Pembiayaan syirkah milk pada PT. Tabungan Negara Negara Syariah (PERSERO), TBK cabang Bekasi: analisa undang-undang Kemenpera No. 1 Tahun 2011

PEMBIAYAAN SYIRKAH MILK PADA PT. TABUNGAN
NEGARA NEGARA SYARIAH (PERSERO), TBK CABANG BEKASI
(ANALISA UNDANG-UNDANG KEMENPERA NO. 1 TAHUN 2011)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

ISMAIL KHAIRURRIJAL
NIM 208046100046

KONSENTERASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI FAKULTAS MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H / 2015 M

ABStRAK
Nama
: Ismail Khairurrijal
Program Studi: Mu'amalatJPerbankan Syariah

Judul
: PEMBIAYAAN SYIRKAH MILK PADA PT. BANK
TABUNGAN NEGARA SYARIAH (PERSERO), TBK
CABANG BEKASI (ANALISA UNDANG-UNDANG
KEMENPERA NO.1 TAHUN 2011)
Bank syariah sesuai dengan fungsinya sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat, memiliki andil besar dalam pemberian fasilitas pembiayaan
perumahan yang dibutuhkan masyarakat. Tingginya atas permintaan yang ada
merupakan suatu pemacu sekaligus tantangan bagi lembaga perbankan dalam
memberikan berbagai bentuk fasilitas produk perbankan syariah mengenai
kepemilikan rumah yang layak dan aman.
Penelitian ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai bagaimana
pelaksanaan akad pembiayaan syrikah ai-milk dalam produk Kongsi Pemilikan
Rumah Syariah (KPRS) pada BTN Syariah di Cabang Bekasi, dalam hal
kesesuaian pengaturan akad dengan pelaksanaannya di Penelitian ini termasuk
jenis penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Data penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama
penelitian ini. Sedangkan data sekunder digunakan sebagai pendukung data
primer. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara terstruktur (interview
guide). Wawancara dilakukan secara mendalam (in depth interviewing). Untuk

mengumpulkan data sekunder digunakari' teknik mencatat dokumen. Teknik
anal isis yang digunakan bersifat kualitatif, dengan menggunakan teknik
analisis data interaktif (interactive model of analysis), yaitu proses analisis
dengan menggunakan tiga komponen yang terdiri dari reduksi data, sajian
data, dan kemudian penarikan kesimpulan yang aktifitasnya berbentuk interaksi
dengan pengumpulan data sebagai proses siklus antara tahap-tahap tersebut.
Pelaksanaan pembiayaan kongsi pemilikan rumah syariah (KPRS) di BTN Syariah
menggunakan akad syirkah milk. Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah
Syariah (KPRS) menggunakan akad musyarakah dan ijarah yang diatur dalam
ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
08/DSN-MUIJIV/2008 tentang Pembiayaan Musyarakah dan Fatwa
Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 09/DSN-MUI/IV/2008 tentang
segala hal terkait pedoman pelaksanaan pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah
Syariah (KPRS) tertuang dalam surat perjanjian yang ditanda tangani oleh bank,
nasabah dan saksi-saksi yang dilakukan dihadapan notaris.
Kata kunci : Pembiayaan, Syrikah Milk, UU Kemenpera

v


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT senantiasa penulis panjatkan, karena rahmat
serta kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan pendidikan strata 1 pada universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam, yang mengiringi rasa syukur penulis hadiahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan paling sempurna dalam sikap dan tutur
katanya.Rasa bahagia dan haturan terima kasih atas jasa yang tak akan terbalas hingga
terselesaikannya skripsi ni yang berjudul berjudul “PEMBIAYAAN SYIRKAH MILK
PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH (PERSERO), TBK CABANG
BEKASI (ANALISA UNDANG-UNDANG KEMENPERA NO.1 TAHUN 2011)” penulis
mempersembahkan untuk kedua orang tua tercinta, yang dengan doa’, kesabaran, perhatian,
serta kasih sayangnya membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada para pihak yang telah
membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih penulis haturkan kepada :
1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH selaku Ketua Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Abdurrauf, Lc, MA selaku Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH. MA. MH selaku Pembimbing Skripsi yang telah
membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi.

5. Seluruh dosen dan staf pada program studi Muamalat atas segala motivasi, ilmu pengetahuan,
bimbingan, wawasan, dan pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi.
Seluruh dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi

6. Bapak Ivan Fuadi selalu bagian Kasdep akad kontrak kerja sama dengan pihak lembaga
perbankan syariah, yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan informasi untuk
penelitian ini.

7. Buat Ayah dan Ibu ku yang selalu tidak berhenti memberi motivasi, semangat dan kerja keras
untuk menyelesaikan studi program muamalat dan skripsi akhir saya, semoga doa dan
bimbingannya akan selalu saya ingat samapi akhir nanti.

8. Adik-adikku tercinta Anis dan Nabil yang selalu menyemangati dan membantu selama proses
studi baik secara moril maupun materil. Makasih yaa.. ^_^ semoga keluarga besar kita selalu
hidup rukun dan bahagia.


9. Buat Mpus Molly, orang yang selalu mensuport penulis dalam kondisi apapun sampai skripsi
ini terselesaikan, terima kasih atas segala bantuan dan doanya. Semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan, rezeki dan kebahagian dalam hidupnya.

