Visi dan Misi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

106 ditetapkan menjadi Badan dan berganti nama menjadi “Badan Pelayanan Kesehatan RSU dr. Pirngadi Kota Medan”. Sesuai Peraturan Daerah Pemerintahan Kota Medan No. 3 Tahun 2009, sejak tanggal 4 Maret 2009 Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Kota Medan berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Kota Medan. Berdasarkan Keputusan Walikota Medan tanggal 13 Oktober 2011 bahwa RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ditetapkan statusnya menjadi Badan Layanan Umum Daerah BLUD RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. RSUD dr. Pirngadi Kota Medan adalah rumah sakit Pendidikan kelas B yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas dan beberapa subspesialis.Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Kota Medan terletak di Jalan Prof. Haji Mohammad Yamin, SH No. 47, Kelurahan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur. Selain itu dapat juga melalui Jalan Perintis Kemerdekaan. Kepegawaian RSUD dr. Pirngadi Kota Medan meliputi tenaga medis, tenaga penunjang medis, dan tenaga non medis.

3.2 Visi dan Misi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Visi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan adalah menjadi rumah sakit usat rujukan dan unggulan di Sumatera bagian Utara tahun 2015. Misi RSUD dr. Pirngadi adalah: a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. b. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga kesehatan lainnya. c. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang profesional. 107

3.3 Struktur Organisasi

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang Direktur yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang wakil direktur yaitu: 1. Wakil direktur bidang administrasi umum dan keuangan. 2. Wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan. 3. Wakil direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan. Direktur RSUD dr. Pirngadi Kota Medan juga dibantu oleh kelompok pejabat fungsional yang terdiri dari staf medik fungsional dan instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Salah satu instalasi tersebut adalah instalasi farmasi yang bertugas mengatur dan menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian di rumah sakit. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 68.

3.4 Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu unit fungsional yang dipimpin oleh seorang Apoteker dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Motto instalasi farmasi adalah: Obat yang Bermutu dan Terjangkau Adalah yang Utama. Struktur Instalasi Farmasi dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 69. Instalasi farmasi dibagi menjadi tiga bagian subinstalasi, yaitu subinstalasi kesekretariatan, subinstalasi perlengkapan dan subinstalasi distribusi.

