PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN CROSSWORD PUZZLE GAME DENGAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS PADA PEMBELAJARAN SISTEM KOORDINASI MANUSIA DI SMA

(1)

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN CROSSWORD PUZZLE GAME

DENGAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS

PADA PEMBELAJARAN SISTEM KOORDINASI MANUSIA DI SMA

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh

Arista Novihana Pratiwi 4401412108

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

iii


(4)

iv ABSTRAK

Pratiwi, Arista Novihana. 2016. Pengembangan Instrumen Penilaian Crossword Puzzle Game dengan Higher Order Thinking Skills pada Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia di SMA. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Ir. Tyas Agung Pribadi, M.Sc.St. dan Dr. Lisdiana, M.Si.

Berdasarkan observasi instrumen penilaian tes evaluasi di sekolah adalah penilaian tradisional dalam bentuk pilihan ganda. Tes evaluasi diambil dari soal-soal LKS dan buku paket, soal-soal digolongkan berdasarkan Taksonomi Bloom terdiri dari 30% menghafal (C1), 40% memahami (C2), dan 25% mengaplikasi (C3), sedangkan soal yang mengukur kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6) hanya 5%. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui kelayakan instrumen penilaian Crossword Puzzle Game dengan Higher Order Thinking Skills pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA. Kelayakan instrumen di lihat dari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda.

Metode penelitian ini Research and Development (R&D). Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu adapun langkah-langkah penggunaan metode R&D berdasarkan (Sugiyono, 2008). Penelitian dilakukan di SMA N 14 Semarang dan SMA N 1 Kudus digunakan untuk uji coba skala kecil, dan SMA N 7 Semarang digunakan untuk uji coba skala besar. Subyek penelitian ini meliputi peserta didik kelas XI dan guru Biologi SMA di tiga sekolah tersebut.

Pengembangan instrumen penilaian CPG dengan HOTS layak digunakan dengan validitas 92%, reliabilitas 98%, tingkat kesukaran 42,5%, dan daya pembeda 81,6%. Hasil angket tanggapan peserta didik dan guru menunjukkan bahwa instrumen penilaian CPG mendapat tanggapan positif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian CPG dengan HOTS 79% layak digunakan sebagai alat evaluasi pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA.


(5)

v PRAKATA

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan petunjuk, kekuatan, dan dengan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan lulus tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam penelitian maupun penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada

1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi tepat waktu.

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas izin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi atas kemudahan administrasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ir. Tyas Agung Pribasi, M.Sc.St. selaku pembimbing I atas kesabaran, ketulusan, meluangkan waktu untuk membantu, dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Dr. Lisdiana, M.Si. selaku pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam membuat instrumen penilaian sebagai alat evaluasi serta penyusunan skripsi ini.

6. Drs. F. Putut Martin, H.B., M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak saran dan masukan yang sangat bermanfaat untuk menyempurnakan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Biologi yang telah memberikan bekal ilmu yang tak ternilai harganya selama belajar di FMIPA UNNES.

8. Guru biologi dan siswa kelas XI SMA Negeri 7 Semarang, SMA N 14 Semarang, dan SMA Negeri 1 Kudus yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.


(6)

vi

9. Orang tua tercinta (Bapak Joko Hananto dan Ibu Sri Lestari) yang selalu memberi doa, bantuan, dan dukungan serta semangat dalam penyusunan skripsi ini.

10.Semua teman-teman seperjuangan mahasiswa jurusan Biologi angkatan 2012 yang senantiasa menemani dalam berdiskusi untuk memperdalam bidang ilmu yang ditekuni.

11.Semua pihak dan intansi yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal baik, dan mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, dan para pembaca, perkembangan dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya.

Semarang, 19 Juli 2016 Penulis

Arista Novihana Pratiwi 4401412108


(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Penegasan Istilah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran ... 6

2. Crossword Puzzle Game sebagai Alat Penilaian ... 15

3. Higher Order Thinking Skills dalam Penilaian Pembelajaran ... 20

4. Materi Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia ... 26

B. Kerangka Berfikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Subyek Penelitian ... 30

C. Rancangan Penelitian ... 30

D. Prosedur Penelitian ... 31

E. Sumber Data dan Metode Pengambilan Data ... 39 Halaman


(8)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 40 1. Keterbacaan Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS ... 40 2. Kelayakan Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS ... 49 B. Pembahasan ... 56 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 58 B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 59 Halaman