10. Buat bang oman, bang anwar dan bang asrun makasih banyak udah mau ngajarin, membantu,
nemenin, dan meluangkan waktunya untuk berbagi tukar informasi skripsi yang saya kerjakan,
serta yang suka bercanda dan suka kumpul bareng di rumah bang oman yang sudah ngerepotin
rumahnya buat diberantakin terus ya.. maaf yaa dan terima kasih banyak..

11. Buat saudara-saudaraku yang tercinta donny, tio, ayu, rafi, e’kel, salwa yang selalu
mendorong dan mengingatkan untuk segera menyelesaikan studi ini.

12. Buat kawan-kawan prodi Muamalat PS B 2008, Nuzulur Rohman, Uwaisul Firdaus, Sata
(Makasih banyak atas bantuanya) anwar, asrun, hendrik, mario, usro, yofi, didi, tiar, ikhsan
dan yang lainnya, semoga silaturahmi kita tetap terjalin dimana pun dan kapan pun yaa..

13. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini dan tidak
dapat disebutkan satu persatu.


Jakarta, 2 Januari 2015
Penulis

Ismail Khairurrijal
vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................
LEMBARPENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………………………….. .......
LEMBAR PERNYATAAN ..........................................................................
ABSTRAK ……………………………………………………………….. ....
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ...
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ...
BAB I

i
ii
iii

iv
v
vi
viii

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah …………..………….... .................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …….…….. .................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………. .................. 6
D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ……..…… ................. 8
E. Sistematika Penulisan …………………………… ................. 10

BAB II

LANDASAN TEORITIS
A. Teori Pembiayaan ……………………………... .................... 12
1. Definisi Pembiayaan dan Tujuan ……………. ................ 14
2. Prinsip Analisis Pembiayaan ……….………… ............... 15
3. Dasar hukum Operasional Pembiayaan ………. ............... 18
B. Musyarakah …………….…..…………………... ............ 20

1. Definisi Landasan, Rukun Syarat Musyarakah .. ......... 22
2. Jenis-Jenis Musyarakah ……………..………. ........... 25
3. Ketentuan Umum Pembiayaan Musyarakah …........... 27
C.

UU Kemenpera Pada Pembiayaan Perumahan dan
Pemukiman terhadap Lembaga Perbankan ……… ........ 28

D.

Kajian Pustaka Terdahulu ………………………… ...... 32
viii

BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian …………………………... .................... 33
B. Jenis dan Sumber Data ………………………… ..................... 35
C. Wilayah Penelitian …………………………….... .................... 39
D. Metode Pengumpulan Data …………..…………. .................... 39
a. Observasi ……………..……………… ............................. 40
b. Wawancara …………………………... ............................. 41

c. Dokumentasi …………………………. ............................. 43
E. Teknik Analisa Data ………………….…………. .................... 43
F. Teknik Penulisan ………………………………… ................... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pembiayaan Musyarakah Syrikah Milk di BTN
Syariah Cabang Bekasi .......................................................... 46
B. Strategi Peningkatan Pembiayaan Musyarakah Syirkah Milk
berdasarkan padaUU Kemenpera…………………..…….. ..... 49
C. Analisa SWOT pada Pembiayaan Musyarakah Syrikah Milk
Berdasarkan padaUU Kemenpera……………………...... ...... 55

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………..... ..... 60
B. Saran-Saran ………………………………..……………….... 61

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… ......... 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN


ix

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar (medium of exchange),

bukan sebagai barang dagangan (komoditas) yang diperjual belikan. Ketentuan ini
telah banyak dibahas ulama seperti Ibnu Taymiyah, Al-Ghazali, Al-Maqrizi, Ibnu
Khaldun dan lain-lain. Hal dipertegas lagi Choudhury dalam bukunya “Money in
Islam: a Study in Islamic Political Economy”, bahwa konsep uang tidak
diperkenankan untuk diaplikasikan pada komoditi, sebab dapat merusak
kestabilan moneter sebuah negara.
Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan
kepentingan yang tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa bantuan dan jasa orang
lain. Kerenanya dapat dibenarkan bila dikatakan bahwa akad merupakan sarana

sosial yang ditemukan oleh peradaban umat manusia untuk mendukung
kehidupannya sebagai makhluk sosial.
Islam tidak mengenal adanya sistem money demand for speculation,
karena spekulasi tidak diperbolehkan. Islam menjadikan harta sebagai obyek
zakat. Uang adalah milik masyarakat, sehingga menimbun uang dan tidak
menggunakannya untuk kegiatan produktif adalah dilarang, karena hal itu berarti
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat

2

Memiliki sebuah rumah adalah suatu kebutuhan dasar dari semua orang,
untuk memperolehnya setiap orang akan mengusahakannya baik dengan
membangun sendiri, menyewa dari orang lain atau membelinya. Tetapi pada saat
sekarang ini membeli sebuah rumah adalah pemasalahan yang sulit bagi
masyarakat, hal ini dikarenakan harga rumah yang sangat mahal. Pembelian
rumah secara tunai untuk masa yang sekarang sangat tidak mungkin bagi
masyarakat kebanyakan, maka pembelian diatur dengan angsuran atau cicilan
yang menjadi solusi pilihannya. Akan tetapi sisem pembelian secara angsuran ini
bias menggunakan fasilitas-fasilitas kredit pemilikan rumah dari bank-bank
konvensional yang menggunakan perhitungan bunga, yang kita ketahui bahwa
penggunaan system ini dilarang dalam ajaran agama Islam karena mengandung
unsur riba.
Riba secara istilah bermakna tamabahan (al-ziyadah), sedangkan secara
global dapatlah disebutkan bahwa dinisi riba adalah “Tambahan yang dapat dalam
akad yang berasal dari salah satu pihak, baik dari segi (perolehan) uang,
materi/barang, dan waktu tanpa ada usaha dari pihak yang menrima tambahan
tersebut.1
Apabila terjadi suatu kondisi dimana seluruh permintaan akan rumah tidak
terpenuhi, maka harga rumahakan naik. Namun sebaliknya jika tingkat
pertumbuhan populasi suatu daerah megalami penurunan, maka akan terjadi
kelebihan ketersedian rumah. Hal ini akan mengakibatkan harag rumah turun.
Tidak hanya laju pertumbuhan penduduk yang perlu dipertimbangankan, tetapi
Muhammad
Ismail
Yusanto,
“Bunga
bank
adalah
http;//konsultasi.wordpress.com/2007/02/02/apakah-bunga-bank-termasuk-riba-2/
1

