Biologi Reproduksi Ikan Terbang (Hirundichthys axycephalus) di Laut Flores

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TERBANG (Hirundiclrthys
oxycephaJus) DI LAUT FLORES

Oleb:

NIKO ARI WIBOWO

SKRIPSI

DEPARTEMENMANAJEMENSUMBERDAYAPERAU
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUT}/
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

/

r
PERNY AT A.AN MENGENAI SKRIPSI

{)engan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :


BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TERBANG (l£aunJfich1ltYs oxycephalus)

DI LAUT FLORES

basil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam
bentuk: apapun kepada perguruan tinggi manapUll- Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dik-utiP dari kar)'a yang diterbitkan maupun
kan tidak
ditetbitkan oleh penulis lain telab disebutkan dalam teks dan dicantum
dalam
Daftar Pustaka di Bagian Akhir Skripsi ini

Adalab benar merupakan

Bogor, Agustus 2007

NIK.O ARI WlBQWO
04103081

I,


MNセ

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Dengan ini saya menya takan bahwa Skripsi yang be1judul :

BIOLOGI REPRODUKSIIKAN TERBANG (Jruwutidztkys oxycepludlls)
DI LAUT FWRES
Adalah benar menrpaka n basil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantmnkan dalam
Daftar Pustaka di Bagian Akhir Skripsi ini

BogoT, Agustus 2007

N1KO ARI WIBOWO

04103081


(

A8STRAK

NIKO ARI WIBOWO. Biologi Reproduksi Ikan Terbang (Kuun.dicktItys
oxycepbalus) di Laot fiッセ@
Di bawah bimbingan M. MIlkIlm Kamal dan
Asikin Djama1i

Penelitian ini dilakukan di Laut Flores pada bulan Oktober sampai
Desember 2005. Ikan contob merupakan basil tangkapan nelayan yang ditangkap
dengan menggunakan drift gillnet. Analisis laborntorium meliputi identifikasi,
pengukuran panjang dan penimbangan berat ikan contoh, pengamatan tingkat
kematangan gonad (TKG), fekunditas, dan pengukuran diameter telur. Analisis data
meliputi perbitungan kelas ukuran, rasio kelamin, bubungan panjang dad berat,
faktor kondisi, ukuran ikan pertama kali matang gonad, indeks kematmgan gonad,
dan fekunditas.
Ikan terbang (H oxycephalus) yang djamati berjumlah 221 ekor terdiri dari
123 ekor (55,66%) ikan jantan dan 98 ekor (44,34%) i.kan betina. Berdasarkan

analjss hubungan panjang dan berat, diperoleb pola pertumbuhan i.kan terbang (H
oxycephalus) jantan dan betina adalah allometrik negatif. Berdasarkan pengamatan
tingkat kematangan gonad diperoleb basil bahwa kematangan gonad ikan terbang
terjadi secara serentak pada selang panjang total 1n-l82 mm. Tidak ditemukannya
gonad dalam fuse salin (TKG V) ditambah dengan perkembangan nilai IKG yang
positif pada setiap bulannya, menimbuIkan dugaan bahwa ikan terbang (H
oxycephalus) sedang berada dalam masa memasuki musim pem.ijahan. Jumlah telur
ikan terbang (H oxycephalus) yang ditemukan berkisar antara 3224-9309 butir
telur. Distribusi diameter telur memperlihatkan lebih dari satu modus 'yang
menggambarkan bahwa ikan terbang (H orycephalus) memj)iki pola pemijahan
yang bersifat parsial (pemijahan dilakukan lebih dari satu kali selama satu musim·
pemijahan).

\

OIeb:
N1KO ARI WlBOWO
04103081

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untnk
Memperoleb GeIar Sarjana Pacla FaknItas Perikanan dan limn Kelan1an

DEPARTEMEN MANA.J£MEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN llMU KELAUTAN
ュsセpertbog@

2007

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi

: Biologi Reproduksi Ikan
oxycepha/us) Di Laut Flores

T erbang

Nama Mahasiswa


: Niko Ari Wibowo

NomorPokok

: C24103081

Program Studi

: Manajemen Sumberdaya Perairan

(Hirundichthys

Disetujui:
L Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Asikin Djamali
NIP. 320001093

Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, MSc
NIP. 132 084 932


Mengetahui:

Tanggal Ujian : 14 Agustus 2007

II

PRAKATA

Segala puji syu1rur kepada Allah

swr yang telah memberikan berkah. rahrnat, dan

kanmia-Nya sebingga skripsi yang betjudul "Biologi Reprodnksi Ikan Terbang

(Hirundichthys oxyaphallls) di Laot Flores" dapat diselesaikan oleh penulis.
Skripsi ini disusun sebagai salah

saw syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada


Faku1tas Perikanan dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dalam kesempat;m

ini. penulis mengucapk.an terima k.asih kepada :
I. Alrnamater tercinta, Institut Pertanian Bogor (IPS), yang telah memberi
banyak ilmu, pengetahuan. dan wawasan.

2. Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, Msc dan Prof. Dr. Ir. Asikin Djamali selaku
komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan. araban
dan nasebat.
3. Dr. Ir. Unggul Aktani M.Sc selaku pembimbing akademik alas segala
araban dan nasehatnya
4. Dr. Ir. Yuni7.ar Emawati, MS. dan Ir. Zairion, MSc. yang telah
memberikan banyak masukan dan saran sehingga tulisan ini dapat tersaji
dengan baik. dan lebih informatif.
5. SelW1lh dosen serta staf karyawan Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan serta Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan atas bantuannya

6. Keluarga Besar yang selalu mendoakan, mendukung dan memberi


semangat

7. Ternan-ternan MSP angkatan 36, 37, 38, 39 dan 40, 41, 42 atas
dukungannya dan doanya
8. Semua pihak yang telah membantu dan tidak mlmgkin disebutkan satu
persa1U.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2007

Penulis

VI

1

DAFfARISI

Halaman


DAFfAR lSI ..................................................................................................

V11

DAFf AR GAMBAR .....................................................................................

IX

DAFTAR T ABEL ..........................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

XI

L PENDABULUAN
1.1. Latar Be1akang .................................................................................
12. Pennnusan Masalah .........................................................................

1.3. Tujuan...............................................................................................

1
2
2

D. TlNJAUAN PUST AKA
2.1. Taksonomi dan Morfologi Ikan Terbang .........................................
2.2. Habitat dan sebaran geografis ....................... ...................................
2.3. Aspek Reproduksi ............................................................................
2.3.1. Nisbah Kelamin ....................................................................
2.3.2. Tingkat Kematangan Gonad ([KG) .....................................
2.3.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG) ........................................
2.3.4. Faktor Kondisi ......................................................................
2.3.5. Fekunditas .............................................................................
2.3.6. Diameter Telur ......................................................................
23.7. Histologis Telur ....................................................................

3
4
6
6
7
7

8
8
8
9

DL METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................. 12

33. Metode Ketja ....................................................................................
3.3.1. Pengambilan contoh ikan di lapangan ..................................
3.32. Proses ketja di laboratorium .................................................
3.32.1. Identifikasi ikan contoh ...........................................
3.3.22. Pengukuran panjang berat dan
pengamatan TKG ......................... ...................... .....
3.32.3. Fekunditas dan diameter.telur .................................
3.4. Analisa Data .....................................................................................
3.4.1. Perhitungan kelas ukuran .......................................................
3.42. Rasio Kelamin .......................................................................
3.4.3. Panjang berat dan faktor kondisi ...........................................
3.4.3.1. Hubunganpanjangberat .........................................•

vii

12
12
12
12
13
14
14
14
15
15
15

3.4.32. Faktor kondisi ..........................................................
3.4.4. Tmgkat Kematangan Gonad (TKG) ................................. ___ ..
3.4.5. Indeks Kematmgan Gonad (IKG) ... ______ ..... ___ ... ___ ........ ___ ... ___ .
3.4.6. Fekunditas .................. ............................................................

17
17
18
18

IV. BASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi tangkapan dan nisbah kelamin .... ___ ......................... ___ ....
Hubungan panjang berat ...................................................................
Faktor kondisi ...................................................................................
Aspek Reproduksi .............................................................................
4.4.1. Tingkat Kematangan Gonad ..................................................
4.42. Indeks Kematangan Gonad ....... ___ ....... ___ .. ___ ..... ___ ... ___ ... ___ .......
4.4.3. Fekunditas ..............................................................................
4.4.4. Diameter telur dan pola pemijahan ........................................
4.5. Pengelolaan .......................................................................................

4.1.
4.2.
4.3.
4.4.

v.

19
22
24
26
26
35
36
38
40

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .............セN@
42
52. Saran .................................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43
LAMPIRAN ................................................................................................... 47

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 69

VJJI

"

1

DAFfARGAMBAR

Halaman
I. HinmdichJhys oxycephalus .............. ........ ............................... .........................

3

2. Balas sebaran ikan terbang ... ............................... .......................................... ...

5

3. Jumlah danjenis ikan terbang yang ditemukan (di perairan
indonesia) selama tahun 2004-2006.................................................................

5

4. Proses pembentukan Spermatozoa (Spermatogenesis) ...................................

10

5. Proses pembentukan Ovwn (Oogenesis).........................................................

10

6 Peta perairan Laut Flores.................................................................................. 11
7. Diagram gonad ikan dan bagian-bagian yang dihitung telumya......................

14

8. HinmdichJhys oxycephalus ................................................ ......... ..................... 19
9. Sebaran frekuensi panjang ikan terbang (Hoxycephalus) jantan
dan betina di Laut Flores ............................. ..................................................... 20
10. Nisbah kelamin ikan terbang (Hoxycephalus) setiap bulan
Pengamatan ................................................... .................................................. 21
11. Nisbah kelamin ikan terbang (Hoxycephalus) berdasarkan
kelas ukuran panjang total.................. .... .... ..... .................................... ............ 22
12. Hubungan panjang berat ikan terbang (Hoxycephalus) ................................. 23
13. Faktor kondisi ikan terbangjantan dan betina berdasarkan bulan .................. 24
14. Faktor kondisi TKG ill dan TKG IV .............................................................. 26
IS. Persentase kematangan gonad ikan terbang (Hoxycephalus)
setiap bulan pengamatan di Laut Flores .......................................................... 28
16. Tingkat kematangan gonad ikan terbang (Hoxycephalus) jantan
dan Betina di Laut Flores ................................................................................ 28
17. Tingkat kematangan gonad ikan terbang (Hoxycephalus)
berdasarkan selang kelas panjang total ........................................................... 31
18. a Struktur histologis gonad ikan terbang (Hoxycephalus)jantan................. 33
b. Struktur histologis gonad ikan terbang (Hoxycephalus) betina............ ... 34
19. Indeks kematangan gonad ikan terbang (H.oxycephalus) setiap
bulan pengamatan ............................................................................................ 35
20. Indeks kematangan gonad ikan terbang (H.oxycephalus) setiap
seIang panjang ................................................................................................. 36
21. Hubungan fekunditas dengan panjang total ikan terbang
(H.oxycephalus) di Laut Flores ....................................................................... 37
22. Sebaran diameter telm ikan terbang (H.oxycephalus)..................................... 39

