Perlawanan Budaya Tokoh Utama dalam Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli

(1)

PERLAWANAN BUDAYA TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI

SKRIPSI

Oleh Sofi Nur Fadilah NIM 201210080311012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG


(2)

i

PERLAWANAN BUDAYA TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh Sofi Nur Fadilah NIM 201210080311012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG


(3)

(4)

(5)

(6)

vii KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu terucapkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir persyarata nmemperoleh gelar sarjana pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak, khususnya pembimbing, segala hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti berusaha semaksimal mungkin agar dapat memenuhi harapan semua pihak, namun peneliti menyadari tentunya masih banyak kekurangan yang terdapat dalam srikpsi ini yang dikarenakan keterbatasan kemampuan peneliti. Penelitian yang diangkat kali ini berjudul “Perlawanan Budaya Tokoh Utama dalam Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli”.

Terimakasih peneliti ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik berupa materil maupun non materil. Berkat bantuan beliaulah peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Drs. Fauzan, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan fasilitas untuk dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

2. Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Tuti Kusniarti, M.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Dr. Sugiarti, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan arahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

viii

5. Purwati Anggraini, S.S., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, arahan, dan semangat untuk membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Malang, 16 Mei 2016


(8)

ix

MOTTO

Barang siapa bertakwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar kepadanya dan member rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barang siapa yang bertaqwa pada Allah, maka Allah jadikan urusannya menjadi mudah. Barang siapa yang bertaqwa pada Allah, akan dihapuskan dosa-dosanya dan mendapatkan

pahala yang agung (QS. Ath-Thalaq: 2, 3, 4)

Dunia ini hanya terdiri dari tiga hari:

Kemarin, ia telah pergi bersama dengan semua yang menyertainya. Besok, engkau mungkin takakan pernah menemuinya. Hari ini, itulah yang kaupunya, jadi beramallah di sana


(9)

x DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Pernyataan... iv

Abstrak ... v

Abstract. ... vi

Kata Pengantar ... vii

Motto ... ix

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Fokus Penelitian. ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Penegasan Istilah ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Unsur-Unsur Instrinsik ... 11

2.1.1 Tema ... 11

2.1.2 Tokoh ... 13

2.1.3 Setting ... 15

2.2 Sastra dan Kebudayaan ... 16

2.3 Kebudayaan Minangkabau... ... 20

2.3.1 Sistem Kekerabatan ... 20

2.3.2 Harta dan Pusaka... 22


(10)

xi

2.4 Perlawanan Budaya dalam Sastra ... 27

2.5 Bentuk Perlawanan Budaya. ... 29

2.5.1 Dualisme Kebudayaan ... 29

2.5.2 Perubahan Sosikultural ... 31

2.5.3 Melting-Pot ... 33

2.5.4 Modernitas Budaya ... 34

2.6 Fungsi Perlawanan Budaya ... 36

2.6.1 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Sistem Kekerabatan ... 36

2.6.2 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Harta Pusaka ... 38

2.6.3 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Perkawinan ... 40

2.7 Makna Perlawanan Budaya ... 42

2.7.1 Makna Perlawanan Budaya terhadap Sistem Kekerabatan ... 42

2.7.2 Makna Perlawanan Budaya terhadap Harta Pusaka ... 44

2.7.3 Makna Perlawanan Budaya terhadap Perkawinan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 48

3.2 Metode Penelitian ... 48

3.3 Sumber Data dan Data Penelitian ... 49

3.3.1 Sumber Data... 49

3.3.2 Data Penelitian ... 49

3.3.3 Indikator Penelitian ... 50

3.4 Teknik Penelitian ... 51

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.4.2 Instrumen Penelitian ... 52


(11)

xii

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Bentuk Perlawanan Budaya Dalam Novel Memang Jodoh ... 57

4.2.1 Modernitas Budaya ... 57

4.2.2 Perubahan Sosikultural ... 72

4.2 Fungsi Perlawanan Budaya Dalam Novel Memang Jodoh ... 77

4.2.1 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Sistem Kekerabatan ... 78

4.2.2 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Harta Pusaka ... 83

4.2.3 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Perkawinan ... 88

4.2 Fungsi Perlawanan Budaya Dalam Novel Memang Jodoh ... 95

4.2.1 Makna Perlawanan Budaya terhadap Sistem Kekerabatan ... 96

4.2.2 Makna Perlawanan Budaya terhadap Harta Pusaka ... 99

4.2.3 Makna Perlawanan Budaya terhadap Perkawinan ... 101

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 107

5.2 Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110


(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.3.3 Indikator Penelitian ... 50 Tabel 3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data ... 53


(13)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Sinopsis ... 112

Lampiran 2 Biografi Pengarang ... 116

Lampiran 3 Korpus Data ... 119


(14)

110 DaftarPustaka

Aminudin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Anurkarina, Fenty Windy. 2015. Perilaku Tokoh KH. Ahmad Dahlan dalam Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral. Jurnal KEMBARA, 1 (1): 34-42.