Riba”

3

juga kemampuan daya beli masyarakat dalam membeli rumah dan pertumbuhan
ekonomi pun akan mempengaruhi pergerakan harga rumah. Solusi untuk
pemenuhan kebutuhan rumah dengan mudah diberikan oleh lembaga perbankan
melalui fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Sebagaimana diketahui bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.2 Pemenuhan kebutuhan dasar akan rumah ini sudah sejak
lama menarik perhatian bagi industry perbankan nasional. Awalnya, produk ini
dikembangkan oleh industry perbankan konvensional dalam bentuk Kredit
pemilikan Rumah (KPR), berikutnya setelah berlaku dual banking system di
Indonesia, nasabah tidak lagi berkonsentrasi dengan produk KPR yang ditawarkan
oleh bank Konvensional. Karena di industry perbankan syariah juga telah
menawarkan produk KPR Syariah. Dengan adanya produk KPR Syariah, bank
syariah sesungguhnya dapat menetapkan target market yang jelas dan tepat.
Contoh kasusnya, apabila pihak developer (pemerintah) mengeluarkan
Undang-undang

mengenai

masalah

pembiayaan

dan

pendanaan

untuk

memfasilitasi masyarakat untuk memiliki rumah maka selanjutnya pihak
developer (pemerintah) meninformasikan kepada seluruh lembaga perbankan
yang khususnya syariah agar dapat berkerjasama untuk membantu dan
memfasilitasi kepemilikan rumah dengan cara menyertakan modal dari pihak
developer (pemerintah) sebesar 30% dan pihak lembaga bank syariah 70%,
2

Indonesia, undang-undang tentang Perubahan atas undang-undang Nomor 7 tahun
1992 tentang perbankan, UU No. 10 tahun 1998, LN NO.182 tahun 1998, TLN No.3790, Pasal 1

4

dengan syaratdan ketentuan yang sudah diatur dalam perjanjian yang tertulis sejak
perjanjian dimulai dari kedua pihak yaitu; membangun perumahan atau
pemukiman dengan bersama, nisbah yang ditentukan juga dibagi bersama dan
kerugian juga ditanggung bersama oleh kedua pihak.
Implementasi dalam operasional perbankan syariah merupakan kerja sama
antara bank syariah dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu
barang antara bank syriah dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu
barang (benda). Dimana asset barang tersebut jadi milik bersama. Adapun besaran
kepemilikan dapat ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana yang
disertakan dalam kontrak atau dana yang disertakan dalam kontrak kerja sama
tersebut. Selanjutnya nasabah akan membayar (mengangsur) sejumlah modal/dana
yang dimiliki oleh bank syariah. Perpindahan kepemilikan dari porsi bank syariah
kepada nasabah seiring dengan bertambahnya jumlah modal nasabah dari
pertambahan angsuran yang dilakukan nasabah. Hingga angsuran berakhir berarti
kepemilikan suatu barang atau benda tersebut sepenuhnya menjadi milik nasabah.
Penurunan porsi kepemilikan bank syariah terhadap barang tersebut 90 persen
masih dimiliki bank syariah.
Besarnya kewajiban membayar sewa rumah adalah proposional terbalik
dengan persentase kepemilikan rumah oleh nasabah yang bersangkutan. Kalau
persentase kepemilikan nasabah baru 10 persen berarti ia harus membayar sewa
sebesar 90 persen dari harga sewa menurut pasar dan kewajiban ini akan terhenti
kalau kepemilikan rumah sudah sampai 100 persen berada pada nasabah bank.
System syirkah milk ini miliki beberapa keunggulan. Pertama, system ini benar-

5

benar bebas dari pengaruh unsur bunga bank konvensional. Kedua, system
pembiayaan ini sangat fleksibel dan akan mendorong nasabah untuk segera
melunasi utangnya.
Akad musyarakah syirkah milk ini digunakan untuk pembiayaan jangka
panjang, sehingga harus memiliki perancanaan alokasi dana yang matang terarah.
Dan akad ini kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.3 Karena bersifat jangka
panjang, maka segela kesepakatan tentang jalan keluar untuk menghadapi masalah
yang mungkin saja akan terjadi dimasa yang akan datang harus sesuai dengan
ketentuan akad yang berlaku.
Berdasarkan latar belakang ini penulis melakukan penelitian skripsi
dengan judul “PEMBIAYAAN SYIRKAH MILK PADA PT. BANK
TABUNGAN NEGARA SYARIAH, TBK CABANG BEKASI (ANALISA
UU KEMENPERA NO.1 TAHUN 2011)“
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, agar tidak keluar dan mencapai fokus
yang diharapkan, maka penulis perlu membatasi penulisan ini membahas tentang
mekanisme pembiayaan musyarakah syirkah milk dalam UU Kemenpera yang

3

Penjelasan pasal 19 ayat (1) huruf c Undang-undang No.21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah.

