nn

(1)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kerangka Dasar Pemetaan

Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan melakukan penentuan titik-titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau areal yang akan dilakukan pengukuran yaitu penentuan titik-titik yang ada di lapangan yang ditandai dengan patok kayu, paku atau patok permanen yang dipasang dengan kerapatan tertentu, fungsi dari sistem kerangka dasar pemetaan dengan penentuan titik-titik inilah yang nantinya akan dipakai sebagai titik acuan (reference) bagi penentuan titik-titik lainya dan juga akan dipakai sebagai titik kontrol bagi pengukuran yang baru. Pengukuran dilaksanakan untuk memperoleh data sudut dan jarak dilapangan yang akan dihasilkan suatu data posisi berupa data koordinat (X,Y) yang dapat digunakan dalam pembuatan peta dasar teknik, (Brinker.1987).

1. Pengukuran kerangka Horizontal

Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang datar (X,Y) dalam sistem proyeksi tertentu. Bila dilakukan dengan cara teristris, pengadaan kerangka horizontal bisa dilakukan menggunakan cara triangulasi, trilaterasi atau poligon. Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian yang dikehendaki. ( Purworhardjo, 1986 ).


(2)

a. Poligon

Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik dipermukaan bumi, yang terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak, (Wongsotjitro,1977). Unsur-unsur yang diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat awal diketahui, maka titik-titik yang lain pada poligon tersebut dapat ditentukan koordinatnya. Pengukuran dengan metode poligon ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu:

1) Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal sama dengan titik akhir, jadi dimulai dan diakhiri dengan titik yang sama.

Gambar 1.2 Poligon Tertutup Syarat-syarat geometris poligon tertutup adalah sebagi berikut:

Σδ = ( n – 2 ) . 180º ( untuk sudut dalam )

Σδ = ( n + 2 ) . 180º ( untuk sudut luar )

Σ ( D . sin α ) = ΣΔX = 0

Σ ( D . cos α ) = ΣΔY = 0 U


(3)

Pada umumnya hasil pengukuran jarak dan sudut tidak segera memenuhi syarat diatas, tetapi akan didapat bentuk persamaan sebagai berikut :

Σδ+ ƒδ = ( n – 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )

Σδ+ ƒδ = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )

Σ ( D . sin α) + ƒΔX = 0

Σ ( D . cos α) + ƒΔY = 0 Dalam hal ini :

Σδ = jumlah sudut ukuran n = jumlah titik pengukuran

ƒδ = kesalahan penutup sudut ukuran

ΣΔX = jumlah selisih absis ( X )

ΣΔY = jumlah selisih ordinat ( Y )

ƒΔX = kesalahan absis ( X )

ƒΔY = kesalahan ordinat ( Y ) D = jarak / sisi poligon

α = azimuth

Langkah awal perhitungan koordinat ( X,Y ) poligon tertutup adalah sebagai berikut :

 Menghitung jumlah sudut

ƒδ = Σδ hasil pengukuran - ( n - 2 ) . 180

Apabila selisih sudut tersebut masuk toleransi, maka perhitungan dapat dilanjutkan tetapi jika selisih sudut tersebut tidak masuk toleransi maka akan dilakukan cek lapangan atau pengukuran ulang.

 Mengitung koreksi pada tiap-tiap sudut ukuran ( kδi )

kδi = ƒδi / n ( jika kesalahan penutup sudut bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+), begitu juga sebaliknya.

 Menghitung sudut terkoreksi δi = δ1 + kδ1

 Menghitung azimuth sisi poligon (α)

misal diketahui azimuth awal (α1-2 )

α2-3 = α1-2 + 180º - δ2 ( untuk sudut dalam ) α2-3 = α1-2 - 180º + δ2 ( untuk sudut luar )


(4)

Dengan catatan, apabila azimuth lebih dari 360º, maka : α2-3 = ( α1-2 + 180º - δ2 ) - 360º

apabila azimuth kurang dari 0º, maka : α2-3 = ( α1-2 + 180º - δ2 ) + 360º

 Menghitung selisih absis dan selisih ordinat ( ΔX dan ΔY )

Δ X 1-2 = d1-2 . sin α1-2 Δ Y 1-2 = d1-2 . cos α1-2

 Melakukan koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat ( kΔXi dan kΔYi )

kΔXi = ( di / Σd ) . ƒΔX dalam hal ini ƒΔX = ΣΔX kΔYi = ( di / Σd ) . ƒΔY ƒΔY = ΣΔY

jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+) begitu juga sebaliknya.

 Menghitung selisih absis ( ΔX ) dan ordinat ( ΔY ) terkoreksi

ΔX 1-2 = ΔX 1-2 + kΔX 1-2 ΔY 1-2 = ΔY 1-2 + kΔY 1-2  Koordinat ( X,Y )

misal diketahui koordinat awal ( X1 , Y1 ) maka : X2 = X1 + ΔX 1-2

Y2 = Y1 + ΔY 1-2

Jika pada proses perhitungan poligon tertutup koordinat akhir sama dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya jika koordinat akhir tidak sama dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut dinyatakan salah karena titik awal dan titik akhir poligon tertutup adalah sama atau kembali ketitik semula.

2) Poligon Terbuka

Poligon terbuka adalah poligon dimana titik awal dan titik akhir tidak berimpit atau titik awal tidak bertemu dengan titik akhir. Poligon terbuka ditinjau dari sistem pengukuran dan cara perhitungannya dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :


(5)

a) Poligon Terikat sempurna

Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan titik akhir terikat oleh koordinat dan azimuth atau terikat oleh dua koordinat pada awal dan akhir pengukuran. Poligon jenis ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan poligon lainnya. Pada poligon ini kesalahan sudut serta kesalahan jaraknya dapat dikoreksi dengan diketahuinya azimuth dan koordinat awal serta azimuth dan koordinat akhir.

Gambar 1.3 Poligon Terbuka Terikat sempurna

Dalam poligon terbuka terikat sempurna, besaran - besaran yang harus diukur : 1. Semua sisi jarak = dB-1, d1-2 , …….., d3-P

2. Semua sudut horizontal = δB, δ1, δ2, ……, δP

Syarat-syarat geometris poligon terbuka terikat sempurna :

Σδ = ( α P-Q - α A-B ) + n . 180º ( untuk sudut kanan )

Σδ = ( α A-B - α P-Q ) + n . 180º ( untuk sudut kiri )

Σ ( D . sin α ) = ΣΔX = XP - XB

Σ ( D . cos α ) = ΣΔY = YP - YB Dalam hal ini :

Σδ = jumlah sudut ukuran

n = jumlah titik pengukuran

ƒδ = kesalahan penutup sudut ukuran ΣΔX = jumlah selisih absis (X)


(6)

ƒΔX = kesalahan absis (X)

ƒΔY = kesalahan ordinat (Y)

α P-Q = azimuth / sudut jurusan akhir titik ikat

α A-B = azimuth / sudut jurusan awal titik ikat XP dan YP = koordinat titik ikat akhir

XB dan YB = koordinat titik ikat awal D = jarak / sisi poligon

Α = azimuth

Langkah - langkah perhitungan koordinat ( X , Y ) poligon terbuka terikat sempurna :

 Menghitung azimuth titik ikat awal dan titik ikat akhir ( α A-B dan α P-Q )

α A-B = Arc tan [ (XB – XA) / (YB – YA) ]

α P-Q = arc tan [ (XQ – XP) / (YQ – YP) ]  Jumlah sudut horizontal hasil pengukuran ( Σδ )

Σδ = δB + δ1 + δ2 + δ3 + δP

 Jumlah ukuran jarak (ΣD)

ΣD = DB-1 + D1-2 + D2-3 + D3-P  Menghitung kesalahan penutup sudut Σδ ± ƒδ = ( α P-Q –α A-B ) ± n . 180º

 Menghitung koreksi pada tiap-tiap sudut ukuran ( kδi )

kδi = ƒδ / n ( jika kesalahan penutup sudut bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+), begiti pula sebaliknya )

 Menghitung sudut terkoreksi

δB = δB + kδi δ1 = δ1 + kδi δP = δP + kδi

 Menghitung azimuth ( α ) titik – titik polygon

Diketahui azimuth awal ( α A-B ) maka :

α B-1 = α A-B - 180º + δB ( untuk sudut luar )

α B-1 = α A-B + 180º - δB ( untuk saudut dalam ) Dengan catatan, apabila azimuth lebih dari 360º maka:


(7)

apabila azimuth kurang dari 0º maka:

α B-1 = ( α A-B –180º + δB ) + 360º perhitungan ini dilanjutkan hingga :

α 3-P = α 2-3 –180º + δ3 ( untuk sudut luar )

α 3-P = α 2-3 + 180º - δ3 ( untuk sudut dalam )

 Menghitung selisih absis dan selisih ordinat ( ΔX dan ΔY )

ΔX B-1 = d B-1 . sin α B-1

ΔY B-1 = d 3-P . cos α B-1

Perhitungan ini dilanjutkan hingga :

ΔX 3-P = d 3-P . sin α 3-P

ΔY 3-P = d 3-P . cos α 3-P

 Menghitung kesalahan penutup absis dan ordinat dengan rumus :

ƒΔX =ΣΔX – ( XP – XB )

ƒΔY = ΣΔY – ( YP – YB )

 Menghitung koreksi pada tiap kesalahan absis dan ordinat (ƒΔX dan ƒΔY)

kΔX B-1 = ( dB-1 / Σd ) . ƒΔX

kΔY B-1 = ( dB-1 / Σd ) . ƒΔY perhitungan ini dilanjutkan hingga :

kΔX 3-P = ( d3-P / Σd ) . ƒΔX

kΔY 3-P = ( d3-P / Σd ) . ƒΔY

jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif(-) maka koreksinya positif (+), begitu pula sebaliknya.

