Monitoring dan Evaluasi Pola Kemitraan PT. Sumatra Tobacconesia Trader Company (PT. STTC) Dengan Petani Tembakau Di Kabupaten Humbang Hasundutan

(1)

MONITORING DAN EVALUASI POLA KEMITRAAN

PT.SUMATRA TOBACCONESIA TRADER COMPANY

(PT. STTC) DENGAN PETANI TEMBAKAU

DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Kasus: Desa Sosor Gonting Kec. Dolok Sanggul Kabupaten Humbang

Hasundutan

SKRIPSI

OLEH:

ROYANTI CERLIAN BANJARNAHOR

070309036

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

MONITORING DAN EVALUASI POLA KEMITRAAN

PT.SUMATRA TOBACCONESIA TRADER COMPANY

(PT. STTC) DENGAN PETANI TEMBAKAU

DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Kasus: Desa Sosor Gonting Kec. Dolok Sanggul Kabupaten Humbang

Hasundutan

SKRIPSI

OLEH:

ROYANTI CERLIAN BANJARNAHOR

070309036

PKP

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Hasudungan Butar-Butar, MSi)

NIP:196111151986031002 NIP:197211181998022001

(Emalisa SP, MSi )

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

ROYANTI CERLIAN BANJARNAHOR (070309036)

dengan judul

skripsi “Monitoring dan Evaluasi Pola Kemitraan PT. Sumatra Tobacconesia

Trader Company (PT. STTC) Dengan Petani Tembakau Di Kabupaten

Humbang Hasundutan”.

Studi kasus: Desa Sosor Gonting Kecamatan Dolok

Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, yang dibimbing oleh Bapak Ir.

Hasudungan Butar-Butar, MSi dan Ibu Emalisa, SP, MSi.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pola kemitraan

antaraPT. STTC dengan petan

i

tembakau di daerah penelitian

,

Untuk mengetahui

bagaimana pelaksanaan kemitraan PT. STTC dengan petan

i

tembakau di daerah

penelitian,

Untuk mengetahui apakah usaha tani tembakau layak atau tidak untuk

diusahakan di daerah penelitian,

Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja

yang dihadapi oleh PT. STTC dan Petani tembakau di daerah penelitian dalam

bermitra

,

Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi

masalah yang dihadapi oleh PT.STTC dan petani tembakau di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

Pola kemitraan

yang terjalin antara PT.STTC dengan petani tembakau di daerah penelitian adalah

pola Sub-Kontrak. Tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan antara PT.STTC

dengan petani tembakau di daerah penelitian hingga ±5 tahun berjalannya

kemitraan termasuk dalam kategori tinggi.

Usaha tani tembakau layak untuk

diusahakan di daerah penelitian, karena: Nilai ROI 12,77 % lebih besar dari nilai

tingkat suku bunga yang hanya 8 %,

Nilai R/C Ratio sebesar 1.94. >1,

Nilai

Produltivitas T

enaga Kerja sebesar Rp.255. 553,-/HKO,

lebih besar dari nilai

upah tenaga kerja sebesar Rp. 50,000,-/HKO

dan rata-rata pendapatan per HKp

adalah Rp. 132. 925,-,

Nilai

Pendapatan sebesar Rp. 9,617,707 per petani dan

Rp. 16.886.376,- per hektar,-,

lebih besar dari nilai rata-rata sewa lahan Rp.

23,558,-.Masalah-masalah yang dihadapi PT.STTC dengan petani tembakau di

daerah penelitian selama dalam bermitra adalah:Pada awal kemitraan sarana

produksi petani disediakan oleh perusahaan akan tetapi untuk saat ini petani

mengusahakan sendiri sarana produksi yang dibutuhkannya, Petani menerima

perbedaan harga yang cukup besar untuk setiap tingkatan harga krosok,dan

tingkatan atau katego

ri untuk krosok terlalu banyak,

Perusahaan sering kewalahan

pada saat membeli krosok dari petani, ada kalanya petani menjual produk dalam

jumlah yang cukup banyak tetapi dilain waktu petani menjual krosok dalam

jumlah yang sangat sedikit, Selain itu , ada beberapa bagian dari Memorandum of

Understanding (MoU) yang tidak dilaksanakan sesuai kesepakatan sehingga

menurut penulis hal tersebut dianggap menjadi masalah selama dalam bermitra,

hal tersebut adalah: Perubahan harga tidak dilakukan setiap musim tanam, Petani

tidak pernah dilibatkan dalam penetapan dan perubahan harga krosok.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah adalah: Untuk meningkatkan

kualitas bibitnya pengambilan bibit dilakukan saat tanaman sudah berumur 5-6

bulan, buah dijemur sampai kering sebelum disemaikan, Agar kualitas produk

lebih seragam petani merawat tanamannya dengan baik, dan berdiskusi dengan

penyuluh pada saat kegiatan kelompok tani, PT. STTC membuat kontrak produksi

dengan petani tembakau agar petani menjual krosoknya pada setiap periode yang

ditetapkan dan tidak menumpuk produksinya.


(4)

RIWAYAT HIDUP

ROYANTI CERLIAN BANJARNAHOR, dilahirkan di Pollung pada

tanggal 20 Januari 1989. Penulis merupakan anak pertama dari 5 (Lima)

bersaudara dari Bapak L Banjarnahor dan Ibu H Purba.

Jenjang pendidikan Penulis:

1.

Sekolah Dasar di SD Negeri 173410 Pollung dan lulus pada tahun 2001

2.

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Pollung, lulus pada tahun 2004

3.

Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pollung , lulus pada tahun 2007

4.

Tahun 2007 masuk di Program Studi Agribisnis jurusan Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, melalui

jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pematang

Cengkering Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara pada 27 Juni sampai

27 Juli Tahun 2011.

Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi internal kampus seperti

IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian), POPMASEPI

(Perhimpunan Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia ) dan

Unit Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera

Utara Unit Pelayanan Fakultas Pertanian (UKM KMK USU UP FP). Selain itu

penulis juga aktif di organisasi Ikatan Mahasiswa Humbang Hasundutan USU

(IMHU).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Judul skripsi ini adalah “Monitoring dan Evaluasi Pola Kemitraan PT.

Sumatra Tobacconesia Trader Company (PT.STTC) Dengan Petani

Tembakau di Kabupaten Humbang Hasundutan “. Studi kasus: Desa Sosor

Gonting Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, M,Si selaku ketua komisi

pembimbing.

2.

Ibu Emalisa, SP, M,Si selaku anggota komisi pembimbing

3.

Ibu Ir. Salmiah MP, sebagai ketua Departemen Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4.

Seluruh Staff pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis khususnya

dan di Fakultas Pertanian umumnya.

5.

Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dan seluruh staff yang telah

banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada

Bapak L. Banjarnahor dan Ibu H. Purba, atas doa dan kesabarannya dalam hal

materi serta dukungan semangat yang tiada henti.


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sehat juga pandangan

yang bersifat membangun dari semua pihak bagi masukan bagi penulis.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih untuk setiap pembaca

dan berharap agar kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2012

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1

Indentifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Usahatani Tembakau ... 7

Kemitraan ... 13

Landasan Teori ... 15

Monitoring dan Evaluasi ... 17

Analisis Usahatani ... 19

Analisis Kelayakan Usahatani ... 21

Kerangka Pemikiran ... 23

Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26


(8)

Metode Pengumpulan Data ... 26

Metode Analisis Data ... 27

Defenisi dan Batasan Operasional ... 31

Defenisi ... 31

Batasan Operasional ... 32

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Letak dan Luas Geografis ... 33

Jenis dan Penggunaan Lahan ... 33

Keadaan Penduduk ... 36

Pemerintahan Desa ... 37

Sarana dan Prasarana Desa ... 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola

Kemitraan PT.Sumatra Tobacconesia Trader Company

Dengan Petani Tembakau ... 39

Keberhasilan Pelaksanaan kemitraan

Antara PT.STTC Dengan Petani ... 42

Analisis Usahatani Tembakau ... 45

Analisis Kelayakan Usahatani Tembakau ... 46

Masalah-Masalah Yang Dihadapi PT. STTC

Dan Petani Tembakau Dalam Bermitra ... 49

Upaya-Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi

Masalah Dalam Bermitra ... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan... 52

Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1.

Pengukuran Tingkat Keberhasilan Kemitraan PT.STTC

Dengan Petani Tembakau Yang Diimplementasikan

Dari Memorandum of Understanding (MoU) ... 28

2.

Jenis Penggunaan Lahan di Desa Penelitian Tahun 2011 ... 33

3.

Keadaan Penduduk di Desa Penelitian Tahun 2011 ... 34

4.

Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Di Desa Penelitian Tahun 2011 ... 35

5.

Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Di Desa Penelitian Tahun 2011 ... 35

6.

Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Di Desa Penelitian Tahun 2011 ... 36

7.

