Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Asi Di Desa Gampong Teungoh Langsa Tahun 2011

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN
PASCA SEKSIO SESARIA DI RSU MITRA SEJATI MEDAN

YANA CHRISTINA HUTAURUK
105102080

KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

PROGRAM D- IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah,

Juni 2011

Yana Christina Hutauruk
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Pasca Seksio Sesaria
di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011

ix + 35 hal + 5 tabel + 1 skema + 8 lampiran

Abstrak

Proses persalinan dapat dilakukan melalui jalan lahir (vagina atau persalinan
pervaginam) dan persalinan melalui sayatan pada dinding perut dan dinding rahim
(persalinan perabdominam) atau di kenal dengan bedah sesar atau seksio sesarea.
Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lebih lama di
rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana Pengetahuan dan Sikap
Ibu Nifas Tentang Perawatan Pasca Seksio Sesaria Di RSU Mitra Sejati Medan Tahun
2011. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
sampel sebanyak 86 orang dengan metode pengambilan sampel Random Sampling.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Februari 2011 sampai 29 April 2011. Instrumen
dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi data demografi 10 pertanyaan
pengetahuan dan 10 pertanyaan sikap. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas dari segi
demografi yaitu berdasarkan usia 23-28 tahun sebanyak 36 responden (41,9%),
berdasarkan jumlah anak sebanyak 2-4 orang sebanyak 59 responden (68,6%), dan
berdasarkan pendidikan terakhir SMA sebanyak 52 responden (60,5%), sedangkan
berdasarkan pengetahuan didapat responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 47
responden (54,7%) dan dari segi sikap didapati responden yang bersikap positif

sebanyak 82 responden (95,3%). Diharapkan bidan atau tenaga kesehatan yang bekerja
di RSU Mitra Sejati Medan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dalam perawatan
pasca seksio sesaria serta memberi pengetahuan dan wawasan terbaru bagi ibu nifas
yang melakukan perawatan pasca seksio sesaria.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Perawatan Pasca Seksio Sesaria

Daftar Pustaka 19 (1998-2010)

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul tentang “Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan
Pasca Seksio Sesaria Di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011” yang diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,
masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis
Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku ketua program studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
3. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. dr. Prambir Sigh, selaku Pemilik dan Penanggung jawab RSU Mitra Sejati
Medan yang telah memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Seluruh staf dan dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.

6. Kedua orang tua, P.Hutauruk dan L.Panjaitan yang telah memberikan dukungan
serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Buat abang ku Tongku Soang Kupon, abang Iyus Ray Grafika, kakak Sarah
Tarigan, kak meny Purba, kak Rita sitorus, dan sahabat ku Rifqa putri dan Siti
khairunissa yang selalu memberikan dukungan, doa dan masukan kepada
penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan

kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua.

Medan,

Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ....................................................................................


ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ...

vii

DAFTAR SKEMA ..........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………

ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................

1

B. Rumusan Masalah .........................................................................

3

C. Tujuan Penelitian
1.

Tujuan Umum ....................................................................

3

2.

Tujuan Khusus ...................................................................

4


D. Manfaat Penelitian ………………………………………………..

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas .....................................................................................

5

B. Seksio Sesaria............................................... .................................

5

C. Perawatan Pasca Seksio Sesaria .....................................................

6

D. Ruang Perawatan ...........................................................................


7

1.

Pemeriksaan yang dilakukan ..............................................

7

2.

Efek Pembiusan..................................................................

8

3.

Lokia ..................................................................................

8


4.

Menyusui ............................................................................

9

5.

Infus ..................................................................................

9

6.

Minum dan makan..............................................................

10

7.


Mobilisasi Dini ……………………………………… ......

10

8.

Buang air kecil dan besar ..................................................

11

9.

Bekas Luka .........................................................................

11

10.

Membersihkan diri .............................................................


12

E. Kapan bias Pulang .........................................................................

12

F. Pengetahuan ...................................................................................

13

G. Sikap ..............................................................................................

16

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ...........................................................................