 Menghitung selisih absis ( ΔX ) dan ordinat ( ΔY ) terkoreksi

ΔX B-1 = ΔX B-1 + kΔX B-1

ΔY B-1 = ΔY B-1 + kΔY B-1 Perhitungan dilanjutkan hingga :

ΔX 3-P = ΔX 3-P + kΔX 3-P

ΔY 3-P = ΔY 3-P + kΔY 3-P  Perhitungan Koordinat ( X, Y )

Diketahui koordinat awal ( XB,YB ) maka:

X1 = XB + ΔX B-1 Y1 = YB + ΔY B-1


(8)

Perhitungan ini dilanjutkan hingga : X3 = X2 + ΔX 2-3

Y3 = Y2 + ΔY 2-3

Jika nilai koordinat titik akhir ( XP,YP ) yang dihitung sama dengan koordinat titik ikat akhir, maka perhitungannya dinyatakan memenuhi toleransi serta dapat dilanjutkan pada pekerjaan lainnya.

b) Poligon Terbuka Terikat Koordinat

Poligon terikat koordinat adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya terikat oleh koordinat, nilai azimuth awal dan akhir tidak diketahui. Misal poligon terbuka terikat koordinat A123

Gambar 1.4 Poligon Terbuka Terikat Kordinat

Dalam poligon terbuka terikat koordinat, besaran-besaran yang harus diukur : 1. Semua sisi/jarak = d A-1 , d 1-2 , …….., d 3-B

2. Semua sudut horizontal = δ1, δ2, δ3 Langkah perhitungan poligon terbuka terikat koordinat adalah :

 Menentukan azimuth pendekatan yang besarnya sembarang, misal : α A-1  Menentukan azimuth sementara menggunakan azimuth pendekatan

α 1-2 = α A-1 - 180º + δ1

α 2-3 = α 1-2 - 180º + δ2

α 3-B = α 2-3 - 180º + δ3

 Menghitung koordinat sementara 1,2,3 dan B. X1 = XA + d A-1 . sin α A-1


(9)

X2 = X1 + d 1-2 . sin α 1-2 Y2 = Y1 + d 1-2 . cos α 1-2 X3 = X2 + d 2-3 . sin α 2-3 Y3 = Y2 + d 2-3 . cos α 2-3 XB = X3 + d 3-B . sin α 3-B YB = Y3 + d 3-B . cos α 3-B

 Menghitung azimuth ( α A-B ) yang diketahui

α A-B = Arc tan [ ( XB-XA ) / ( YB-YA ) ]

 Menghitung azimuth ( α A-B ) dari perhitungan pendekatan

α A-B = Arc tan [ ( XB-XA ) / ( YB-YA ) ]  Hitungan selisih azimuth ( Δα A-B )

Δα A-B = α A-B - α A-B  Hitungan azimuth terkoreksi

α A-1 = α A-1 + Δα A-B

α 1-2 = α A-1 + Δα A-B - 180º + δ1

α 2-3 = α 1-2 + Δα A-B - 180º + δ2

α 3-B = α 2-3 + Δα A-B - 180º + δ3

Dengan catatan apabila azimuth lebih dari 360º maka :

α 1-2 = ( α A-1 + Δα A-B - 180º + δ1 ) - 360º apabila azimuth kurang dari 0º maka :

α 1-2 = ( α A-1 + Δα A-B - 180º + δ1 ) + 360º

 Hitungan selisih absis dan selisih ordinat ( ΔX dan ΔY )

ΣΔX A-1 = D A-1 . sin α A-1

ΣΔY A-1 = D A-1 . cos α A-1 Perhitungan ini dilanjutkan hingga :

ΣΔX 3-B = D 3-B . sin α 3-B

ΣΔY 3-B = D 3-B . cos α 3-B

 Menghitung koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat ( KΔX dan

KΔY )

kΔX A-1 = ( DA-1 / Σd ) . ƒΔX

kΔY A-1 = ( DA-1 / Σd ) . ƒΔY Perhitungan dilanjutkan hingga :


(10)

kΔX 3-B = ( D3-B / Σd ) . ΣƒΔX kΔY 3-B = ( D3-B / Σd ) . ΣƒΔY

jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+), begitu pula sebaliknya.

 Menghitung koordinat sesungguhnya ( X,Y ) Diketahui koordinat ( XA,YA) maka :

X1 = XA + ΔX A-1 ± KΔX A-1 Y1 = YA + ΔY A-1 ± KΔY A-1 Perhitungan ini dilanjutkan hingga : XB = X3 + ΔX 3-B ± KΔX 3-B YB = Y3 + ΔY 3-B ± KΔY 3-B

Jika nilai koordinat titik B yang dihitung sama dengan koordinat titik B yang diketahui maka perhitungannya dinyatakan benar. Poligon ini sering dipakai dilapangan karena tidak menutup kemungkinan banyak dijumpai hambatan-hambatan misalnya hanya ada dua titik pengikat yang diketahui sehingga azimuth awal dan akhir belum diketahui sehingga memakai azimuth pendekatan.

c) Poligon Terbuka Terikat Sepihak

Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang hanya terikat salah satu titiknya saja, bisa terikat pada titik awalnya atau titik akhirnya saja. Misal poligon terbuka terikat sepihak A123

Gambar 1.5 Poligon Terbuka Terikat Sepihak U


(11)

Langkah-langkah perhitungannya:

 Menghitung Azimuth (α)

Misal diketahui azimuth ( α A-1 ) maka : α 1-2 = α A-1 - 180º + δ1  Menghitung koordinat ( X,Y )

Diketahui koordinat awal ( Xa,YA ) maka : X1 = XA + d A-1 . Sin α A-1

Y1 = YA + d A-1 . Cos α A-1 Perhitungan ini dilanjutkan hingga: X3 = X2 + d 2-3 . Sin α 2-3

Y3 = Y2 + d 2-3 . Cos α 2-3

Pada poligon jenis ini kurang baik untuk kerangka dasar sebab cara perhitungannya sangat sederhana karena tidak ada hitungan koreksi baik koreksi sudut maupun jarak, hanya koordinat titik ikat atau koordinat yang diketahui digunakan sebagai acuan dalam perhitungan koordinat lainnya .

d) Poligon Terbuka Bebas

Poligon terbuka bebas adalah poligon lepas atau poligon yang tidak terikat kedua ujungnya. Untuk menghitung koordinat masing-masing titiknya maka harus ditentukan terlebih dahulu koordinat salah satu titik sebagai acuann menghitung koordinat titik lainnya. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut maupun koreksi jarak.


(12)

Proses perhitungannya :  Hitungan azimuth ( α )

Misal diketahui azimuth ( α 1-2 ) maka :  Hitungan koordinat ( X,Y )

Misal ditentukan koordinat titik awal ( X1,Y1 ) maka : X2 = X1 + d 1-2 . Sin α 1-2

Y2 = Y1 + d 1-2 . Cos α 1-2 b. Azimut

Azimuth adalah besaran sudut yang diukur dari arah utara searah jarum jam dari sembarang meridian acuan yang besarnya berkisar antara 0º – 360º. Azimuth berfungsi sebagai orientasi arah utara pada peta, sebagai kontrol pada pengukuran jaringan poligon maupun dalam hitungan koordinat.

Azimuth yang diukur dilapangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1) Azimuth Magnetis

Azimuth Magnetis adalah azimuth yang berdasarkan arah utara magnetis. Untuk mendapatkan azimuth magnetis dapat dilakukan dengan pengukuran menggunakan alat ukur yang dilengkapi dengan bousole atau kompas, seperti halnya theodolit (TO). Azimuth magnetis ini tidak berdasarkan arah utara sebenarnya (kutub utara bumi), namun hanya berdasarkan arah utara magnetis. 2) Azimuth Geografis

Azimuth Geografis adalah azimuth yang berdasarkan arah kutub utara bumi atau utara sebenarnya. Untuk mendapatkan besaran azimuth geografis dapat dilakukan dengan pengamatan benda-benda angkasa (pengamatan matahari atau pengamatan bintang).


(13)

2. Kerangka Vertikal

Kerangka vertikal digunakan dalam suatu pengukuran untuk menentukan beda tinggi dan ketinggian suatu tempat/titik. ( Purworaharjo, 1986 )

Ada beberapa metode untuk menentukan beda tinggi dan ketinggian titik tersebut yaitu :

a. Kerangka Vertikal dengan Metode Waterpassing

Syarat utama dari penyipat datar adalah garis bidik penyipat datar, yaitu garis yang melalui titik potong benang silang dan berhimpit dengan sumbu optis teropong dan harus datar.

Syarat pengaturannya adalah :

 Mengatur sumbu I menjadi vertical

 Mengatur benang silang mendatar tegak lurus sumbu I  Mengatur garis bidik sejajar dengan arah nivo

Menentukan beda tinggi dengan menggunakan metode waterpassing alat yang digunakan adalah Waterpass, penentuan ketinggian (elevasi) dengan menggunakan waterpass ada 3 macam yaitu :

a) Alat di tempatkan di stasion yang di ketahui ketinggiannya

Gambar 1.7 Penyipat Datar Di Atas Titik Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :  h a-b = ta - Btb

HB = Ha +  h a-b

WaterPas Garis bidik

Bidang Referensi

B BT


(14)

b) Alat sipat datar di tempatkan di antara dua stasion

Gambar 1.8 Penyipat Datar Di Antara Dua Titik Keterangan :

Hab =Bt m - Bt b Hba = Bt b – Bt m

Bila tinggi stasion A adalah Ha, maka tinggi stasion B adalah : Hb = Ha + Hab

Hb = HA + Bt m - Bt b Hb = T – Bt b

Bila tinggi stasion B adalah Hb, maka tinggi stasion A adalah : Ha = Hb + Hba

Ha = Hb + Bt b – Bt m Ha = T – Bt m

Water Pass

Garis bidik mendatar

Bidang Referensi HA

A

HB

B

T

H A-B

BT M m


(15)

c) Alat Sipat Datar tidak di tempatkan di atara kedua stasion

Gambar 1.9 Penyipat DatarDi Luar Titik Keterangan :

hab = Bt m-Bt b hba = Bt b – Bb m

Bila tinggi stasion C di ketahui HC, maka: Hb = Hc + tc – Bt b = T – Bt b

Ha = Hc = tc – Bt m = T – Bt m

b. Kerangka Vertikal dengan Metode Trigonometri Levelling

Menentukan beda tinggi (h ) dengan menggunakan metode Trigonometri Levelling alat yang digunakan adalah Theodolit ( alat pengukur sudut ), mengapa menggunakan metode pengukuran metode Trigonometri Levelling karena proses perhitunganya menggunakan rumus Trigonometri bila dibandingkan dengan pengukuran Waterpass sangat jauh ketelitianya karena Trigonometri banyak sekali kelemahan-kelemahanya. Ada dua cara menentukan beda tinggi dengan menggunakan metode Trigonometri Levelling yaitu :

1) Dengan cara Stadia

Yaitu mengukur beda tinggi tanpa halangan serta benang atas (BA), benang tengah ( BT ), dan benang bawah ( BB ) dapat dilakukan pembacaan.