Sarana dan Prasarana di Desa Penelitian Tahun 2011 ... 37

8.

Penilaian Pelaksanaan Kemitraan Antara PT.STTC

Dengan Petani Tembakau di Daerah Penelitian Tahun 2011 ... 44

9.

Analisis Usahatani Rata-Rata Per Petani dan Per Hektar

Tembakau di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam ... 45

10.

Analisis Kelayakan Usahatani Tembakau Rata-Rata Petani

Dalam 1 Musim Tanam di Daerah Penelitian ... 47


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Skema Kerangka Pemikiran………...24


(11)

ABSTRAK

ROYANTI CERLIAN BANJARNAHOR (070309036)

dengan judul

skripsi “Monitoring dan Evaluasi Pola Kemitraan PT. Sumatra Tobacconesia

Trader Company (PT. STTC) Dengan Petani Tembakau Di Kabupaten

Humbang Hasundutan”.

Studi kasus: Desa Sosor Gonting Kecamatan Dolok

Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, yang dibimbing oleh Bapak Ir.

Hasudungan Butar-Butar, MSi dan Ibu Emalisa, SP, MSi.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pola kemitraan

antaraPT. STTC dengan petan

i

tembakau di daerah penelitian

,

Untuk mengetahui

bagaimana pelaksanaan kemitraan PT. STTC dengan petan

i

tembakau di daerah

penelitian,

Untuk mengetahui apakah usaha tani tembakau layak atau tidak untuk

diusahakan di daerah penelitian,

Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja

yang dihadapi oleh PT. STTC dan Petani tembakau di daerah penelitian dalam

bermitra

,

Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi

masalah yang dihadapi oleh PT.STTC dan petani tembakau di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

Pola kemitraan

yang terjalin antara PT.STTC dengan petani tembakau di daerah penelitian adalah

pola Sub-Kontrak. Tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan antara PT.STTC

dengan petani tembakau di daerah penelitian hingga ±5 tahun berjalannya

kemitraan termasuk dalam kategori tinggi.

Usaha tani tembakau layak untuk

diusahakan di daerah penelitian, karena: Nilai ROI 12,77 % lebih besar dari nilai

tingkat suku bunga yang hanya 8 %,

Nilai R/C Ratio sebesar 1.94. >1,

Nilai

Produltivitas T

enaga Kerja sebesar Rp.255. 553,-/HKO,

lebih besar dari nilai

upah tenaga kerja sebesar Rp. 50,000,-/HKO

dan rata-rata pendapatan per HKp

adalah Rp. 132. 925,-,

Nilai

Pendapatan sebesar Rp. 9,617,707 per petani dan

Rp. 16.886.376,- per hektar,-,

lebih besar dari nilai rata-rata sewa lahan Rp.

23,558,-.Masalah-masalah yang dihadapi PT.STTC dengan petani tembakau di

daerah penelitian selama dalam bermitra adalah:Pada awal kemitraan sarana

produksi petani disediakan oleh perusahaan akan tetapi untuk saat ini petani

mengusahakan sendiri sarana produksi yang dibutuhkannya, Petani menerima

perbedaan harga yang cukup besar untuk setiap tingkatan harga krosok,dan

tingkatan atau katego

ri untuk krosok terlalu banyak,

Perusahaan sering kewalahan

pada saat membeli krosok dari petani, ada kalanya petani menjual produk dalam

jumlah yang cukup banyak tetapi dilain waktu petani menjual krosok dalam

jumlah yang sangat sedikit, Selain itu , ada beberapa bagian dari Memorandum of

Understanding (MoU) yang tidak dilaksanakan sesuai kesepakatan sehingga

menurut penulis hal tersebut dianggap menjadi masalah selama dalam bermitra,

hal tersebut adalah: Perubahan harga tidak dilakukan setiap musim tanam, Petani

tidak pernah dilibatkan dalam penetapan dan perubahan harga krosok.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah adalah: Untuk meningkatkan

kualitas bibitnya pengambilan bibit dilakukan saat tanaman sudah berumur 5-6

bulan, buah dijemur sampai kering sebelum disemaikan, Agar kualitas produk

lebih seragam petani merawat tanamannya dengan baik, dan berdiskusi dengan

penyuluh pada saat kegiatan kelompok tani, PT. STTC membuat kontrak produksi

dengan petani tembakau agar petani menjual krosoknya pada setiap periode yang

ditetapkan dan tidak menumpuk produksinya.


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia yang telah dilaksanakan dalam kurun

waktu tiga dasawarsa, telah menunjukkan hasil yang nyata bagi kemajuan dan

kesejahteraan rakyat. Aktivitas dan keberhasilan pembangunan tersebut, di sisi

lain juga membawa dampak pada terjadinya kesenjangan sosial-ekonomi di

masyarakat. Kesenjangan ini merupakan akses dari pembangunan ekonomi yang

lebih bertumpu pada mengejar pertumbuhan yang tinggi dan kurang

memperhatikan aspek pemerataan. Kondisi ini sering menjadi pemicu timbulnya

kecemburuan sosial yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan.

Sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi atau mempersempit terjadinya

kesenjangan tersebut, ditempuh melalui pengembangan kemitraan usaha antara

pengusaha besar (kuat) dengan pengusaha kecil (lemah). Kemitraan ini

diharapkan dapat memacu dan memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus

mendorong pemerataan kesejahteraan, penyerapan tenaga kerja, pendapatan

masyarakat dan pertumbuhan regional (wilayah). Keberhasilan pelaksanaan

kemitraan yang besar dengan yang kecil, dimana terjadinya pemberdayaan yang

kecil/lemah, merupakan wujud nyata dari pengamalan ekonomi kerakyatan

(Hafsah, 2000: xiv-xv).

Manusia yang terdiri dari pihak pengusaha, pemerintah, dan

petani/masyarakat merupakan unsur terpenting didalam mewujudkan kelanjutan

dari program tersebut. Kelembagaan pengawasan juga diperlukan untuk


(13)

mengawasi jalannya kemitraan dari pemerintah dan pengusaha sehingga tidak

merugikan kaum petani. Pihak pemerintah juga bisa berfungsi sebagai pengawas

dan perantara jalannya proses kemitraan antara pengusaha dan petani/masyarakat,

walaupun dalam kenyataannya lembaga pengawasan ini sulit untuk didapatkan (

Sumardjo, dkk., 2004: 25-26).

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak

atau lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan bersama

tertentu untuk meraih sesuatu sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling

mengisi sesuai kesepakatan yang muncul (mutual). Kemitraan yang ingin

diwujudkan dengan misi utamanya adalah membantu memecahkan masalah

ketimpangan dalam kesempatan berusaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan

antar wilayah, ketimpangan kota dengan desa. Kemitraan yang dibangun atas

landasan saling memutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat

dengan fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi

yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut

(Hafsah,2000: x – xi).

Dalam pembangunan ekonomi, pola kemitraan merupakan

perwujudan cita-cita untuk melaksanakan sistem perekonomian gotong-royong

yang dibentuk antara mitra yang kuat dan dari segi permodalan, pasar dan

kemampuan teknologinya bersama petani golongan lemah serta miskin yang

tidak berpengalaman. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan usaha

atas kepentingan bersama. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi dengan pola

kemitraan dianggap sebagai usaha yang menguntungkan, terutama ditinjau dari


(14)

pencapaian tujuan pembangunan nasional jangka panjang (Darmono,dkk,2004:

16-17).

Filosofi hakiki dari kemitraan adalah kebersamaan dan pemerataan.

Melalui kemitraan antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil dapat

meningkatkan produktifitas, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan

keuntungan, sama-sama menanggung resiko, menjamin pasokan bahan baku,

menjamin distribusi pemasaran (Hafsah,2000: 41).

Penerapan dasar-dasar etika bisnis dalam kemitraan yang diwujudkan

dalam tindakan nyata identik dengan membangun suatu fondasi sebuah rumah

atau bangunan. Jhon L. Marioti dalam bukunya The Power of Partnership (1993)

mengemukakan 6 dasar etika berbisnis, dimana 4 yang pertama merupakan

hubungan interaksi manusia dan selebihnya merupakan perspektif bisnis. Keenam

dasar etika bisnis tersebut adalah:

1.

Karakter, Integritas dan Kejujuran

2.

Kepercayaan

3.

Komunikasi yangterbuka

4.

Adil

5.

Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra

6.

Keseimbangan antara insentif dan resiko ( Hafsah,2000: 47-50).

Manfaat kemitraan secara keseluruhan adalah bahwa kemitraan itu

mengurangi resiko dalam perencanaan dan penerapan suatu strategi bisnis jangka

panjang dan memungkinkan untuk mengambil tindakan-tindakan yang akan

memperbaiki kinerja keseluruhan ( Linton, 1997: 86).


