Karakteristik Cross Laminated Timber dari Kayu Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) dan Mindi (Melia azedarach L) menggunakan Perekat Isosianat

KARAKTERISTIK CROSS LAMINATED TIMBER DARI KAYU SENGON
(Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) DAN MINDI
(Melia azedarach L) MENGGUNAKAN PEREKAT ISOSIANAT

PRISCA CHRISTIAN PERMATASARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Cross
Laminated Timber dari Kayu Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby &
J.W. Grimes) dan Mindi (Melia azedarach L) Menggunakan Perekat Isosianat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Prisca Christian Permatasari
NIM E24100060

ABSTRAK
PRISCA CHRISTIAN PERMATASARI. Karakteristik Cross Laminated Timber
dari Kayu Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) dan
Mindi (Melia azedarach L) Menggunakan Perekat Isosianat. Dibimbing oleh
SUCAHYO SADIYO.
Kebutuhan kayu sebagai bahan baku struktural semakin meningkat. Seiring
kemajuan teknologi rekayasa konstruksi kayu, maka dikembangkan produk dengan
bahan baku yang berasal dari hutan rakyat dengan kualitas yang lebih baik. CLT
(Cross Laminated Timber) merupakan salah satu produk rekayasa kayu berupa
panel berlapis dengan setiap lapisan papan ditempatkan secara bersilang pada
lapisan yang berdekatan untuk meningkatkan kekakuan dan stabilitas. Tujuan

penelitian ini adalah menentukan pengaruh jenis kayu terhadap karakteristik sifat
mekanis dan sifat fisis dinding panel CLT dari kayu mindi (Melia azedarch L) dan
kayu sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes). Penelitian ini
dilakukan melalui pembuatan panel CLT dan kemudian dilakukan pengujian sifat
fisis (kerapatan, kadar air, kembang susut volume, delaminasi air dingin, dan
delaminasi air panas) dan sifat mekanisnya (keteguhan rekat, kekakuan, dan
kekuatan dinding geser). Hasil penelitian menunjukkan panel CLT-450 mindi relatif
lebih kuat dibandingkan panel CLT-450 sengon. Kerapatan, kadar air, delaminasi
rendaman air dingin, dan delaminasi rendaman air panas panel CLT-450 mindi lebih
tinggi dibandingkan dengan panel CLT-450 sengon. Sebaliknya susut volume panel
CLT-450 mindi lebih rendah dibandingkan panel CLT-450 sengon, namun kembang
volume CLT mindi lebih tinggi dibandingkan panel CLT-450 sengon. Aplikasi
perekat isosianat relatif lebih tahan terhadap delaminasi pada rendaman air dingin
dibandingkan rendaman air panas. Disamping pengaruh kerapatan, nilai keteguhan
rekat panel CLT-450 mindi yang lebih tinggi daripada panel CLT-450 sengon juga
berkonstribusi terhadap kekuatan dinding geser panel CLT-nya. Namun karena
pengaruh kadar air nilai kekakuan panel CLT-450 sengon berbanding terbalik yaitu
lebih tinggi dibandingkan panel CLT-450 mindi. Nilai displacement yang terbesar
berada pada titik TR 1 koreksi dan pada titik TR 5 baik dari panel CLT-450 sengon
dan panel CLT-450 mindi.

Kata kunci: CLT, kayu mindi, kayu sengon, kekakuan, kekuatan

ABSTRACT
PRISCA CHRISTIAN PERMATASARI. Characteristic of Cross Laminated
Timber made of Sengon Wood (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W.
Grimes) and Mindi (Melia azedarach L) Using Isosianate Adhesive. Supervised by
SUCAHYO SADIYO.

Wood needs as raw material construction has been increased. The advance
of wood engineering technology can develop product by the raw material from the
fast growing species. CLT (Cross Laminated Timber) is wood engineered product
manufactured by lumber panel layer was placed perpendicular to raise a rigidity and
stability. The aim of this research is to determined wood influence to characteristic
of mechanical and physical properties of CLT products of fast growing species
especially mindi (Melia azedarach L) and sengon (Falcataria moluccana (Miq.)
Barneby & J.W. Grimes). This research was conducted by the manufacturing of
panel CLT and testing of physical properties (density, moisture contents, swelling,
hot water delamination, and cold water delamination) and mechanical properties
(bonding, racking stiffness, and racking strength). The results showed CLT-450
mindi panel was relative more forceful than CLT-450 sengon panel. Physical

properties testing carried out density, moisture content, soaking cold water
delamination, and hot water delamination of CLT-450 mindi panel is higher than
the CLT-450 sengon panel. Shrinkage CLT-450 mindi panel lower than CLT-450
sengon panel, but swelling volume (CLT mindi) higher than CLT-450 sengon panel.
The applications of isocyanate relative more resistant to soaking cold water
delamination than soaking hot water delamination. Beside of the influence of
density, the bonding strength value of CLT-450 mindi panel higher than CLT-450
sengon panel which was contribute to racking strength test. However, the influence
of water content to stiffness of CLT-450 sengon panel inverse to higher than CLT450 mindi panels. TR 1 correction and TR 5 carried out CLT-450 sengon and mindi
panel had greatest point on water displacement.
Keyword : CLT, sengon, mindi, racking stiffness, racking strength

KARAKTERISTIK CROSS LAMINATED TIMBER DARI KAYU SENGON
(Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) DAN MINDI
(Melia azedarach L) MENGGUNAKAN PEREKAT ISOSIANAT

PRISCA CHRISTIAN PERMATASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Karakteristik Cross Laminated Timber dari Kayu Sengon
(Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) dan Mindi
(Melia azedarach L) menggunakan Perekat Isosianat
Nama
: Prisca Christian Permatasari
NIM
: E24100060

Disetujui oleh


Prof Dr Ir Sucahyo Sadiyo, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febriyato, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YME yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Karakteristik Cross Laminated Timber dari Kayu Sengon
(Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) dan Mindi (Melia
azedarach L) Menggunakan Perekat Isosianat.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua (R Suwondho dan
Sri Purwanti) dan Prof Dr Ir Sucahyo Sadiyo, MS, selaku dosen pembimbing.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Yessica Lukitasari, Yosua Gavin
Putra, dan seluruh keluarga atas doa serta dukungan. Terima kasih kepada sabahatsabahat THH 47, terutama Windi Ayu, Marsel Gerensa, Dita Amalia, Masturoh

Surachman, Rifki Faisal, Agnes Samuel, M Setiawan Pangale, Mutmainnah, Agung
Kriswiyanto, Dwi R Endriadilla, Armita Prilia atas doa, semangat, dan
dukungannya.
Sekian skripsi ini disusun. Semoga bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

Prisca Christian Permatasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

1

Waktu dan Tempat


1

Bahan

2

Alat

2

Prosedur Analisis Data

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Sifat Fisis


7

Kerapatan

7

Kadar air

8

Susut volume

9

Kembang volume

10

Delaminasi air dingin


11

Delaminasi air panas

12

Sifat Mekanis

13

Keteguhan rekat

13

Uji Dinding Geser

14

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1 Nilai racking strength, racking stiffness dan displacement
maksimum panel CLT sengon dan CLT mindi.

