RESENSI BUKU

(1)

RESENSI BUKU

NAMA : NUR ASYIYAH

NIM : 111 11 157

PORGDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKUL : METODOLOGI STUDY ISLAM

A. IDENTITAS BUKU

Judul buku : Study Islam Pendekatan dan Metode

Penulis : Zakiyuddin Baidhawy

Penerbit : Insane Madani

Tanggal terbit : Juli 2011

Jumlah halaman : 317


(2)

B. ISI BUKU

1. BAB I

Islam selain sebagai agama dan kepercayaan umat muslim, juga merupakan objek kajian dan penelitian para ilmuwan baik ilmuwan muslim maupun ilmuwan barat. Hal ini disebabkan karena Islam sangat berkaitan erat dengan kebudayaan. Sebagaimana tercatat dalam buku-buku sejarah, ajaran-ajaran islam mampu mempengaruhi peradaban umat manusia pada masa itu. Di dalam buku ini, akan di jelaskan bagaimana Islam dan ajarannya mampu mempengaruhi peradaban dunia.

Keberhasilan Islam dalam mempengaruhi budaya dunia, menjadi magnet tersendiri bagi para ilmuwan. Ketertarikan para ilmuwan ini, kemudian memunculkan istilah”Islamic Studies” atau Study Islam. Di dalam buki ini, khusus pada bab pertama, membahas mengenai pengertian dari Studi Islam. Hal-hal yang berkaitan dengan kata sifat ”Islami” betapapun semua itu telah di istilahkan dengan ‘Islamic Studies” di dunia akademik. 1

Selain dari pengertian diatas, Islamic Studies juga dapat di definisikan melalui dua pendekatan. Pendekatan pertama,melihat Islamic studies sebgai disiplin dengan

metodologi, materi, dan teks-teksnya sendiri.2 Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

Islamic Studies adalah pembelajaran mengenai al-qur’an, hadits dan metodologinnya. Pendekatan kedua, mendifinisikan Islamic Stuides beradasarkan pada kenyataan bahwa Islam perlu di kaji dalam konteks evolusi Islam modern yang penuh teka-teki.3

Artinya, Islam harus di kaji secara luas, tidak hanya terpaku pada teks-teks kuno dan ilmu-ilmu klasik. Islam musti diajarkan baik sebagai tradisi teks maupun sebagai realita social.


(3)

Selain dari pembahasan diatas, dalam bab ini juga membahas masalah yang sangat penting mengenai Islamic Studies. Masalah utama yang menopang definisi Islamic studies tampaknya muncul dari metodologi bagaimana Islam di kaji dan kemudian bagaimana diajarkan.4 Hal inilah yang seringkali menyebabkan perbedaan di kalangan

umat muslim sendiri.

Di dalam bab ini juga, yang menarika adalah penulis juga menyajikan kritik atas metodologi barat. Seperti, orientalisme, ilmu sosila, dan antropologi social. Biar

bagaimanapun, pandanagan sarjana barat dan sarjana muslim nmengenai Islamic studies memiliki titik berangkat yang berbeda. Salah satunya mengenai teks-teks keagamaan klasik.

Para sarjana barat menganggap Al-qur’an dan Hadits hanyalah manuscript-manuskript kuno yang tidak ada bedanya dengan kitab-kitab kuno lainnya. Berbeda dengan sarjana muslim, mereka menganggap Al-qur’an dan Hadits adalah sesuatu yang sacral atau suci. Dalam mempelajarinya harus di landasi dengan keimanan yang tinggi.

2. BAB II

Pada bab ini, penulis juga menyajikan ruang lingkup objek kajian dari study islam. Setiap kajian ilmiah menghendaki objek sebagai prasyarat utama.5 Di dalam buku

ini, juga menyebutkan objek kajian study islam dan menjelaskannya secara detail. Pertama, pengalaman keagamaan dan ekspresinya. Joachim Wach (1958) menebutkan ada empat pengalaman keagamaan. Salah satunya adalah “pengalaman keagamaan merupakan merupakan suatu respon terhadap apa yang dialami sebagai realitas ultim (the ultimate reality)”.6 Selain itu, dalam buku ini juga menjelaskan bahwa

4 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:6. 5 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:23.


