Performa Ayam Broiler Periode Starter dengan Pemberian Metionin Cair dalam Air Minum

PERFORMA AYAM BROILER PERIODE STARTER DENGAN
PEMBERIAN METIONIN CAIR DALAM AIR MINUM

SKRIPSI
MULYA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
MULYA. D24052829. 2009. Performa Ayam Broiler Periode Starter dengan
Pemberian Metionin Cair dalam Air Minum. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
: Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr.
Ayam broiler merupakan ternak yang mempunyai sifat proses produksi yang
relatif cepat. Sifat produksi ayam broiler akan muncul jika memperhatikan beberapa
faktor produksi seperti kualitas pakan. Pakan komersil yang digunakan peternak

kualitas nutriennya bisa berkurang akibat kurang baiknya proses transportasi atau
penyimpanan. Ransum yang kualitasnya kurang baik akan mempengaruhi angka
konversi ransum. Mengingat biaya ransum merupakan biaya produksi yang paling
besar (60-80%) dari seluruh biaya yang dikeluarkan, maka kerugian akan terjadi jika
konversi ransum tinggi. Penambahan metionin cair dalam air minum diharapkan
dapat meningkatkan kualitas ransum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan metionin cair sebanyak 0,05% dan 0,10% terhadap performa
ayam broiler periode starter.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai Agustus 2008 di kandang
panggung peternak komersil di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Hewan percobaan yang digunakan adalah ayam broiler umur sehari (DOC) sebanyak
3600 ekor yang dibagi ke dalam sembilan petak. Ransum yang digunakan adalah
ransum periode starter dari tiga pabrik yang berbeda dan penambahan metionin cair
ke dalam air minum dengan konsentrasi 0%; 0,05% dan 0,10%. Pada penelitian ini
digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Peubah yang diukur adalah konsumsi
air minum, konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
Sampel yang diambil untuk diukur bobot badannya adalah 10% dari populasi. Data
yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika berpengaruh nyata,
maka dilakukan uji kontras ortogonal.
Penambahan 0,05% dan 0,10% metionin cair dalam air minum tidak

berpengaruh terhadap konsumsi air minum, konsumsi ransum, pertambahan bobot
badan dan konversi ransum pada ayam broiler periode starter, hal ini disebabkan
kebutuhan asam amino metionin sudah terpenuhi dalam pakan.
Kata kunci: metionin cair, pakan, broiler starter

ABSTRACT
Performance of Broiler Starter Periode with Liquid Methionine in
Drinking Water
Mulya, M. Ridla and R. Mutia.
The objective of this research was to observe the effects of liquid methionine
addition (0%; 0.05% and 0.10%) on broiler performance. Three thousand and six
hundred DOC (day old chick) strain Cobb were used randomized block design with 3
treatments and 3 blocks. The variables were water consumption, feed consumption,
body weight gain and feed conversion. The data were analyzed using Analysis of
Variance (ANOVA) and differences among treatments were tested by contrast
orthogonal when there was a significant effect of treatment on variables measured.
The result showed that liquid methionine did not effect on water consumption, feed
consumption, body weight gain and feed conversion ratio of broiler starter period. It
was concluded that liquid methionine addition in the drinking water did not affect the
amino acid balance in the ration of broiler starter used in this research.

Keywords: liquid methionine, feed, broiler starter

PERFORMA AYAM BROILER PERIODE STARTER DENGAN
PEMBERIAN METIONIN CAIR DALAM AIR MINUM

MULYA
D24052829

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PERFORMA AYAM BROILER PERIODE STARTER DENGAN
PEMBERIAN METIONIN CAIR DALAM AIR MINUM


Oleh :
MULYA
D24052829

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 24 Agustus 2009

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr.
NIP. 19631206 198903 1 003

Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr.
NIP. 19630917 198803 2 001

Dekan
Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr.
NIP. 19670107 199103 1 003

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr.
NIP. 19670506 199103 1 001

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 15 Desember 1987
sebagai putra keempat dari lima bersaudara dari keluarga Anda dan Remas.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1993 di SD Negeri Sirnagalih 6,
pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SMP Negeri
1 Tamansari Bogor dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun
2005 di SMA Negeri 2 Pontianak.

Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Peternakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP)
melalui ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti
pendidikan di IPB, penulis aktif di Forum Aktivitas Mahasiswa Muslim Fakultas
Peternakan (FAMM Al An’am) dan Unit Kegiatan Mahasiswa IPB (UKM IPB).

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melebihkan manusia dengan ilmu
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini.
Semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Begitu
juga shalawat serta salam tetap tercurah kepada sahabat-sahabat beliau yang
merupakan sumber ilmu pengetahuan dan hikmah.
Skripsi dengan judul Performa Ayam Broiler Periode Starter dengan
Pemberian Metionin Cair Dalam Air Minum ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Selain itu, penyusun skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan kontribusi
dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan
informasi mengenai manfaat penambahan metionin cair dalam air minum untuk
meningkatkan performa ayam broiler periode starter.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli-Agustus 2008. Lokasi penelitian ini
bertempat di kandang komersil di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia
pendidikan dan peternakan serta menjadi catatan amal shaleh. Amin.
Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan pada semua pihak yang
turut membantu penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT membalasnya.

Bogor, 3 Agustus 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..................................................................................................

ii

ABSTRACT .....................................................................................................


iii

RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................

vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................


xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xii

PENDAHULUAN ............................................................................................

