Analisis Deformasi Aksial pada Batas Proporsional dan Maksimum Panel Cross Laminated Timber Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dan Kayu Mindi (Melia azedarach Linn)

ANALISIS DEFORMASI AKSIAL PADA BATAS
PROPORSIONAL DAN MAKSIMUM
PANEL CROSS LAMINATED TIMBER KAYU SENGON
(Paraserianthes falcataria L. Nielsen) DAN KAYU MINDI
(Melia azedarach Linn)

FENNY HINDOM

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Deformasi
Aksial pada Batas Proporsional dan Maksimum Panel Cross Laminated Timber
Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dan Kayu Mindi (Melia
azedarach Linn) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Fenny Hindom
NIM E24080111

ABSTRAK
FENNY HINDOM. Analisis Deformasi Aksial pada Batas Proporsional dan
Maksimum Panel Cross Laminated Timber Kayu Sengon (Paraserianthes
falcataria L. Nielsen) dan Kayu Mindi (Melia azedarach Linn). Dibimbing oleh
Sucahyo Sadiyo
Penggunaan kayu-kayu yang berkualitas kekuatan rendah dari hutan rakyat
dapat dimodifikasikan dalam pembuatan produk untuk bahan struktural yang
berkualitas tinggi. Salah satunya adalah teknologi pembuatan papan laminasi silang.
Sambungan merupakan titik terlemah pada bangunan struktural. Penelitian ini
mencoba mengamati dan menganalisis deformasi aksial pada batas proporsional dan
maksimum dari sambungan perekat isosianat kayu sengon dan kayu mindi. Rataan

umum pada beban batas proporsional dan maksimum masing-masing adalah 1613
kg dan 1910 kg. Deformasi aksial batas proporsional berkisar dari 1.37 mm
(Sengon)-1.52 mm (Mindi). Deformasi aksial pada batas maksimum terjadi pada
kisaran 1.77 mm (Sengon)-2.08 mm (Mindi)
Kata kunci : batas maksimum, batas proporsional, sambungan perekat isosianat,
deformasi aksial

ABSTRACT
FENNY HINDOM. Axial Deformation Analysis at Maximum and Proporsional
Limit Panels of Cross Laminated Timber from Sengon Wood (Paraserianthes
falcataria L. Nielsen) and Mindi Wood (Melia azedarach Linn). Supervised by
SUCAHYO SADIYO.

Used of wood quality low strength of community forests can be modified in the
manufacture of products for structural materials high quality. One of which is cross
laminated timber manufacturing technology. Connection was the weakest point of
structural buildings. This research tried to investigate and analyze axial deformation at
the proportional and maximum limit of a isocyanate adhesive connection of sengon and
mindi wood. The average value at maximum and proportional limit was 1613 kg and


1910 kg. Respectively the axial deformation at proportional limit was ranging from
1.37 mm (Sengon wood) - 1.52 mm (Mindi wood). At the maximum limit, the axial
deformation was ranging from 1.77 mm (Sengon wood)-2.08 mm (Mindi wood).
Keywords : axial deformation, isocyanate adhesive connection, maximum limit,
proportional limit.

ANALISIS DEFORMASI AKSIAL PADA BATAS
PROPORSIONAL DAN MAKSIMUM
PANEL CROSS LAMINATED TIMBER KAYU SENGON
(Paraserianthes falcataria L. Nielsen) DAN KAYU MINDI
(Melia azedarach Linn)

FENNY HINDOM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan


DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Deformasi Aksial pada Batas Proporsional dan Maksimum Panel
Cross Laminated Timber Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria L.
Nielsen) dan Kayu Mindi (Melia azedarach Linn)
Nama
: Fenny Hindom
NIM
: E24080111

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir Sucahyo Sadiyo, MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh


Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah papan laminasi silang
dengan judul Analisis Deformasi Aksial pada Batas Proporsional dan Maksimum Panel
Cross Laminated Timber Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dan Kayu
Mindi (Melia azedarach Linn). Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Selain itu, karya ilmiah ini menjelaskan tentang pengaruh dari perlakuan kombinasi tebal
dan orientasi sudut dengan menganalisis deformasi aksial pada batas proporsional dan
maksimum panel cross laminated timber kayu sengon (Paraserianthes falcataria L.
Nielsen) dan kayu mindi (Melia azedarach Linn) menggunakan perekat isosianat.
. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam
penulisan karya ilmiah ini. Semoga hasil karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya.

Bogor, Juli 2014
Fenny Hindom

UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis menyadari skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik karena bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.
8.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Kedua Orang Tua, Bapak Demianus Hindom, Ibu Frederika Nasima (alm) dan Ibu
Agustina Tuturop (alm), DexanArenJordan juga keluarga besar di FakFak yang
selalu memotivasi dan mendukung secara moril maupun materil serta limpahan kasih
sayang dan doa yang tak pernah putus kepada penulis.
Bapak Prof. Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu serta wawasan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sdr Irfan selaku Laboran RDBK yang telah memberikan hasil pengujian data
penelitian Fetri Apriliana S.Hut dan Syahrul Rachmad S.Hut yang siap diolah
datanya.
Randy, Adesna Fatrawana, Prabu Satria Sejati, Eka Satria Permana Putra, Martua
Yan Steward Nababan, dan Ignatius Handoko yang telah membantu dalam proses
penelitian.
Pembimbing rohani Gustap Simanjuntak dan Ike Luas, teman-teman kelompok
tumbuh bersama (KTB) Ilya Djelau, Ema Koedoeboen, Cahaya Siagian, dan Yunex
Fatie yang selalu saling mendoakan dan telah berbagi pengalaman jasmani dan

rohani selama bersama di Bogor
Teman-teman ikatan mahasiswa Papua dan FakFak kota studi Bogor juga THH 45
yang setia memberikan semangat dan doanya.
Seluruh dosen, laboran, dan staff Fakultas Kehutanan IPB.
Semua pihak yang telah membantu proses persiapan dan penyusunan skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan ke beberapa pihak terkait yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

xi

DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR


xiv

PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................................................ 1
Tujuan Penelitian.........................................................................................................2
Manfaat Penelitian...................................................................................................... 2
METODE ....................................................................................................................... 2
Waktu dan Tempat ...................................................................................................... 2
Alat dan Bahan............................................................................................................ 2
Metode Penelitian ....................................................................................................... 3
Pengolahan Data ......................................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
Kadar Air .................................................................................................................... 6
Kerapatan .................................................................................................................... 6
Keteguhan Tekan Sejajar.............................................................................................7
Beban pada Batas Proporsional....................................................................................8
Beban pada Batas Maksimum....................................................................................10
Deformasi Aksial pada Batas Proporsional............................................................... 11
Deformasi Aksial pada Batas Maksimum..................................................................13
SIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................... 15