19

B. Definisi Operasional .......................................................................

19

BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .............................................................................

21

B. Populasi dan Sampel .......................................................................

21

1. Populasi ........................................................................................

21

2. Sampel ..........................................................................................

21

C. Tempat Penelitian ............................................................................

22

D. Waktu Penelitian .............................................................................

22

E. Etika Penelitian ................................................................................

22

F. Alat Pengumpul Data .......................................................................

23

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ..........................................................

25

1. Uji Validitas ................................................................................

25

2. Uji Reliabilitas ............................................................................

25

H. Prosedur Pengumpulan Data ...........................................................

25

I. Analisis data.....................................................................................

26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...............................................................................

27

B. Pembahasan .....................................................................................

30

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...............................................................................

34

B. Saran .........................................................................................

35

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1.

Definisi Operasional .................................................................

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

19

terhadap Perawatan Pasca Seksio Sesaria di RSU Mitra Sejati
Medan Tahun 2011 ....................................................................
Tabel 5.2.

27

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
menurut Karakteristik Umur Ibu terhadap Perawatan Pasca
Seksio Sesaria di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011 ............

Tabel 5.3.

28

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
menurut Karakteristik Jumlah Anak terhadap Perawatan Pasca
Seksio Sesaria di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011 .............

Tabel 5.4.

29

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
menurut Karakteristik Pandidikan Terakhir terhadap Perawatan
Pasca Seksio Sesaria di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011 ...

Tabel 5.5.

30

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap terhadap
Perawatan Pasca Seksio Sesaria di RSU Mitra Sejati Medan
Tahun 2011 ....................................................................... ........

31

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Pasca
Seksio Sesaria...........................................

19

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Lembar Persetujuan Penelitian

Lampiran 2

: Lembar Editor Bahasa Indonesia

Lampiran 3

: Lembar Konten Validity Indeks

Lampiran 4

: Lembar Kuesioner

Lampiran 5

: Lembar Surat Balasan Penelitian

Lampiran 6

: Lembar Daftar Riwayat Hidup

PROGRAM D- IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah,

Juni 2011

Yana Christina Hutauruk
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Pasca Seksio Sesaria
di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011
ix + 35 hal + 5 tabel + 1 skema + 8 lampiran

Abstrak

Proses persalinan dapat dilakukan melalui jalan lahir (vagina atau persalinan
pervaginam) dan persalinan melalui sayatan pada dinding perut dan dinding rahim
(persalinan perabdominam) atau di kenal dengan bedah sesar atau seksio sesarea.
Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lebih lama di
rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana Pengetahuan dan Sikap
Ibu Nifas Tentang Perawatan Pasca Seksio Sesaria Di RSU Mitra Sejati Medan Tahun
2011. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
sampel sebanyak 86 orang dengan metode pengambilan sampel Random Sampling.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Februari 2011 sampai 29 April 2011. Instrumen
dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi data demografi 10 pertanyaan
pengetahuan dan 10 pertanyaan sikap. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas dari segi
demografi yaitu berdasarkan usia 23-28 tahun sebanyak 36 responden (41,9%),
berdasarkan jumlah anak sebanyak 2-4 orang sebanyak 59 responden (68,6%), dan
berdasarkan pendidikan terakhir SMA sebanyak 52 responden (60,5%), sedangkan
berdasarkan pengetahuan didapat responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 47
responden (54,7%) dan dari segi sikap didapati responden yang bersikap positif
sebanyak 82 responden (95,3%). Diharapkan bidan atau tenaga kesehatan yang bekerja
di RSU Mitra Sejati Medan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dalam perawatan
pasca seksio sesaria serta memberi pengetahuan dan wawasan terbaru bagi ibu nifas
yang melakukan perawatan pasca seksio sesaria.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Perawatan Pasca Seksio Sesaria

Daftar Pustaka 19 (1998-2010)

BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang.
Proses persalinan dapat dilakukan melalui jalan lahir (vagina atau persalinan
pervaginam) dan persalinan melalui sayatan pada dinding perut dan dinding rahim
(persalinan perabdominam) atau di kenal dengan bedah sesar atau seksio sesarea
(Progestian, 2010). Bedah sesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal
melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya
(Children, 2010).
Tidak ada yang tahu persis kapan sebenarnya tindakan pembedahan mulai.
Namun, di tahun 2000 dilaporkan di dunia ini wanita melahirkan dengan seksio sesaria
meningkat empat kali dibandingkan sepuluh tahun sebelumnya, dilihat dari angka
kejadian seksio sesaria dilaporkan di Amerika serikat persalinan seksio sesaria sebanyak
35% dari seluruh persalinan, Australia 35%, Skotlandia 43%, dan Prancis 28% (Arianto,
dkk, 2010).
Di Indonesia, berdasarkan survai demografi dan kesehatan tahun 1997 dan
tahun 2002-2003 mencatat angka persalinan bedah sesaria secara nasional hanya
berjumlah kurang lebih 4% dari total persalinan. Namun, berbagai survey menemukan
bahwa persentase persalinan bedah sesar pada rumah sakit – rumah sakit di kota besar
seperti Jakarta dan Bali berada jauh di atas angka tersebut.
Secara umum jumlah persalinan sesaria di rumah sakit pemerintah adalah sekitar
20-25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi

yaitu sekitar 30-80% dari total persalinan. Di RSIA Siti Fatimah Makassar terjadi
peningkatan dari 5,5% pada tahun 2000 menjadi 8,1% pada tahun 2001, kemudian
sebesar 10% dari jumlah persalinan pada tahun 2002 dan 17% pada tahun 2003.
Jumlah persalinan seksio sesaria juga mengalami peningkatan pada tahun 2005,
jumlah persalinan seksio sesaria sebanyak 8% dari seluruh persalinan, tahun 2006 15%
dan tahun 2007 sebanyak 21% (Arianto, dkk, 2010). Pada tahun 2008 di RSB Pertiwi
Makassar tercatat 62 (38,3%) persalinan di lakukan melalui bedah Caesar dari total 1619
persalinan (Himapid, 2009).
Menurut hasil penelitian Ezra, (2007), angka kelahiran seksio sesaria di
Sumatera utara yakni di RSU Lubuk pakam tahun 2002-2003 tercatat 14% dan di RSU
Kisaran tahun 2000-2004 tercatat 51,31% dari persalinan normal.
Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lebih
lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat-lambatnya kesembuhan ibu akibat
proses pembedahan selama masa pemulihan berlangsung, ibu akan mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Pada masa ini, ibu akan banyak
mangalami berbagai masalah dan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas seperti
infeksi. Infeksi pada masa nifas merupan penyebab kematian nomor dua setelah
perdarahan (Sulistyawati, 2009 : 1).
Infeksi masa nifas sering terjadi pada ibu yang melakukan seksio sesarea.
Komplikasi pada seksio sesarea lebih tinggi dari pada melahirkan pervaginam atau
persalinan normal. Proporsional angka infeksi pada masa nifas seksio sesarea adalah :
(1) Infeksi jalan lahir 25-55%, (2) Infeksi saluran kencing 30-60%, (3) Infeksi pada
mamae 5-10%, dan (4) Infeksi campuran 2-5% dari kasus infeksi. Oleh sebab itu, ibu
yang melakukan seksio sesarea disarankan untuk mobalisasi dini (Mochtar, 1989).