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Kata Kerja Opreasional Ranah Kognitif (Taksonomi Blom) ... 26 2. Jenis Data, Sumber, Metode Pengumpulan, Instrumen, dan

Metode Analisis Data ... 39 3. Tanggapan Responden terhadap Instrumen Penilaian CPG

dengan HOTS ... 42 4. Hasil Tanggapan Guru tentang Keterbacaan CPG dengan

HOTS pada Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia di SMA ... 44 5. Catatan Revisi dari Pakar Media Menggambarkan Keadaan Sebelum

dan Sesudah Revisi ... 45 6. Catatan Revisi dari Pakar Materi Menggambarkan Keadaan Sebelum

dan Sesudah Revisi ... 46 7. Rekap Validitas Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS ... 50 8. Rekap Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS .... 52 9. Rekap Daya Pembeda Instrumen Penilaian CPG HOTS ... 54 10. Rekap Kelayakan Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS ... 56 Halaman


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Taksonomi Bloom yang di Revisi (Lembaga Peperiksaan Malaysia. 2013; Anderson Karathwohl. 2001; dalam

Arnellis. 2004) . ... 23 2. Kerangka Berpikir Penelitian Pengembangan CPG dengan HOTS

pada Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia di SMA ... 29 3. Langkah-Langkah Metode Research and Development ... 30 4. Desain Lembar Jawab CPG 1 ... 41


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Pelajaran Biologi SMA ... 64

2. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS pada Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia di SMA ... 68

3. Kisi-Kisi Lembar Validasi Kelayakan Konten CPG dengan HOTS oleh Ahli Konten atau Isi ... 98

4. Lembar Validasi Kelayakan Konten CPG dengan HOTS oleh Ahli Konten atau Isi ... 99

5. Rubrik Validasi Kelayakan Konten CPG dengan HOTS ... 101

6. Kisi-Kisi Lembar Validasi Kelayakan Media CPG dengan HOTS oleh Ahli Media ... 106

7. Lembar Validasi Kelayakan Media CPG dengan HOTS oleh Ahli Media ... 107

8. Rubrik Validasi Kelayakan Media CPG dengan HOTS ... 109

9. Hasil Validasi Kelayakan Media CPG dengan HOTS oleh Ahli Media ... 114

10.Angket Tanggapan Siswa Mengenai Evaluasi Pembelajaran di Sekolah ... 115

11.Angket Tanggapan Guru tentang Pengembangan CPG dengan HOTS dalam Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia ... 116

12.Angket Tanggapan Siswa tentang Pengembangan CPG dengan HOTS dalam Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia (angket pertama) ... 118

13.Angket Tanggapan Siswa tentang Pengembangan CPG dengan HOTS dalam Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia (angket kedua) ... 119

14. Nilai Uji Soal Skala Kecil di SMA Negeri 7 Semarang ... 121

15. Nilai Uji Soal Skala Kecil di SMA Negeri 1 Kudus ... 123

16. Nilai Uji Soal Skala Kecil di SMA Negeri 14 Semarang ... 125

17. Nilai Uji Soal Skala Besar di SMA Negeri 7 Semarang ... 127

18. Tabel Hasil Analisis Data Validitas dan Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Kecil SMA N 7 Semarang ... 129


(12)

xii

19. Tabel Hasil Analisis Data Validitas dan Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Kecil

SMA N 1 Kudus ... 131

20. Tabel Hasil Analisis Data Validitas dan Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Kecil SMA N 14 Semarang ... 133

21. Tabel Hasil Analisis Data Reliabilitas Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Kecil ... 135

22. Tabel Hasil Analisis Data Indeks Daya Pembeda Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Kecil ... 136

23. Tabel Hasil Analisis Data Validitas dan Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Besar ... 138

24. Tabel Hasil Analisis Data Indeks Daya Pembeda Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Besar ... 140

25. Hasil Tanggapan Guru Biologi SMA N 14 SMG tentang CPG .. 142

26. Hasil Tanggapan Guru Biologi SMA N 7 SMG tentang CPG ... 144

27. Hasil Tanggapan Guru Biologi SMA N 1 Kudus tentang CPG .. 146

28. Surat Keterangan Penelitian di SMA N 7 Semarang ... 148

29. Surat Keterangan Penelitian di SMA N 1 Kudus ... 149

30. Surat Keterangan Penelitian di SMA N 14 Semarang ... 150


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di sekolah terjadi interaksi antara tiga komponen utama yaitu pendidik, pembelajaran, dan peserta didik, melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan terciptanya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Salah satu tahapan dalam pendidikan untuk mecapai tujuan pembelajaran adalah tahap penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena penilaian dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Melalui penilaian, maka dapat mengetahui maju dan mundurnya kualitas pendidikan, dan dengan penilaian dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.

Instrumen penilaian berpikir tingkat tinggi yang valid, reliabel, objektif, dan praktis dibutuhkan untuk mengukur kemampuan peserta didik berpikir tingkat tinggi. Pendidik dapat memantau kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dengan adanya instrumen penilaian berpikir tingkat tinggi. Apabila kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik tergolong rendah, maka pendidik dapat segera melakukan perbaikan pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa instrumen penilaian yang digunakan pendidik sebagian besar hanya mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah. Akibatnya kemampuan peserta didik berpikir tingkat tinggi tidak terpetakan sehingga pendidik tidak mengetahui bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis bank soal di SMA untuk evaluasi formatif menunjukkan bahwa persentase penggunaan ranah kognitif Taksonomi Bloom dalam soal adalah 30% menghafal (C1), 40% memahami (C2), dan 25% mengaplikasi (C3), sedangkan soal yang mengukur kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan


(14)

2

mengkreasi (C6) hanya 5% digunakan oleh pendidik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian yang digunakan pendidik belum mampu untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Faktor penyebab instrumen penilaian yang digunakan pendidik belum mampu mengukur kemampuan tingkat tinggi adalah pendidik kesulitan dalam membuat soal untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pendidik merasa sudah membuat soal untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi tetapi soal yang dibuat termasuk soal berpikir tingkat menghafal. Selain itu, kenyataan yang terdapat di lapangan memperlihatkan bahwa dalam melakukan evaluasi pembelajaran menggunakan soal tes yang telah ada, soal-soal tersebut di ambil dari LKS dan buku paket. Soal yang digunakan belum dapat mengukur aspek kognitif ranah analisis, evaluasi, dan mencipta yang harus di capai peserta didik, yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pendidik mata pelajaran Biologi, diketahui bahwa kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis belum di ukur padahal dalam pembelajaran peserta didik sudah menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini dapat di lihat dari peserta didik yang mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pendapat saat pembelajaran. Menurut Sukardi (2010), soal obyektif pada umumnya sebagai soal yang mengungkapkan, menghafal, dan mengenal materi yang telah diberikan. Soal tersebut kurang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Soal berpikir tingkat tinggi yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi, jadi soal yang dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik meliputi soal ranah analisis, evaluasi, dan mencipta.

Widodo (2013) menyatakan bahwa “berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada tingkat lebih tinggi dari sekedar menghafal fakta, mengatakan sesuatu kepada seseorang sama persis seperti yang diceritakan kepada kita”. Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills

berhubungan dengan perolehan hasil belajar peserta didik yang sangat erat kaitanya dengan ketrampilan mengolah informasi pada materi yang telah dipelajari. Oleh sebab itu kemampuan berpikir tingkat tinggi penting dimiliki


(15)

3

oleh peserta didik untuk mengolah informasi, membuat keputusan, dan menyelesaikan masalah sehingga peserta didik menjadi manusia yang dapat bersaing dalam kehidupan yang kompetitif. Kemampuan berpikir tingkat tinggi salah satunya diperlukan pada pembelajaran sistem koordinasi manusia.