(4)

pengalaman keagamaan juga bisa di pelajari melalui bentuk-bentuk ekspresinya yang meliputi tiga hal yaitu, ekspresi dalam tindakan, pikiran dan jama’ah.

Objek kajian selanjutnya adalah dimensi-dimensi agama. Islam adalah salah satu agama-agama yang hidup di dunia.7 Oleh karena itu, Islam juga dapat dikaji melalui

dimensi-dimensinya. Di dalam buku ini, penulis juga menyajikan dimensi-dimensi tersebut dengan penjelasan yang continue. Maksudnya adalah penjelasan satu dengan yang lain berkesinambungan. Hal ini, membuat pembaca mendapatkan pemahaman secara utuh atau tidak terputus-putus.

Objek kajian yang terkahir dalm buku ini adalah cara beragama. Selain dari dua hal diatas agama juga dapat di pahami melalui bagaimana individu atau kelompok menjalankan agamanya. Setiap orang membutuhkan cara beragama (being religious) atau bentuk penghayatan yang selaras dengan keperibadiannya dan situasi dalam kehidupan. Menurut penjelasan penulis dalam buku ini, ada enam cara seseorang atau kelompok dalam beragama. Salah satunya adalah melalui pemujaan dan ketaatan. Lebih lanjut penulis juga menjelaskan tujuan ketaatan adalah membuat seseorang terbakar oleh cinta kepada Tuhan (mahabbah) semata.8

3. BAB III

Dalam pembahasan dua bab diatas, penulis jua menuliskan sejarah perkembangan studi islam. Studi islam mulai muncul pada abad ke-9 di Irak, ketika ilmu-ilmu islam memperoleh bentuknya dan berkembang di dalam sekolah-sekolah hingga terbentuknya tradisi literer di kawasan Arab pada masa pertengahan.9

Sebelum Islam ada, bangsa Arab sudah mengenal berbagai agama atau

kepercayaan. Orang-orang Arab ini sudah banyak di kenal oleh bangsa Irak dan Yahudi.

7 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:28. 8 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:36.


(5)

Pandangan mereka seluiruhnya di dasarkan pada kitab kuno dan keyakinan mereka sendiri. Secaara mitologis, muslim di pandang sebagai orang Arab, Sarasen, yang merupakan keturunan Ibrahim dan Sti Hajsr melalui putra mereka Ismail.10

Di dalam bab ini, penulis menjelaskan bagaimana perkembangan studi islam melalui pendapat Richard C. Martin. Di dalam buku ini, perkembangan studi islam di bagi menjadi empat fase yaitu:

Pertama (800-1100) masa dimana banyak pertentangan-pertentangan seputar theology antara Muslim Kristen dan, Yahudi. Hal inilah yang nantinya akan memicu terjadinya perang salib selain factor ekspansi kekuasaan. Namun, dalam buku ini lebih condong pada problema seputar Theologi saja.

Orang-orang Kristen dan Yahudi berupaya untuk mengkonstruk kembali pandangan mereka mengenai Islam.11 Islam di pandang sebagai kelompok lain oleh

mereka. Hal ini disebabkan karena kuarangnya pengalaman kerja sama diantara mereka semasa hidup dalam kekuasaan Islam. Pada masa ini, mereka hidup dalam kebodohan mengenai ilmu-ilmu agama. Mreka memandang Islam sebagai musuh yang berbahaya karena dapat mengancam budaya dan kepercayaan mereka. Keadaan semacam ini bertahan sampai masa perang salib.

Fase selanjutnya adalah di mana perang salib terjadi (1100-1500). Pada masa ini, banyak orang-orang non muslim mencoba menerjemahkan Islam guna menyerang Islam dari dalam. Ini adalah masa reformasi bagi kehidupan biara sekaligus awal terjadinya perang salib. Banyak karya-karya terjemahan mereka yang menocba mengghancurkan pereadaban yang di bangun oleh umat Islam.