(15)

Salah satu lembaga yang telah melakukan kemitraan adalah Perusahaan

Sumatra Tobacconesia Trader Company (PT.STTC), yang merupakan salah satu

perusahaan rokok di Sumatera Utara yang melaksanakan kemitraan dengan

Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam pengembangan tanaman

tembakau White Burley (Tembakau Sigaret).

Pada tahun 2006 Pihak PT. STTC mengadakan perjanjian kerjasama

dalam bentuk memorandum of understanding dengan pihak Pemerintah

Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai suatu acuan dalam pelaksanaan

kemitraan. Inti dari memorandum of understanding tersebut adalah:

1.

Pemerintah Humbang Hasundutan sebagai pihak pertama mempersiapkan

petani/kelompok tani peserta pengembangan tanaman tembakau

menyangkut pengorganisasian, bimbingan teknis, penyediaan sarana dan

prasarana pendukung.

2.

PT.STTC sebagai pihak kedua membeli semua produksi tembakau rakyat

dalam bentuk daun kering (krosok) yang memenuhi kriteria dan mutu

dengan harga yang telah disepakati.

3.

Pihak kedua membantu petani untuk pengadaan sarana produksi berupa:

benih, bimbingan teknis, sarana pasca panen dan sarana pendukung

lainnya.

4.

Pihak pertama dan pihak kedua, secara bersama-sama meninjau dan

menetapkan perubahan harga setiap musim tanam.

5.

Pihak pertama dan pihak kedua, bersama-sama melaksanakan pembinaan

dan pengawasan kepada petani menyangkut kultur teknis, mutu, panen dan

pengawasan pasar.


(16)

Dengan adanya perjanjian kerja sama tersebut maka penulis tertarik untuk

meneliti bagaimana pelaksanaan kemitraan antara PT. STTC dengan petani

Tembakau di daerah penelitian.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana pola kemitraan antara PT. STTC dengan petani tembakau

yang sudah berjalan 5 tahun di daerah penelitian?

2.

Bagaimana keberhasilan pelaksanaan kemitraan PT. STTC dengan petani

tembakau di daerah penelitian?

3.

Apakah usahatani tembakau secara ekonomi layak diusahakan oleh

petani?

4.

Masalah-masalah apa saja yang dihadapi PT. STTC dan petani tembakau

dalam bermitra?

5.

Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang

dihadapi dalam bermitra?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengetahui pola kemitraan antara PT. STTC dengan petani

tembakau di daerah penelitian.


(17)

2.

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kemitraan PT. STTC dengan

petani tembakau di daerah penelitian.

3.

Untuk mengetahui layak tidaknya usahatani tembakau diusahakan di

daerah penelitian.

4.

Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh PT.

STTC dan Petani tembakau di daerah penelitian dalam melaksanakan

kemitraan.

5.

Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi

masalah yang dihadapi oleh PT.STTC dan petani tembakau di daerah

penelitian.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah sebagai :

1.

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2.

Bahan masukan bagi para pengambil keputusan untuk pengembangan

kemitraan PT. STTC dengan petani tembakau.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Tani Tembakau

Tembakau (tobacco) adalah sejenis tanaman herbal. Tanaman ini berasal

dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Tembakau penuh dengan intrik dan

nuansa mitos, pada mulanya digunakan oleh orang-orang asli Amerika untuk

digunakan sebagai media pengobatan. Tanaman tembakau ialah hasil pertanian

yang telah melalui proses dari daun tumbuh-tumbuhan genus nicotiana yang

sangat segar. Tembakau bisa didapat secara komersil dalam bentuk hasil panen,

berupa basah atau kering maupun yang sudah disimpan atau melalui proses

diawetkan. Dan sering diisap (seperti merokok) dalam bentuk cerutu, rokok,

dengan pipa, tingwe (lintingan, sendiri/digulung dengan alat etak/tngan),

tembakau juga bisa dikunyah, “dicelup” (diletakkan antara pipi dan gusi), dan

dikulum, atau dihirup ke dalam hidung sebagai bahan hisapan dalam bentuk

serbuk

halus,

tembakau

juga

mengandung

zat

alkaloid

nikotin

(Anonimus a, 2011).


(19)

Usaha tani dapat dikatakan berhasil apabila ada peningkatan produksi

persatuan luas (ton/ha) dan peningkatan kualitas. Peningkatan hasil, baik kualitas

(jumlah ton/ha) maupun kualitas (mutu) memerlukan teknik budidaya yang benar

( Cahyono, 1998: 39).

Teknik budidaya tembakau adalah sebagai berikut:

A.

Pembibitan

Pembibitan adalah kegiatan menyemaikan biji hingga menjadi bibit siap

tanam dikebun. Beberapa langkah dalam pembibitan adalah:

1. Penetapan Tempat pembibitan

Lokasi tempat pesemaian harus dipilih yang cocok agar benih tumbuh

dengan baik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi pesemaian

adalah sebagai berikut:

a.

Tanah yang digunakan bukan bekas ditanami tembakau agar benih

yang disemaikan tidak tercampur dengan benih dari tanaman tembakau

terdahulu.

b.

Lahan pesemaian tidak terlindung oleh pepohonan agar dapat

memperoleh penyinaran cahaya matahari yang cukup.

c.

Lahan harus dekat dengan sumber air yang cukup

d.

Tanahnya subur dan kedalaman solum tanahnya cukup sekitar 30-40

cm.


(20)

e.

Letak lahan lebih tinggi daripada lahan di sekitarnya agar tidak mudah

tergenangi air.

f.

Letak lahan dipilih yang jauh dari perkampungan untuk menghindari

serangan hama ulat Heliothis assulta .

g.

Tempat pesemaian harus bersih dari gulma atau tanaman-tanaman lain

yang merugikan.

2. Persiapan Tempat Pembibitan

Persiapan tempat pesemaian menyangkut kegiatan pengolahan tanah

untuk media semai.Tempat pesemaian dapat bersifat permanen, semi permanen,

dan tidak permanen.Tempat pesemaian permanen merupakan tempat pesemaian

yang bersifat tetap sehingga dapat digunakan berkali-kali. Tempat pesemaian semi

permanen adalah tempat pesemaian yang hanya digunakan beberapa kali saja.

Tempat pesemaian yang tidak permanen adalah tempat pesemaian yang

digunakan satu kali saja.

3.Persiapan Media Semai

Tanah yang telah dibajak digemburkan dan diberi pupuk kandang .

bersamaan dengan pengolahan tanah, sekaligus dibuat bedeng-bedeng dan

parit-parit.

4. Penaungan

Konstruksi atap naungan dapat dibuat miring meluncur kearah samping

dam bagian depannya lebih tinggi daripada bagian belaangnya sehingga sinar


(21)

matahari pagi dapat masuk menyebar rata keseluruh tanaman. Bahan atap untuk

naungan dapat berupa daun-daunan.

5. Pengadaan Benih

Pengadaan benih tembakau dapat dilakukan dengan membuat sendiri atau

membeli benih yang siap tanam pada penangkar benih atau di took-toko pertanian.

6. Penyemaian Benih

Cara menyemai benih tergantung pada tempat yang digunakan untuk

menyemai.

7. Pemeliharaan Bibit

Pemeliharaan benih terdiri dari:

Penyiraman

Mengatur naungan (atap)

Penyiangan

Penjarangan tanaman

Pencegahan dan Pemberantasan Hama dan Penyakit

8. Penyapihan dan Seleksi Bibit

Penyapihan bibit adalah memindahkan tanaman dari tempat pesemaian ke

tempat pesemaian lain. Tujuannya adalah mencegah pertumbuhan yang

berdesak-desakan, agar bibit dapat tumbuh lebih baik, meningkatkan daya adaptasinya

terhadap lingkungan sehingga bibit lebih kuat pada saat ditanam di kebun,

mengurangi kerusakan akar pada saat pemindahan ke kebun, memperendah

tingkat kematian bibit, menyeragamkan pertumbuhan, dan mempercepat waktu

penanaman ke kebun.


(22)

B.

Penanaman

Kebun yang dapat ditanami tembakau dapat berupa tanah tegalan/tanah

kering, tanah sawah, atau tanah kebun bekas hutan. Kondisi tanah dan iklimnya

sesuai dengan jenis atau tipe tembakau yang akan ditanam.

1. Penentuan saat tanam

Menurut masa penennya, ada dua macam jenis tembakau yaitu tembakau

musim kemarau (voor oogst) dan tembakau musim penghujan (na oogst).

Berdasarkan kedua hal diatas, maka jenis tembakau voor oogst jadwal

tanam yang baik adalah pada akhir musim hujan, yaitu pada bulan April-mei

apabila ditanam di tanah tegalan/tadah hujan atau pada bulan Mei-Juni apabila

ditnam di tanah sawah. Untuk jenis tembakau na oogst jadwal tanam yang baik

adalah pada musim kemarau , yaitu pada bulan Juli-agustus.

