RESENSI BUKU 2 ISI

IDENTITAS BUKU

Judul Buku

: Pengantar Studi Hubungan Internasional

Judul Asli

: Introduction International Relations
Oxford University Press Inc., New York, 1999

Penulis

: Robert Jackson dan Georg Sorensen

Desain Cover : Poras Sporano
Penerjemah

: Dadan Suryadipura

Penyunting


: Kamdani

Tata Letak

: Cetakan I, Februari 2005
Cetakan II, Januari 2009
PP.2005.11

Penerbit

: Pustaka Pelajar. Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167.
pustakapelajar@telkom.net

Pencetak

: Pustaka Pelajar Offset

1


PENDAHULUAN
Sebagaimana kita tahu, dunia ini tidak hanya terdiri dari satu atau dua negara.
Menurut survei yang dilakukan oleh PBB, dunia ini terbagi menjadi lebih dari 193 negara.1
Dengan setiap negara di dunia memiliki daerah atau wilayahnya sendiri. Bukan hanya itu,
setiap negara juga memiliki batas-batas negaranya sendiri. Robert Jackson dan George
Sorensen dalam bukunya (versi Indonesia) yang berjudul Pengantar Studi Hubungan
Internasional, mengemukakan bahwa seluruh penduduk dunia terbagi dalam wilayah
komunitas politik yang terpisah, atau negara-negara merdeka, yang mempengaruhi cara
hidup manusia. Dengan kata lain perbedaan wilayah dan batas negara, membuat negara
pasti memiliki suatu sistem negara yang khas, yang akan membedakannya dengan negara
yang lain. Kekhas-an sistem negara itu akan menciptakan perbedaan gaya hidup ataupun
perbedaan cara hidup setiap penduduk di dunia. Alasan inilah yang membuat kita perlu
memahami dan mempelajari apa yang dimaksud dengan Ilmu Hubungan Internasional.
Kekhas-an yang dimiliki oleh suatu negara, tidak lantas membuat negara itu
menutup diri dari negara lain. Sebaliknya, mereka menyadari pentingnya bekerjasama
dengan negara lain yang memiliki daerah teritorial yang berbeda yang tentunya memiliki
sistem dan kepentingan yang berbeda pula. Sebagai contoh adalah manusia. Bisakah
manusia hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan orang lain?
Jawabannya adalah, tidak. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, yang
membutuhkan bantuan orang lain untuk bertahan hidup. Demikian pula suatu negara. Yang

karena perbedaan sistem negara, memaksa suatu negara untuk berhubungan dengan negara
lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya.2 Karena pada dasarnya perbedaan yang
dimiliki oleh negara itu ada supaya setiap negara saling melengkapi. Interaksi yang
semakin kompleks di antara negara-negara, membuat batasan-batasan politis ataupun
geografis tak lagi menjadi penghalang yang berarti. Inilah sebabnya mengapa Hubungan
Internasional dikatakan sebagai hubungan yang tak kenal batas negara.3 Interaksi pada
hubungan internasional tidak terbatas pada politik saja, namun meliputi segala aspek
interaksi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hubungan Internasional adalah studi tentang
interaksi antara aktor yang satu dengan aktor yang lain. Di saat banyak tokoh

2

mengemukakan ruang lingkup Hubungan Internasional hanya sebagai disiplin ilmu,
Universitas Airlangga memiliki sudut pandang yang berbeda. Universitas Airlangga
memiliki pandangan bahwa Hubungan Internasional bisa berlaku sebagai ilmu pengetahuan
dan seni.4 Hubungan Internasional sebagai ilmu memiliki konsep dasar untuk bisa
memahami peristiwa-peristiwa yang terkait dengan hubungan internasional. Sedangkan
Hubungan Internasional sebagai seni berorientasi pada pengembangan kompetensi
komunikasi, negosiasi, dan manajerial global.4 Hubungan Internasional menurut
Universitas Airlangga, adalah suatu ilmu interdispliner tidak sekadar mengenai negosiasi

namun juga memberikan solusi yang strategis dalam berbagai konflik.
Berbicara mengenai Hubungan Internasional, maka kita tidak akan terlepas dari
konteks mengenai interaksi internasional. Interaksi dalam Hubungan Internasional itu
meliputi tiga elemen yang penting dan mendasar yaitu actor, interest dan power. Ketiga
komponen interaksi internasional tersebut tentu saja tidak dapat terpisahkan. Lalu siapa
aktor dalam Hubungan Internasional? Di dalam Hubungan Internasional, aktor di bagi
menjadi dua. Aktor negara dan aktor non-negara. Aktor negara adalah negara itu sendiri
sedangkan aktor non-negara merupakan organisasi internasional, misalnya MNCs (Multi
National Corporations) dan IGOs (International Govermental Organization). Kedua aktor
ini memiliki andil yang besar dalam pelaksanaan hubungan internasional antar negara.
Elemen yang kedua adalah interest atau kepentingan. Aktor dalam melakukan aksinya tidak
mungkin tanpa tujuan. Di sini kepentingan seolah-olah menjadi pendorong bagi aktor untuk
mencapai tujuannya. Seringkali disebutkan, tujuan dari kepentingan itu adalah untuk
memiliki dan mencapai power (kekuatan atau kekuasaan) yang notabene merupakan
elemen dasar yang ketiga. Kekuasaan yang dicapai bukan hanya mengenai kekuasaan
militer, namun juga kekuasaan dalam bidang kesehatan, teknologi, ekonomi dan
sebagainya.

3


BAB 1
MENGAPA MEMPELAJARI HI
HI adalah nama singkatan bagi subjek akademis hubungan internasional. Alasan
utama mengapa kita harus mempelajari HI adalah adanya fakta bahwa seluruh penduduk
dunia terbagi kedalam wilayah komunitas politik yang terpisah, atau negara-negara
merdeka, yang sangat mempengaruhi cara hidup manusia. Secara bersama-sama negaranegara tersebut membentuk system internasional yang akhirnya menjadi system global.
Pada saat ini terdapat sekitar 190 negara yang merdeka.
Sistem negara merupakan lembaga historis, dibentuk oleh masyarakat. Penduduk
dunia tidak selalu hidup di dalam negara-negara berdaulat. Bagi sebagian besar catatan
sejarah manusia, masyarakat sudah tinggal dalam berbagai macam organisasi politik. di
jaman pertengahan, kekuasaan politik kacau dan tersebar. Kebanyakan masyarakat
bergantung pada sejumlah besar kekuasaan yang berbeda sebagian dari mereka politik,
segaian agama dengan tanggung jawab dan kekuatan yang beragam, dari pemeerintah lokal
dan tuan tanah sampai raja di ibu kota yang jauh, dari pendeta di perkotaan sampai pada
paus di roma yang jauh. Dalam negara modern, kekuasaan dipusatkan dalam satu
pemerintahan tertinggi secara hukum, dan masyarakat hidup dalam hukum standar
pemerintahan tersebut. Perkembangan negara modern bergerak sepanjang jalan menuju
pengaturan kekuasaan dan kekuatan politik sepanjang garis rasional dan nasional.
Sistem negara pada awal mulanya merupakan sistem negara bangsa eropa. Selama
era imperialisme barat seluruh dunia dikuasai oleh bangsa eropa, baik secara politik

maupun ekonomi. Hanya dengan dekolonisasi asia dan afrika, setelah perang dunia kedua,
sistem negara benar-benar menjadi institusi global. Globalisasi sistem negara meningkatkan
secara besar-besaran jumlah negara anggotonya dan, oleh karena itu,keberagamanya.
Perbedaan yang paling penting adalah antara negara kuat dengan tingkat kenegaraan
empiris yang tinggi dan negara quasi lemah, yang memiliki kedaulatan formal tetapi negara
yang sangat sedikit kenegaraan subtansialnya. Dengan kata lain, dekolonisasi memberi
kontribusi pada pembagian internal yang dalam dan sangat besar dalam sistem negara

4

antara maju dipusat, yang menguasai sistem secara politik dan ekonomi, dan negara yang
sedang berkembang dipinggiran-pinggiran, yang pengaruh politik dan ekonominya sangat
terbatas.
Masyarakat sering berharap negara-negara mengegakkan nilai-nilai kunci tertentu :
keamanan, kebebasan,ketertiban,keadilan, dan kesejahteraan. Teori HI hirau terhadap caracara bagaimana negara menjamin atau tidak menjamin nilai-nilai tersebut. Secara historis
sistem negara terdiri dari banyak negara yang dipersenjatai dengan sangat kuat, termasuk
sejumlah kecil negara-negara besar yang seringkali sebagai saingan militer dan kadangkadang harus perang dengan yang lainya. Kenyataan negara sebagai mesin perang tersebut
memberi tekanan nilai keamanan. Ia merupakan titik awal bagi tradisi kaum realis dalam
HI. Sampai negara-negara menghentikan saingan militernya, teori realis akan memiliki
dasar sejarah yang kuat. Setelah berakhirnya perang dingin, terdapat beberapa tengara

bahwa hal tersebut mungkin akan berubah: negara-negara besar telah memotong secara
tajam anggaran militer mereka dan mengurangi kekuatan bersenjatanya. Mereka telat
memodernisasi angkatan darat,laut, dan udaranya, tetapi mereka tidak pernah berpikir
untuk menghentikan kekuatan bersenjatanya. Hal tersebut akan membuat realisme menjadi
teori HI yang relevan untuk beberapa waktu yang akan datang.
Tetapi juga merupakan fakta bahwa sepanjang waktu negara-negara bekerjasama
dengan yang lainnya kurang lebih secara rutin, dan tanpa drama politik yang banyak, bagi
keuntungan timbal balik. Mereka menjalankan hubungan diplomatik, mereka berdagang,
mereka mendukung pasar internasional, mereka saling tukar menukar pengetahuan
teknologi dan ilmiah, mereka membuka pintunya bagi Investor, wiraswata, turis, dan
pelancong dari neraga-negara lain. Mereka kolaborasi agar dapat menghadapi berbagai
macam masalah umum, dari masalah lingkungan hidup hingga masalah lalu lintas
perdagangan obat bius. Mereka berjanji pada dirinya sendri untuk menjalankan perjanjian
bilateral dan multilateral untuk tujuan tersebut. Singkatnya, negara-negara berinteraksi
sesuai dengan norma-norma timbal balik. Tradisi kaum liberal dalam HI didasarkan pada
ide dimana kontribusi strategi bagi kebebasan dan kemajuan internasional.
Bagaimana negara menegakkan keadilan dan ketertiban dalam sistem negara?
Biasanya melalui aturan-aturan dan norma-norma hukum internasional, dan melalui

5


oraganisasi internasional dan aktivitas diplomatik. Terjadi ekspansi yang sangat besar atas
elemen-elemen masyarakat internasional tersebut sejak

1945. Tradisi masyarakat

internasional dalam HI menekankan kepentingannya hubungan internasional semacam itu.
Akhirnya, sistem negara-negara juga merupakan sistem sosioekonomi; kekayaan dan
kesejahteraan merupakan perhatian utama bagian besar negara. Fakta tersebut merupakan
titik awal teori-teori EPI dalam HI. Teoritisi EPI juga membahas sejumlah konsekuensi
ekspansi barat dan penggabungan dunia ketiga ke dalam sistem negara paada akhirnya.
Gambaran Singkat Sejarah Sistem Negara
Negara-negara merdeka satu sama lain, paling tidak secara hukum mereka memiliki
kedaulatan. Tetapi hal itu tidak berarti mereka terasing atau terpisah satu sama lain.
Sebaliknya, mereka berdekatan dan mempengaruhi satu sama lain dan oleh karena itu tidak
ada jalan lain kecuali harus mendapatkan cara untuk hidup berdampingan dan berhadapan
satu sama lain. Mereka biasanya berhubungan dalam pasar internasional yang
mempengaruhi kebijakan pemerintahannya dan kekayaan serta kesejahteraan warga
negaranya. Hal itu menunjukan bahwa mereka berhubungan satu sama lain. Sistem negara
merupakan system hubungan sosial, yaitu sistem hubungan antara kelompok-kelompok

manusia. Seperti kebanyakan system sosial lainnya, hubungan internasional dapat memiliki
keuntungan dan kerugian tertentu bagi para partisipannya. HI merupakan studi tentang sifat
dan konsekuensi dari hubungan tersebut.
Untuk memahami makna penting HI, diperlukan pemahaman kehidupan apa yang
pada dasarnya terjadi dalam negara. Apa dampaknya? Seberapa penting? Bagaimana kita
harus memikirkannya?. Untuk mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, barang kali
ada gunanya jika kita mengkaji kehidupan kita sehari-hari sebagai warga negara dari negara
tertentu untuk melihat apa yang umumnya kita harapkan dari Negara.
System Negara dibentuk oleh masyarakat. System Negara merupakan organisasi
sosial, system Negara memiliki keuntungan dan kerugian tertentu yang berubah sepanjang
waktu. Tidak ada selain sistem Negara yang diperlukan bagi kehidupan manusia, sekalipun