Pasca fase perang salib ini, Eropa mengalami pembaharuan keagamaan, politik dan intelektual pada abad ke-16. Seiring dengan itu, pengetahuan dan studi Islam juga


(6)

terpengaruh. Dalam penjelasan buku ini mengatakan bahwa pada fase ini kaum reformis memandang Sarasen Turki bersama-sama gereja Roma sebagai anti-Kristus.12 Lebih

lanjut, Blibiande menganggap Muhamad sebagai kepala dan Islam sebagai anti-Kristus. Kemudian pada fase ini di namakan fase reformasi.

Fase penemun dan pencerahan merupakan lanjutan dari fase reformasi. Pada fase ini di sebut sebagai fase penemuan dan pncerahan. Dalam buku ini di jelaskan berbagai alasan yang mendorong perkembangan fase ini. Salah satunya adalah realitas baru agresi Ottoman. Ottoman melancarkan beberapa intervensi terhadap Eropa. Selain itu, pada waktu itu alsan Eropa mempelajari Islam adalah untuk menghilangkan perdebatan seputar Theologis, Nabi, dan penakhlukan Muslim awal. Lebih lanjut buku ini menjelaskan, pengakuan atas agama lain pada waktu itu sudah mulai di terima. Dan hal ini merupakan konsep baru mengenai keagamaan.

Setelah penulis memberikan penjelasan mengenai sejarah perkembangannya, kemudian penulis menggiring pembaca kepada pemahaman mengenai studi Islam. Bagaiman kaum orientalis memandang Islam, kemudian sebagai lawannya ada kaum Oksidentalis. Dari perbedaan pandangan inilah nantinya pembaca akan mendapati pemahan mengenai Islam fersi sarjana baarat dan sarjana Muslim.

Berbicara mengenai perkembangan studi Isalm tidak lepas dari pandangan para sejarawan yang meniliti Islam. Pandangan ini penting, karena akan mempengaruhi hasil kajian. Ada dua pandangan menarik yang bisa di pahami oleh pembaca yaitu pandangan kaum orientaki dan pandangan kaum oksidentalis,

Pada abad-19 para sarajasn Barat mernjadikan study Islam sebagai disiplin. Disiplin inilah yang kemudian disebut dengan Orientalis. Yaitu, cara pandang sarjana barat mengenai Islam. Pandangan mereka di dsarakan pada teks-teks kuno yang masih


(7)

berbentuk manuskrip-manuskrip. Islam pada masa pertengahan telah meninggalkan khazanah karya-karya tertulis yang sangat kaya dalam bentuk manuskri-manuskrip diantara peradaban besar dunia lainnya. Hali ini yang menarik minat para kaum orientalis untuk mengkaji Islam dari sudut pandang mereka sendiri. Yang menarik dari penjelasan penulis adalah kritik-kritik mengenai pandangan kaum orientalis di sajikan secara gambling. Sehingga para pembaca bisa lebih objektif dalam memahaminya

Setelah kaum orientalis kemudian muncul istilah oksidentalis. Yaitu, bagaimana pandangan kaum sarjana muslim studi Islam. Bisa dikatakan kemunculan mereka sebagai bentuk lain dari orientalis. Disini, penulis juga menjelaskan secara historis, bagaimana kemunculan dari orientalis. Kemunculan oksidentalis, sesungguhnya bukan hanya di pengaruhi oleh agama saja. Akan tetapi, factor politik dan ekonomi juga berperan besar, hal inilah yang kemudian menjadikan para penduiduk yang tidak mampu mengambil keuntungan dari kapitalisme menjadi termarjinalkan, mereka yang termarjinalkan sangat membenci kapitalisme yang lekat dengan Image Amerika. Meskipun barat tidak di artikan sebagai Amerika saja.

