Budaya politik partisipan. Memiliki ciri:

C. Pembagian Tipe Budaya Politik menurut Geertz

Tiga budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia menurut Geertz: 1. Budaya politik abangan Budaya politik masyarakat yang menekankan aspek-aspek animisme atau kepercayaan terhadap adanya roh halus yang mempengaruhi hidup manusia. Ciri khasnya adalah diadakan upacara selamatan untuk mengusir roh halus. 2. Budaya politik santri Budaya politik masyarakat yang menekankan pada aspek-aspek keagamaan, khususnya Islam. 3. Budaya politik priyayi Budaya politik masyarakat yang menekankan keluhuran tradisi. Priayi adalah masyarakat kelas atas atau kelompok masyarakat aristokrat dan bekerja sebagai birokrat pegawai pemerintah. Yang dulunya berafiliasi berhubungan, berpautan dengan partai PNI, kini berinfiliasi pada partai golkar. Afan Gaffar, budaya politik indonesia memiliki 3 ciri dominan : 1. Hirarki yang tegarketat : adanya pemilahan tegas antar penguasa wong Gedhe dengan Rakyat kebanyakan wong cilik. 2. Kecendrungan Patronage hubungan antara orang berkuasa dan rakyat biasa seperti majikan majikan dengan buruh. 3. Kecendrungan Neo Patrimonialistik, yaitu perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial.

D. PERKEMBANGAN

TIPE BUDAYA POLITIK SEJALAN DENGAN PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK YANG BERLAKU Pada negara-negara demokratis umumnya, partisipasi politik warga negaranya dapat mempengaruhi pembuatan suatu kebijakan. Menurut Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, “Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual dan atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.” Menurut Herbert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum. Peran dan political will elit yang berkuasa sangat mempengaruhi perluasan dan pembatasan, sedangkan elit politik yang tidak berkuasa cenderung meluaskan partisipasi politik dan mengubah serta mengembangkannya ke bentuk partisipasi yang baru. Setiap insan politik harus dapat menunjukan partisipannya dalam kegiatan yang berkaitan dengan hak warga negara, yang bertujuan untuk ikut mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Berikut adalah kegiatan-kegiatan waraga negara dalam bentuk partisipasi politik. 1. Terbentuknya organisasi-organisasi politik dan organisasi masyarakat. 2. Lahirnya kelompok-kelompok kepentingan, kelompok-kelompok penekan, dan LSM. 3. Pelaksanaan pemilu berupa berkampanye, menjadi pemilih aktif atau menjadi anggota parlemen. 4. Munculnya kelompok-kelompok kontemporer yang memberi warna pada system input dan output kepada pemerintah.

III. Metode pembelajaran

a. Ceramah bervariasi b. Tanya Jawab c. Snowball Throwing

IV. Langkah-langkah pembelajaran

NO Kegiatan Alokasi waktu Keterangan. 1. Pendahuluan 10’