Simpulan ................................................................................................................... 15
Saran ......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 15
LAMPIRAN ................................................................................................................. 17
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... 19

DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi data pengujian kadar air, kerapatan, dan keteguhan tekan

5

DAFTAR GAMBAR
1. Bentuk papan laminasi silang berdasarkan ukuran ketebalan
2. Bentuk papan laminasi silang berdasarkan penyusunan orientasi sudut
lamina
3. Kurva gaya-deformasi aksial sambungan tekan
4. Pola sebaran rataan beban pada batas proposional panel CLT kayu sengon
dan kayu mindi
5. Sebaran rata-rata beban pada batas proporsional panel CLT kayu sengon

dan kayu mindi menurut (a) kombinasi tebal dan (b) orientasi sudut lamina
6. Pola sebaran rataan beban pada batas maksimum panel CLT kayu sengon
dan kayu mindi
7. Sebaran rata-rata beban pada batas maksimum panel CLT kayu sengon dan
kayu mindi menurut (a) kombinasi tebal dan (b) orientasi sudut lamina
8. Pola sebaran rataan deformasi aksial pada batas proposional panel CLT
kayu sengon dan kayu mindi ketebalan dan orientasi sudut lamina
9. Sebaran rata-rata deformasi aksial pada batas proporsional panel CLT kayu
sengon dan kayu mindi menurut (a) kombinasi tebal dan (b) orientasi sudut
lamina
10. Pola sebaran rataan deformasi aksial pada batas maksimum panel CLT kayu
sengon dan kayu mindi
11. Sebaran rata-rata deformasi aksial pada batas maksimum panel CLT kayu
sengon dan kayu mindi menurut (a) kombinasi tebal dan (b) orientasi sudut
lamina

3

4
4
9
9
10
11
12

12
13

14

LAMPIRAN
1 Contoh Pengolahan Data
2 Contoh rekapitulasi data beban pada batas proporsional

17
18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu sangat potensial untuk dipakai sebagai bahan bangunan. Kayu mempunyai
keistimewaan bila digunakan sebagai bahan bangunan, seperti tidak mudah patah bila
terkena beban getaran akibat gempa, mempunyai corak penampilan yang indah untuk
dipakai sebagai bahan dekorasi, dan tidak mengalami korosi akibat kelembaban yang tinggi
di daerah tropis. Kayu yang digunakan pada bangunan umumnya dalam bentuk sederhana
berupa kayu solid berbentuk kayu gergajian. Sedangkan pada bangunan modern, kayu yang
dipakai bukan berupa kayu utuh (solid) saja melainkan lebih banyak digunakan kayu
komposit dalam bentuk panil atau balok laminasi.
Pada prinsipnya suatu bangunan struktural memperhitungkan tiga unsur penting,
yaitu kekakuan (stiffness), kekuatan (strength) dan kestabilan (stability) struktur. Salah satu
faktor yang mempengaruhi ketiga aspek penting tersebut adalah macam/jenis sambungan
yang digunakan. Menurut Faherty dan Williamson (1989) sambungan-sambungan kayu
sekarang ini dapat didisain dengan ketelitian yang sama seperti bagian-bagian lain dari
struktur bangunan. Tular dan Idris (1981) mengatakan bahwa sambungan kayu merupakan
titik kritis atau terlemah yang terdapat pada elemen atau titik hubung dari suatu bangunan
struktural, yaitu bangunan yang memperhitungkan keamanan struktur. Menurut
Surjokusumo et al. (1980) kekuatan sambungan kayu sangat dipengaruhi oleh komponen
pembentuk sambungan, yaitu balok kayu yang akan disambung, alat sambung dan macam
atau bentuk sambungan.
Balok laminasi biasanya berukuran besar dibuat dari kayu dari pohon hasil
penjarangan yang berdiameter batang kecil. Dengan demikian penggunaan kayu-kayu yang
berkualitas kekuatan rendah dari hutan rakyat dapat dimodifikasikan dalam pembuatan
produk untuk bahan struktural yang berkualitas tinggi. Salah satunya adalah teknologi
pembuatan papan laminasi silang atau biasa disebut CLT (Cross Laminated Timber). CLT
merupakan produk rekayasa kayu yang dibentuk dengan cara menyusun sejumlah lapisan
kayu yang dikenal sebagai lamina secara bersilangan satu sama lainnya dan kemudian
direkatkan atau dipaku (Associates 2010).
Banyak cara dapat dilakukan untuk memodifikasi produk termasuk panel CLT
terutama untuk meningkatkan mutu penampilan maupun strukturalnya, dan salah satu
diantaranya adalah dengan melakukan pengaturan kombinasi ketebalan dan orientasi sudut
lamina menggunakan sistem sambungan perekat dan atau paku.
Perlakuan orientasi sudut lamina ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan struktural secara optimal produk CLT dalam menerima dan mendistribusikan
beban berdasarkan arah orientasi sudut lamina yang dibuat. Menurut Associates (2010)
keunggulan utama produk CLT yaitu disamping kemampuannya sebagai produk panel
dalam perpindahan beban ke empat arah saling tegak lurus dari konstruksi strukturalnya,
juga dapat diperoleh produk panel yang memiliki stabilisasi dimensi yang tinggi.