Anwar, Chairul. 1997. Hukum Adat Indonesia: Meninjau Hukum Adat Minangkabau. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar. 2014. Perlawanan Sastra dalam Cerpen Koran Indonesia. Jurnal Dialektika, Juni 2014, Volume 1, No. 1.

Bariah, Oyoh. 2015. Rekonstruksi Pencatatan Perkawinan dalam Hukum Islam. Jurnal Ilmiah Solusi, Februari 2015, Volume 1, No. 4.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Antropologi Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Fishman, Joshua A. 2000. Bahasa dan Budaya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hadikusuma, Hilman. 1977. Hukum Adat Perkawinan dengan Adat Istiadat dan

Upacara Perkawinannya. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.

Hasibuan, Effiati Juliana dan Hottob Harahap.2007. Pluralisme Hukum pada Kasus Perkawinan Semarga pada Etnis Padang Lawas di Kabupaten Tapanuli Selatan.Jurnal Harmoni Sosial, Mei 2007, Volume I, No. 3.

Ratna, Nyoman Khuta. 2004. Teori, Metode, dan teknik Penelitian sastra. Denpasar: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Khuta. 2011. Antropologi Sastra: Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Universitas

Indonesia Press.


(15)

111

Moleong, J. Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :Remaja Rosda Karya.

Morris, Brian. 2003. Antropologi Agama. Yogyakarta: AK Group.

Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: PT Grafiti Pres.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarata: Gadjah Mada University Press.

Prahara, Surya. 2015. Paradoks Hukum dalam Adat Perkawinan Minangkabau: Studi Sosiologi Hukum dalam Perkawinan. Jurnal Menara Ilmu, Maret 2015, Volume IX, Jilid 1, No.56.

Rusli, Marah. 2013. MemangJ odoh. Bandung: Qanita.

Sukandarumidi. 2002. Metode Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Penelitian Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.


(16)

PERLAWANAN BUDAYA TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI

SKRIPSI

Oleh Sofi Nur Fadilah NIM 201210080311012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG


(17)

i

PERLAWANAN BUDAYA TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh Sofi Nur Fadilah NIM 201210080311012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG


(18)

(19)

(20)

(21)

vii KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu terucapkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir persyarata nmemperoleh gelar sarjana pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak, khususnya pembimbing, segala hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti berusaha semaksimal mungkin agar dapat memenuhi harapan semua pihak, namun peneliti menyadari tentunya masih banyak kekurangan yang terdapat dalam srikpsi ini yang dikarenakan keterbatasan kemampuan peneliti. Penelitian yang diangkat kali ini berjudul “Perlawanan Budaya Tokoh Utama dalam Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli”.

Terimakasih peneliti ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik berupa materil maupun non materil. Berkat bantuan beliaulah peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Drs. Fauzan, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan fasilitas untuk dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

2. Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Tuti Kusniarti, M.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Dr. Sugiarti, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan arahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.


(22)

viii

5. Purwati Anggraini, S.S., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, arahan, dan semangat untuk membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Malang, 16 Mei 2016


(23)

ix

MOTTO

Barang siapa bertakwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar kepadanya dan member rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barang siapa yang bertaqwa pada Allah, maka Allah jadikan urusannya menjadi mudah. Barang siapa yang bertaqwa pada Allah, akan dihapuskan dosa-dosanya dan mendapatkan

pahala yang agung (QS. Ath-Thalaq: 2, 3, 4)

Dunia ini hanya terdiri dari tiga hari:

Kemarin, ia telah pergi bersama dengan semua yang menyertainya. Besok, engkau mungkin takakan pernah menemuinya. Hari ini, itulah yang kaupunya, jadi beramallah di sana


(24)

x DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Pernyataan... iv

Abstrak ... v

Abstract. ... vi

Kata Pengantar ... vii

Motto ... ix

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Fokus Penelitian. ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Penegasan Istilah ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Unsur-Unsur Instrinsik ... 11