14

DAFTAR GAMBAR
1 Panel CLT dengan arah serat pada lapisan lamina (a) ganjil (sejajar) dengan
(b) genap (sudut 450) terhadap panjang panel.
2 Pola pemotongan contoh uji sifat fisis dan sifat mekanis
3 Tahapan pengujian dinding geser CLT (sumber ISO/DIS 22452)
4 Nilai kerapatan panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
5 Kadar air panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
6 Susut volume panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
7 Kembang volume panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
8 Delaminasi air dingin panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
9 Delaminasi air panas panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
10 Keteguhan rekat panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
11 Posisi pemasangan tranduser pada panel
12 Hubungan beban dengan displacement stiffness panel CLT-450 sengon
13 Hubungan beban dengan displacement stiffness panel CLT-450 mindi
14 Hubungan beban dengan displacement strength panel CLT- 450 sengon
15 Hubungan beban dengan displacement strength panel CLT-450 mindi

3
4
6
8
9
9
11
11
12
13
15
15
16
16
16

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketersediaan kayu berkualitas tinggi dan berdiameter besar di hutan alam saat
ini semakin berkurang akibat eksploitasi hutan yang berlebihan dan konversi lahan
secara besar-besaran. Menurut Asun (2011) dalam kurun waktu 60 tahun terakhir,
tutupan hutan di Indonesia berkurang dari 162 juta ha menjadi 88.17 juta ha pada
tahun 2009, setara dengan sekitar 46.3% dari luas total daratan Indonesia. Disisi
lain, kebutuhan akan kayu sebagai bahan baku struktural semakin meningkat. Hal
ini menyebabkan konsumen harus beralih ke kayu yang berasal dari hutan rakyat
agar kebutuhan kayu terpenuhi, akan tetapi kayu yang berasal dari hutan rakyat
memiliki diameter kecil dan kualitas rendah. Seiring perkembangan teknologi
rekayasa konstruksi kayu, maka dikembangkan produk dengan bahan baku yang
berasal dari hutan rakyat dengan kualitas yang lebih baik.
CLT (Cross Laminated Timber) merupakan salah satu produk rekayasa kayu
yang dibentuk dengan cara menyusun sejumlah lapisan kayu yang dikenal sebagai
lamina secara bersilangan satu sama lain dan kemudian direkatkan (Associates
2010). CLT dibentuk dengan 3 sampai 7 lapisan kayu atau papan yang disusun satu
sama lain secara bersilangan dan direkatkan bersama dengan tekanan hidrolik pada
seluruh bagian permukaan atau dapat dengan dipaku (Perkins dan McCloskey
2010). Menurut Michael (2008), produk CLT merupakan produk yang kuat, tahan
gempa, dan tahan terhadap kebakaran yang dapat digunakan sebagai pengganti
beton pada bangunan tingkat menengah. Penelian ini bertujuan untuk menentukan
pengaruh jenis kayu terhadap karakteristik sifat fisis dan sifat mekanis dinding
panel CLT dari kayu rakyat, khususnya kayu sengon dan mindi.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh jenis kayu terhadap
karakteristik sifat mekanis (racking strength dan racking stiffness) dan sifat fisis
dinding panel Cross Laminated Timber (CLT) dari kayu sengon dan mindi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pemanfaatan jenis kayu rakyat seperti kayu sengon dan mindi untuk digunakan
sebagai bahan struktural dalam pembuatan produk panel Cross Laminated Timber
(CLT). Produk ini terutama dapat digunakan untuk mendukung pengadaan bahan
baku secara nasional sebagai komponen komposit untuk lantai, dinding, dan atap
bangunan.
.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014.
Pengujian dilakukan dua tahap, yaitu pengujian sifat fisis dan mekanis. Pengujian

2

sifat fisis dilakukan di laboratorium fisik yang terdapat pada bagian Rekayasa dan
Desain Bangunan Kayu, Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, serta Biokomposit,
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian
sifat mekanis dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah kayu sengon dan mindi dalam
bentuk papan atau lamina serta perekat isosianat. Perekat yang digunakan
merupakan jenis perekat campuran dengan merk dagang Polymare Isosyanate (PI)
Bond. Perekat ini diproduksi oleh PolyOshika Co Ltd di Jepang dan didistribusikan
oleh PT Polychemi Asia Pasifik Indonesia, serta termasuk ke dalam jenis perekat
water based polymer isosyanate (WBPI) tipe PI BOND 120 dan hardener H3. Pada
proses perekatan perbandingan base dan resin yang dipakai adalah 100:15.
Alat
Peralatan yang digunakan Universal Testing Machine (UTM) merk Instron
series IX version 8.27.00 dengan kapasitas 5 ton dan UTM Jack. Mesin UTM
digunakan untuk pengujian sifat mekanis (geser rekat) dan UTM Jack digunakan
untuk pengujian dinding geser. Selain itu, peralatan yang digunakan untuk
pengujian sifat fisis seperti kerapatan, kadar air, berat jenis dan kembang susut
volume, meliputi kaliper, timbangan digital, oven, dan desikator. Peralatan yang
digunakan untuk pengujian delaminasi yaitu water bath, wadah plastik (baskom),
dan penggaris. Peralatan mendukung penelitian yang juga digunakan, seperti alatalat pengukur kadar air (moisture meter), pengeringan (kiln drying), penyerutan
(double planner), dan pemotongan sudut lamina (circular saw). Pembuatan papan
laminasi silang dilakukan dengan pengaplikasian perekat menggunakan potongan
sandal jepit, plastik kiloan, drum 5 liter, dan kempa dingin.
Prosedur Analisis Data
Pembuatan dan Pengeringan Papan Lamina
Balok digergaji dan diserut menjadi lembaran papan lamina dengan ketebalan
yang disesuaikan dengan penggunaan, yaitu tebal lamina 3 cm, lebar 15 cm, dan
panjang 200 cm. Papan panel dikeringkan dalam kiln drying selama 1 minggu atau
sampai mencapai kadar air sekitar 12-15%.
Pemilahan Lamina
Pemilahan papan lamina dilakukan secara visual melalui pemeriksaan cacat
kayu. Cacat kayu yang dimaksud adalah cacat mata kayu, pingul, melengkung,
melenting dan retak. Bagian lembaran papan yang memiliki cacat kayu dapat
digunakan untuk lapisan core.