1

Latar Belakang......................................................................................
Tujuan ..................................................................................................
Manfaat ................................................................................................
Hipotesis ...............................................................................................

1
2
2
2


TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................

3

Ayam Pedaging ....................................................................................
Asam Amino Metionin .........................................................................
Konsumsi Air Minum ...........................................................................
Konsumsi Ransum ................................................................................
Pertambahan Bobot Badan ....................................................................
Konversi Ransum .................................................................................

3
5
6
7
9
10

METODE .........................................................................................................


11

Waktu dan Tempat ................................................................................
Materi ...................................................................................................
Hewan Percobaan ......................................................................
Kandang dan Peralatan ..............................................................
Ransum .....................................................................................
Vaksin dan Vitamin ...................................................................
Metode .................................................................................................
Perlakuan Penelitian ..................................................................
Peubah yang Diukur ..................................................................
Rancangan Percobaan................................................................
Manajemen Pemeliharaan..........................................................

11
11
11
11
11
12
13
13
13
14
15

HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................

16

Keadaan Umum di dalam Kandang .......................................................
Konsumsi Air Minum ...........................................................................
Konsumsi Ransum ................................................................................
Pertambahan Bobot Badan ....................................................................

16
18
21
24

Konversi Ransum .................................................................................

25

KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

27

Kesimpulan...........................................................................................
Saran ....................................................................................................

27
27

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

29

LAMPIRAN ....................................................................................................

33

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Performa Mingguan Ayam Broiler ..............................................................

3

2. Kebutuhan Nutrisi Broiler Periode Starter ..................................................

4

3. Hasil Analisis Kimia Ransum Komersil Periode Starter .............................

12

4. Perlakuan Penelitian ...................................................................................

13

5. Rataan Suhu dan Kelembaban Selama Tiga Minggu Penelitian ...................

16

6. Konsumsi Air Minum Selama Tiga Minggu Penelitian (ml) ........................

19

7. pH Air Minum Selama Tiga Minggu Penelitian ..........................................

20

8. Konsumsi Ransum Selama Tiga Minggu Penelitian (gram).........................

23

9. Pertambahan Bobot Badan Selama Tiga Minggu Penelitian (gram).............

24

10. Konversi Ransum Selama Tiga Minggu Penelitian .....................................

25

PERFORMA AYAM BROILER PERIODE STARTER DENGAN
PEMBERIAN METIONIN CAIR DALAM AIR MINUM

SKRIPSI
MULYA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
MULYA. D24052829. 2009. Performa Ayam Broiler Periode Starter dengan
Pemberian Metionin Cair dalam Air Minum. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
: Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr.
Ayam broiler merupakan ternak yang mempunyai sifat proses produksi yang
relatif cepat. Sifat produksi ayam broiler akan muncul jika memperhatikan beberapa
faktor produksi seperti kualitas pakan. Pakan komersil yang digunakan peternak
kualitas nutriennya bisa berkurang akibat kurang baiknya proses transportasi atau
penyimpanan. Ransum yang kualitasnya kurang baik akan mempengaruhi angka
konversi ransum. Mengingat biaya ransum merupakan biaya produksi yang paling
besar (60-80%) dari seluruh biaya yang dikeluarkan, maka kerugian akan terjadi jika
konversi ransum tinggi. Penambahan metionin cair dalam air minum diharapkan
dapat meningkatkan kualitas ransum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan metionin cair sebanyak 0,05% dan 0,10% terhadap performa
ayam broiler periode starter.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai Agustus 2008 di kandang
panggung peternak komersil di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Hewan percobaan yang digunakan adalah ayam broiler umur sehari (DOC) sebanyak
3600 ekor yang dibagi ke dalam sembilan petak. Ransum yang digunakan adalah
ransum periode starter dari tiga pabrik yang berbeda dan penambahan metionin cair
ke dalam air minum dengan konsentrasi 0%; 0,05% dan 0,10%. Pada penelitian ini
digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Peubah yang diukur adalah konsumsi
air minum, konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
Sampel yang diambil untuk diukur bobot badannya adalah 10% dari populasi. Data
yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika berpengaruh nyata,
maka dilakukan uji kontras ortogonal.
Penambahan 0,05% dan 0,10% metionin cair dalam air minum tidak
berpengaruh terhadap konsumsi air minum, konsumsi ransum, pertambahan bobot
badan dan konversi ransum pada ayam broiler periode starter, hal ini disebabkan
kebutuhan asam amino metionin sudah terpenuhi dalam pakan.
Kata kunci: metionin cair, pakan, broiler starter

ABSTRACT
Performance of Broiler Starter Periode with Liquid Methionine in
Drinking Water
Mulya, M. Ridla and R. Mutia.
The objective of this research was to observe the effects of liquid methionine
addition (0%; 0.05% and 0.10%) on broiler performance. Three thousand and six
hundred DOC (day old chick) strain Cobb were used randomized block design with 3
treatments and 3 blocks. The variables were water consumption, feed consumption,
body weight gain and feed conversion. The data were analyzed using Analysis of
Variance (ANOVA) and differences among treatments were tested by contrast
orthogonal when there was a significant effect of treatment on variables measured.
The result showed that liquid methionine did not effect on water consumption, feed
consumption, body weight gain and feed conversion ratio of broiler starter period. It
was concluded that liquid methionine addition in the drinking water did not affect the
amino acid balance in the ration of broiler starter used in this research.
Keywords: liquid methionine, feed, broiler starter