2. Persiapan dan Pengolahan Tanah

Persiapan dan pengolahan tanah dikebun perlu memperhatikan jadwal

semai dan umur bibit pindah tanam. Umur bibit pindah tanam adalah 35-55 hari,

sedangkan lama persiapan tanah yang baik untuk siap tanam adalah du bulan (60

hari). Jadi, persiapan dan pengolahan tanah adalah 25-55 hari sebelum semai,

tergantung pada umur bibit yang akan dipindah tanam.

3. Penentuan Jarak Tanam

Jarak tanam yang ditentukan untuk budidaya tembakau dapat beragam

menurut jenis/tipe tembakau yang ditanam dan tujuan dari penanaman. Jarak

tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, pembentukan kualitas

daun, dan jumlah produksi persatuan luas.


(23)

4. Cara Penanaman

Penanaman bibit tembakau dilakukan dengan cara membenamkan ke

dalam lubang tanam sedalam leher akar.

5. Waktu Tanam

Penanaman hendaknya dilakukan pada sore hari setelah pukul 15.00 atau

pada pagi harinya sebelum pukul 09.00.

6. Penyulaman

Penyulaman dapat dilakukan beberapa hari setelah penanaman apabila

terdapat bibit yang pertumbuhannya kurang baik atau mati. Bibit sulaman harus

diambil dari bibit cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

C.

Pemeliharaan Tanaman

Bibit-bibit tembakau yang telah ditanam dikebun selama masa

pertumbuhan hingga panen masih memerlukan perawatan yang baik dan intensif.

Pemeliharaan bibit yang baik pada saat di pesemaian dapat tumbuh baik dan dapat

menghasilkan daun tembakau yang berkualitas baik. Faktor-faktor yang

mempengaruhi mutu tembakau, baik sebelum pengolahan maupun setelah

pengolahan adalah pemupukan, pengairan, pendangiran, penyiangan,

pemangkasan bunga dan tunas ketiak daun, dan pengendalian hama maupun

penyakit.


(24)

Penanganan panen tembakau terpusat pada bagian daunnya. Untuk

mendapatkan daun yang berkualitas baik. Penanganan panen tembakau terpusat

paa bagian daunnya, untuk mendapatkan daun yang berkualitas baik, pemetikan

harus memperhatikan umur panen, klasifikasi daun, cara memetik daun, waktu

pemetikan, dan menghindarkan kerusakan daun ( Cahyono, 1998: 40-64, 93).

Kemitraan

Salah satu indikator keberhasilan dari suatu pembangunan ekonomi adalah

adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat. Fokus terhadap pertumbuhan seringkali

menimbulkan efek samping berupa kesenjangan dan ketimpangan, yaitu

ketimpangan antar wilayah, antar desa dan kota, ketimpangan antar sektor, dan

lainlain, akibat dari kurang diperhatikannya keseimbangan, pemerataan dan

keadilan. Tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah kesejahteraan yang

merata bagi setiap lapisan masyarakat serta berkurangnya ketimpangan dalam

masyarakat. Dengan demikian makin dirasakan betapa pentingnya kemitraan

dalam era pembangunan dewasa ini dan di masa mendatang untuk menjembatani

lapisan masyarakat yang belum tersentuh oleh derasnya arus pembangunan secara

lebih merata ke semua lapisan masyarakat sesuai dengan peran dan partisipasi

aktif dalam pembangunan serta menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut

(Hafsah, 2000: 13-14).

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan


(25)

prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi

bisnis maka

keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan

diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dua pendapat tersebut

apabila dipadukan akan menghasilkan definisi yang lebih sempurna, bahwa

kemitraan merupakan jalinan kerja sama usaha yang merupakan strategi bisnis

yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan,

saling memperbesar, dan saling menguntungkan (Anonimus b, 2011).

Konsep formal kemitraan tercantum dalam UU No. 9 Tahun 1995 Pasal 1

ayat 8 yang berbunyi: ”kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau

dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan

oleh usaha menengah/usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan”. Konsep tersebut

diperjelas pada peraturan pemerintah No. 44 tahun 1997 Pasal 1 ayat 1 yang

menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah yang saling memperkuat,

saling memperkuat dan saling menghidupi.Tujuan kemitraan adalah untuk

meningkatkan pendapatan, kesinambungan hubungan usaha, meningkatkan

kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta

menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri

(Darmomo,dkk, 2004: 20).

Karena merupakan suatu strategi bisnis, maka keberhasilan kemitraan

sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam

menjalankan etika bisnis. Dengan kata lain keberhasilan kemitraan merupakan

resultan dari konsistensi dalam penerapan etika bisnis, perencanaan yang tepat

dibarengi dengan strategi yang jitu serta proses pelaksanaan yang selalu


(26)

dimonitor, dievaluasi dalam lingkungan dan kondisi yang kondusif serta hal yang

tidak dapat dipungkiri adalah faktor keberuntungan ( Hafsah,2000: 43,46).

Meskipun kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi (formal), kemitraan

harus didasari suatu pemahaman peran-peran dan tanggung jawab kedua belah

pihak. Kemitraan juga harus memadukan prosedur guna memastikan kemajuan

pada program-program tindakan efektif dan meletakkan hal-hal dengan benar ntuk

menjaga masalah-masalah tidak timbul dan berkembang dalam kemitraan

( Linton, 1997: 207).

Landasan Teori

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan

prinsip saling membutuhkan dan saling membesar (Hafsah, 2000: 43).

Beberapa jenis pola kemitraan yang telah banyak dilaksanakan adalah:

1. Pola inti plasma

Merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha

sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Salah satu contoh

kemitraan ini adalah pola perusahaan inti rakyat (PIR), dimana perusahaan inti

menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung,

mengolah dan memasarkan hasil produksi, disamping itu perusahaan inti tetap

memproduksi kebutuhan perusahaan, sedangkan kelompok mitra usaha memenuhi

kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati sehingga

hasil yang diciptakan harus mempunyai daya kompetitif dan nilai jual yang tinggi.

2. Pola Sub-Kontrak


(27)

Merupakan pola hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha

dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan oleh

perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari bentuk

kemitraan sub-kontrak ini adalah membuat kontrak bersama yang mencantumkan

volume, harga dan waktu.

3. Pola Dagang Umum

Menurut peraturan pemerintah No.44 Tahun 1997 pola dagang umum

merupakan pola hubungan kemitraan mitra usaha yang memasarkan hasil dengan

kelompok usaha yang mensuplai kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan.

Sifat dari kemitraan ini adalah hubungan membeli dan menjual terhadap produk

yang dimitrakan.

4. Pola Keagenan

Merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana usaha kecil

diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha menengah/usaha

besar. Sebagai perusahaan mitra usaha menengah/usaha besar bertanggungjawab

terhadap produk (barang dan jasa) yang dihasilkan, sedangkan usaha kecil sebagai

kelompok mitra diberikan kewajiban untuk memasarkan barang/jasa tersebut,

bahkan disertai dengan target-target yang harus dipenuhi, sesuai dengan ketentuan

yang telah disepakati.

5. Waralaba

Merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha dengan

perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi, merek dagang saluran

distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha sebagai penerima


(28)

waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen. Oleh karena itu

perusahaan mitra sebagai usaha pemilik usaha waralaba, bertanggung jawab

terhadap sistem operasi, pelatihan, program pemasaran, merek dagang, dan

lain-lain kepada mitra usahanya sebagai pemegang usaha yang diwaralabakan.

Sedangkan pemegang usaha waralaba, hanya mengikuti pola yang telah

ditetapkan oleh pemilik waralaba serta memberikan sebagian dari pendapatannya

berupa royalti dan biaya lainnya yang terkait dari kegiatan usaha tersebut

( Hafsah,2000: 68-78).

Monitoring dan Evaluasi

Pemantauan atau monitoring yang berasal dari kata latin

“memperingatkan” dipandang sebagai teknik manajemen dengan agen penyuluhan

yang mengumpulkan data di dalamnya sejalan dengan diterapkannya program

program penyuluhan serta permasalahan yang dihadapi dalam upayanya berada

pada jalur yang benar. Ini memungkinkan manajemen mengambil tindakan

dengan cepat untuk mengembalikan kepada rencana semula atau melakukan

penyesuaian bila ternyata tidak realistis (Van Den Ban dan Hawskins, 1998: 241).

Monitoring diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti suatu program dan

pelaksanaannya secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan cara mendengar,

melihat dan mengamati, serta mencatat keadaan serta perkembangan program

tersebut.

Monitoring juga diartikan sebagai upaya yang dilakukan secara rutin

untuk mengidentifikasi pelaksanaan dari berbagai komponen program

sebagaimana telah direncanakan, waktu pelaksanaan program sebagai mana telah

dijadwalkan, dan kemajuan dalam mencapai tujuan program (Anonimous c, 2011)


(29)

Dengan melaksanakan monitoring, berarti ingin diketahui secara tepat dan

pasti mengenai pengamatan atas bukti dan fakta tentang proses dan pencapaian

tujuan yang diharapkan dan penemuan hambatan-hambatan maupun faktor

pendorong mencapai keberhasilan (Ginting, 2000: 6).

