8
Learning to do bisa berjalan jika lembaga pendidikan dan pelatihan memfasilitasi peserta diklat untuk mengaktualisasikan keterampilan yang
dimilikinya, serta bakat dan minatnya.. Keterampilan bisa digunakan untuk menopang kehidupan seseorang, bahkan keterampilan lebih dominan
daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang
Rahbini, 2007, dengan modifikasi .
2 Learning to know Belajar untuk menguasai pengetahuan
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar
untuk mengetahui learning to know dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang
tidak bermanfaat bagi kehidupan. Guna merealisasikan learning to know, widyaiswara seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi
melainkan juga fasilitator. Di samping itu widyaiswara dituntut dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan peserta diklat dalam
mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu Rahbini, 2007, dengan modifikasi.
3 Learning to live together Belajar untuk hidup bermasyarakat
Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam
lingkungan di mana individu tersebut berada, sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain
dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat learning to live together Rahbini, 2007.
4 Learning to be Belajar untuk menjadi
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses belajar menjadi diri sendiri learning to be. Menjadi diri sendiri
diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat,
serta belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya adalah proses pencapaian aktualisasi diri.
2.5 Lesson Study
Lesson Study LS pada awalnya dimulai dengan pengkajian materi kurikulum kyouzai kenkyuu yang berfokus pada pengajaran matematika bagi
guru-guru di Jepang. Kajian tersebut mendasarkan diri pada kurikulum matematika di Amerika Serikat yang dirancang berbasis temuan-temuan
penelitian unggul. Kajian tersebut melahirkan suatu perubahan paradigma tentang
materi kurikulum dari ”memanjakan” menuju pada ”pemberdayaan” potensi peserta didik. Paradigma ”memanjakan” mengalami anomali, karena materi
kurikulum sering tidak memperhatikan karakteristik peserta didik, sehingga substansi materi sering lepas konteks dan tidak relevan dengan kebutuhan peserta
didik. Akibatnya, peserta didik kurang tertarik, pembelajaran menjadi tidak bermakna, peserta didik sering menyembunyikan ketidakmampuan. Hal ini terjadi
sebagai akibat koreksi dan perhatian guru yang lemah terhadap potensi mereka.
LS dapat berfungsi sebagai salah satu upaya pelaksanaan program in- service training bagi para guru. Upaya tersebut dilakukan secara kolaboratif dan
9
berkelanjutan. Pelaksanaanya adalah di dalam kelas dengan tujuan memahami peserta didik secara lebih baik. LS dilaksanakan secara bersama-sama dengan
guru lain. LS merupakan salah satu strategi pengembangan profesi guru. Kelompok guru mengembangkan pembelajaran secara bersama-sama, salah
seorang guru ditugasi melaksanakan pembelajaran, guru lainnya mengamati proses belajar peserta didik. Proses ini dilaksanakan selama pembelajaran
berlangsung. Pada akhir kegiatan, guru-guru berkumpul dan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang dilakukan, merevisi dan menyusun
pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil diskusi.
Di samping melibatkan guru sebagai kolaborator, dalam LS juga melibatkan dosen LPTK atau Widyaiswara Balai Diklat dan pihak lain yang relevan dalam
mengembangkan program dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Secara lebih sederhana, siklus LS dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan:
Planning-Doing-Seeing Plan-Do-See. 1.
Perencanaan Plan
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan peserta diklat secara efektif serta
membangkitkan partisipasi peserta diklat dalam pembelajaran. Dalam perencanaan, widyaiswara secara kolaboratif berbagi ide menyusun
rancangan pembelajaran untuk menghasilkan cara-cara pengorganisasian bahan ajar, proses pembelajaran, maupun penyiapan alat bantu pembelajaran.
Sebelum diimplementasikan dalam kelas, rancangan pembelajaran yang telah disusun kemudian disimulasikan. Pada tahap ini ditetapkan prosedur
pengamatan dan instrumen yang diperlukan dalam pengamatan.
2. Pelaksanaan Do
Tahap pelaksanaan LS bertujuan untuk mengimplementasikan rancangan pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan tersebut, salah satu widyaiswara
berperan sebagai pelaksana LS dan widyaiswara yang lain sebagai pengamat. Fokus pengamatan bukan pada penampilan widyaiswara yang mengajar,
tetapi lebih diarahkan pada kegiatan belajar peserta diklat dengan berpedoman pada prosedur dan insturumen yang telah disepakati pada tahap
perencanaan. Pengamat observer tidak diperkenankan mengganggu proses pembelajaran.
3. Refleksi See
Tujuan refleksi adalah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan diawali dengan penyampaian kesan dari
pembelajar dan selanjutnya diberikan kepada pengamat. Kritik dan saran diarahkan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan disampaikan
secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti hati widyaiswara yang membelajarkan. Masukan yang positif dapat digunakan untuk merancang
kembali pembelajaran yang lebih baik Susilo, H. 2006.
2.6 Perangkat Pembelajaran yang Valid, Praktis, dan Efisien