleksi kering dan basah (Dipisahkan
berdasarkan lokasi perlakuan insektisida)
dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.
4. Metode Nampan Kuning (Pan trap)
Nampan Kuning (Pan trap) terbuat dari
wadah plastik yang berukuran 15 cm x
25 cm dan tinggi 7 cm. Nampan dipasang
2 buah pada bagian ujung dan tengah
plot atau bedengan sehingga terdapat 36
buah nampan pada pertanaman kubis
dan serangga yang tertarik warna kuning
akan mendatangi nampan tersebut.
Untuk membunuh serangga yang
hinggap pada nampan, terlebih dahulu
kedalam nampan dimasukkan larutan
sabun sebanyak 3 tetes dan larutan
garam untuk menghambat pembusukan
serangga dan mempermudah serangga
tenggelam, sehingga serangga yang
masuk akan tenggelam dan mati.
Arthropoda yang didapatkan lalu dibawa
ke laboratorium untu diidentifikasi.
5. Parameter Pengamatan.
Arthropoda pada pertanaman kubis digunakan
persamaan
indeks
keanakaragaman
Shannon-Wiener (H’) dengan rumus :
Indeks keanakaragaman Shannon-Wiener
(H’).
s
H’ = -∑ Pi ln pi
i=1
Keterangan :
H’ : Indeks diversitas Shannon-Wiener
S : Jumlah famili
Pi : Proporsi famili ke-i dari total individu
dalam sampel
n : Jumlah total individu
Jika nilai indeks:
H’ < 1,5
: Keragaman Rendah
H’ 1,5 – 3,5 : Keragaman Sedang
H’ > 3,5
: Keragaman
Tinggi
(Astriyani, 2014).
Indeks Kemerataan. Menentukan indeks
kemerataan Arthropoda pada tanaman
kubis dapat dihitung dengan rumus indeks
kemerataan J’ of Pielou:
�′
��
(� )
)
E = ��(�) = ��(�
Keterangan :
E : Indeks kemerataan
N0 : Jumlah famili
N1 : Jumlah kelimpahan famili dalam
contoh.
Jika nilai indeks:
E < 1 : Kemerataan rendah (Dominasi
jumlah satu individu)
E > 1 : Kemerataan
tinggi
(Tidak
didominasi jumlah satu individu)
(Astriyani, 2014).
Jumlah Ordo dan Famili Arthropoda.
Penelitian ini mengamati Jumlah Ordo
dan Famili Arthropoda. Sehingga untuk
mengetahui jumlah famili maka identifikasi
Arthropoda dilakukan terbatas dengan
mengklasifikasikan Ordo sampai pada
tingkat famili. Identifikasi Arthropoda
mengacu pada buku Siwi (1992), Lilies
(1994) dan Borror et al, (1996).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Ordo, Famili dan Populasi
Arthropoda. Berdasarkan hasil pengamatan
pada pertanaman kubis (Brassica oleracea)
yang
diaplikasikan
berbagai
jenis
insktisida, menunjukkan bahwa pemberian
berbagai aplikasi insektisida memberikan
pengaruh terhadap jumlah ordo, famili
dan jumlah individu pada Arthropoda
pertanaman kubis.
Indeks Keanekaragaman Arthropoda.
Data yang didapatkan dianalisis dengan
menghitung Keanekaragaman dan Kemerataan
Arthropoda pada tanaman kubis.
Indeks
Keanekaragaman
Spesies.
Menghitung
indeks
keanekaragaman
311
Tabel 1. Jumlah Ordo, Famili dan Individu Arthropoda Pada Pertanaman Kubis
Ordo
Orthoptera
Hymenoptera
Coleoptera
Lepidoptera
Hemiptera
Diptera
Homoptera
Aranea
K0
Jml
85
6
5
197
5
15
0
28
0
8
140
5
8
6
35
8
18
8
9
4
37
627
19
Famili
Acrididae
Grylidae
Tettinognidae
Formicidae
Ichneumonidae
Apidae
Crysomelidae
Coccillinidae
Sartidae
Pyralidae
Plutellidae
Noctunidae
Reduviidae
Alydidae
Teptritidae
Muscidae
Asilidae
Calliphordidae
Psyllidae
Araneidae
Tetragnathinidae
Jumlah Total
Jumlah Famili
Tabel 2. Indeks Keanekaragaman (H’) dan
Indeks Kemerataan (E) Atrhopoda
pada Tanaman kubis (Brassica oleracea)
yang diaplikasi berbagai jenis Insektisida
Perlakuan
Indeks
(H')
(E)
Tanpa Aplikasi Insektisida
2,15
0,73
Aplikasi Insektisida Nabati
1,8
0,62
Aplikasi Insektisida Kimia
1,4
0,52
Dari
hasil
yang
didapatkan,
jumlah Kelas Arthropoda yang didapatkan
ada 2 yaitu kelas Insekta dan kelas
Arachnida, jumlah ordo Arthropoda yang
diperoleh dari aplikasi berbagai jenis
insektisida relatif sama yaitu 8 ordo.
Adapun perbedaan dari perlakuan berbagai
aplikasi jenis insektisida yaitu jumlah
Famili dari ordo-ordo tersebut. Secara
keseluruhan jumlah famili Arthropoda pada
pertanaman kubis (Brassica oleracea) yang
diaplikasi berbagai perlakuan insektisida
K1
Jml
57
2
4
166
0
1
1
27
0
1
32
0
3
2
13
0
4
8
2
5
27
355
18
K2
Jml
33
1
5
153
0
1
0
20
4
1
4
0
0
2
10
0
1
2
0
2
5
244
15
hampir sama yaitu 19 famili untuk tanpa
aplikasi insektisida, dan 18 famili pada
pertanaman kubis (Brassica oleracea)
yang diaplikasi insektisida Nabati, serta
15 famili pada pertanaman kubis (Brassica
oleracea) yang diaplikasi insektisida
Kimia. Pemberian berbagai perlakuan
Aplikasi insektisida pada pertanaman
kubis juga berpengaruh terhadap jumlah
individu dari Arthropoda masing-masing
yaitu 627 ekor untuk tanpa aplikasi
insektisida, 355 ekor pada pertanaman
kubis yang diaplikasi insektisida nabati,
dan 244 ekor pada pertanaman kubis
yang diaplikasi insektisida kimia (Tabel 1).
Tinggi
rendahnya
populasi
Arthropoda menunjukkan bahwa erat
hubungannya dengan penggunaan aplikasi
pestisida, serta tinggi rendahnya populasi
Arthropoda tersebut berkesesuaian dengan
fase tumbuh tanaman yang menyediakan
sumber makanan bagi pertumbuhan dan
perkembangan Arthropoda.
312
Mangoendihardjo (1996) dalam
Diputra (2012), perubahan dalam ekosistem
dapat menimbulkan goncangan hebat pada
ekosistem tersebut. Sebaliknya bahwa
peningkatan jumlah rantai makanan yang
lebih kompleks dalam ekosistem akan
meningkatkan stabilitas ekosistem tersebut
Indeks Keanekaragaman (H’) dan
Kemerataan (E). Berdasarkan analisis
keanekaragaman (H’) dan Kemerataan (E),
aplikasi berbagai jenis insektisida memiliki
pengaruh terhadap keanekaragaman dan
kemerataan Arthropoda pada pertanaman
kubis (Brassica oleracea) (Tabel 2).
Indeks H’ Arthropoda
yang
diaplikasi insektisida kimia dan nabati
masing-masing adalah 1,4 dan 1,8,
sedangkan tanpa aplikasi insektisida
Rata-Rata indeks H’-nya adalah 2,15.
Akibat aplikasi insektisida keanekaragaman
Arthropoda berkurang sebesar 0,4 antara
insektisida kimia dengan penggunaan
insektisida nabati, sedangkan
indeks
H’
Arthropoda
antara
Penggunaan
insektisida kimia dengan tanpa aplikasi
adalah sebesar 0,75 dan indeks
H’
Arthropoda antara Penggunaan insektisida
nabati dengan tanpa aplikasi adalah sebesar
0,35 (Tabel 2).
Dari data indeks keanekaragaman
tersebut diatas terlihat bahwa perlakuan
tanpa
insektisida
dan
aplikasi
insektisida nabati cenderung menunjukkan
keanekaragaman sedang (H’= 1,5 – 3,5),
sedangkan perlakuan insektisida kimia
cenderung menunjukkan keanekaragaman
rendah (H’3,5 maka dianggap tingkat
Keragaman Tinggi.
Berdasarkan Indeks Kemerataan (E)
Arthropoda yang diaplikasi insektisida
kimia dan nabati masing-masing adalah
0,52 dan 0,62. Sedangkan tanpa insektisida
berkisar antara 0,73. Sehingga terlihat nilai
indeks Kemerataan E < 1 yang terjadi pada
ketiga perlakuan (Tabel 2). Menurut
Astriyani (2014), Nilai E ini berkisar antara
0-1. Semakin kecil nilai E, semakin kecil
pula keseragaman populasi, artinya
penyebaran jumlah individu setiap jenis
tidaklah sama dan ada kecenderungan
satu jumlah individu yang mendominasi,
begitu pula sebaliknya semakin besar nilai
E maka tidak ada jenis individu yang
mendominasi.
Dari data diatas, tinggi rendahnya
indeks H’ dipengaruhi oleh jumlah famili
dan jumlah individu. Bila jumlah spesies
lebih banyak tetapi dalam satu famili maka
keanekaragamannya rendah dibanding
dengan jumlah spesies lebih sedikit tetapi
termasuk dalam beberapa famili (Subagya,
1996 dalam Diputra 2012). Bahwa komunitas
yang keanekaragamannya rendah satu atau
dua spesies dapat menjadi dominan.
Sebaliknya pada pengamatan Arthropoda
yang diaplikasi menunjukkan pengaruh
aplikasi insektisida terhadap penurunan
jumlah famili dan jumlah populasi
(Oka, 1995).
Mahrub (1999) dalam Diputra
(2012), bahwa perubahan Arthropoda,
indeks keanekaragaman dan kemelimpahan
terjadi sejalan perkembangan fase tumbuh
tanaman sebagai habitatnya. Hal ini
disebabkan makin tua tanaman, populasi
dan komposisi Arthropoda makin menurun,
karena kondisi habitatnya menjadi kurang
cocok, sehingga banyak serangga berpindah
ke habitat baru atau mati bila gagal
beradaptasi. Secara umum keanekaragaman
berbagai spesies cenderung lebih rendah
pada pertanaman agroekosistem, karena
terganggu oleh adanya aktifitas manusia
dibanding pertanaman vegetasinya masih
alami yang masih terjaga dan belum ada
campur tangan manusia (Odum, 1994
dalam Diputra (2012).