3.4.1 Subinstalasi Kesekretariatan

Merupakan bagian dari instalasi farmasi rumah sakit yang bertugas melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di instalasi farmasi. 108 Kesekretariatan dipimpin oleh seorang Apoteker yang disebut dengan sekretaris instalasi farmasi. Tugas pokok dari kesekretariatan ada 4, yaitu: 1. Umum dan kepegawaian, tugasnya adalah: a Mencatat surat-surat yang masuk ke instalasi farmasi dan mengarsipkannya dengan rapi. Pada buku agenda, surat-surat yang masuk dicatat tanggal, asal surat, isi ringkas, nomor surat dan sebagainya b Mencatat surat-surat yang keluar dari instalasi farmasi dan menyampaikan ke alamat yang dituju dengan pertanggung jawaban yang jelas dan mengarsipkannya c Mengarsipkan data-data pegawai di instalasi farmasi d Membalas surat yang masuk ke instalasi farmasi e Mengatur mutasi pegawai di lingkungan instalasi farmasi f Mengarsipkan resep dan kuitansi penjualan resep g Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di instalasi farmasi misalnya alat tulis dan mengurus kerusakan alat-alat rumah tangga 2. Akuntansi, laporan dan statistik, tugasnya adalah: a Mencatat semua data-data pengeluaran dan pemasukan obat-obatan dan alat kesehatan b Melakukan pemeriksaan silang cross check dengan gudang dan subinstalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan kartu administrasi persediaan farmasi c Membuat laporan bulanan penjualan obat-obatan yang terjual melalui resep setiap bulan 109 d Membuat laporan pengeluaran obat-obatan dan alat kesehatan yang dikeluarkan instalasi farmasi dalam bentuk laporan tahunan e Menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan resep yang akan disetor ke bagian keuangan setiap hari f Membuat neraca rugi laba berdasarkan data dari semua bagian instalasi farmasi rumah sakit setiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut dapat diketahui persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun. Selain tugas-tugas di atas, subinstalasi administrasi juga bertugas membuat, mengatur dan mengevaluasi perhitungan unit cost. Unit cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh instalasi farmasi rumah sakit untuk keperluan pemeriksaan, perawatan dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas, plesterdan lain-lain. Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan, operasi dan rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus: a. Pasien rawat jalan bulan setiap berkunjung pasien Jumlah bulan setiap n dikeluarka yang farmasi perbekalan biaya Jumlah farmasi perbekalan cost Unit = Keterangan:Data diambil minimal selama 3 bulan berturut-turut kemudian dihitung rata-ratanya. b. Pasien rawat inap bulan setiap rawatan hari Jumlah bulan setiap n dikeluarka yang farmasi perbekalan biaya Jumlah farmasi perbekalan cost Unit = Biaya unit cost untuk pasien Medan Sehat, Pemprovsu, PBI, Non PBI dan umum besarnya sama. Jumlah biaya unit cost ini diproses menggunakan sistem 110 komputerisasi, dihitung jumlahnya oleh petugas instalasi farmasi dan pembayarannya langsung diklaim oleh instalasi farmasi ke keuangan rumah sakit. Contoh rekapitulasi perhitungan unit cost dapat dilihat pada lampiran 15, halaman 82. Setiap bulan dibuat neraca rugilaba untuk unit cost sehingga dapat dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan yang signifikan. 3. Pelatihan dan Pendidikan di Instalasi Farmasi Pelatihan yang dilakukan di instalasi farmasi adalah pelatihan terhadap staf instalasi farmasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dibidang kefarmasian. Sedangkan pendidikan dilakukan untuk mendapatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan di bidang farmasi rumah sakit. Pendidikan dilakukan terhadap mahasiswa dari program studi Apoteker, D3 Farmasi dan AA Asisten Apoteker. 4. Farmasi Klinis Pelayanan farmasi klinis merupakan praktik kefarmasian yang berorientasi kepada pasien. Bermanfaat untuk mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat dan meningkatkan kepatuhan pasien. Pelayaan farmasi klinis yang telah berjalan adalah : a. Pengkajian resep rawat inaprawat jalan pasien jaminan kesehatan. Tujuan pengkajian pelayanan dan resep untuk menganalisis adanya masalah terkait obat, jika ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Kegiatan yang dilakukan yaitu apoteker harus melakukan 111 pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi: 1. Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan serta tinggi badan pasien, Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter 2. Tanggal resep 3. Ruanganunit asal resep Persyaratan farmasetik meliputi: 1. Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan 2. Dosis dan jumlah obat 3. Stabilitas 4. Aturan dan cara penggunaan Persyaratan klinis meliputi: 1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat 2. Duplikasi pengobatan 3. Alergi, interaksi dan efek samping obat 4. Kontraindikasi b. Pemberian Informasi Obat PIO kepada pasien rawat jalan. Pemberian informasi obat dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di unit pelayanan farmasi rawat jalan. Dengan adanya informasi, diharapkan pasien mengerti tentang cara penggunaan obat, mewaspadai efek samping obat yang mungkin timbul selama penggunaan obat, mengetahui manfaat pengobatan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan tujuan 112 pengobatan yang optimal dapat tercapai. PIO dilakukan di ruang konseling farmasi rawat jalan. Adapun PIO yang diberikan meliputi: - pola hidup yang seharusnya dilaksanakan oleh pasien untuk menunjang pengobatan yang sedang dijalaninya, - memberikan informasi akan pentingnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat dan - memberikan informasi tentang cara penggunaan obat. c. Melakukan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit PKMRS yang merupakan bagian dari PIO. Kegiatan ini dilakukan di ruang tunggu rawat jalan. d. Konseling pada pasien rawat jalan. Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan pada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Konseling bertujuan memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain. Kegiatan yang dilakukan dalam konseling meliputi: 1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien. 2. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three prime questions. 113 3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat. 4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat. 5. Mengedukasi pasien tentang gaya hidup life style yang sehat. 6. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien. 7. Dokumentasi.