6

mungkin terdapat banyak hal tentangnya yang menguntungkan bagi standar kehidupan
yang tinggi.
BAB 2
SEBAGAI SUBJEK AKADEMI
Inti tradisional HI berkaitan dengan isu-isu yang berkenan dengan perkembangan
dan peubahan Negara-negara berdaulat dalam konteks sistem Negara atau masyarakat

Negara yang lebih besar. Focus pada Negara dan hubungan negara tersebut membantu
menjelaskan mengapa perang dan perdamaian merupaka masalah sentral teori tradasional
HI. Meskipun demikian, HI kontemporer hirau bukan hanya dengan hubungan politik antar
negara-negara tetapi juga dengan sekelompok subjek lainnya.
Ada empat tradisi teoritis penting dalam HI, realism, liberalism, Masyarakat
Internasional, dan EPI. Sebagai tambahan,
Liberalisme Utopian: Studi Awal HI
Mengapa perang mulai diurutan pertama? Pertanyaan ini tidaklah mudah untuk
dijawab. Tetapi teori akademik HI yang dominan dibentuk pertama kali melalui pencarian
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jawabannya adalah disiplin baru HI
muncul dengan sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran liberal. Bagi para pemikir
liberal, perang dunia pertama perang berada dalam skala yang luas bila dikaitkan dengan
perhitungan yang egois dan tanpa pikir panjang dari para pemimpin otokaratis dalam
negara yang militernya sangat kuat, terutama Jerman dan Austria.
Mengapa HI akademik awal dipengaruhi oleh libealisme? Itu merupakan pertanyaan
besar. Amerika Serikat pada akhirnya terlibat perang di tahun 1917. Intervensi militernya
sangat menentukan hasil perang. AS menjamin kemengangan bagi sekutu-sekutu
demoktratisnya (Amerika Serikat, Inggris, Perancis). Pada saat itu, Amerika Serikat
memiliki presiden Woodrow Wilson, seorang profesor universitas dalam bidang ilmu
politik dan yang memandang sebagai misi utamanya membawa nilai-nilai demokratis


7

liberal ke Eropa dan keseluruh dunia. Hanya dengan cara itu, ia yakin perangn besar
lainnya akan dapat dicegah. Singkatnya, cara berpikir liberal memiliki dukungan politik
yang solid dari negara yang paling kuat dalam system internasional pada saat itu. HI
akademik berkembang pertama kali dan sangat kuat di dua negara demokratis liberal
terkemuka, Amerika Serikat dan Inggris. Para pemikir liberal memilik beberapa gagasan
cemerlang dan keyakinan yang kuat tentang bagaimana menghindari bencana besar di masa
depan, yaitu dengan mereformasi system internasioanal dan juga mereformasi strukturstruktur domestik negara-negara otokratis.
Realisme dan Krisis 20 tahun
Perdebatan besar pertama dimenangkan oleh kaum realis. Sepanjang perang dingin
realisme menjadi cara berpikir yang dominan tentang hubungan internasional bukan hanya
diantara para penstudi tetapi juga diantara para politisi, diplomat, dan juga yang disebut
‘orang biasa’. Ringkasan reaslime Morgenthau (1960) manjadi pengantar standar HI di
1950 dan 1960.
Aliran Behavioralisme dalam HI
Perdebatan besar kedua adalah tentang metode. Pesertanya adalah kaum
tradisionalis dan kaum behavioralis. Yang pertama mencoba memahami dunia sosial yang
rumit dari masalah-masalah manusia dan nilai-nilai mendasarnya, seperti ketertiban,
kebebasan, dan keadilan. Pendekatan berikutnya, behavioralisme, tidak memberikan ruang
bagi

moralitas

atau

etika

dalam

teori

internasional.

Behavioralisme

ingin

mengklasifikasikan, mengukur, dan menjelaskan melalui formulasi hukum-hukum umum
seperti yang formulasikan dalam ilmu “keras” seperti kimia, fisika dst. Kaum behavioralis
nampaknya menang untuk sementara waktu tetapi pada akhirnya tak satu pihak pun yang
memenangkan perdebatan tersebut. Sekarang kedua tipe metode tersebut digunakan dalam
disiplin HI. Ada kebangkitan pendekatan normatif tradisional pada HI setelah berakhirnya
Perang Dingin.

8

Neoliberalisme: Institusi-institusi dan interdependensi
Di 1960 dan 1970an, neobelarisme menantang realisme dengan berargumen bahwa
interdependensi, integrasi, dan demokrasi sedang mengubah HI. Neoralisme menjawab
bahwa anarki dan perimbangan kekuatan masih tetap sebagai inti HI.
Perdebatan ketiga dicirikan oleh serangan kaum neo-marxis terhadap posisi
realisme / neoralisme dan liberalism / neoliberalisme yang mapan. Perdebatan ini hirau
pada ekonomi politik internasional (EPI). Ia menciptakan situasi yang lebih kompleks
dalam disiplin sebab ia memperluas wilayah menuju isu-isu ekonomi dan sebab ia
memperkenalkan masalah-masalah tertantu negara-negara Dunia Ketiga. Tidak ada
pemenang yang jelas dari perdebatan ketiga. Dalam EPI, perdebatan antara pemain utama
terus berlanjut.
Sekarang perdebatan keempat sedang berjalan dalam HI, perdebatan ini melibatkan
serangan pada tradisi-tradisi yang mapan oleh pendekatan-pendekatan alternative, kadangkadang dikenal sebagai ‘alternatifalternatif postpositivis’. Perdebatan itu mengangkat baik
isu-isu metodologi (yaitu isu-isu mana yang seharusnyadipertimbangkan sebagai yang
paling penting). Pendekatan-pendekatan ini juga menolak pernyataan-pernyataan ilmiah
neoralisme dan neoribelarisme.