HC HB HA T C A

Garis bidik mendatar

B Bidang Referensi Sungai Water Pass H A-B tc


(16)

Gambar 2.0 Metode Trigonometri Levelling Cara Stadia Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

D = ( ba-bb ) x A x Cos ² h ( Sudut helling ) D = ( ba-bb ) x A x Sin² z ( Sudut Zenith ) h a-b = D Tg h + ta – Bt

HB = HA + h a-b Keterangan :

D = Jarak Datar h = Beda Tinggi

A = Konstanta pengali ( 100 atau 50 ) H = Sudut Helling

z = Sudut Zenith ta = Tinggi Alat

Langkah-langkah perhitunganya adalah sebagai berikut : Apabila diketahui data-data pengukuran bacaan ( BA, BT, BB )

bacaan 1 dan bacaan 2, Sudut vertikal ( helling atau zenith ) bacaan 1 dan bacaan 2, tinggi alat maka :

a. Dari A ke B

D = ( Ba-Bb ) x 100 Cos² h h a-b = D Tg h + ta – Bt HB = HA + h a-b

Δh a-b D tg h Ba

Bt Bb


(17)

b. Dari B ke C

D = ( Ba-Bb ) x 100 Cos² h h b-c = D Tg h + ta – Bt HC = HA + h b-c 2) Dengan cara Tangensial

Yaitu mengukur beda tinggi dengan posisi alat tetap hanya teropongnya saja yang digerakkan naik dan turun.

Gambar 2.1 Metode Trigonometri cara Tangensial Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : h1 = D Tg h1

h2 = D Tg h2 Menjadi

h2 –h1 = D Tg h2 – D Tg h1 Bt2 – Bt1 = D ( Tg h2 – Tg h1 ) Maka rumus diatas menjadi :

h1 Tg h2 Tg Bt1 Bt2  D

h a-b = D Tg h1 + ta – Bt1 h a-b = D Tg h2 + ta – Bt2 HB = HA + h a-b

- Ba Ba Bt Ba Bb


(18)

B. Pengukuran Jarak

Yang di maksud dengan penggukuran jarak disini adalah pengukuran jarak datar (Horizontal) antara dua titik di permukaan bumi dalam ilmu ukur tanah, pengukuran ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu:

a. Pengukuran Jarak Langsung

Pengukuran jarak langsung adalah pengukuran jarak yang di ukur secara langsung dengan mengunakan alat ukur jarak langsung seperti,Pita ukur (meedband).

Gambar 2.2 Jarak datar dan jarak miring b. Pengukuran Jarak Tidak Langsung

Pengukuran jarak tidak langsung dapat mengunakan alat theodolit, data yang dimati adalah, sudut vertikal, bacaan benang atas, benang tengah, benang bawah(Pengukuran jarak secara Optis). Selain itu juga pengukuran jarak tidak langsung dapat mengunakan alat EDM.(Pengukuran jarak secaraElektronis) C. Pengukuran Cross Section

Penampang melintang merupakan gambar irisan tegak arah tegak lurus potongan memanjang. Gambar penampang melintang secara rinci menyajikan unsur alamiah dan unsur rancangan sehingga digunakan sebagai dasar hitungan kuantitas pekerjaan.


(19)

Penampang melintang umumnya diukur selebar rencana melintang bangunan ditambah daerah penguasaan bangunan atau hingga sejauh jarak tertentu di kanan dan kiri rute agar bentuk dan kandungan elemen rupa bumi cukup tersajikan untuk informasi perencanaan. Data ukuran penampang melintang juga umum digunakan sebagai data penggambaran peta totografi sepanjang rute.

Cara pengukuran penampang melintang bisa menggunakan alat sipat datar, theodolite atau menggunakan echo sounder untuk sounding pada tempat berair yang dalam. Pada pengukuran potongan melintang sungai bisa dipahami bahwa sumbu sungai tidak selalu merupakan bagian terdalam sungai. Data lain yang harus disajikan pada potongan melintang sungai adalah ketinggian muka air terendah dan ketinggian muka air tertinggi atau banjir. kegunaan dari pengukuran profil melintang untuk pekerjaan penggalian dan penimbunan tanah. ( Wirshing, J.R. dan Wirshing, R.H. 1985 ).

Gambar 2.3 Pengukuran Cross Section Langkah-langkah perhitunganya adalah sebagai berikut :  Cari beda tinggi masing-masing titik cross

Metode yang digunakan adalah pesawat berdiri diatas titik/patok digunakan untuk mengetahui kondisi melintang permukaan tanah. Pada pengukuran ini diambil data pengukuran arah kanan dan arah kiri untuk arah kanan ditandai dengan angka ( 1, 2, 3,…) dan arah kiri ditandai dengan huruf ( a, b, c,….). pada pengukuran cross section dengan menggunakan metode ini harus mengukur tinggi alat .


(20)

Kanan Kiri

h1 = Ta – Bt1 hA = Ta – BtA

……….. ………...

h5 = Ta – Bt5 hE = Ta – BtE  Cari jarak masing-masing titik cross D = Ba – Bb x 100

 Cari elevasi masing-masing patok

Kanan Kiri

H1 = Ha -  h1 HA = Ha -  ha

………. ………...

H5 = Ha -  h5 HE = Ha -  he D. Pengukuran Detil

Pengukuran detil merupakan suatu proses untuk mendapatkan posisi suatu titik detil topografi di lapangan, untuk disajikan ke dalam bentuk gambar atau peta yang sesuai letaknya dan kedudukan sebenarnya. Pada pengukuran detil dapat dilakukan beberapa metode:

1. Metode Polar

Metode polar digunakan untuk menentukan suatu titik berdasarkan pengukuran sudut dan jarak, baik jarak langsung maupun jarak optis.

Gambar 2.4 Pengukuran Detil Metode Polar

dP1-1

β1

β2 β3

β4

dP2-2 dP2-3


(21)

Keterangan gambar:  1, 2, 3, 4 : titik detil

 β1, β2, β3, β4 : sudut horizontal

 P1, P2, P3 : titik-titik polygon  Dp1-1, dP2-2, dP2-3, dP3-4 : Jarak

2. Metode Trilaterasi

Seperti halnya metode polar, metode trilaterasi juga mengunakan titik yang telah diketahui posisinya dalam penentuan posisi titik detil, hanya dengan metode trilatrasi satu titik yang dicari posisinya diukur jarak terhadap dua titik yang diketahui, kemudian salah satu sisi yang diketahui dijadikan basis dalam gambar mengukur titik lainnya sehinga membentuk jaringan segi tiga.

Gambar 2.5 Pengukuran Detil Metode Trilaterasi Ketarangan gambar :

P1, P2, P3, P4 = Titik poligon

dA1-1, dA1-3, dA1-4, dA2-1, dA2-2, dA2-4, dA3-2, dA4-3 = jarak yang di ukur di lapangan.

1, 2, 3, 4 = titik detail di ukur di lapangan

pada cara trilaterasi, parameter / besaran yang di capai berupa jarak horizontal (d) yang di ukur secara langsung menggunakan pita ukur / meteran atau dapat menggunakan alat ukur EDM ( Elektronic Distance Measurement ).

dP4-3 dP2-3 dP1-3 dP1-4 dP1-1 dP2-4 dP2-1 dP2-2

dP3-2 2

4 3 1 P4 P1 P2 P3


(22)

E. Alat Ukur GPS

GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat, untuk menentukan posisi, kecepatan tiga dimensi yang teliti dan informasi mengenai waktu secara kontinu di seluruh dunia. Dalam survei dan pemetaan darat, GPS telah banyak diaplikasikan untuk pengadaan titik-titik kontrol (ordo dua atau lebih rendah) untuk keperluan pemetaan, survei rekayasa, ataupun survei pertambangan. Dalam pengadaan titik-titik kontrol untuk keperluan pemetaan dan survei rekayasa (seperti survei jalan raya dan survei konstruksi). GPS dapat dan telah digunakan untuk menggantikan metode konvensional poligon yang umum digunakan selama ini.

F. Pengolahan Data dan Penggambaran

Didalam proses pengolahan data dan penggambaran penulis mengunakan komputer supaya lebih cepat dan lebih baik. Program-program yang dipakai diantaranya:

1. Ms.Excel

Yaitu suatu program yang khusus untuk dipergunakan dalam pengolahan data hitung untuk keperluan pemetaan khususnya untuk membuat format poligon, situasi dan lain-lain.

2. PCLP (Plan,Cross section Longitudinal Profil Program )

Program PCLP adalah suatu program yang digunakan untuk menampilkan gambar long dan cross dari data excel yang telah dihitung

3. Auto Cad

Merupakan program yang saat ini sering digunakan untuk keperluan pembuatan gambar atau pendesainan gambar, baik dalam bentuk dua demensi maupun dalam bentuk tiga demensi. Dapat melakukan revisi gambar yang sudah kita buat dan masih banyak lagi kemampuan yang lainnya yang dimiliki Auto cad tersebut.


(23)

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pada kerja praktek ini merupakan bagian dari Pengukuran Detail Desain Penyempurnaan Jaringan Reklamasi Rawa Untuk Peningkatan Potensi Pendayagunaan Lahan Rawa Jitu Ada pun tahapan pelaksanaan dalam pekerjaan pengukuran saluran irigasi ini :

A. Persiapan

B. Pengumpulan data C. pengolahan data D. Penggambaran

Pelaksanaan persiapan pengukuran topografi lapangan dilakukan dengan tahapan pengarahan yang dimaksudkan disini adalah penentuan persiapan kerja yang akan dilaksanakan selama pekerjaan lapangan seperti bagan alir sebagai berikut:


(24)

Tidak Tidak Tidak Tidak

Ya Ya Ya Ya

PENGUKURAN POLIGON UTAMA

PENGUKURAN RINCI SALURAN DAN TANGGUL PENANGKIS

PENGUKURAN WATERPASING

PENGUKURAN MELINTANG SALURAN DAN

TANGGUL PENANGKIS

PERHITUNGAN KOORDINAT SEMENTARA

(X* , Y*)

PERHITUNGAN JARAK DAN BEDA KETINGGIAN RINCI AS SALURAN

(d , h)

PERHITUNGAN KETINGGIAN SEMENTARA

(h*)

PERHITUNGAN KOORDINAT DEFINITIF

(X , Y)

PERHITUNGAN KETINGGIAN RINCI AS SALURAN

(h)

PERHITUNGAN KETINGGIAN DEFINITIF

(h)

PENGGAMBARAN DRAFT PETA SITUASI AS SALURAN

PERHITUNGAN KETINGGIAN RINCI MELINTANG SALURAN

(h)

PERHITUNGAN JARAK DAN BEDA KETINGGIAN RINCI MELINTANG SALURAN

(d , h)