2.1.1 Tema ... 11

2.1.2 Tokoh ... 13

2.1.3 Setting ... 15

2.2 Sastra dan Kebudayaan ... 16

2.3 Kebudayaan Minangkabau... ... 20

2.3.1 Sistem Kekerabatan ... 20

2.3.2 Harta dan Pusaka... 22


(25)

xi

2.4 Perlawanan Budaya dalam Sastra ... 27

2.5 Bentuk Perlawanan Budaya. ... 29

2.5.1 Dualisme Kebudayaan ... 29

2.5.2 Perubahan Sosikultural ... 31

2.5.3 Melting-Pot ... 33

2.5.4 Modernitas Budaya ... 34

2.6 Fungsi Perlawanan Budaya ... 36

2.6.1 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Sistem Kekerabatan ... 36

2.6.2 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Harta Pusaka ... 38

2.6.3 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Perkawinan ... 40

2.7 Makna Perlawanan Budaya ... 42

2.7.1 Makna Perlawanan Budaya terhadap Sistem Kekerabatan ... 42

2.7.2 Makna Perlawanan Budaya terhadap Harta Pusaka ... 44

2.7.3 Makna Perlawanan Budaya terhadap Perkawinan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 48

3.2 Metode Penelitian ... 48

3.3 Sumber Data dan Data Penelitian ... 49

3.3.1 Sumber Data... 49

3.3.2 Data Penelitian ... 49

3.3.3 Indikator Penelitian ... 50

3.4 Teknik Penelitian ... 51

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.4.2 Instrumen Penelitian ... 52


(26)

xii

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Bentuk Perlawanan Budaya Dalam Novel Memang Jodoh ... 57

4.2.1 Modernitas Budaya ... 57

4.2.2 Perubahan Sosikultural ... 72

4.2 Fungsi Perlawanan Budaya Dalam Novel Memang Jodoh ... 77

4.2.1 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Sistem Kekerabatan ... 78

4.2.2 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Harta Pusaka ... 83

4.2.3 Fungsi Perlawanan Budaya terhadap Perkawinan ... 88

4.2 Fungsi Perlawanan Budaya Dalam Novel Memang Jodoh ... 95

4.2.1 Makna Perlawanan Budaya terhadap Sistem Kekerabatan ... 96

4.2.2 Makna Perlawanan Budaya terhadap Harta Pusaka ... 99

4.2.3 Makna Perlawanan Budaya terhadap Perkawinan ... 101

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 107

5.2 Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110


(27)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.3.3 Indikator Penelitian ... 50 Tabel 3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data ... 53


(28)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Sinopsis ... 112

Lampiran 2 Biografi Pengarang ... 116

Lampiran 3 Korpus Data ... 119


(29)

110 DaftarPustaka

Aminudin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Anurkarina, Fenty Windy. 2015. Perilaku Tokoh KH. Ahmad Dahlan dalam Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral. Jurnal KEMBARA, 1 (1): 34-42.

Anwar, Chairul. 1997. Hukum Adat Indonesia: Meninjau Hukum Adat Minangkabau. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar. 2014. Perlawanan Sastra dalam Cerpen Koran Indonesia. Jurnal Dialektika, Juni 2014, Volume 1, No. 1.

Bariah, Oyoh. 2015. Rekonstruksi Pencatatan Perkawinan dalam Hukum Islam. Jurnal Ilmiah Solusi, Februari 2015, Volume 1, No. 4.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Antropologi Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Fishman, Joshua A. 2000. Bahasa dan Budaya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hadikusuma, Hilman. 1977. Hukum Adat Perkawinan dengan Adat Istiadat dan

Upacara Perkawinannya. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.

Hasibuan, Effiati Juliana dan Hottob Harahap.2007. Pluralisme Hukum pada Kasus Perkawinan Semarga pada Etnis Padang Lawas di Kabupaten Tapanuli Selatan.Jurnal Harmoni Sosial, Mei 2007, Volume I, No. 3.

Ratna, Nyoman Khuta. 2004. Teori, Metode, dan teknik Penelitian sastra. Denpasar: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Khuta. 2011. Antropologi Sastra: Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Universitas

Indonesia Press.


(30)

111

Moleong, J. Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :Remaja Rosda Karya.

Morris, Brian. 2003. Antropologi Agama. Yogyakarta: AK Group.

Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: PT Grafiti Pres.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarata: Gadjah Mada University Press.

Prahara, Surya. 2015. Paradoks Hukum dalam Adat Perkawinan Minangkabau: Studi Sosiologi Hukum dalam Perkawinan. Jurnal Menara Ilmu, Maret 2015, Volume IX, Jilid 1, No.56.

Rusli, Marah. 2013. MemangJ odoh. Bandung: Qanita.

Sukandarumidi. 2002. Metode Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Penelitian Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.