9

BAB III
REALISME
Ide dan asumsi dasar kaum realis adalah. (1) pandangan pesimis atas sifat manusia
(2) keyakinan bahwa hubungan internasional pada dasarnya konfliktual dan bahwa konflik
internasional pada akhirnya diselesaikan melalui perang (3) menjunjung tinggi nilai-nilai
keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara (4) Skeptisisme dasar bahwa terdapat
kemajuan dalam politik internasional seperti yang terjadi dalam kehidupan politik
domestic. Pemikiran asumsi dan asumsi ini mengndalikan pemikiran dari sebagian besar
teoritisi HI realis terkemuka, baik di masa silam maupun sekarang.
Kaum realis biasanya memiliki pandangan yang pesimis tentang sifat manusia.
Kaum realis skeptis bahwa akan ada kemajuan dalam politik internasional sama seperti
kemajuan dalam kehidupan politik domestik. Mereka bergerak dengan asumsi dasar bahwa
politik dunia terdiri dari anarki internasional negara-negara berdaulat. Kaum realis melihat
hubungan internasional pada dasarnya konfliktual, dan mereka melihat konflik
internasional pada akhirnya diselesaikan dengan perang.
Kaum realis memiliki penilaian yang tinggi pada nilai-nilai keamanan nasional,
kelangsungan hidup negara, dan stabilitas serta ketertiban internasional. Mereka biasanya
percaya bahwa tidak ada kewajiban internasional dalam hal moral dari kata yaitu terikat
oleh kewajiban timbal balik antara negara-negara merdeka. Bagi kaum realis klasik dan
neoklasik terdapat satu satu moralitas bagi wilayah pribadi dan yang lainnya dan moralitas
yang sangat berbeda bagi wilayah publik. Etika politik membolehkan beberapa tindakan
yang tidak akan diijinkan oleh moralitas pribadi.
Bab ini telah membahas berbagai macam aliran utama realisme, perbedaan tajam
dibuat antara realisme klasik disatu sisi dan realisme strategis kontemporer dan neoralisme
di sisi lain. Aliran realisme yang mana yang mengandung program penelitian yang paling
menjanjikan, john mearsheimer (1993) menyatakan bahwa neoralisme adalah teori umum
yang berlaku pada situasi sejarah lain disamping perang dingin. Ia berpendapat bahwa

10

neorealisme dapat digunakan untuk memprediksi jalannya sejarah internasional setelah
perang dingin. Kami telah mencatat bahwa neorealisme memformulasikan sejumlah
pertanyaan penting tentang distribusi kekuatan dalam sistem internasional dan perimbangan
kekuatan dari negara-negara terkemuka. Tetapi kami juga telah menekankan beberapa
keterbatasan teori neoralis. Khususnya mengenai analisis kerjasama dan intergtrasi di eropa
barat setelah berakhirnya perang dingin. Sebagai kaum neorealis berfikir bahwa pola-pola
kerjasama ini dapat diterapkan tanpa kesulitan besar melalui pengembangan lebih jauh
analisis neorealis. Dalam pandangan yang lebih skeptis, neorealisme nampaknya tekait erat
dengan lingkungan sejarah khusus konflik timur/barat:
1. Sistem bipolar berdasarkan pada dua super power yang berlawanan, yang masing
masing bertentangan satu sama lain dan siap mengadakan perang nuklir demi
ideologinya
2. Perkembangan senjata nuklir dan alat-alat untuk mengirimnya untuk kesetiap titik
sasaran dibumi.
Sejak berakhirnya perang dingin Unisoviet menghilang dari peredaran dan sistem
bipolar telah memberikan jalan menuju sebuah sistem yang di situ ada beberapa negara
besar, tetapi Amerika serikat sekarang dianggap sebagai satu-satunya super power yang
sebenarnya. Senjata nuklir tetap ada, tentunya. Sekarang ada bahaya yang lebih besar dari
pada sebelum penyebaran senjata nuklir. Di 1998 di India maupun pakistan menguji alatalat senjata nuklir dan dengan demikian mengubah sub benua asia selatan menjadi kawasan
terbuka senjata nuklir. Tetapi tak satupun negara-negara besar yang memiliki senjata nuklir
termasuk Rusia dan Cina memberikan indikasi apapun keinginan untuk mengembalikan
sistem pemaksaan nuklir perang dingin.
Kami yakin hal itu meninggalkan raelisme neoklasik dengan program penelitian
masa depan yang sangat menjanjikan. Kami telah mencoba menunjukan bagaimana
perdebatan tentang perluasan NATO di eropa timur menekankan perlunya mendiskusikan
pernyataan-pernyataan penting tentang nilai-nilai ketika melakukan penelitian dalam isu-isu
kebijakan luar negeri kaum neoralis benar dalam menunjukan resiko perang dingin baru,
tetapi realisme klasik lah yang memfokuskan dalam menganalisis bagaimana pilihanpilihan yang sulit dibuat oleh para pemimpin negara mungkin atau tidak mungkin

11

menghasilkan perang dingin baru. Dalam perdebatan dengan perluasan NATO. Sangat jelas
bahwa baik kaum realis yang mendukung perluasan maupun yang menentang perluasan
sangat memperhatinkan hal iini, dan mereka memunculkan kesimpulan yang berbeda
tentang apakah perluasan akan mengurangi atau meningkatkan risiko yang sedang terjadi.
Perdebatan mereka merupakn contoh baik tentang perbedaan yang jelas di antara kaum
realis neoklasik.
dalam pandangan ini, program penelitian masa depan bagi realisme akan dibangun
dari karya hans morgenthau daripada schelling atau waltz, dan akan memusatkan perhatian
pada isu-isu penting mengenai sistem negara pasca perang dingin diaman fokus realisme
dan neorealisme strategis yang lebih sempit belum siap menghadapinya.
Strategi riset yang masuk akal bagi realisme pasca perang dingin, oleh karena itu,
akan menimbulkan upaya untuk memahami peran kekuatan tertinggi yang tidak tersaingi
tetapi juga ramah dalam sistemm internasional yang harus menghadapinya beberapa
masalah peting : pertama, perlindungan keamamnan dan perdamaina global, dan kedua
berusaha mengatasi “ negara-negara pemberontak” dan “ negara-negara gagal” dipinggiran
sistem negara.
Kaum realis biasanya memiliki pandangan yang pesimis tentang sifat manusia.
Kaum realis skeptis bahwa akan ada kemajuan dalam politik internasional sama seperti
kemajuan dalam kehidupan politik domestik. Mereka bergerak dengan asumsi dasar bahwa
politik dunia terdiri dari anrki internasional negara-negara berdaulat. Kaum realis melihat
hubungan internasioanal pada dasarnya konfliktual, dan mereka meliahat konflik
international.