PERFORMA AYAM BROILER PERIODE STARTER DENGAN
PEMBERIAN METIONIN CAIR DALAM AIR MINUM

MULYA
D24052829

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PERFORMA AYAM BROILER PERIODE STARTER DENGAN
PEMBERIAN METIONIN CAIR DALAM AIR MINUM

Oleh :
MULYA
D24052829

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 24 Agustus 2009

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr.
NIP. 19631206 198903 1 003

Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr.
NIP. 19630917 198803 2 001

Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr.
NIP. 19670107 199103 1 003

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr.
NIP. 19670506 199103 1 001

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 15 Desember 1987
sebagai putra keempat dari lima bersaudara dari keluarga Anda dan Remas.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1993 di SD Negeri Sirnagalih 6,
pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SMP Negeri
1 Tamansari Bogor dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun
2005 di SMA Negeri 2 Pontianak.
Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Peternakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP)
melalui ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti
pendidikan di IPB, penulis aktif di Forum Aktivitas Mahasiswa Muslim Fakultas
Peternakan (FAMM Al An’am) dan Unit Kegiatan Mahasiswa IPB (UKM IPB).

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melebihkan manusia dengan ilmu
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini.
Semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Begitu
juga shalawat serta salam tetap tercurah kepada sahabat-sahabat beliau yang
merupakan sumber ilmu pengetahuan dan hikmah.
Skripsi dengan judul Performa Ayam Broiler Periode Starter dengan
Pemberian Metionin Cair Dalam Air Minum ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Selain itu, penyusun skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan kontribusi
dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan
informasi mengenai manfaat penambahan metionin cair dalam air minum untuk
meningkatkan performa ayam broiler periode starter.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli-Agustus 2008. Lokasi penelitian ini
bertempat di kandang komersil di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia
pendidikan dan peternakan serta menjadi catatan amal shaleh. Amin.
Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan pada semua pihak yang
turut membantu penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT membalasnya.

Bogor, 3 Agustus 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..................................................................................................

ii

ABSTRACT .....................................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................

vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xii

PENDAHULUAN ............................................................................................

1

Latar Belakang......................................................................................
Tujuan ..................................................................................................
Manfaat ................................................................................................
Hipotesis ...............................................................................................

1
2
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................

3

Ayam Pedaging ....................................................................................
Asam Amino Metionin .........................................................................
Konsumsi Air Minum ...........................................................................
Konsumsi Ransum ................................................................................
Pertambahan Bobot Badan ....................................................................
Konversi Ransum .................................................................................

3
5
6
7
9
10

METODE .........................................................................................................

11

Waktu dan Tempat ................................................................................
Materi ...................................................................................................
Hewan Percobaan ......................................................................
Kandang dan Peralatan ..............................................................
Ransum .....................................................................................
Vaksin dan Vitamin ...................................................................
Metode .................................................................................................
Perlakuan Penelitian ..................................................................
Peubah yang Diukur ..................................................................
Rancangan Percobaan................................................................
Manajemen Pemeliharaan..........................................................

11
11
11
11
11
12
13
13
13
14
15

HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................

16

Keadaan Umum di dalam Kandang .......................................................
Konsumsi Air Minum ...........................................................................
Konsumsi Ransum ................................................................................
Pertambahan Bobot Badan ....................................................................

16
18
21
24

Konversi Ransum .................................................................................

25

KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

27

Kesimpulan...........................................................................................
Saran ....................................................................................................

27
27

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

29

LAMPIRAN ....................................................................................................

33

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Performa Mingguan Ayam Broiler ..............................................................

3

2. Kebutuhan Nutrisi Broiler Periode Starter ..................................................

4

3. Hasil Analisis Kimia Ransum Komersil Periode Starter .............................

12

4. Perlakuan Penelitian ...................................................................................

13

5. Rataan Suhu dan Kelembaban Selama Tiga Minggu Penelitian ...................

16

6. Konsumsi Air Minum Selama Tiga Minggu Penelitian (ml) ........................

19

7. pH Air Minum Selama Tiga Minggu Penelitian ..........................................

20

8. Konsumsi Ransum Selama Tiga Minggu Penelitian (gram).........................

23

9. Pertambahan Bobot Badan Selama Tiga Minggu Penelitian (gram).............

24

10. Konversi Ransum Selama Tiga Minggu Penelitian .....................................

25

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Rumus Struktur Asam Amino Metionin Cair ...............................................

6

2. Pembagian Petak dalam Kandang ................................................................

11

3. Grafik Rataan Konsumsi Air Minum Ayam Broiler Selama Tiga Minggu
Penelitian .....................................................................................................

18

4. Grafik Rataan Konsumsi Ransum Ayam Broiler Selama Tiga Minggu
Penelitian .....................................................................................................

21

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Analisis Ragam Konsumsi Air Minum ........................................................

34

2. Konsumsi Air Minum Mingguan (ml)..........................................................

34

3. Analisis Ragam Konsumsi Ransum .............................................................

35

4. Konsumsi Ransum Mingguan (gram)...........................................................

35

5. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan .................................................