6

mengatasi pembiayaan kepemilikan rumah secara pengalihan hak milik dari bank
syariah ke nasabahnya.
Proses perumusan masalah merupakan tahapan paling penting dalam
sebuah proses penelitian. Sehingga permasalahan yang menjadi pokok bahasan
menjadi lebih jelas dan terfokus. Adapun secara spesifik perumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Praktek Pembiayaan Musyarakah Syrikah Milk pada PT.
Bank Tabungan Negara Syariah, Tbk Cabang Bekasi Berdasarkan UU
Kemenpera No. 1 tahun 2011?
2. Bagaimana Strategi Peningkatan Pembiayaan Musyarakah Syirkah
Milk pada PT. Bank Tabungan Negara Syariah, Tbk Cabang Bekasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan oleh penulis di
atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini,
diantaranya :
1. Untuk mengetahui mekanisme Pembiayaan Musyarakah Syrikah Milk
Terhadap Pengembangan UU Kemenpera.
2. Untuk mengetahui strategi Peningkatan Pembiayaan Musyarakah
Syirkah Milk Terhadap Pengembangan UU Kemenpera.
3. Untuk mengetahui analisa UU Kemenpera yang Diterapkan Pada
Pembiayaan Musyarakah Syrikah Milk.

7

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat secara akademik
Sebagai asset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
seluruh kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiswa dalam
upaya memberikan pengetahuan, informasi dan sebagai proses
pembelajaran mengenai produk pembiayaan PT BTN Syariah
pembiayaan musyarakah syirkah milk berdasarkan pada UndangUndang Kemenpera tahun 2011 No.1
2. Manfaat bagi masyarakat
Sebagi informasi dan bahan penambah wawasan mengenai produk
pembiayaan

musyarakah

syikah

milk

berdasarkan

pada

UU

Kemenpera dan juga sebagai media sosialisasi sehingga produk ini
dapat dipahami oleh masyarakat umum.
3. Manfaat secara praktek
Bagi PT Bank Tabungan Negara Syariah sebagai masukan dan saran
untuk dapat memperbaiki strategi penyaluran pembiayaan musyarakah
syirkah milk terhadap nasabahnya.

8

D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Kerangka Teori
Dana Pihak
Ketiga

Dana APBN FLPP
FLPP diposisikan sebagai
dana investasi berbunga
murah yang dicampur
dengan dana perbankan
sehingga cost of fund
dalam pembiayaan
perumahan dapat
diturunkan sehingga
lebih terjangkau

SISI PASOKAN
Dana Murah Jangka
Panjang dari Pasar Modal

KREDIT KONSTRUKSI

BANK
BANK
PELAKSANA
PELAKSANA

BLU
PPP

SISI PERMINTAAN
KPR

REPAYMENT

REPAYMENT

9

Kerangka Konseptual
Pembiayaan Syrikah
Milk KPR

Pemerintah
(Developer)

BTN Syariah Cabang
Bekasi

KPR dengan Syrikah
Milk

Internal

Analisis SWOT

External

Strategi Peningkatan
Pembiayaan Syrikah
Milk
Musyarakah menurut Bahasa berarti percampuran (al-ikhtilath). Dalam
istilah Bahasa inggris, Musyarakah disebut juga dengan “partnership”. Lembagalembaga

keuangan

Islam

menerjemahkan

dengan

istilah

“participation

financing”.4
Secara terminologi, definisi Musyarakah adalah ikatan kerjasama yang
dilakukan dua orang atau lebih dalam perdagangan. Dengan adanya akad
musyarakah yang disepakati kedua belah pihak, semua pihak yang mengikatkan
diri berhak bertindak hokum terhadap harta serikat itu, dan berhak mendapatkan

4

AH. Azharudin Latief, Fiqh Muamalat (Jaakarta:UIN Jakarta Press .2005) Hal.129

10

keuntungan sesuai dengan perseujuan yang disepakati.5 Definisi lain yaitu suatu
perjanjian usaha antara dua atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan
produknya pada suatu proyek, dimana masing-masing pihak mempunyai hak
untuk ikut serta, mewakilkan, atau mengugurkan haknya dalam managemen
proyek. Keuntungan dari hasil usaha bersama ini dapat dibagikan baik menurut
proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai dengan kesepakatan
bersama. Manakala merugi kewajibannya hanya sebatas modal masing-masing.6
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan
yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori dan Kerangka Konsep,
dan Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini membahas mengenai Teori pembiayaan, Definisi
Pembiayaan dan Tujuan, Prinsip-prinsip Pembiayaan, Dasar Hukum
Operasional Pembiayaan, Musyarakah, Definisi Landasan, Rukun, Syarat
Muusyarakah,

Ketentuan

Umum

Pembiayaan

Musyarakah,

UU

Kemenpera pada Pembiayaan Perumahan dan Pemukiman terhadap
Lembaga Perbankan, dan Kajian Pustaka Terdahulu.