12

BAB 4
LIBERALISME
Sistem negara merupakan lembaga historis, dibentuk oleh masyarakat. Penduduk
dunia tidak selalu hidup di dalam negara-negara berdaulat. Bagi sebagian besar catatan
sejarah manusia, masyarakat sudah tinggal dalam berbagai macam organisasi politik. di
jaman pertengahan, kekuasaan politik kacau dan tersebar. Kebanyakan masyarakat
bergantung pada sejumlah besar kekuasaan yang berbeda sebagian dari mereka politik,
segaian agama dengan tanggung jawab dan kekuatan yang beragam, dari pemeerintah lokal
dan tuan tanah sampai raja di ibu kota yang jauh, dari pendeta di perkotaan sampai pada
paus di roma yang jauh. Dalam negara modern, kekuasaan dipusatkan dalam satu
pemerintahan tertinggi secara hukum, dan masyarakat hidup dalam hukum standar
pemerintahan tersebut. Perkembangan negara modern bergerak sepanjang jalan menuju
pengaturan kekuasaan dan kekuatan politik sepanjang garis rasional dan nasional.
Sistem negara pada awal mulanya merupakan sistem negara bangsa eropa. Selama
era imperialisme barat seluruh dunia dikuasai oleh bangsa eropa, baik secara politik
maupun ekonomi. Hanya dengan dekolonisasi asia dan afrika, setelah perang dunia kedua,
sistem negara benar-benar menjadi institusi global. Globalisasi sistem negara meningkatkan
secara besar-besaran jumlah negara anggotonya dan, oleh karena itu,keberagamanya.
Perbedaan yang paling penting adalah antara negara kuat dengan tingkat kenegaraan
empiris yang tinggi dan negara quasi lemah, yang memiliki kedaulatan formal tetapi negara
yang sangat sedikit kenegaraan subtansialnya. Dengan kata lain, dekolonisasi memberi
kontribusi pada pembagian internal yang dalam dan sangat besar dalam sistem negara
antara maju dipusat, yang menguasai sistem secara politik dan ekonomi, dan negara yang
sedang berkembang dipinggiran-pinggiran, yang pengaruh politik dan ekonominya sangat
terbatas.
Masyarakat seringa berharap negara-negara mengegakkan nilai-nilai kunci tertentu :
keamanan, kebebasan,ketertiban,keadilan, dan kesejahteraan. Teori HI hirau terhadap caracara bagaimana negara menjamin atau tidak menjamin nilai-nilai tersebut. Secara historis
sistem negara terdiri dari banyak negara yang dipersenjatai dengan sangat kuat, termasuk

13

sejumlah kecil negara-negara besar yang seringkali sebagai saingan militer dan kadangkadang harus perang dengan yang lainya. Kenyataan negara sebagai mesin perang tersebut
memberi tekanan nilai keamanan. Ia merupakan titik awal bagi tradisi kaum realis dalam
HI. Sampai negara-negara menghentikan saingan militernya, teori realis akan memiliki
dasar sejarah yang kuat. Setelah berakhirnya perang dingin, terdapat beberapa tengara
bahwa hal tersebut mungkin akan berubah: negara-negara besar telah memotong secara
tajam anggaran militer mereka dan mengurangi kekuatan bersenjatanya. Mereka telat
memodernisasi angkatan darat,laut, dan udaranya, tetapi mereka tidak pernah berpikir
untuk menghentikan kekuatan bersenjatanya. Hal tersebut akan membuat realisme menjadi
teori HI yang relevan untuk beberapa waktu yang akan datang.
Tetapi juga merupakan fakta bahwa sepanjang waktu negara-negara bekerjasama
dengan yang lainnya kurang lebih secara rutin, dan tanpa drama politik yang banyak, bagi
keuntungan timbal balik. Mereka menjalankan hubungan diplomatik, mereka berdagang,
mereka mendukung pasar internasional, mereka saling tukar menukar pengetahuan
teknologi dan ilmiah, mereka membuka pintunya bagi investor, wiraswata, turis, dan
pelancong dari neraga-negara lain. Mereka kolaborasi agar dapat menghadapi berbagai
macam masalah umum, dari masalah lingkungan hidup hingga masalah lalu lintas
perdagangan obat bius. Mereka berjanji pada dirinya sendri untuk menjalankan perjanjian
bilateral dan multilateral untuk tujuan tersebut. Singkatnya, negara-negara berinteraksi
sesuai dengan norma-norma timbal balik. Tradisi kaum liberal dalam HI didasarkan pada
ide dimana kontribusi strategi bagi kebebasan dan kemajuan internasional.
Bagaimana negara menegakkan keadilan dan ketertiban dalam sistem negara?
Biasanya melalui aturan-aturan dan norma-norma hukum internasional, dan melalui
oraganisasi internasional dan aktivitas diplomatik. Terjadi ekspansi yang sangat besar atas
elemen-elemen masyarakat internasional tersebut sejak

1945. Tradisi masyarakat

internasional dalam HI menekankan kepentingannya hubungan internasional semacam itu.
Akhirnya, sistem negara-negara juga merupakan sistem sosioekonomi; kekayaan dan
kesejahteraan merupakan perhatian utama bagian besar negara. Fakta tersebut merupakan
titik awal teori-teori EPI dalam HI. Teoritisi EPI juga membahas sejumlah konsekuensi
ekspansi barat dan penggabungan dunia ketiga ke dalam sistem negara paada akhirnya.