IX

!.

1

BイMセN]@

DAFfAR TABEL

HaIaman

Tabell. K1asifikasi tingkat kematangan gonad ibn terbang
(Hennawati, 2006) ................................................................. ................. 13
Tabe12. Tingkat kematangan gonad ibn terbang (Hoxycephalus)
berdasarkan basil pengamatan morfologi gonad ..................................... 27
Tabe13. Beberapa fenomena penting tentang ibn terbang di Selat
Makassar dan Laut Flores (Sihotang.2004) ............................................. 29
Tabe14. Indeks kematangan gonad rata-rata ibn terbang
(Hoxycephalus) pada setiap bulan pengamata n ...................................... 35

x

DAFfAR LAMPmAN
Halaman
1. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap i.kan danlatau
telm i.kan terbang (Hoxycephalus) di Laut Flores ...................................... 48
2. Metode identifikasi i.kan terbang (Hoxycephalus) ...................................... 50
3. Gambar perbandingan diameter telm i.kan terbang
(Hoxycephalus) (TKG II, TKG Ill, TKG IV) ............................................ 52

4. Metode pembuatan preparat histologis gonad i.kan terbang
(Hoxycephalus) menurut Banks (1986) in Hermawati (2006) ..............,..... 53
5. Sebaran frekuensi i.kan terbang (H oxycephalus) jantan dan
betina di Laut Flores pada setiap bulan pengamatan ................................... 55
6. Uji Chi-square terbadap nisbah kelamin i.kan terbang
(Hoxycephalus) jantan dan betina di Laut Flores ....................................... 56
7. TKG ikan terbang (H.oxycephalus) ............................................................ 58

8. IKG ikan terbang (Hoxycephalus) .............................................................. 59
9. Pend:ugaan ukuran i.kan pertama kali matang gonad
berdasarkan metode Spearman-Karber ....................................................... 60
10. Diameter telur ikan terbang (Hoxycephalus) .............................................. 62
II. Data pengamatan ikan terbang (Hoxycephalus) jantan dan
betina di Laut Flores selama tiga bulan pengamatan .................................. 63

Xl

if

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Bdakang

Ik.an terbang merupakan salah sam swnberdaya ibn pelagis kecil yang
mempunyai eiri khusus berupa kemampuan untuk dapat terbang eli atas
permukaan air. Ikan terbang menghuni lapisan pennukaan perairan tropik dan
subtropik dari samudera Pasiiik, Hinelia, Atlantik dan laut-laut disekitarIlya
Paling sedikit telah diketahui 18 species ibn terbang yang tersebar eli perairan
Indonesia (Weber dan de Beaufort,I922).
Ditinjau dari segi ekonomi, ibn terbang merupakan swnberdaya hayati

ibn dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Di daerah timur Indonesia seperti
eli Sulawesi Selatan, dari seluruh komoditi ekspor basil perikanan eli daerah
tersebut, telur ibn terbang menempati urutan kedua setelah udang baik elitinjau
dari volume maupun nilainya (Hutomo el aJ.,1985). Pada mulanya hanya ibn
terbang yang elinsahakan, tetapi sejak tahun 1970 telah dimulai ekspor telurnya ke

Jepang (R.api, 2005). Berdasarkan informasi dari nelayan yang ditemui dari tahun
ketahun ekspor telur ibn terbang semakin meningkat, dan akhir-akhir ini ada
kecenderungan menurun..
Pamanfaatan telur dan induk ibn terbang yang tidak terkendali telah
mengaru:am kelestarian ibn terbang eli Selat MakaS8T dan Laut Rores (Nessa el

aJ., 1977; Nessa 1978; Ali 1981; Nessa el aJ., 1993; Ali el oJ., 2004a; 2004b; 2005
in Ali el aJ., 2005) sehingga dalam rangka pemllJibannya diperlukan suatu rencana

pengelolaan dan konservasi agar pemanfaatan ibn terbang dapat berlangsung
secara berkelanjutan.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian swnberdaya ibn terbang
khususnya mengenai aspek biologi reproduksi ibn terbang. dengan harapan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat khususnya nelayan mengenai pola

reproduksi ibn terbang sebingga dapat menjadi acuanJpedoman kegiatan
penangkapan yang lestari.

f!