36

6. Bobot Badan Mingguan (gram)....................................................................

36

7. Analisis Ragam Konversi Ransum ...............................................................

36

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam broiler mempunyai potensi yang besar dalam memberikan sumbangan
terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia,
karena sifat proses produksi relatif cepat (kurang dari 5 minggu) dan hasilnya dapat
diterima masyarakat luas. Sifat produksi ayam broiler akan muncul jika
memperhatikan beberapa faktor produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ayam broiler adalah genetik, lingkungan dan interaksi antara genetik dan
lingkungan.
Ransum yang diberikan harus mempunyai kualitas yang baik, mengandung
nutrien yang dibutuhkan ternak dan mudah diserap dalam saluran pencernaan,
sehingga dapat tercapai produktivitas yang optimal. Ransum yang diproduksi oleh
pabrik-pabrik biasanya sudah menggunakan standar kebutuhan nutrien ternak.
Namun dalam prakteknya ransum yang sampai ke tangan peternak kualitas
nutriennya bisa berkurang. Permasalahan ini biasanya diakibatkan kurang baiknya
proses transportasi atau penyimpanan. Pada proses transportasi atau penyimpanan
ransum pengaruh lingkungan sangat harus diperhatikan, terutama pada saat terjadi
hujan. Pada saat terjadi hujan ransum yang didistribusikan akan terganggu
kelembabannya, hal sama akan terjadi pada saat penyimpanan di gudang. Mengingat
permasalah tersebut maka suhu dan kelembaban ransum harus dijaga agar tidak
mempengaruhi kualitas ransum. Ransum yang kualitasnya kurang baik akan
mempengaruhi angka konversi ransum. Mengingat biaya ransum merupakan biaya
produksi yang paling besar (60-80%) dari seluruh biaya yang dikeluarkan, maka
kerugian akan terjadi jika konversi ransum tinggi.
Berbagai cara dapat ditempuh agar ternak dapat memenuhi kebutuhan
nutriennya, sehingga penggunaan ransum bisa lebih efisien dan angka konversi
ransum akan semakin membaik. Salah satunya dengan cara menambahkan zat
makanan yang diduga berkurang akibat transportasi atau penyimpanan. Zat makanan
yang biasanya berubah akibat hal tersebut salah satunya adalah asam amino,
terutama asam amino esensial. Asam amino esensial merupakan asam amino yang
tidak dapat disintesis oleh tubuh ternak, sehingga harus tersedia dalam ransum. Asam

amino esensial yang menjadi pembatas salah satunya adalah metionin. Asam amino
metionin dibutuhkan ternak untuk pertumbuhan yang optimal.
Produk metionin sintetis yang biasa digunakan dalam penyusunan ransum
adalah metionin serbuk dan metionin cair. Penggunaan metionin serbuk kurang
efisien jika diterapkan di peternakan, karena selain harganya yang lebih mahal, juga
membutuhkan waktu yang lama untuk mencampur metionin serbuk dengan ransum
dalam jumlah yang banyak tanpa menggunakan mixer. Lain halnya jika
menggunakan metionin cair, penggunaan metionin jenis ini dapat dicampur dengan
air minum. Pengerjaannya sama dengan ketika peternak memberikan vitamin untuk
ayam broiler. Dengan cara ini peternak tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
menggunakannya dan harganya pun lebih murah. Penambahan metionin cair dalam
air minum ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum atau
memperkecil nilai konversi ransum.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan metionin
cair sebanyak 0,05% dan 0,10% terhadap performa ayam broiler periode starter.

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Pedaging
Ayam broiler merupakan ayam tipe berat pedaging yang lebih muda dan
berukuran lebih kecil, dapat tumbuh sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur
4-5 minggu yang ditujukan untuk menghasilkan daging dan menguntungkan secara
ekonomis jika dibudidayakan (Poultry Indonesia, 2007). Ayam broiler merupakan
ayam-ayam muda jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5
minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber
daging (Kartasudjana, 2005). Karakteristik dari ayam broiler modern adalah
pertumbuhan yang cepat, banyak penimbunan pada bagian dada dan otot-otot daging,
disamping itu relatif lebih rendah aktifitasnya jika dibandingkan dengan ayam yang
digunakan untuk produksi telur (Pond et al., 1995). Ayam broiler merupakan ayam
yang telah mengalami seleksi genetik (breeding) sebagai penghasil daging dengan
pertumbuhan yang cepat sehingga waktu pemeliharaannya lebih singkat, pakan lebih
efisien dan produksi daging tinggi (Ensminger, 1991).
Tabel 1. Performa Mingguan Ayam Broiler
Umur
(minggu)
DOC

Bobot Badan
(g)
40,00

Konsumsi
Ransum (g)
-

Konsumsi Air
Minum (ml)
-

Konversi
Ransum
-

1

175,00

150,00

325,00

0,86

2

486,00

512,00

1180,00

1,05

3

932,00

1167,00

2325,00

1,25

Sumber: Poultry Indonesia (2007).