(31)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan terhadap budaya yang ada. Perlawanan budaya disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu penyebab perlawanan tersebut karena tertindasnya seseorang dikarenakan budaya tersebut. Perlawanan budaya sering kali mengakibatkan terjadinya perubahan pada budaya yang ada, namun tidak jarang mengakibatkan perpecahan antar individu atau kelompok.

Menurut Azwar (2014: 28), dalam kajian budaya juga dikenal istilah articulation yang dilihat sebagai proses bagaimana menerima realitas ditentukan oleh banyak sumber. Tidak semua ideologi yang ada mempunyai posisi yang setara. Dalam masyarakat kapitalis, dominasi dilakukan oleh ideologi tertentu dari elit berkuasa. Ideologi dominan melakukan hegemoni dilawan dengan kelompok-kelompok yang tidak berkuasa. Hegemoni menjadi proses perjuangan atau pertarungan antara ideologi-ideologi yang bertentangan secara konstan mengalami perubahan. Ada arena kompetitif dimana individu atau kelompok mengekpresikan kepentingan-kepentingan yang berlawanan dan bertarung bagi kekuasaan atau kekuatan budaya.

Perlawanan budaya yang memang belum banyak dilakukan oleh peneliti lain menjadi permasalahan baru dalam dunia penelitian sehingga menarik untuk dibahas lebih lanjut. Perlawanan terhadap budaya memang jarang terjadi, mengingat kebudayaan merupakan pandangan hidup yang terus dijaga dalam


(32)

2

setiap individu maupun kelompok. Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan lebih dalam, mengenai permasalahan tersebut. Beberapa contoh kasus perlawanan budaya dapat dilihat pada beberapa karya sastra Indonesia.

Sastra merupakan bentuk komunikasi pengarang kepada pembaca. Melalui karya sastra, pengarang menuangkan ide dan gambaran pengalamannya untuk dinikmati oleh penikmat karya. Berbagai bentuk tema mewarnai karya sastra, salah satunya yaitu sastra yang bertemakan budaya. Keberadaan tema, khususnya tema budaya dalam sebuah karya sastra dipengaruhi oleh latar belakang pengarang. Latar belakang tempat tinggal pengarang tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi karya sastra yang dihasilkannya.

Menurut Anwar (1997: 43), keberadaan tema tersebut dapat dilihat pada abad ke-20, dunia kesusastraaan Indonesia didominasi oleh pengarang dari Minangkabau. Kebanyakan dari mereka mengangkat tema tentang adat istiadat. Salah satu karya sastra yang menjadi sorotan publik adalah kemunculan seorang pengarang bernama Marah Rusli. Keberhasilan Marah Rusli dalam mengarang sebuah novel juga banyak menginspirasi penulis Minang lainnya untuk ikut serta mengetengahkan permasalahan adat. Salah satu novel yang mengangkat tentang permasalahan adat yaitu novel Memang Jodoh karangan Marah Rusli.

Novel Memang Jodoh merupakan sebuah novel terbitan Qanita. Pada dasarnya novel ini sudah sudah selesai dikarang sejak tahun 1996, namun karena novel ini merupakan kisah nyata pengarang yang dituangkan dalam sebuah karya sastra, sehingga novel ini baru diterbitkan pada tahun 2013, agar tidak ada pihak yang tersinggung. Novel Memang Jodoh menarik untuk dikaji karena dalam novel tersebut syarat akan makna, sehingga walaupun termasuk dalam novel lama,


(33)

3

novel tersebut dapat terus dijadikan objek penelitian untuk memperdalam pemahaman terhadap permasalahan yang ada di dalamnya. Selain hal tersebut, dalam novel Memang Jodoh ini, Marah Rusli justru memberikan warna yang berbeda dengan menuangkan pengalaman pribadinya dalam sebuah novel. Pengalaman tersebut merupakan kisah nyata dirinya yang dituang dalam sebuah cerita. Salah satu pengalaman pribadinya adalah melawan adat. Dalam novelnya tersebut, Marah Rusli menceritakan bahwa adat yang dianut oleh para priyayi-priyayi Minangkabau tidak selaras dengan kebudayaan pada umumnya.

Minangkabau lebih dikenal sebagai bentuk kebudayaan dari pada sebagai bentuk negara atau kerajaan yang pernah ada dalam sejarah. Hal itu mungkin karena dalam catatan sejarah yang dapat dijumpai hanyalah hal pergantian nama kerajaan yang menguasai wilayah tersebut tidak ada satu catatan yang dapat memberi petunjuk tentang sistem pemerintahan yang demokratis dengan masyarakatnya yang berstelsel matrilineal (Navis, 1984: 1).