PENGGAMBARAN HALUS PETA SITUASI AS SALURAN

PENGGAMBARAN DRAFT PENAMPANG MELINTANG SALURAN PENGGAMBARAN HALUS PENAMPANG MELINTANG SALURAN PENGGAMBARAN DRAFT PENAMPANG MEMANJANG SALURAN PENGGAMBARAN HALUS PENAMPANG MEMANJANG SALURAN PEMASANGAN PATOK PENGARAHAN AHLI GEODESI KEPADA PARA SURVEYOR

PENGAMATAN KOORDINAT (GPS)

PERSIAPAN PERLENGKAPAN

cek ? cek ? cek ? cek ? P

en g u m p u la n d ata lap an g an P en g o lah an d ata P ENGG AMBARAN P ERS IAPAN


(25)

A. Persiapan

Tahap ini merupakan awal dari pelaksanaan pengukuran, dengan adanya kegiatan ini, maka akan menunjang kelancaran untuk kegiatan pengukuran selanjutnya. Pada tahap persiapan ini terbagi atas 3 bagian yaitu :

1. Persiapan administrasi. 2. Persiapan teknis 3. Persiapan pengukuran 1. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi ini merupakan kegiatan untuk kepengurusan administrasi proyek yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.

diantaranya surat :

a. Surat izin permohonan kerja praktek yang disetujui oleh PT. DEKA PENTRA

b. Surat izin mahasiswa untuk kerja praktek dari Fakultas Teknik, Universitas Lampung

2. Persiapan Teknis

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada persiapan pengukuran adalah:  Orentasi lapangan

Sebelum memulai pengukuran perlu diadakannya persiapan dan perencanaan yang akan membantu dalam kegiatan pengukuran selanjutnya, untuk menentukan dan merencanakan kegiatan pengukuran perlu adanya peninjauan lokasi areal yang akan diukur, maka akan diketahui bahwa dengan melihat kondisi lapangan atau areal tersebut dapat disimpulkan mengenai bentuk dari permukaan topografi tersebut. Bentuk topografi tersebut berupa tanah Lumpur


(26)

/ rawa, lereng, lembah atau bukit yang terjal, hutan dengan bentuk permukaan mendatar atau bergelombang. Untuk itu perlu diantisipasi dalam melakukan metode yang diambil dengan kondisi di lapangan, dan hal – hal yang menghalangi dalam pengukuran dapat diatasi.

 Perencanaan Pemasangan Patok Poligon

Dengan mengetahui kondisi lapangan maka langkah selanjutnya mengetahui tempat dan jumlah titik-titik poligon, titik-titik poligon ini berupa patok dari semen yang nantinya akan dijadikan sebagai titik-titik referensi yang akan dipakai sebagai titik ikat dalam pengukuran. Penempatan patok sebagai titik poligon harus disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan orientasi lapangan dan pemasangan patok antara lain :

 Dalam pemasangan patok baiknya dilakukan ditempat yang terbuka dan mempunyai posisi yang tepat, hindari tempat yang ramai, sehingga mempermudah saat pendirian alat.

 Patok dipasang dengan jarak 50M, kecuali pada daerah tikungan diperlukan pemasangan patok bantu .

 Dihindari bentuk sudut tajam dalam perencanaan jalur polygon, untuk memudahkan pengontrolan sudut.

3. Persiapan Pengukuran

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka perlu adanya penyediaan alat dan sumber daya manusia yang berkualitas.


(27)

a. Alat dan Bahan

Alat dan bahan digunakan untuk pengukuran ini adalah :

 Alat ukur Theodolit Nikon NE-20H sebanyak 4 unit

 Alat ukur Waterpass Sokkia sebanyak 4 unit

 GPS Navigasi Merk Garmi sebanyak 2 unit

 Rambu ukur sebanyak 20 buah

 Statip sebanyak 8 buah

 Pita Ukur sebanyak 5 buah

 Perangkat Komputer dan Kalkulator  Formulir data pengukuran

 Peralatan Tulis dan Papan tulis

b. Tenaga Kerja

Dalam melaksanakan pekerjaan proyek pengukuran saluran irigasi ini, dibutuhkan orang yang ahli dibidangnya. Tenaga kerja tersebut meliputi :

1. Surveyor

Surveyor adalah orang yang melakukan pengukuran, mengerti tentang pengukuran mulai dari perencanaan pengukuran dan perhitungan

2. Drafter

Drafter adalah orang yang melakukan pengambaran dengan menggunakan seperangkat komputer.

3. Labour / helper ( pembantu )

labour adalah orang yang membantu surveyor dalam melaksanakan pengukuran dilapangan.


(28)

Selain melibatkan orang yang ahli dibidangnya masing – masing, perusahaan juga melibatkan aparat dan tokoh – tokoh masyarakat setempat untuk sosialisasi dengan masyarakat sekitar guna kelancaran administrasi proyek dan bertujuan memberikan pengarahan kepada masyarakat desa bahwa dalam pelaksanaan pekerjaan ini yang sifatnya membangun produktifitas hasil pertanian yang lebih baik dan juga menciptakan lapangan kerja.

B. Pengumpulan Data

1. Pengamatan Menggunakan GPS

Pengamatan menggunakan GPS dilakukan untuk mendapatkan Koordinat awal. GPS digunakan bermerk Garmin, memiliki tipe navigasi dan tingkat akurasinya berkisar 2 meter sampai 3 meter.

Langkah-langkah pengamatannya adalah sebagai berikut

 Pertama atur GPS yaitu mengatur datum (WGS 84) yang digunakan dan sistem proyeksinya (UTM).

 Setelah melakukan pengaturan GPS, letakanlah alat di atas titik yang akan diamante kemudian simpan dan tandai dengan nama yang diinginkan.

2. Pengukuran Kerangka Horizontal

Pengukuran poligon dilakukan dengan metode poligon terbuka bebas. Langkah-langkah pengukurannya sebagai berikut:

 Mendirikan alat ukur theodolit pada titik P1 dan mengatur syarat-syarat pengunaannya sehingga sumbu I vertikal tepat pada diatas titik P1.


(29)

BM1

 teropong diarahkan ke titik BM1, lalu buat arah horizontal menjadi (0000΄00˝), kemudian Baca sudut horizontal, sudut vertikal, dan baca benang atas, benang tengah, benang bawah. Catat pada formulir yang telah disediakan, jangan lupa ukur ketinggian alatnya.

 Alat diputar kearah titik P2, melakukan pembacaan Bacaan Sudut Horizontal, Sudut Vertikal dan Bacaan rambu.

 Setelah itu pindahkan alat lalu dirikan ke titik P2 dan diatur syarat-syarat pengunaannya sehinga sumbu I vertikal tepat berada diatas titik P2, dan untuk langkah-langkah selanjutnya lakukan seperti prosedur a-c diatas. Seluruh data pengukuran dicatat dalam formulir ukur lapangan serta sket lapangan yang lengkap, apabila terjadi kesalahan dalam pengukuran mudah di cek.

U

Gambar 2.6 Skets pengukuran polygon

3. Pengukuran Situasi Detil

Pengukuran dimaksudkan untuk mengetahui letak atau posisi dari suatu objek dilapangan, seperti gedung, jalan, got dan objek lainnya.

Langkah-langkah pengukuran sebagai berikut :

a. Mendirikan alat ukur Theodolit pada titik P1 dan mengatur syarat-syarat pengunaanya sehinga sumbu I vertikal tepat diatas titik P1.

P1

P2


(30)

b. Kemudian teropong diarahkan ke titik kerangka dasar titik BM1, lalu baca arah horizontal sebagai titik ikat (0000΄00˝).

c. Kemudian teropong diarahkan ke target titik detil-detil yang akan diambil, setiap titik detil baca arah horizontal dan dirikan rambu kemudian baca arah vertikal, baca benang atas, benang tengah, benang bawah, dan dicatat pada formulir kertas ukur.

d. Ketinggian titik detail diukur dengan toleransi maksimum 10 cm.

e. Memindahkan alat ukur theodolit ke titik poligon selanjutnya dan melaksanakan lankah-langkah pengukuran a, b, dan c, selanjutnya seluruh data dicatat pada formulir buku ukur.

Gambar 2.7 Skets Pengukuran Situasi 3

1 2

P2

BM1

P1

4


(31)

4. Pengukuran Cross Section ( Penampang Melintang )

Pengukuran Cross Section atau disebut juga sebagai pengukuran penampang melintang yaitu pengukuran penampang vertikal yang dibuat tegak lurus pada sumbu proyek. Kegunaan dari pengukuran profil melintang untuk pekerjaan penggalian dan penimbunan tanah.

Gambar 2.8 Profil Melintang

Langkah – langkah Pengukuran Profil Melintang.

a. Mendirikan alat ukur Theodolit pada titik U1 dan mengatur syarat-syarat pengunaanya sehinga sumbu I vertikal tepat diatas titik U1.

b. Kemudian teropong diarahkan ke titik kerangka dasar titik BM1, lalu baca arah horizontal sebagai titik ikat (0000΄00˝).

c. Kemudian putar alat tegak lurus dengan As saluran (sebelah kanan atau kiri alat), baca bacaan benang (atas, tengah, bawah), sudut vertical dan sudut horizontalnya.


(32)

d. Putar alat sampai membelakangi As saluran ( putar 180° dari As saluran ) kemudian baca bacaan benang (atas, tengah, bawah), sudut vertical dan sudut horizontalnya.

e. Memberi notasi yang berbeda antara arah kanan dan kiri, yaitu ke kanan diberi notasi huruf dan ke kiri dengan notasi angka.

f. Selanjutnya alat dipindahkan ke U2, setelah alat disetel langkah selanjutnya adalah, bidik U1 sebagai backset, arahkan alat ke arah kanan dan kiri, seterusnya lakukan seperti pada poin – poin sebelumnya.

g. Untuk titik selanjutnya teknik yang digunakan sama seperti cara diatas.

5. Pengukuran Kerangka Vertikal

Untuk pengukuran beda tinggi dilakukan dengan mengunakan waterpass dengan metode dua kali berdiri alat (Dobel stand), Langkah-langkah pengukuran sebagai berikut:

Rambu belakang Rambu muka

Ba WP Ba

Bt Bt

Bb Bb

Ta

P2 P1

Gambar 2.9 Pengukuran kerangka vertikal.