3.4.2 Subinstalasi Perlengkapan

Subinstalasi perlengkapan farmasi dipimpin oleh seorang apoteker dan bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam hal pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan dan administrasi perbekalan farmasi sesuai kebutuhan rumah sakit. Subinstalasi perlengkapan farmasi dibagi atas dua bagian, yaitu: 1. Unit Perencanaan dan Pengadaan Unit perencanaan dan pengadaan mempunyai tugas sebagai berikut: a Merencanakan seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dan alat kesehatan di dalam rumah sakit. Perencanaan ini dilakukan berdasarkan data pemakaian periode yang lalu, sisa stok dan pola penyakit. b Memesan dan menyediakan perbekalan farmasi sesuai permintaan untuk kebutuhan rumah sakit. Bagian perencanaan dan pengadaan melakukan pemesanan bahan-bahan obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan selama satu bulan berdasarkan permintaan dari gudang kecuali ada permintaan kebutuhan khusus yang 114 mendesak. Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai sesuai dengan formularium Rumah Sakit dr. Pirngadi Kota Medan. Proses pengadaan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap berikut: a. Subinstalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan formulir B2 Daftar permintaan dan pengeluaran farmasi yang dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 70. Jika barang yang diminta hampir habis dilihat dari kartu stok gudang maka gudang akan membuat permohonan pembelian barang dengan menggunakan formulir P1 Permohonan pembelian barang medis, yang dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 75 dan menyerahkannya pada unit pengadaan. b. Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat pesananorder pembelian kepada Pedagang Besar Farmasi PBF setelah disetujui dan ditanda tangani oleh Kepala Instalasi Farmasi. c. Untuk pengadaan obat golongan narkotika seperti: kodein, pethidin, fentanyl, dan morfin sulfat dilakukan oleh unit pengadaan dengan menggunakan surat pesanan form N-9 Lampiran 12, halaman 79 kepada PT. Kimia Farma yang ditanda tangani oleh Kepala Instalasi Farmasi atau apoteker yang ada ditempat. Sedangkan obat psikotropika seperti diazepam dan luminal dapat dipesan dari PBF lainnya selain PT. Kimia Farma. Contoh formulir pemesanan obat psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 78. d. Barang pesanan kemudian diantar oleh PBF ke gudang dengan membawa faktur penjualan dan diperiksa oleh petugas gudang. Sebelum jatuh tempo 115 pihak PBF akan datang untuk penagihan. Pada saat penagihan PBF membawa faktur asli beserta kuitansi Lampiran 10, halaman 77, surat pesanan dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 76, SSP PPh dapat dilihat pada Lampiran 16, halaman 84 dan SSP PPN dapat dilihat pada Lampiran 18, halaman 85. Pembayaran dilakukan apabila berkas penagihan telah disetujui oleh direktur. 2. Unit Gudang Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi ke seluruh unit pelayanan yang ada di rumah sakit. Apabila ada perbekalan farmasi yang persediaannya hampir habis, pihak gudang akan mencatat dan memintanya ke unit pengadaan sebulan sekali yang ditulis dalam lembar Permohonan Pembelian Barang Medis Formulir P1. Permintaan perbekalan farmasi ke pengadaan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam sebulan jika kebutuhan rumah sakit meningkat dibandingkan biasanya. Setelah Permohonan Pembelian Barang Medis dikirim ke pengadaan, maka pengadaan akan membuat order pembelian dan memesannya ke Pedagang Besar Farmasi PBF. Perbekalan farmasi yang telah dipesan diantar oleh PBF ke bagian gudang. Petugas unit gudang memeriksa kesesuaian barang dengan faktur dan surat pesanan yang meliputi: jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan kondisi barang. Apabila telah sesuai maka barang yang diantar dicatat di buku barang masuk disertai potongan harganya, lalu dicatat di kartu stok gudang. Kemudian faktur ditanda tangani oleh penerima barang di unit gudang. Barang yang diterima 116 disesuaikan dengan faktur. Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan faktur dan surat pesanan maka barang akan dikembalikan. Perbekalan farmasi yang masuk ke gudang harus dicatat dalam buku barang masuk dan barang yang keluar dicatat dalam kartu stok gudang. Gudang mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari subinstalasi distribusi dengan menggunakan formulir B2 daftar permintaan dan pengeluaran farmasi. Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan prinsip FIFO First In First Out dan FEFO First Expired First Out. Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang terkunci. Obat- obat yang penyimpanannya pada suhu tertentu seperti serum, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin. Setiap akhir bulan petugas gudang membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang. Unit gudang dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a GudangObat-obatan Bertugas membuat permohonan pembelian obat, menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi berupa obat-obatan. Gudang obat terbagi dua yaitu gudang obat JKN untuk pasien PBI dan non PBI dan gudang obat SWK Swakelolauntuk pasien umum. b Gudang Alat Kesehatan Bertugas membuat permohonan pembelian alat kesehatan, menerima dan menyimpan alat kesehatan seperti infus set, spuit, i.v kateter, benang, vaksin, masker dan lain-lain. Bahan-bahan cairan seperti alkohol, formalin, dan 117 hidrogen peroksida juga disimpan dan didistribusikan oleh gudang alat kesehatan habis pakai. Setiap akhir bulan petugas melakukan stock opname yaitu menghitung jumlah dan kondisi kadaluarsa perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang dan membuat laporan sisa stok.