Kebudayaan Minangkabau memang sangat beragam. Keberagaman tersebut dijadikan simbol oleh masyarakat Minangkabau. Mulai dari hal yang bersifat kompleks sampain yang sederhana. Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi adat dan kebudayaannya, masyarakat Minangkabau tentunya memiiliki cara untuk melestarikan kebudayaanya tersebut. Masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, artinya sistem kekerabatan tersebut berada pada garis keturunan ibu. Sistem matrilineal tersebut mengharuskan seorang suami tinggal di rumah istri setelah menikah, bahkan dengan kebudayaan semacam ini, suami tidak mempunyai hak atas anaknya, karena anak merupakan tanggung jawab seorang mamak (paman). Oleh karena itu, harta dan pusaka juga diturunkan


(34)

4

dari mamak kepada kemenakan (keponakan), sehingga setelah dewasa seorang kemenakan juga harus membayar hutang budi kepada seorang paman dengan cara menikahi anak perempuan dari pamanya atau menikahi sepupunya sendiri. Jika hal tersebut dilanggar maka kemenakan harus mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan paman kepadanya.

Kebudayaan Minangkabau memang mempunyai kerumitan tersendiri. Salah satu budaya yang menonjol dari masyarakat Minangkabau yaitu mengenai sistem perkawinannya. Perkawinan pada masyarakat Minangkabau tidak hanya menyangkut kedua calon mempelai saja, tetapi juga menyangkut orang tua dan seluruh keluarga dari kedua belah pihak. Ketentuan adat Minang memang menganjurkan agar wanita mau dan senang dipoligami. Adat perkawinan Minang juga tidak memperbolehkan laki-laki asli Minang menikah dengan wanita di luar Minang, hal ini dianggap akan merusak keturunannya.

Walaupun mengangkat tema tentang budaya daerahnya, justru dalam novelnya ini Marah Rusli melakukan sebuah perlawanan yang disebabkan adanya kecatatan dalam budaya yang dianutnya. Diceritakan dalam novel ini, Marah Hamli yang merupakan pria Minang melawan adatnya sendiri dengan menikahi wanita yang berada di luar suku Minang, justru Marah Hamli menikahi seorang wanita Sunda. Oleh karena itu, diperbolehkannya Marah Hamli tetap menikah dengan wanita pilihannya tersebut dengan syarat dia harus menikah lagi dengan wanita Minang, namun demikian Marah Hamli tidak bersedia melakukan poligami, bukan hanya karena istrinya tidak mau dimadu, tapi juga dirinya tidak mau membagi kasih sayangnya kepada orang lain. Bagi Hamli cinta sejati seumur hidupnya hanyalah satu, yaitu Din Wati. Selain hal tersebut, karena seorang


(35)

5

Marah Hamli tidak mau menuruti permintaan pamannya untuk menikahi anak perempuan pamannya, maka Marah Hamli diminta untuk mengembalikan semua biaya yang telah dikeluarkan pamannya untuk dirinya.

Perlawanan tidak selalu harus berbentuk kekerasan, hal ini juga yang dilakukan Marah Rusli terhadap novelnya tersebut. Dalam novel tersebut, terdapat sebuah perlawanan budaya yang diwakili sendiri oleh Marah Rusli selaku pengarang dan tokoh dalam novel tersebut. Marah Rusli menggugat adat lapuk priyayi-priyayi Minangkabau yang menganggap perkawinan antara laki-laki bangsawan Padang dan perempuan daerah lain sebagai suatu hinaan. Marah Rusli merupakan seorang pemuda asli Minang yang seharusnya ikut menjaga dan menjunjung adat kebudayaanya, justru malah menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap budayanya tersebut. Perlawanan budaya tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya Marah Rusli menganggap bahwa adat yang dijunjung tinggi oleh para priyayi-priyayi Minang sudah tidak selaras dengan perkembangan pada masa itu. Sehingga perlu adanya pembenaran atas ketidakselarasan tersebut.

Menurut Hadikusuma (2003: 70), perkawinan menurut hukum adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara seorang pria dengan wanita sebagai suami-istri untuk maksud mendapatkan keturunan dan membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga berarti suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari pihak istri dan pihak suami. Terjadinya perkawinan, berarti berlakunya ikatan kekerabatan untuk dapat saling membantu dan menunjang hubungan kekerabatan yang rukun dan damai.