5

AH. Azharudin Latief, Fiqh Muamalat (Jaakarta:UIN Jakarta Press .2005) Hal.129
Karenaen Perwataatmadja, M.Syafi’i Antonio. Apa dan Bagaimana Bank Islam
(Yogyakarta:Dana Bakti Wakaf, 1992) hal.23
6

11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini memuat tentang Pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber
Data, Wilayah Penelitian, Metode Pengumpulan Data (Observasi,
Wawancara, Dokumentasi), Teknik Analisa Data, dan Teknik Penulisan.
BAB IV DESKRPSI HASIL PENELITIAN
Membahas Mekanisme Pembiayaan Musyarakah Syrikah Milk di BTN
Syariah Cabang Bekasi, Strategi Peningkatan Pembiayaan Musyarakah
Syirkah Milk berdasarkan UU Kemenpera, Analisa SWOT pada
Pembiayaan Musyarakah Syrikah Milk berdasarkan UU Kemenpera.
BAB V PENUTUP
Merupakan bagian terakhir penulisan yang menunjukan pokok-pokok
penting dari keseluruhan pembahasan. Bagian ini merupakan jawaban
ringkas dari permasalahan yang dibahas yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.

12

BAB II
LANDSAN TEORITIS
A. Teori Pembiayaan
1. Definisi Pembiayaan dan Tujuan
Pengertian pembiayaan (pada bank syari’ah) menurut undang-undang No.
10/1998 tentang perbankan : pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah adalah
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.7
Kasmir mendefinisikan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.8
Menurut Muhammad pembiayaan secara luas berarti finansial atau
pembelanjaan,
investasi

yang

yaitu
telah

pendanaan

yang

direncanakan,

dikeluarkan
baik

dilakukan

untuk

mendukung

sendiri

maupun

dijalankan oleh orang lain. Sedangkan, dalam arti sempit pembiayaan dipakai
untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan.
Namun, dalam perbankan pembiayaan dikaitkan dengan bisnis di mana
pembiayaan merupakan pendanaan baik aktif maupun pasif yang dilakukan
7
8

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Kasmir, 2001. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal. 92

13

oleh lembaga pembiayaan kepada nasabah dan bisnis merupakan aktivitas berupa
jasa, perdagangan dan industri guna memaksimalkan nilai keuntungan.9
Orientasi dari pembiayaan tersebut untuk mengembangkan dan atau
meningkatkan usaha dan pendapatan dari para pengusaha kecil menengah, yang
mana sasaran pembiayaan adalah semua faktor ekonomi yang memungkinkan
untuk dibiayai seperti pertanian, industri rumah tangga (home industri),
perdagangan dan jasa. Dengan harapan produk pembiayaan memberikan manfaat
di dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi rumah tangga anggotanya.
Dan dalam perbankan syari’ah sebenarnya penggunaan

kata pinjam

meminjam kurang tepat digunakan disebabkan dua hal : pertama, pinjaman
merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam Islam. Kedua, pinjam
meminjam adalah akad komersial yang artinya bila seseorang meminjam sesuatu
ia tidak boleh diisyaratkan untuk memberikan tambahan atas

pokok

pinjamannya, karena setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat adalah riba,
sedangkan para ulama’ sepakat bahwa riba itu haram. Oleh karena itu dalam
perbankan syari’ah, pinjaman tidak disebut kredit akan tetapi disebut
pembiayaan.10
Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli tidak dilarang dalam Islam, hal
ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 :

9

Muhammad, 2002. Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. UII
Press, Yogyakarta. Hal. 260
10
Syafi’i Antonio, 2001. Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek. Penerbit Gema Insani,
Jakarta Hal. 170

14

             
                
                 
 
Artinya : orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.( QS.2:275)
Pada Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah itu tidak melarang adanya
praktek jual beli tetapi Allah melarang/mengharamkan adanya riba.
1.1 Tujuan Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk
tingkat mikro. Secara makro pembiayaan bertujuan untuk:
a) Peningkatan ekonomi umat,
b) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha,
c) Meningkatkan produktivitas,
d) Membuka lapangan kerja baru,
e) Terjadi distribusi pendapatan.

15

Adapun secara mikro pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:
1. Upaya memaksimalkan laba,
2. Upaya memaksimalkan resiko, artinya: usaha yang dilakukan agar
mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu
meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal
usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.
a) Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam
dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber
daya alam dan sumber daya manusianya ada

akan

tetapi

sumber

daya modalnya tidak ada, maka dipastikan diperlukan pembiayaan.
Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya
guna sumber-sumber daya ekonomi.
b) Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada
pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan.11
2. Prinsip Analisis Pembiayaan
Prinsip adalah sesuatu yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan
suatu tindakan, prinsip analisis pembiayaan adalah pedoman-pedoman yang
harus diperhatikan oleh pejabat pembiayaan di bank-bank syari’ah termasuk juga
BMT pada saat melakukan analisis pembiayaan. Secara umum prinsip analisis
pembiayaan didasarkan pada rumus 5C dan 7P, yaitu:

11

Muhammad. 2002. Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer hal. 17-18

16

a)

Character artinya sifat atau karakter nasabah pengambil
pinjaman.

b) Capacity

artinya

kemampuan

nasabah

untuk

m enjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang
diambil.
c)

Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam

d) Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang
diberikan peminjam kepada bank
e) Condition

artinya

keadaan

usaha

atau

nasabah

prospek atau tidak.12
Dari 5C karakter tersebut dalam BMT biasanya menggunakan character.
Sedangkan prinsip analisis pembiayaan (kredit) yang 7P, antara lain sebagai
berikut:
a)

Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah

lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup
sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu
masalah.
b)

Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu

atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya, mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
12

Ibid. Muhammad. 2002. Hal. 60

17

c)

Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit

termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambolan
kredit dapat bermacam-macam, sebagai contoh apakah untuk modal
kerja atau investasi, konsumtif/produktif dan lain sebagainya.
d)

Prospect
Yaitu untuk memulai usaha nasabah dimasa yang akan

datang

menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya.
e)

Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit

yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian
kredit.
f)

Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam

mencari laba, profitability diukur dari periode ke periode apakah akan
tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit
yang akan diperolehnya.
g)

Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan

mendapatkan perlindungan (barang atau jaminan asuransi).13

13

Kasmir.2001. Manajemen Perbankan. Hal 106-107

18

3. Dasar Hukum Operasional Pembiayaan
Secara umum pembiayaan sebagai satu bentuk implementasi kegiatan usaha
penyaluran dana kepada masyarakat dalam sistem operasional perbankan syari'ah
adalah seutuhnya dilandasi oleh konsep hukum Islam yang sumber utamanya
berupa al-Qur'an dan as-Sunnah. Sedangkan secara yuridis formal landasan
operasional skim pembiayaan pada prinsipnya didasarkan ketentuan Pasal 6 huruf
(m) dan Pasal 13 huruf (c) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992,

14

yang telah

diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dan
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.15
Dalam Undang-Undang

No.

10

Tahun

1998,

secara

spesifik

dipertegas lewat Pasal 1 angka (12), sedangkan Pasal 1 angka (13) dijeiaskan
antara lain meliputi:
1) pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).
2) pembiayaan

berdasarkan

prinsip

penyertaan

modal

(musyarakah).
3) pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah).
4) pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah).

14

Pasal 6 huruf (m) dan Pasal 13 huruf (c) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 nyatakan :
"Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil, sesuai igan ketentuan
yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah".
15
Sedangkan Pasal 6 huruf (m) dan Pasal 13 huruf (c) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
menguraikan bahwa: "Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip ri
'ah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia".

19

5) pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa dengan
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina').16
Ketentuan di atas lebih diperkuat lagi dengan lahirnya Undang-Undang No.
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari'ah, yaitu

pada Pasal 1 angka 25

dinyatakan bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa :
1) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
2) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istisna'.
4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.
5) Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa. 17
Lain halnya, pengaturan kegiatan usaha penyaluran dana pada skim
pembiayaan musyarakah, dijabarkan melalui ketentuan Pasal 28 huruf (b), Pasal
29 huruf (b) dan (c) Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/Kep/Dir.
tanggal 12 Mei 1999 dan ketentuan Pasal 27 huruf (b) Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 32/36/Kep/Dir. tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum
16

Pembiayaan berdasarkan prinsip syari'ah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka wakiu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
17
Pembiayaan berdasarkan prinsip syari'ah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka wakiu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

20

berdasarkan Prinsip Syari'ah, serta didasarkan pula pada ketentuan Fatwa Dewan
Syari'ah Nasional No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah.
Selain itu, diperkuat lagi dengan lahirnya Undang-Undang No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syari'ah, dimana dalam Pasal 19 ayat (1) huruf (c)
dinyatakan bahwa kegiatan usaha Bank Umum Syari'ah meliputi menyalurkan
pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari'ah. Sebagaimana telah
dinyatakan di muka bahwa sebagai bentuk implementasi sistem operasional pada
skim pembiayaan, seutuhnya dilandasi pada konsepsi hukum Islam yang sumber
utamanya al-Qur'an dan as-Sunnah.
A. Musyarakah
1.

Definisi Landasan, Rukun dan Syarat Musyarakah

Musyarakah merupakan salah satu produk pembiayaan bank syariah yang
didasarkan pada prinsip bagi hasil, bentuk umum dari usaha bagi hasil
adalah musyarakah atau dalam kitab Fiqh disebut syirkah atau syarikah atau juga
disebut kongsi. Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak
yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara
bersama-sama. Termasuk dalam golongan musyarakah adalah semua bentuk
usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama
memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun yang tak
berwujud.

21

Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama dapat
berupa

dana,

barang

(Enterpreneurship),

perdagangan

kepandaian

(trading

Asset)

kewiraswastaan

(skill), kepemilikan (property),

peralatan

(equipment), atau intengible asset seperti hak paten atau goodwill, kepercayaan
atau reputasi (credit worthiness). Dan barang-barang lainya yang dapat dinilai
dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi
masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk
ini sangat fleksibel.
Musyarakah yang dipahami dalam perbankan syariah merupakan sebuah
mekanisme kerja (akumulasi antara pekerja dan pemodal) yang memberi manfaat
kepada masyarakat luas dalam produksi barang maupun pelayanan terhadap
kebutuhan masyarakat. Kontrak musyarakah dapat digunakan dalam berbagai
lapangan usaha yang indikasinya bermuara untuk menghasilkan keuntungan
(profit).18
Musyarakah pada umumnya merupakan perjanjian yang berjalan terus
sepanjang kepemilikan rumah yang dibiayai bersama terus beroperasi. Apabila
usaha kepemilikan ditutup dan dilikuidasi, maka masing-masing mitra usaha
mendapat hasil likuidasi asset sesuai nisbah penyertaannya. Apabila kepemilikan
rumah masih terus berjalan maka mitra lembaga perbankan syariah yang ingin
mengakhiri perjanjian dapat menjual sahamnya ke lembaga perbankan syariah yang
lain dengan harga yang disepakati bersama.19

Karnean perwaatmaja dan Mohammad Syafei’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
Islam (Yogyakarta:Veresia Grafika,1992) h.32
19
Ascaraya, Akad & Produk bank Syariah (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2007) h.52
18

22

Suatu kontrak musyarakah dapat berakhir apabila disebabkan oleh
kematian seseorang yang pernah menjadi bagian dalam kontrak tersebut, apabila
ada lebih dari dua mitra usaha kontrak tersebut dapat dilanjutkan dengan
persetujuan dari orang-orang yang masih ada atau keluarganya.
Ketika seseorang mitra usaha meninggal dunia, maka pengembangan
sahamnya dalam kepemilikan rumah dan kontraknya akan menjadi berakhir, dengan
demikian bagian tersebut diserahkan kepada ahli warisnya dan kontrak yang telah
dilakukan dengan almarhum menjadi terputus.20
Landasan Musyarakah
1. Al-quran
…..     ….
“maka mereka bersyarikat pada sepertiga” (Q.S.4:12)
             ….
   
“Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian
mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini".
(Q.S.38:24)

20

M.Nejatullah Siddiqi, Kemitraam Usaha dan
Islam(Yogyakarta:PT Dhana Bhakti Prima Yusa, 1996) h.107

bagi

Hasil

dalam

Hukum

23

2. Hadits
‫ فا ا خا خرجت‬, ‫ا صاح‬

‫أح‬

‫ مالم ي‬, ‫ أ ا ثالث الشركي‬: ‫ ا اه يق ل‬: ‫ رفع قال‬, ‫ع أبي رير‬
) ‫الحاكم ع أبي رير‬

‫ا (ر ا أب ا ا‬

‫م بي‬

“Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi SAW, bahwa Nabi SAW
bersabda, sesungguhnya Allah SWT berfirman : “ aku adalah pihak ketiga antara
dua orang yng bersrikat selama salah satu pihak tidak menghianati pihak yang
lain. jika salah satu pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka “. ( HR. Abu
Daud dari Abu Hurairah ).21
Merupakan dalil lain dibolehkannya praktik musyarakah. Hadits ini
merupakan hadits qudsi dan kedudukannya shahih menurut hakim. Dalam hadits
ini Allah memberikan pernyataan bahwa Dia akan bersama dua orang yang saling
bersekutu dalam suatu usaha perniagaan, dalam arti, Allah akan menjaga,
memberikan pertolongan dan berkah-Nya atas usaha perniagaan yang dilakukan,
usaha yang dijalankan akan semakin berkembang sepanjang tidak ada pihak yang
berkhianat.
Rukun dan Syarat Musyarakah
a. Sighat (ucapan) ijab dan qabul (penawaran dan penerimaan)
b. Pihak yang berkontrak
c. Objek kesepakatan yaitu modal dan kerja
1. Syarat Musyarakah
a. Ucapan
Tidak ada bentuk khusus dari kontrak musyarakah. Ia dapat
pengucapan yang menunjukan tujuan. Berakad dianggap sah

21

AH. Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat (Jakarta: UIN Press 2005) h.129

24

jika diucapkan secara verbal atau ditulis. Kontrak musyarakah
dicatat dan disaksikan.
b. Pihak yang berkontrak
Disyaratkan bahwa mitra harus kompeten dalam memberikan
atau diberkan kekuasaan perwakilan.
c. Objek kontrak (dana dan kerja)
d. Dana
Modal yang diberikan harus uang tunai, emas perak atau yang
bernilai sama beberapa ulama memberi kemungkinan pula bila
modal berwujud asset perdagangan, seperti barang-barang,
properti, perlengkapan dan sebagainya. Bahkan dalam bentuk
hak yang tidak terlihat seperti lisensi, hak paten dan
sebagainya. Bila itu dilakukan, menurut kalangan ulama.
Seluruh modal tersebut harus dinilai lebih dahulu secara tunai
dan disepakati para mitranya.
e. Kerja
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakah adalah
ketentuan dasar. Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara
mereka menyatakan tak akan ikut serta menangani pekerjaan
dalam kerjasama itu. Namun, tidak tidak ada keharusan mereka
untuk menanggung beban kerjasama. Salah satu pihak boleh

25

menangani pekerjaan lebih banyak dari yang lain, dan berhak
menuntut pembagian keuntungan lebih bagi dirinya.22
f.

Akad syirkah harus bisa menerima mukallah ( perwakilan ),
setiap patner merupakan wakil dari yang lain, karena masingmasing mendapatkan izin dari pihak lain untuk menjalankan
perannya.

g. Keuntungan bisa di kuantifikasikan, artinya masing-masing
patner mendapatkan bagian yang jelas dari hasil keuntungan
bisnis. Bisa dalam bentuk nisbah/presentase.
h. Penentuan pembagian bagi hasil atau keuntungan tidak bisa
disebutkan dalam jumlah nominal yang pasti, karena hal ini
bertentangan dengan konsep syirkah.
2. Jenis-jenis Musyarakah
Al-Musyarakah ada dua jenis, yaitu : musyarkah pemilikan dan
musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan,
wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu asset oleh dua
atau lebih.
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau
lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
Merekapun seoakat berbagi keuntungan dan kerugian.23

Muhammad Syafei’i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama & Cendikiawan
(Jakarta:Tazkia Instiute, 1999) h. 190-191
23
Muhammad Syafei’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta:Gema Insani
Press,2003) h.91
22