Sedangkan, pengaturan kombinasi ketebalan lamina produk CLT diharapkan dapat
mengefisienkan penggunaan kayu.
Menurut Rachmad (2013) kayu mindi merupakan salah satu kayu yang berasal dari
hutan rakyat. Selain itu, kayu mindi memiliki berat jenis sebesar 0.53 sehingga kayu mindi
termasuk kayu kelas kuat III (0.42 sampai 0.65). Oleh karena itu, kayu mindi sangat
berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku industri untuk tujuan tertentu, seperti bahan
struktural.
Pada awalnya tanaman sengon (Paraserianthes falcataria (L.) kalah bersaing
dengan jenis komersial lainnya, seperti jati dan meranti karena kualitas kayunya yang
setingkat lebih rendah. Namun seiring dengan kebutuhan industri pengolahan yang semakin
tinggi serta ditambah dengan semakin menipisnya persediaan kayu hutan alam, maka
permintaan pun beralih pada sengon (Apriliana 2012). Menurut Pandit dan Kurniawan
(2008) kayu sengon memiliki berat jenis rata-rata 0.33 termasuk kelas kuat IV-V (0.24 –
0.49) dan dapat digunakan untuk bahan bangunan perumahan, papan partikel, papan serat,
papan wol semen dan barang kerajinan lainnya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh dari perlakuan
kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina dengan menganalisis deformasi aksial pada
batas proporsional dan maksimum panel cross laminated timber kayu sengon
(Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dan kayu mindi (Melia azedarach Linn)
menggunakan perekat isosianat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa analisis deformasi
aksial pada batas proporsional dan maksimum kayu sengon (Paraserianthes falcataria L.
Nielsen) dan kayu mindi (Melia azedarach Linn) yang menggunakan perekat isosianat
dapat menambah wawasan pengetahuan di bidang keteknikkan kayu dan digunakan oleh
para praktisi pada praktek konstruksi di lapangan.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014 di
laboratorium fisik yang terdapat pada bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil penelitian Apriliana
(2012) dan Rachmad (2013) yang diambil di Divisi Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu.
Data utama yang dianalisis adalah data rekaman secara komputrized beban deformasi uji
tekan panel CLT kayu sengon dan mindi pada mesin uji mekanis (UTM) Merk Instron
series IX version 8.27.00. Alat penunjang lain yang digunakan penelitian ini adalah laptop
dan alat tulis.
Metode Penelitian
Data hasil pengujian mekanis khususnya uji tekan panel CLT kayu sengon dan kayu
mindi menurut orientasi sudut dan ketebalan lamina diambil di laboratorium Rekayasa dan
Desain Bangunan Kayu dalam bentuk softcopy dengan menggunakan kaset CD. Adapun
data sifat fisis meliputi kadar air dan kerapatan panel CLT sebagai data penunjang diambil
dari hasil penelitian Apriliana (2012) dan Rachmad (2013).
Panel CLT yang dibuat terdiri dari 3 lapisan lamina dengan 3 kombinasi ketebalan
lamina yang digunakan yaitu tipe panel CLT A1 (1-3-1) cm, tipe panel CLT A2 (2-1-2) cm,
dan tipe panel CLT A3 (1,67-1,67-1,67) cm. Pola penyusunan bagian lamina bersilang
dilakukan perlakuan orientasi sudut lamina B1 (0o), B2 (30o), B3 (45o), B4 (60o), dan B5
(90o).

A1

A3
2-1-2

1-3-1

Gambar 1 Bentuk papan laminasi silang berdasarkan ukuran ketebalan.

1.67-1.67-1.67

A2

Sumber : Anggraini (2012).

Gambar 2 Bentuk papan laminasi silang berdasarkan penyusunan orientasi sudut lamina
(0°, 30°, 45°, 60°, dan 90°)
Pengolahan Data
Pada penelitian ini beban pada batas proporsional dan batas maksimum masingmasing ditentukan berdasarkan perpotongan antara garis/persamaan linier elastis (garis A)
dengan persamaan polynomial inelastis (garis B) dan perpotongan antara garis polynomial
inelastis (garis B) dengan garis linier inelastis (garis C) (Sadiyo 2011) dari kurva gayadeformasi aksial panel CLT (Gambar 1).
Gaya (N)

Deformasi aksial (mm)
Gambar 3. Kurva gaya-deformasi aksial sambungan tekan panel CLT

Untuk mengetahui perilaku dan menentukan besar pengaruh orientasi sudut dan
ketebalan lamina terhadap kekuatan dan deformasi aksial sambungan tekan panel CLT
kayu sengon dan mindi, maka data pengamatan diolah dengan microsoft excel 2013. Data
rataan ditampilkan dalam bentuk histogram dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang
digunakan dan sifat mekanis kayu atau sifat kekuatan kayu merupakan ukuran kemampuan
kayu untuk menahan gaya dari luar yang biasa disebut gaya luar atau beban (Mardikanto et
al 2011). Sifat fisis dan mekanis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah
kerapatan, kadar air, dan keteguhan tekan. Rekapitulasi data pengukuran kadar air,
kerapatan dan keteguhan tekan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi data pengukuran kadar air, kerapatan dan keteguhan tekan
Kombinasi
Perlakuan

Kadar Air (%)

Kerapatan (g/cm3)

Panel CLT
Sengon
Mindi
Sengon
A1B1
13,25
14,49
0,31
A1B2
12,18
14,2
0,32
A1B3
13,03
14,4
0,31
A1B4
12,71
14,49
0,31
A1B5
13,07
15,58
0,32
A2B1
12,12
15,41
0,32
A2B2
11,42
16,29
0,32
A2B3
11,66
15,83
0,32
A2B4
12,25
15,99
0,31
A2B5
12,25
15,8
0,32
A3B1
12,85
15,62
0,32
A3B2
13,47
16,05
0,32
A3B3
12,72
16,19
0,32
A3B4
12,75
15,45
0,32
A3B5
12,89
15,82
0,32
Rata-Rata
12,60
15,44
0,32
Kontrol
13,04
18,73
0,32
Sumber : Apriliana (2012), Rachmad (2013)

Mindi
0,33
0,34
0,33
0,33
0,35
0,37
0,37
0,33
0,37
0,34
0,33
0,34
0,37
0,34
0,34
0,34
0,32

Keteguhan Tekan
(Kg/cm2)
Sengon
190
144
133
137
104
188
151
192
166
162
207
148
175
167
147
160
177