(33)

a. Alat berdiri antara dua titik (U1 dan U2), dan diatur persyaratanya.

b. Teropong diarahkan ke titik U1 dirikan rambu baca benang atas, benang tengah, dan benang bawah kemudian alat diputar ke titik U2 lalu baca benang atas, benang tengah, benang bawah. (Stand 1).

c. Alat dipindah masih dalam keadaan antara dua titik dan diatur persyaratanya. d. Jalur pengukuran water pass harus merupakan jalur yang tertutup dengan

toleransi kesalahan beda tinggi 10 D mm dimana D panjang jarak dengan satuan km.

e. Teropong arahkan ke titik U1 dirikan rambu baca benang atas, benang tengah, dan benang bawah, kemudian alat diputar ke titik U2 lalu baca benang atas, benang tengah, benang bawah.(Stand 2).

f. Memindahkan alat ukur waterpass ke titik poligon selanjutnya (antara dua titik) dan melakukan langkah-langkah pengukuran 1,2,3 dan 4, selanjutnya seluruh data dicatat pada formulir buku ukur.

C. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah pengukuran selesai dilakukan. Untuk mempercepat proses perhitungan dan efisiensi kerja, maka data yang diperoleh dari survey atau pengukuran di lapangan diolah atau dihitung dengan menggunakan komputer dengan menggunakan software Ms Excel. Dengan hasil hitungan berupa koordinat, jarak, beda tinggi, dan elevasi.

Hal yang pertama yang dilakukan dalam proses pengolahan data adalah memasukkan data hasil pengukuran dilapangan yang diolah dengan menggunakan software Microsoft excel. Cara Untuk memasukan (entri) data seperti sudut horizontal, vertikal, bacaan rambu (ba,bb,bt) adalah Sebagai berikut:


(34)

1. Membuka software MS Excel 2. Membuat tabel perhitungan

3. Memasukan data ukur dalam tabel dan membuat rumus perhitungan

Gambar 3.0 Tampilan memasukan data pada MS Excel 1. Pengolahan Data Poligon

Proses pengolahan data Poligon bertujuan untuk mendapatkan data koordinat X dan Y, sebagai kerangka dasar dalam sebuah pekerjaan pengukuran.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Memasukan (entri) data lapangan hasil pengukuran poligon utama, berupa data sudut horizontal, data jarak dan azimuth awal serta koordinat awal. b. Merubah sudut horizontal dan azimuth awal kedalam bentuk desimal.


(35)

Rumus umum yang digunakan dalam excel adalah: Derajat + Menit / 60 + Detik 3600. Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom N, baris 11 =B11+C11/60+D11/3600

Gambar 3.1 Tampilan perhitungan horizontal decimal c. Menghitung azimuth dalam satuan desimal :

Secara matematis rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : αx-x+1 = αawal + βx - 180

Dalam hal ini : αx-x+1 : Azimut yang dicari αawal : Azimut awal

βx : Sudut horizontal

Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom O, baris 10 =E10+F10/60+G10/3600


(36)

Gambar 3.2 Tampilan perhitungan azimut desimal

d. Menghitung Jarak miring yang didapat dari bacaan benang tiap masing-masing titik detil D = (BA-BB)* 100. Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom L, baris 10 =(J10-K10)*100/1000

Gambar 3.3 Tampilan perhitungan Jarak miring

e. Masukan jarak datar yang didapat dari bacaan benang tiap masing-masing titik detil D = (BA-BB)* 100 * Sin (Vz * Pi()/180)^2


(37)

Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom M, baris 10 =L10*(SIN((F10+G10/60+H10/3600)*PI()/180))^2

Gambar 3.4 Tampilan perhitungan Jarak datar f. Menghitung beda absis ( ΔX )

Secara matematis rumus yang digunakan adalah :

ΔX x-x+1 = Dx-x+1 * Sin αx-x+1

Dalam hal ini : ΔX : Beda absis yang dicari αx-x+1 : Azimut titik diketahui Dx-x+1 : Jarak antar titik

Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom I, baris 10 =H10*SIN(O10*PI()/180).


(38)

Gambar 3.5 Tampilan perhitungan ∆X (D sin α) g. Menghitung beda ordinat ( ΔY )

Secara matematis rumus yang digunakan adalah : ΔY y-y+1 = Dx-x+1 * Cos αx-x+1

Dalam hal ini ΔY : Beda ordinat yang dicari αx-x+1 : Azimut titik diketahui

Dx-x+1 : Jarak antar titik

Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom J, baris 10 dengan rumus =H10*COS(O10*PI()/180).


(39)

Gambar 3.6 Tampilan perhitungan ∆Y (D cos α) h. Menghitung koordinat X dan Y terkoreksi

 Koordinat X

Secara sistematis rumus yang digunakan adalah sebagai berikut XX = Xawal + X x-x+1

Dalam hal ini : XX : Koordinat yang dicari Xawal : Koordinat yang diketahui X x-x+1 : Beda absis yang diketahui

Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom K baris 11: =K9+I10  Koordinat Y

Yy = Yawal + Y y-y+1

Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom L baris 11 : =L9+J11 Dalam hal ini XX : Koordinat yang dicari

Xawal : Koordinat yang diketahui Y y-y+1 : Beda ordinat yang diketahui


(40)

Gambar 3.7 Tampilan perhitungan koordinat X dan Y 2. Pengolahan Data Kerangka Vertikal

Data kerangka vertikal merupakan data yang akan dipergunakan untuk melakukan perhitungan elevasi titik – titik kerangka atau dengan kata lain untuk menentukan beda tinggi antara titik yang satu dengan yang lainnya, dan kemudian elevasi tersebut digunakan untuk acuan pada perhitungan penampang melintang dan memanjang. Cara atau jenis pengukuran yang digunakan adalah dimana alat ukur berada diantara dua titik (ditengah-tengah) dan dilakukan dua kali berdiri alat (Double Stand).

Adapun langkah pengerjaannya adalah : a. Membuka software MS Excel b. Membuat tabel perhitungan

c. Menghitung beda tinggi (h ) untuk pengukuran (stand I) h1 = BT rambu belakang – BT rambu muka

Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom L, baris 11 = (C11-F11)/1000


(41)

Gambar 3.8 menghitung beda tinggi stand I (h1) Menghitung rata-rata beda tinggi stand I dan stand II.

h΄ = (h1stand I) + (h1stand II) / 2, Maka pada Ms. Excel di masukan rumus

ke kolom M, baris 12 = (L11+L12)/2


(42)

d. Menghitung jarak (D) dari rambu belakang ke alat D1 = (BA– B) x 100, Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom M, baris 12

= ((D11-E11)*100)/1000

Gambar 4.0 Menghitung jarak optis belakang

Menghitung jarak (D) dari rambu muka ke alat D1 = (BA – BB) x 100, Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom M, baris 12

= ((G11-H11)*100)/1000


(43)

Menghitung elevasi dengan menuliskan rumus H S1 = U26 + h1, Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom O baris 15 = O12 + M12

Gambar 4.2 Menghitung elevasi (H)

3. Pengolahan Data Penampang Melintang ( Cross Section ) dan situasi

Pengolahan data penampang melintang pada dasarnya adalah sama dengan penghitungan pada kerangka vertikal, hanya elevasi awal yang menjadi acuan, pada elevasi satu titik dimana alat didirikan, elevasi titik tersebut yang akan ditambah dengan beda tinggi dari titik – titik kerangka melintang lainnya,adapun langkah-langkah perhitungannya :

 Membuka software MS Excel  Membuat tabel perhitungan

c. Masukan data hasil ukuran dilapangan yaitu data sudut horizontal, azimuth awal, dan jarak antara titik pada kolom dan baris masing-masing titik d. Mencari azimut titik detail selanjutnya dengan rumus sebagai berikut :


(44)

keterangan :

n : Azimut titik-tempat berdiri alat terhadap titik detail masing-masing o : Azimut Awal tempat berdiri alat yang mengikat terhadap titik referensi

titik poligon lainnya

n : Besar sudut harizontal berdiri alat antara titik masing-masing detail terhadap titik pengikat

e. Masukan jarak yang didapat dari bacaan benang tiap masing-masing titik detil D = (BA-BB)* 100, Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom R baris 10 = (M10-N10)*100/1000.

Gambar 4.3 Tampilan perhitungan jarak miring

f. Masukan jarak yang didapat dari bacaan benang tiap masing-masing titik detil D = (BA-BB)* 100 * Sin (Vz * Pi()/180)^2, Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom S baris 10 menggunakan rumus


(45)

Gambar 4.4 Tampilan perhitungan jarak datar

g. Masukkan perhitungan absis dan ordinat, dengan penghitungan polygon

 Xn = Dm * Sin ( n * PI( )/180 ), Maka pada Ms. Excel di masukan

rumus ke kolom U baris 10 menggunakan rumus =S10*(SIN((O10+P10/60+Q10/3600)*PI()/180))

 Yn = Dm * Cos ( n * PI( )/180 ), Maka pada Ms. Excel di masukan

rumus ke kolom V baris 10 menggunakan rumus =S10*(COS((O10+P10/60+Q10/3600)*PI()/180))

h. Masukan beda tinggi titik berdiri alat dengan titik detail pada kolom dan baris masing-masing dengan perhitungan metode Trigonometri dengan rumus : h = Sin (2 * ( VZ * PI( )/180 )/2 * D + TA – BT jika sudut vertikalnya zenit h = D * Tg (( 90–VH ) * PI( )/180 ) + TA – BT Jika sudut vertikalnya

heling

Maka pada Ms. Excel di masukan rumus ke kolom T baris 10


(46)

Gambar 4.5 Tampilan perhitungan beda tinggi pada detil  Menghitung koordinat X,Y,Z pada data detil/situasi

Menghitung koordinat X, yang sebelumnya diberikan koordinat awal yaitu 587654.710 misal kolom X baris 12 dengan menggunakan rumus =$W$11+U12, agar penulisan rumus tidak dilakukan berulang kali maka disetiap tempat berdiri alat kita kunci dengan dolar ($) sebagai pengikat selanjutnya.


(47)

 Menghitung koordinat Y langkah-langkahnya sama dengan menghitung koordinat X, hanya dibedakan pada kolomnya saja.rumus yang digunakan =$X$11+V12. dapat dilihat pada gambar 25

Gambar 4.7 Tampilan perhitungan koordinat Y

 Menghitung koordinat Z yang sebelumnya diberikan koordinat awal yaitu 23.746 misal kolom Q baris 12 maka rumus yang digunakan =$Y$16+T18 lihat gambar 26


(48)

D. Penggambaran

Proses penggambaran menggunakan seperangkat komputer. Dibantu dengan beberapa perangkat lunak (software), diantaranya :

a. PCLP (Plan,Cross section Longitudinal Profil Program ) suatu program yang digunakan untuk menampilkan gambar long dan cross dari data excel yang telah dihitung.

b. Auto Cad Map 2008 Merupakan program yang sering digunakan untuk keperluan pembuatan gambar atau desain, baik dalam bentuk 2 dimensi maupun dalam gambar 3 dimensi.