I,

r-;;;';-M[L]セZ

.::,-.::."-:....:;--;;::....:;··-:,;;;-;,;;;-,,-.-'....
-iiiii-iiii-.·-iili·--iiii-_.--.--._ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _..,,--,

2

1.2 Perumusan Mwtla h
Perikanan ibn terbang sebenarnya Irurang mengunllmgkan dilihat dari
kelestarian sumbernya Saat penangkapan ibn ini bersamaan dengan sam ibn ini
memijah, dan bahkan telumya mempakan komoditi ekonomis yang cukup tinggi
nilainya (Hutomo el ai., 1985), dengan eksploitasi telur ibn terbang yang
demikian tinggi dan berlangsung terns menerus, dikhawatirkan akan terjadi

recruitment over fishing, yaitu penurunan populasi ikan yang disebabkan oleh
berkurangnya input individu bam dalam populasi tersebut akihat adanya tekanan
penangkapan yang besar (terutama penangkapan yang dilakukan bersamaan
dengan musim pemijahan). Ditambah lagi dengan diperkenalkannya penangkapan
dengan jaring insang, maka tekanan penangkapan terbadap populasi ikan ini

semakin kuat, dengan demikian untuk menjaga ketersediaan ibn ini agar tetap
lestari hendaknya IOta hams selalu berbati-bati dalam menjalankan kegiatan
penangkapan. Perbitungan dan pengendalian yang cenna1 terbadap penambahan
upaya penangkapan mutlak diperlukan. Pengetahuan tentang biologi reproduksi
mempakan salah satu a1at yang dapat digunakan dalam rangka pemanfaatan
berkelanjutan sumberdaya ibn terbang.

1.3 Tojoan
Tujuan penelitian ini ada1ah mengkaji aspek biologi reproduksi ibn

terbang yaitu tingkat kemat;mgan gonad (fKG), indeks kemataDgan gonad (IK.G),
ukuran ibn pertama kali matang gonad, fekunditas, serta diameter telur dan pola

pemijahan. Informasi aspek biologi reproduksi ini diharapkan dapat menjadi
bahan masukan dalam upaya pengelolaan perikanan yang lestari.

I,

-:.;:;-;::,;-.=---o-"""--...- .......

-iiiii-iiiiiiiiliiiiI-ゥM!

セ]MZ[

. -._ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _- ,

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi Ikan Terbang
Klasifikasi ikan terbang menurut Parin (1999) adalah sebagai berikut :
Filum

: Chordata

Subfilum

: Vert.ebrata

Kelas

: Osteichthyes

Subkelas

: Actinopterigii

Ordo

: Beloniformes

Famili

: Exocoetidae

Genus

: Hirundichlhys

Species

: Hirundichlhys oxycephalus (Bleeker, 1852)

: Cypse/urus oxycephalus (Blekeer, 1852), Exocoetus oxycepalus

Synonim

(Bleeker, 1852), Hirundichlhys

affinis (non

Gunther, 1886) in

Fujiami (2007).
Nama lnggris : Bony flying fish (www.fishbase.com). Flying fish (Parin. 1999 in
www.fishbase.com) .
Nama lokal

: ikan Siloar (Binuangeun), ikan terbang (femate dan Pelabuhan

Raw), Antoni (Bitung) (www.pipp.dkp.go.idin Fujiami, 2007),
tuing-tuing (Bugis), Torani (Makassirr), Tourani (Mandar),
antoni (Minahasa, Sangir, Talaud) (Syahailarua, 2004).

Gambar 1. Hirundichlhys oxycephalus (www.fishbase.com)

4

Menwu Syahajlarua,2OO6 Ikan terbang (Exocoetidae) mempunyai delapan
marga, yaitu Cheilopogon (30 jenis), Cypselurus (11), Exocoetus (2), Fodiator

(2), HinmdichJhys (7), Oryporhampus (3), Parexocoetus (3), dan PrognichJhys
(4). Di perairan Pasifik barat hanya ditemukan 6 marga dengan jumlah jenis
sebanyak 31 (parin, 1999), 18 jenis diantaranya terdapat di perairan Indonesia
(Weber &

Beaufort,

1922). Selanjutnya, revisi taksonomi i.kan terbang

memisahkan marga Cypselurus dan Cheilopogon (Parin, 1999; Syahailatua, 2004

in Syahai1atua, 2006), dan juga memindahkan beberapa jenis ke marga yang lain,
sehingga jenis-jenis yang umum dikenal di Indonesia mengalami pergantian nama
ilmiahnya, seperti Cypselurus orycephalus menjadi HinmdichJhys oxycephalus
(Syahailatua, 2006).
Species ikan terbang memilik:i ciri berupa bentuk tubuh yang bulat
memanjang seperti cerutu (oblong), agak termampat pada bagian samping. Bagian

atas tubuh dan kepala berwama gelap, bagian bawah tubuh mengkilap, hal ini
dimaksudkan untuk mengbindari pemangsa baik dari air seperti ikan lumba-lumba
maupun dari udara yaitu bwung pemaka n i.kan. Kedua mhangnya sarna panjang.
Memilild duri-duri lemah pada sirip dorsal berjumlah 10-12, sirip anal berjumlah