Mindi
177
125
112
98
92
119
131
148
117
159
194
142
155
114
119
133
62

Kadar Air
Sebaran data kadar air rata-rata yang dihasilkan juga tidak terlalu berbeda jauh atau
relatif sama antara kombinasi panel laminasi silang. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang berarti dari ketebalan dan orientasi sudut lamina terhadap kadar air panel
CLT. Nilai kadar air panel CLT kayu sengon untuk seluruh kombinasi tebal dan orientasi
sudut lamina berkisar antara 11.42% hingga 13.47%. Rata-rata kadar air terendah terdapat
pada panel CLT A2B2, sedangkan rata-rata kadar air tertinggi terdapat pada panel CLT
A3B2. Kadar air panel CLT kayu sengon tidak dipengaruhi secara nyata oleh kombinasi
tebal lamina, orientasi sudut lamina, ataupun interaksi antara keduanya. Jika dibandingkan
dengan kadar air papan kontrol (13.04 %) rata-rata kadar air panel CLT ternyata lebih
rendah (12.60 %). Hal tersebut dikarenakan pada papan kontrol tidak ada aplikasi perekat
yang akan menghalangi penyerapan air dari lingkungan sehingga membutuhkan waktu
pengeringan yang lebih lama apabila dibandingkan pengeringan yang dilakukan pada
lamina-lamina penyusun panel CLT (Apriliana 2012).
Kadar air rata-rata panel CLT kayu mindi (15.44%) ternyata lebih rendah
dibandingkan dengan kadar air papan kontrol (18,73 %) (Rachmad 2013). Kadar air papan
laminasi silang dan kontrol sesuai dengan kisaran besarnya nilai kadar air kering udara
untuk iklim Indonesia, yaitu sebesar 12% sampai dengan 20% (Praptoyo 2010). Kombinasi
ketebalan lamina memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air papan laminasi silang
pada selang kepercayaan 95%. Kadar air kombinasi ketebalan lamina A1 (14.63%)
memiliki nilai kadar air paling rendah dan berbeda nyata dengan kadar air kombinasi
ketebalan lamina A2 (15.86 %) dan A3 (15.83 %) (Rachmad 2013).
Hasil penelitian Rachmad (2013) menunjukkan bahwa kadar air rata-rata panel CLT
kayu mindi adalah 15,44 %, berarti lebih tinggi dibandingkan kadar air panel CLT kayu
sengon 12,60% (Apriliana 2012). Rata-rata nilai kadar air panel CLT ini disebabkan karena
kayu tersebut dikeringkan secara buatan (kilang pengering), sehingga diperkirakan
mencapai kadar air dibawah kadar air kesetimbangan rata-rata untuk daerah Bogor yaitu
15% (Sadiyo 2012).Sifat fisis papan laminasi termasuk kadar air pada dasarnya dipengaruhi
oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan.
Kadar air kayu yang terdapat dalam satu jenis pohon yang sama itu bervariasi
tergantung pada tempat tumbuh dan umur pohon tersebut (Haygreen et al. 2003). Nilai
kadar air ini juga tergantung dari kelembaban udara di sekitarnya. Perbedaan kadar air
berdasarkan kombinasi ketebalan lamina diduga karena pengaruh letak lamina pada batang
pohon sehingga lamina-lamina tersebut sebelum disambung masih memiliki kadar air yang
beragam, namun perbedaan kadar air untuk laminasi tidak diijinkan melebihi 5% untuk
meminimalkan tegangan internal (Breyer 2003).
Kerapatan
Kerapatan merupakan perbandingan antara massa suatu bahan terhadap volumenya
dalam kondisi kering udara. Nilai kerapatan rata-rata panel CLT (Tabel 1) memperlihatkan
pola sebaran yang relatif sama (seragam) untuk semua perlakuan (panel CLT menurut

kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
kerapatan panel CLT kayu sengon berkisar antara 0,31 - 0,33 g/cm3. Kerapatan kayu
sengon utuh (papan kontrol) nilainya hampir sama dengan rata-rata kerapatan panel CLT.
Sebaran data kerapatan panel CLT kayu sengon bervariasi dengan rentan 0.31 g/cm3 hingga
0.33 g/cm3 dan untuk papan kontrol 0.32 g/cm3. Kerapatan panel CLT kayu sengon yang
dihasilkan tidak dipengaruhi oleh kombinasi tebal, orientasi sudut lamina, ataupun interaksi
keduanya pada taraf 5% (Apriliana 2012).
Kerapatan rata-rata panel CLT kayu mindi (0.32 g/cm3) cenderung sama dengan
kerapatan kayu kontrol (0.32 g/cm3). Kombinasi ketebalan lamina memberikan pengaruh
nyata terhadap kerapatan papan laminasi silang pada selang kepercayaan 95%. Kerapatan
kombinasi ketebalan lamina A2 (0.36 g/cm3) memiliki kerapatan paling tinggi dan tidak
berbeda nyata dengan kerapatan kombinasi ketebalan lamina A1 yang memiliki kerapatan
paling rendah (0.33 g/cm3). Hasil penelitian ini berbeda dengan Apriliana (2012) yang
menjelaskan bahwa kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina tidak mempengaruhi
kerapatan papan laminasi silang (Rachmad 2013). Menurut Haygreen dan Bowyer (1986),
perbedaan kerapatan dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuh, letak kayu dalam batang,
dan sumber-sumber genetik sehingga kombinasi ketebalan lamina memberikan pengaruh
nyata terhadap kerapatan.
Fluktuasi kerapatan panel CLT yang relatif sempit antara perlakuan tersebut lebih
disebabkan oleh sebaran data kerapatan awal papan-papan (lamina) dalam satu maupun
beberapa batang pohon yang berbeda letaknya satu dengan lainnya. Sadiyo (2012)
mengatakan walaupun papan-papan berasal dari pohon yang berbeda namun dari jenis kayu
yang sama, bisa saja saat papan tersebut digunakan untuk membuat panel CLT memiliki
keragaman kerapatan yang cukup lebar dikarenakan adanya perbedaan umur pohon atau
keadaan lokasi tempat tumbuhnya. Menurut Mardikanto (2012) sifat ini dapat
mempengaruhi kekuatan kayu, dimana semakin besar kerapatan dan berat jenis kayu maka
akan semakin kuat kayu tersebut dan diduga juga berpengaruh terhadap kekuatan panel
CLT.
Keteguhan Tekan
Nilai rata-rata keteguhan tekan panel CLT kayu sengon tertinggi sebesar 207
kg/cm2. Nilai tersebut diperoleh dari panel CLT A3B1 dan nilai rata-rata keteguhan tekan
terendah diperoleh dari panel CLT A1B3 (132 kg/cm²). Keteguhan tekan panel CLT kayu
sengon hanya dipengaruhi sangat nyata oleh kombinasi tebal dan orientasi sudut laminanya
pada taraf 1%, akan tetapi tidak dipengaruhi oleh interaksi kedua faktor. Keteguhan tekan
panel CLT A2 (172 kg/cm2) tidak berbeda nyata dengan keteguhan tekan panel CLT A3
(169 kg/cm2), namun panel tersebut berbeda nyata dengan panel CLT A1 (142 kg/cm2).
Keteguhan tekan panel CLT kayu sengon berorientasi sudut lamina 0o (195 kg/cm2)
berbeda nyata dengan keteguhan tekan panel CLT berorientasi sudut lamina 45o (167
kg/cm2). Sementara itu keteguhan tekan panel CLT kayu sengon dengan orientasi sudut
lamina 45o tidak berbeda nyata dengan keteguhan tekan panel CLT kayu sengon
berorientasi sudut lamina 60o (156 kg/cm2) dan 30o (148 kg/cm2) tetapi berbeda nyata

