Study of the Composition, Protein Fractionation and Antimicrobial Activity in Sumba Mare’s Milk Against Causative Agent of Subclinical Mastitis.

KAJIAN KOMPOSISI, FRAKSINASI PROTEIN DAN
AKTIVITAS ANTIMIKROBA SUSU KUDA SUMBA
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB MASTITIS SUBKLINIS

ANNYTHA INA ROHI DETHA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Kajian Komposisi,
Fraksinasi Protein dan Aktivitas Antimikroba Susu Kuda Sumba Terhadap
Bakteri Penyebab Mastitis Subklinis adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014
Annytha Ina Rohi Detha
NIM B261100011

RINGKASAN
ANNYTHA INA ROHI DETHA. Kajian Komposisi, Fraksinasi Protein dan
Aktivitas Antimikroba Susu Kuda Sumba Terhadap Bakteri Penyebab Mastitis
Subklinis. Dibimbing oleh MIRNAWATI SUDARWANTO, HADRI LATIF dan
FRANS UMBU DATTA.
Susu kuda telah lama dimanfaatkan sebagai minuman kesehatan karena
memiliki efek terapeutik pada berbagai penyakit. Di Indonesia pemanfaatan susu
kuda juga telah dilakukan oleh masyarakat Sumbawa bahkan dalam skala industri.
Sejumlah penelitian menyebutkan susu kuda sumbawa memiliki kemampuan
antimikroba terhadap beberapa jenis bakteri patogen. Kuda sumba merupakan
kuda asli Indonesia, memiliki jumlah populasi yang tinggi. Kuda sumba memiliki
kesamaan jenis dan keturunan dengan kuda sumbawa. Data statistik menyebutkan
populasi kuda sumba hampir mencapai seperdelapan dari total populasi kuda yang
ada di Indonesia. Keberadaan kuda sumba di wilayah Sumba umumnya berkaitan

erat dengan kegiatan kebudayaan dan dipergunakan sebagai alat transportasi,
pertanian dan hewan pacu, namun belum pernah dilakukan pemanfaataan terhadap
susu kuda. Antimikroba yang terdapat dalam susu kuda dapat diaplikasikan pada
beberapa jenis penyakit diantaranya mastitis subklinis. Kejadian mastitis subklinis
sangat tinggi pada sapi perah di Indonesia, hal ini sangat merugikan peternak
karena dapat menyebabkan penurunan produksi susu. Keberadaan antimikroba
yang ada dalam susu kuda sumba diharapkan dapat menjadi alternatif pencegahan
mastitis subklinis pada sapi perah.
Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi pengembangan susu kuda sumba
berdasarkan kondisi wilayah, sistem pemeliharaan dan pengalaman empirik
masyarakat Sumba terhadap susu kuda; menganalisa komposisi kadar protein,
lemak, laktosa dan total padatan susu kuda sumba; fraksinasi dan isolasi senyawa
antimikroba dalam protein whey; dan mengidentifikasi kemampuan antimikroba
senyawa dalam protein whey terhadap beberapa bakteri patogen penyebab mastitis
subklinis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi
pemanfaatan susu kuda sumba; komposisi nutrisi susu kuda sumba yang dapat
dimanfaatkan sebagai pangan yang bernilai gizi baik; dan keberadaan aktivitas
antimikroba susu kuda sumba sebagai agen terapeutik dalam pencegahan penyakit
mastitis subklinis.
Penelitian dilakukan melalui dalam 4 tahapan. Tahap pertama yaitu

