diperoleh dari satu pemberi kerja yang telah dipotong berdasarkan ketentuan Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan
usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
2.2.2 Biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, yaitu Pasal 9 UU PPh:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi, b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota, c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang
tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklame untuk usaha
pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan,
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan,
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan,
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan, g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali
zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan Wajib Pajak Orang Pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak Badan dalam negeri
yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah,
h. Pajak Penghasilan, yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan disini adalah Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak yang bersangkutan,
i. Biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya,
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham,
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan. l. Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 satu tahun tidak boleh untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi.
2.3. Tarif Pajak Penghasilan dan Cara Menghitung Pajak Penghasilan
2.3.1 Tarif Pajak Penghasilan
Penentuan tarif pajak merupakan salah satu cara untuk menciptakan keadilan dalam masyarakat. Tarif pajak adalah tarif untuk menghitung besarnya
pajak terutang pajak yang harus dibayarkan. Besarnya tarif pajak merupakan persentase tertentu yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak
penghasilan. Tarif yang selama ini diterapkan di Indonesia dapat dibedakan menjadi 4 macam tarif Waluyo, 2003
1. Tarif Proposional Tarif pajak proporsional adalah yaitu tarif yang berupa presentase tetap
terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Sering disebut tarif tunggal karena hanya menggunakan satu tarif dengan
persentase tetap. Seperti tarif Pajak Pertambahan Nilai PPn 10, Pajak Bumi dan Bangunan PBB 0,5, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
Bangunan BPHTB 5. 2. Tarif Progresif
Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar.
Tarif ini digunakan pada Pajak Penghasilan di Indonesia sesuai Pasal 17 UU PPh yaitu: