Kecenderungan Penelitian Pendidikan Mate

  1 Kecenderungan Penelitian Pendidikan Matematika Terkini

  Oleh Tatag Y.E. Siswono

  Pengantar

  Pendidikan Matematika sebagai suatu bidang ilmu tentu mengalami perkembangan. Bukti perkembangannya dapat ditelusuri melalui hasil-hasil penelitian, tulisan pada jurnal, buku- buku, atau monograf. Bagaimana trend (kecenderungan) isu-isunya? Masalah apa yang bisa diselesaikan? Proyek-proyek apa saja yang sudah terukur efektif? Teori-teori apa yang memberikan solusi masalah? Pendekatan penyelesaiannya seperti apa? Mengidentifikasi trend sebenarnya perlu cara sistematis selayak penelitian. Pertama dirumuskan tinjauan trend-nya misalkan pada tema penelitian atau filosofi yang mendasari, berapa lama tinjauannya. Kemudian ditentukan bagaimana prosedur penentuannya, sumbernya apa, dan bagaimana analisisnya. Penyajian dengan grafik trend akan memberikan bukti bahwa simpulannya kredibel. Pembahasan di sini tidak demikian.

  

Trend lebih dilihat seperti melihat trend mode baju atau fashion. Melalui pengamatan dari

  beberapa sumber seperti artikel jurnal, tulisan-tulisan, atau makalah seminar, dan pengalaman penulis. Kita ketahui perkembangan fashion tidak selalu baru dalam arti yang benar-benar tidak ada. Model-model yang dulu dianggap jadul bisa jadi sekarang up to date. Dalam penelitian dapat juga terjadi. Tujuannya lebih karena tuntutan untuk memecahkan masalah dan mungkin perkembangan teknologi atau faktor-faktor lain. Artikel ini akan membahas pada perkembangan topik/tema penelitian pendidikan matematika dari beberapa waktu dan penjelasan-penjelasannya.

  Kecenderungan Topik Penelitian Pendidikan Matematika

  Pada tahun 1960-an dan 1970-an tema penelitian pendidikan matematika didominasi dengan penelitian tentang kurikulum dan bagaimana cara pengajarannya (Niss, 2000). Umumnya penelitian membahas tentang bagaimana mengidentifikasi konsep/materi yang terkait suatu isu-isu, menstrukturkannya, mengatur urutannya, dan mengorganisasikan konsep/materi tersebut. Berikutnya mengemas dan mengimplementasikannya. Pertanyaan penelitian yang diajukan seperti topik-topik apa saja yang terkait dengan suatu isu, dasar konsep- konsepnya apa, dan bagaimana urutannya? , Apa saja yang seharusnya guru lakukan dan kapan?’, Tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas apa saja yang 1 seharusnya dikembangkan? , Buku ajar yang seperti apa untuk mengajar? , dan

  Bagaimana peran media-media bantu untuk pengajaran? . Dalam publikasi saat itu pertanyaan tidak ditunjukkan secara eksplisit.

Pertengahan tahun 70- an kurikulum diartikan lebih sempit sebagai silabus. Dalamnya

  memuat tujuan-tujuan, pendekatan-pendekatan pengajaran, dan bentuk-bentuk penilaian. Berikutnya sampai tahun 1980an, penelitiannya menekankan pada topik-topik matematika seperti aljabar, geometri, peluang dan statistika, analisis, logika, dan aplikasi matematika.

  Selain itu, kecenderungan dalam metode-metode pengajaran dan media, termasuk evaluasinya. Topik tentang bagaimana mengajarkan geometri sebenarnya juga menjadi pembicaraan sejak tahun 1970-an sampai sekarang. Menurut Niss (2000), pada tahun 70-an dan awal 80-an hal-hal terkait tujuan umum (goal), tujuan khusus (aim), dan tujuan pengajaran (objective) menjadi objek perdebatan dan investigasi: Apa seharusnya tujuan itu? Mengapa? Apa interrelasinya? Penelitiannya cenderung normatif, mengikuti kategori-kategori yang ditetapkan. Penelitian tentang peran guru dalam pengajaran sebenarnya sudah diawali sejak tahun 70-an. Tetapi penelitian-penelitian banyak berpusat pada calon guru. Pada tahun 80-an penelitian tentang peran guru mulai berkembang. Apakah dia sebagai pelaksana untuk menerapkan suatu kurikulum atau sebagai pembuat kurikulum? Pertengahan 80-an penelitian lebih melihat bagaimana pengaruh persepsi guru terhadap matematika dan pengajarannya terhadap pengajaran nyatanya di kelas dan siswa sebagai pebelajar. Termasuk bagaimana keyakinan guru dan bagaimana peran guru sebagai peneliti. Tema itu berkembang juga pada tahun 90-an sampai saat ini.

  Tahun 1990-an sampai 2000-an berkembang kurikulum berbasis standar. Tinjauan kurikulum didasarkan pada standar tertentu. Meskipun sejak 70-an penelitian tentang respon siswa terhadap tugas, seperti bagaimana kesalahannya, atau miskonsepsinya. Saat itu lebih meninjau bagaimana siswa belajar: bagaimana perkembangannya, prosesnya, langkah-langkah membuktikan. Lebih umum saat ini berorientasi pada bagaimana konsepsi siswa, formasi konsepsi, dan keyakinannya.

  Pemecahan masalah mulai intensif menjadi fokus penelitian pada tahun 1980-an. Tema lain terkait dengan perkembangan kognitif, seperti perkembangan konsep, strategi dan perilaku dalam pemecahan masalah, skemata kognitif, penalurian, karakteristik afektif dan sikap. Pertanyaan seperti apa yang terjadi di dalam, pada, dan dengan individu siswa ketika dia belajar dan bekerja dalam menyelesaikan tugas matematis, serta apa sebab- sebab yang mendasari? . Tema itu berkembang sampai sekarang apalagi dikaitkan dengan

  

konteks. Terjadi perbedaan gaya belajar jika matematika dikembangkan dalam suatu

konteks dan situasi yang berbeda.

  Kita ketahui bahwa siswa maupun guru tinggal berada dalam suatu masyarakat dengan gender, sosial, suku, bahasa, kebiasaan, atau tradisi. Kondisi demikian mempengaruhi situasi pendidikan termasuk matematika, sehingga menjadi tema penelitian. Tahun 70-an dan awal 80-an penelitian dimulai terkait pengaruh-pengaruh gender, sosial, budaya, dan bahasa terhadap pembelajaran dan pengajaran matematika. Niss (2000) menunjukkan penelitian Fennema and Leder tentang gender akhir tahun 70-an, Damerow, Howson, Keitel, Mellin-Olsen, and Skovsmose tentang social dan aspek-aspek isu-isu social pada pertengahan 70-an,

D’Ambrosio, Ascher and Ascher, Bishop, and Gerdes tentang aspek kultural, Clements, Ellerton, Cocking & Mestre and Secada tentang bahasa pada tahun

  80an- dan 90-an. Tahun 90 terkenal dengan isu ethno-mathematics dan berkembang hingga saat ini. Termasuk studi-studi tentang cross-cultural studies. Pertanyaan tentang bagaimana perbandingannya, pandangannya, keberhasilan siswa, strategi pemecahan masalah, atau kecemasan matematika antar sejumlah negara. Saat ini, dikaitkan dengan tes-tes terstandar seperti TIMSS dan PISA. Hannula (2009) memberikan gambaran trend penelitian berdasar berbagai sumber, yaitu jurnal, organisasi penelitian, konferensi-konferensi, dan buku-buku. Simpulannya tentang kerangka teoritik menekankan pada aspek psikologi kognitif. Konstruktivisme yang berkembang sejak tahun 1985 sampai dengan 1995 mendominasi pada semua kerangka teoritik. Teori-teori penghubung juga berkembang seperti teori APOS, termasuk juga tinjauan sisi sosial dari pendidikan matematika juga. Trend baru adalah enaktivisme. Enaktivisme memandang bahwa kognisi muncul atau berkembang melalui interaksi dinamis antara suatu tindakan organisme (individu) dengan lingkungannya. Lingkungan adalah sesuatuyang diciptakan secara selektif melalui kapasitas kita yang berinteraksi dengan dunia. Organisme tidak pasif menerima informasi dari lingkungan, tetapi mereka menerjemahkannya kedalam representasi-representasi internalnya (en.m.wikipedia, 2014).

  

Trend topik penelitian menurut Hannula (2009) adalah pendidikan guru dan

  pengembangan profesi guru; aljabar dan berpikir aljabarik; faktor-faktor afektif, emosi, keyakinan, dan sikap; computer dan teknologi; pemecahan masalah dan pemodelan; factor- faktor social atau studi sosial; number sense dan berpikir matematis; pembuktian, bukti, dan argumentasi; gender, perbedaan-perbedaan, kesamaan, dan inklusi. Topik yang mengalami penurunan trend-nya adalah berpikir matematis lanjut; geometri, visualisasi, dan imageri; teori belajar dan epistemology, bahasa dan matematika, bilangan rasional dan perbandingan; peluang, pengaturan data, dan kombinatorik; model kognitif dan ilmu-ilmu kognitif; asesmen dan evaluasi; fungsi dan grafik.

  Topik-topik yang selalu popular menurut Hannula (2009) adalah aljabar, afektif, dan berpikir matematik lanjut (advanced mathematical thinking). Topik yang trendy adalah pengajaran, guru dan pendidikan guru; computer tools dan pengaruhnya dalam pembelajaran seperti visualisasi. Topik yang menanjak popular adalah pembuktian dan bukti, serta perkembangan matematis anak. Hanulla (2009) juga mencatat metode penelitian yang cenderung digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif dan penelitian-penelitian pengembangan atau perancangan. Penelitian pengembangan digunakan untuk mendesain perangkat pengajaran, tugas-tugas, atau software. Dalam Journal for Research in Mathematics Education (JRME) untuk tahun 2009-2014 topik-topik yang diterbitkan adalah sebagai berikut.

  • pembuktian, bukti, dan argumentasi,
  • Aljabar dan Pemahamannya,
  • Pengembangan profesi guru, pengawas, dan kepala sekolah, lesson study,
  • Konsepsi guru dan pengetahuannya, pengetahuan pedagogik guru, keyakinan, kesadaran guru, gesture,
  • Perbedaan gender, suku, sosiopolitikal, bahasa, keadilan social, kesamaan, kekuasaan, identitas,
  • Pemecahan masalah, masalah divergen, representasi,
  • Peran teknologi, game online,
  • Kognisi, model mental, berpikir, penalaran, penalaran kuantitatif, konsepsi siswa,
  • Pembelajaran berbasis Masalah, proses pembelajaran dan perancangannya,
  • Geometri, pengukuran, pengajaran geometri
  • Perancangan tugas, perangkat pembelajaran, penilaian, asessmen,
  • Kesamaan kesempatan belajar, aspek-aspek social,
  • Pembelajaran matematik untuk anak luar biasa (disabilities),
  • Bilangan dan pemahamannya, bilangan negative, pecahan,
  • Perbandingan kurikulum,
  • Kreativitas dan keberbakatan,
  • Sejarah matematika.

  Berdasarkan penjelasan sebelumnya tampak bahwa kecenderungan suatu topik penelitian seperti trend baju. Model out of date bisa dikemas menjadi up to date dan mengikuti trend bila dikembangkan secara kreatif. Cara sederhananya adalah mengkombinasikan berbagai ide atau tema. Pertimbangan lain berdasarkan kebutuhan nyata siswa, guru, sekolah, maupun stakeholder, serta perkembangan teknologi. Untuk saat ini, misalkan bagaimana menggunakan mobile phone membantu siswa belajar dan penerapannya yang efektif.

  Penutup

  Mengetahui trend penelitian terkini akan memberikan inspirasi seorang peneliti tentang suatu tema penelitian yang akan ditekuni. Peneliti juga dapat mengetahui tema penelitian yang ditekuni apakah menjadi perhatian peneliti lain atau mampu memberikan alternatif solusi masalah-masalah terkini. Tetapi perlu diperhatikan bahwa pertimbangan untuk menentukan topik penelitian tidak hanya itu saja. Misalkan bagi mahasiswa S1, tema penelitian mungkin tidak berada pada kecenderungan tema terkini. Bagi mahasiswa itu penelitian sifatnya berlatih untuk belajar meneliti. Dengan demikian kepentingan suatu penelitian bagi mahasiswa S1, S2, maupun S3 dapat menjadi suatu pertimbangan.

  Tema penelitian terkini yang masih menjadi topik penting adalah suatu pendekatan, cara, dan strategi pembelajaran yang efektif dan inovatif sesuai dengan tujuan kurikulum. Penelitian terkait guru, seperti pengembangan profesi guru, konsepsi, keyakinan, kesadaran, ataupun kompetensi masih banyak diajukan di jurnal. Tema lain tentang kognisi, proses kognisi, penalaran, representasi, representasi, dan pemahaman terhadap suatu konsep matematika. Selain itu tentang bukti, pembuktian, dan argumentasi.

  Topik-topik itu mungkin berbeda kecenderungannya kalau menggunakan jurnal-jurnal lain sebagai referensi. Hal terpenting bagi peneliti adalah membaca berbagai jurnal sehingga memungkinkan muncul ide kreatifnya. Semoga bermanfaat.

  Referensi Hannula, Markku S. (2009). International Trends in Mathematics Education Research.

  Journal for Research in Mathematics Education. 2009-2014. Niss, Mogens (2000). Key Issues and Trends in Research on Mathematical Education.

  Manuscript of plenary lecture delivered at ICME-9, Tokyo/Makuhari 2000