Keunggulan ayam pedaging didukung oleh sifat genetik, karena ayam
pedaging ini memiliki laju pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat,
sehingga produksi optimal hanya dapat diwujudkan apabila ayam tersebut
memperoleh makanan yang berkualitas baik dalam jumlah kebutuhan nutrisi yang
mencukupi. Rekayasa genetik, perkembangan teknologi pakan dan manajemen
perkandangan menyebabkan strain ayam broiler yang ada sekarang lebih peka
terhadap formula pakan yang diberikan (Wahju, 2004). Seperti yang dinyatakan oleh
Amrullah (2003) bahwa pertumbuhan yang cepat dari ayam harus diimbangi dengan

ketersediaan nutrisi dalam pakan yang cukup dan keadaan lingkungan yang meliputi
temperatur lingkungan dan pemeliharaan. Menurut Direktorat Bina Produksi (1997),
persyaratan mutu ayam umur satu hari (DOC) adalah berat minimal 37 gram, kondisi
fisik sehat, kaki normal, dapat berdiri tegak, tampak segar, aktif, tidak dehidrasi,
tidak ada kelainan bentuk, tidak cacat fisik sekitar pusar dan dubur kering serta pusar
tertutup, warna bulu seragam sesuai dengan strain dan kondisi bulu kering.
Menurut Wahju (2004), pakan ayam broiler harus mengandung energi yang
cukup untuk membantu reaksi-reaksi metabolik, menyokong pertumbuhan dan
mempertahankan suhu tubuh. Selain itu ayam membutuhkan protein yang seimbang,
fosfor, kalsium, mineral, serat dan vitamin yang sangat memiliki peran penting
selama tahap permulaan hidupnya. Kebutuhan nutrien broiler periode starter dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler Periode Starter
Zat Pakan

NRC (1994)

Leeson dan Summers (2005)

SNI (2006)

Protein Kasar (%)

23,00

22,00

18,00 - 23,00

Ca (%)

1,00

0,95

0,90 - 1,20

P (%)

0,45

0,45

0,70 - 1,00

Histidin (%)

0,35

0,40

-

Threonin (%)

0,80

0,72

-

Arginin (%)

1,25

1,40

-

Metionin (%)

0,50

0,50

0,50

Metionin + Sistin

0,90

0,95

-

Valin (%)

0,90

0,85

-

Phenilalanin (%)

0,72

0,75

-

Isoleusin (%)

0,80

0,75

-

Leusin (%)

1,20

1,40

-

Lysin (%)

1,10

1,30

1,10

Asam Amino Metionin
Metionin adalah asam amino yang mengandung sulfur dan esensial
(undispensable) bagi manusia dan ternak monogastrik. Menurut Sutardi (1980) asam
amino metionin bersifat glikogenik (menghasilkan glukosa pada waktu proses
metabolisme terjadi) dan lipotropik (membantu pemecahan lemak dalam tubuh pada
proses metabolisme), hubungannya dengan asam amino lain yang mengandung
sulfur (sistein dan sistin) adalah sebagai donor bagi sistein (CySN). Sistein (asam
amino non esensial) mendapatkan sulfur dari metionin dan kerangka karbon dari
serin (SER). Apabila sistein (CySN) dan sistin (CYS) kurang maka metionin dan
serin akan dirombak melalui proses transmetilasi, sehingga memperbesar kebutuhan
metionin (Sanchez et al., 1984).
Menurut Cheeke (2005) asam amino dapat dibedakan menjadi dua yaitu asam
amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial yaitu asam amino
yang harus tersedia cukup di dalam bahan pakan, karena tidak dapat disintesis di
dalam tubuh ternak, sedangkan asam amino non esensial yaitu asam amino yang
dapat disintesis oleh tubuh ternak guna mencukupi kebutuhan pertumbuhan normal.
Menurut Huygherbaert et al. (1994), pertumbuhan daging di dalam dada
broiler sangat sensitif dipengaruhi oleh metionin di dalam ransum. Sigit (1995)
menyatakan bahwa metionin adalah asam amino yang mengandung sulfur yang
esensial bagi manusia dan ternak monogastrik. Asam amino metionin juga
merupakan salah satu kerangka yang membentuk protein tubuh, sedangkan protein
pada tiap jaringan tubuh berbeda kandungan asam aminonya, dengan kata lain asam
amino menentukan corak dan fungsi jaringan tubuh. Metionin juga merupakan asam
amino yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan yang cepat dan untuk hidup pokok
semua hewan dan salah satu akibat bila kekurangan asam amino metionin adalah
lambatnya laju pertumbuhan (Prawirokusumo et al., 1987).
Sutardi (1980) menyatakan metionin sebagai komponen alam terdapat dalam
konfigurasi L-Metionin. Di dalam alat pencernaan asam amino-L (L-AA) mengalami
deaminasi (pencopotan gugus amino) oleh mikroba menjadi asam keto alfa. Asam
keto alfa dapat juga dideaminasikan menjadi asam amino dalam bentuk L-AA atau
D-AA. Metionin dapat dibuat sintesanya dalam bentuk DL-metionin. Terdapat dua
jenis asam amino sintetis yang biasa ditambahkan, pertama dalam bentuk powder

metionin yaitu DL-metionin dan yang kedua dalam bentuk liquid metionin yaitu
analog hidroksi metionin (Vazquez-Anon et al., 2006).
Metionin cair atau Methionine Hydroxy Analogue (MHA) merupakan asam
amino sintetis yang sudah banyak digunakan untuk menyusun pakan ternak. Analog
metionin ini bisa digunakan untuk pengganti metionin. Pemakaiannya memberikan
keuntungan ganda. Pertama, bagi industri-industri bahan pakan pembuatan metionin
cair ini jauh lebih mudah dibandingkan dengan DL-Metionin dalam bentuk powder,
sehingga harganya jauh lebih murah (Sutardi, 1980). Metionin cair mempunyai
efisiensi yang sama dengan DL-Metionin jika digunakan pada ternak unggas
(Daenner dan Besseil, 2003). Struktur asam amino metionin cair (MHA) dapat dilihat
pada Gambar 1.
OH
I
CH3 – S – CH2 – C – COOH
I
H
Gambar 1. Rumus Struktur Asam Amino Metionin Cair (Sutardi, 1980)
Pemberian metionin perlu memperhatikan tingkat protein, bentuk fisik dan
palatabilitas bahan pakan. Selain itu, karena metionin diketahui sebagai asam amino
yang bersifat racun bila berlebihan, sehingga pemberiannya harus diperhatikan
dengan baik. Kelebihan pemberiannya akan berakibat buruk pada penambahan berat
badan. Menurut Leeson dan Summers (2005), asam amino metionin akan bersifat
racun apabila diberikan dua kali lebih banyak dari kebutuhan. Terjadinya penurunan
selera makan atau penurunan laju pertumbuhan dapat disebabkan oleh antagonisme
asam-asam amino, ketidakseimbangan pola konsentrasi asam amino dan keracunan.
Namun masalah tersebut dapat dikoreksi dengan penambahan asam amino pembatas
pertama (metionin, lysin, atau triptopan) (Amrullah, 2004; Pesti et al., 2005).
Konsumsi Air Minum
Air merupakan senyawa penting dalam kehidupan. Dua per tiga bagian dari
tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan (Parakkasi, 1999).
Menurut Scott et al. (1982), air mempunyai fungsi sebagai berikut : (1) zat dasar dari
darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam transformasi zat-

zat makanan, metabolit-metabolit dan hasil sisa ke dan dari semua sel-sel dalam
tubuh, (2) penting dalam mengatur suhu tubuh karena air mempunyai sifat menguap
dan spesifik heat, (3) membantu mempertahankan homeostasis dengan ikut dalam
reaksi dan perubahan fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmotis, konsentrasi
elektrolit.
Kandungan air dalam tubuh anak ayam yang berumur satu minggu adalah
85%, sedangkan kandungan air dalam tubuh ayam dewasa sebesar 55% pada umur
42 minggu. Kehilangan air tubuh 10% dapat menyebabkan kerusakan yang hebat dan
kehilangan air tubuh 20% akan menyebabkan kematian (Wahju, 2004).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi air minum pada ternak
antara lain adalah tingkat garam natrium dan kalium dalam ransum, enzim-enzim,
bau ransum, makanan tambahan pelengkap, temperatur air, penyakit, jenis bahan
makanan, kelembaban, angin, komposisi pakan, bentuk pakan, umur, produksi telur,
jenis kelamin dan jenis tempat air minum (Wahju, 2004).
Pada ayam broiler konsumsi air minum erat hubungannya dengan bobot
badan dan konsumsi ransum. Menurut Ensminger et al. (1992) pada umumnya ayam
mengkonsumsi air minum dua kali dari bobot pakan yang dikonsumsi. Menurut
National Research Council (1994) konsumsi air minum bertambah sekitar 7% setiap
peningkatan suhu 1OC diatas suhu 21OC. Semakin tinggi suhu lingkungan maka
semakin banyak ternak mengkonsumsi air minum. Hal ini akan membantu ternak
untuk menurunkan suhu tubuhnya yang meningkat akibat suhu lingkungan yang
tinggi.
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dimakan dalam jangka
waktu tertentu dan ransum yang dikonsumsi oleh ternak akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi yang lain. Tingkat energi menentukan
jumlah ransum yang dikonsumsi, ayam cenderung meningkatkan konsumsinya jika
kandungan energi ransum rendah dan sebaliknya konsumsi akan menurun jika
kandungan energi ransum meningkat (Scott et al., 1982). Menurut Parakkasi (1999)
komsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila diberikan ad
libitum. Menurut Tillman et al. (1991) konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah

makanan yang dimakan oleh ternak, dimana zat makanan yang dikandungnya akan
digunakan untuk mencukupi kehidupan pokok dan untuk produksi hewan tersebut.
Konsumsi ransum pada unggas dipengaruhi oleh besar tubuh ayam, aktivitas
sehari-hari, lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum (National Research Council,
1994). Menurut Scott et al. (1982) konsumsi ransum dipengaruhi oleh kandungan
energi ransum, bentuk ransum, kesehatan lingkunan, zat-zat makanan, kecepatan
pertumbuhan atau produksi telur dan stres. Selain faktor-faktor tersebut Wahju
(2004) menambahkan, bahwa faktor genetik juga sangat berpengaruh terhadap
konsumsi ransum. Secara umum konsumsi meningkat dengan peningkatan bobot
badan ayam karena ayam yang berbobot badan besar mempunyai kemampuan
menampung makanan lebih banyak.
Ayam yang mengkonsumsi ransum dengan kandungan energi lebih tinggi
akan menunjukkan lemak karkas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang
mengkonsumsi ransum dengan energi yang lebih rendah. Ayam yang mengkonsumsi
energi yang cukup untuk pertumbuhan yang normal dan tidak dapat menimbun
lemak dalam jumlah yang lebih tinggi di dalam jaringan bila ayam diberi ransum
dengan energi rendah (Wahju, 2004).
Konsumsi ransum ayam broiler dapat juga dipengaruhi oleh ketersediaan
asam amino. Menurut Sutardi (1980), jika pola konsentrasi asam amino menyimpang
dari pola yang dibutuhkan tubuh, selera makan akan menurun. Segala sesuatu yang
menyebabkan penyimpangan pola konsentrasi asam amino plasma darah akan
menimbulkan gejala makro berupa penurunan selera makan dan penyusutan bobot
hidup. Sumber penyimpangan tersebut adalah defisiensi asam amino, ketidakserasian
asam amino, keracunan asam amino dan antagonisme asam amino. Bagian-bagian
otak yang ikut serta dalam pengaturan selera makan akibat kurang baiknya
ketersediaan asam amino adalah lobus pyriform dan amygdaloid. Lobus pyriform
mampu menurunkan selera makan bila ternak disodori makanan yang defisiensi asam
amino esensial, sedangkan amygdaloid mampu menurunkan konsumsi bila disodori
makanan yang pola konsentrasi asam aminonya tidak seimbang.

Pertambahan Bobot Badan
Ensminger (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah suatu proses
peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam dan bagian tubuh lainnya yang tejadi
sebelum lahir dan sesudah lahir sampai mencapai tubuh dewasa. Salah satu kriteria
untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan pengukuran pertambahan bobot badan.
Ternak ayam akan mengalami pertambahan bobot badan karena pembesaran dan
pembelahan sel. Pertambahan bobot badan diartikan sebagai kemampuan untuk
mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Anggorodi
(1985) mendefinisikan bahwa pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan
berat jaringan-jaringan seperti otot, tulang jantung dan semua jaringan tubuh lainnya.
Ayam broiler merupakan ayam yang memiliki ciri khas dengan tingkat
pertumbuhan yang cepat sehingga dapat dipasarkan dalam waktu singkat (Amrullah,
2004). Dijelaskan pula bahwa ayam broiler sudah dapat dipasarkan dalam umur
empat minggu dengan bobot badan sekitar 0,8-1,0 kg bahkan dapat lebih. Ayam
broiler jantan dan betina dipasarkan dengan bobot 1,8-2,0 kg dalam bentuk karkas
atau potongan komersial karkas dan juga dijual hidup (National Research Council,
1994).
Menurut Maynard et al. (1983) kecepatan pertumbuhan tergantung dari
spesies, jenis kelamin, umur dan keseimbangan zat-zat nutrien dalam ransum. Wahju
(2004) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
adalah jenis kelamin, energi metabolis ransum, kandungan protein ransum dan
lingkungan. Sutardi (1980) menambahkan, jika pola konsentrasi asam amino
menyimpang dari pola yang dibutuhkan tubuh, maka selera makan akan menurun
dan pertumbuhan akan terhambat. Segala sesuatu yang menyebabkan penyingkiran
pola konsentrasi asam amino plasma darah akan menimbulkan gejala makro berupa
penyusutan bobot hidup. Sumber penyingkiran tersebut adalah defisiensi asam
amino, ketidak serasian asam amino, keracunan asam amino dan antagonisme asam
amino.
Pertambahan bobot badan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot
badan dengan melakukan penimbangan berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap
hari, tiap minggu, tiap bulan atau tiap tahun (Tillman et al., 1991).

Konversi Ransum
Lacy dan Vest (2000) menyatakan bahwa konversi ransum berguna untuk
mengukur produktivitas ternak dan didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi
ransum dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama waktu tertentu.
Faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetik, kualitas pakan,
penyakit, temperatur, sanitasi kandang, ventilasi, pengobatan dan manajemen
kandang. Menurut Amrullah (2004) konversi ransum mencerminkan keberhasilan
dalam memilih atau menyusun ransum berkualitas. Konversi ransum melibatkan
pertumbuhan ayam dan konsumsi ransum (National Research Council, 1994).
Menurut Wahju (2004) konversi ransum ini dapat digunakan untuk mengukur
keefisienan penggunaan ransum. Semakin rendah angka konversi ransum maka
semakin baik. Hal ini berarti penggunaan ransum semakin efisien. Menurut Amrullah
(2004), angka konversi ransum dipengaruhi tiga faktor yaitu kualitas pakan, teknik
pemberian pakan dan angka mortalitas. Semakin tinggi nilai konversi ransum
menunjukan semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot
badan per satuan berat dan semakin rendah nilai konversi ransum berarti kualitas
ransum semakin baik.
Konversi ransum dipengaruhi oleh litter, panjang dan intensitas cahaya, luas
lantai per ekor, uap amonia kandang, penyakit dan bangsa unggas, selain itu kualitas
ransum, jenis ransum, penggunaan zat aditif, kualitas air, dan manajemen
pemeliharaan (Gillepsie, 1992) faktor pemberian pakan dan penerangan turut
mempengaruhi konversi ransum (Lacy dan Vest, 2000).
Menurut Scott et al. (1982) semakin rendah kandungan energi dan protein
ransum pada ayam broiler maka semakin tinggi konversi ransumnya. Penurunan
kandungan energi ransum memperburuk konversi ransum (Amrullah, 2004).

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai Agustus 2008. Penelitian
menggunakan kandang panggung peternak komersil di Desa Pamijahan, Leuwiliang,
Kabupaten Bogor.
Materi
Hewan Percobaan
Pada penelitian ini digunakan ayam broiler umur sehari (DOC) strain Cobb
sebanyak 3600 ekor yang dibagi ke dalam 9 petak. Ayam tersebut dipelihara selama
21 hari secara intensif dalam kandang panggung, beralaskan sekam, sekat terbuat
dari bambu, serta dilengkapi dengan brooder, tempat pakan dan tempat air minum.
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang panggung milik
peternak komersil yang disekat menjadi 9 petak dengan luas setiap petaknya adalah
30 m2. Penerangan kandang menggunakan lampu neon (di setiap petak), lampu ini
membantu ayam untuk beraktivitas pada malam hari. Pemanas menggunakan
semawar minyak tanah (di setiap petak). Peralatan lainnya adalah tempat pakan,
tempat air minum, timbangan, ember, tong, pH meter, gelas ukur, pipet volumetrik
dan higrotermometer. Pembagian petak perlakuan di dalam kandang dapat dilihat
pada Gambar 2.