Selanjutnya, Variasi nilai rata-rata
Indeks Kemerataan (E) tampaknya tidak
mempengaruhi
keseimbangan
hayati.
Menurut Mahrub (1996) dalam Diputra
(2012), makin tinggi nilai E keadaan
ekosistem akan lebih baik. Namun tidak
perlu nilai E lebih dari 1 berada terus
313
menerus. Hal itu bisa membawa efek
negatif pada serangga karnivora (Predator)
untuk
generasi
berikutnya
sebab
populasinya akan turun secara drastis bila
mana kekurangan mangsa dalam kurun
waktu terlalu lama. Menurut Oka (1995),
nilai kemerataan akan cenderung tinggi
bila jumlah populasi dalam suatu famili
tidak mendominasi populasi famili lainnya
sebaliknya kemerataan cenderung rendah
bila suatu famili memiliki jumlah populasi
yang mendominasi jumlah populasi lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. Nilai
indeks
keanekaragaman
Arthropoda yang diberi perlakuan
insektisida nabati (H’= 1,8) dan tanpa
aplikasi insektisida (H’=2,15) relatif
sama yaitu keanekaragaman sedang
sedangkan
yang
diaplikasikan
insektisida
kimia
(H’=1,4)
nilai
keanekaragamannya rendah.
2. Pemberian Insektisida yang berbeda
menyebabkan keanekaragaman Arthropoda
pada pertanaman kubis yang berbeda.
Terjemahan oleh S. Partosoedjono, 1996.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
BPS. 2014. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Kubis, 2009-2010. http://www.bps.go.id
Diputra, D.N.,2012. Keanekaragaman Arthropoda
pada Ekosistem Pertanaman Bawang Merah
(Allium ascolonicum L.) dengan Aplikasi dan
Tanpa
Aplikasi
Insektisida.
Skripsi.
Universitas Tadulako. Palu. Hal.1-11.
Herlinda S, Waluyo, Estuningsih S.P., dan Irsan C,
2008.
Perbandingan
Keanekaragaman
Spesies
dan
Kelimpahan
Arthropoda
Predator Penghuni Tanah di Sawah Lebak
yang Diaplikasi dan Tanpa Aplikasi
Insektisida.
J. Entomologi Indonesia.
September 2008. Vol. 5. No. 2. 96-107.
Khasanah N, 2009. Penggunaan Beberapa Ekstrak
Tumbuhan Sebagai Insektisida Nabati Untuk
Pengendalian Hama Daun Kubis (Plutella
xylostella L.) Di Kabupaten Donggala . J.
Agroland 16 (2) : 155 - 161, Jurusan Hama
dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian.
Universitas Tadulako.
Kusriani, Putut Widjanarko, dan Nisfia Rohmawati,
2011. Uji Pengaruh Sublethal Pestisida
Diazinon 60 EC terhadap Rasio Konversi
Pakan (FCR) dan Pertumbuhan Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.). Abstrak. J. Penelitian
Perikanan. Universitas Brawijaya.
Lilies C., 1994. Kunci Determinasi Serangga .
Kanisius. Yogyakarta.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang komponen peran Arthropoda
yang lebih spesifik pada Pertanaman Kubis
(Brassica oleracea).
DAFTAR PUSTAKA
Astriyani, N.K., 2014. Keragaman dan Dinamika
Populasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae)
yang Menyerang Tanaman Buah-Buahan di
Bali. Jurnal Tesis. Universitas Udayana,
Denpasar. Hal. 49 – 73.
Borror D.J., C.A. Triplehorn, dan N.F. Johnson,
1996. Pengenalan Pelajaran Serangga .
Marlin, 2012. Jenis-Jenis Arthropoda yang Berperan
sebagai Musuh Alami Serangga Hama pada
Pertanaman Kubis (Brassica oleracea L.) Di
Sulawesi Tengah. Skripsi. Universitas Tadulako.
Oka I.N., 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan
Implementasinya di Indonesia . Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Untung K, 1996. Pengendalian Hayati dalam
Kerangka Konvensi Keanekaragaman Hayati.
Prosiding. Makalah Utama Seminar Nasional
Pengendalian Hayati. Pusat Studi Pengendalian
Hayati. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
314
ISSN : 2338-3011
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA
PADA PERTANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.)
YANG DIAPLIKASI INSEKTISIDA KIMIA DAN NABATI
Diversity of Arthropod at Cabbage (Brassica oleracea L.) Crop Treated
with Organic and Synthetic Insecticides
Agung Chairul Annam1), Nur Khasanah2)
1)
Mahasiswa Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Staf Dosen Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Jl. Soekarno-Hatta Km, Tondo-Palu 94118, Sulawesi Tengah Telp. 0451-429738
E-mail : [email protected], E-mail : [email protected]
2)
ABSTRACT
This research aimed to study the diversity of Arthropod at cabbage crop treated with
organic with synthetic insecticides. This research was conducted at three cabbage crops. The first
crop cultivated without insecticide (K0), the second crop was treated with 10% Calontropis
gigantea (K1), and the third was treated with 5% emamektin benzoat (K2). The insecticides were
applied initially at 14 days after planting, and repeated every 10 days until harvest. Observation of
the Arthropod was done every one day before insecticides application. Diversity of Arthropod
both, at the crops treated with organic insecticides and without treatment, were higher than those in
the crop treated with synthetic insecticides. The diversity level of both treatments namely organic
insecticides and control was middle while in the synthetic insecticide treatment the level was low.