observasi lapangan tentang kondisi wilayah di Sumba, sistem pemeliharaan kuda
dan pengalaman empirik masyarakat tentang khasiat susu kuda sumba. Tahap
kedua berupa analisa komposisi kimiawi susu kuda sumba dilakukan melalui
pengujian kadar protein susu menggunakan metode Kjeldahl, kadar lemak susu
menggunakan metode Gerber, metode analisa kadar laktosa dan kadar total
padatan. Tahap ketiga dilakukan dengan memfraksinasi protein whey
menggunakan metode high perfomance liquid chromatography (HPLC) dan
isolasi senyawa dalam protein whey menggunakan kolom alumina basa. Tahap
keempat yaitu mengidentifikasi aktivitas antimikroba dari senyawa dalam protein
whey melalui pengujian suseptibilitas terhadap bakteri penyebab mastitis subklinis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi alam wilayah Sumba, sistem
pemeliharaan kuda sumba dan populasi kuda sumba menjadi indikator penting

perlu dilakukannya pengembangan dalam pemanfaatan susu kuda sebagai pangan
asal hewan yang bernilai gizi baik. Usaha penyediaan susu kuda sumba dapat
menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Hasil analisa komposisi nutrisi susu
kuda diperoleh nilai rataan kadar protein sebesar 1.82%, kadar lemak 1.67%,
kadar laktosa 6.48% dan kadar total padatan sebesar 11.37%. Pengujian kadar
protein dan lemak susu berdasarkan masa laktasi mengalami penurunan secara
signifikan pada bulan ke-5. Fraksinasi protein whey susu kuda menggunakan

HPLC, ditemukan adanya enam peak utama yang muncul pada kromatogram
secara berurutan dengan tingkat kepolaran dan waktu retensi yang berbeda-beda.
Hasil identifikasi senyawa antimikroba menggunakan uji suseptibilitas diketahui
bahwa senyawa dalam protein whey, memiliki kemampuan antimikroba yang
tinggi terhadap pertumbuhan bakteri S. agalactiae dan S pyogenes. Kemampuan
antimikroba tertinggi berasal dari fraksi 3, yaitu senyawa dalam protein whey
yang larut dalam aseton. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan susu kuda sumba berpotensi untuk dikembangkan di wilayah Sumba;
susu kuda memiliki nilai gizi seimbang; dan senyawa dalam protein whey
memiliki kemampuan antimikroba terhadap bakteri penyebab mastitis subklinis
secara in vitro.
Kata kunci: sumba, susu kuda, fraksinasi, antimikroba

SUMMARY
ANNYTHA INA ROHI DETHA. Study of the Composition, Protein
Fractionation and Antimicrobial Activity in Sumba Mare’s Milk Against
Causative Agent of Subclinical Mastitis. Under the supervision of MIRNAWATI
SUDARWANTO, HADRI LATIF and FRANS UMBU DATTA.
Mare's milk has long been used as a health drink and has a therapeutic effect.
In Indonesia, Sumbawa mare’s milk has been used as a nutritious drink and has an

antimicrobial effect against some pathogenic bacteria. Sumba horses is the
original horse in Indonesia, has a high number of population. Sumba horse has
some similarities with the sumbawa horse. According to statistics, the population
of sumba horses reach one-eighth of the total population of horses in Indonesia.
Sumba horses typically used in cultural ceremonies, transportation equipment,
agricultural equipment, and horserace, but sumba mare’s milk have not been
utilized. Antimicrobials in mare’s milk can be applied to several types of disease
including subclinical mastitis. Incidence of subclinical mastitis in Indonesia is
high; it is very detrimental to farmers for causing a decrease milk production.
The aim of this study to assess the potential of utilization of sumba mare’s
milk associated with horse care system maintenance, the condition of the area and
population of sumba horse; to determine the composition of sumba mare’s milk;
to identify and fractionate antimicrobial activity against causative agent of
subclinical mastitis.
The study was conducted through field observation and collection of data
about the population of horses, horse care system maintenance and the empirical
experience on the use of sumba horse milk. Determination of the chemical
compositions of sumba mare's milk have done through to analyze protein content
using the Kjeldahl method, fat content using Gerber method, lactose content and
the total solids content. Identification of antimicrobial compounds of whey