Petak 1 Petak 2 Petak 3 Petak 4 Petak 5 Petak 6 Petak 7 Petak 8 Petak 9
Kandang Panggung
Gambar 2. Pembagian Petak dalam Kandang Selama Tiga Minggu Penelitian
Ransum
Digunakan tiga ransum komersil periode starter dari pabrik yang berbeda.
Hasil analisa kimia ransum komersial dapat dilihat pada Tabel 3. Metionin cair

dalam air minum diberikan dengan konsentrasi 0%; 0,05% dan 0,10% dan air minum
yang digunakan kualitasnya baik tidak terkontaminasi mikroorganisme.
Tabel 3. Hasil Analisis Kimia Ransum Komersial Periode Starter
Komponen
Bahan kering (%)

R1

R2

R3

87,00

88,60

88,57

5,94

5,20

6,10

21,75

22,49

22,50

Serat Kasar (%)

3,55

3,47

2,94

Lemak kasar (%)

6,95

3,53

7,92

Ca (%)

1,09

1,17

1,04

P (%)

0,52

0,51

0,44

NaCl (%)

0,29

0,42

0,37

3987,00

4012,00

4084,00

Asam aspartic (%)

2,03

1,95

1,79

Asam glutamik (%)

4,16

3,97

3,55

Serin (%)

1,17

1,10

1,01

Histidin (%)

0,55

0,52

0,47

Glysin (%)

1,48

1,20

1,00

Treonin (%)

0,95

0,82

0,78

Arginin (%)

1,46

1,35

1,24

Alanin (%)

1,50

1,31

1,11

Tyrosin (%)

0,85

0,86

0,75

Metionin (%)

0,45

0,49

0,44

Valin (%)

1,05

0,94

0,85

Phenilalanin (%)

1,14

1,05

0,97

Isoleusin (%)

0,89

0,83

0,77

Leusin (%)

2,15

1,95

1,72

Lysin (%)

1,37

1,20

1,21

Abu (%)
Protein kasar (%)

GE (kkal/kg)

Sumber : Laboratorium Terpadu, IPB (2008).

Vaksin dan Vitamin
Pemberian vaksin ND dilakukan pada saat ayam berumur 5 hari melalui tetes
mata untuk mencegah penyakit Newcastle Desease (ND) dan vaksin Gumboro saat

ayam berumur 11 hari melalui air minum. Sebelum divaksin Gumboro ayam
dipuasakan terlebih dahulu dari air minum selama dua jam tanpa menghentikan
pemberian pakan. Vitamin diberikan sampai ayam berumur 7 hari, setelah ayam
divaksin dan setelah pengukuran bobot badan untuk menghindari stres pada ternak.
Metode
Perlakuan Penelitian
Perlakuan terdiri atas faktor suplementasi metionin cair (0%; 0,05% dan
0,10%) dalam air minum dan tiga jenis ransum komersil periode starter dari pabrik
yang berbeda. Air minum dan ransum diberikan ad libitum setiap pagi dan sore.
Perlakuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perlakuan Penelitian
Suplementasi metionin cair

Ransum
R1

R2

R3

M0

R1 M0

R2 M0

R3 M0

M1

R1 M1

R2 M1

R3 M1

M2

R1 M2

R2 M2

R3 M2

Ket :M0: Suplementasi 0% metionin
M1: Suplementasi 0,05% metionin
M2: Suplementasi 0,10% metionin
R1: Ransum dari pabrik 1
R2: Ransum dari pabrik 2
R3: Ransum dari pabrik 3

Peubah yang Diukur
Peubah yang diukur adalah konsumsi air minum, konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
1. Konsumsi air minum (ml/ekor)
Air minum diberikan dua kali sehari. Sisa dihitung saat pergantian air minum.
Konsumsi air minum dihitung dari selisih antara air minum yang diberikan
dengan sisa.
Rataan Konsumsi Air = Air yang Diberikan – Air Sisa
Jumlah Ayam Hidup

2. Konsumsi ransum (g/ekor)
Ransum diberikan ad libitum setiap pagi dan sore. Ayam tidak dipuasakan
sebelum dilakukan penimbangan ransum. Rataan konsumsi ransum dihitung dari
selisih antara ransum yang diberikan dengan sisa, dibagi jumlah ayam yang ada
dalam satu petak. Pengukuran sisa dilakukan seminggu sekali pada pagi hari.
Rataan Konsumsi Ransum =

Ransum yang Diberikan – Ransum Sisa
Jumlah Ayam Hidup

3. Pertambahan Bobot Badan (g/ekor)
Pertambahan bobot badan diperoleh dari hasil perhitungan antara bobot badan
akhir dikurangi bobot badan awal. Bobot badan diukur seminggu sekali dan ayam
tidak dipuasakan sebelum dilakukan penimbangan ransum. Bobot badan diukur
dengan mengambil sampel sebanyak 10% dari jumlah populasi yang ada.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak bebas. Setiap penimbangan ayam
yang ditimbang sebanyak 2 ekor. Data yang diambil adalah rataan dari seluruh
populasi