3.4.3 Subinstalasi Distribusi

Subinstalasi distribusi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang apoteker. Distribusi perbekalan farmasi obat-obatan dan alat kesehatan merupakan salah satu fungsi utama pelayanan farmasi rumah sakit. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat kepada pasien sesuai dengan dosis dan jumlah yang tertulis pada resepkartu obat. Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dilakukan berdasarkan resep perorangan Individual Prescription. Untuk pasien rawat inap pengambilan obatnya dilakukan berdasarkan One Day Dose Dispensing ODDD. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak perbekalan farmasi pada sore dan malam hari emergency dengan sistem floor stock. One Day Dose Dispensing ODDD merupakan sistem distribusi di mana obat dikemas untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan apoteker dalam memonitor penyampaian perbekalan farmasi kepada pasien sehingga tercapai penggunaan obat yang rasional dan efektif. Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada subinstalasi distribusi adalah sebagai berikut: 118 a. Subinstalasi distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan besarnya kebutuhan dengan menggunakan formulir B2 Permintaan dan Pengeluaran Farmasi. b. Subinstalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya berdasarkan permintaan melalui resep, dan kartu obat. Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang dari dan ke subinstalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan subinstalasi administrasi setiap bulan. Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan melalui: a Pelayanan farmasi rawat inap pasien Medan Sehat, Pemprovsu, PBI dan non PBI b Pelayanan farmasi rawat jalan pasien non PBI c Pelayanan farmasi rawat jalan pasien PBI d ApotekInstalasi Gawat Darurat IGD e Apotek COT Central Operation Theatre f Pelayanan farmasidari ruang perawatan dan poliklinik

3.4.3.1 Pelayanan Farmasi Rawat Inap dan Rawat Jalan

Pelayanan farmasi rawat inapjalan melayani pasien umum,PBI, non PBI, Medan Sehat, Pemprovsudan pasien penderita HIV Human Immunodeficiency Virus. Permintaan obat menggunakan resepkartu obat. Untuk pasien penderita HIV Human Immunodeficiency Virus harus disertai kartu pasien VCT Voluntary Counseling and Testing. Pasien rawat jalan umum berasal dari poliklinik seperti poliklinik paru, gigi, mata, neurologi, obstetri dan ginekologi, nefrologi, gastrologi, kardiologi dan lain-lain. Pasien umum yangrawat inap 119 berasal dari ruang rawat inap seperti ruang VIP, Plus A, Plus B. Pasien HIV Human Immunodeficiency Virus berasal dari poliklinik VCT.

I. Pelayanan Farmasi Rawat Jalan

A. Pasien Umum Pasien umum adalah masyarakat umum yang datang untuk berobatke rumah sakit dan harus membayar pengobatannya sendiri karena tidak masuk dalam program JKN yang dilaksanakan oleh BPJS. Prosedur pelayanan farmasi rawat jalan: a. Pasien memberikan resep kepada apotekerasisten apoteker b. Resep diberi harga dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju lalu membayar, maka obat segera disiapkan c. Obat diserahkan beserta kuitansi rangkap dua. Lembar asli diberikan pada pasien dan lembar copy sebagai pertinggal di apotek pelayanan farmasi rawat jalan d. Resep asli dan kuitansi disimpan di apotek yang akan diserahkan kepada bagian administrasi untuk diperiksa kembali dan diarsipkan. Nomor resep sama dengan nomor kuitansi. Uang yang diterima akan disetorkan ke bagian keuangan. B. Pasien Poliklinik VCT Voluntary Counseling and Testing Prosedur pelayanan farmasi pasien VCT: a. Pasien membawa resep asli yang telah diberi stempel dari poliklinik VCT disertai kartu pasien VCT lalu diserahkan kepada apotekerasisten apoteker b. Resep diperiksa kelengkapannya, lalu obat disiapkan 120 c. Obat-obat yang diambil dicatat di dalam kartu pasien VCT d. Lalu obat diserahkan kepada pasien e. Pasien menanda tangani buku catatan pengambilan obat f. Penggunaan obat dilaporkan kepada KeMenKes. C. Pasien PBI dan Non PBI, Medan Sehat dan Pemprovsu Pelayanan farmasi ini khusus melayani pasien rawat jalan PBI dan Non PBI yang berasal dari berbagai poliklinik di rumah sakit. Prosedur pelayanan farmasi pasien PBI, non PBI, Pemprovsu dan Medan Sehat adalah: a. Pasien datang membawa resep dari poliklinik disertai kartu peserta BPJS, Medan Sehat dan Pemprovsu b. Asisten apoteker mengambil kartu kendali obat pasien dan mengembalikan kartu peserta pasien serta memberikan nomor antrian c. Asisten apoteker mencatat nama dan nomor resep d. Apoteker memeriksa rasionalitas penggunaan obat yang tertera pada resep e. Obat disiapkan dan dibuat etiket f. Obat yang diresepkan dicatat dalam kartu kendali obat g. Obat diserahkan kepada pasien beserta informasi mengenai obat h. Pasien menanda tangani resep sebagai bukti telah menerima obat, lalu bukti copy resep tersebut diserahkan ke bagian administrasi instalasi farmasi untuk diklaim oleh bagian keuangan rumah sakit. 121