proteins in milk using high performance liquid chromatography (HPLC) method.
Antimicrobial compounds isolation of whey protein was fractionate using alkaline
alumina column. Determination of antimicrobial activity of protein fraction
through susceptibility test against causative agent of subclinical mastitis which
have been isolated and confirmed from dairy farms in the area of Bogor.
The results showed that maintenance system and horse population in large
numbers on the island of Sumba, be an indication of the utilization of mares milk
as a nutritious food source. Sumba mare’s milk can also be a new revenue source
as a food that improves the economy of the community. Based on the observation,
it can be conclude that sumba horse has a great potential in producing mares milk.
The average of sumba mare’s milk contained protein, fat, lactose and total solids
in respectively 1.82%, 1.67%, 6.48% and 11.37%. Identification of antimicrobial
compounds using HPLC method, there are six main peaks with different polarities
and retention times. Fractionation results of six fractions with different polarity
levels were tested of antimicrobial activity against causative agent of subclinical
mastitis (Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae and
Streptococcus pyogenes). The third fraction of whey protein compound which
soluble in acetone has inhibition activity on the growth of bacteria S. agalactiae
and S. pyogenes. The conclusions of present study showed that utilize of sumba


mare’s milk have the potential to be developed on the Sumba area; sumba mare’s
milk has nutritional value, namely protein, fat, lactose, and total solid were
balanced and compounds in whey protein has antimicrobial activity against
causative agent of subclinical mastitis.
Keyword: sumba, mare’s milk, fractionation, antimicrobial

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KAJIAN KOMPOSISI, FRAKSINASI PROTEIN DAN
AKTIVITAS ANTIMIKROBA SUSU KUDA SUMBA
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB MASTITIS SUBKLINIS


ANNYTHA INA ROHI DETHA

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji pada Ujian Tertutup: Prof Dr drh Agatha Winny Sanjaya, MS
Dr drh Hera Maheshwari, MSc

Penguji pada Ujian Terbuka: Prof Dr drh I Wayan Teguh Wibawan, MS
Dr drh Hardiman, MM

Judul Disertasi


Nama
NIM

: Kajian Komposisi, Fraksinasi Protein dan Aktivitas
Antimikroba Susu Kuda Sumba Terhadap Bakteri
Penyebab Mastitis Subklinis
: Annytha Ina Rohi Detha
: B261100011

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr drh Mirnawati Sudarwanto
Ketua

Dr drh Hadri Latif, MSi
Anggota

Prof Ir Frans U Datta, MAppSc, PhD

Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Veteriner

Dekan Pascasarjana

Dr drh Denny Widaya Lukman, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian

Tanggal Lulus

Judul Diseltasi

Nama
NIM


Kajian Komposisi, Fraksinasi Protein dan Aktivitas
Antimikroba Susu Kuda Sumba Terhadap Bakteri
Penyebab Mastitis Subklinis
Annytha Ina Rohi Detha
B261100011

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr drh Mimawati Sudarwanto
Ketua