dengan panel CLT kayu sengon berorientasi sudut lamina 90o (138 kg/cm2). Kombinasi
tebal lamina mempengaruhi keteguhan tekan panel CLT kayu sengon yang dihasilkan. Hal
ini diduga karena pada saat diberlakukan pembebanan, kombinasi tebal yang seragam
mendistribusikan kekuatan tekan dengan merata. Sementara itu dengan adanya perlakuan
orientasi sudut lamina, ternyata juga memberikan pengaruh terhadap kekuatan tekan. Jika
dibandingkan dengan kayu sengon utuh, nilai keteguhan tekan adalah sebesar 178 kg/cm2,
peningkatan hanya terjadi pada CLT dengan kemiringan sudut lamina 0o (Apriliana 2012).
Keteguhan tekan rata-rata panel CLT kayu mindi (133 kg/cm2) lebih besar daripada
keteguhan tekan kayu kontrol (62 kg/cm3). Orientasi sudut lamina memberikan pengaruh
nyata terhadap keteguhan tekan papan laminasi silang kayu mindi pada selang kepercayaan
95%. Keteguhan tekan orientasi sudut lamina 00 (163 kg/cm2) memiliki keteguhan tekan
paling tinggi dan berbeda nyata dengan keteguhan tekan orientasi sudut lamina 900 (123
kg/cm2) dan 600 (110 kg/cm2) (Rachmad 2013). Sementara itu dengan adanya perlakuan
orientasi sudut lamina, ternyata juga memberikan pengaruh terhadap kekuatan tekan panel
CLT. Mardikanto et al (2011) menyebutkan bahwa pengaruh kemiringan serat terhadap
kekuatan kayu (lebih besar dari 1:10) akan mereduksi kekuatan tekan sejajar serat. Jika
dikonversikan ke dalam bentuk sudut pengaruh kemiringan serat lebih dari 5,74° sudah
menurunkan nilai keteguhan sejajar serat panel CLT. Dengan adanya dua macam beban
yang diterima (sejajar dan tegak lurus serat) akan mengurangi kemampuan kayu dalam
menahan beban yang diberlakukan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa adanya kecenderungan penurunan nilai keteguhan tekan ketika
orientasi sudut lamina diperbesar sehingga semakin besar orientasi sudut lamina, nilai
keteguhan tekan semakin rendah (Rachmad 2013).
Yap (1999) menyatakan bahwa sambungan dengan perekat berbeda dengan
sambungan-sambungan baut, paku atau pasak, bagian-bagian kayu tidak disambung pada
titik-titik melainkan pada bidang-bidang, sehingga mempunyai kekakuan yang lebih tinggi.
Kekakuan tersebut merugikan dalam sambungan rangka batang karena timbulnya tegangantegangan sekunder yang besar, akan tetapi untuk balok-balok tersusun, sambungan dengan
perekat lebih menguntungkan.
Beban pada Batas Proporsional
Beban pada batas proporsional panel CLT kayu sengon yang tertinggi diperoleh
pada panel A1B1 sebesar 1962 kg dan terendah 1078 kg (panel A1B5) sementara panel CLT
kayu mindi yang tertinggi diperoleh dari panel A1B1 sebesar 1865 kg dan terendah
diperoleh pada panel A1B5 sebesar 967 kg. Sebaran rata-rata beban pada batas proporsional
panel CLT kayu sengon dan mindi dalam bentuk histogram disajikan pada Gambar 4.

Beban pada Batas
Proporsional (Kg)

2500

1353 kg

1613 kg

2000
1500



1000

30°

500

45°

0
A

A

A

A

Sengon

A

60°

A

90°

Mindi

Kombinasi Ketebalan Panel CLT

Gambar 4. Pola sebaran rataan beban pada batas proporsional panel CLT kayu sengon dan
kayu mindi

2000
1500
1000
500
0
A

A

A

A

A

Sengon
Mindi
Kombinasi Tebal (cm)

Kombinasi Tebal
(a)

A

Beban pada Batas Proporsional
(Kg)

Beban pada Batas Proporsional
(Kg)

Histogram pada Gambar 5 memperlihatkan bahwa kombinasi tebal panel CLT kayu
sengon A2 (1758 kg) tidak berbeda nyata dengan panel CLT A3 (1656 kg) namun berbeda
nyata dengan panel CLT A1 (1425 kg). Beban pada batas proposional panel CLT kayu
sengon berorientasi sudut lamina 00 (1613 kg) tidak berbeda nyata dengan panel CLT
orientasi sudut lamina 450 (1465 kg). Sementara itu beban pada batas proposional panel
CLT berorientasi sudut lamina 450 berbeda nyata dengan beban pada batas proporsional
panel CLT berorientasi sudut lamina 300 (1876 kg) dan 600 (1706 kg) tetapi tidak berbeda
nyata dengan beban pada panel CLT orientasi sudut lamina 900 (1550 kg).
2500
2000
1500
1000
500
0


30°

45°

60°

90°

Orientasi Sudut Lamina (°)
Sengon

Mindi

Orientasi Sudut Lamina
(b)

Gambar 5. Sebaran rata-rata beban pada batas proporsional panel CLT kayu sengon dan
kayu mindi menurut (a) kombinasi tebal dan (b) orientasi sudut lamina
Sebaran rata-rata beban pada batas proporsional kayu mindi berdasarkan kombinasi
tebal panel CLT A2 (1363 kg) tidak berbeda nyata dengan panel CLT A3 (1443 kg) namun
berbeda nyata dengan panel CLT A1 (1253 kg). Gambar 3(b) menunjukan bahwa beban
pada batas proporsional orientasi sudut lamina kayu mindi 300 (1671 kg) cenderung lebih

tinggi dan berbeda nyata dengan beban pada batas proporsional orientasi sudut lamina 600
(1425 kg) dan 900 (1080 kg). Hal ini menunjukan bahwa adanya kecenderungan penurunan
nilai beban pada batas proporsional ketika orientasi sudut lamina diperbesar sehingga
semakin besar orientasi sudut lamina semakin rendah nilai beban pada batas proporsional.
Beban pada Batas Maksimum

Beban pada Batas
Maksimum (Kg)

Pola sebaran beban pada batas maksimum panel CLT kayu sengon menunjukan
beban tertinggi diperoleh dari panel A3B1 sebesar 2459 kg dan terendah pada panel CLT
A1B5 sebesar 1140 kg. Selanjutnya beban pada batas maksimum panel CLT kayu mindi
terendah diperoleh pada panel A1B5 sebesar 1172 kg dan tertinggi diperoleh dari panel
A1B1 sebesar 2174 kg. Sebaran rataan beban pada batas maksimum panel CLT kayu sengon
dan kayu mindi dalam bentuk histogram disajikan pada Gambar 6.
1910 kg

3000
2500
2000
1500
1000
500
0

1650 kg

30°
45°

A

A
Sengon

A

A

A

A

60°
90°

Mindi

Kombinasi Ketebalan Panel CLT

Gambar 6. Pola sebaran rataan beban pada batas maksimum panel CLT kayu sengon dan
kayu mindi
Berdasarkan Gambar 7 sebaran rata-rata kombinasi tebal panel CLT kayu sengon A2
(2109 kg) tidak berbeda nyata dengan panel CLT A3 (2008 kg) namun berbeda nyata
dengan panel CLT A1 (1613 kg). Dan menurut orientasi sudut lamina panel CLT kayu
sengon berorientasi sudut lamina 00 (1910 kg) tidak berbeda nyata dengan panel CLT
orientasi sudut lamina 450 (1790 kg). Sementara itu beban pada batas maksimum panel
CLT berorientasi sudut lamina 450 berbeda nyata dengan beban pada batas maksimum
panel CLT berorientasi sudut lamina 300 (2296 kg) dan 600 (2004 kg) tetapi tidak berbeda
nyata dengan beban pada batas maksimum panel CLT orientasi sudut lamina 900 (1846 kg).