Kata Evaluasi dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai

padanan dari “penilaian” yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk

menilai suatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang

diamati (Mardikanto, 1993: 8).

Evaluasi merupakan suatu proses meyakinkan keputusan, memilih

informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi sehingga dapat

melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam

memilih beberapa alternatif (Tayibnapis, 2007: 3).

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara

obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan dari

evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak dari

kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan yang sedang

berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan pengambilan

keputusan dimasa depan, dan monitoring dilaksanakan agar proyek mencapai

tujuan secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola

proyek, menyempurnakan rencana operasional proyek, dan mengambil tindakan

yang korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan

(Sinar Tani, 2001: 361-362).

Evaluasi adalah merupakan salah satu fungsi dari manajemen, evaluasi

dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur program serta terhadap


(30)

pelaksanaan program. Evaluasi dapat dilakukan secara terus menerus, berkala dan

atau sewaktu-waktu pada saat sebelum, sedang dan atau setelah program

dilaksanakan. Evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah

tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai, apakah program sesuai dengan

rencana, dan atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan

(Anonimous c, 2011).

Analisis Usaha Tani

Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan

efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.

Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya

yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila

pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi

masukan (input). Efisiensi usaha tani dapat dapat diukur dengan cara menghitung

efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis (Soekartawi, 1995: 54).

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas eknomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat

dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input. Atau

masukan untuk menghasilkan output.

Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1.

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besar

biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh.


(31)

2.

Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi

oleh produksi, yang diperoleh:

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Total Biaya (Rp)

FC = Biaya Tetap (Rp)

VC = Biaya Variabel (Rp)

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual, pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Y. PY

Keterangan:

TR = total penerimaan (Rp)

Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani (Rp)

PY = Harga Y ( Rp )

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya

sehingga dapat ditulis dengan rumus :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan usaha tani (Rp)

TR = Total Penerimaan ( Rp )

TC = Total Biaya (Rp ) ( Soekartawi, 1995: 87).

Curahan tenaga kerja adalah besarnya penggunaan tenaga kerja pada setiap

tahapan pekerjaan dalam usahatani. Tenaga kerja merupakan faktor produksi,

tenaga kerja diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga kerja


(32)

manusia terdiri atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Perhitungan tenaga

kerja ketiga jenis tersebut berbeda-beda, perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan

proses produksi adalah menggunakan satuan HKP (Hari Kerja Pria). Adapun

klasifikasi tenaga kerja adalah sebagai berikut:

1.

Tenaga kerja pria dewasa, dengan usia

≥15 tahun, bekerja selama 7 jam/hari

= 1HKP

2.

Tenaga kerja wanita dewasa, dengan usia

≥15 tahun, bekerja selama 7

jam/hari = 0,8 HKP

3.

Tenaga kerja anak-anak, dengan usia 10-15 tahun jika pria= 0,5 HKP,

wanita= 0,4 HKP, catatan bekerja selama 7 jam/hari (Hernanto, 1993:35).

Analisis Kelayakan Usaha Tani

Sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya dilakukan suatu

kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan itu

layak atau tidak layak. Aspek yang perlu dikaji adalah aspek finansial (keuangan )

dan pasar (bagaimana permintaan dan harga atas produksi yang dihasilkan). Jika

aspek ini jelas maka prospek ke depan untuk usaha tersebut jelas, begitu juga

sebaliknya apabila aspek ini tidak jelas maka prospek ke depan juga tidak jelas

( Umar, 2005:35).

Adapun analisis kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha

adalah:


(33)

R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai

perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik hal ini

dituliskan :

a = R/C

R = Py . Ya

C = FC + VC

A = {(Py . Y)/(FC + VC)}

Keterangan:

a = pembanding (nisbah) antara penerimaan dan biaya

R = penerimaan

C = Biaya

Py = Harga output

Y = Output

FC = Biaya tetap

VC = biaya variable (Soekartawi, 1995: 85).

Return On Investment (ROI)

Return On Investment (ROI) merupakan suatu ukuran ratio untuk

mengetahui tingkat pengembalian modal usaha. Komponen pada analisis ini

adalah pendapatan bersih dan jumlah penggunaan modal.


(34)

Produktivitas tenaga kerja adalah nilai produksi yang dihasilkan oleh satu

satuan tenaga kerja. Dalam kelayakan usahatani, produktivitas tenaga kerja

diperoleh dari perbandingan antara Total Pendapatan Tenaga (TPT) dengan total

tenaga kerja yang dicurahkan per usahatani dengan satuan Rp/HKO. Total

Pendapatan Tenaga (TPT) adalah jumlah penerimaan dikurangi seluruh ongkos

terkecuali biaya tenaga kerja (TKDK+ TKLK).

Rata-rata pendapatan per HKP petani (RPPH)

Pendapatan

Pendapatan (I) adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya per

usaha tani dengan satuan Rupiah.

I = TR-TC

( Suratiyah, 2008: 88-89).

Kriteria uji suatu usahatani dikatakan layak untuk diusahakan apabila:

R/C Ratio >1

RO I > i (tingkat suku bunga yang berlaku)

Produktivitas tenaga kerja > tingkat upah yang berlaku

Pendapatan > sewa lahan


(35)

Sejak tahun 2006, PT. STTC sebagai perusahaan rokok, melakukan

kemitraan dengan petani di Humbang Hasundutan untuk mengembangkan

budidaya tembakau White Burley (Tembakau Sigaret) sebagai bagian dari

komponen produksinya. Pelaksanaan kemitraan diatur dalam Memorandum of

Understanding (MoU) yang telah ditandatangani kedua belah pihak.

Dalam pelaksanaan kemitraan antar PT. STTC dengan petani tembakau

akan dilakukan sistem manajemen yaitu monitoring dan evaluasi yang akan

mengontrol sekaligus menilai bagaimana pelaksanaan kemitraan. Monitoring

adalah kegiatan mengamati pelaksanaan kemitraan dalam waktu yang sedang

berjalan, mencakup masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam bermitra dan

upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi. Kemudian

dilakukan evaluasi untuk menilai relevansi, efisiensi, efektivitas kemitraan secara

keseluruhan sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan dari pelaksanan

kemitraan di daerah penelitian.

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

PT. STTC

Kemitraan

Petani Tembakau

Pelaksanaan Kemitraan

Monitoring

Masalah

Evaluasi


(36)

= menyatakan hubungan

= menyatakan kemitraan

Gambar 1. Monitoring dan Evaluasi Pola Kemitraan Perusahaan Sumatra

Tobacconesia Trader Company Dengan Petani Tembakau Di

Humbang Hasundutan.

Hipotesis Penelitian

1.

Pola kemitraan antara PT.STTC dengan petani tembakau di daerah

penelitian adalah pola sub-kontrak. Petani sebagai mitra dari perusahaan

STTC memproduksi tembakau sebagai bagian dari komponen produksi

perusahaan.

2.

Tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan antara PT. STTC dengan

petani tembakau adalah tinggi.

3.

Usaha tani tembakau secara ekonomi layak untuk diusahakan oleh

petani.

Tinggi

Sedang

Rendah

Layak

Tidak

layak


(37)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sosor Gonting, Kecamatan Doloksanggul,

Kabupaten Humbang Hasundutan. Daerah penelitian ditentukan secara Purposive

(sengaja) dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan salah satu dari

tiga desa yang mengusahakan tembakau yaitu desa Sileang dengan luas tanam

25Ha, desa Hutaraja 30Ha dan desa Sosor Gonting 56 Ha (Kantor Kecamatan


(38)

Dolok Sanggul), dari data yang diperoleh desa Sosor Gonting merupakan desa

yang memiliki luas tanam tembakau terluas dan telah melakukan kemitraan

dengan PT.STTC sejak tahun 2006 yang dilaksanakan dalam bentuk

Memorandum of Understanding (MoU).

Metode Penentuan Sampel Penelitian

Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan

tanaman tembakau dan telah bermitra dengan PT. STTC yaitu sebanyak 104 KK,

yang tergabung dalam satu kelompok tani yang bernama Asli. Penelitian

dilakukan secara sensus yaitu seluruh petani tembakau yang berjumlah 104KK di

daerah penelitian menjadi sampel penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

sekunder. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait serta literatur, sedangkan

data primer yang dibutuhkan diperoleh dari metode:

1.

Kuesioner, data direkam dengan menggunakan kuesioner yang telah

dibuat dan disebarkan kepada responden.

2.

Wawancara, dilakukan apabila jawaban yang diberikan oleh responden

dalam kuesioner belum terungkap jelas sehingga perlu menggunakan

wawancara lisan.