Penelitian awal yang dilakukan penulis dilapangan, melihat tingginya angka
kejadian seksio sesaria dalam dua tahun terakhir di RSU. Mitra Sejati Medan, angka
kejadian seksio sesaria pada tahun 2009 mencapai 1.760 orang, dan pada bulan Januari
sampai Desember 2010 angka kejadian seksio sesaria mencapai 1.557 orang.
Dari pengalaman penulis selama bekerja di RSU tersebut, penulis melihat banyak
ibu nifas yang melakukan persalinan secara seksio sesaria kurang mengetahui perawatan
pasca seksio yang baik. Sehingga ibu nifas kebanyakan mengeluh selama menjalani
perawatan pasca seksio di RSU tersebut. Dari data yang diperoleh penulis, tingginya
angka kejadian seksio dari tahun ke tahun dan dari pengalaman penulis yang pernah
bekerja di RSU tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul : “Pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang perawatan pasca seksio sesaria di RSU
Mitra Sejati Medan Tahun 2011”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah di uraikan dalam latar belakang, maka peneliti
dapat merumuskan masalah yaitu : “Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang
Perawatan Pasca Seksio Sesaria di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang
perawatan pasca seksio sesaria di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan pasca seksio
sesaria di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011 berdasarkan umur, jumlah
anak, pendidikan terakhir ibu.
b. Untuk mengetahui sikap ibu nifas tentang perawatan pasca seksio sesaria di
RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukkan bidan atau tenaga kesehatan di RSU Mitra Sejati
Medan, sehingga dapat memberikan pengetahuan dan wawasan terbaru bagi ibu
nifas yang melakukan perawatan pasca seksio sesaria.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan suatu pengalaman yang berharga dan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian khususnya
tentang perawatan pasca seksio sesaria.
3. Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi institusi pendidikan dan meningkatkan
pengetahuan khususnya sebagai bahan bacaan dalam kegiatan proses belajar.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian selanjutnya,
khususnya mengenai pengetahuan dan sikap
seksio sesaria.

ibu terhadap perawatan pasca

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas
Masa nifas (Postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata
“puer” yang artinya bayi dan “parous” yang arti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama pada masa ini berkisar sekitar 6-8 minggu.
Masa nifas ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
a. Puerperium dini, yaitu masa kepulihan dimana ibu sudah diperbolehkan
mobilisasi jalan.
b. Puerperium intermedial, yaitu masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna yang berlangsung sekitar 3 bulan. Tapi bila selama hamil maupun
bersalin ibu mempunyai komplikasi masa ini bisa berlangsung lebih lama
sampai tahunan (Sujiyantini, dkk, 2010 : 1).

B. Seksio Sesaria
Seksio sesaria (Operasi Caesar) adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau seksio sesarea adalah suatu
histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim (Mochtar, 1998 : 117).
Jenis-jenis dari seksio sesaria (SC) :

1. Jenis klasik yaitu dengan melakuakan sayatan vertical sehingga memungkinkan
ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini sudah
sangat jarang di lakukan karena beresiko terhadap terjadinya komplikasi.
2. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan
pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya perdarahan
dan cepat penyembuhannya.
3. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal
ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana perdarahan yang sulit ditangani atau
ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
4. Bentuk lain bedah Caesar seperti extraperitoneal CS atau porro CS (Children,
2010).

C. Perawataan Pasca Seksio Sesaria.
Setelah dari ruang operasi, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan. Di ruang
pemulihan ini, berbagai pemeriksaan akan dilakukan, meliputi pemeriksaan tingkat
kesadaran, sirkulasi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah urin yang
tertampung di kantong urine, jumlah darah dalam tubuh, serta jumlah dan bentuk cairan
lokia. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ditemukannya gumpalan darah yang
abnormal atau perdarahan yang berlebihan. Kondisi rahim (uterus) dan leher rahim
(serviks) juga diperiksa untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi normal.
Selain itu, dokter juga akan memantau keadaan emosional secara umum.
Semua pemantauan ini untuk mengetahui kesehatan ibu dan bayinya.
Ketidaknormalan atau gangguan kesehatan tubuh dapat diketahui melalui tanda-tanda
tubuh yang muncul, serta semua alat monitoring tadi, termaksuk apakah ibu dapat

menyusui bayinya atau tidak. Biasanya, pemeriksaan akan dilakukan setiap empat jam
sekali pada hari pertama dan kedua, dan dua kali sehari pada hari ketiga sampai saat
puang kembali ke rumah. Setelah operasi, ibu juga tidak bisa langsung minum atau
makan. Kedua hal itu baru boleh dilakukan, jika organ pencernaan sudah kembali
normal. Umumnya, fungsi gastrointestinal (organ pencernaan) akan kembali normal 12
jam setelah operasi. Awalnya, pasien dapat diberikan diet cair sedikit demi sedikit, baru
kemudian makanan padat beberapa saat kemudian (Kasdu, 2003 : 64).