14

Tradisi liberal dalam HI sangat erat kaitannya dengan munculnya negara liberal
modern. Filosofi liberal, dimulai dari John Locke melihat potensi yang besar bagi kemajuan
manusia dalam civyl society dan perekonomian kapitalis modern, keduanya dapat
berkembang dalam negara-negara yang menjamin kebebasan individu. Modernitas
membentuk kehidupan yang baru dan lebih baik, bebas dari pemerintah yang otoriter dan
dengan tingkat kesejahteraan material yang jauh lebih tinggi.
Pada teori liberal setelah Perang Dunia Kedua. Adalah berguna membagi liberalisme pasca
perang menjadi empat aliran pemikiran utama:
 Liberalisme Sosiologi
Bahwa kaum liberal sosiologis sebagai berikut: Hi bukan hanya study tentang
hunbungan antara pemerintah nasional, penstudi HI juga mempelajari hubungan
antara individu, kelompok ataumasyarakat swasta. Hubungan kesalingtergantungan
yang tumpang tindih anara masyarakat dipersatukan menjadi lebih kooperatif
dibanding hubungan antar negara sebab negara bersifat eksklusif dan menurut
liberalisme sosiologis, kepentingan mereka tidak melebihi dan bertentangan. Dunia
dengan sejumlah besar jaringan transnasional kemudian akan menjadi lebih damai.
 Liberaslime Interdependensi
Interdependensi berarti ketergantungan timbal balik, rakyat dan pemerintah
dipengaruhi oleh apa yang terjadi dimanapun, oleh tindakan rekannya dinegara lain.
Modernisasi dapat meningkatkan derajat dan ruang lingkup interdependensi antara
negara-negara. Dalam interdependensi kompleks, actor-aktor tarnsnasional semakin
penting, kekuatan militer merupakan instrument yang kurang berguna, dan
kesejahteraan bukan keamanan menjadi tujuan utama dan hirauan negara-negara.
Hal itu berarti dunia dari hubungan internasional yang lebih kooperatif.
 Liberalisme Institusional
Kaum liberal institusional menyatakan bahwa institusi internasional menolong
memajukan kerjasama diantara negara-negara. Dalam upaya mengevaluasi
pernyataan tersebut, kaum liberal institusional memakai pendekatan ilmiah,
behavioralistik.
 Liberaslime Republikan
Negara-negara demokrasi tidak berperang melawan satu sama lain dikarenakan
budaya demokratisnya dalam menyelesaikan konflik secara damai, nilai-nilai moral
bersamanya, dan hubungan kerjasama ekonomi dan interdependensi yang saling
menguntungkan. Hal- hal tersebut merupakan batu pondasi yang dijadikan dasar
bagi hubungan damainya. Untuk alas an inilah seluruh dunia negara-negara
15

demokrasi liberal yang kuat dapat diharapkan menjadi dunia yang damai. Namun
Liberaslime mendapat kritikan dari neoralisme. Juga adanya kelompok-kelompok
kaum ”liberal lemah” yang telah pindah mendekati kaum realis dan ada kelompok
kaum “liberal kuat” yang terus mendukung pandangan kaum liberal.

16

BAB 5
MASYARAKAT INTERNASIONAL
Pendekatan masyarakat internasional merupakan jalan tengah dalam studi HI klasik.
Pendekatan masyarakat Internasional menciptakan tempat diantara realisme dan liberalisme
klasik dan membangun tempat tersebut kedalam pendekatan HI yang berbeda dan terpisah.
Pendekatan internsional sebagai “masyarakat” negara dimana aktor utamanya adalah
negarawan yang spesialisasiinya dalam bidang ketatanegaraan.
System negara dibentuk ketika dua atau lebih negara memiliki hubungan yang
memadaidiantara mereka untuk membuat perilaku masing-masing sebagai elemen yang
dibutuhkan dalam perhitungan yang lain. Masyarakat negara hidup ketika sekelompok
negara membentuk masyarakat dalam hal bahwa mereka memandang dirinya diikat oleh
seperangkat aturan bersama dalam hal hubungannya satu sama lain.
Inti Masyarakat Internasional adalah peningkatan dan pemeliharaan ketertiban
internasional tanggung jawab mempertahankan ketertiban diantara negara-negara menjadi
milik negara-negara berkekuatan besar.
Masyarakat internasional juga mencakup perhatian tentang keadilan. Keadilan
komutatif adalah bentuk utama keadilan internasional. Tetapi, isu-isu keadilan distributive
semakin penting dalam agenda internasional.
Hal ini membangkitkan kembali pertanyaan lama tentang kedaulatan negara. Kita masih
hidup dalam dunia kedaulatan negara dan prinsip non intervensi dan ada perasaan yang
kuat, dalam abad demokrasi kita, bahwa negra-negara seharusnya memerintah dirinya
sendiri dan seharusnya tidak diperintah oleh orang asing, apakah mereka kekuatan penjajah
atau perwalian internasional. Engan demikian, abad demokrasi yang sama telah
menghasilkan sejumlah deklarasi hak azasi manusia yang mengurangi, paling tidak,
wilayah kedaulatan negara dan prinsip non intervensi. John vincent mengamati
bahwa”batas-batas” antaramasyarakat domestik dan masyarakat internasional menjadi
“lebih kuat” dalam setengah abad terakhir dari abad ke dua puluh dengan akumulasi banyak
deklarasi internasional dan konvensi tentang hak azasi manusia. Dengan kata lain, ada
kemenduaan dan hubungan yang membinggungkan dalam hukum internasional sekarang
antara tanggung jawab warga negra dari negara yang berdaulat, disatu sisi, dan hak azasi
manusia universal, disisi lain. Bagian yang penting dalam agenda
riset masyarakat
internasional adalah analisi atas kemenduaan tersebut dalam politik dunia kontemporer.
John vincent dna peter willson berpendapat dalam istilah masyarakat internasional yang
lebih reformis bahwa pemikiran bari “legitimasi internasional” sedang naik kepermukaan

17

sebab hukum internasional hak asasi manusia “membuka negara untuk diteliti secara
menyeluruh dari luar dan mendorong kita di luar prinsip non intervensi”. Terdapat suatu
“tatanan baru sesuatu” yang mana dunia saling tergantung dan transnasional didorong oleh
revolusi teknologi dalam komunikasi yaitu” mendorong masyarakat internasioanal dalam
arah menuju masyarakat dunia”. Mereka berpendapat bahwa masyarakat negara pluralis
yang berdasarkan pada prinsip non intervensi “sekarang tekah diganti oleh dunia yang lebih
kompleks”. Disan apasti terdapat “tata pemikiran baru” yang menggali arah yang mungkin
sehingga perubahan tersebut dapat dan harus terjadi dimasa depan. Mereka membutuhkan
teori masyarakat internasional yang jauh lebih kosmopolitan atau solidaris “ yang mengakui
bahwa prinsip non intervensi tidak lagi meringkas moralitas negara”. Teori tersebut dapat
dicapai dengan membangun pemikiran baru tentang legitimasi internasional dimana
agaknya kedaulatan negra tidak lagi memiliki kebanggaan tempat, tetapi malahan sekedar
satu komponen, bersama dengan manusia dan dunia itu sendiri, tentang masyarakat
internasional yang diperluas dan jauh lebih kompleks masyarakat dunia dalam istilah
hedley bull.
Wilayah lain yang disitu kami dapat melihat agenda riset yang meluas adalah teori
masyarakat internasional yang “ menghijau”. Seringkali diyakini bahwa lingkungan hidup
memunculkan masalah normatif, suatau masalah yang tidak dapat dijawab oleh masyarakat
internasional dalam istilah biasa dari kedaulatan negara dan hukum internasional. Sebagai
contoh, robert goodin mempertimbangkan “ bahwa struktur tradisional hukum internasional
ditunjukan seperti oleh pemikiran dari aktor aktor nasional yang otonom dengan hak yang
kuat yang dimiliki semua aktor aktor nasional lainnya sangat tidak tepat bagi kebanyakan
tantangan lingkungan hidup baru”. Argumen tersebut menyarankan bahwa masayrakat
internasional tradisional yang berdasarkan kedaulatan negra berbeda diluar kehidupna
bergunanya, dan sekarang bertindak lebih sebagai penghalang daripada sebagai aset sejauh
menyatakan masalah lingkungan hidup dunia diperhatikan. Teoritis masyarakat
internasional berpendapat bahwa masyarakat negara lebihfleksibel dan dapat beradaptasi
daripada yang dinyatakan kritik tersebut. Implikasi yang jelas adalah bahwa masyarakat
internasional dapay menjadi hijau. Tentunya, hnaya jika berdaulatan negara dilibatkan
maka masalah-masalah lingkungan hidup akan mendapatka pengakuan dan lingkungan