Materi sistem koordinasi manusia merupakan materi yang diajarkan di SMA kelas XI semester genap dengan materi pokok yaitu, sistem saraf, sistem endokrin, sistem indera, proses kerja sistem regulasi, pengaruh psikotropika pada sistem koordinasi, dan kelainan yang terjadi pada sistem koordinasi. Penilaian yang dilakukan pada materi ini biasanya berupa soal obyektif yang hanya menghafal bagian-bagian alat indera, struktur otak, sumsum tulang belakang, macam-macam hormon, kelainan, dan gangguan pada sistem koordinasi manusia, padahal peserta didik dituntut untuk dapat: KD 3.10 menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ sistem koordinasi dan mengkaitkanya dengan proses koordinasi sehingga dapat menjelaskan peran saraf dan hormon dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi manusia, KD 3.11 mengevaluasi pemahaman diri tentang bahaya penggunaan senyawa psikotropika dan dampaknya terhadap kesehatan diri, lingkungan, dan masyarakat, KD 4.11 menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi saraf dan hormon pada sistem koordinasi yang disebabkan oleh senyawa psikotropika yang menyebabkan gangguan sistem koordinasi manusia. Kompetensi dasar tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran sistem koordinasi memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat kebutuhan untuk mengembangkan instrumen penilaian yang layak dengan soal tingkat tinggi. Instrumen penilaian dikembangkan pada ranah tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi. Untuk itulah penulis mengambil judul pengembangan instrumen penilaian Crossword Puzzle Game (CPG) dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA.


(16)

4

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kelayakan instrumen penilaian CPG dengan HOTS pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA?

C. Penegasan Istilah

Memberikan batasan ruang lingkup penelitian berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Crossword Puzzle Game dengan Higher Order Thinking Skills pada Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia di SMA”, maka

ditegaskan istilah sebagai berikut: 1. Pengembangan Instrumen Evaluasi

Pengembangan adalah proses, cara pembuatan, mengembangkan (KBBI, 2007). Pengembangan dilakukan dengan langkah-langkah menurut (Sugiyono, 2010). Pengembangan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian Crossword Puzzle Game (CPG) dengan Higher Order Thinking Skills pada materi sistem koordinasi manusia di SMA. Instrumen penilaian merupakan alat yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran sistem koordinasi manusia.

2. Crossword Puzzle Game (CPG)

CPG adalah permainan yang memerlukan asah otak, suatu media yang membuat peserta didik berfikir secara kreatif untuk menyusun dan memasukkan huruf sehinga menjadi kata sesuai dengan panjang kotak yang tersedia, sering disebut key word (Wikipedia, 2014). CPG dalam penelitian ini merupakan teka-teki silang yang di rancang dan digunakan sebagai alat evaluasi pada materi sistem koordinasi manusia dilengkapi dengan ilustrasi gambar.

3. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

HOTS merupakan proses yang melibatkan operasi-operasi mental seperti mengklasifikasikan, dan menalar (Arrend, 2007). HOTS dalam penelitian ini sesuai dengan teori Taksonomi Bloom yaitu tingkat C4 menganalisis (analyze), tingkat C5 mengevaluasi (evaluate), dan tingkat C6 mencipta (create).


(17)

5

4. Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia

Pembelajaran sistem koordinasi manusia merupakan materi yang diajarkan pada peserta didik SMA kelas XI semester genap dan termasuk dalam K.I. 3.10. yaitu, Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem koordinasi dan mengaitkannya dengan proses koordinasi sehingga dapat menjelaskan peran saraf dan hormon dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi. Materi sistem koordinasi berhubungan dengan mekanisme fisika dan kimiawi yang kompleks.

D. Tujuan Penelitian

Mengetahui kelayakan instrumen penilaian CPG dengan HOTS pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Peneliti, dapat melatih mengembangkan instrumen penilaian yang akan digunakan untuk evaluasi pembelajaran biologi, CPG dengan HOTS pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA.

2. Guru, dapat memberikan variasi baru mengenai instrumen penilaian yang dapat digunakan berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan alat evaluasi CPG dengan HOTS pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA.

3. Peserta didik, dapat memberikan pengalaman baru dalam mengerjakan evaluasi, berbasis CPG dengan HOTS pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA.

4. Produk dari pengembangan instrumen penilaian berbasis CPG dengan HOTS dapat digunakan sebagai instrumen penilaian berupa alat evaluasi yang berorientasi pada ketrampilan berpikir tingkat tinggi.