Oksidentalisme merupakan perang melawan gagasan tertentu dari barat. Mereka menganggap bahwa westernisasi adalah penyakit yang menginfeksi semangat orang-orang Jepang.13 Dari buku ini pembaca di paparkan secara rinci mengenai sejarah panjang

oksidentalisme baik dari sisi ekonomi, politik, maupun idiologi. 4. BAB IV

Setelah pembaca mendapat pemahaman tentang pengertian, sejarah studi Islam dengan berbagai pendekatan dan metode, kemudian penulis menggiring pembaca kepada pemahaman model-model kajian dari studi Islam. Model-model kajian tersebut di bagi


(8)

menjadi beberapa bagian. Akan tetapi seluruhnya di dasarkan pada pengertin yang sempit.

Akan tetapi penjelasan mengenai politik, pendidikan, disiplin ilmu pada Islam juga di selipkan oleh penulis. Hasl ini dimaksudkan agar pembaca mendapatkan

pemahaman yang lengkap dan terperinci. Khusus dalam bab-4 ini menjelaskan mengenai model kajian dengan pendekatan teks-teks Islam. Dalam hal ini adalah al-qur’an.

Pendekatan ini mengacu pada pengertian sempit dari studi Islam.

Pendekatan pertama melalui I’jaz klasik. Pada waktu itu, usdah banyak para ilmuwan muslim yang mempelajari Islam melalui Al-qur’an. Salah satu focus mereka adalah pada aspek keindahan dan kemukjizatan al-qur’an yang tiada tertandingi oleh kitab suci manapn.14 Pada pendekatan ini memang lebih menekankan pada nilai-nilai

sastara dalam al-qur’an.

Selanjutnya adalah pendekatan sastra modern. Pada masa modern, pendekatan kesusastraan al-qur’an juga berkembang bahkan lebih kompleks dari yang sudah ada.15

Tingkat kompleksitas pada pendekatan ini sangat tinggi. Salah satu tantangan terpenting adalah bagaimana pandangan Islam dalam dunia modern ini. Selain itu, Islam juga dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Hal ini kemudian yang menyebabkan transformasi pandangan-pandangan Islam. Karena pada dasarnya suatu hukum itu harus terikat ruang dan waktu. Masih ada beberapa pendekatan lagi yang bisa dipahami dari buku ini. Kemudian penulis menyajikan juga pada bab selanjutnya mengenai model kajian hadits. Model kajian ini menjadi menarik ketika perbedaan anatara kaum orientalis dan oksidentalis terjadi. Dalam buku ini juga di jelaskan secara rinci mengenai

perbedaan-perbedaan tersebut,


(9)

5. BAB V

Setelah model kajian al-quran, kemudian penulis melanjutkan pada bab V mengenai model kajian hadits. Pada pembahasan kali ini akan lebh menarik karena pembaca disajikan perbeda’an pandanagn mengenai orientalis dan oksidentalis. Pandangan mereka ini bisa dijadikan sebagai kritik atas dua metodologi tersebut.

Perbedaan anatara sarjana hadits Muslim dan sarjana hadits barat bersandar pada perebedaan fundamental terhadap tradisi Islam secara keseluruhan.16 Dalam buku ini

pembaca dapat melihat bagaimana sikap dua sarjana tersebut dalam melihat hadits. Sehingga pembaca juga mampu menciptakan kritik mereka sendiri atas dasar pemahaman dari buku ini.

C. KESIMPULAN

Buku ini sangat bagus dan menarik untuk di bahas, selain menambah ilmu dan wawasan saya tertarik untuk membacanya terus. karena banyak menggunakan bahasa-bahasa ilmiah. Sehingga pembaca mampu menambah kosakata mereka terkait bahasa ilmiah tersebut.

Dalam buku ini membahas mengenai pendekatan dan metode yang digunakan dalam study Islam. Selain dari inti bab-bab yang saya kutipkan diatas masih banyak lagi pembahasan dalam buku iniyang tidak kalah menarik, seperti model kajian ilmu tasaswuf, ushul fiqih dan fiqih, hermeneutika dan masih banyak lagi.