Key Word : Arthropod, Cabbage, diversity, insecticides.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman Arthropoda pada pertanaman
kubis yang diaplikasi insektisida kimia dan insektisida nabati. Penelitian dilaksanakan di tiga
hamparan pertanaman kubis yakni pada hamparan pertama tanaman kubis tanpa perlakuan
insektisida (K0), hamparan kedua pada pertanaman kubis yang diaplikasi insektisida nabati daun
widuri (10%) (Calontropis gigantea Willd.) (K1), dan hamparan ketiga pertanaman kubis yang
diaplikasi insektisida kimia (Emamektin Benzoat 5%) (K2). Aplikasi insektisida kimia maupun
nabati pada pertanaman Kubis dilakukan 14 hari setelah tanam (HST) hingga tanaman siap dipanen
14 hari sebelum panen, dengan interval waktu aplikasi 10 hari. Pengambilan sampel dilakukan
sehari sebelum perlakuan aplikasi insektisida pada areal tanaman kubis. Keanekaragaman
Arthropoda pada Pertanaman Kubis yang diaplikasi perlakuan insektisida nabati dan tanpa aplikasi
insektisida lebih tinggi daripada keanekaragamn Arthropoda pada pertanaman kubis yang
diaplikasikan insektisida kimia. Nilai indeks keanekaragaman Arthropoda yang diaplikasi perlakuan
insektisida nabati dan tanpa aplikasi insektisida relatif sama yaitu keanekaragaman sedang
sedangkan yang diaplikasikan insektisida kimia nilai keanekaragamannya rendah. Pemberian
Insektisida yang berbeda menyebabkan keanekaragaman Arthropoda pada pertanaman kubis,
namun indeks keanekaragaman Arthropoda yang diberi perlakuan insektisida nabati dan tanpa
aplikasi insektisida relatif sama dibanding aplikasi Insektisida kimia pada pertanaman kubis.
Kata Kunci : Arthropoda, Insektisida, keanekaragaman, Kubis.
308
pada ekosistem pertanaman Kubis yang
diaplikasi insektisida.
PENDAHULUAN
Hasil produksi kubis (Brassica
oleracea L.) di Indonesia pada Tahun
2010 sebanyak 1.385.044 ton, dan
mengalami peningkatan di Tahun 2014
menjadi 1.432.264 ton, sedangkan angka
produksi kubis Sulawesi Tengah Tahun
2010 sebanyak 3.752 ton, dan pada Tahun
2014 produksi kubis Sulawesi Tengah
mencapai 8.407 ton. Ini berarti produksi
kubis mengalami kenaikan 865,20%
(BPS, 2014).
Penggunaan bahan kimia dalam
pengolahan lahan pertanian dapat menyebabkan
terpaparnya bahan tersebut di lingkungan,
maka kemungkinan ada spesies Arthropoda
tertentu yang mati atau meninggalkan
tempat tersebut. Hal ini dapat berakibat
pada kelimpahan dan keanekaragaman
Arthropoda yang diaplikasi insektisida
sintetik menjadi rendah (Herlinda. S, et al.,
2008). Rantai makanan akan terputus
sehingga terjadi ledakan hama sasaran dan
timbulnya hama sekunder. Disamping itu,
tekanan seleksi yang kuat dari pestisida
yang digunakan terhadap hama akan
menimbulkan resistensi dan resurgensi dan
ternyata lebih banyak kelompok serangga
yang berguna bagi manusia yang akan mati
dibandingkan dengan yang merugikan
(Untung, 2006).
Kekhawatiran
akan
hilangnya
keanekaragaman Arthropoda yang meliputi
hama maupun musuh alami mengakibatkan
perhatian besar terhadap kondisi tersebut.
Oleh karena itu maka dipandang perlu
untuk melakukan penelitian tentang
keanekaragaman Arthropoda yang diaplikasi
dengan insektisida pada suatu hamparan
pertanaman kubis di wilayah Sulawesi
Tengah khususnya daerah sentra produksi
seperti Desa Nupabomba (Kebun Kopi).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keanekaragaman Arthropoda
pada pertanaman Kubis yang diaplikasi
insektisida kimia dan nabati.
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat berguna sebagai bahan informasi
dasar tentang keanekaragaman Arthropoda
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juli sampai September 2013 di
Desa Nupabomba, Kabupaten Donggala,
Sulawesi Tengah. Sedangkan untuk
kegiatan identifikasi Arthropoda dilakukan
di Laboratorium Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako.
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu, Jaring (Sweepnet),
perangkap jebakan (Pittfall trap), nampan
kuning (Pan trap), seng plat, botol koleksi,
botol pembunuh spesimen (Killing bottle),
kertas tissue/kapas, stoples, mikroskop
cahaya, cawan petri, kamera digital, kertas
label, cangkul, arit, tank sprayer dan alat
tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu, tanaman kubis (B.
oleracea L.), alkohol 70%, deterjen, air
bersih, daun widuri (Calontropis gigantea
Willd.), insektisida bahan aktif Emamektin
benzoat 5%, tissue, dan KCN (bahan
pembunuh serangga).