18

norma-norma tersebut, hukum internasional tidak menghalangi atau bahkan menghambat
perhatian lingkungan, sebaliknya, hukum internasional dipakai dan disesuaikakn untuk
mengakomodasi dan tentunya memajukan perhatian tersebut dengan menyesuaikan mereka
kedalam praktek kedaulatan negara.
Seperti yang ditunjukan dalam diskusi diatas, terdapat juga perluasan ruang lingkup
teori masyarakaat internasional diluar fokus tradisionalnya pada kedaulatan negara dan
masyarakat negara. Hal itu mengangkat pertanyaan terakhir: bentuk apa yang seharusnya
diharapkan terjadi dimasa depan masyarakat internasional.

19

BAB 6
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL
Ekonomi politik internasional (PEI) berkembang sebagai bagian dari studi hubungan
internasional pada tahun 1970an. Jika ekonomi politik dapat didefinisikan sebagai
manajemen distribusi kekayaan atau sumber daya yang diatur oleh negara, maka ekonomi
politik internasional menjelaskan alasan dari perubahan yang terjadi dalam distribusi
kekayaan dan kekuasaan negara. Secara umum, ekonomi politik internasional adalah studi
yang mempelajari keterikatan atau interconnection antara ekonomi internasional dan politik
internasional yang muncul akibat berkembangnya masalah-masalah yang terjadi
dalam system internasional (Gilpin, 2001:3). Sama halnya dengan Revenhill (2008:21)
bahwa,International political economy is a field of enquiry, a subject matter whose central
focus is the interrelationship between public and private power in the allocation of scarce
resources. (Ekonomi politik internasional merupakan suatu bidang penelitan yang
subyeknya berfokus dan memiliki keterikatan antara penguasa publik (negara) dan swasta
(market) dalam pengalokasian sumber daya yang langka). Maksudnya, dalam mengkaji
ekonomi politik internasional yang terbagi atas dua subjek yang berbeda, yakni politik
internasional dan ekonomi internasional maka terdapat dua subjek pula didalamnya yang
menyangkut dengan negara dari sudut politik dan market dari sudut ekonominya.
Apakah Ekonomi Politik Internasional itu?
Pasar modern didasarkan pada aturan-aturan politik (jika tidak, pasar tersebut akan
menjadi “pasar gelap” yang berdasarkan pada ancaman, penyuapan, dan kekuatan).
Regulasi dan aturan politik menyatakan kerangka kerja yang dengannya pasar berfungsi.
Pada saat bersamaan, kekuatan ekonomi merupakan basis bagi kekuatan politik. Jika
ekonomi adalah tentang pencapaian kekayaan dan politik adalah tentag pencapaian
kekuatan, keduanya berinteraksi dalam cara yang rumit dan memusingkan(Gilpin 1978).
Hal ini merupakan hubungan yang kompleks dalm konteks internasional antara politik dan
ekonomi, antar negara dan pasar, yang merupakan inti dari EPI.
EPI menggeser perhatian kita kepada isu-isu tentang kekayaan dan kemiskinan,
tentang siapa mendapat apa dalam system internasional.
Ada hubungan yang kompleks antara politik dan ekonomi, antara negara dan pasar,
yang harus dapat dikuasai HI.Hubungan tersebut merupakan subjek EPI. Agar terus
20

berjalan, kami perlu menunujukan cara-cara pendekatan teotiritis yang berbeda tentang
mendekati hubungan antara politik dan ekonomi. Dari teori-teori yang memungkinkan
dipilih (Caporaso 1993), kami memilih tiga teori yang sebagian besar penstudi melihatnya
sebagai teori-teori utama EPI: merkantilisme, liberalisme ekonomi, dan marxisme. Ini
semua adalah “teori” dalam hal yang luas dari seperangkat asumsi dan nilai yang dari sana
bidang studi EPI dapat didekati. Seperti yang akan terlihat, pandangan merkantilisme
memiliki banyak persamaan dengan realism, sementara liberalisme ekonomi adalah suatau
tambahan pada teori liberal. Dua teori ini dengan demikian mewakili pandangan pada EPI
yang pada dasrnya merupakan realis dan liberal. Marxisme memiliki posisi teoritisnya
sendiri.
Merkantilisme
Menganggap perekonomian tunduk pada politik. Aktivitas ekonomi dilihat dalam
konteks yang lebih besar dari kekuatan negara yang meningkat: kepentingan nasional
mengatur pasar. Kekayaan dan kekuatan merupakan tujuan yang saling melengkapi, bukan
yang saling bersaing, tetapi ketergantungan ekonomi yang besar pada negara lain yang
harus dihindari. Ketika kepentingan ekonomi dan keamanan pecah, kepentingan keamanan
memiliki prioritas.
Liberalisme Ekonomi
Kaum ekonomi liberal berpendapat bahwa perekonomian pasar merupakan wilayah
otonom dari masyarakat, berjalan sesuai dengan hukum ekonominya sendiri. Pertukaran
ekonomi bersifat “positive-sum game”, dan pasar akan cenderung memaksimalkan
keuntungan bagi individu, rumah tangga, dan perusahaan. Perekonomian merupakan bidang
kerjasam yang saling menguntungkan, antarnegara dan juga antar individu.
Marxis
Dalam pendekatan marxis perekonomian adalah tempat exploitasi dan perdebatan
antar kelas sosial, khususnya kaum borjuis dan kaum proletar. Politk untuk sebagian besar
ditentukan oleh konteks sosio ekonomi. Kelas ekonomi yang dominan juga didominan
secara politik. EPI hirau dengan sejarah ekspansi kapitalis bersifat tidak seimbang dan
menghasilkan krisis dan kontradiksi baru, baik antar negara maupun antar kelas soial.