3
Penyusunan Lamina
Papan laminasi silang terdiri dari 5 lapisan lamina dimana arah serat pada
lapisan lamina ganjil (1, 3, dan 5) adalah sejajar serat dan arah serat lapisan lamina
genap (2 dan 4) membentuk sudut 450 terhadap panjang panel CLT. Panel CLT
dengan sudut 450 tersebut dibuat untuk kedua jenis kayu yang diteliti.
.

(a)
(b)
Gambar 1 Panel CLT dengan arah serat pada lapisan lamina (a) ganjil (sejajar)
dengan (b) genap (sudut 450) terhadap panjang panel.
Perekatan Lamina dan Pengempaan Lamina
Metode penyambungan papan lamina dilakukan dengan menggunakan
perekat isosianat yang dilaburkan pada kedua permukaan (double spread) dengan
berat labur 280 g/m2. Perekat dilaburkan dengan menggunakan potongan sandal
karet sesuai kebutuhan perekat setiap papan lamina. Proses pengempaan dilakukan
dengan menggunakan mesin kempa dingin (cold press) berkisar 10 kg/cm2 selama
± 3 jam.
Pembuatan Contoh Uji
Panel CLT yang telah dikempa baik yang disusun dari jenis kayu sengon dan
kayu mindi yang memiliki sudut lamina 450 masing-masing dilakukan
pengkondisian pada suhu ruang hingga mencapai kondisi kesetimbangan, dan
selanjutnya dinyatakan sebagai panel CLT sengon dan panel CLT mindi. Kedua
jenis panel CLT kemudian dipotong dengan ukuran 15 cm x 90 cm x 150 cm
diambil pada bagian tengah panel CLT. Pemotongan contoh uji dibagi menjadi dua
bagian, contoh uji sifat fisis dan contoh uji sifat mekanis. Pada Gambar 2 dapat
dilihat pola pemotongan contoh uji sifat fisis dan sifat mekanis.

4

a1

a3

c3

c1

bx1

bx3

by1

by3

d

90
cm
bx2

bx4

by4

by2
a2

25 cm

c4

c2

150 cm

a4

25 cm

Gambar 2 Pola pemotongan contoh uji sifat fisis dan sifat mekanis
Keterangan gambar
a1-4 : contoh uji sifat fisis untuk pengujian kadar air, kerapatan, dan kembang susut dengan
ukuran 5 cm x 5 cm x 15 cm
bx1-4 : contoh uji sifat fisis untuk pengujian delaminasi air panas berukuran 10 cm x 10 cm x
15 cm
by1-4 : contoh uji sifat fisis untuk pengujian delaminasi air dingin berukuran 10 cm x 10 cm
x 15 cm
c1-4 : contoh uji sifat mekanis untuk pengujian keteguhan rekat berukuran 5 cm x 5 cm x 15
cm
d
: contoh uji sifat mekanis untuk pengujian dinding geser panel berukuran 15 cm x 90
cm x 150 cm

Prosedur Pengujian
Pengujian sifat fisis, meliputi kerapatan, kadar air, dan kembang susut
volume panel CLT mengacu pada standar ASTM D 143 (2005) tentang Standard
Methods of Testing Small Clear Speciment of Timber yang telah dimodifikasi.
Pengujian sifat mekanis, meliputi uji keteguhan rekat mengacu pada JAS (2007),
dan uji dinding geser berdasarkan Standar Internasional ISO/DIS 22452 tentang
Timber Structures – Structural Insulated Internasional Wall – Test Methods.
Sifat Fisis
Kerapatan
Kerapatan merupakan nilai dari massa contoh uji dibagi dengan volume
contoh uji sebelum di oven, yaitu pada kondisi kering udara (VKU). Volume contoh
uji dihitung dengan mengalikan dimensi panjang, lebar, dan tebalnya. Massa contoh

5
uji tersebut diukur dengan ditimbang beratnya (BKU). Nilai kerapatan dihitung
dengan rumus:

Kadar Air

Kerapatan � =

���
�/��
���

Contoh uji berukuran (5x5x15) cm3 ditimbang berat awalnya pada kondisi
kering udara (BKU), kemudian dioven pada suhu 103±2 0C selama 24 jam sampai
mencapai berat konstan. Pengovenan dilakukan untuk mendapatkan berat konstan
atau berat kering tanur (BKT). Setelah itu ditimbang beratnya menggunakan
timbangan digital. Kadar air dihitung dengan rumus:
Kadar air % =

Pengembangan Volume

��� − ��
×
��

Contoh uji berukuran (5x5x15) cm3 diukur dimensi awal (VKU) pada kondisi
kering udara, lalu direndam selama 1 minggu. Pengukuran dimensi meliputi
panjang, lebar dan tebal contoh uji. Setelah direndam contoh uji diukur kembali
dimensinya dengan menggunakan kaliper (VBA). Pengembangan volume dihitung
dengan rumus:
V − VK
Pengembangan volume % =
×
VK
Penyusutan Volume

Contoh uji pada kondisi kering udara diukur dimensinya terlebih dahulu
(VKU), kemudian dioven hingga berat konstan (±24 jam) kemudian diukur
dimensinya menggunakan kaliper (VKT). Pengukuran dimensi meliputi panjang,
lebar dan tebal contoh uji. Penyusutan volume dihitung dengan rumus:
Penyusutan volume % =

Delaminasi

VK − VK
×
VK

Contoh uji delaminasi berukuran (10x10x15) cm3 dilakukan dengan dua cara
yaitu perendaman air dingin dan air panas. Perendaman air dingin dilakukan dengan
merendam contoh uji dalam air pada suhu ruangan selama 6 jam. Selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada suhu 40±3 0C selama 18 jam. Perendaman air panas
dilakukan dengan merebus contoh uji dalam air mendidih (100 0C) selama 4 jam
kemudian dilakukan perendaman dalam air pada suhu ruangan selama 1 jam.
Setelah itu contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 70±3 0C selama 18 jam.
Kemudian dilakukan pengukuran persentase lepasnya bagian bidang rekat
lamina (rasio delaminasi). Panel CLT memiliki empat garis rekat yang akan diukur,

6

sehingga pengukuran delaminasi dilakukan pada setiap garis rekat panel CLT. Pada
setiap garis rekat dilakukan pengukuran panjang garis rekat yang terbuka
(mengalami kerusakan) dibagi dengan panjang garis rekat pada setiap sisi panel
CLT, setelah mendapatkan nilai rasio delaminasi pada empat sisi kemudian
dihitung rataannya menjadi nilai delaminasi lapis pertama. Selanjutnya dilakukan
pengukuran yang sama untuk lapisan kedua, ketiga, dan keempat. Rasio delaminasi
dapat dihitung dengan rumus:
Rasio Delaminasi % =

Panjang garis rekat yang terbuka
×
Panjang garis rekat yang direkat
Sifat Mekanis