(1)

xii

19. Tabel Hasil Analisis Data Validitas dan Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Kecil

SMA N 1 Kudus ... 131

20. Tabel Hasil Analisis Data Validitas dan Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Kecil SMA N 14 Semarang ... 133

21. Tabel Hasil Analisis Data Reliabilitas Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Kecil ... 135

22. Tabel Hasil Analisis Data Indeks Daya Pembeda Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Kecil ... 136

23. Tabel Hasil Analisis Data Validitas dan Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Besar ... 138

24. Tabel Hasil Analisis Data Indeks Daya Pembeda Instrumen Penilaian CPG dengan HOTS Uji Skala Besar ... 140

25. Hasil Tanggapan Guru Biologi SMA N 14 SMG tentang CPG .. 142

26. Hasil Tanggapan Guru Biologi SMA N 7 SMG tentang CPG ... 144

27. Hasil Tanggapan Guru Biologi SMA N 1 Kudus tentang CPG .. 146

28. Surat Keterangan Penelitian di SMA N 7 Semarang ... 148

29. Surat Keterangan Penelitian di SMA N 1 Kudus ... 149

30. Surat Keterangan Penelitian di SMA N 14 Semarang ... 150


(2)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di sekolah terjadi interaksi antara tiga komponen utama yaitu pendidik, pembelajaran, dan peserta didik, melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan terciptanya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Salah satu tahapan dalam pendidikan untuk mecapai tujuan pembelajaran adalah tahap penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena penilaian dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Melalui penilaian, maka dapat mengetahui maju dan mundurnya kualitas pendidikan, dan dengan penilaian dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.

Instrumen penilaian berpikir tingkat tinggi yang valid, reliabel, objektif, dan praktis dibutuhkan untuk mengukur kemampuan peserta didik berpikir tingkat tinggi. Pendidik dapat memantau kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dengan adanya instrumen penilaian berpikir tingkat tinggi. Apabila kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik tergolong rendah, maka pendidik dapat segera melakukan perbaikan pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa instrumen penilaian yang digunakan pendidik sebagian besar hanya mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah. Akibatnya kemampuan peserta didik berpikir tingkat tinggi tidak terpetakan sehingga pendidik tidak mengetahui bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis bank soal di SMA untuk evaluasi formatif menunjukkan bahwa persentase penggunaan ranah kognitif Taksonomi Bloom dalam soal adalah 30% menghafal (C1), 40% memahami (C2), dan 25% mengaplikasi (C3), sedangkan soal yang mengukur kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan


(3)

2

mengkreasi (C6) hanya 5% digunakan oleh pendidik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian yang digunakan pendidik belum mampu untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Faktor penyebab instrumen penilaian yang digunakan pendidik belum mampu mengukur kemampuan tingkat tinggi adalah pendidik kesulitan dalam membuat soal untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pendidik merasa sudah membuat soal untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi tetapi soal yang dibuat termasuk soal berpikir tingkat menghafal. Selain itu, kenyataan yang terdapat di lapangan memperlihatkan bahwa dalam melakukan evaluasi pembelajaran menggunakan soal tes yang telah ada, soal-soal tersebut di ambil dari LKS dan buku paket. Soal yang digunakan belum dapat mengukur aspek kognitif ranah analisis, evaluasi, dan mencipta yang harus di capai peserta didik, yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pendidik mata pelajaran Biologi, diketahui bahwa kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis belum di ukur padahal dalam pembelajaran peserta didik sudah menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini dapat di lihat dari peserta didik yang mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pendapat saat pembelajaran. Menurut Sukardi (2010), soal obyektif pada umumnya sebagai soal yang mengungkapkan, menghafal, dan mengenal materi yang telah diberikan. Soal tersebut kurang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Soal berpikir tingkat tinggi yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi, jadi soal yang dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik meliputi soal ranah analisis, evaluasi, dan mencipta.

Widodo (2013) menyatakan bahwa “berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada tingkat lebih tinggi dari sekedar menghafal fakta, mengatakan sesuatu kepada seseorang sama persis seperti yang diceritakan kepada kita”. Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills berhubungan dengan perolehan hasil belajar peserta didik yang sangat erat kaitanya dengan ketrampilan mengolah informasi pada materi yang telah dipelajari. Oleh sebab itu kemampuan berpikir tingkat tinggi penting dimiliki


(4)

oleh peserta didik untuk mengolah informasi, membuat keputusan, dan menyelesaikan masalah sehingga peserta didik menjadi manusia yang dapat bersaing dalam kehidupan yang kompetitif. Kemampuan berpikir tingkat tinggi salah satunya diperlukan pada pembelajaran sistem koordinasi manusia.