II. Pelayanan Farmasi Rawat Inap

A. Pasien Medan Sehat, Pemprovsu, PBI dan Non PBI Pasien PBI Penerima Bantuan Iuran adalah peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibayari oleh pemerintah sebagai peserta program dari jaminan kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur oleh peraturan pemerintah. Yang termasuk dalam pasien PBI yang bergabung dalam program JKN Jaminan Kesehatan Nasional yang diadakan oleh BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu jamkesmas, Jaminan Kesehatan Aceh JKA dan PJKMU. Pasien Non PBI Bukan Penerima Bantuan Iuran adalah peserta jaminan kesehatan yang terdiri atas: 1. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah. Pekerja penerima upah terdiri dari: pegawai negeri sipil, anggota TNIPOLRI, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri dan pegawai swasta. 2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri. Pekerja bukan penerima upah terdiri dari pekerja diluar hubungan kerja atau pekerja mandiri. 3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya Bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu membayar iuran jaminan kesehatan. Yang termasuk kelompok bukan pekerja 122 yaitu: investor, pemberi kerja, penerima pensiun, veteran dan perintis kemerdekaan. Untuk pasien PBI dan Non PBI, pemberian obat berdasarkan formularium Nasional. Pengklaiman biaya dilakukan satu bulan sekali kepada pihak BPJS Badan penyelenggara Jaminan Kesehatan melalui bagian keuangan rumah sakit setelah semua berkas dan data-data terkumpul dan telah diperiksa oleh apoteker serta disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi. Pengklaiman dihitung berdasarkan pasien yang telah pulang. Medan Sehat adalah salah satu program pemerintah daerah kota Medan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga kota Medan yang tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun. Jika pasien berasal dari keluarga yang mampu, maka tidak diperbolehkan mengikuti program Medan Sehat ini.. Pemberian obat sesuai dengan formularium nasional. Penagihan biayanya dilakukan ke Dinas Kesehatan Kota Medan melalui bagian keuangan rumah sakit. Program Kesehatan Pemprovsu adalah salah satu kebijakan pemerintah Propinsi Sumatera Utara untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga Sumatera Utara yang tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun. Setiap warga Sumatera Utara berhak menjadi peserta program ini tetapi harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan.Walaupun Program Kesehatan Pemprovsu tidak bergabung dalam program JKN, namun peserta yang menggunakan kartu Medan Sehat akan mendapatkan layanan kesehatan sama seperti pada pasien PBI. Pemberian obatnya sesuai dengan formularium nasional. Penagihan biayanya dilakukan ke Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara melalui bagian keuangan rumah sakit. 123 Prosedur pelayanan farmasi rawat inap untuk pasien PBI dan Non PBI: a. Perawat membawa resep rangkap dua beserta status pasien ke apotek rawat inap PBI dan Non PBI. b. Tim supervisi mengkaji rasionalitas obat yang tertera pada resep c. Obat yang diresepkan harus sesuai dengan formularium nasional dan jumlahnya untuk 1 hari pemakaian. d. Resep dinomori dan dicatat e. Lalu disiapkan obat-obat sesuai dengan resep f. Dibuat catatan pemberian obat sesuai dengan obat yang diresepkan g. Obat diperiksa dan diserahkan kepada perawat untuk dibawa ke ruangan