Keteguhan Rekat
Keteguhan rekat merupakan perbandingan antara beban maksimum (kg)
dibandingkan dengan luas bidang rekat (cm2). Nilai keteguhan rekat dapat dihitung
dengan rumus :
Keteguhan rekat kg/cm

Uji Dinding Geser

=

Beban maksimun
Luas permukaan yang direkat

Contoh uji berukuran (150x90x15) cm3 diletakkan pada alat uji kemudian
panel CLT diberi perlakuan pembebanan secara bertahap. Pada tahap pertama
diberi beban 0,1 Fmax,est selama 120 detik (stabilizing load), kemudian didiamkan
selama 600 detik. Tahap kedua contoh uji diberi beban 0,4 Fmax.est selama 300 detik
(stiffness load cycle), kemudian didiamkan selama 600 detik. Pada tahap ketiga
dilakukan pemberian beban 0,4 Fmax,est selama 300 detik (strength test), namun pada
tahap ketiga pembebanan diteruskan hingga rusak.

Gambar 3

Tahapan pengujian dinding geser CLT (sumber ISO/DIS 22452)

7
Setelah dilakukan pengujian, kemudian nilai pengujian racking diolah untuk
menghitung parameter racking test menggunakan rumus:
1.
Kekakuan racking (racking stiffness) panel CLT

2.
3.

Keterangan :
F1 = pembebanan dari 0.1 x Fmax,est (Newton) ; V01 = deformasi pada
pembebanan F1 (mm)
F4 = pembebanan dari 0.4 x Fmax,est (Newton) ; V04 = deformasi pada
pembebanan F4 (mm)
F21 = pembebanan dari 0.1 x Fmax,est (Newton) ; V21 = deformasi pada
pembebanan F21 (mm)
F24 = pembebanan dari 0.4 x Fmax,est (Newton) ; V24 = deformasi pada
pembebanan F24 (mm)
Kekuatan racking (racking strength), diperoleh dari nilai maksimum beban
racking (Fmax) yang diperoleh dari pengujian.
Rekaman displacement dan kerusakan komponen pada panel dinding geser
(shearwall).
Prosedur Analisis Data

Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel
2010 dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Banyaknya pengulangan adalah
empat kali ulangan untuk pengujian sifat fisis dan enam kali ulangan untuk
pengujian keteguhan rekat.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisis
Kerapatan
Nilai rataan kerapatan panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi masingmasing adalah 0.33 g/cm3 dan 0.51 g/cm3. Muthmainnah (2014) melakukan
penelitian panel CLT dari jenis kayu yang sama namun berbeda orientasi sudut
laminasinya (900) menghasilkan nilai kerapatan yang relatif tidak berbeda jauh
yaitu 0.32 g/cm3 (CLT-900 sengon) dan 0.47 g/cm3 (CLT-900 mindi). Gambar 4
menunjukkan nilai rataan kerapatan panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi.
Gambar 4 memperlihatkan bahwa nilai kerapatan panel CLT-450 mindi lebih
tinggi dibandingkan dengan CLT-450 sengon. Hal ini disebabkan karena kayu
mindi memiliki dinding sel yang tebal dan lumen yang kecil, sehingga
kecenderungan sel yang memiliki dinding tebal dan lumen kecil memiliki nilai
kerapatan yang tinggi. Ruhendi et al. (2007) menyatakan bahwa sel yang memiliki
dinding sel tebal dan lumen kecil memiliki kerapatan yang tinggi, sebaliknya sel
yang memiliki dinding tipis dan lumen yang besar memiliki kerapatan yang rendah.
Lepage (2012) menambahkan bahwa semakin tinggi berat jenis kayu penyusun
CLT maka semakin tinggi pula kerapatan panel CLT yang dihasilkan. Berat jenis

8

panel CLT mindi yaitu 0.40 lebih tinggi dibandingkan dengan berat jenis CLT
sengon yaitu 0.27, sehingga kerapatan panel CLT mindi lebih besar daripada
kerapatan CLT sengon pada tingkat kadar air yang sama.
0.6

Kerapatan (g/cm3)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
sengon

mindi
Jenis kayu

Gambar 4 Nilai kerapatan panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
Kerapatan panel CLT yang diuji dibandingkan dengan kerapatan kayu utuh
memenuhi standar. Menurut Siregar (2008), kayu sengon termasuk dalam kelas
kuat IV-V (0.24-0.49 g/cm3). Nilai kerapatan panel CLT-450 sengon menunjukkan
dalam kisaran standar tersebut. Departemen Kehutanan (2000) menyatakan bahwa
kayu mindi termasuk dalam kelas kuat II – III (0.42– 0.65 g/cm3). Nilai kerapatan
panel mindi 450 menunjukkan dalam kisaran standar tersebut.
Gambar 4 menyatakan bahwa panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
memiliki nilai kerapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Mutmainnah
(2014). Perbedaan yang terjadi antara panel CLT-450 dan CLT-900 sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Menurut Apriliana (2012), kerapatan panel tidak
dipengaruhi oleh kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina.
Kadar air
Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan panel
CLT. Nilai rataan kadar air panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi masingmasing adalah 15.95% dan 17.12%. Penelitian yang dilakukan Muthmainnah
(2014) memiliki nilai kadar air panel CLT-900 sengon dan CLT-900 mindi masingmasing adalah 13.00% dan 14.02%. Gambar 5 menunjukkan kadar air panel CLT450 sengon dan CLT-450 mindi.
Gulzow et al. (2011) menyatakan bahwa kadar air dalam panel CLT
berpengaruh terhadap kekuatan geser dan lentur. Kadar air juga mempengaruhi
keteguhan rekat yang dihasilkan. Gambar 5 menunjukkan kadar air panel CLT
sengon lebih rendah dari pada CLT mindi. Perbedaan kadar air antar jenis kayu
dipengaruhi oleh berat jenis kayu. Kadar air papan laminasi silang untuk iklim
Indonesia yaitu sebesar 12% - 20% (Praptoyo 2010). Nilai kadar air yang diperoleh
memenuhi standar penggunaan untuk iklim Indonesia.