Prof Ir Frans U Datta, MAppSc, PhD
Anggota

. Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Veteriner

Dr drh Denny Widaya Lukrnan, MSi

Tanggal Ujian

17 JAN 2014

Tanggal Lulus

PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Agung dan Mulia atas kasihNya
sehingga disertasi berjudul “Kajian Komposisi, Fraksinasi Protein dan Aktivitas
Antimikroba Susu Kuda Sumba Terhadap Bakteri Penyebab Mastitis Subklinis”
dapat disusun dan diselesaikan. Disertasi ini memuat topik yang merupakan kajian
mengenai pemanfaatan, komposisi dan kemampuan antimikroba protein whey
susu kuda sumba. Disertasi ini menghasilkan tiga artikel yang diterbitkan pada
tiga jurnal. Naskah pertama yang berjudul Identifikasi Kandungan Protein dan
Potensi Pemanfaatan Susu Kuda Sumba di Pulau Sumba, telah dipublikasikan
pada Jurnal Flobamora Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Vol 8(4):250259 tahun 2013 (ISSN:0216-2741). Naskah kedua yang berjudul “Kajian
Komposisi Kimiawi dan Fraksinasi Protein Susu Kuda Sumba” telah diterima di
Jurnal Veteriner dan dipublikasikan pada edisi September Volume 15 tahun 2014
(ISSN:1411-8327). Naskah ketiga yang berjudul “Fractionation and Identification
Antimicrobial Activity of Sumba Mare’s Milk Protein Against Subclinical Mastitis
Bacteria in Dairy Cattle” telah dipublikasikan pada Global Veterinaria 11(5):674680 tahun 2013 (ISSN:1992-6197).
Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sangat
besar dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat Ketua
Komisi Pembimbing Prof Dr drh Mirnawati Sudarwanto, atas bimbingan, arahan,
motivasi, dan semangat yang diberikan kepada penulis selama pendidikan hingga
penyelesaian studi. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis
sampaikan kepada Dr drh Hadri Latif, MSi dan Prof Ir Frans Umbu Datta,
MAppSc, PhD atas segala bimbingan, arahan dan masukan perencanaan dan
berlangsungnya penelitian hingga penyelesaian disertasi ini. Jasa dan kebaikan
dari komisi pembimbing kepada penulis sungguh sangat berharga dan tidak akan
dilupakan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Penguji Luar Komisi
pada Ujian Tertutup, yang terhormat Prof Dr drh Agatha Winny Sanjaya, MS dan
Dr drh Hera Maheshwari, MSc; dan kepada Penguji Luar Komisi pada Ujian
Terbuka, yang terhormat Prof Dr drh I Wayan Teguh Wibawan, MS dan Dr drh
Hardiman, MM. Pertanyaan, saran, kritik, serta koreksinya sangat berharga dalam
menyempurnakan disertasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Ir Frans Umbu Datta,
MAppSc, PhD selaku Rektor Universitas Nusa Cendana, Dekan Fakultas
Kedokteran Hewan drh Max U E Sanam, MSc dan Ketua Program Studi
Kedokteran Hewan (2010-2013) drh Diana A Wuri, MSi yang memberikan
kesempatan bagi penulis untuk mengikuti program doktor. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Dr drh Denny Widaya
Lukman, MSi selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner
beserta seluruh staf pengajar, staf administrasi Agus Haryanto, SE dan Pak
Yuhendra, laboran di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan IPB yang telah banyak menolong penulis selama penelitian.
Penulis juga mengucapkan terimaksih kepada drh Puji Rahayu, PhD, dan seluruh
staf Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan, Bogor atas bantuan selama
penelitian berlangsung. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

peternak kuda di wilayah Sumba, seluruh staf Dinas Peternakan Sumba Tengah
dan Sumba Timur yang telah membantu dalam pengambilan sampel susu kuda.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada rekan seangkatan (Rismayani
Saridewi, Mazdani Daulay, Ferry Maitindom, Rahmat Setya Adji, Heri Yulianto),
rekan-rekan dari Nusa Tenggara Timur yang sedang menempuh pendidikan di
IPB (Flobamora Pasca IPB), dan berbagai pihak yang membantu penyelesaian
studi penulis. Akhirnya, penulis ucapkan terima kasih disampaikan kepada
keluarga terkasih, papa, mama, kakak-kakak, adik, seluruh keluarga besar Detha
dan keluarga besar Kondanglimu. Kepada suami tercinta dan anak terkasih,
penulis ucapkan terima kasih banyak atas kasih sayang, pengorbanan dan
kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi.
Disertasi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun dan menyempurnakan disertasi ini sangat penulis harapkan.
Semoga disertasi ini bermanfaat, khususnya di bidang Kesehatan Masyarakat
Veteriner.

