4
pemberian obat secara lepas lambat dalam bentuk tablet floating.
1. Floating system
Floating system, pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1968, merupakan system dengan densitas yang kecil, yang memiliki
kemampuan mengambang kemudian mengapung dan tinggal dilambung untuk beberapa waktu. Pada saat sediaan mengapung dilambung, obat
dilepaskan perlahan pada kecepatan yang dapat ditentukan, hasil yang diperoleh adalah peningkatan gastric residence time GRT dan pengurangan
fluktuasi konsentrasi obat dalam plasma. Sistem mengapung pada lambung berisi obat yang pelepasannya
perlahan-lahan dari sediaan yang memiliki densitas yang rendah atau floating drug delivery system FDDS. FDDS memiliki bulk density yang lebih rendah
dari cairan lambung. FDDS tetap mengapung dalam lambung tanpa mempengaruhi kondisi lambung dan obat dilepaskan perlahan pada kecepatan
yang diinginkan dari sistem Sulaiman et al., 2007. Bentuk floating system banyak didesain dengan menggunakan
matriks-matriks hidrofilik karena mampu mempertahankan densitasnya secara rendah selagi polimer terhidrasi serat membangun suatu penghalang berbentuk
gel dipermukaan bagian luar. Bentuk-bentuk ini diharapkan dalam keadaan mengapung didalam lambung dan tidak akan terpengaruhi oleh pengosongan
lambung karena mempunyai densitas yang rendah daripada kandungan gastric Sulaiman, 2007.
5
2. Sediaan Lepas Lambat
Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap
supaya pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat. Tujuan utama dari sediaan lepas terkendali adalah untuk mencapai suatu efek terapetik yang
diperpanjang disamping memperkecil efek samping yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh fluktuasi kadar obat dalam plasma. Long-acting
menyatakan durasi kerja obat yang relatif lama tanpa menjelaskan durasi pelepasan bahan aktif dari bentuk sediaannya Sulaiman, 2007.
Gambar 1 menunjukkan perbandingan profil kadar obat di dalam darah yang diperoleh dari pemberian bentuk sediaan konvesional, terkontrol
controlled-release, lepas lambat sustained-release. Tablet konvensional atau kapsul hanya memberikan kadar puncak tunggal dan sementara
transient. Efek farmakologi kelihatan sepanjang jumlah obat dalam interval terapetik. Masalah muncul ketika konsentrasi puncak dibawah atau diatas
interval terapetik, khususnya untuk obat dengan jendela terapetik sempit. Pelepasan orde satu yang lambat yang dihasilkan oleh sediaan lepas lambat
dicapai dengan memperlambat pelepasan dari bentuk sediaan obat. Pada beberapa kasus, hal ini dapat diperoleh melalui proses pelepasan yang kontinyu
Jantzen Robinson, 1996.
6
Gambar 1. Profil kadar obat vs waktu yang menunjukkan perbedaan antara
pelepasan terkontrol orde nol zero-order release, pelepasan lambat orde satu
sustained release dan pelepasan dari sediaan tablet atau kapsul konvensional
immediate release Collet Moreton, 2002
Sediaan lepas lambat mempunyai beberapa keuntungan dibanding bentuk sediaan konvensional, yaitu:
1. Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah
2 Mengurangi frekuensi pemberian 3. Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien
4. Mengurangi efek samping yang merugikan 5.
Mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan Ansel et al, 1999. Sedangkan kerugian bentuk sediaan lepas lambat antara lain :
1. Biaya produksi lebih mahal dibanding sediaan konvensional
2. Adanya dose dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan obat dapat
lepas secara cepat 3.
Sering mempunyai korelasi in vitro – in vivo yang jelek 4.
Mengurangi fleksibilitas pemberian dosis
7
5. Efektifitas pelepasan obat dipengaruhi dan dibatasi oleh lama tinggal di
saluran cerna 6.
Jika penderita mendapat reaksi samping obat atau secara tiba–tiba mengalami keracunan maka untuk menghentikan obat dari sistem tubuh
akan lebih sulit dibanding sediaan konvensional 7.
Tidak dapat digunakan untuk obat yang memiliki dosis besar 500 mg Ballard, 1978.
Sifat fisikokimia dan biologis dari bahan obat yang akan diformulasikan sebagai tablet lepas lambat merupakan faktor yang perlu
diperhatikan. Sifat-sifat fisikokimia ini akan mempengaruhi sifat fisikokimia tablet yang akan dihasilkan
1. Dosis
Produk yang digunakan peroral dengan dosis lebih besar dari 500 mg sangat sulit untuk dijadikan sediaan lepas lambat karena pada dosis
yang besar akan dihasilkan volume sediaan yang terlalu besar yang tidak dapat diterima sebagai produk oral.
2. Kelarutan
Obat dengan kelarutan dalam air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak cocok untuk sediaan lepas lambat. Batas terendah untuk
kelarutan pada sediaan lepas lambat adalah 0,1 mgml. Obat yang kelarutannya tergantung pada ph fisiologis akan menimbulkan masalah
yang lain karena variasi pH pada saluran cerna dapat mempengaruhi kecepatan disolusinya.
8
3. Koefisien partisi
Obat yang mudah larut dalam air memungkinkan tidak mampu menembus membran biologis sehingga obat tidak sampai ke tempat aksi.
Sebaliknya, untuk obat yang sangat lipofil akan terikat pada jaringan lemak sehingga obat tidak mencapai sasaran.
4. Stabilitas obat
Bahan aktif yang tidak stabil terhadap lingkungan yang bervariasi di sepanjang saluran cerna enzim, variasi pH, flora usus tidak dapat
diformulasikan menjadi sediaan lepas lambat. 5.
Ukuran partikel Molekul obat yang besar menunjukkan koefisien difusi yang kecil
dan kemungkinan sulit dibuat sediaan lepas lambat. Beberapa sifat biologis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
sediaan lepas lambat: 1.
Absorbsi Obat yang lambat diabsorbsi atau memiliki kecepatan absorbsi
yang bervariasi sulit untuk dibuat sediaan lepas lambat. Batas terendah harga konstanta kecepatan absorbsi untuk sediaan oral adalah sekitar
0,25jam dengan asumsi waktu transit gastrointestinal 10-12 jam. 2.
Volume distribusi Obat dengan volume distribusi yang benar-benar tinggi dapat
mempengaruhi kecepatan eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk dibuat sediaan lepas lambat.
9
3. Durasi
Obat dengan waktu paro yang pendek dan dosis yang besar tidak cocok untuk dijadikan sediaan lepas lambat sedang obat dengan waktu paro
yang panjang dengan sendirinya akan mempertahankan kadar obat pada indeks terapetiknya sehingga tidak perlu dibuat sediaan lepas lambat. Bahan
aktif berwaktu paruh biologis relatif pendek, misalnya 1 jam, mungkin sulit diformulasi menjadi sediaan lepas lambat karena ukurannya juga menjadi
terlalu besar. 4.
Indeks terapetik Obat dengan indeks terapi yang kecil memerlukan kontrol yang
teliti terhadap kadar obat yang dilepaskan dalam darah, karena itu sediaan lepas lambat dapat berperan dalam mengontrol pelepasan obat agar tetap
dalam indeks terapetiknya.
3. Metode Formulasi Sediaan Lepas Lambat