Beban pada Batas
Maksimum (Kg)

Beban pada Batas
Maksimum (Kg)

2500
2000
1500
1000
500
0
A

A

A

A

A

A

Sengon
Mindi
Kombinasi Tebal (cm)

Kombinasi Tebal
(a)

3000
2000
1000
0


30°

45°

60°

90°

Orientasi Sudut Lamina (°)
Sengon

Mindi

Orientasi Sudut Lamina
(b)

Gambar 7. Sebaran rata-rata beban pada batas maksimum panel CLT kayu sengon dan kayu
mindi menurut (a) kombinasi tebal dan (b) orientasi sudut lamina
Sebaran rata-rata beban pada batas maksimum panel CLT kayu mindi berdasarkan
kombinasi tebal, A2 (1697 kg) tidak berbeda nyata dengan panel CLT A3 (1741 kg) namun
berbeda nyata dengan panel CLT A1 (1511 kg). Menurut orientasi sudut lamina 300 (2016
kg) cenderung lebih tinggi dan berbeda nyata dengan beban pada batas maksimum orientasi
sudut lamina 600 (1757 kg ) dan 900 (1310 kg). Hal ini menunjukan bahwa adanya
kecenderungan penurunan beban pada batas maksimum ketika orientasi sudut lamina
diperbesar sehingga semakin besar orientasi sudut lamina semakin rendah nilai beban pada
batas maksimum.
Beban pada batas proporsional dan maksimum panel CLT kayu sengon dan kayu mindi
yang dihasilkan dipengaruhi oleh orientasi sudut lamina dan kombinasi tebal. Berdasarkan
nilai rata-rata beban pada batas proporsional (1613 kg) dan batas maksimum (1910 kg)
kayu sengon cenderung lebih tinggi dibandingkan rata-rata beban pada batas proporsional
(1353 kg) dan batas maksimum (1650 kg) kayu mindi. Hal tersebut dikarenakan rata-rata
kadar air panel CLT kayu sengon (12.60 %) lebih rendah dan rata-rata keteguhan tekan
(160 kg/cm2) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kadar air panel CLT kayu
mindi (15.44 %) dan rata-rata keteguhan tekan (133 kg/cm2) sehingga panel CLT kayu
sengon cenderung lebih kuat menahan beban pada batas proporsional dan maksimum.
Deformasi Aksial pada Batas Proposional
Deformasi aksial panel CLT pada batas proporsional panel CLT kayu sengon
tertinggi diperoleh dari panel A1B1 sebesar 1.84 mm dan terendah 1.06 mm pada panel CLT
A3B2. Sementara panel CLT kayu mindi deformasi aksial tertinggi diperoleh dari panel
CLT A3B5 yaitu sebesar 2.02 mm dan terendah panel CLT A2B1 dengan nilai 1.05 mm.
Pola sebaran rata-rata deformasi aksial pada batas proporsional panel CLT kayu sengon dan
kayu mindi dalam bentuk histogram disajikan pada Gambar 8.
Histogram pada Gambar 9 memperlihatkan bahwa kombinasi ketebalan panel CLT
kayu sengon A1 (1.46 mm) tidak berbeda nyata dengan panel CLT A3 (1.34 mm) namun

Deformasi Aksial pada Batas
Proporsional (mm)

panel tersebut berbeda nyata dengan panel CLT A2 (1.30 mm). Sebaran rata-rata deformasi
aksial pada batas proporsional panel CLT kayu sengon dan kayu mindi menurut (a)
kombinasi tebal dan (b) orientasi sudut lamina disajikan pada Gambar 9.
2.50

(1,52 mm)

(1,37 mm)

2.00
1.50



1.00

30°

0.50

45°
60°

0.00
A

A

A

A

A

Sengon

A

90°

Mindi

Kombinasi Ketebalan Panel CLT

Gambar 8. Pola sebaran rataan deformasi aksial pada batas proposional panel CLT kayu
sengon dan kayu mindi

2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
A

A

A

A

A

Sengon
Mindi
Kombinasi Tebal (cm)

Kombinasi Tebal
(a)

A

Deformasi Aksial pada Batas
Maksimum (mm)

Deformasi Aksial pada Batas
Proporsional (mm)

Deformasi aksial pada batas proporsional panel CLT kayu sengon berorientasi sudut
lamina 00 (1.52 mm) tidak berbeda nyata dengan deformasi aksial pada batas proporsional
panel CLT berorientasi sudut lamina 300 (1.55 mm). Sementara itu deformasi aksial pada
batas proporsional panel CLT berorientasi sudut lamina 300 berbeda nyata dengan
deformasi aksial pada batas proporsional panel CLT berorientasi sudut lamina 450 (1.17
mm) dan 900 (1.29 mm) tetapi tidak berbeda nyata dengan deformasi aksial pada batas
proporsional panel CLT berorientasi sudut lamina 600 (1.40 mm).
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00


30°

45°

60°

90°

Orientasi Sudut Lamina (°)
Sengon

Mindi

Orientasi Sudut Lamina
(b)

Gambar 9. Sebaran rata-rata deformasi aksial pada batas proporsional panel CLT kayu
sengon dan kayu mindi menurut (a) kombinasi tebal dan (b) orientasi sudut lamina

Sebaran rata-rata deformasi aksial pada batas proporsional panel CLT kayu mindi
orientasi sudut lamina 600 (1.61 mm) cenderung lebih tinggi dan tidak berbeda nyata
dengan deformasi aksial pada batas proporsional orientasi sudut lamina 450 (1.53 mm), 00
(1.52 mm), 300 (1.45 mm) dan 900 (1.35 mm). Hal ini menunjukan bahwa adanya
kecenderungan penurunan dan peningkatan nilai rata-rata deformasi aksial pada batas
proporsional ketika orientasi sudut lamina diperbesar.
Deformasi Aksial pada Batas Maksimum
Deformasi aksial pada batas maksimum panel CLT kayu sengon disajikan pada
Gambar 10 dimana beban tertinggi diperoleh dari panel A1B1 sebesar 2.06 mm dan terendah
pada panel A2B2 sebesar 1.50 mm. Selanjutnya deformasi aksial pada batas maksimum
panel CLT kayu mindi terendah diperoleh pada panel A1B4 sebesar 1.64 mm dan tertinggi
dari panel A2B3 sebesar 2.76 mm. Sebaran rataan deformasi aksial pada batas maksimum
panel CLT kayu sengon dan kayu mindi dalam bentuk histogram disajikan pada Gambar
10.
Deformasi Aksial pada Batas
maksimum (mm)