Penelitian ini menjadi penting dilakukan agar masyarakat cermat akan budaya yang saat ini dilakukan, sehingga tidak selalu menganggap bahwa budaya


(36)

6

yang dijalankannya itu benar. Penelitian ini juga merujuk pada penelitiah terdahulu yang dilakukan oleh (Azwar, 2014) dengan judul “Perlawanan Sastra dalam Koran Indonesia”. Dalam penelitian tersebut juga melakukan perlawanan terhadap budaya, namun bedanya Azwan lebih menitikberatkan pada perlawanan terhadap orang-orang yang tertindas, sedangkan dalam penelitian yang diberi nama Perlawanan Budaya Tokoh Utama dalam Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli ini membahas mengenai perlawanan budaya yang disebabkan karena ketidakselarasan antara budaya yang dianut masyarakat dengan perkembangan yang telah ada.

Selain penelitian yang dilakukan Azwar (2014), penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Ika Wulandari dengan judul “Perlawanan Budaya Sastrawan yang Terbuang”. Dalam penelitian tersebut juga mengkaji perlawanan yang terdapat dalam novel Memang Jodoh, namun yang mebedakan, dalam penelitian yang dilakukan oleh Ika Wulandari hanya menitikberatkan pada masalah perkawinan dan poligami pada masyarakat Minangkabau, sedangkan pada penelitian yang diberi nama Perlawanan Budaya Tokoh Utama dalam Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli ini lebih luas dengan mengkaji sistem kekerabatan, harta pusaka, dan perkawinan pada masyarakat Minangkabau.

Pendekatan antropologi sastra merupakan pendekatan yang tepat untuk mengkaji permasalahan ini. Pendekatan antropologi sastra digunakan karena penelitian ini menyangkut tentang kebudayaan dalam kajian karya sastra, kebudayaan tersebut berupa adat istiadat masyarakat Minangkabau yang terdapat dalam novel Memang Jodoh. Menurut Ratna (2004: 351), antropologi sastra adalah studi mengenai karya sastra dengan relevansi manusia (anthropos).


(37)

7

Antropologi sastra dibicarakan dalam kaitannya dengan antropologi kultural, dengan karya-karya yang dihasilkan oleh manusia, seperti: bahasa, religi, mitos, sejarah, hukum, adat-istiadat, dan karya seni, khususnya karya sastra.

Mencermati hal-hal yang dikemukakan di atas, menarik sekali meneliti bagaimana pesan perlawanan budaya yang dikemukakan oleh Marah Rusli sebagai pengarang sekaligus tokoh. Kisah tentang perlawanan terhadap adat-adat yang mengatur pernikahan ini mengakibatkan dirinya terbuang seumur hidup dari tanah kelahirannya. Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan ini diberi judul : Kajian Perlawanan Budaya dalam Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli. Berdasarkan judul tersebut kajian ini akan memfokuskan pada bentuk, fungsi, dan makna perlawanan budaya dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli.

1.2 Fokus Masalah

Fokus penelitian merupakan pembahasan yang harus ada di dalam setiap penelitian, dengan adanya fokus penelitian, maka penelitian yang dibuat akan lebih terarah. Masalah yang dibahas oleh penelitian ini dibatasi pada bentuk, fungsi, dan makna perlawanan budaya dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli. Penelitian ini menjadi penting dilakukan agar mengingatkan kembali terhadap adat istiadat Indonesia yang mungkin menyimpang dari nilai-nilai budaya. Selain hal tersebut, alasan mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan, yaitu bentuk perlawanan budaya yang memang belum banyak dilakukan oleh peneliti lain, sehingga penelitian mengenai perlawanan budaya menjadi permasalahan baru dalam dunia penelitian.


(38)

8

1.3 Rumusan Masalah

a. Bagaimana bentuk perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli?

b. Bagaimana fungsi perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli?

c. Bagaimana makna perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli?

1.4 Tujuan

a. Mendeskripsikan bentuk perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli.

b. Mendeskripsikan fungsi perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli.

c. Mendeskripsikan makna perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli.

1.5 Manfaat a. Manfaat Teoretis

1. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan kajian mengenai teori perlawanan budaya dalam sastra.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan-pengembangan ilmu sastra khususnya novel.

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini juga dapat menambah khasanah pengetahuan bagi pembaca tentang kesustraan yang berlatar pada kebudayaan masyarakat Minagkabau.


(39)

9

2. Dapat diambil bagi mahasiswa atau penenliti yang ingin meneliti lagi mengenai perlawanan budaya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi.

1.6 Penegasan Istilah

Penegasan istilah merupankan hal yang harus dijelaskan, karena dalam suatu penelitian, kata kunci merupakan suatu pemahan untuk mempermudah peneliti mempertangungjawabkan suatu penelitian.