D. Ruang Perawatan.
Setelah melewati tahap kritis diruang pemulihan, biasanya pasien dipindahkan ke
ruang rawat inap. Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap
yang lebih lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat-lambatnya kesembuhan ibu
akibat proses pembedahan. Biasanya hal ini membutuhkan waktu sekitar 3-5 hari setelah
operasi. Pada hari ke-5, apabila tidak ada komplikasi, ibu diperbolehkan pulang ke
rumah.
1. Pemeriksaan yang dilakukan
Di bawah ini tindakan yang dilakukan atau pemeriksaan yang akan dilakukan
selama ibu di rumah sakit :


Pengukuran denyut jantung dan tekanan darah. Pengukuran bisa dilakukan
beberapa kali dalam sehari.



Meskipun persalinan dengan operasi, pasien juga dapat mengalami perdarahan
vagina karena cairan lokia akan mengalir dari rahim ibu. Jumlah dan penampilan
lokia yang bercampur darah akan dipantau secara teratur.



Mencatat dan memeriksa air seni yang keluar dan tertampung di kantung urin
selama ibu masih menggunakan kateter.



Tes darah kadang dilakukan sedikitnya sekali setelah persalinan untuk
memastikan bahwa hemoglobin ibu sudah kembali normal.







Infuse masih tetap dipasang sampai kondisi tubuh ibu dinyatakan normal.
Bekas sayatan juga akan diperiksa. Kalau diperlukan, perban akan diganti.
Mengukur suhu tubuh. Apabila suhu tubuh mencapai 38C atau lebih maka harus
dicari penyebabnya (Kasdu, 2003 : 66).
2. Efek Pembiusan.
Jika pasien mendapatkan bius epidural maka efek biusnya kecil, sedangkan

apabila menggunakan anestesi spinal, tungkai bawah akan terasa kebas atau baal, tidak
dapat digerakkan selama beberapa jam. Namun, apabila operasi menggunakan anastesi
umum, biasanya pasien akan mengantuk, serta nyeri kerongkongan. Selain itu, mungkin
akan timbul perasaan tidak nyaman karena nyeri di daerah luka, terutama setelah
pengaruh obat biusnya hilang (Kasdu, 2003 : 67).
3. Lokia.
Lokia adalah cairan vagina yang keluar dari rahim setelah persalinan. Segera
setelah persalinan, cairan lokia yang keluar berwarna merah terang. Banyak perdarahan
selama beberapa jam pertama mirip dengan haid normal atau bahkan sedikit lebih
banyak. Kadang keluar juga beberapa gumpalan kecil darah. Lokia akan tetap berwarna
merah selama 2-3 hari pertama., kemudian secara bertahap dan berubah menjadi cokelat
kemerah-merahan. Pada hari ke-4, lokia berubah menjadi berwarna cokelat. Jika sudah
meninggalkan tempat tidur dan mulai lebih aktif, warna berubah menjadi merah