III. Pelayanan Farmasi di Instalasi Gawat Darurat IGD

Pelayanan farmasi di IGD dipimpin oleh seorang apoteker. Pelayanan farmasi di IGD selama 24 jam dilayani oleh petugas yang terbagi atas 3 shift yaitu pagi, siang dan malam hari. Pada setiap pergantian shift dilakukan serah terima barang dan uang. Pengadaan barang dari unit gudang dengan menggunakan formulir B2 Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi. Pelayanan farmasi yang dilakukan di IGD berupa sistem resep individual resep perseorangan. Tugas dan fungsi dari pelayanan farmasi di IGD: a. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk ke IGD, baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja dan hari libur. Melayani pasien umum, pasien PBI dan non PBI, Medan Sehat, Pemprovsu serta pasien yang tidak diketahui identitasnya Mr.Mrs. X 124 b. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah di KBE Kamar Bedah Emergensi, yaitu tindakan bedah yang dilakukan 24 jam untuk yang tidak terjadwal. c. Pasien yang membutuhkan Observasi ODC One Day Care Fungsi ODC One Day Care yaitu sebagai tempat observasi pasien yang memerlukan penanganan khusus seperti pasien jantung, hipertensi. Pemantauan keadaan pasien di ODC ini dilakukan 1 hari 12 jam. Jika pasien tidak diperbolehkan untuk pulang lebih dari 12 jam maka pasien dimasukkan ke ruang rawat inap, dan untuk terapi tambahan maka petugas ruangan mengambil perbekalan farmasi di instalasi rawat inap Prosedur pelayanan farmasi di IGD: A. Pasien Umum a Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu obat dan di resep. b Perawat IGD membawa resep ke farmasi IGD. c Petugas farmasi IGD menyiapkan dan menyerahkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan resep tersebut d Petugas farmasi IGD menginput perbekalan farmasi yang diminta ke komputer pada pelayanan obat pasien umum. e Pembayaran langsung dipungut oleh juru pungut IGD untuk pasien PBJ Pulang Berobat Jalan. Sedangkan untuk pasien rawat inap dipungut oleh juru pungut ruangan. Selanjutnya juru pungut instalasi farmasi akan menghitung dan mengklaim jumlah biaya perbekalan farmasi yang dipakai ke pihak RSUD dr. Pirngadi kota Medan. 125 f Pada resep, petugas IGD memberi harga dan menginformasikan pada keluarga pasien. Bila keluarga pesien setuju maka petugas IGD menyiapkan perbekalan farmasi dan menginput ke komputer pada penjualan langsung dan mencetak kuitansi. Kuitansi asli diberikan pada keluarga pasien bersamaan dengan penyerahan perbekalan farmasi setelah pembayaran perbekalan farmasi. B. Pasien PBI dan non PBI Persyaratan yang dipenuhi oleh pasien PBI dan non PBI yaitu pasien harus membawa kartu BPJS, Medan Sehat ataupun Pemprovsu. Perbekalan farmasi yang diberikan harus sesuai dengan formularium nasional. Prosedur pelayanan pasien PBI dan non PBI: a. Dokter menulis perbekalan farmasi yang dibutuhkan pada resep sementara b. Obat yang diresepkan harus sesuai formularium nasional. Jika diluar Formularium maka menggunakan protokol terapi untuk dilaporkan ke komite farmasi dan terapi, apakah penggunaan obat diluar formularium diterima atau ditolak. c. Perawat IGD membawa resep ke farmasi IGD, petugas farmasi menyiapkan dan menyerahkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan resep tersebut d. Petugas farmasi IGD menginput perbekalan farmasi yang diminta ke komputer. e. Jika pasien tidak membawa kartu BPJS, Medan Sehat ataupun Pemprovsu maupun kelengkapan syarat lainnya, maka pasien dianggap sebagai calon pasien dan resep diinput di komputer pada pelayanan obat pasien Umum. 126 Apabila dikemudian harinya pasien menyerahkan fotokopi kartu Askes, BPJS, Medan Sehat ataupun Pemprovsu maupun kelengkapan syarat peserta maka petugas IGD merubah status pasien ke komputer menjadi pelayanan obat pasien PBI atau non PBI dan ditulis di buku perubahan status. Perubahan status maksimal 3x24 jam apabila tidak menyerahkan kelengkapan syarat peserta dianggap pasien umum. C. Pasien Mr.Mrs. X Untuk pasien Mr.Mrs. X perbekalan farmasi yang diberikan sama seperti pada pasien PBI. Biaya perbekalan farmasi dimasukkan ke komputer pada pelayanan obat pasien umum dan akan ditagih ke bagian keuangan rumah sakit setelah pasien meninggalkan rumah sakit. Jika pasien tidak mampu membayar, maka petugas IGD melaporkan ke bagian pelayanan medis agar membuat surat keterangan miskin yang ditanda tangani oleh direktur rumah sakit, sehingga pasien tersebut tidak perlu membayar biaya pengobatan dan perbekalan farmasi yang digunakan. Penagihan biaya dilakukan pada bagian keuangan rumah sakit. D. Prosedur pelayanan pasien KBE, adalah: a. Petugas KBE akan mencatat semua kebutuhan operasi ke dalam lembar pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi b. Obat dan alat kesehatan disiapkan, petugas IGD akan menghitung setiap pengeluaran. Jika operasi selesai maka petugas akan menginput total pengeluaran farmasi ke komputer pada