9
18
16

Kadar air (%)

14
12
10
8
6
4
2
0
sengon

Jenis kayu

mindi

Gambar 5 Kadar air panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
Haygreen et al. (1993) menyatakan bahwa perbedaan kadar air dipengaruhi
oleh berbagai faktor, diantaranya jenis kayu, tempat tumbuh, dan umur pohon.
Berdasarkan Muthmainnah (2014) dapat diketahui bahwa nilai kadar air panel
CLT-900 memiliki nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan panel CLT450, dilihat dari masing-masing jenis panel baik panel CLT mindi maupun panel
CLT sengon. Namun, nilai rataan kadar air panel CLT-450 dan CLT-900 tidak
menunjukkan perbedaan yang sangat berarti sehingga dapat menunjukkan bahwa
orientasi sudut tidak mempengaruhi kekuatan kedua panel CLT. Menurut Apriliana
(2012), kadar air panel tidak dipengaruhi oleh kombinasi tebal, dan orientasi sudut
lamina.
Susut volume
Susut volume panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi masing-masing
adalah 4.19% dan 3.74%. Hasil penelitian Muthmainnah (2014) memiliki nilai
susut volume panel CLT-900 sengon dan CLT-900 mindi masing-masing besarnya
3.30% dan 4.02%. Susut volume panel CLT sengon dan panel CLT mindi dapat
dilihat pada Gambar 6.
6

Susut volume (%)

5
4
3

2
1
0
sengon

mindi
Jenis kayu
Gambar 6 Susut volume panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi

10

Haygreen et al. (1986) mengemukakan bahwa variasi dalam penyusutan
disebabkan beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah kerapatan kayu. Semakin
tinggi kerapatan kayu maka semakin besar kecenderungannya untuk menyusut.
Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rataan susut volume panel CLT sengon lebih
tinggi dibandingkan susut volume panel CLT mindi. Nilai rataan susut panel CLT
menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan literatur yang didapat, hal ini
disebabkan kerena adanya zat ekstraktif yang terkandung dalam kayu mindi.
Menurut Haygreen et al. (2003), penyusutan kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti sifat fisis (kadar air, kerapatan, struktur anatomi) dan sifat kimia (zat
ekstraktif). Sementara itu, Tsoumis (1991) menyatakan bahwa lignin yang berupa
polimer kompleks dari fenilpropana lebih bersifat hidrofobik sehingga lebih
berperan terhadap stabilitas dimensi kayu. Menurut penelitian yang dilakukan
Maemunah (2014) dan Marsoem (2013) zat ekstaktif kayu mindi dan kayu sengon
masing-masing sebesar 11.01% dan 2.67%, sedangkan menurut Martawijaya
(2005), kadar lignin kayu sengon sebesar 26.8% sedangkan kayu mindi sebesar
30.11%. Kayu mindi memiliki zat ekstraktif dan lignin yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan kayu sengon, sehingga CLT-450 mindi lebih stabil
dibandingkan CLT-450 sengon. Skaar (1972) menyatakan bahwa kandungan zat
ekstraktif yang tinggi menyebabkan sifat higroskopis pada beberapa jenis kayu
berkurang, sehingga dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
peningkatan stabilitas dimensi kayu.
Anggraini (2012) menyatakan bahwa panel CLT yang memiliki orientasi
sudut 450 akan mengalami penyusutan yang lebih besar daripada panel CLT yang
memiliki orientasi sudut 900, dan panel CLT yang memiliki orientasi sudut 900
cenderung mengalami penyusutan yang lebih stabil. Namun pada CLT-450 mindi
memiliki nilai yang lebih rendah daripada CLT-900 mindi.
Kembang volume
Kembang volume panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi masing-masing
adalah 6.60% dan 7.04%, sedangkan hasil penelitian Muthmainnah (2014)
menunjukkan nilai kembang volume panel CLT-900 sengon dan CLT-900 mindi
masing-masing adalah 2.35% dan 5.22%. Kembang volume panel CLT sengon dan
panel CLT mindi dapat dilihat pada Gambar 7.
Skaar (1972) menyatakan bahwa lapisan luar (lamina sejajar) panel CLT akan
menahan pengembangan dan penyusutan lapisan dalam (lamina bersilang) dalam
arah transversal, sedangkan lapisan dalam (lamina bersilang) menahan
pengembangan dan penyusutan lapisan sejajar dalam arah transversal sesuai besar
orientasi sudut laminanya, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut
kemiringan lamina pada bagian core CLT, maka akan semakin kecil pula nilai
pengembangan volumenya.

Kembang volume (%)

11
8
7
6
5
4
3
2
1
0

sengon

Jenis kayu

mindi

Gambar 7 Kembang volume panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
Kembang volume CLT-450 lebih tinggi dari pada kembang volume CLT-900
pada kedua jenis kayu. Hal ini dapat terjadi karena kembang susut lebih stabil pada
orientasi sudut 900. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orientasi sudut
berpengaruh terhadap kembang volume dan dimensi panel. Menurut Riztian (2013),
semakin besar orientasi sudut pada bagian CLT maka akan menurunkan nilai
pengembangan volume. Berdasarkan penelitian yang dilakukan baik panel CLT
sengon maupun CLT mindi menunjukkan bahwa pengembangan yang terjadi relatif
stabil. Pengembangan volume yang relatif stabil tersebut berpengaruh terhadap
stabilitas dimensi. Semakin kecil nilai pengembangan volume maka stabilitas
dimensi yang dimiliki panel semakin tinggi atau stabil.
Delaminasi air dingin

Delaminasi air dingin
(%)

Pengujian delaminasi air dingin panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
masing-masing adalah 3.36% dan 8.09%, sedangkan hasil penelitian Muthmainah
(2014) menunjukkan nilai delaminasi air dingin panel CLT-900 sengon dan 900
mindi masing-masing adalah 3.87% dan 7.65%. Nilai delaminasi air dingin panel
CLT sengon dan CLT mindi dapat dilihat pada Gambar 8.
10
8
6
4
2
0

sengon

Jenis kayu

mindi

Gambar 8 Delaminasi air dingin panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi

12

Vick (1999) menyatakan bahwa pengujian delaminasi dilakukan untuk
melihat faktor ketahanan perekat terhadap adanya tekanan pengembangan dan
penyusutan akibat adanya kelembaban dan panas yang tinggi. Berdasarkan JAS
234:2003 (Japanese Agricultural Standard), nilai perendaman air dingin maksimal
sebesar 5%. Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai delaminasi air dingin pada panel
CLT sengon telah memenuhi standar, namun pada panel CLT mindi nilai
perendaman air dingin belum memenuhi standar. Hal ini diduga karena kurangnya
waktu dan tekanan saat pengempaan panel CLT. Nilai delaminasi panel CLT-450
lebih besar daripada CLT-900.
Delaminasi air panas
Delaminasi air panas pada panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi masingmasing adalah 18.61% dan 27.74%, sedangkan hasil penelitian Mutmainnah (2014)
memiliki nilai delaminasi air panas panel CLT-900 sengon dan CLT-900 mindi
masing-masing adalah 5.53% dan 21.40%. Nilai delaminasi air panas panel CLT
sengon dan panel CLT mindi secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 9.
Delaminasi air panas (%)

35
30
25
20
15
10
5
0

sengon

mindi
Jenis kayu
0
Gambar 9 Delaminasi air panas panel CLT-45 sengon dan CLT-450 mindi
Menurut standar JAS 234:2003, nilai delaminasi perendaman air panas
maksimal sebesar 5%. Gambar 9 menunjukkan bahwa panel CLT sengon dan CLT
mindi tidak memenuhi standar. Hal ini menyebabkan perekat isosianat tidak dapat
bertahan pada rendaman air panas atau mendidih, sehingga dapat dikatakan perekat
isosianat merupakan jenis perekat yang kurang cocok diaplikasikan pada struktur
bangunan eksterior yang memiliki kondisi ekstrim. Ekawati (1998) menyatakan
bahwa nilai delaminasi dipengaruhi oleh bidang geser, jenis perekat, dan interaksi
keduanya. Ikatan perekat merupakan faktor penentu baik tidaknya konstruksi
lapisan pembentuk laminasi silang. Nilai delaminasi air panas pada panel CLT-450
lebih besar dari pada CLT-900.