Materi sistem koordinasi manusia merupakan materi yang diajarkan di SMA kelas XI semester genap dengan materi pokok yaitu, sistem saraf, sistem endokrin, sistem indera, proses kerja sistem regulasi, pengaruh psikotropika pada sistem koordinasi, dan kelainan yang terjadi pada sistem koordinasi. Penilaian yang dilakukan pada materi ini biasanya berupa soal obyektif yang hanya menghafal bagian-bagian alat indera, struktur otak, sumsum tulang belakang, macam-macam hormon, kelainan, dan gangguan pada sistem koordinasi manusia, padahal peserta didik dituntut untuk dapat: KD 3.10 menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ sistem koordinasi dan mengkaitkanya dengan proses koordinasi sehingga dapat menjelaskan peran saraf dan hormon dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi manusia, KD 3.11 mengevaluasi pemahaman diri tentang bahaya penggunaan senyawa psikotropika dan dampaknya terhadap kesehatan diri, lingkungan, dan masyarakat, KD 4.11 menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi saraf dan hormon pada sistem koordinasi yang disebabkan oleh senyawa psikotropika yang menyebabkan gangguan sistem koordinasi manusia. Kompetensi dasar tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran sistem koordinasi memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat kebutuhan untuk mengembangkan instrumen penilaian yang layak dengan soal tingkat tinggi. Instrumen penilaian dikembangkan pada ranah tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi. Untuk itulah penulis mengambil judul pengembangan instrumen penilaian Crossword Puzzle Game (CPG) dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA.


(5)

4

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kelayakan instrumen penilaian CPG dengan HOTS pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA?

C. Penegasan Istilah

Memberikan batasan ruang lingkup penelitian berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Crossword Puzzle Game dengan Higher Order Thinking

Skills pada Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia di SMA”, maka

ditegaskan istilah sebagai berikut: 1. Pengembangan Instrumen Evaluasi

Pengembangan adalah proses, cara pembuatan, mengembangkan (KBBI, 2007). Pengembangan dilakukan dengan langkah-langkah menurut (Sugiyono, 2010). Pengembangan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian Crossword Puzzle Game (CPG) dengan Higher Order Thinking Skills pada materi sistem koordinasi manusia di SMA. Instrumen penilaian merupakan alat yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran sistem koordinasi manusia.

2. Crossword Puzzle Game (CPG)

CPG adalah permainan yang memerlukan asah otak, suatu media yang membuat peserta didik berfikir secara kreatif untuk menyusun dan memasukkan huruf sehinga menjadi kata sesuai dengan panjang kotak yang tersedia, sering disebut key word (Wikipedia, 2014). CPG dalam penelitian ini merupakan teka-teki silang yang di rancang dan digunakan sebagai alat evaluasi pada materi sistem koordinasi manusia dilengkapi dengan ilustrasi gambar.

3. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

HOTS merupakan proses yang melibatkan operasi-operasi mental seperti mengklasifikasikan, dan menalar (Arrend, 2007). HOTS dalam penelitian ini sesuai dengan teori Taksonomi Bloom yaitu tingkat C4 menganalisis (analyze), tingkat C5 mengevaluasi (evaluate), dan tingkat C6 mencipta (create).


(6)

4. Pembelajaran Sistem Koordinasi Manusia

Pembelajaran sistem koordinasi manusia merupakan materi yang diajarkan pada peserta didik SMA kelas XI semester genap dan termasuk dalam K.I. 3.10. yaitu, Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem koordinasi dan mengaitkannya dengan proses koordinasi sehingga dapat menjelaskan peran saraf dan hormon dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi. Materi sistem koordinasi berhubungan dengan mekanisme fisika dan kimiawi yang kompleks.

D. Tujuan Penelitian

Mengetahui kelayakan instrumen penilaian CPG dengan HOTS pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Peneliti, dapat melatih mengembangkan instrumen penilaian yang akan digunakan untuk evaluasi pembelajaran biologi, CPG dengan HOTS pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA.

2. Guru, dapat memberikan variasi baru mengenai instrumen penilaian yang dapat digunakan berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan alat evaluasi CPG dengan HOTS pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA.

3. Peserta didik, dapat memberikan pengalaman baru dalam mengerjakan evaluasi, berbasis CPG dengan HOTS pada pembelajaran sistem koordinasi manusia di SMA.

4. Produk dari pengembangan instrumen penilaian berbasis CPG dengan HOTS dapat digunakan sebagai instrumen penilaian berupa alat evaluasi yang berorientasi pada ketrampilan berpikir tingkat tinggi.