pelayanan obat pasien berdasarkan status pasien tersebut 127 c. Untuk obat golongan narkotika, petugas farmasi IGD mencatat ke formulir pemakaian narkotika yang dilengkapi nama dokter, nama pasien dan ditanda tangani oleh dokter yang bersangkutan untuk keperluan pelaporan narkotika setiap bulannya. Pembuatan laporan seluruh narkotika yang digunakan di rumah sakit dilakukan oleh bagian administrasi instalasi farmasi rumah sakit RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. IV. Pelayanan Farmasi di Instalasi Bedah SentralCOT Central OperationTheatre Pelayanan farmasi di COT melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk operasi yang terencana. Untuk pasien umum, pembiayaan obat dan alat kesehatan yang digunakan dalam operasi di tanggung sendiri. Untuk pasien PBI dan non PBI biaya penggunaan obat-obat operasi ditanggung oleh BPJS, sedangkan untuk peserta Medan Sehat pengklaiman biayanya dilakukan ke Dinas Kesehatan Kota Medan dan untuk Pemprovsu pengklaiman biayanya dilakukan ke Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan obat yang digunakan harus sesuai dengan formularium nasional. Persyaratan bagi pasien PBI dan non PBI yaitu: a Kartu BPJS, Medan Sehat dan Pemprovsu b Surat Eligibilitas Peserta SEP c Protokol terapi untuk penggunaan alat-alat yang mahal, narkotik, yang melebihi batas ketentuan formularium atau tidak masuk dalam Formularium Nasional d Resep 128 Adapun alur pelayanan farmasi di COT yaitu: A. Pasien PBI dan non PBI a Perawat di ruangan membawa pasien ke kamar bedah b Petugaskamar bedah menulis permintaan perbekalan farmasi di form pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi Lampiran 18, halaman 84. Petugas farmasi menyerahkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan yang ada di form tersebut c Perawat yang menerima perbekalan farmasi menanda tangani form pemakaian obat-obat dan alat kesehatan untuk pasien operasi dan juga petugas farmasi yang menyerahkan d Setelah selesai operasi, perbekalan farmasi yang tidak digunakan dikembalikan oleh perawat ke apotek, lalu petugas farmasi mencoret di form tersebut e Setelah itu dokter yang mengoperasi dan dokter anestesi menanda tangani form tersebut f Petugas farmasi menuliskan perbekalan farmasi yang digunakan kamar bedah ke resep sementara, kemudian membawa resep sementara itu kelantai tiga untuk diserahkan keperawat g Dokter menuliskan perbekalan farmasi dari resep sementara ke resep asli. h Petugas farmasi menyerahkan resep tersebut ke pelayanan rawat inap PBI dan non PBI untuk diinput di komputer dan diklaim. i Untuk perbekalan farmasi yang masuk paket operasi dibuat harganya di form pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi, lalu 129 form tersebut diserahkan ke bagian administrasi instalasi farmasi untuk diklaim ke bagian keuangan rumah sakit. B. Pasien Umum a. Perawat di ruangan membawa pasien ke kamar bedah b. Petugaskamar bedah menulis permintaan perbekalan farmasi di form pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi c. Petugas farmasi menyerahkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan yang ada di form tersebut d. Perawat yang menerima perbekalan farmasi menanda tangani form pemakaian obat-obat dan alat kesehatan untuk pasien operasi dan juga petugas farmasi yang menyerahkan e. Setelah selesai operasi, perbekalan farmasi yang tidak digunakan dikembalikan oleh perawat ke apotek, lalu petugas farmasi mencoret di form tersebut f. Setelah itu dokter yang mengoperasi dan dokter anestesi menanda tangani form tersebut Petugas farmasi menuliskan perbekalan farmasi yang digunakan kamar bedah ke resep sementara, kemudian membawa resep sementara itu kelantai tiga untuk diserahkan keperawat j Dokter menuliskan perbekalan farmasi dari resep sementara ke resep asli. g. Semua perbekalan farmasi yang digunakan diinput ke komputer dan ditagih ke bendahara rumah sakit oleh petugas keuangan farmasi. Perbekalan farmasi yang terdapat di pelayanan farmasi COT adalah obat- obatan sediaan injeksi terutama anestesi dan alat kesehatan habis pakai. Obat-obat dan alat-alat kesehatan di pelayanan farmasi COT ini berasal dari gudang instalasi 130 farmasi yang diminta dua kali seminggu dengan menggunakan Formulir Permintaan dan Pengeluaran Farmasi Formulir B2. Pemakaian obat narkotika di kamar bedah dicatat dalam formulir Pemakaian Obat Golongan Narkotika dan ditanda tangani oleh dokter penanggung jawab anaestesi. Formulir ini merupakan pertinggal di subinstalasi distribusi. Ini akan memudahkan instalasi farmasi rumah sakit untuk mengetahui jumlah pemakaian obat narkotik sehingga mudah untuk membuat laporan penggunaan obat-obat golongan narkotik. Pemasukan dan pengeluaran barang dicatat dalam buku pemasukan dan pengeluaran, lalu dimasukkan ke kartu stok dan di cross check dengan subinstalasi administrasi setiap bulan. Setiap akhir bulan petugas apotek melakukan stock opname.