13
Sifat Mekanis
Keteguhan rekat

Keteguhan rekat (kg/cm2)

Keteguhan rekat panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi masing-masing
adalah 35.95 kg/cm2 dan 46.52 kg/cm2. Nilai keteguhan rekat panel CLT sengon
dan CLT mindi dapat dilihat pada Gambar 10.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
sengon

mindi
Jenis kayu
Gambar 10 Keteguhan rekat panel CLT-450 sengon dan CLT-450 mindi
Pengujian keteguhan rekat dilakukan untuk mengetahui kinerja perekat pada
papan laminasi silang. Berdasarkan standar JAS 234:2003, nilai keteguhan rekat
kayu lamina berkisar 54-98 kg/cm2. Nilai keteguhan rekat panel CLT-450 sengon
dan CLT-450 mindi memiliki nilai keteguhan rekat yang kurang baik, hal ini terjadi
karena nilai keteguhan rekat tidak memenuhi standar. Namun, nilai keteguhan rekat
panel CLT-450 mindi pada lapisan tertentu dari beberapa ulangan memiliki nilai
yang memenuhi standar JAS, yaitu 69.08 kg/cm2, 81.18 kg/cm2, 59.36kg/cm2.
Berdasarkan Gambar 10 diketahui bahwa keteguhan rekat panel CLT mindi
lebih tinggi dibandingkan dengan panel CLT sengon. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor kerapatan dan kadar air panel CLT. Kerapatan dan kadar air CLT mindi lebih
tinggi dibandingkan dengan CLT sengon, sehingga faktor tersebut berpengaruh
terhadap kekuatan geser rekat. Mardikanto et al. (2011) menyatakan bahwa nilai
kerapatan yang tinggi disebabkan karena adanya perbedaan ketebalan dinding sel
dan lumennya, sehingga dapat mempengaruhi kekuatan kayu, semakin besar
kerapatan, maka semakin kuat kayu tersebut dan perubahan kadar air akan
menyebabkan dinding sel mengalami pengerasan, sehingga semakin kering kayu
tersebut apabila berada di bawah titik jenuh serat, maka kekuatan kayu akan
semakin kuat.
Muthmainnah (2014) menyatakan bahwa kadar air panel CLT sengon dan
panel CLT mindi berkisar antara 18.95 % - 31.36 %. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa panel CLT-450 memiliki nilai keteguhan rekat yang lebih
baik jika dibandingkan dengan panel CLT-900. Sugiarti (2010) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan rekat antara lain kadar zat
ekstraktif kayu, keadaan permukaan yang direkat, kadar air kayu, tekanan dan
waktu kempa. Kadar silika yang rendah pada kayu sengon juga mempengaruhi
penetrasi perekat pada permukaan lamina.

14

Uji Dinding Geser
Uji racking pada panel dinding geser dilakukan untuk mengetahui kekuatan
dan kekakuan pada dinding geser. Kekakuan (stiffness) dimaksudkan bahwa
dinding geser harus memberikan kekakuan lateral yang diperlukan untuk melawan
gempa horizontal. Kekuatan (strength) dimaksudkan bahwa dinding geser juga
memberikan kekuatan lateral untuk mencegah atap atau lantai dari sisi goyangan
yang berlebihan (Herman 2011). Tabel 1 menunjukkan nilai racking strength,
racking stiffness dan displacement maksimum panel CLT sengon dan panel CLT
mindi.
Tabel 1

Nilai racking strength, racking stiffness dan displacement maksimum
panel CLT sengon dan CLT mindi.

Kayu Uji

Uji Racking

Sengon

Racking Strength
(N)
101528

450
Racking Stiffness
(N/mm)
7218

Displacement
Maksimum (mm)
25.08

Mindi

111230

5685

16.22

Tabel 1 menunjukkan nilai kekuatan (strength) CLT-450 mindi lebih tinggi
daripada CLT-450 sengon. Hal ini terjadi karena nilai kerapatan dan berat jenis
CLT-450 mindi lebih tinggi dibandingkan dengan CLT-450 sengon. Nilai kekakuan
(stiffness) CLT-450 mindi lebih rendah dibandingkan dengan CLT-450 sengon, hal
ini terjadi karena kadar air CLT-450 mindi memiliki nilai yang lebih tinggi daripada
CLT-450 sengon. Kandungan kadar air dalam kayu yang lebih banyak akan
cenderung lebih kaku atau lebih sulit untuk mengalami kerusakan. Dumanauw
(1982) menyatakan bahwa kekakuan merupakan suatu ukuran yang mampu
menahan perubahan bentuk dan lengkungan. Besarnya nilai kekakuan
menunjukkan bahwa besarnya pembebanan yang diberikan untuk menggeser
panel dinding geser sejauh satu millimeter. Kekakuan berhubungan dengan
ketahanan karena sama-sama menerima gaya dari luar.
Nilai kekakuan dan kekuatan panel CLT-450 lebih rendah jika dibandingkan
dengan penelitian Muthmainnah (2014), yang menyatakan bahwa nilai kekuatan
CLT-900 sengon sebesar 129 360 N dan 117 600 N untuk CLT-900 mindi,
sedangkan nilai kekakuan untuk panel CLT-900 sengon yaitu 7 388 N/mm dan
CLT-900 mindi yaitu 12 521 N/mm. Hal ini terjadi karena nilai kadar air
Muthmainnah (2014) memiliki nilai yang jauh lebih rendah daripada nilai kadar air
panel CLT-450, sehingga panel CLT-900 lebih kaku dan lebih kuat daripada panel
CLT-450.
Pengujian racking pada struktur dinding geser menggunakan alat ukur
tranduser yang berfungsi untuk mengetahui besarnya defleksi yang terjadi.
Tranduser dipasang secara vertikal dan horizontal, sehingga ketika sampel dinding
geser diberi beban, maka tranduser akan bergerak menunjukkan nilai peralihan
(displacement). Gambar 11 menunjukkan posisi pemasangan tranduser.