2. Penggambaran Titik Poligon dan Situasi Menggunakan Autocad Land Deplovment ( Ald )

Autocad Land Deplovment ( Ald ) Berbasis program pada autocad, Namun lebih diarahkan untuk dapat mengaplikasi dalam mengolah pemetaan dan dasar-dasar pekerjaan sipil rekayasa.

Setelah program autocad Land Devlopment dijalankan maka dapat dilihat pada monitor tampilan Gambar 4.9


(49)

a. Membuat File Baru

Setelah program ALD dibuka akan tampak tampilan seperti Gambar 5.0 tahap pertama yang harus dilakukan adalah membuat file baru dengan membuka open new file hal ini dapat di lakukan dengan mengklik pada toolbar atau menu bar sehingga pada layar monitor terlihat terlihat tampilan pada layar yakni membuka kotak dialog New Drawing Project Base selanjutnya untuk membuat direktori atau folder baru ( project path ) nama gambar ( Drawing Name ), file dapat dilanjutkan dengan cara mengetik atau menggunakan file yang sudah ada.

Gambar 4.9 Layar yang tampak pada program ALD


(50)

b. Mengatur Format Data Base Titik

Setelah selesai membuat file baru yang akan di akhiri dengan klik OK (Gambar 5.0), kemudian muncul gambar 5.1 kemudian klik OK

Komputer akan memprosesnya, kemudian muncul gambar 5.2 untuk melakukan seting penggambaran secara bertahap, perhatikan hal – hal berikut

Gambar 5.1 Kotak dialog project details


(51)

Pilih Skala 1:1000, kemudian klik Next, secara otomatis komputer sudah berskala 1:1000 sehingga unit linier = 1m selanjutnya akan muncul gambar 5.3 adapun yang akan dillakukan pada kotak dialog ini adalah :

Pilih meter untuk satuan linier dengan 3 digit decimal, degree untuk satuan sudut dengan 4 digit (sampai second), North Azimuth arah utara gambar, elevasi dengan

Gambar 5.3 Penyimpanan parameter


(52)

presisi 3 digit decimal, kemudian klik next, setelah itu akan muncul kotak dialog untuk pengaturan skala seperti pada Gambar 5.4

Disini dilakukan pemilihan skala misal skala horizontal 1:1000 skala vertical 1:100 serta pilih ukuran kertas, setelah dipilih klik Next sehingga muncul gambar 5.5

Kotak dialog gambar 5.6 ini dapat digunakan untuk memilih datum yang akan di pakai bila gambar peta yang akan dibuat dikaitkan dengan sistem proyeksi tertentu ( misal pemilihan datum yang sesuai dengan zone pemetaan setempat/satu

Gambar 5.5 Skala Gambar dan Ukuran Kertas


(53)

Negara). Tetapi bila dirasa cukup menggunaan sistem lokal saja, maka biasanya dilewatkan dengan Klik Next

Setelah muncul kotak dialog serta gambar 5.7 dilanjutkan dengan menyeting arah orientasi peta, tentukan titik pusat koordinat sebagai titik dasar dengan memilih sistem X, Y atau North Azimuth, easting pilih arah perputaran sudut searah atau melawan arah kalau sudah klik Next.

Gambar 5.7 Arah orientasi peta


(54)

Pada Gambar 5.8 dapat dilakukan pemilihan text style, misalnya Klik Next standar, dan klik Next Gambar 5.9 digunakan untuk memilih border gambar, atau langsung saja klik finish.

Gambar 5.9 Setting Border


(55)

Kotak konfirmasi (Gambar 6.0) akan muncul dan merupakan konfirmasi terhadap tahapan setting yang telah dilakukan. Kemudian klik OK bila disetujui dan layar ALD akan kembali seperti awal .

Dengan demikian seluruh penyetingan rencana gambar sudah selesai termasuk nama gambar, nama file baru, direktorinya, arah orientasi, dan arah putaran sudut, sehingga dilanjutkan dengan penggambaran peta site plant maupun gambar perencanaan teknik lainnya.

Kemudian tampak pada layar tampil seperti gambar 6.1 untuk memasukkan (import) data. Dari file notepad ada cara yang diperlukan sebagai berikut.

Gambar 6.1 Memasukkan data titik ukur


(56)

1. Penggambaran Longitudinal Section dan Cross Section

Pada proses penggambaran Longitudinal Section dan Cross Section menggunakan perangkat lunak PCLP (Plan,Cross section Longitudinal Profil Program ).

PCLP adalah suatu program yang digunakan untuk menampilkan gambar long dan cross dari data excel yang telah dihitung. Langkah – langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

 Penggambaran longitudinal.

Proses penggambaran menggunakan seperangkat komputer. Dibantu dengan beberapa perangkat lunak (software), diantaranya program autocad 2008, dan Pclp. Autocad merupakan program untuk menggambar sedangkan Pclp ( plan cross section and longitudinal profile program ) adalah program untuk menggambar penampang memanjang dan melintang.

A. Masukkan data ( entry ) kedalam Microsoft excel


(57)

B. Buka program Pclp, pilih long profil existing, pilih pembawa.

Gambar 6.4 Setting Data Excel

C. Simpan data tersebut, setelah itu buka program autocad 2008.


(58)

Hasil Penggambaran :

a. Menampilkan Gambar Long Section

Buka program Auto Cad Map 2008, kemudian ketik *.scr pada command form lalu pilih file yang telah di simpan menggunakan PCLP, seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar 6.6 Tampilan Long Section 1. Penggambaran Cross Section

Input data dilakukan melalui form excel yang telah tersedia. Tranfer file dilakukan untuk transfer data menjadi script file.


(59)

1). Buka folder PCLP pilih file cross ogl seperti pada gambar.

Gambar 6.7 File Data Cross Ogl.

2). Kemudian pilih lembar (sheet) untuk mengatur skala dan jumlah lembar .

Gambar 6.8 Setting skala dan jumlah lembar pada Data Excel 3). Lalu pilih lembar (sheet) data ogl kemudian masukan data Masukkan data

(entry) lalu disimpan. Data yang dimasukan adalah nama titik jarak dan elevasi.


(60)

Gambar 6.9 Entry Data Cross Section. 4). Buka program Pclp, pilih cross section lalu existing lalu ok!


(61)

5). Simpan data tersebut, setelah itu buka program Autocad map 2008.

Gambar 7.1 Tampilan Export. Hasil Penggambaran :

b. Menampilkan Gambar Cross Section

Buka program Auto Cad Map 2008, kemudian ketik *.scr pada command form lalu pilih file yang telah di simpan menggunakan PCLP, seperti yang terlihat pada gambar :


(62)

3. Pengunaan Auto Cad Map 2000i

Merupakan program yang sering digunakan untuk keperluan pembuatan gambar atau desain, baik dalam bentuk 2 dimensi maupun dalam gambar 3 dimensi. c. Menampilkan Gambar Titik Poligon Dan Detail

Sebelum dilakukan proses penggambaran terlebih dahulu dibuat layer-layer pada autocad yang berfungsi sebai pembeda lapisan gambar sehingga mempermudah dalam penggambaran dan proses editing. Langkah-langkah pembuatan layer adalah sebagai berikut: Klik format pada toolbar kemudian pilih layer maka akan tampak kotak dialog berikut ini:

Gambar 7.3 layer properties

4. Setelah pembuatan layer, kemudian buka gambar dari hasil konversi mengguakan Autocad Land Deplovment(Ald), seperti yang terlihat pada gambar.


(63)

(64)

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

A. Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas mengenai pembahasan hasil dari pelaksanaan praktik kerja lapangan pada Proyek Pengukuran Detail Desain Penyempurnaan Jaringan Reklamasi Rawa jitu Untuk Peningkatan Potensi Pendayagunaan lahan rawa jitu. Ada beberapa hal yang dibahas pada bab ini , baik itu kendala, pendukung maupun manfaat dari pelaksanaan kerja praktik ini, dengan tujuan untuk mengetahui prosentase hasil dari pengukuran saluran drainase yang telah dikerjakan.

1. Perencanaan

Setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan harus memiliki perencanaan yang matang, mengingat pentingnya suatu perencanaan dalam menentukan kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan hasil yang diharapkan, yaitu dapat tecapainya suatu target pekerjaan yang sesuai dengan teknis pekerjaan yang ditentukan. Sebelum melaksanaan pekerjaan harus disusun suatu perencanaan kerja ( time schedule ) yang berdasarkan pekerjaannya, dengan demikian dapat diketahui kapan pekerjaan harus dimulai dan kapan pekerjaan harus selesai.


(65)

2. Rencana kerja

Rencana kerja dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanan pekerjaan, karena dengan sebuah perencanan kita dapat memperkirakan system kerja yang akan kita laksanakan, dengan perencanaan yang baik maka kita akan mendapatkan kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sehingga hasil yang kita dapat sesuai dengan yang diharapkan.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan pekerjaan meliputi beberapa kegiatan diantaranya, pembagian tugas kerja, orentasi lapangan, pemasangan patok, pengukuran kerangka horizontal, kerangka vertikal, pengukuran long dan cross section.

Tabel Jadwal rencana pengukuran adalah :

NO. NAMA KEGIATAAN

BULAN

BULAN I BULAN II BULAN III BULAN VI BULAN V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 PERSIAPAN KERJA X X

2 ORIENTASILAPANGAN X X

3 PENGUKURAN X X X X X X X X X X X

4 PENGOLAHAN DATA X X X X

5 PENGGAMBARAN X X X X X

6 LAPORAN X X

Gambar 7.5 Time Schedule.

pada pelaksanaan pekerjaan sering terjadi kendala-kendala yang dapat mempengaruhi pekerjaan antara lain :


(66)

a. Faktor alam

Kondisi cuaca pada waktu pelaksanaan pengukuran sangat membantu kelancaran pengukuran dilapangan.

b. Faktor Manusia

Sumber daya manusia yang berkualitas sangat mendukung guna tercapainya hasil kerja yang baik dan sesuai dengan schedule pengukuran.

c. Faktor Pendukung Pekerjaan

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka perlu adanya penyediaan sarana dan prasarana yang memadai seperti alat ukur yang baik beserta perlengkapannya serta fasilitas yang memadai seperti kendaraan yang digunakan untuk menunjang kelancaran selama pengukuran berlangsung. Untuk mengantisipasi dari permasalahan-permasalahan tersebut maka perlu dilakukan persiapan dan perencanaan sebelum pekerjaan sehingga hasil pekerjaan dapat sesuai dengan apa yang diharapkan.