26

1) Syirkah al-Inan
Syirkah Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi
dalam kerja. Kedua pihak berbagi keuntungan dan kerugian
sebagaimana yang disepakati antara mereka. Akan tetapi porsi masingmasing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak
harus sama dan identic sesuai dengan kesepakatan mereka.
2) Syirkah Mufawadhah
Syirkah Mufawadhah adalah kontrak kerjasama antara dua orang
atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dan
kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat utama dari jenis
syirkah ini adalah kesamaa dana yang diberikan, kerja tanggung jawab
dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.
3) Syrikah A’mal/Abdan
Syirkah A’mal ini adalah jenis kontrak kerjasama dua orang sama
profesinya untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi
keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya, kerjasama dua orang arsitek
untuk menggarap sebuah proyek, atau kerjasama dua orang penjahit
untuk menerima order pembatan seragam kantor.
4) Syirkah Wujuh
Syirkah Wujuh adalah kontrak dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli
barang secara kredit dari suatu perusahaan, dan menjual barang

27

tersebut secara tunai mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian
berdsarkan jaminan pada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra.
5) Syirkah Mudharabah
Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.24 Dalam sebuah bentuk
syirkah tersebut, kecuali syirkah mudharabah, berlaku bila ketentuan
bisnis

mengalami

keuntungan,

maka

keuntungannya

dibagi

berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah disepakati oleh pihak-pihak
yang berakad. Bila bisnis merugi, maka pembagian kerugiannya
didasarkan menurut porsi modal masing-masing pihak yang berakad.
Untuk syirkah mudharabah apabila mengalami keuntungan , maka
keuntungannya itu dibagi menurut kesepakatan kontrak, sedangkan
apabila merugi kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian itu bukan diakibatkan oleh kelalaian pengelola, maka
si pengelola harus dapat bertanggung jawab terhadap kerugian
tersebut.
3. Kententuan umum pembiayaan Musyarakah
Kententuan umum pembiayaan Musyarakah adalah sebagai berikut :
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam

Muhammad Syafei’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta:Gema Insani
Press,2003) h.92
24

28

menentukan kebijakan usaha yang akan dijalankan oleh pelaksana musyarakah
dan tidak boleh melakukan tindakan seperti :
a. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
b. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik
modal lainnya.
c. Memberi pinjaman pada pihak lain.
d. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh
pihak lain.
e. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama apabila :
1) Menarik diri dari perserikatan.
2) Meninggal dunia.
3) Menjadi tidak cakap hukum.
Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan
sedangkan kerugian dibagi sesuai porsi kontribusi modal. Proyek yang dijalankan
harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan
dana tersebut bersama bagi hasil yang disepakati untuk bank.
C. Analisis UU Kemenpera Pada Pembiayaan Musyarakah
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, hak atas rumah dijewantahkan dalam sebuah skema
pendanaan dan pembiayaan untuk menjamin akses terhadap pemilikan rumah dan
tempat tinggal dalam lingkungan yang layak. Dalam Pasal 1 ayat (1) dinyatakan
bahwa perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang

29

terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,
pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Ditegaskan kembali dalam Pasal 1 ayat (6), bahwa:
“Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu”.
Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (20) bahwa:
“Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atas setiap pengeluaran yang akan diterima kembali untuk
kepentingan penyelengaraan perumahan dan kawasan permukiman baik
yang berasal dari dana masyarakat, tabungan perumahan, maupun
sumber dana lainnya.
Dalam Pasal 43 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dalam UndangUndang yang sama juga dijelaskan bahwa:
Ayat (1) : “Pembangunan untuk rumah tunggal, rumah deret, dan/atau rumah
susun, dapat dilakukan di atas tanah: (a) hak milik; (b) hak guna
bangunan, baik di atas tanah negara maupun di atas hak
pengelolaan; atau (c) hak pakai di atas tanah negara”.
Ayat (2) : “Pemilikan rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
difasilitasi dengan kredit atau pembiayaan pemilikan rumah”.
Ayat (3) : “Kredit atau pembiayaan pemilikan rumah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2)”.
Ayat (4) : “Kredit atau pembiayaan rumah umum tidak harus dibebani hak
tanggungan”.
Kemudian, terhadap masyarakat berpengahasilan rendah mendapatkan
kemudahan dan bantuan dalam pembangunan dan perolehan rumah sebagaimana

30

diatur dalam Pasal 54 yang menyatakan dalam ayat (1) adanya pernyataan tegas
pemerintah yang memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
MBR. Dalam rangka pemenuhan rumah tersebut pada ayat (2) dari pasal tersebut,
pemerintah

dan/atau

pemerintah

daerah

wajib

memberikan

kemudahan

pembangunan dan perolehan rumah melalui program perencanaan pembangunan
perumahan secara bertahap dan berkelanjutan. Bentuk-bentuk kemudahan
dan/atau bantuan dari pemerintah tersebut diuraikan pada ayat (3) yaitu berupa:
a.

Subsidi perolehan rumah;

b.

Stimulan rumah swadaya;
Insentif perpajakan sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
di Bidang Perpajakan;
- Perizinan;
- Asuransi dan penjaminan;
- Sertifikasi tanah; dan/atau
- Prasarana, sarana, dan utilitas umum.

c.

Ketentuan mengenai kriteria MBR dan persyaratan kemudahan perolehan
rumah.

d.

Bagi MBR diatur dengan peraturan menteri.
(Ketentuan mengenai kriteria MBR dan persyaratan kemudahan rumah bagi
MBR diatur dengan Peraturan Menteri).
Dalam pendekatan pembangunan partisipatif, pelaku utama pembangunan

perumahan adalah masyarakat. Warga masayrakat secara sendiri-sendiri maupun
berkelompok berkewajiban mengupayakan peningkatan kualitas perumahannya.

31

Sedangkan tugas utama pemerintah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman antara lain
adalah:
1.