15
TR 3

TR 4
TR 1
TR 2

TR 1 Koreksi

TR 5
TR

TR 5

TR 7

TR 9
TR 11

TR 6

TR 8

Gambar 11 Posisi pemasangan tranduser pada panel

Beban Lateral (tf)

Gambar 11 menunjukkan perpindahan benda uji akibat gaya luar atau
pembebanan yang diberikan pada benda tersebut. Ketika sampel panel CLT diberi
beban lateral atau horizontal, tranduser tersebut akan bergerak menunjukkan nilai
dari peralihan (displacement). Displacement yang terjadi dapat dilihat dari keempat titik horizontal pada panel CLT yang terdapat pada Gambar 11. Ke-empat
titik tersebut menunjukkan displacement horizontal yang lebih besar jika
dibandingkan dengan displacement vertikal, sehingga nilai displacement vertikal
dapat diabaikan. Gambar 12 hingga Gambar 15 menunjukkan hubungan antara
beban dengan discplacement horizontal.

-2

5
4
4
3
3
2
2
1
1
0

7.49 mm

TR 1 koreksi
TR 5
TR 6 Koreksi
TR 8

0

2
Deformasi

4
CLT-450

6

8

sengon (mm)

Gambar 12 Hubungan beban dengan displacement stiffness panel CLT-450 sengon

16

12

7.66 mm

Beban Lateral (tf)

10
8

Tr-1 Koreksi
6
Tr-5
4

Tr-6 Koreksi

2

Tr-8

0
-5

0

5
10
15
20
0
Deformasi CLT-45 mindi (mm)

25

Gambar 13 Hubungan beban dengan displacement stiffness panel CLT450 mindi
4.5

34.65 mm

4
Beban Lateral (tf)

3.5
3
Tr-1 Koreksi

2.5
2

Tr-5

1.5

Tr-6 Koreksi

1

Tr-8

0.5
0
-2

0

2
4
6
8
Deformasi CLT-450 mindi (mm)

10

Gambar 14 Hubungan beban dengan displacement strength panel CLT450 sengon
12

23.72 mm

Beban Lateral(tf)

10
8

TR 1 Koreksi
6
TR 5
4

TR 6 Koreksi

2

TR 8

0
0

4

8

12 16 20 24 28 32 36 40
Deformasi CLT-450 sengon (mm)

Gambar 15 Hubungan beban dengan displacement strength panel CLT450 mindi

17
Gambar 12 menunjukkan displacement stiffness terbesar terdapat pada titik
TR 5 yaitu sebesar 7.49 mm. Gambar 13 menunjukkan displacement stiffness
terbesar terdapat pada titik TR 1 koreksi sebesar 7.66 mm. Gambar 14 dan Gambar
15 menunjukkan displacement strength terbesar terdapat pada titik TR 5 sebesar
34.65 mm untuk CLT sengon sedangkan pada CLT mindi terdapat pada titik TR 1
koreksi sebesar 23.72 mm. Displacement strength dan displacement stiffness
terbesar terjadi pada titik TR 1 koreksi dan TR 5. Hal tersebut disebabkan karena
pada titik TR 1 koreksi menyalurkan beban ke titik TR 5 tanpa adanya penahan plat
seperti pada titik TR 6 koreksi dan pada titik TR 8, sehingga deformasi yang terjadi
lebih besar pada titik TR 1 koreksi dan TR 5.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Panel CLT-450 mindi relatif lebih kuat dibandingkan panel CLT-450 sengon.
Kerapatan, kadar air, delaminasi rendaman air dingin dan delaminasi rendaman air
panas panel CLT-450 mindi lebih tinggi dibandingkan dengan panel CLT-450
sengon. Sebaliknya susut volume panel CLT-450 mindi lebih rendah dibandingkan
panel CLT-450 sengon, namun kembang volume CLT mindi lebih tinggi
dibandingkan panel CLT-450 sengon. Aplikasi perekat isosianat relatif lebih tahan
terhadap delaminasi pada rendaman air dingin dibandingkan rendaman air panas.
Disamping pengaruh kerapatan, nilai keteguhan rekat panel CLT-450 mindi yang
lebih tinggi daripada panel CLT-450 sengon juga berkonstribusi terhadap kekuatan
dinding geser panel CLT-nya. Namun karena pengaruh kadar air nilai kekakuan
panel CLT-450 sengon berbanding terbalik yaitu lebih tinggi dibandingkan panel
CLT-450 mindi. Nilai displacement yang terbesar berada pada titik TR 1 koreksi
dan pada titik TR 5 baik dari panel CLT-450 sengon dan panel CLT-450 mindi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan
tumpuan baja agar didapatkan hasil yang baik dan juga perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut pada sifat mekanis (shear wall) sehingga di dapatkan nilai dinding tahan
gempa yang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini R. 2012. Karakteristik cross laminated timber kayu jabon berdasarkan
ketebalan dan orientasi sudut lamina [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Apriliana F. 2012. Pengaruh kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina terhadap
karakteristik cross laminated timber kayu sengon (Paraserianthes falcataria
L. Nielsen) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Associates H. 2010. Cross Laminated Timber.B & K Timber Structures A Trading
Division of B & K Steelwork Fabrications Limited.