Metode Analisis Data


(39)

Data yang diperoleh, terlebih dahulu ditabulasi kemudian diolah secara

manual, lalu dijabarkan secara deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan

penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencatatan

(deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian yang terjadi. Dalam arti ini,

penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata dan

tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, uji hipotesis atau

mendapatkan makna dan implikasi dari penelitian tersebut (Wirartha, 2006: 155).

Hipotesis 1, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjelaskan

bagaimana pola kemitraan antara PT. STTC dengan petani tembakau di daerah

penelitian.

Hipotesis 2, dianalisis dengan melihat sejauhmana tingkat keberhasilan

pelaksanaan kemitraan dengan MoU yang telah ditetapkan. Penilaian dilakukan

dengan penggunaan skor. Dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Pengukuran Tingkat Keberhasilan Kemitraan PT.STTC dengan

Petani Tembakau Yang Diimplementasikan dari Memorandum of

Understanding (MoU)

No

Perencanaan sesuai

MoU (Memorandum

Of Understanding)

Pengukuran

Penilaian

Skor

1

Pemerintah

mempersiapkan

petani/kelompok tani

peserta pengembangan

tanaman tembakau

menyangkut

pengorganisasian,

1.

Pemerintah mempersiapkan

petani dalam menetapkan jadwal

penanaman tembakau

2.

Pemerintah mempersiapkan

petani untuk menentukan lokasi

penanaman tembakau

3.

Pemerintah mempersiapkan

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

2

1

2

1

2


(40)

bimbingan teknis,

penyediaan sarana dan

prasarana pendukung.

petani dalam pembibitan

tembakau

4.

Pemerintah mempersiapkan

petani dalam tata cara

penanaman tembakau

5.

Pemerintah mempersiapkan

petani mengenai cara-cara

pemeliharaan tanaman tembakau

6.

Pemerintah membantu petani

bagaimana cara-cara pemanenan

tembakau

7.

Pemerintah mempersiapkan

sarana/ alat-alat pertanian yang

dibutuhkan oleh petani dalam

penanaman tembakau seperti

cangkul, handsprayer, sabit,

polibag dll

8.

Pemerintah mempersiapkan/

membenahi jalur transportasi ke

ladang Petani

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

Perusahaan membeli

semua produksi

tembakau rakyat dalam

bentuk daun kering

(krosok) yang

memenuhi kriteria dan

mutu yang ditetapkan.

1.

Apabila produksi tembakau

petani tidak sesuai mutu/kriteria,

PT. STTC tetap mau membelinya

2.

PT. STTC tetap mau membeli

produksi petani apabila

produksinya ditahan / di timbun

untuk beberapa bulan

3.

Ada jaminan atau berupa ganti

rugi dari Pihak PT.STTC kepada

petani apabila terjadi gagal panen

4.

PT. STTC membeli produksi

petani tepat waktu setiap musim

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

2

1

2

1

2

1

2

1

No

Perencanaan sesuai

MoU (Memorandum

Of Understanding)

Pengukuran

Penilaian

Skor

3

Perusahaan membantu

petani untuk

pengadaan sarana

produksi berupa: benih,

bimbingan teknis,

sarana pasca panen dan

sarana pendukung

lainnya.

1.

PT. STTC membantu petani

dalam pengadaan benih

tembakau

2.

PT. STTC membantu petani

dalam pembibitan tanaman

tembakau

3.

PT. STTC membantu petani

cara-cara penanaman tanaman

tembakau

4.

PT. STTC membantu petani

cara-cara pemeliharaan tanaman

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

2

1

2

1

2

1

2

1


(41)

tembakau

5.

PT. STTC membantu petani

cara-cara pemanenan tanaman

tembakau

6.

PT. STTC membantu petani

dalam penyediaan sarana pasca

panen dan sarana pendukung

lainnya mis cutter, seng, alat

untuk pengepakan dan

pengeringan dll

7.

Pemberian sarana produksi

sesuai dengan luas lahan petani

8.

Harga sarana produksi yang

diberikan oleh PT.STTC sesuai

dengan harga di pasaran

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

2

1

2

1

2

1

2

1

4

Pemerintah dan

perusahan secara

bersama-sama

meninjau dan

menetapkan perubahan

harga setiap musim

tanam

1.

Petani ikut terlibat dalam

penetapan harga per musim

tanam

2.

Harga yang di tetapkan per

musim tanam sesuai dengan

harga di pasaran

3.

Pernahkah PT.STTC mengurangi

harga produksi petani dari harga

yang ditetapkan sebelumnya

4.

Penetapan perubahan harga

dilakukan per musim tanam

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

2

1

2

1

2

1

2

1

No

Perencanaan sesuai

MoU (Memorandum

Of Understanding)

Pengukuran

Penilaian

Skor

5.

Perusahaan dan

pemerintah

bersama-sama melaksanakan

pembinaan dan

pengawasan kepada

petani menyangkut

kultur teknis, mutu,

panen, dan pengawasan

pasar.

1.

Pemerintah dan PT.STTC

melaksanakan pembinaan dan

pengawasan kepada Petani untuk

meningkatkan mutu/kualitas

krosok (daun kering)

2.

Pemerintah dan PT.STTC

melaksanakan pembinaan dan

pengawasan kepada petani dalam

pemanenan daun tembakau

3.

Pemerintah dan PT.STTC

melaksanakan pembinaan dan

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

2

1

2

1

2

1


(42)

Dari Tabel 1 dapat diketahui skor keberhasilan pelaksanaan kemitraan

berada diantara 27-54. Apabila skor berada diantara:

27-35

= Tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan rendah

36-45

= Tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan sedang

46-54 = Tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan tinggi

Hipotesis 3, dianalisis dengan menggunakan analisis kelayakan usahatani

yaitu: R/C Ratio, Return Of Investment (ROI), Produktivitas tenaga kerja, dan

Pendapatan.

Hipotesis 4, dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan

masalah-masalah apa saja yang dialami oleh PT. STTC dengan petani tembakau dalam

bermitra .

Hipotesis 5, dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan upaya-upaya

apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam

bermitra.

Definisi Dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam

penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

Definisi

1.

Monitoring adalah suatu kegiatan untuk memastikan dan

mengendalikan keserasian pelaksanaan program dengan perencanaan

yang telah ditetapkan.

pengawasan pasar atau penjualan

kepada petani


(43)

2.

Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan informasi dengan

menggunakan standart dan seperangkat kriteria untuk menarik

kesimpulan dan menyusun pertimbangan.

3.

Kemitraan adalah kerjasama yang dilakukan oleh PT. STTC dengan

petani tembakau, dilihat dari pola kemitraannya.

4.

Curahan tenaga kerja adalah besarnya penggunaan tenaga kerja pada

setiap tahapan pekerjaan pengolahan.

5.

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua

biaya.

6.

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual.

7.

Kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah

Analisis Titik Return Of Investment (ROI), Revenue Cost Ratio (R/C

ratio), Produktivitas tenaga Kerja dan pendapatan.

Batasan Operasional

1.

Daerah penelitian adalah desa Sosor gonting, Kec.Doloksanggul, Kab.

Humbang Hasundutan.

2.

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh petani tembakau di desa

Sosor Gonting, Kec.Doloksanggul, kab. Humbang Hasundutan.


(44)

(45)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Luas dan Letak Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Sosor Gonting Kecamatan Dolok Sanggul

Kabupaten Humbang Hasundutan. Desa ini memiliki tiga dusun yaitu dusun I,

dusun II dan dusun III. Desa ini memiliki luas wilayah 616,799 Ha dan berada di

ketinggian 1.350 meter dari permukaan laut (mdpl). Jarak desa penelitian dengan

ibukota kecamatan dan kabupaten sekitar 3 Km sementara dengan ibukota

propinsi ±300 Km.

Desa penelitian memiliki batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Pollung

Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Pakkat Dolok, Pasaribu

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Sileang

Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Hutaraja, Bonani Onan


(46)

Jenis penggunaan lahan di desa ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Jenis Penggunaan Lahan di Desa Penelitian Tahun 2011

No

Jenis Penggunaan Lahan

Luas (Ha)

Persentase (%)

1

Sawah

200

32,42

2

Ladang

243

39,40

3

Pemukiman

45

7,30

4

Tanah yang belum dikelola

128.799

20,88

Jumlah

616,799

100

Sumber: Data Monografi Desa Penelitian Tahun 2011

Pada Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan untuk

sawah adalah seluas 200 Ha (32,42%), sedangkan untuk ladang adalah 243 Ha

(39,40 %) termasuk lahan yang ditanami tembakau 56 Ha, dan untuk pemukiman

adalah 45 Ha (7,30%) sedangkan tanah yang belum dikelola (lahan tidur) 128,80

Ha (20,88%).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada tanah yang belum

dikelola yaitu sebesar 128,80 Ha, keadaan ini dapat menjadi peluang bagi

masyarakat untuk membuka dan mengolah lahan untuk pertanian khususnya

tanaman tembakau.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di desa penelitian adalah berjumlah 1.728 jiwa atau 318

KK seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 3. Keadaan Penduduk di Desa Penelitian Tahun 2011

No

Jenis Kelamin

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1

Laki-laki

930

53,82

Perempuan

798

46,18

Jumlah

1728

100


(47)

Sumber: Data Monografi Desa Penelitian Tahun 2011

Tabel 3 menunjukkan keadaan penduduk desa penelitian yang terdiri dari

laki-laki berjumlah 930 jiwa (53,82%) dan perempuan berjumlah 798 jiwa

(46,18%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di desa penelitian jumlah

penduduk laki-laki lebih besar dari jumlah penduduk perempuan.