11-12, dan pada sirip pektoral sebanyak 14-15 dengan sirip pertama tidak
bercabang (Parin, 1999). Sirip pektoral panjang yang diadaptasikan untuk
melayang. Sirip ventral panjang atau pendek, tertancap pada bagian abdominal
dengan enam buah duri lemah yang bercabang. Sirip ekor bercagak dengan bagian
bawah lebih panjang. Garis latera1 terletak pada bagian bawah tubuh (Hutomo et

oJ., 1985) (Gambar I).
2.2 Habitat dan Sebaran セ@
Ikan terbang mempak an ikan pelagis kecil yang menghuni lapisan
permukaan perairan (laut) tropik dan subtropik pada kedalaman 0-20 m
(www.fishbase.com). Ikan ini tersebar dari Samudera Pasilik, Hindia, dan
Atlantik serta laut-laut disekitamya (Gambar 2). Sebaran dari ikan ini dibatasi
oleh isotherm 20·C. Jumlah species terbanyak terdapat di wilayah khatulistiwa,
makin ke utara dan selatan makin sedikit speciesnya (Hutomo eloJ., 1985).

"

I

--------- Mセ

Mセ

---MNZセB@

5

Lebih dati 20 species ikan terbang ditemukan di bagian tengah Samudera

Pasifik (Oseania), Dua betas sampai tiga betas species ditemukan di perairan
pulau-pulau Hawaii, Perairan pantai Australia dihuni oleb 10 species dan perairan
Selandia Barn oleb 6 species, Di pantai Amerika bagian Samudera Pasifik
dilaporkan ditemukan lebih dari 12 species (Hutomo et 01.,1985).
Samudera Pasifik mempakan daerah yang kaya ikan terbang dengan
sekitar 40 species yang menghuninya, terutama di perairan Indonesia, Filipina,

Jepang bagian selatan dan ()cP;ania Dengan kata lain perairan ini merupakan
pusat penyebaran ikan terbang (Hutomo et 01.,1985).

...

.



..

:12

...

It.

..

Gambar 2. Batas sebaran ikan terbang (Patin, 1960 in Hutomo el 01., 1985)
Angka yang dilingkari pada daerah yang diarsir menerangkan
jumlah species yang telah ditemukan diperai.ran tersebut.

Gambar 3. Jumlah danjenis ikan terbang yang ditemukan (di perairan Indonesia)
selama tabun 2004-2006. Angka pada gambar ada1ah jumlah dan jenis
ikan terbang yang teridentifikasi pada lokasi sampel

(Syahailarua, 2006).

..

MセZ]N

6

Ikan terbang banyak elijwnpai eli perairan timur Indonesia, eliantaranya
adalah: Selat Makasar, LalIt Flores, Laut Natuna, Laut Am, Laut Arafura Papua,
bagian utara Sulawesi Utara, Perairan selatan Bali dan Jawa timur, pantai barat
Sumatera barat, Laut Halm.ahera, Laut Banda, perairan Sabang

tYUDg Banda Aceh

dan laut utara Papua. Di Indonesia terdapat 18 jenis ikan terbang (distribusi dan
jwn1ah species yang telah ditemukan, disajikan pada Gambar 3). Sedangkan eli
Sulawesi selatan dan Laut Flores elitemukan sebelas jenis ikan terbang
(Syabaj1atua, 2006). Menurut Parin, 1996 in www.fishbase.comikan terbang jenis

Hirundichthys oxycephaJus tersebar eli beberapa wilayah perairan yaitu : IndoWest Pacific: Arabian Sea (Laut Arab) to southern Japan (Selatan Jepang), New
Guinea and New South Wales, Australia Menurut Ali (2005), ikan terbang jenis

Hirundicthys oxycephaJus merupakan jenis ikan terbang dominan eli Laut Flores,
sedangkan berdasarkan laporan Hennawati (2006), ikan terbang

je1tis ini

juga

elitemukan eli perairan Binuangeun, Banten, Jawa Barat.
Menmut Sihotang (2004), ikan terbang eli Sulawesi Selatan melakukan
ruaya untuk kebetbasilan penetasan telur dan ketersediaan makanan anaknya, dan
ruaya pemijahan ini memiliki pengaruh langsung terbadap proses rekruitmen dan
mortalitas. Ikan terbang bukan tipe ikan peruaya jarak jauh, ikan ini hanya
beruaya debt pantai dan kemah laut. Ikan terbang merupakan jenis ikan

oseanodrom, artinya ikan yang seluruh daur bidupnya berada eli laut, memijah eli
laut, mulai dari telur, kemudian menetas menjadi larva, lalu juvenile, dan dewasa
eli laut serta melakukan ruaya eli laut.

2.3. Aspek Reproduksi
2.3.1 N'lSbah Kelamin
Nisbah kelamin mempakan perbandingan jwn1ah ikan jantan dengan
jwn1ah ikan betina dalam suatu populasi, nisbah 1:1 yaitu 50010 jantan dan 50%
betina merupakan kondisi ideal (Ball dan Roo, 1984). Pada kenyataannya konelisi
ideal tersebut sering menyimpang yang disebabkan oleh faktor tinglcab laku ikan
itu sendiri, perbedaan laju mortalitas, dan pertumbubannya Keseimbangan nisbah
kelamin dapat berubah menjelang pemijahan (Nikolsky, 1963), atau juga dapat

r
1

7

disebabkan karena adanya perubahan kelamin (furner. 1986) misalnya yang
terjadi pads species yang hermaphrodite.