V. Distribusi Ruangan

Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik rawat jalan dan ruang perawatan rawat inap. Selain itu juga melayani permintaan dari unit radiologi, gas medis, Patologi Anatomi PA, Patologi Klinik PK dan CSSD Central Sterile Supply Department. Perbekalan farmasi yang didistribusikan ke poliklinik dan ruang perawatan adalah perbekalan farmasi yang termasuk ke dalam unit cost. Obat dan alat kesehatan yang didistribusikan dari distribusi ruangan ke poliklinik dan ruangan perawatan merupakan kebutuhan rutin seperti injeksi, kapas, betadin, alkohol, plester, salep, film USG, Rontgen, reagen, gelang pasien, penjepit untuk tali pusat, gas medis dan sebagainya. Perbekalan farmasi yang didistribusikan ke poliklinik dan ruang perawatan adalah berdasarkan permintaan pemakaian dengan menggunakan 131 Formulir B2 Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi. Permintaan ini dilakukan seminggu sekali yaitu pada hari senin. Pengadaan barang berasal dari gudang instalasi farmasi yang biasanya diamprah pada hari Selasa dan Jumat dengan menggunakan Formulir B2 Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi. Pemasukan barang dari gudang dan pengeluaran ke ruangan didokumentasikan dalam buku pemasukan dan pengeluaran, kemudian dipindahkan ke kartu apotek dengan sistem alfabet untuk tiap jenis barang.

3.4.3.2 Pelayanan Kemoterapi

Pelayanan farmasi di ruang sitostatika dipimpin oleh apoteker sebagai penanggung jawab. Sebelumnya pencampuran obat sitostatika dilaksanakan oleh perawat di ruang perawat yang non aseptis, sehingga tidak terjamin sterilitas dari produk akhir. Terjadinya perubahan pelayanan dari perawat ke apoteker pada pencampuran obat sitostatika di ruang aseptis memberikan hasil akhir yang terjamin sterilitasnya. Prosedur kerja di ruang pencampuran sitostatika, yaitu: 1. Sebelum memasuki ruang steril, matikan lampu UV, nyalakan exhaust system, AC dan lampu penerang ruangan. 2. Lepaskan perhiasan, jam tangan serta barang lain yang melekat pada tangan, kemudian cuci tangan dengan sabun antiseptik sampai bersih. 3. Petugas pencampuran obat kanker masuk ke dalam ruang steril dengan memakai alat pelindung khusus yaitu: baju pelindung, topi, masker, sarung tangan, masker, sarung tangan, sepatu khusus. 132 4. Gunakan desinfektan untuk kotak aseptis dengan menyemprotkan alkohol 70 ke seluruh permukaan dalam kotak aseptis tersebut, kemudian nyalakan Laminar Air Flow LAF sesuai dengan protap yang telah ditentukan. 5. Pasang alas kemoterapi pada meja tempat mencampur obat kanker, pencampuran obat kanker dilakukan secara aseptis, setelah selesai mencampur, matikan LAF, kotak tersebut dibersihkan, lalu alas kemoterapi bekas dibersihkan dengan menyemprot alkohol 70. 6. Tuliskan jam selesainya obat tersebut dicampur pada etiket. 7. Lepaskan alat pelindung diri, sampah-sampah dimasukkan dalam tong sampah yang dibagi dalam dua tempat, tong sampah khusus untuk tempat pembuangan sampah bekas obat sitostatika, tong sampah biasa untuk tempat pembuangan sampah yang tidak berbahaya. 8. Matikan exhaust system, AC dan lampu penerang kemudian hidupkan lampu UV. 9. Tutup pintu antar obat yang telah dicampur keruangan pasien dan antar sampah yang berbahaya dalam bag ke IPAL untuk dibagi dalam incenerator. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien sitostatika berlaku bagi pasien umum, Pemprovsu, PBI dan non PBI. Prosedur pelayanannya adalah sebagai berikut: - Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kertas resep. Bagi pasien PBI dan Non PBI pemilihan jenis obat berdasarkan formularium nasional - Perawat ruangan membawa status ke lantai tiga untuk diperiksa oleh apoteker, kemudian apoteker menghitung dosis pemakaian obat kanker. 133 - Apoteker menuliskan kembali di lembar form nama obat-obat sitostika, kemudian asisten apoteker menyiapkan obat dan mencampur obat sitostatika di lantai enam dengan diawasi oleh apoteker, - Setelah selesai apoteker menyerahkan obat sitostatika ke perawat ruangan untuk diberikan pada pasien - Untuk pasien PBI, non PBI dan Pemprovsu petugas farmasi menyerahkan resep tersebut ke pelayanan rawat inap PBI dan non PBI untuk diinput di komputer dan diklaim. - Sedangkan untuk pasien umum perawat ruangan menyerahkan kuitansi asli kepada keluarga pasien dan dilakukan penagihan biaya obat secara langsung. Pengelolaan limbah sitostatika: Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitostatika seperti: bekas ampul, vial, spuit, needle dan lain-lain harus dilakukan sedemikian rupa. Hingga tidak menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: - Gunakan Alat Pelindung Diri APD. - Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk benda-benda tajam seperti spuit, vial, ampul, tempatkan dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna standar internasional warna ungu dan berlogo sitostatika. - Beri label peringatan pada bagian luar wadah. - Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup. - Masukkan limbah dengan incenerator 1000°C. 134 - Cuci tangan.

3.5 Instalasi Central Steril Supply Department CSSD