Selanjutnya distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa Penelitian

Tahun 2011.

No

Umur (Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1

0-7

154

8,91

2

8-13

375

21,70

3

14-18

210

12,15

4

18-25

180

10,41

5

26-45

310

17,93

6

46-57

191

11,05

7

57 ke atas

298

17,24

Jumlah

1728

100

Sumber: Data Monografi Desa Penelitian tahun 2011

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa kelompok umur 0-7 tahun berjumlah 154

jiwa (8,91 %), kelompok umur 8-13 tahun 375 jiwa (21,70 %), kelompok umur

14-18 tahun 210 jiwa (12,15 %), kelompok umur 18-25 tahun 180 jiwa (10,41%),

kelompok umur 26-45 tahun 310 jiwa (17,93%), kelompok umur 46-57 tahun 191

jiwa (11,05%), dan kelompok umur diatas 57 tahun 298 jiwa (17,24%).

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk dengan

kelompok umur 14-57 tahun adalah 51,54 %, artinya desa ini memiliki cukup

tenaga kerja produktif.


(48)

Penduduk di desa penelitian memiliki jenis pekerjaan yang terdiri dari

petani, PNS/Pensiunan dan lain-lain.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Penelitian

Tahun 2011

No

Uraian

Jumlah Penduduk (KK)

Persentase (%)

1

PNS/Pensiunan

46

14,46

2

Petani

217

68,23

3

Lainnya

55

17,29

Jumlah

318

100

Sumber. Data Monografi Desa Penelitian tahun 2011

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk desa penelitian

adalah bermata pencaharian sebagai petani yaitu 217 KK atau 68,23%, sementara

penduduk yang bermata pencaharian lain (wiraswasta, sopir, tukang) adalah 55

KK atau 17,29 %, dan penduduk yang bermata pencaharian PNS/pensiunan

adalah 46 KK atau 14,46%.

Gambaran penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 6. Distribusi penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa

Penelitian Tahun 2011

No

Tingkat Pendidikan

Jumlah (jiwa)

Persentase(%)

1

Belum sekolah

45

2,6

2

Tidak Sekolah

180

10,41

3

TK

84

4,86

4

SD

545

31,53

5

SLTP

415

24,01

6

SMA

325

18,80

7

D3

68

3,93

8

S1

76

4,39

Jumlah

1728

100

Sumber: Data Monografi Desa Penelitian Tahun 2011

Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang belum

sekolah sebanyak 2,6 %, yang tidak sekolah sebanyak 10,41 %, tingkat


(49)

pendidikan TK dan SD 36,39% , tingkat pendidikan menengah SMP dan SMA

sebanyak 42,81% dan tingkat pendidikan tinggi D3 dan S1 sebanyak 8,32%.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan maka tingkat pendidikan SMP dan

SMA memiliki jumlah yang paling banyak yaitu sekitar 42,81 %. Hal ini

menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian sudah memandang pendidikan

formal sangat penting untuk mengubah pola pikir dan cara pandang serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintahan Desa

Desa penelitian dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang bertugas untuk

mengorganisasi struktur pemerintahan desa yang tujuannnya untuk membantu

kepentingan masyarakat yang berhubungan dengan pembangunan desa kepada

pemerintah daerah dan pusat. Dalam menjalankan tugasnya kepala desa dibantu

oleh seorang Sekretaris Desa, seorang Bendahara Desa dan tiga orang Kepala

Dusun untuk tiap-tiap dusun dalam satu kesatuan desa.

Sarana dan Prasarana Desa

Tersedianya sarana dan prasarana desa adalah faktor yang sangat penting

dalam pembangunan masyarakat desa. Sarana dan prasarana yang baik akan

mendukung kelancaran perekonomian desa, khususnya dalam pemasaran

hasil-hasil pertanian.


(50)

Sarana dan prasarana yang terdapat di daerah penelitian adalah sebagai

berikut:

Tabel 7. Sarana dan prasarana di desa penelitian tahun 2011

No

Fasilitas

Sarana dan Prasarana

Jumlah

1

Pendidikan

SD

SLTP

1

1

2

Kesehatan

Puskesmas pembantu

1

3

Peribadatan

Gereja

1

4

Sosial

Balai Desa

1

Sumber: Data Monografi Desa Penelitian Tahun 2011

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa ketersediaan sarana dan prasarana di

bidang pendidikan, kesehatan, peribadatan dan sosial sudah cukup baik, akan

tetapi masih perlu di benahi khususnya di bidang pendidikan, karena di desa ini

hanya terdapat SD dan SLTP sedangkan SMA berada di ibukota kecamatan.

Di daerah penelitian hanya terdapat satu unit puskesmas pembantu,

padahal jarak antara dusun lumayan jauh dengan puskesmas, sehingga di harapkan

pemerintah dapat menambah pelayanan kesehatan dan tenaga medis yang

memadai di daerah penelitian, sehingga masyarakat memperoleh pelayanan

kesehatan yang baik untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Fasilitas

peribadatan dan sosial juga sudah cukup baik dan memadai di daerah penelitian.


(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Kemitraan PT.Sumatra Tobacconesia Trader Company (PT. STTC)

Dengan Petani Tembakau

Sejak tahun 2006 petani tembakau desa Sosor Gonting melalui Pemerintah

Humbang Hasundutan mengadakan perjanjian kerja sama dalam bentuk

Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT. Sumatra Tobbaconesia Trader

Company (PT. STTC) dalam hal pengembangan tembakau rakyat di Kabupaten

Humbang Hasundutan, dengan ketentuan sebagai berikut:

1.

Pemerintah mempersiapkan petani ataupun kelompok tani dalam hal

pengorganisasian, bimbingan teknis, penyediaan sarana dan prasarana

pendukung dalam usahatani tembakau.


(52)

2.

Perusahaan membeli semua produk tembakau rakyat dalam bentuk daun

kering atau krosok yang memenuhi kriteria dan mutu dengan harga yang

telah disepakati oleh kedua belah pihak.

3.

Perusahaan membantu petani dalam pengadaan sarana produksi berupa :

benih, bimbingan teknis, sarana pasca panen, dan sarana pendukung

lainnya.

4.

Pemerintah dan Perusahaan bersama-sama meninjau dan menetapkan

perubahan harga setiap musim tanamnya.

5.

Perusahaan dan Pemerintah melaksanakan pembinaan dan pengawasan

kepada petani menyangkut kultur teknis, mutu, panen dan pengawasan

pasar.

Selama lebih kurang 5 tahun berjalannya kemitraan, masyarakat banyak

merasakan manfaatnya khususnya dalam peningkatan kesejahteraan keluarganya.

Setelah bermitra masyarakat memiliki pasar yang jelas untuk produk tembakau

mereka dan dengan harga yang sesuai dengan kesepakatan.

Dengan adanya kemitraan maka masyarakat semakin mudah dalam

memasarkan produksinya, karena perusahaan langsung datang ke petani untuk

membeli daun tembakau keringnya dua kali dalam sebulan di tempat yang telah

disepakati, biasanya di tengah-tengah halaman kampung.