2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (fKG)
Sesuai

dengan

umur.

organ

reproduksi

ikan

memiliki

proses

perkembangan penting yang disebut tingleat kematangan gonad (TKG). yaitu

tahap perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijab·(Effendie,I979).
Pengetabuan kematangan gonad ikan diperlukan ootuk mengetahui perbandingan
antara ikan yang telab matang gonad dengan ikan yang belum matang gonad dari
stok yang ada di perairan. ukuran atau umur ikan saa1 pertama kali matang gonad.
mengetahui waktu pemijaban, lama pemijaban, dan frekuensi pemijabaan dalam

satu taboo (Effendie, 1997).
Salah satu cars ootuk mengukur tingleat kematangan gonads ikan Malah
dengan mengulrur perbandingan panjang gonad dengan rongga tubuh (body
caviJy). Selain itu dapat pula dilakukan dengan mengamati warna gonad,
pembuluh darah dan butir-butir telur didalamnya (Effendie. 1979).
Ada dua faldor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan mencapai
matang gonad yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang berpengaruh
adalab perbedaan species. umur, ukuran, serta sifat-sifat fisiologis masing-masing
individu. Sedangkan faktor luar yang sangat mempengaruhi adalab ketersediaan
makanan (Lagler et aI,I997). Royce (1972) menyatakan bahwa proses
perkembangan telur dan sperma serta proses pengeluarannya membutuhkan energi

ekstra dan kondisi makanan yang baiL

2.3.3 Indeks Kematangan Gonad
Dalam proses reproduksi terjadi pertambahan berat gonad yang sejalan

dengan bertambah besarnya ukuran diameter telur. Perkembangan bera1 gonad
akan mempengaruhi bera1 tubuhnya Tahapan perkembangan tingleat kematangan
gonad dapat dinyatakan dengan indeks kematangan gonad (IKG), yaitu sebagai

hasi1 perbandinganantara bera1 gonad dengan bera1 tubuhnya dikalikan 100010.
Nilai indeks kematangan gonad (IKG) akan mencapai kisaran maksimum
ketika akan memijab kemudian akan menUflID dengan cepat selama pemijaban

(i

t

8

sedang berlangsung sampai selesai. Perbandingan nilai {KG ini lebih besar
oilainya pada ikan betina dibandingkan dengan ikan jantan (Effendie, 1997).

2.3.4 Faktor Kondisi
Faktor kondisi (K) memmjukan kP1ldaan ikan dilihat dari segi kapasitas

fisik untuk pertabanan bidup dan reproduksi (Effendie, 1979). Faktor kondisi
biasanya

dig.makan

untuk

menentukan

kecocokan

lingkungan

dan

membandingkan berbagai tempat bidup. Perhitungan faktor kondisi didasarkan

pada panjang dan berat ikan. Faktor kondisi ini dapat dig.makan sebagai indikator
kondisi pertwnbuhan ikan diperairan. Nilai faktor kondisi suatu jenis ikan
dipengaruhi oleh umur, makanan,jenis kelamin dan TKG (Effendie, 1997).

2.35 Fekonditas
Fekunditas adalah jumlah telur masak sebehmi dikeluarkan pada waktu

ikan memijah dan disebut juga sebagai fekunditas individu atau mutlak (Effendie,
1979). Sedangkan jumlah telur per satuan berat atau panjang mempakan
fekunditas oisbi (Nikolsky, 1%3).
Species ikan yang memiliki fekunditas besar pada umumnya memijah di
daerah permukaan., sebaliknya species yang fekunditasnya keciJ biasanya
melindungi telurnya pada tanaman atau substrat lainnya Lingkungan sangat
mempengaruhi fekunditas ikan yaitu bila keadaan lingkungan lebih lambat
pertwnbuhannya pada ukuran pada ukuran yang sarna felrunditasnya bertambab
(Nikolsky, 1%3) dan berkaitan pula dengan ketersediaan makanan (Wotton, 1979

in Susilawati, 2000). Meningkatnya ukuran panjang tubuh ikan diilruti dengan
peningkatan jumlah fekunditas bingga mencapai ukuran tertentu dan kemudian
akan menurun (Suwami, 1998).

2.3.6 Diameter Telnr
Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan meningkatnya
kematangan gonad ikan

sam

mendekati pemijahan (Effendie, 1979). Ovarium

yang mengandung telur ikan masak berukuran sarna semua menunjukan waktu
pemijahan yang pendek, sebaliknya waktu pemijahan yang panjang dan terns

- i

Ir========--.--.---.---.--.--------------------------------------------10

dengan sel telur berwama kuning tua yang menandakan telur siap untuk
dikeluarkan (Gambar 5). Pada selaput luar telur (membrane), diliputi oleh umbaiumbai yang berbentuk benang yang berfungsi sebagai alat untuk menempel pada
algae atau benda-benda terapung saat sudah dikeluarkan (Parin. 1960 in

Hermawati, 2006). Pada TKG V terdapat adanya ruang-ruang kosong tempat
ovum yang telah dikeluarkan pada saat ikan memijah..