21

BAB 7
PERDEBATAN METODOLOGIS
Sebagian dari pertanyaan-pertanyaan HI yang paling penting tentunya adalah watak
metodologis. Isu-isu tersebut menjadi terkenal dengan “revolusi behavioral” di 1950-an dan
1960-an. Sejak akhir Perang Dingin, isu-isu metodologis kembali lagi ke panggung utama
dalam perdebatan antara metodologi positivis dan pospositivis.
Revolusi Behavioral
Pendekatan kaum behavioral. Suatu hirauan pada teori eksplanatori daripada
normative, hirauan pada pola-pola yang berulang daripada kasus tunggal, hirauan pada
konsep-konsep operasional yang memiliki referensi empiris yang dapat diukur daripada
konsep-konsep yang diulang, hirauan pada kerangka konseptual, hirauan pada teknik-teknik
pengumpulan-data, pengukuran dan presentasi yang tepat.
Teori Normativ
Teori normatif berusaha memperjelas isu-isu moral dasar hubungan internasional.
Pandangan utama normatif adalah kosmoplitanisme dan komunitarisme. Pertanyaan yang
muncul dari pandangan ini kompleks. Hak apa yang dimiliki negara? Hak apa yang dimiliki
individu-individu? Apakah hak individu muncul sebelum hak negara? Etika internasional
hirau dengan pilihan moral warganegara. Ilmuan seharusnya menilai hubungan warga
negara dengan standar-standar yang pada umumnya diterima oleh mereka warga negara
yang sama.

22

BAB 8
ISU-ISU BARU DALAM HI
“Isu baru” HI adalah suatu topic yang dipandang penting. Para penstudi sering
berpendapat bahwa isu tersebut mendapatkan sedikit perhatian sejauh ini. Isu-isu baru
mencakup baik nilai maupun teori.
Lingkungan Hidup
Masalah lingkungan hidup adalah salah satu dari beberapa isu baru yang penting.
Seberapa serius masalah degredasi lingkungan hidup? Kaum modernis” percaya bahwa
perbaikan terus-menerus dalam pengetahuan manusia akan meningkatkan kemampuan kita
menguasai lingkungan hidup. Kaum “ecoradikal” berfikir bahwa tidak ada perbaikan
teknologis yang sederhana yang dapat mengurusi masalahtersebut. Mereka ingin perubahan
dramatis dalam gaya hidup kita dalam arah yang lebih ramah lingkungan.
Gender
Merupakan isu baru lain yang penting. Focus gender pada politik dunia berupaya
membawa perbedaan antara laik-laki dan perempuan kedalam keterbukaan,unuk
menunjukan posisi subordinat perempuan, dan untuk menjelaskan bagaimana system
ekonomi dan politik internasional menolong menghasilkan posisi yang tidak
mengistimewakan perempuan. Feminis radikal ingin mengembangkan suatu disiplin
feminis yang otonom yang menyatakan isu gender dalam suatu cara yang mencegah
merendahkannya dalam agenda analiitis tradisional.
Kedaulatan
Adalah suatu institusi, yang berarti seperangkat aturan yang dijalankan oleh negara.
Ada perdebatan yang diperbaharui tentang kedaulatan dalam HI. Hal ini disebabkan oleh
tantangan terhadap kedaulatan oleh sejumlah perkembangan baru-baru ini. adalah lebih
mudah untuk menganalisis perubahan dalam kedaulatan daripada berbicara tentang “akhir
dari kedaulatan:. Perubahan dalam kedaulatan terkait dengan bentuk baru kerjasama antara
negara-negara demokrasi maju di Utara dan bentuk baru konflik antara negara-negara
lemah di selatan. Hal ini memerlukan perkembangan lebih jauh dari perdebatan yang telah
ada pada HI dari pada teori-teori baru seluruhnya.
Sifat tantangan terhadap HI yang dihadapi oleh isu-isu baru ini tergantung pada
penilaian kita atas apa yang ada dalam bahaya. Pendangan radikal mengenai isu lingkungan
hidup menuntut bahwa kita memepertimbangkan kembali seluruh cara berfikir kita tentang
HI. Analisis feminis radikal HI akan menuntut perubahan menyeluruh baik konsep-konsep

23

dasar maupun teori-teori HI. Banyak penstudi yang mempelajari isu-isu baru ini kurang
radikal dan lebih cenderung berjalan didalam tradisi-tradisi yang telah ada dalam HI.

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN BUKU
 Kelemahan Buku
 Banyak sub bab yang diulang, sehingga membuat pembaca bingung saat
menemukan lagi sub bab yang telah dibaca.
 Penyampaian buku sulit dipahami, sehingga harus dibaca berulang-ulang.
 Kelebihan Buku
 Bahasa yang digunakan menggunakan ragam bahasa baku, isinya detail dan
secara terperinci.
 Buku ini sebagai bahan dasar bagi mahasiswa yang ingin mendalami dan
memahami studi ilmu politik.
Buku ini sebagai bahan dasar bagi mahasiswa yang ingin memperdalam tentang HI yang
lebih rinci karena didalamnya terdapat penjelasan-penjelasan aliran HI seperti kaum realis,
tradisionalis, behavioralis dll.

KONTRIBUSI BUKU TERHADAP ILMU POLITIK
Buku ”Pengantar Studi Hubungan Internasional” sangat bermanfaat bagi kalangan
mahasiswa dalam bidang ilmu social dan politik, karena buku ini merupakan dasar-dasar
untuk menganal serta memahami politik yang seutuhnya. Dalam buku ini adapun beberapa
penjelasan mengenai mengapa mempelajari HI, dan penjelasan lain mengenai seluk beluk
HI lebih dalam.
Sehingga buku ini sangat dibutuhkan mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Studi
Hubungan Internasional, diterangkan juga dengan beberapa ilmu lainnya, isi buku ini pun
mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari, maka tidak heran jika politik selalu kita temui
dimanapun. Penyajiannya bukan menjadi jawaban atas permasalahan yang diteliti secara
ilmiah, melainkan deskripsi terhadap sejumlah konsep penting yang ada dalam ilmu politik.

24