kembali. Ini normal saja dan lokia akan kembali berubah menjadi merah muda atau
cokelat dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari.
Cepatnya perubahan warna lokia menunjukkan berapa cepat rahim kembali
kondisi dan ukuran yang normal. Makin cepat rahim berubah, maka cepat pula lokia
berubah menjadi kecoklatan dan berhenti sama sekali. Pada sebagian wanita, lokia akan
berhenti sekitar 14 hari sementara pada wanita lain akan berlangsung sampai 6 minggu.
Namun, umumnya sekitar 20-30 hari. Pada ibu yang tidak memberika ASI, lokia
berhenti setelah haid pertama muncul, yaitu sekitar 4 minggu setelah persalinan (Kasdu,
2003 : 72).
4. Menyusui.
Jika ibu dan bayi dalam keadaan baik, sebenarnya ibu dapat segera menyusui
bayi di ruang pemulihan setelah pembedahan selesai. Namun, jika ibu merasa binggung
akibat pengaruh pembiusan atau bayi harus masuk kamar perawatan, mungkin harus
menunggu dulu. Jika setalah 12 jam ibu belum juga bisa menyusui, mungkin perlu
menggunakan pompa asi dan menyimpannya untuk diberikan kepada bayi menggunakan
sendok (Danuatmaja, et all, 2003 : 51).
5. Infus.
Infus akan terpasang di lengan selama beberapa jam sampai gerakan usus
kembali normal. Oleh karena itu, untuk “makanan” biasanya diberi infus glukosa lewat
pembuluh darah bilik. Setelah 24 jam, jarum infus biasannya sudah dibuka dan ibu
sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya (Kasdu, 2003 : 68).
6. Minum dan makan
Pemeriksaan organ pencernaaan dilakukan enam jam setelah pembedahan.
Apabila kondisi tubuh ibu baik maka ibu dapat diberi minum hangat sedikit, kemudian

secara bertahap dapat minum lebih banyak. Umumnya pasien sudah dapat minum dan
makan makanan lunak pada hari pertama setelah operasi. Perlu diingat, ketika organ
pencernaan belum kembali normal dan ibu merasa haus dan lapar, janganlah sekali-kali
melanggar aturan, misalnya dengan makan makanan yang memang belum diizinkan.
Namun pada umumnya, pada hari kelima setelah operasi, pasien harus bisa makan
makanan biasa (Kasdu, 2003 : 68).
7. Mobilisasi Dini.
Mobilisasi Dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan
(Soelaiman, 2008). Mobilisasi pasca seksio sesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan
sesarea. Adapun tujuan mobilisasi pada post seksio sesarea adalah untuk membantu
jalannya penyembuhan pasien diikuti dengan istirahat.
Kebanyakan dari ibu post seksio sesarea masih mempunyai kekhawatiran kalau
tubuh digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi
yang masih belum sembuh yang baru saja selesai dilakukan operasi. Padahal tidak
sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru hamper semua jenis operasi
membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan sedini mungkin. Asalkan rasa nyeri
dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak,
masa pemulihan untuk mencapai level kondisi prapembedahan dapat dipersingkat. Dan
tentu ini akan mengurangi waktu rawat di rumah sakit, menekan pembiayaan serta juga
dapat mengurangi stress psikis.
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap, pada 6 jam pertama ibu pasca operasi
seksio sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah

menggerakkan lengan, tangan, ujung jari kaki, dan memutar pergelangan kaki,
mengangkat tumit, menekuk dan menggeserkan kaki. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan
untuk dapat miring ke kiri dan ke kanan. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk mulai
belajar untuk duduk (Sumantri , et all, 2010).
8. Buang air kecil dan Buang air besar.
Ketika akan operasi, pengeluaran air seni pasien akan ditampung lewat kateter.
Kateter untuk membuang air kecil akan terus digunakan sampai sekitar 12-24 jam
pascabedah. Pada keadaan normal, yaitu hari kedua setelah operasi, dokter akan
memperbolehkan ibu buang air kecil sendiri tanpa bantuan kateter (Kasdu, 2003 : 67).
Pada umunya, ibu akan baru buang air besar pada hari ketiga. Biasanya, pada
awal setelah persalinan, banyak ibu-ibu mengalami sembelit. Untuk mengatasi sembelit,
upayakan untuk mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi, seperti sereal dan buahbuahan. Sebaiknya menghindari makanan yang bisa memperburuk keadaan. Banyak
minum air serta jus buah agar bisa membantu melunakkan tinja dan melancarkan buang
air besar (Kasdu, 2003 : 69).
9. Bekas luka.
Jahitan bekas luka di perut ibu akan ditutupi kain kasa lembut. Kasa perut harus
di lihat satu hari pascabedah. Apabila basah dan berdarah arus dibuka dan diganti.
Umumnya, kasa perut dapat diganti pada hari ke 3-4 sebelum pulang dan seterusnya
pasien menggantinya setiap hari. Luka dapat diberi salep Betadin sedikit (Kasdu, 2003 :
69). Saat sedang batuk, bersin, atau tertawa, tutup bagian yang luka dengan bantal atau
tangan (Nolan, 2010 : 171).

10. Membersihkan diri.
Setelah melahirkan ibu akan mengeluarkan cairan lokia, yaitu sisa-sisa bekass
plasenta. Oleh karena itu, setelah buang air, ibu harus membasuh vagina hingga bersih.
Dan sebaiknya gunakan celana dalam yang menutupi ke pinggang supaya merasa
nyaman saat dipakai dan melindungi bagian luka (Nolan, 2010 : 171).

E. Kapan bisa pulang.
Perawatan 3-4 hari di rumah sakit cukup untuk mengembalikan fisik ibu yang
baru bersalin dengan operasi. Sebelum pulang, sebaiknya ibu menguasai bagaimana cara
merawat luka operasi. Biasanya, pasien diminta datang kembali ke dokter untuk
pemantauan perawatan luka tujuh hari setelah pulang. Pasien boleh mandi seperti
biasanya, setelah hari ke-5 operasi. Setelah itu keringkan dan rawat luka seperti biasa.
Di bawah ini beberapa hal yang perlu diketahui sebelum pulang ke rumah :
1. Ibu dan bayi akan diperiksa secara menyeluruh oleh dokter ahli untuk
memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan baik. Di antaranya, apakah dapat
menyusui dengan baik dan payudara ibu dalam kondisi normal, bekas operasi
tidak mengalami perdarahan atau infeksi, Kondisi rahim kembali normal.
Apakah buang air normal, apakah jumlah, bentuk, serta warna cairan lokia
normal. Keadaan bayi juga akan dilihat, apakah dalam kondisi sehat dan tidak
mengalami kelainan.
2. Ibu akan ditanya mengenai kontrasepsi yang akan digunakan. Lakukan konseling
dan rencanakan upaya-upaya pencegahan kehamilan.
3. Dokter akan menjelaskan berbagai hal yang berhubungan dengan organ
reproduksi sehubungan dengan persalinan yang dilakukan dengan operasi. Salah

satunya, ibu diminta datang segera apabila terdapat perdarahan, demam, dan
nyeri perut berlebihan.
4. Bidan atau perawat akan menunjukkan kepada pasien cara membersihkan tali
pusat bayi.
5. Pasien akan diberi tanggal pemeriksaan pasca persalinan dan diminta membawa
bayi untuk pemeriksaan kesehatan.
6. Jangan

menggunakan

obat-obatan

atau

jamu-jamuan

tradisional

tanpa

sepengetahuan dokter (Kasdu, 2003 : 73).

F. Pengetahuan.
Pegetahuan adalah hasil dari tahu manusia, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,2003 : 121).
a. Tingkat Pengetahuan.
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk mengingat kembali suatu yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di
ketahui, dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya)

4. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih ada dalam suatu organisasai tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun informasi dari
informasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek.
(Notoatmodjo, 2003 : 122).

b. Cara Memperoleh Pengetahuan
1. Cara tradisional
Meliputi : Cara coba-coba (Trial and Error), berdasarkan kekuasaan atau
otoritas, melalui pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran.
2. Cara modern
Pengetahuan yang diperoleh dengan cara metode penelitian ilmiah, yang bersifat
sistematis, logis, dan ilmiah (Notoatmodjo, 2005 : 11).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.
1. Umur
Lukman (2008), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka
proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur

belasan tahun, daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi umur. Dari uraian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh
pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya.
2. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau
bayi telah mencapai titik mampu bertahan hidup. Primipara adalah wanita yang pernah
hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Skundipara adalah
wanita yang pernah hamil dua kali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup.
Multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari dua kali dengan janin mencapai
titik mampu bertahan hidup (Varney, 2006).
Notoadmodjo

(2007)

mengemukakan,

bahwa

terdapat

kecenderungan

pengetahuan ibu yang berparitas tinggi lebih baik dari pengetahuan ibu yang berparitas
rendah
3. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kejadian atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan
itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang diperoleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya (Lukman, 2008).