Penelitian ini dilaksanakan pada
tiga hamparan pertanaman kubis (Brassica
oleracea L.). Hamparan pertama pada
tanaman kubis tanpa perlakuan insektisida
(K0), hamparan kedua pada pertanaman
kubis yang diaplikasi insektisida nabati
daun widuri (10%) (Calontropis gigantea
Willd.) (K1), dan hamparan ketiga pada
pertanaman kubis yang diaplikasi insektisida
kimia (Emamektin Benzoat 5%) (K2).
Pemilihan dan penentuan lokasi dilakukan
dengan menggunakan metode purposive
sampling atau yang ditentukan secara
sengaja. Lokasi yang dipilih adalah sentra
pertanaman Kubis yaitu di Desa Nupabomba,
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Pelaksanaan penelitian meliputi
persiapan lahan, pembibitan, pengolahan
lahan, penanaman, dan pemeliharaan yang
terdiri dari penyiangan, pemupukan dan
penyiraman.
309
(Sweepnet trap) ini menggunakan jaring
ayun berbentuk kerucut, mulut jaring
terbuat dari kawat melingkar (diameter
30 cm) dan jaring terbuat dari kain
kasa. Penggunaan jaring perangkap
(Sweepnet trap) dilakukan sepuluh kali
ayunan ganda pada masing-masing plot
tanaman kubis. Arthropoda yang
tertangkap langsung dimasukkan ke
dalam masing-masing stoples/botol
koleksi kering dan basah (Dipisahkan
berdasarkan
lokasi
perlakuan
insektisida) dan masing-masing diberi
label
selanjutnya
dibawa
ke
laboratorium untuk diidentifikasi.
2. Metode Jebakan Permukaan Tanah
(Pittfall trap).
Metode jebakan diatas permukaan tanah
(Pittfall trap) ini digunakan untuk
memerangkap Arthropoda yang berada
dipermukaan tanah. Perangkap ini dibuat
dengan cara membenamkan gelas aqua
(wadah) kedalam tanah dengan bibir
gelasnya sejajar dengan permukaan
tanah, yang ditempatkan disela-sela
barisan tanaman. Gelas aqua tersebut
diisi dengan air yang dicampur dengan
diterjen sebagai larutan pembunuh,
kemudian jebakan ini diberi penutup
untuk melindungi dari air hujan atau
gangguan lainnya. Penutup terbuat dari
seng licin dengan ukuran 10 cm x 10
cm, posisi penutup agak dimiringkan.
Jumlah perangkap 18 buah yang
dipasang secara diagonal pada masingmasing plot tanaman kubis. Arthropoda
yang tertangkap langsung dimasukkan
ke dalam masing-masing /botol koleksi
kering dan basah (Dipisahkan berdasarkan
lokasi perlakuan insektisida) dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi.
3. Pengambilan Langsung
Metode
pengambilan
langsung
dilakukan dengan cara mengambil dan
mengumpulkan jenis-jenis Arthropoda
yang ada pada bagian tanaman dengan
menggunakan tangan. Pengambilan
langsung dilakukan bertujuan untuk
mengambil Arthropoda yang berada
Luas lahan pertanaman yang
digunakan 6 x 20 meter yang kemudian
dibagi dalam 18 plot pertanaman atau
bedengan/jaluran pertanaman kubis yang
dijadikan sampel pengamatan. Ukuran
bendengan/jaluran dengan lebar 0,5 meter
dan panjang 6 meter dengan jarak antar
bedengan 0,6 meter.
Pembuatan Insektisida Nabati Ekstrak
Daun Widuri (Calontropis gigantea
Willd.) Daun widuri yang masih berwarna
hijau dikumpulkan sebanyak 25 kg. Daun
tersebut dikeringkan selama 12 jam pada
suhu 40 C di dalam oven, setelah kering
masing-masing diblender sampai halus
seperti tepung untuk mempermudah proses
ekstraksi (Khasanah, 2009).
Tepung ditimbang sebanyak 1000
gram dijadikan sebagai stok. Tepung yang
menjadi stok diambil 10% atau 100 gram
dan dicampur dengan air sebanyak 1 liter
kemudian direndam selama 24 jam,
setelah itu dicampur dengan deterjen
secukupnya
dan
selanjutnya
dapat
diaplikasikan (Khasanah, 2009).
Pelaksanaan Aplikasi. Insektisida kimia
yang digunakan pada penelitian ini adalah
insektisida kimia berbahan aktif Emamektin
benzoat 5%. Aplikasi insektisida kimia
maupun nabati pada pertanaman Kubis
dilakukan 14 hari setelah tanam (HST)
hingga tanaman siap dipanen 14 hari
sebelum panen, dengan interval waktu
aplikasi 10 hari. Waktu aplikasi dilakukan
pada pagi hari (Pukul 06.30 Wita-07.30 Wita).
Pengambilan sampel arthropoda
pada masing-masing pertanaman dilakukan
sehari sebelum perlakuan aplikasi insektisida
pada areal tanaman kubis. Pengambilan
sampel dapat menggunakan 4 metode
yakni: metode jaring (Sweepnet), metode
jebakan diatas permukaan tanah (Pittfall
trap), pengambilan langsung (Diputra,
2012) dan metode nampan kuning (Pan
trap) (Marlin, 2012).