18

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2005. Annual Book of
ASTM Standards Volume 04-10, Wood D143 (2005). USA (US): Standard
Test Methods of small Clear Specimen of Wood.
Asun
S.
2011.
Potret
Kondisi
Hutan
Indonesia
2000-2009,
(http://sudirmanasun.blogspot.com/) (20 Mei 2014)
Departemen Kehutanan (2000). Statistik Departemen Kehutanan dan Perkebunan.
Tahun 1999-2000. Jakarta (ID).
Dumanauw J F. (2001) .Mengenal Kayu, Pendidikan Industri Kayu Atas –
Semarang. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius
Ekawati D. 1998. Pengaruh jenis perekat dan pengaturan letak kayu meranti
(Shorea spp) serta kelapa (Cocos nucifera) terhadap sifat fisis mekanis balok
lamina contoh kecil bebas cacat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Gulzow A, Richter K, Steiger R. 2011. Influence of wood moisture content on
bending and shear stiffness of cross laminated timber panels. European
Journal of Wood and Wood Products. 69(2):193-197.
Haygreen J G, Bowyer J L. 1986. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar.
Hadikusumo SA dan Prawirohatmodjo S, penerjemah. Yogyakarta (ID):
Gajah Mada University Press.
Haygreen J G, Bowyer J L. 1993. Forest Product and Wood Science, An
Introduction. Iowa (US): Iowa State University Press..
Haygreen J G, R. Shmulsky, dan J L Bowyer. 2003. Forest Products and Wood
Science, An Introduction. USA (US): The Lowa State University Press.
Herman.
2011.
Bahan
Kuliah
Struktur
Beton
II.
(http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/Jur_Pend.TeknikSipil/196202021988031
-nanang_dalil_heman/bab_V_bahan_kuliah_struktur_beton_II)
[ISO] The International Organization for Standardization. 2009. Timber structures
– Structural insulated panel wall – Test methods” (22452) International
Organization for Standardization. Geneva.
[JAS] Japanese Agricultural Standard. 2007. Japanese Agricultural Standard for
Glued Laminated Timber
Lepage R T M. 2012. Moisture response of wall assemblies of cross laminated
timber construction in cold Canadian climates [tesis]. Canada (CA):
University Waterloo.
Maemunah S. 2014. Uji biodiversitas zat ekstraktif pohon mindi (Melia azedarach
Linn) dengan Metode brine shrimp lethality test [skripsi] Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Mardikanto T R, Karlinasari L, Bahtiar ET. 2011. Sifat Mekanis Kayu. Bogor (ID):
IPB Press.
Marsoem S N. 2013. Produksi etanol dari serbuk kayu dengan perlakuan kalsium
hidroksida menggunakan metode SSF [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Martawijaya A, Kartasujana I, Mandang Y I, Prawira SA, Kadir K. 2005. Atlas
Kayu Indonesia Jilid II. Bogor (ID): Departemen kehutanan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Michael 2008. Constructed of Beetle-Killed Cross Laminated Timber (CLT),
(http://141/Cross_Laminated_timber.html). (20 Mei 2014).

19
Mutmainnah. 2014. Evaluasi pengujian dinding geser panel cross lamninated
timber (CLT) dari tiga jenis kayu rakyat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Perkins P, McCloskey K. 2010. A Strategic Plan for the Commercialization of
Cross-Laminated Timber in Canada and the United State. Canada (CA):
Canadian Wood Council.
Ruhendi S, Koroh D S, Syamani F A, Yanti H, Nurhaida, Saad S, Sucipto T. 2007.
Analisis Perekatan Kayu. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Praptoyo H. 2010. Sifat Anatomi dan Sifat Fisika Kayu Mindi (Melia azedarach
Linn) dari Hutan Rakyat di Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kehutanan IV (1): 2127.
Riztian, G F. 2013. Pengaruh kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina terhadap
karakteristik cross laminated timber kayu nangka menggunakan perekat
isosianat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Siregar I Z, Yunanto T, Ratnasari J. 2008. Prospek Bisnis, Budi Daya, Panen &
Pascapanen Kayu Sengon. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Skaar C. 1972. Water in Wood. Syracuce Wood Science Series. New York (US):
University Press.
Sugiarti. 2010. Kekuatan lentur glulam struktural yang terbuat dari papan sambung
kayu tusam dan kayu manis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood. Structure, Properties,
Utilization. New York. (US): Van Nostrand Reinhold.
Vick C B. 1999. Adhesive Bonding of Wood Material. Forest Product Technology..
Wisconsin (US): USDA Forest Service

20

LAMPIRAN

21
Lampiran 1 Hasil pengujian sifat fisis CLT-450 Sengon
Kayu

KA (%)

Susut (%)

Kembang (%)

DAD (%)

DAP (%)

Sengon451

Kerapatan
(kg/cm3)
0.36

16.30

3.34

7.87

3.35

33.75

Sengon452

0.39

16.00

4.83

5.71

2.46

24.50

Sengon453

0.29

16.10

5.53

6.42

3.89

11.25

Sengon454

0.29

15.39

3.06

6.39

3.75

4.95

Rata-rata

0.33

15.95

4.19

6.60

3.36

18.61

Keterangan :
1-4 : ulangan ke-1sampai ke-4
Lampiran 2 Hasil Pengujian sifat fisis CLT-450 Mindi
Kayu

KA (%)

Susut (%)

Kembang (%)

DAD (%)

DAP (%)

Mindi452

Kerapatan
(kg/cm3)
0.50

16.87

3.89

6.50

10.95

50.45

Mindi451

0.50

17.00

3.48

6.60

8.95

25.65

Mindi453

0.50

17.16

3.72

7.34

7.35

29.35

Mindi454

0.52

17.43

3.88

7.74

5.10

5.50

Rata-rata

0.51

17.12

3.74

7.04

8.09

27.74

Keterangan :
1-4 : ulangan ke-1sampai ke-4
Lampiran 3 Hasil pengujian keteguhan rekat CLT-450 Sengon
Keteguhan rekat (kg/cm2)
Sengon451

26.70

Sengon452

36.63

Sengon453

36.62

Sengon454

49.56

Sengon455

23.44

Sengon456

42.76

Rata-rata

35.95

Keterangan :
1-4 : ulangan ke-1sampai ke-4

22

Lampiran 4 Hasil pengujian keteguhan rekat CLT-450 Mindi
Keteguhan rekat (kg/cm2)
Mindi452

59.36

Mindi451

69.08

Mindi453

24.16

Mindi454

81.18

Mindi455

23.01

Mindi456

22.35

Rata-rata

46.52

Keterangan :
1-4 : ulangan ke-1sampai ke-4
Lampiran 5 Alat uji UTM Jack untuk pengujian racking test

Lampiran 6 Kerusakan yang terjadi pada panel CLT-450

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 5 Maret 1992. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak R Suwondho dan Ibu Sri
Purwanti. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Jember dan pada tahun
yang sama diterima sebagai mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa
IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa penulis telah melakukan beberapa kegiatan
praktek lapang diantaranya Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada
tahun 2012 di Sancang Barat dan Kamojang. Pada tahun 2013 penulis mengikuti
kegiatan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) dengan lokasi di Hutan Pendidikan
Gunung Walat, KPH Cianjur, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan PGT
Sindangwangi. Pada tahun 2012 penulis juga mengikuti kegiatan Praktek Kerja
Lapang (PKL) di perusahaan kayu lapis yaitu PT Sari Bumi Kusuma, Pontianak,
Kalimantan Barat.
Selain aktif mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga aktif dalam
kepanitiaan dan kegiatan kampus. Penulis merupakan anggota dalam kepanitiaan
Bina Crops Rimbawan (BCR) pada tahun 2012 dan 2013, anggota Divisi Kelompok
Kewirausahan pada 2011 dan merupakan pengurus Himpunan Mahasiswa Hasil
Hutan (HIMASILTAN) Divisi Kelompok Minat Rekayasa Desain Bangunan dan
Konstruksi Kayu pada tahun 2012.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis
melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi dengan Judul “Karakteristik cross
laminated timber dari kayu Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W.
Grimes) dan Mindi (Melia azedarach L) menggunakan perekat isosianat” dibawah
bimbingan Prof Dr Ir Sucahyo Sadiyo, MS.