3.50

(2,08

3.00

(1,77

2.50



2.00

30°

1.50
45°

1.00

60°

0.50

90°

0.00
A

A

A

Sengon

A

A

A

Mindi

Kombinasi Ketebalan Panel CLT

Gambar 10. Pola sebaran rataan deformasi aksial pada batas maksimum panel CLT kayu
sengon dan kayu mindi
Berdasarkan kombinasi tebal panel CLT kayu sengon A1 (1.74 mm) tidak berbeda
nyata dengan panel CLT A3 (1.80 mm) namun berbeda nyata dengan panel CLT A2 (1.76
mm). Dan menurut orientasi sudut lamina panel CLT kayu sengon berorientasi sudut 00
(2.03 mm) tidak berbeda nyata dengan panel CLT orientasi sudut lamina 450 (1.82 mm).
Sementara itu deformasi aksial pada batas maksimum panel CLT berorientasi sudut lamina
450 berbeda nyata dengan deformasi aksial pada batas maksimum panel CLT berorientasi
sudut lamina 300 (1.61 mm) tetapi tidak berbeda nyata dengan deformasi aksial pada batas
maksimum panel CLT orientasi sudut lamina 600 (1.71 mm) dan 900 (1.68 mm). Sebaran
rata-rata deformasi aksial pada batas maksimum panel CLT kayu sengon dan kayu mindi
menurut (a) kombinasi tebal dan (b) orientasi sudut lamina dapat dilihat pada Gambar 11.

2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
A

A

A

A

A

Sengon
Mindi
Kombinasi Tebal (cm)

Kombinasi Tebal
(a)

A

Deformasi Aksial pada Batas
Maksimum (mm)

Deformasi Aksial pada Batas
Maksimum (mm)

2.50

2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00


30°

45°

60°

90°

Orientasi Sudut Lamina (°)
Sengon

Mindi

Orientasi Sudut Lamina
(b)

Gambar 11. Sebaran rata-rata deformasi aksial pada batas maksimum panel CLT kayu
sengon dan kayu mindi menurut (a) kombinasi tebal dan (b) orientasi sudut lamina
Sebaran rata-rata deformasi aksial pada batas maksimum panel CLT kayu mindi
orientasi sudut lamina 450 (2.24 mm) dan 900 (2.24 mm) cenderung lebih tinggi dan
berbeda nyata dengan panel CLT orientasi sudut lamina 600 (1.77 mm) namun tidak
berbeda nyata dengan deformasi aksial pada batas maksimum orientasi sudut lamina 300
(2.09 mm), dan 00 (2,06 mm). Hal ini menunjukan bahwa adanya kecenderungan penurunan
dan peningkatan nilai deformasi aksial pada batas maksimum ketika sudut lamina
diperbesar.
Deformasi aksial pada batas proporsional dan maksimum panel CLT kayu sengon
dan kayu mindi yang dihasilkan dipengaruhi oleh orientasi sudut lamina dan kombinasi
tebal. Berdasarkan nilai rata-rata deformasi aksial pada batas proporsional (1.37 mm) dan
maksimum (1.77 mm) panel CLT kayu sengon cenderung lebih rendah dibandingkan ratarata deformasi aksial pada batas proporsional (1.52 mm) dan maksimum (2.08 mm) panel
CLT kayu mindi. Hal tersebut diduga karena kadar air dan keteguhan tekan sejajar serat
yang berbeda sehingga nilai deformasi aksial panel CLT kayu mindi lebih tinggi pada batas
proporsional dan maksimum walaupun memiliki rata-rata kerapatan panel CLT kayu
sengon (0,32 g/cm3) cenderung sama dengan rata-rata kerapatan panel CLT kayu mindi
(0.34 g/cm3).
Kayu tropis atau kayu daun lebar memiliki struktur anatomi lebih kompleks
dibandingkan kayu daun jarum yang lebih homogen. Dengan struktur seperti ini kayu daun
lebar (hardwood) diduga memiliki kekuatan dan kekakuan lebih tinggi dibandingkan kayu
daun jarum (softwood) pada tingkat kerapatan kayu yang sama. Secara genetik kayu yang
tumbuh di daerah tropis lebih beragam sehingga rentang variasi sifat fisis, mekanis dan
struktur anatominya sangat tinggi (Sadiyo 2012) .

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rataan beban pada batas proporsional (1613 kg) dan batas maksimum (1910 kg) panel
Cross Laminated Timber kayu sengon cenderung lebih tinggi dibandingkan rata-rata beban pada
batas proporsional (1353 kg) dan batas maksimum (1650 kg) panel Cross Laminated Timber kayu
mindi.
Rataan deformasi aksial pada batas proporsional (1.37 mm) dan maksimum (1.77 mm)
panel Cross Laminated Timber kayu sengon cenderung lebih rendah dibandingkan rata-rata
deformasi aksial pada batas proporsional (1.52 mm) dan maksimum (2.08 mm) panel Cross
Laminated Timber kayu mindi.
Terdapat kecenderungan beban pada batas proporsional dan maksimum panel Cross
Laminated Timber kayu sengon maupun kayu mindi semakin menurun dengan meningkatnya sudut
orientasi lamina. Sebaliknya sebaran deformasi aksial panel Cross Laminated Timber kayu sengon
dan kayu mindi baik pada batas proporsional maupun batas maksimum cenderung bersifat acak.

Saran
Perlu dilanjutkan penelitian ini pada beban lentur agar dapat dibandingkan hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini R. 2012. Karakteristik Cross Laminated Timber Kayu Jabon Berdasarkan
Ketebalan dan Orientasi Sudut Lamina. [tesis]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Apriliana F. 2012. Pengaruh Kombinasi Tebal Dan Orientasi Sudut Lamina Terhadap
Karakteristik Cross Laminated Timber Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria L.
Nielsen). [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Associates H. 2010. Cross Laminated Timber. B & K Timber Structures A Trading
Division of B & K Steelwork Fabrications Limited.
Breyer DE, Fridley KJ, Pollock DG, Cobeen KE. 2003. Design of Wood Structures-ASD.
5th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Faherty KF and Williamson TG. 1989. Wood Engineering and Construction Handbook.
McGraw-Hill Publishing Company. New York.
Haygreen JG dan Bowyer JL. 1986. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar
Terjemahan Hadikusumo, SA dan Prawirohatmodjo S. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Haygreen JG, Bowyer JL. 1993. Forest Product and Wood Science, An Introduction. Iowa
State University Press. Ames, Iowa.
Kelly MW, 1977. Critical Literature Review of Relationship Between Processing
Parameters and Physical Properties of Particelboard. General Technical Report FLL10.
Mardikanto TR, Karlinasari L, Bahtiar ET. 2011. Sifat Mekanis Kayu. Bogor: IPB Press.