1. Metode Jaring (Sweepnet)
Pengambilan sampel yang dilakukan
dengan metode jaring perangkap
310
pada bagian tanaman yang sulit
terjangkau oleh jaring perangkap
serangga dan jebakan permukaan tanah
serta Arthropoda yang berada pada
bagian dalam tanaman yang digunakan.
Pengambilan langsung dilakukan pada
setiap tanaman kubis di masing-masing
plot yang pertanaman kubis yang dijadikan
sampel yaitu 234 krop tanaman kubis.
Arthropoda yang tertangkap dimasukkan
ke dalam masing-masing toples/botol
koleksi kering dan basah (Dipisahkan
berdasarkan lokasi perlakuan insektisida)
dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.
4. Metode Nampan Kuning (Pan trap)
Nampan Kuning (Pan trap) terbuat dari
wadah plastik yang berukuran 15 cm x
25 cm dan tinggi 7 cm. Nampan dipasang
2 buah pada bagian ujung dan tengah
plot atau bedengan sehingga terdapat 36
buah nampan pada pertanaman kubis
dan serangga yang tertarik warna kuning
akan mendatangi nampan tersebut.
Untuk membunuh serangga yang
hinggap pada nampan, terlebih dahulu
kedalam nampan dimasukkan larutan
sabun sebanyak 3 tetes dan larutan
garam untuk menghambat pembusukan
serangga dan mempermudah serangga
tenggelam, sehingga serangga yang
masuk akan tenggelam dan mati.
Arthropoda yang didapatkan lalu dibawa
ke laboratorium untu diidentifikasi.
5. Parameter Pengamatan.
Arthropoda pada pertanaman kubis digunakan
persamaan
indeks
keanakaragaman
Shannon-Wiener (H’) dengan rumus :
Indeks keanakaragaman Shannon-Wiener
(H’).
s
H’ = -∑ Pi ln pi
i=1
Keterangan :
H’ : Indeks diversitas Shannon-Wiener
S : Jumlah famili
Pi : Proporsi famili ke-i dari total individu
dalam sampel
n : Jumlah total individu
Jika nilai indeks:
H’ < 1,5
: Keragaman Rendah
H’ 1,5 – 3,5 : Keragaman Sedang
H’ > 3,5
: Keragaman
Tinggi
(Astriyani, 2014).
Indeks Kemerataan. Menentukan indeks
kemerataan Arthropoda pada tanaman
kubis dapat dihitung dengan rumus indeks
kemerataan J’ of Pielou:
�′
��
(� )
)
E = ��(�) = ��(�
Keterangan :
E : Indeks kemerataan
N0 : Jumlah famili
N1 : Jumlah kelimpahan famili dalam
contoh.
Jika nilai indeks:
E < 1 : Kemerataan rendah (Dominasi
jumlah satu individu)
E > 1 : Kemerataan
tinggi
(Tidak
didominasi jumlah satu individu)
(Astriyani, 2014).
Jumlah Ordo dan Famili Arthropoda.
Penelitian ini mengamati Jumlah Ordo
dan Famili Arthropoda. Sehingga untuk
mengetahui jumlah famili maka identifikasi
Arthropoda dilakukan terbatas dengan
mengklasifikasikan Ordo sampai pada
tingkat famili. Identifikasi Arthropoda
mengacu pada buku Siwi (1992), Lilies
(1994) dan Borror et al, (1996).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Ordo, Famili dan Populasi
Arthropoda. Berdasarkan hasil pengamatan
pada pertanaman kubis (Brassica oleracea)
yang
diaplikasikan
berbagai
jenis
insktisida, menunjukkan bahwa pemberian
berbagai aplikasi insektisida memberikan
pengaruh terhadap jumlah ordo, famili
dan jumlah individu pada Arthropoda
pertanaman kubis.
Indeks Keanekaragaman Arthropoda.
Data yang didapatkan dianalisis dengan
menghitung Keanekaragaman dan Kemerataan
Arthropoda pada tanaman kubis.
Indeks
Keanekaragaman
Spesies.
Menghitung
indeks
keanekaragaman
311
Tabel 1. Jumlah Ordo, Famili dan Individu Arthropoda Pada Pertanaman Kubis
Ordo
Orthoptera
Hymenoptera
Coleoptera
Lepidoptera
Hemiptera
Diptera
Homoptera
Aranea
K0
Jml
85
6
5
197
5
15
0
28
0
8
140
5
8
6
35
8
18
8
9
4
37
627
19
Famili
Acrididae
Grylidae
Tettinognidae
Formicidae
Ichneumonidae
Apidae
Crysomelidae
Coccillinidae
Sartidae
Pyralidae
Plutellidae
Noctunidae
Reduviidae
Alydidae
Teptritidae
Muscidae
Asilidae
Calliphordidae
Psyllidae
Araneidae
Tetragnathinidae
Jumlah Total
Jumlah Famili
Tabel 2. Indeks Keanekaragaman (H’) dan
Indeks Kemerataan (E) Atrhopoda
pada Tanaman kubis (Brassica oleracea)
yang diaplikasi berbagai jenis Insektisida
Perlakuan
Indeks
(H')
(E)
Tanpa Aplikasi Insektisida
2,15
0,73
Aplikasi Insektisida Nabati
1,8
0,62
Aplikasi Insektisida Kimia
1,4
0,52
Dari
hasil
yang
didapatkan,
jumlah Kelas Arthropoda yang didapatkan
ada 2 yaitu kelas Insekta dan kelas
Arachnida, jumlah ordo Arthropoda yang
diperoleh dari aplikasi berbagai jenis
insektisida relatif sama yaitu 8 ordo.