(1)

pengalaman keagamaan juga bisa di pelajari melalui bentuk-bentuk ekspresinya yang meliputi tiga hal yaitu, ekspresi dalam tindakan, pikiran dan jama’ah.

Objek kajian selanjutnya adalah dimensi-dimensi agama. Islam adalah salah satu agama-agama yang hidup di dunia.7 Oleh karena itu, Islam juga dapat dikaji melalui

dimensi-dimensinya. Di dalam buku ini, penulis juga menyajikan dimensi-dimensi tersebut dengan penjelasan yang continue. Maksudnya adalah penjelasan satu dengan yang lain berkesinambungan. Hal ini, membuat pembaca mendapatkan pemahaman secara utuh atau tidak terputus-putus.

Objek kajian yang terkahir dalm buku ini adalah cara beragama. Selain dari dua hal diatas agama juga dapat di pahami melalui bagaimana individu atau kelompok menjalankan agamanya. Setiap orang membutuhkan cara beragama (being religious) atau bentuk penghayatan yang selaras dengan keperibadiannya dan situasi dalam kehidupan. Menurut penjelasan penulis dalam buku ini, ada enam cara seseorang atau kelompok dalam beragama. Salah satunya adalah melalui pemujaan dan ketaatan. Lebih lanjut penulis juga menjelaskan tujuan ketaatan adalah membuat seseorang terbakar oleh cinta kepada Tuhan (mahabbah) semata.8

3. BAB III

Dalam pembahasan dua bab diatas, penulis jua menuliskan sejarah perkembangan studi islam. Studi islam mulai muncul pada abad ke-9 di Irak, ketika ilmu-ilmu islam memperoleh bentuknya dan berkembang di dalam sekolah-sekolah hingga terbentuknya tradisi literer di kawasan Arab pada masa pertengahan.9

Sebelum Islam ada, bangsa Arab sudah mengenal berbagai agama atau

kepercayaan. Orang-orang Arab ini sudah banyak di kenal oleh bangsa Irak dan Yahudi.

7 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:28. 8 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:36.


(2)

Pandangan mereka seluiruhnya di dasarkan pada kitab kuno dan keyakinan mereka sendiri. Secaara mitologis, muslim di pandang sebagai orang Arab, Sarasen, yang merupakan keturunan Ibrahim dan Sti Hajsr melalui putra mereka Ismail.10

Di dalam bab ini, penulis menjelaskan bagaimana perkembangan studi islam melalui pendapat Richard C. Martin. Di dalam buku ini, perkembangan studi islam di bagi menjadi empat fase yaitu:

Pertama (800-1100) masa dimana banyak pertentangan-pertentangan seputar theology antara Muslim Kristen dan, Yahudi. Hal inilah yang nantinya akan memicu terjadinya perang salib selain factor ekspansi kekuasaan. Namun, dalam buku ini lebih condong pada problema seputar Theologi saja.

Orang-orang Kristen dan Yahudi berupaya untuk mengkonstruk kembali pandangan mereka mengenai Islam.11 Islam di pandang sebagai kelompok lain oleh

mereka. Hal ini disebabkan karena kuarangnya pengalaman kerja sama diantara mereka semasa hidup dalam kekuasaan Islam. Pada masa ini, mereka hidup dalam kebodohan mengenai ilmu-ilmu agama. Mreka memandang Islam sebagai musuh yang berbahaya karena dapat mengancam budaya dan kepercayaan mereka. Keadaan semacam ini bertahan sampai masa perang salib.

Fase selanjutnya adalah di mana perang salib terjadi (1100-1500). Pada masa ini, banyak orang-orang non muslim mencoba menerjemahkan Islam guna menyerang Islam dari dalam. Ini adalah masa reformasi bagi kehidupan biara sekaligus awal terjadinya perang salib. Banyak karya-karya terjemahan mereka yang menocba mengghancurkan pereadaban yang di bangun oleh umat Islam.