Pandit I K N dan Kurniawan D. 2008. Struktur Kayu, Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku Dan
Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Praptoyo H. 2010. Sifat Anatomi dan Sifat Fisika Kayu Mindi (Melia azedarach Linn) dari
Hutan Rakyat di Yogyakarta. Dalam Jurnal Ilmu Kehutanan vol IV No 1 : 21-27.
Rachmad S. 2013. Sifat Fisik dan Mekanik Papan Laminasi Silang Kayu Mindi (Melia
azedarach L) Menggunakan Perekat Isosianat. [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Sadiyo S, Nugroho N, Massijaya YM, Anggraeni R. 2011. Analisis Sesaran Batas
Proporsional dan Maksimum Sambungan Geser Ganda Batang Kayu dengan Paku
Majemuk Berpelat Sisi Baja Akibat Beban Uni-Aksial Tekan. [Jurnal Ilmu dan
Teknologi Hasil Hutan]. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sadiyo S, Nugroho N, Massijaya YM, Anggraeni R. 2012. Pengaruh Kombinasi Ketebalan
dan Orientasi Sudut Lamina Terhadap Karakteristik Cross Laminated Timber
Beberapa Jenis Kayu Indonesia. [Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan]. Bogor :
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Setyawati D,Hadi YS, Massijaya MY, Nugroho N. 2008. Karakteristik Papan Komposit
dari Serat Sabut Kelapa dan Plastik Polipropilena Daur Ulang Berlapis Anyaman
Bambu. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan. Volume 1. No. 1. Bogor.
Suryokusumo,S., S.Sadiyo., Marzufli., A.A.Bismo and A.Ch.Setyo.1980. Sistim
Keteknikan Kayu. Studi Sambungan Gang Nail dan Sambungan Paku. Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tular dan Idris. 1981. Sekilas Mengenai Struktur Bangunan Kayu di Indonesia. Proceeding
Lokakarya Standarisasi Kayu Bangunan. Departemen Hasil Hutan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Yap FKH. 1999. Konstruksi Kayu. Jakarta : CV. Trimitra Mandiri.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh pengolahan data untuk panel CLT kayu sengon (A3B3U3)
1800

1800

1600

1600

1400

y = 933,59x + 36,207 (Pers.1)
R² = 0,99

1400

1200

1200

1000

1000

800
600

800

400

600

200

400

0

200
0.00

1.00

2.00

3.00

4.00
0
0.00

1800

0.50

1.00

1.50

2.00

1650

y = -469,57x2 + 1990,8x - 523,23 (Pers.2)
R² = 0,9999
1600

y = 331,31x + 932,87 (Pers.3)
R² = 0,9622

1600

1400
1200

1550

1000
800

1500

600
400

1450

200
1400

0
0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

0.00

1.00

2.00

3.00

y = 933,59x + 36,207 = -469,57x2 + 1990,8x - 523,23 = 331,31x + 932,87
Deformasi
Beban (Kg) menurut Deformasi
Beban (Kg) menurut
aksial (mm) Pers.1
aksial
(mm)
Pers.2
Pers.2
Pers.3
1,22 1175,187
1206,638
1,52 1417,891
1436,461
1,23 1184,523
1215,042
1,53 1423,478
1439,774
1,24 1193,859
1223,351
1,54 1428,970
1443,087
1,25 1203,195
1231,567
1,55 1434,368
1446,401
1,26 1212,530
1239,689
1,56 1439,672
1449,714
1,27 1221,866
1247,717
1,57 1444,883
1453,027
1,28 1231,202
1255,651
1,58 1449,999
1456,340
1,29 1240,538
1263,491
1,59 1455,022
1459,653
1,30 1249,874
1271,237
1,60 1459,951
1462,966
1,31 1259,210
1278,889
1,61 1464,786
1466,279
1,32 1268,546
1286,447
1,62 1469,526
1469,592
1,33 1277,882
1293,912
1,63 1474,173
1472,905
1,34 1287,218
1301,282
1,64 1478,727
1476,218
1,35 1296,554
1308,559
1,65 1483,186
1479,532
1,36 1305,889
1315,741
1,66 1487,551
1482,845
1,37 1315,225
1322,830
1,67 1491,822
1486,158
1,38 1324,561
1329,825
1,68 1496,000
1489,471
1,39 1333,897
1336,726
1,69 1500,083
1492,784
1,40 1343,233
1343,533
1,70 1504,073
1496,097
1,41 1352,569
1350,246
1,42 1361,905
1356,865
1,43 1371,241
1363,390
1,44 1380,577
1369,822
1,45 1389,913
1376,159

Lampiran 2. Contoh rekapitulasi data rataan beban pada batas proporsional (Kg)
Jenis kayu
Sengon

Mindi

Sudut B
Tebal
A
A
A
A
A
A

1962
1883
1782
1865
1401
1748

B

B3

1323
1747
1326
1273
1320
1462

1400
1819
1900
1150
1515
1610

B4

B5

1361
1638
1650
1012
1051
1178

1078
1701
1624
967
1528
1216

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jayapura pada tanggal 28 Februari 1989 sebagai anak ketiga dari
enam bersaudara pasangan Demianus Hindom dan Frederika Nasima. Pada tahun 2007
penulis lulus dari SMU NEGERI 1 FAKFAK dan pada tahun yang sama lulus seleksi
masuk IPB melalui jalur beasiswa utusan daerah (BUD). Penulis memilih Program Studi
Teknologi Hasil Hutan pada bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Departemen
Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB Bogor.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan, antara
lain persekutuan fakultas kehutanan sebagai sekretaris pada tahun 2009-2010 dan berbagai
kepanitiaan kegiatan di kampus IPB serta diluar kampus IPB
Penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang, antara lain Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2010 di Pangandaran-Ciamis, Jawa Barat
dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2011 di Gunung Walat, Sukabumi.
Penulis juga telah melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PD Wijaya Kayu pada
tahun 2013 di Ciampea-Bogor, Jawa Barat.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi
dengan judul Analisis Deformasi Aksial Pada Batas Proporsional dan Batas Maksimum
Panel Cross Laminated Timber Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielsen) dan
Kayu Mindi (Melia azedarach Linn) yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo,
MS.