1. Antropologi sastra adalah analisis dan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan. Karakteristik penelitian antropologi sastra adalah pemahaman sastra dari sisi keanekaragaman budaya, (Ratna, 2011: 31).

2. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan terhadap budaya yang ada. Perlawanan budaya disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu penyebab perlawanan tersebut karena tertindasnya seseorang dikarenakan budaya tersebut. Karena terjadi sebuah penindasan, maka akan terjadi pemberontakan yang mengakibatkan terjadinya perlawanan.

3. Budaya adalah cipta, rasa dan karsa manusia yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah dalam suatu kelompok masyarakat, (Koentjaraningrat, 1986: 181).

4. Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita, atau tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya, (Aminudin, 2011: 79).


(40)

10

5. Bentuk perlawanan budaya adalah wujud disparitas (perpedaan) budaya yang mengakibatkan keterasingan budaya bagi sebagian masyarakat dan tidak mendukung cita-cita integrasi kebudayaan, (Kuntowijoyo, 1987: 32).

6. Fungsi perlawanan budaya adalah kegunaan suatu usaha untuk mencegah ketidakselarasan terhadap suatu budaya agar terjalin keselarasan bagi hidup bermasyarakat.

7. Makna perlawanan budaya adalah arti sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perlawanan budaya dengan maksud dan tujuan tertentu.


(1)

Marah Hamli tidak mau menuruti permintaan pamannya untuk menikahi anak perempuan pamannya, maka Marah Hamli diminta untuk mengembalikan semua biaya yang telah dikeluarkan pamannya untuk dirinya.

Perlawanan tidak selalu harus berbentuk kekerasan, hal ini juga yang dilakukan Marah Rusli terhadap novelnya tersebut. Dalam novel tersebut, terdapat sebuah perlawanan budaya yang diwakili sendiri oleh Marah Rusli selaku pengarang dan tokoh dalam novel tersebut. Marah Rusli menggugat adat lapuk priyayi-priyayi Minangkabau yang menganggap perkawinan antara laki-laki bangsawan Padang dan perempuan daerah lain sebagai suatu hinaan. Marah Rusli merupakan seorang pemuda asli Minang yang seharusnya ikut menjaga dan menjunjung adat kebudayaanya, justru malah menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap budayanya tersebut. Perlawanan budaya tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya Marah Rusli menganggap bahwa adat yang dijunjung tinggi oleh para priyayi-priyayi Minang sudah tidak selaras dengan perkembangan pada masa itu. Sehingga perlu adanya pembenaran atas ketidakselarasan tersebut.

Menurut Hadikusuma (2003: 70), perkawinan menurut hukum adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara seorang pria dengan wanita sebagai suami-istri untuk maksud mendapatkan keturunan dan membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga berarti suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari pihak istri dan pihak suami. Terjadinya perkawinan, berarti berlakunya ikatan kekerabatan untuk dapat saling membantu dan menunjang hubungan kekerabatan yang rukun dan damai.

Penelitian ini menjadi penting dilakukan agar masyarakat cermat akan budaya yang saat ini dilakukan, sehingga tidak selalu menganggap bahwa budaya


(2)

yang dijalankannya itu benar. Penelitian ini juga merujuk pada penelitiah terdahulu yang dilakukan oleh (Azwar, 2014) dengan judul “Perlawanan Sastra dalam Koran Indonesia”. Dalam penelitian tersebut juga melakukan perlawanan terhadap budaya, namun bedanya Azwan lebih menitikberatkan pada perlawanan terhadap orang-orang yang tertindas, sedangkan dalam penelitian yang diberi nama Perlawanan Budaya Tokoh Utama dalam Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli ini membahas mengenai perlawanan budaya yang disebabkan karena ketidakselarasan antara budaya yang dianut masyarakat dengan perkembangan yang telah ada.

Selain penelitian yang dilakukan Azwar (2014), penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Ika Wulandari dengan judul “Perlawanan Budaya Sastrawan yang Terbuang”. Dalam penelitian tersebut juga mengkaji perlawanan yang terdapat dalam novel Memang Jodoh, namun yang mebedakan, dalam penelitian yang dilakukan oleh Ika Wulandari hanya menitikberatkan pada masalah perkawinan dan poligami pada masyarakat Minangkabau, sedangkan pada penelitian yang diberi nama Perlawanan Budaya Tokoh Utama dalam Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli ini lebih luas dengan mengkaji sistem kekerabatan, harta pusaka, dan perkawinan pada masyarakat Minangkabau.