1. Pembagian tugas kerja

Sebelum pelaksanaan, team kerja melakukan pembagian tugas kerja agar pada pelaksanaannya semua individu dapat mengetahui apa yang menjadi tugasnya masing-masing. Karena dalam pelaksanaan kerja kami hanya memiliki satu team, maka masing-masing individu memiliki tugas yang ditentukan dalam pembagian tugas kerja sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pada setiap individu mendapat tugas yang harus dilaksanakan yaitu, pemasangan patok yang dikerjakan oleh dua orang, team kerja mengukur kerangka horizontal, kerangka vertikal, situasi, long dan cross section.


(67)

2. Orientasi Lapangan dan Pemasangan Patok

Dalam pelaksanaan orientasi lapangan kita mempelajari kondisi lapangan yang sebenarnya, untuk mempermudah kita menentukan posisi atau letak patok dan metode yang akan kita pergunakan, juga perlengkapan apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan. Setelah itu pemasangan patok dimulai, bisa dipasang terlebih dahulu atau bersamaan dengan pekerjaan pengukuran. Dengan mengunakan bantuan meteran untuk menentukan jarak, lalu dipasang paku atau patok kayu sebagai titik acuan dalam penyetingan alat dan diberi tanda dengan mengunakan pilok atau spidol besar permanent. Pada setiap satu kilometer dipasang BM dan untuk memudahkan kita dalam melaksanakan pekerjaan pengukuran, maka pada patok diberi tanda khusus, apalagi pada irigasi yang masih berupa tanah dan jalan yang mengalami kerusakan atau pada saat musim hujan.

3. Pengukuran Kerangka Horizontal

Pada pengukuran kerangka horizontal metode yang dipergunakan adalah polygon terbuka bebas, sehingga tidak terdapat kontrol terhadap kesalahan sudut maupun jarak, maka mengakibatkan kurang teliti. Karena kesalahan tidak dapat dikontrol, maka pembacaan sudut dan rambu ukur harus teliti dan untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran dapat dilakukan pendekatan koordinat menggunakan GPS. Azimuth awal pengukuran didapat dari BM yang telah tersedia.


(68)

4. Pengukuran Kerangka Vertikal

Pengukuran kerangka vertikal adalah untuk menentukan beda tinggi antara titik yang ada, dalam pelaksanaannya hanya digunakan satu alat yaitu waterpass. Data yang diperoleh dalam pengukuran ini adalah bacaan benang tengah, benang atas, dan benang bawah. Data jarak yang diperoleh sewaktu pengukuran adalah jarak optis. Hasil pengukuran beda tinggi berupa data lapangan terdapat pada lampiran-lampiran.

5. Pengukuran Cross Section

Pengukuran cross section dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran kerangka horizontal dan vertikal, arahnya dengan membagi dua besar bacaan sudut horizontal, hasil yang diperoleh dari pembagian itulah arah dari pengukuran kerangka melintang. Panjang jalur yang kita gunakan sesuai dengan yang diminta dari pemberi pekerjaan, titik yang digunakan mengikuti keadaan lapangan.

1. Pengolahan Data

Data ukur yang didapat dari pekerjaan pengukuran saluran irigasi ini dilapangan berupa data – data sebagai berikut;

 Data Kerangka Vertikal  Data Kerangka Horizontal  Data Longitudinal Section  Data Cross Section.

Dalam hal ini data yang diperoleh dilapangan yaitu berupa bacaan sudut horizontal, sudut vertikal, bacaan benang ( benang atas, tengah dan bawah ) dan jarak. Untuk perhitungan data – data lapangan tersebut, diolah dengan


(69)

menggunakan seperangkat komputer, dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel.

Dari data mentah utama yang diolah, Dipindahkan kehitungan Microsoft Excel kemudian dieksport keprogram yang mempunyai fungsi untuk penggambaran yaitu Pclp dan Auto Cad 2008.

B. Penggambaran

Penggambaran dilakukan menggunakan computer, dengan bantuan program Pclp mentransfer data koordinat (X, Y) dari Ms. Excel kedalam AutoCad 2008.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam kerja praktik ini adalah sebagai berikut :  Ketidak teraturan bentuk saluran sangat menghambat proses pengukuran

situasi dan cross section.

 Perubahan yang sering terjadi membuat proses pengukuran acapkali terhenti.

 Kurangnya sarana transportasi membuat waktu pengukuran berkurang.  Kurang jelasnya sketsa yang dibuat membuat proses penggabaran

tersendat.

Hasil dari kerja praktik ini berupa long section dan cross section seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini

C. Hasil

Hasil dari kerja praktik ini berupa peta situasi, long section dan cross section seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.


(70)

Gambar 7.6 Tampilan Peta Situasi 1. Penampang Memanjang ( Longitudinal Section )


(71)

2. Penampang Melintang (Cross Section)

Gambar 7.8 Tampilan Cross Section.

Program – Program yang digunakan adalah :

- Pclp merupakan software yang digunakan untuk pembuatan longitudinal section dan cross section, yaitu ; tampilan penampang memanjang dan penampang melintang.

- AutoCad 2008 merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk penggambaran dan pengeditan, gambar yang sudah dibuat dari software yang diatas dieksport ke AutoCad 2008 selanjutnya akan di edit.

Dan pencetakan gambar menggunkan alat :

- Ploter merupakan alat pencetak hasil penggambaran dari seperangkat computer.


(72)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Pekerjaan pengukuran merupakan pekerjaan penting dan sangat memerlukan perencanaan yang matang untuk mendapatkan hasil sesuai dengan harapan. Dari hasil pelaksanaan kerja praktek, penulis berpendapat bahwa pelaksanaan kerja praktek sangat berguna dan bermanfaat bagi semua mahasiswa, karena dengan begitu mahasiswa dapat mengetahui pekerjaan yang sebenarnya dilapangan dan juga memperoleh ilmu tambahan yang selama ini belum sempat dipelajari melalui kuliahnya. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Pengukuran menggunakan metode Poligon tertutup. 2. Azimuth awal pengukuran didapat dari BM yang tersedia..

3. Dalam pengukuran kerangka vertikal dapat menggunakan theodolit. 4. Data yang didapat dari lapangan dan tingkat ketelitian pembacaan sudut

serta benang pada rambu sangat penting, karena digunakan sebagai perhitungan koordinat untuk penggambaran digital pada program AutoCad, sehingga peta yang tergambar memiliki posisi yang sama dengan posisi dilapangan.


(73)

B. Saran

Setelah melaksanakan kerja praktek dan membuat laporan pelaksanaan maka ada beberapa saran penulis yang semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut.

1. Dalam pengukuran sebaiknya memiliki minimal dua team kerja agar lebih mudah dan lebih cepat dalam pelaksanaan pengukuran, karena target pengukuran.

2. Hendaknya dalam suatu pengukuran harus benar-benar direncanakan secara matang baik itu pembuatan time schedule, peralatan, dan perlengkapan serta pasilitas lainnya yang dapat menunjang peruses pengukuran tersebut agar proses pengukuran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan time schedule yang telah dibuat.

3. Pembuatan sketsa pengukuran harus jelas dan teliti sehingga akan mempermudah dalam penggambaran.

4. Pengukuran kerangka vertikal sangat memerlukan ketelitian karena digunakan dalam penggambaran long dan cross section, maka dalam pelaksanaan pengukuran agar dapat lebih teliti diharapkan team kerja menggunakan waterpass untuk pengukuran kerangka vertikal. Dengan catatan keadaan lapangan memungkinkan dan relative datar.


(74)

DAFTAR PUSTAKA

Tn. O. Trutmann.1979. Ilmu dan alat ukur tanah (Surveying) Penerjemah : Ir. Heinz Frick ; Semarang

Wongsotjitro, Soetomo. 1977. Ilmu Ukur Tanah, Kanisius. Yogyakarta. Purworaharjo, Umaryono. 1986. Pengukuran Horizontal, Teknik Geodesi ITB, Bandung.


(75)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia karena tanah digunakan sebagai tempat tinggal dan merupakan tempat untuk melakukan usaha, misalnya untuk persawahan. Saat ini pemerintah berusaha untuk berswasembada pangan Sehingga diperlukan sarana dan prasarana, diantaranya penyediaan irigasi. Pada pengairan yang terencana dengan baik, sistem irigasi merupakan subsistem dari suatu wilayah persawahan, dan unit hidrologis merupakan subsistem dari daerah aliran sungai. Mengingat pentingnya sumber daya air, dan dikarenakan ketersediaan air yang terbatas maka perlu diciptakan suatu strategi agar air tersebut dapat termanfaatkan dengan baik.

Pembangunan irigasi dimaksudkan untuk pengairan lahan persawahan yang tidak terairi dengan teratur. Kebutuhan akan air yang terbatas pada lahan persawahan yang luas, dan ketersedian air yang tak mencukupi untuk jangka waktu yang lama. Sehingga pemerintah merencanakan rehabilitasi jaringan Primer, Sekunder, dan Kolektor Unit II Rawa Jitu Kabupaten Tulang Bawang - Mesuji. Rencana rehabilitasi saluran irigasi diharapkan dapat digunakan untuk peningkatan hasil pertanian bagi masyarakat yang berada diwilayah tersebut.


(76)

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pemberian air irigasi secara intensif, efektif dan efisien. Intensif dapat dicapai dengan peningkatan itensitas tanam dan efektif pemakaian air irigasi, sedangkan efisien dapat dicapai dengan meningkatkan fungsi jaringan irigasi Primer, Sekunder, dan Kolektor dengan cara melakukan rehabilitasi jaringan irigasi.

Menindaklanjuti hal di atas, maka Pemerintah Provinsi Lampung melalui Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung pada tahun Anggaran 2009 melakukan Pekerjaan Detail Desain Penyempurnaan Jaringan Reklamasi Rawa Untuk Peningkatan Potensi Pendayagunaan Lahan Rawa Jitu yang lokasinya di wilayah Unit II Rawa Jitu. Perencanaan ini diharapkan adanya suatu desain yang akan membantu dalam proses rehabilitasi jaringan irigasi di wilayah Unit II Rawa Jitu. Pekerjaan ini direncanakan oleh Konsultan Teknik PT. DEKA PENTRA.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ini adalah :

a. Untuk memenuhi salah satu syarat Akademis pada Program Studi D3 Teknik Survey dan Pemetaan yang pengerjaannya mengenai pengukuran atau pemetaan areal suatu wilayah.

b. Mengaplikasikan teori-teori ilmu pengetahuan yang didapat diperkuliahan mengenai survey dan pemetaan yang pekerjaannya mengenai pengukuran atau pemetaan areal suatu wilayah,

c. Mengetahui proses pengukuran dan pekerjaan irigasi yang berlangsung dilapangan.