Adapun perbedaan dari perlakuan berbagai
aplikasi jenis insektisida yaitu jumlah
Famili dari ordo-ordo tersebut. Secara
keseluruhan jumlah famili Arthropoda pada
pertanaman kubis (Brassica oleracea) yang
diaplikasi berbagai perlakuan insektisida
K1
Jml
57
2
4
166
0
1
1
27
0
1
32
0
3
2
13
0
4
8
2
5
27
355
18
K2
Jml
33
1
5
153
0
1
0
20
4
1
4
0
0
2
10
0
1
2
0
2
5
244
15
hampir sama yaitu 19 famili untuk tanpa
aplikasi insektisida, dan 18 famili pada
pertanaman kubis (Brassica oleracea)
yang diaplikasi insektisida Nabati, serta
15 famili pada pertanaman kubis (Brassica
oleracea) yang diaplikasi insektisida
Kimia. Pemberian berbagai perlakuan
Aplikasi insektisida pada pertanaman
kubis juga berpengaruh terhadap jumlah
individu dari Arthropoda masing-masing
yaitu 627 ekor untuk tanpa aplikasi
insektisida, 355 ekor pada pertanaman
kubis yang diaplikasi insektisida nabati,
dan 244 ekor pada pertanaman kubis
yang diaplikasi insektisida kimia (Tabel 1).
Tinggi
rendahnya
populasi
Arthropoda menunjukkan bahwa erat
hubungannya dengan penggunaan aplikasi
pestisida, serta tinggi rendahnya populasi
Arthropoda tersebut berkesesuaian dengan
fase tumbuh tanaman yang menyediakan
sumber makanan bagi pertumbuhan dan
perkembangan Arthropoda.
312
Mangoendihardjo (1996) dalam
Diputra (2012), perubahan dalam ekosistem
dapat menimbulkan goncangan hebat pada
ekosistem tersebut. Sebaliknya bahwa
peningkatan jumlah rantai makanan yang
lebih kompleks dalam ekosistem akan
meningkatkan stabilitas ekosistem tersebut
Indeks Keanekaragaman (H’) dan
Kemerataan (E). Berdasarkan analisis
keanekaragaman (H’) dan Kemerataan (E),
aplikasi berbagai jenis insektisida memiliki
pengaruh terhadap keanekaragaman dan
kemerataan Arthropoda pada pertanaman
kubis (Brassica oleracea) (Tabel 2).
Indeks H’ Arthropoda
yang
diaplikasi insektisida kimia dan nabati
masing-masing adalah 1,4 dan 1,8,
sedangkan tanpa aplikasi insektisida
Rata-Rata indeks H’-nya adalah 2,15.
Akibat aplikasi insektisida keanekaragaman
Arthropoda berkurang sebesar 0,4 antara
insektisida kimia dengan penggunaan
insektisida nabati, sedangkan
indeks
H’
Arthropoda
antara
Penggunaan
insektisida kimia dengan tanpa aplikasi
adalah sebesar 0,75 dan indeks
H’
Arthropoda antara Penggunaan insektisida
nabati dengan tanpa aplikasi adalah sebesar
0,35 (Tabel 2).
Dari data indeks keanekaragaman
tersebut diatas terlihat bahwa perlakuan
tanpa
insektisida
dan
aplikasi
insektisida nabati cenderung menunjukkan
keanekaragaman sedang (H’= 1,5 – 3,5),
sedangkan perlakuan insektisida kimia
cenderung menunjukkan keanekaragaman
rendah (H’3,5 maka dianggap tingkat
Keragaman Tinggi.
Berdasarkan Indeks Kemerataan (E)
Arthropoda yang diaplikasi insektisida
kimia dan nabati masing-masing adalah
0,52 dan 0,62. Sedangkan tanpa insektisida
berkisar antara 0,73. Sehingga terlihat nilai
indeks Kemerataan E < 1 yang terjadi pada
ketiga perlakuan (Tabel 2). Menurut
Astriyani (2014), Nilai E ini berkisar antara
0-1. Semakin kecil nilai E, semakin kecil
pula keseragaman populasi, artinya
penyebaran jumlah individu setiap jenis
tidaklah sama dan ada kecenderungan
satu jumlah individu yang mendominasi,
begitu pula sebaliknya semakin besar nilai
E maka tidak ada jenis individu yang
mendominasi.
Dari data diatas, tinggi rendahnya
indeks H’ dipengaruhi oleh jumlah famili
dan jumlah individu. Bila jumlah spesies
lebih banyak tetapi dalam satu famili maka
keanekaragamannya rendah dibanding
dengan jumlah spesies lebih sedikit tetapi
termasuk dalam beberapa famili (Subagya,
1996 dalam Diputra 2012). Bahwa komunitas
yang keanekaragamannya rendah satu atau
dua spesies dapat menjadi dominan.