Pasca fase perang salib ini, Eropa mengalami pembaharuan keagamaan, politik dan intelektual pada abad ke-16. Seiring dengan itu, pengetahuan dan studi Islam juga


(3)

terpengaruh. Dalam penjelasan buku ini mengatakan bahwa pada fase ini kaum reformis memandang Sarasen Turki bersama-sama gereja Roma sebagai anti-Kristus.12 Lebih

lanjut, Blibiande menganggap Muhamad sebagai kepala dan Islam sebagai anti-Kristus. Kemudian pada fase ini di namakan fase reformasi.

Fase penemun dan pencerahan merupakan lanjutan dari fase reformasi. Pada fase ini di sebut sebagai fase penemuan dan pncerahan. Dalam buku ini di jelaskan berbagai alasan yang mendorong perkembangan fase ini. Salah satunya adalah realitas baru agresi Ottoman. Ottoman melancarkan beberapa intervensi terhadap Eropa. Selain itu, pada waktu itu alsan Eropa mempelajari Islam adalah untuk menghilangkan perdebatan seputar Theologis, Nabi, dan penakhlukan Muslim awal. Lebih lanjut buku ini menjelaskan, pengakuan atas agama lain pada waktu itu sudah mulai di terima. Dan hal ini merupakan konsep baru mengenai keagamaan.

Setelah penulis memberikan penjelasan mengenai sejarah perkembangannya, kemudian penulis menggiring pembaca kepada pemahaman mengenai studi Islam. Bagaiman kaum orientalis memandang Islam, kemudian sebagai lawannya ada kaum Oksidentalis. Dari perbedaan pandangan inilah nantinya pembaca akan mendapati pemahan mengenai Islam fersi sarjana baarat dan sarjana Muslim.

Berbicara mengenai perkembangan studi Isalm tidak lepas dari pandangan para sejarawan yang meniliti Islam. Pandangan ini penting, karena akan mempengaruhi hasil kajian. Ada dua pandangan menarik yang bisa di pahami oleh pembaca yaitu pandangan kaum orientaki dan pandangan kaum oksidentalis,

Pada abad-19 para sarajasn Barat mernjadikan study Islam sebagai disiplin. Disiplin inilah yang kemudian disebut dengan Orientalis. Yaitu, cara pandang sarjana barat mengenai Islam. Pandangan mereka di dsarakan pada teks-teks kuno yang masih


(4)

berbentuk manuskrip-manuskrip. Islam pada masa pertengahan telah meninggalkan khazanah karya-karya tertulis yang sangat kaya dalam bentuk manuskri-manuskrip diantara peradaban besar dunia lainnya. Hali ini yang menarik minat para kaum orientalis untuk mengkaji Islam dari sudut pandang mereka sendiri. Yang menarik dari penjelasan penulis adalah kritik-kritik mengenai pandangan kaum orientalis di sajikan secara gambling. Sehingga para pembaca bisa lebih objektif dalam memahaminya

Setelah kaum orientalis kemudian muncul istilah oksidentalis. Yaitu, bagaimana pandangan kaum sarjana muslim studi Islam. Bisa dikatakan kemunculan mereka sebagai bentuk lain dari orientalis. Disini, penulis juga menjelaskan secara historis, bagaimana kemunculan dari orientalis. Kemunculan oksidentalis, sesungguhnya bukan hanya di pengaruhi oleh agama saja. Akan tetapi, factor politik dan ekonomi juga berperan besar, hal inilah yang kemudian menjadikan para penduiduk yang tidak mampu mengambil keuntungan dari kapitalisme menjadi termarjinalkan, mereka yang termarjinalkan sangat membenci kapitalisme yang lekat dengan Image Amerika. Meskipun barat tidak di artikan sebagai Amerika saja.