Pendekatan antropologi sastra merupakan pendekatan yang tepat untuk mengkaji permasalahan ini. Pendekatan antropologi sastra digunakan karena penelitian ini menyangkut tentang kebudayaan dalam kajian karya sastra, kebudayaan tersebut berupa adat istiadat masyarakat Minangkabau yang terdapat dalam novel Memang Jodoh. Menurut Ratna (2004: 351), antropologi sastra adalah studi mengenai karya sastra dengan relevansi manusia (anthropos).


(3)

Antropologi sastra dibicarakan dalam kaitannya dengan antropologi kultural, dengan karya-karya yang dihasilkan oleh manusia, seperti: bahasa, religi, mitos, sejarah, hukum, adat-istiadat, dan karya seni, khususnya karya sastra.

Mencermati hal-hal yang dikemukakan di atas, menarik sekali meneliti bagaimana pesan perlawanan budaya yang dikemukakan oleh Marah Rusli sebagai pengarang sekaligus tokoh. Kisah tentang perlawanan terhadap adat-adat yang mengatur pernikahan ini mengakibatkan dirinya terbuang seumur hidup dari tanah kelahirannya. Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan ini diberi judul : Kajian Perlawanan Budaya dalam Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli. Berdasarkan judul tersebut kajian ini akan memfokuskan pada bentuk, fungsi, dan makna perlawanan budaya dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli.

1.2 Fokus Masalah

Fokus penelitian merupakan pembahasan yang harus ada di dalam setiap penelitian, dengan adanya fokus penelitian, maka penelitian yang dibuat akan lebih terarah. Masalah yang dibahas oleh penelitian ini dibatasi pada bentuk, fungsi, dan makna perlawanan budaya dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli. Penelitian ini menjadi penting dilakukan agar mengingatkan kembali terhadap adat istiadat Indonesia yang mungkin menyimpang dari nilai-nilai budaya. Selain hal tersebut, alasan mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan, yaitu bentuk perlawanan budaya yang memang belum banyak dilakukan oleh peneliti lain, sehingga penelitian mengenai perlawanan budaya menjadi permasalahan baru dalam dunia penelitian.


(4)

1.3 Rumusan Masalah

a. Bagaimana bentuk perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli?

b. Bagaimana fungsi perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli?

c. Bagaimana makna perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli?

1.4 Tujuan

a. Mendeskripsikan bentuk perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli.

b. Mendeskripsikan fungsi perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli.

c. Mendeskripsikan makna perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli.

1.5 Manfaat

a. Manfaat Teoretis

1. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan kajian mengenai teori perlawanan budaya dalam sastra.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan-pengembangan ilmu sastra khususnya novel.

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini juga dapat menambah khasanah pengetahuan bagi pembaca tentang kesustraan yang berlatar pada kebudayaan masyarakat Minagkabau.


(5)

2. Dapat diambil bagi mahasiswa atau penenliti yang ingin meneliti lagi mengenai perlawanan budaya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi.

1.6 Penegasan Istilah

Penegasan istilah merupankan hal yang harus dijelaskan, karena dalam suatu penelitian, kata kunci merupakan suatu pemahan untuk mempermudah peneliti mempertangungjawabkan suatu penelitian.

1. Antropologi sastra adalah analisis dan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan. Karakteristik penelitian antropologi sastra adalah pemahaman sastra dari sisi keanekaragaman budaya, (Ratna, 2011: 31).

2. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan terhadap budaya yang ada. Perlawanan budaya disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu penyebab perlawanan tersebut karena tertindasnya seseorang dikarenakan budaya tersebut. Karena terjadi sebuah penindasan, maka akan terjadi pemberontakan yang mengakibatkan terjadinya perlawanan.

3. Budaya adalah cipta, rasa dan karsa manusia yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah dalam suatu kelompok masyarakat, (Koentjaraningrat, 1986: 181).

4. Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita, atau tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya, (Aminudin, 2011: 79).


(6)

5. Bentuk perlawanan budaya adalah wujud disparitas (perpedaan) budaya yang mengakibatkan keterasingan budaya bagi sebagian masyarakat dan tidak mendukung cita-cita integrasi kebudayaan, (Kuntowijoyo, 1987: 32).

6. Fungsi perlawanan budaya adalah kegunaan suatu usaha untuk mencegah ketidakselarasan terhadap suatu budaya agar terjalin keselarasan bagi hidup bermasyarakat.

7. Makna perlawanan budaya adalah arti sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perlawanan budaya dengan maksud dan tujuan tertentu.