Gambar 4. Proses pembentukan Spermatozoa (Spermatogenesis) (sumber :
www.fix.cox miami.edu)

Gambar 5. Proses pembentukan Ovum (Oogenesis) (sumber :
www.fix.cox.miami.edu)

"
m. METODE PENELITlAN
3.1 Waktu dan Tempst
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, dimulai pada bulan Oktober
bingga bulan Desember 2005. Sampel ikan didapatkan dari basil penangkapau

ikan oleh para nelayan di sekitar perairau Laut Flores (Gambar 6) yang kemudian
didaratkau di pelabuhan perikanan Gondol. Sampel tersebut selanjutnya dibawa

ke Bogor untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis ikan dilakukan di laboratorium
ekobiologi, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3"40' S

.,

.\

"!iI

.::..

.. •

Lセ@

'. (aut Roms -

117"20" E

peusngkapan'

,'",

-ej ".1

121°E

•.
124"40' E

128"20' E

132" E

(J.'

7"20' S

QセoGe@

Gambar 6. Peta perairan Laut Flores. Daerah yang dilingkari merupakan lokasi
Pengambilan sampel ikan terbang (H o:rycephalus)
(sumber: www.wikipediacom)

II
12

3.2 Alat dan bahan
Alat yang digtmakan dalam penelitian ini adalah satu set alat bedah yang
digunakan untuk membedah ikan, penggaris untuk mengukur panjang total dan
panjang baku, baki dan penampung ikan, timbangan digital dengan tingkat
ketelitian 0,0001 g yang digunakan untuk menimbang berat tubuh dan gonad ikan

, tissue, cawan Petri, gelas ukur, botol film, plastik ldip untuk menyimpan gonad
yang telah diawetkan, mikroskop dengan micrometer okuler dan objektif (model

CHS-213EM bilogycal microscope no. 400391 ; code number F2-OO7 ;
manufacture by Olympus), kamera digital (model EX-Z60; 6 megapixel; exilim
optical 3X; manufacture by Casio), serta gelas objek yang diglIDaka n untuk

meoganalisis diameter telur ikan contoh.
Adapun bahan yang digunaka n ooalah ikan terbang itu sendiri, formalin

10010 untuk mengawetkan ikan contob, Formalin 4% untuk mengawetkan gonad
dan larutan Bouin untuk mengawetkan gonad ikan yang akan dihistology.

3.3. Metode Kerja
3.3.1

PengambiJan contoh ikan di lapangan
Ikan contoh diperoleh dari basil tangkapan nelayan. Waktu penangkapan

ikan dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2005 dengan frekuensi

penangkapan sebanyak satu bulan sekali. Alat tangkap yang digunakan adalah

jaring insang hanyut (drift gillnet) yang dioperasikan dengan kapal Pattorani
(Lampiran l.b). Ikan contoh yang tertangkap kemudian dimasukan ke dalam
wadah dan diawetkan dengan formalin 10010.

3.3.2

Proses kerja di laboratorium

3.3.2.1 Identifikasi ibn contoh
Identifikasi ikan terbang dilakukan di laboratorium Biomakro I. Mengacu
kepada Hutomo et ai., (1985) dan Carpenter dan Volker (1999) (Lampiran 2),
bagian utama dari tubuh ikan yang diamati dalam pengidentifikasian antara lain
adalah bentuk tubuh, sirip pektoral, sirip dorsal, sirip ventral. sirip anal, sirip ekor
dan sungut.

ti

____--_-__-_-______________________________________
セ]@

セ@

13

3.3.2.2 Pengulmran panjang berat dan peogamatao TKG
Pada analisis di laboratorium dilakukan penguIruran panjang total dengan
menggunakan penggaris dengan tingkat ketelitian 1rom, selanjutnya dilakukan
pula penimbangan bera1 individu i.kan. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan
pengamatan gonad ikan contoh.. Penentuan TKG ikan mengacu kepada metode

klasifikasi tingkat kematangan gonad yang dilakukan oleh Hermawati (2006)
(Tabell).

Tabel 1. KJasifikasi tingkat kematangan gonad ikan terbang (Hermawati, 2006)

TKG

Betina

I

Ukuran gonad pendek dan terbungkus
selaput wama hitam, warna coklat
muda, mengisi 113 rongga tubuh.
butiran tetur masih sangat kecil dan
berwama putih di bagian anterior.

II

Ukuran lebih besar dari TKG 1 dan
selaput pembungkus wama hitam masih
ada, wama gonad Iruning putih dan
mulai tampak butiran telur wama
Iruning dibagian anterior.

ill

Ukuran mulai membesar mengisi Yo
bagian ronga tubuhnya, selaput hitam
mulai memudar, warna gonad kuning,
butiran tetur lebih banyak.

Ukuran mulai membesar dan
selaput pembungkus gonad
mulai memudar, warna
makin putih.

IV

Butiran nampak jelas dan makin
banyak, gonad mengisi seluruh bagian
rongga tubuh dan berwama Iruning tua

TKG m, permukaan testes
nampak bergerigi, wama

Gonad mengempis dan keriput,
dibagian pelepasan terlihat sisa-sisa
telur.

Kantung gonad mulai
mengempis dan keriput bila
diawetkan.

Jantan
Ukuran kecil dan pendek,
wama putih krem. Gonad
terbungkus selaput hitam.

Ukuran lebih besar dari
TKG 1, wama putih susu
dan masih terbungkus
selaput hitam. Bentuk lebih
jelas dari TKG 1.

Ukuran lebih besar dari

v

:

;

makin putih dan mengisi
seIuruh rongga tubuh..

____

Bイ]セMNL@

II
14

3.3.23 Fekunditas dan diameter telur
Perbitungan fekunditas dilakukan dengan metode gravimetrik. dari telur
ikan betina yang memiliki TKG ill, IV. Jwnlah telur contoh dig.makan untuk
menduga jwnlah total telur yang ada pada gonad melalui perbandingan berat
gonad contoh dengan berat gonad totalnya
Pembuatan preparat histologis gonad ikan terbang mengacu pada metode .

yang dilakukan Banks (1986) in Hermawati (2006) (Lampiran 4), sedangkan

analisis histologi gonad pada setiap TKG dilakukan dengan mengacu pada
Hennawati (2006).
Diameter telur ikan contoh diukur dari gonad dengan fase TKG II, TKG

ill, dan TKG IV. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sampel telur dari
masing-masing gonad pada setiap TKG dari bagian anterior, median dan posterior

gonad ikan betina yang diamati dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi
dengan mikrometer (Gambar 7).

Gambar 7. Diagram gonad ikan dan bagian-bagian yang dihitung telurnya
(sumber : Djamali et oJ., 1975)

3.4

Anstiss Data

3.4.1 _ Perbitungan kelas nkuran
Jumlah kelas interval (kelas ulruran) dapat dihitung dengan menwmakan

rumus Sturges seperti berikut (Sugiyono, 2003):


Menghitung jwnlah kelas interval :

K = 1+(3,3 X Log n)

I,

.
セ]MN

.._._--_--_. ________________________________

セM⦅N

Mセ

I'

15

Keterangan: K

= Jumlah kelas interval
= Jumlah data observasi

n


mュセァイ・。ィZ@

wilayah = Data terbesar - data terkecil


Mengbi1ung lebar kelas :
Lebarkelas=

Wilayah
Jumlahkelas

3.4.2 Rasio keJamjn
Rasio kelamin dihitung dengan cam membandingkan jumlah ikan
jantan dan ikan betina
Rasio kelamin = M
F
Keterangan: M

F

=
=

jumlah ikanjantan (ekor)
jumlah ikan betina (ekor)

Keseragaman sebaran nisbah kelamin dilalrukan dengan uji "Chi-

,I

Square" (Steel dan Torrie, 1980).
クR]セlN@

I

セHoゥ@

-ei) 2
__セ@
ei
I

keterangan :

0;

= frekuensi ikan jantan dan betina yang djamati ke-i

ej

= frekuensi harapan yaitu frekuensi ikan jantan +

frekuensi ikan betina dibagi dua
= nilai peubah acak

X2 yang sebaran penarikan

contohnya menghampiri sebaran Chi-square

3.4.3

Panjang herat dan faktor kondisi

3.4.3.1 Bobungan panjang herat

Hubungan panjang dengan berat dapat menentukan pola pertumbuhan
ikan dan dihitung dengan menggunakan rumus (Effmdie, 1979), yaitu :
W=aL b

\, セ]ML@

I,
16

Keterangan:

W

=

Bernt i.kan

L

=

Panjang i.kan

a dan b = Konstanta

Transfonnasi ke dalam logaritma mempunyai persamaan (Walpole, 1992):

LogW = Logo + LogL atau Y = a + bx
Log 0=

LogWxL(LogL)2 - LLogLxL{LogLxLogW)
NxL(LogL2)-(LLogL)2
b = LLogW -(NxLoga)

LLogL

: Jumlah ikan

Keterangan : N
W

: Berat total (g)

L

: Panjang total (mm)

I

It

adanb : Konstanta
Untuk menguji dalam penentuan nilai b maka perlu dilakukan uji 1, dimana
terdapat usaha untuk melakukan penolakan atau penerimaan hipotesa yang dibuat.
Hipotesa

Ho

: b=3

HI

: b;t3

T hit =

Dimana

P. - Po
SP.
Sp,

adalah simpangan koefisien b yang dapat ditentukan dari

model ruums sebagai berikut :
S2fJ.

=

L(X.KIG
- Xrata)

serlangkan SfJ.

]セsRヲjN@

dan KTG dicari melalui

analisis covarian.· Untuk penarikan keputusan yang membandingkan T hit dengan
T tabel pada selang kepercayaan 95 0/0, Jika nilai T hit > T tabel maka
keplltllsannya adalah menolak hipotesa nol., dan jika T hit < T tabel maka
keplltllsannya adalah meneri.ma hipotesa nol (Ricker in Fujiarni. 2007).

1

"

..MNセ@
イMセN]

II
17

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara panjang dengan berat maka
dig'makan koefisien korelasi (r) dengan rumus :

r

L (LogLxLogW)
./t(LogL)2

XL (LogWi

Bila r mendekati +1 atau -1 maka hubungan antara kedua peubah kuat dan
terdapat korelasi yang tinggi diantara keduanya

3.4.3.2 Faktor kondisi
Faktor kondisi (K) berdasarkan pada panjang dan berat ikan contob. Ikan
memililO pertumbuhan yang bersifat isometrik apahila nilai b = 3, maka faktor
kondisi menggunak.an rumus dengan persamaa n (Effendi 1979) :
K(Ti)

Keterangan:

I