2. Maksud dan Tujuan Proyek

Maksud dari Pekerjaan Detail Desain Penyempurnaan Jaringan Reklamasi Rawa Untuk Peningkatan Potensi Pendayagunaan Lahan Rawa Jitu ini adalah dalam upaya mengidentifikasi, meneliti dan


(77)

mengkaji potensi ketersediaan air dan pendayagunaan lahan rawa reklamasi Rawa Jitu. Sedangkan tujuan pekerjaan ini adalah :

 Tersedianya database dan sistem informasi kondisi dan kinerja Jaringan Rawa Jitu.

 Teridentifikasinya kondisi dan fungsi jaringan dan bangunan air.

 Tersedianya Detail Desain penyempurnaan jaringan reklamasi Rawa Jitu

 Tersedianya manual operasi dan pemeliharaan.  Teridentifikasinya kelembagaan pengelolaan air.

C. Manfaat kerja Praktek

Kerja peraktek ini bermanfaat untuk menambah wawasan dalam hal pengukuran secara langsung dilapangan dan mengembangkan pengetahuan penulis dalam bidang survey dan pemetaan.

D. Manfaat Proyek

 Ketersediaan air lebih banyak sehingga dapat digunakan untuk membuat jadwal penanaman secara optimal.

 Pengelolaan yang lebih efisien pada daerah irigasi dengan cara alokasi air yang lebih baik dan pembagian air yang lebih cepat yang meliputi seluruh daerah yang dilayani.

 Mengembangkan peranan pertanian dalam perekonomian dalam negeri sebagai usaha memajukan kesejahteraan rakyat.

E. Batasan masalah

Berdasarkan pekerjaan yang akan dilakukan dilapangan, maka pekerjaan yang akan dilakukan antara lain :

 Orientasi lapangan dan pemasangan patok  Pengukuran kerangka horizontal


(78)

 Pengukuran Cross Section  Pengukuran Longitudinal  Pengolahan data

 Penggambaran situasi, cross section, dan longitudinal

F. Lokasi Proyek

Untuk mencapai lokasi, saat ini dapat ditempuh melalui jalur/transportasi darat dengan jarak tempuh  250 Km dari Bandar Lampung. Adapun rute perjalanan yang harus ditempuh dapat diuraikan sebagai berikut:

 Dari Bandar Lampung (ibukota Provinsi Lampung) ke arah Utara menuju Menggala sejauh  120 Km, kondisi jalan aspal hotmix, ditempuh selama 2,5 jam

 Dari Menggala (ibukota Kabupaten Tulang Bawang) ke arah Utara menuju Simpang Penawar sejauh  35 Km, kondisi jalan aspal hotmix, ditempuh selama 0,5 jam. Dari menggala dapat juga dilakukan melalui transportasi air (speed boat) dari Menggala dalam waktu 3 (tiga) jam,

 Dari Simpang Penawar ke arah Timur menuju Rawa Jitu sejauh  60 Km, kondisi jalan bervariasi aspal dan lapis tanah puru, ditempuh selama 1,5 s/d 2 jam.

G. Metode Penulisan

Penulisan kerja praktek ini dengan menggunakan metode :  Studi Proyek

Studi proyek dilakukan pada proyek perencanan jaringan irigasi pada Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung.

 Studi Pustaka

Pada studi pustaka ini dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari teori-teori dan literatur yang berkaitan dengan masalah pekerjaan irigasi.


(79)

(80)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp. (0721) 704949 Fax. (0721) 702764

LEMBAR ASISTENSI HASIL SEMINAR

NAMA : BIMA AGUNG SASTRIAWAN NPM : 0605061006

JUDUL : PENGUKURAN SITUASI PERENCANAAN SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER RAWA JITU

Nama Dosen Tanggal Keterangan Paraf

Pembimbing Ir. Yohannes, M.T

Pembimbing II Citra Dewi, S.T,M.eng

Penguji Ir. Edy Meidarto

Bandar Lampung, Mei 2010 Mengetahui

Ketua program Studi D3 Survey dan Pemetaan

Ir. YOHANNES, M.T NIP. 195204071986031001


(81)

Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp. (0721) 704949 Fax. (0721) 702764

LEMBAR ASISTENSI Laporan Kerja Praktik

NAMA : BIMA AGUNG SASTRIAWAN

NPM : 0605061006

JUDUL : PENGUKURAN SITUASI PERENCANAAN SALURAN PEMBUANG PRIMER DAN SEKUNDER RAWA JITU

NO TANGGAL KETERANGAN PARAF

Bandar Lampung, Juni 2010 Menyetujui,

Pembimbing II


(82)

Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp. (0721) 704949 Fax. (0721) 702764

LEMBAR ASISTENSI HASIL SEMINAR Laporan Kerja Praktik

NAMA : BIMA AGUNG SASTRIAWAN

NPM : 0605061006

JUDUL : PENGUKURAN SITUASI PERENCANAAN SALURAN PEMBUANG PRIMER DAN SEKUNDER RAWA JITU

NAMA DOSEN TANGGAL KETERANGAN PARAF

Pembimbing I Ir. Yohannes, M.T.

Pembimbing II Citra Dewi S.T,M.eng

Penguji Ir. Edy Meidarto

Bandar Lampung, Agustus 2010 Menyetujui,

Pembimbing I

Ir. Yohannes, M.T NIP. 195204071986031001


(83)

Judul Kerja Praktik : PENGUKURAN SITUASI PERENCANAAN SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER RAWA JITU

Nama Mahasiswa : Bima Agung Sastriawan No. Pokok Mahasiswa : 0605061006

Program Studi : D3 Teknik Survey dan Pemetaan Fakultas : Teknik

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II,

Ir. Yohannes, M.T. Citra Dewi S.T,M.Eng

NIP. 195204071986031001 NIP. 198201122008122001

2. Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program Studi

D III Survey dan Pemetaan

Ir. Syukur Sebayang, M.T. Ir. Yohannes, M.T. NIP. 195003091986031001 NIP.195204071986031001


(84)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Yohannes, M.T. ……….

Sekretaris : Citra Dewi S.T,M.Eng. .………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Edy Meidarto ……….…...

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung

Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, DEA. NIP. 19650510 199303 2 008


(85)

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Alhamdulillah Kupanjatkan KeHadirat Allah SWT Atas Berkat Rahmat Serta Hidayah-Nya

Tugas Akhir Ini Dapat Terselesaikan

Dan

Kupersembahkan Hasil Tugas Akhir Ini dengan tulus

Kepada ayahanda dan ibunda tercinta Sudarman,A.M.d & Tati Purwati

Yang telah memberikan dukungan, baik itu materi Maupun moril

Serta selalu berdoa untuk keberhasilanku

Untuk kakak-kakakku tercinta

Fadhli Putra Jaya,S.Si & Dimas Adi Wibowo,A.M,d Untuk adikku tersayang

Dinda Mentari Putri

Untuk semua sahabat-sahabatku

Yang Telah Memberikan Nasehat dan Dukungan untuku

Almamater Tercinta


(86)

PENGUKURAN SITUASI PERENCANAAN

SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER

RAWA JITU

(

Kerja Praktik)

Oleh:

BIMA AGUNG SASTRIAWAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010


(87)

PENGUKURAN SITUASI PERENCANAAN

SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER

RAWA JITU

Oleh:

BIMA AGUNG SASTRIAWAN Kerja Praktik

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Teknik

Pada

Program Studi D3 Survey Dan Pemetaan Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010


(1)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp. (0721) 704949 Fax. (0721) 702764

LEMBAR ASISTENSI HASIL SEMINAR Laporan Kerja Praktik

NAMA : BIMA AGUNG SASTRIAWAN NPM : 0605061006

JUDUL : PENGUKURAN SITUASI PERENCANAAN SALURAN PEMBUANG PRIMER DAN SEKUNDER RAWA JITU

NAMA DOSEN TANGGAL KETERANGAN PARAF

Pembimbing I Ir. Yohannes, M.T.

Pembimbing II Citra Dewi S.T,M.eng

Penguji Ir. Edy Meidarto

Bandar Lampung, Agustus 2010 Menyetujui,

Pembimbing I

Ir. Yohannes, M.T NIP. 195204071986031001


(2)

Judul Kerja Praktik : PENGUKURAN SITUASI PERENCANAAN SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER RAWA JITU

Nama Mahasiswa : Bima Agung Sastriawan No. Pokok Mahasiswa : 0605061006

Program Studi : D3 Teknik Survey dan Pemetaan Fakultas : Teknik

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II,

Ir. Yohannes, M.T. Citra Dewi S.T,M.Eng

NIP. 195204071986031001 NIP. 198201122008122001

2. Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program Studi D III Survey dan Pemetaan

Ir. Syukur Sebayang, M.T. Ir. Yohannes, M.T.

NIP. 195003091986031001 NIP.195204071986031001


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Yohannes, M.T. ……….

Sekretaris : Citra Dewi S.T,M.Eng. .………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Edy Meidarto ……….…...

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung

Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, DEA. NIP. 19650510 199303 2 008


(4)

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Alhamdulillah Kupanjatkan KeHadirat Allah SWT Atas Berkat Rahmat Serta Hidayah-Nya

Tugas Akhir Ini Dapat Terselesaikan

Dan

Kupersembahkan Hasil Tugas Akhir Ini dengan tulus

Kepada ayahanda dan ibunda tercinta

Sudarman,A.M.d & Tati Purwati

Yang telah memberikan dukungan, baik itu materi Maupun moril

Serta selalu berdoa untuk keberhasilanku

Untuk kakak-kakakku tercinta

Fadhli Putra Jaya,S.Si & Dimas Adi Wibowo,A.M,d Untuk adikku tersayang

Dinda Mentari Putri

Untuk semua sahabat-sahabatku

Yang Telah Memberikan Nasehat dan Dukungan untuku

Almamater Tercinta

Universitas Lampung


(5)

PENGUKURAN SITUASI PERENCANAAN

SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER

RAWA JITU

(

Kerja Praktik)

Oleh:

BIMA AGUNG SASTRIAWAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010


(6)

PENGUKURAN SITUASI PERENCANAAN

SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER

RAWA JITU

Oleh:

BIMA AGUNG SASTRIAWAN Kerja Praktik

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Teknik

Pada

Program Studi D3 Survey Dan Pemetaan Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010