Dalam hal bimbingan teknis dan penyuluhan pemerintah dan perusahaan

bersama-sama melaksanakannya. Sekali dalam tiga bulan perusahaan

mengirimkan tenaga penyuluh kepada petani untuk memberikan bimbingan,

penyuluhan dan informasi yang berkembang dalam kemitraan. Sedangkan dari


(1)

Lampiran 14. Kelayakan Usahatani Per Hektar Dilihat Dari Produktivitas Tenaga kerja No

Sampel

Luas

Lahan Total Pendapatan Total Tenaga Kerja Produktivitas Tenaga

(Ha) Tenaga (TPT))(Rp) (HKO) Kerja (Rp/HKO)

1 1 30.480.833 193,3 157.687

2 0,68 24.165.960 127,71 189.225

3 0,32 26.585.094 88,53 300.295

4 0,32 23.054.103 91,71 251.380

5 0,56 30.546.880 119,64 255.323

6 0,6 31.479.277 145,6 216.204

7 0,8 34.863.531 168 207.521

8 1 33.591.533 198,86 168.921

9 0,52 31.734.994 125,32 253.232

10 0,48 25.393.860 97,12 261.469

11 0,48 14.686.221 104,03 141.173

12 0,8 31.323.793 168,03 186.418

13 0,32 27.604.366 92,78 297.525

14 0,36 29.995.944 102,19 293.531

15 0,4 35.448.250 114,67 309.133

16 0,56 26.323.280 139,1 189.240

17 0,64 30.106.969 142,37 211.470

18 0,32 23.898.897 95,37 250.591

19 0,8 29.827.126 175,94 169.530

20 1 33.597.084 191,64 175.314

21 0,36 31.339.231 104,89 298.782

22 0,68 29.973.804 129,77 230.976

23 0,48 29.753.063 101,52 293.076

24 0,32 30.800.459 93,48 329.487

25 0,32 29.062.438 93 312.499

26 0,4 29.630.750 110,9 267.184

27 0,32 21.844.731 96,19 227.100

28 0,36 26.708.908 114,31 233.653

29 0,8 33.037.855 178,65 184.931

30 1 30.700.167 205,55 149.356

31 0,4 27.979.500 106,36 263.064

32 0,32 30.503.063 98,59 309.393

33 0,16 42.031.706 50,27 836.119

34 0,72 25.229.510 151,89 166.104

35 0,32 24.186.916 96,64 250.279

36 1 28.627.167 210,81 135.796

37 0,52 24.596.552 120,51 204.104

38 0,44 28.423.091 109,45 259.690

39 0,4 24.939.918 94,16 264.867

40 0,64 25.963.611 136,1 190.769

41 0,4 27.760.333 94,04 295.197

42 0,48 23.173.375 103,59 223.703

43 0,32 19.555.762 97,44 200.695

44 0,4 31.874.083 93,35 341.447

45 0,32 16.975.978 88,33 192.188

46 0,32 33.224.938 85,74 387.508

47 0,56 24.465.989 119,49 204.753

48 0,36 25.495.019 103,76 245.711

49 0,32 18.962.334 85,61 221.497

50 0,4 29.573.250 92,53 319.607


(2)

51 1 29.814.133 196,37 151.826

52 1 30.579.917 201,75 151.573

53 0,44 28.628.773 106,98 267.609

54 0,6 20.543.722 123,55 166.279

55 0,8 24.702.541 146 169.195

56 0,36 27.367.242 105,92 258.377

57 0,48 26.333.331 111,48 236.216

58 0,52 21.866.885 119,47 183.032

59 0,6 24.676.500 129,53 190.508

60 0,32 24.230.147 84,72 286.003

61 0,32 26.331.709 86,12 305.756

62 0,8 30.214.834 147,69 204.583

63 0,36 25.828.814 108,77 237.463

64 0,36 31.209.681 107,57 290.134

65 0,72 23.962.843 137,3 174.529

66 0,6 21.069.833 125,68 167.647

67 0,32 28.677.541 92,13 311.273

68 0,32 23.703.584 89,12 265.974

69 0,36 27.743.861 109,81 252.653

70 1 25.892.250 204,67 126.507

71 0,44 21.667.789 115,41 187.746

72 1 30.153.000 205,05 147.052

73 0,4 22.133.250 102,38 216.187

74 0,6 28.584.167 126,96 225.143

75 1 25.285.500 205,46 123.068

76 0,48 24.969.904 117,72 212.113

77 0,36 24.554.742 107,83 227.717

78 1 25.746.166 206,01 124.975

79 0,32 27.257.231 87,91 310.058

80 0,36 30.930.667 107,07 288.883

81 0,56 20.443.464 113,61 179.944

82 0,08 58.515.500 30,97 1.889.425

83 0,32 24.524.938 89,17 275.036

84 0,52 21.917.783 104,09 210.566

85 0,32 24.921.813 89,94 277.094

86 0,4 23.557.835 97,07 242.689

87 1 28.828.000 207,18 139.145

88 0,64 29.271.031 131,08 223.307

89 0,16 39.608.794 45,53 869.949

90 0,6 25.343.305 125,77 201.505

91 0,6 24.728.722 126,48 195.515

92 1 29.538.667 205,69 143.608

93 0,56 26.816.679 112,38 238.625

94 1,08 31.467.858 222,01 141.741

95 0,36 23.399.417 107,09 218.502

96 0,8 32.395.250 146,55 221.053

97 0,48 33.230.840 103,34 321.568

98 1 29.749.167 200,77 148.175

99 0,56 25.449.120 112,17 226.880


(3)

104 0,6 22.343.722 126,75 176.282

Total 56,36 2.868.995.988 12879,54 26.577.531


(4)

Lampiran 15. Rata-rata Pendapatan per HKP (RPPH) No

Total Pendapatan

Tenaga Jumlah TKDK RPPH

Sampel (TPT) (Rp)

1 30.480.833 172,06 177.152 2 24.165.960 167,79 144.021 3 26.585.094 238,22 111.600 4 23.054.103 247,09 93.301 5 30.546.880 187,45 162.963 6 31.479.277 211,13 149.097 7 34.863.531 184,79 188.668 8 33.591.533 172,26 195.005 9 31.734.994 209,56 151.438 10 25.393.860 179,48 141.486 11 14.686.221 190,38 77.144 12 31.323.793 188,96 165.767 13 27.604.366 252,53 109.311 14 29.995.944 240,31 124.824 15 35.448.250 243,48 145.593 16 26.323.280 208,68 126.143 17 30.106.969 195,59 153.926 18 23.898.897 262,16 91.163 19 29.827.126 196,19 152.034 20 33.597.084 169,14 198.635 21 31.339.231 252,00 124.362 22 29.973.804 161,84 185.208 23 29.753.063 180,50 164.837 24 30.800.459 250,19 123.110 25 29.062.438 249,31 116.570 26 29.630.750 235,20 125.981 27 21.844.731 263,00 83.060 28 26.708.908 274,78 97.202 29 33.037.855 200,74 164.582 30 30.700.167 180,61 169.980 31 27.979.500 228,33 122.542 32 30.503.063 269,31 113.263 33 42.031.706 267,63 157.054 34 25.229.510 189,39 133.215 35 24.186.916 266,09 90.896 36 28.627.167 186,72 153.316 37 24.596.552 199,56 123.255 38 28.423.091 214,55 132.481 39 24.939.918 208,33 119.716 40 25.963.611 189,22 137.215 41 27.760.333 208,50 133.143 42 23.173.375 190,54 121.618 43 19.555.762 206,12 94.876 44 31.874.083 205,75 154.917 45 16.975.978 246,66 68.824


(5)

51 29.814.133 167,22 178.293 52 30.579.917 177,76 172.029 53 28.628.773 209,95 136.357 54 20.543.722 178,02 115.403 55 24.702.541 161,71 152.756 56 27.367.242 258,50 105.869 57 26.333.331 198,08 132.941 58 21.866.885 196,52 111.271 59 24.676.500 183,62 134.391 60 24.230.147 238,56 101.567 61 26.331.709 242,50 108.584 62 30.214.834 163,43 184.885 63 25.828.814 265,31 97.355 64 31.209.681 263,50 118.443 65 23.962.843 168,92 141.862 66 21.069.833 180,43 116.774 67 28.677.541 260,50 110.087 68 23.703.584 246,03 96.344 69 27.743.861 271,61 102.146 70 25.892.250 181,01 143.043 71 21.667.789 229,68 94.338 72 30.153.000 178,90 168.547 73 22.133.250 227,88 97.129 74 28.584.167 180,60 158.273 75 25.285.500 176,16 143.537 76 24.969.904 213,90 116.739 77 24.554.742 263,08 93.334 78 25.746.166 177,80 144.804 79 27.257.231 248,09 109.867 80 30.930.667 264,69 116.854 81 20.443.464 175,95 116.191 82 58.515.500 343,25 170.475 83 24.524.938 246,22 99.606 84 21.917.783 172,88 126.777 85 24.921.813 248,19 100.415 86 23.557.835 215,23 109.457 87 28.828.000 180,21 159.969 88 29.271.031 175,20 167.069 89 39.608.794 243,69 162.539 90 25.343.305 179,57 141.136 91 24.728.722 184,90 133.741 92 29.538.667 182,13 162.185 93 26.816.679 175,63 152.693 94 31.467.858 180,76 174.087 95 23.399.417 261,42 89.510 96 32.395.250 163,56 198.060 97 33.230.840 188,44 176.349 98 29.749.167 177,06 168.017 99 25.449.120 175,25 145.216 100 29.911.397 248,19 120.519 101 24.413.306 251,78 96.964 102 27.185.000 217,73 124.859 103 25.672.333 182,30 140.825


(6)

104 22.343.722 185,07 120.733 Total 2.868.995.988 22.097,16 13.824.163 Rataan 27.586.500 212,47 132.925