Oksidentalisme merupakan perang melawan gagasan tertentu dari barat. Mereka menganggap bahwa westernisasi adalah penyakit yang menginfeksi semangat orang-orang Jepang.13 Dari buku ini pembaca di paparkan secara rinci mengenai sejarah panjang

oksidentalisme baik dari sisi ekonomi, politik, maupun idiologi.

4. BAB IV

Setelah pembaca mendapat pemahaman tentang pengertian, sejarah studi Islam dengan berbagai pendekatan dan metode, kemudian penulis menggiring pembaca kepada pemahaman model-model kajian dari studi Islam. Model-model kajian tersebut di bagi


(5)

menjadi beberapa bagian. Akan tetapi seluruhnya di dasarkan pada pengertin yang sempit.

Akan tetapi penjelasan mengenai politik, pendidikan, disiplin ilmu pada Islam juga di selipkan oleh penulis. Hasl ini dimaksudkan agar pembaca mendapatkan

pemahaman yang lengkap dan terperinci. Khusus dalam bab-4 ini menjelaskan mengenai model kajian dengan pendekatan teks-teks Islam. Dalam hal ini adalah al-qur’an.

Pendekatan ini mengacu pada pengertian sempit dari studi Islam.

Pendekatan pertama melalui I’jaz klasik. Pada waktu itu, usdah banyak para ilmuwan muslim yang mempelajari Islam melalui Al-qur’an. Salah satu focus mereka adalah pada aspek keindahan dan kemukjizatan al-qur’an yang tiada tertandingi oleh kitab suci manapn.14 Pada pendekatan ini memang lebih menekankan pada nilai-nilai

sastara dalam al-qur’an.

Selanjutnya adalah pendekatan sastra modern. Pada masa modern, pendekatan kesusastraan al-qur’an juga berkembang bahkan lebih kompleks dari yang sudah ada.15

Tingkat kompleksitas pada pendekatan ini sangat tinggi. Salah satu tantangan terpenting adalah bagaimana pandangan Islam dalam dunia modern ini. Selain itu, Islam juga dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Hal ini kemudian yang menyebabkan transformasi pandangan-pandangan Islam. Karena pada dasarnya suatu hukum itu harus terikat ruang dan waktu. Masih ada beberapa pendekatan lagi yang bisa dipahami dari buku ini. Kemudian penulis menyajikan juga pada bab selanjutnya mengenai model kajian hadits. Model kajian ini menjadi menarik ketika perbedaan anatara kaum orientalis dan oksidentalis terjadi. Dalam buku ini juga di jelaskan secara rinci mengenai

perbedaan-perbedaan tersebut,


(6)

5. BAB V

Setelah model kajian al-quran, kemudian penulis melanjutkan pada bab V mengenai model kajian hadits. Pada pembahasan kali ini akan lebh menarik karena pembaca disajikan perbeda’an pandanagn mengenai orientalis dan oksidentalis. Pandangan mereka ini bisa dijadikan sebagai kritik atas dua metodologi tersebut.

Perbedaan anatara sarjana hadits Muslim dan sarjana hadits barat bersandar pada perebedaan fundamental terhadap tradisi Islam secara keseluruhan.16 Dalam buku ini

pembaca dapat melihat bagaimana sikap dua sarjana tersebut dalam melihat hadits. Sehingga pembaca juga mampu menciptakan kritik mereka sendiri atas dasar pemahaman dari buku ini.

C. KESIMPULAN

Buku ini sangat bagus dan menarik untuk di bahas, selain menambah ilmu dan wawasan saya tertarik untuk membacanya terus. karena banyak menggunakan bahasa-bahasa ilmiah. Sehingga pembaca mampu menambah kosakata mereka terkait bahasa ilmiah tersebut.

Dalam buku ini membahas mengenai pendekatan dan metode yang digunakan dalam study Islam. Selain dari inti bab-bab yang saya kutipkan diatas masih banyak lagi pembahasan dalam buku iniyang tidak kalah menarik, seperti model kajian ilmu tasaswuf, ushul fiqih dan fiqih, hermeneutika dan masih banyak lagi.