G. Sikap.
Sikap adalah merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap-sikap tidak dapat
langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan (Notoatmodjo, 2003 : 124).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek (Syafrudin, et all, 2009 : 126).

a. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi
Stimulasi
Rangsangan

Proses
Stimulasi

Tingkah
Laku

Sikap
(Tertutup)

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaiaan reaksi stimulus
tertentu yang dalam kehudupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimululus sosial. Sikap belum merukan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003 : 124).

b. Komponen Pokok Sikap
Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok,
yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, kenyataan, dan
emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007 : 143).

c. Tingkatan Sikap.
1. Menerima (Receiving), subjek memperhatikan stimulasi yang diberikan.
2. Merespon (responding), memberiban jika ditanya.
3. Menghargai

(Valuing),

mengajak

orang

lain

mendiskusikan

atau

mengerjakan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas sesuatu yang telah
dipilihnya dalam segala resiko (Notoatmojo,2003 : 126).

d.

Pengukuran Sikap Model Likert
Pengukuran sikap model Likert juga dikenal dengan pengukuran sikap

skala Likert, karena dalam mengadakan pengukuran sikap juga menggunakan skala.
(Hidayat, 2007)

Dalam menciptakan alat ukur Likert juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari lima alternatif jawaban
yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang disediakan oleh Likert adalah:
a. Sangat setuju (Strongly Approve)

:4

b. Setuju (Approve)

:3

c. Tidak setuju (Disapprove)

:2

d. Sangat tidak setuju (Strongly Disapprove) : 1

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan varriabel-variabel yang akan
diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Pada skema kerangka
konsep dapat dilihat bahwa sampel dalam penetian ini adalah ibu yang melakuakan
seksio sesaria dimana peneliti akan mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu tentang
perawatan pasca seksio sesaria di RSU.Mitra Sejati Medan Tahun 2011.

Pengetahuan dan Sikap ibu

Perawatan

nifas

Pasca Seksio Sesaria

Skema 1. Skema Kerangka Konsep

B. Defenisi Operasional
NO

1.

Variabel

Defenisi

Penelitian

Operasional

Pengetahuan Hal yang di

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala
Ukur

Kuesioner Dengan

ketahui

menghitung

responden

jawaban

mengenai

responden

segala sesuatu

pada

a. Baik:
(76%100%) bila
responden
menjawab
benar 8-10

Ordinal

yang

kuesioner

berhubungan

soal.
b. Cukup:
(56%-75%)
bila
responden
menjawab
benar 6-7
soal.

dengan
perawatan
pasca seksio
sesaria

c. Kurang:
(

Dokumen yang terkait

Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif.

5 90 72

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Oleh Ibu Melahirkan

0 38 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA BENDAN, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Menyusui di Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.

0 3 14

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU-IBU YANG TIDAK BEKERJA DI DESA TEMPUREJO KEMIRI MOJOSONGO BOYOLALI.

0 0 15

PENDAHULUAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU-IBU YANG TIDAK BEKERJA DI DESA TEMPUREJO KEMIRI MOJOSONGO BOYOLALI.

0 0 4

BACA DULU cara membuka KTI Skripsi kode009

0 0 3

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI USIA 7-24 BULAN DI DESA SRIGADING SANDEN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Asi Eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Bayi Usia 7-

0 0 19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS PIPIN HERIYANTI KOTA YOGYAKARTA ABSTRACT - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di BPS Pipin Heriyanti Kota Yogyakarta - DIGILI

0 0 9

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan Ibu Pada Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Jatirejo Tahun 2018 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI IBU PADA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BUMIREJO KULON PROGO TAHUN 2018

0 0 13