Sebaliknya pada pengamatan Arthropoda
yang diaplikasi menunjukkan pengaruh
aplikasi insektisida terhadap penurunan
jumlah famili dan jumlah populasi
(Oka, 1995).
Mahrub (1999) dalam Diputra
(2012), bahwa perubahan Arthropoda,
indeks keanekaragaman dan kemelimpahan
terjadi sejalan perkembangan fase tumbuh
tanaman sebagai habitatnya. Hal ini
disebabkan makin tua tanaman, populasi
dan komposisi Arthropoda makin menurun,
karena kondisi habitatnya menjadi kurang
cocok, sehingga banyak serangga berpindah
ke habitat baru atau mati bila gagal
beradaptasi. Secara umum keanekaragaman
berbagai spesies cenderung lebih rendah
pada pertanaman agroekosistem, karena
terganggu oleh adanya aktifitas manusia
dibanding pertanaman vegetasinya masih
alami yang masih terjaga dan belum ada
campur tangan manusia (Odum, 1994
dalam Diputra (2012).
Selanjutnya, Variasi nilai rata-rata
Indeks Kemerataan (E) tampaknya tidak
mempengaruhi
keseimbangan
hayati.
Menurut Mahrub (1996) dalam Diputra
(2012), makin tinggi nilai E keadaan
ekosistem akan lebih baik. Namun tidak
perlu nilai E lebih dari 1 berada terus
313
menerus. Hal itu bisa membawa efek
negatif pada serangga karnivora (Predator)
untuk
generasi
berikutnya
sebab
populasinya akan turun secara drastis bila
mana kekurangan mangsa dalam kurun
waktu terlalu lama. Menurut Oka (1995),
nilai kemerataan akan cenderung tinggi
bila jumlah populasi dalam suatu famili
tidak mendominasi populasi famili lainnya
sebaliknya kemerataan cenderung rendah
bila suatu famili memiliki jumlah populasi
yang mendominasi jumlah populasi lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. Nilai
indeks
keanekaragaman
Arthropoda yang diberi perlakuan
insektisida nabati (H’= 1,8) dan tanpa
aplikasi insektisida (H’=2,15) relatif
sama yaitu keanekaragaman sedang
sedangkan
yang
diaplikasikan
insektisida
kimia
(H’=1,4)
nilai
keanekaragamannya rendah.
2. Pemberian Insektisida yang berbeda
menyebabkan keanekaragaman Arthropoda
pada pertanaman kubis yang berbeda.
Terjemahan oleh S. Partosoedjono, 1996.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
BPS. 2014. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Kubis, 2009-2010. http://www.bps.go.id
Diputra, D.N.,2012. Keanekaragaman Arthropoda
pada Ekosistem Pertanaman Bawang Merah
(Allium ascolonicum L.) dengan Aplikasi dan
Tanpa
Aplikasi
Insektisida.
Skripsi.
Universitas Tadulako. Palu. Hal.1-11.
Herlinda S, Waluyo, Estuningsih S.P., dan Irsan C,
2008.
Perbandingan
Keanekaragaman
Spesies
dan
Kelimpahan
Arthropoda
Predator Penghuni Tanah di Sawah Lebak
yang Diaplikasi dan Tanpa Aplikasi
Insektisida.
J. Entomologi Indonesia.
September 2008. Vol. 5. No. 2. 96-107.
Khasanah N, 2009. Penggunaan Beberapa Ekstrak
Tumbuhan Sebagai Insektisida Nabati Untuk
Pengendalian Hama Daun Kubis (Plutella
xylostella L.) Di Kabupaten Donggala . J.
Agroland 16 (2) : 155 - 161, Jurusan Hama
dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian.
Universitas Tadulako.
Kusriani, Putut Widjanarko, dan Nisfia Rohmawati,
2011. Uji Pengaruh Sublethal Pestisida
Diazinon 60 EC terhadap Rasio Konversi
Pakan (FCR) dan Pertumbuhan Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.). Abstrak. J. Penelitian
Perikanan. Universitas Brawijaya.
Lilies C., 1994. Kunci Determinasi Serangga .
Kanisius. Yogyakarta.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang komponen peran Arthropoda
yang lebih spesifik pada Pertanaman Kubis
(Brassica oleracea).
DAFTAR PUSTAKA
Astriyani, N.K., 2014. Keragaman dan Dinamika
Populasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae)
yang Menyerang Tanaman Buah-Buahan di
Bali. Jurnal Tesis. Universitas Udayana,
Denpasar. Hal. 49 – 73.
Borror D.J., C.A. Triplehorn, dan N.F. Johnson,
1996. Pengenalan Pelajaran Serangga .
Marlin, 2012. Jenis-Jenis Arthropoda yang Berperan
sebagai Musuh Alami Serangga Hama pada
Pertanaman Kubis (Brassica oleracea L.) Di
Sulawesi Tengah. Skripsi. Universitas Tadulako.
Oka I.N., 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan
Implementasinya di Indonesia . Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Untung K, 1996. Pengendalian Hayati dalam
Kerangka Konvensi Keanekaragaman Hayati.
Prosiding. Makalah Utama Seminar Nasional
Pengendalian Hayati. Pusat Studi Pengendalian
Hayati. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
314