Bogor, Januari 2014
Annytha Ina Rohi Detha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

1 PENDAHULUAN
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
3
4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kuda Sumba
Populasi kuda
Sintesis dan Laktogenesis kuda
Komposisi Susu Kuda
Protein Susu Kuda

5
5
6
7
10
11

3 METODE
Waktu dan Tempat
Tahapan Penelitian

16
16
16

4 POTENSI PEMANFAATAN SUSU KUDA SUMBA
Abstract
Abstrak
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

17
17
17
18
18
19
22

5 KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA
Abstract
Abstrak
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

23
23
23
23
24
26
28

6 FRAKSINASI DAN ISOLASI PROTEIN WHEY SUSU KUDA SUMBA
Abstract
Abstrak
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

29
29
29
29
30
31
33

DAFTAR ISI (lanjutan)
7 PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI PROTEIN WHEY
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB MASTITIS SUBKLINIS
Abstract
Abstrak
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

34
34
34
34
35
37
39

8 PEMBAHASAN UMUM

40

9 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

42
42
42

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

43
48
66

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jumlah populasi kuda di Provinsi NTT dan Nasional
Populasi ternak di Pulau Sumba NTT tahun 2009
Komposisi susu manusia dan beberapa spesies hewan
Perbandingan senyawa protein utama dari susu kuda, manusia dan sapi
Konsentrasi protein whey pada susu kuda, manusia dan sapi
Komposisi protein, lemak, laktosa dan total padatan susu kuda sumba

2
2
2
2
2
2

DAFTAR GAMBAR
1. Alveoli dan sistem duktus kelenjar ambing.
2. Sistem pemeliharaan kuda sumba secara ekstensif.
3. Kandang penampung kuda.
4. Pengambilan sampel di kandang penampung.
5. Teknik pengambilan sampel susu kuda sumba.
6. Perbandingan komposisi kadar lemak dan protein susu kuda sumba
7. Proses isolasi sampel menggunakan alumina basa
8. Kromatogram protein whey susu kuda sumba menggunakan HPLC
9. Tahap pengujian suseptibilitas antimikroba susu kuda sumba
10. Kemampuan antimikroba fraksi dan kontrol antibiotika
11. Kemampuan antimikroba fraksi dan kontrol laktoferin

2
2
20
2
2
2
2
2
2
2
2

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Publikasi jurnal internasional
Surat keterangan telah diterima oleh jurnal nasional
Ekstraksi whey untuk proses fraksinasi
Kromatogram whey susu kuda sumba
Surat ijin penelitian
Hasil pengujian suseptibilitas antimikroba susu kuda sumba terhadap
bakteri penyebab mastitis subklinis
7. Peta wilayah penelitian (Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Tengah)
8. Jumlah populasi ternak sapi, kerbau dan kuda per kecamatan Kabupaten
Sumba Timur tahun 2009
9. Jumlah populasi ternak kuda per kecamatan Kabupaten Sumba Tengah
tahun 2009

48
55
56
57
58
61
63
64
65

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu merupakan pangan asal hewan yang memiliki komposisi nutrisi yang
lengkap dan bernilai gizi tinggi. Susu yang baik adalah susu yang berasal dari
ambing yang sehat tanpa ditambah atau dikurangi zat apapun kecuali pendinginan
serta diperoleh dengan cara yang baik dan benar. Secara umum susu dikenal
sebagai makanan yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia karena
memiliki komponen aktif yang dapat bertindak langsung sebagai agen pencegahan
dan terapeutik untuk beberapa penyakit menular.
Komposisi makronutrien dalam susu yang terdiri dari protein, lemak dan
karbohidrat, membantu proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Lemak
susu merupakan sumber energi, sebagai bahan pembakar dan mengandung
vitamin larut lemak. Protein dalam susu memiliki kualitas gizi yang baik karena
susunan asam amino esensial yang relatif lengkap dan karbohidrat berupa laktosa
yang membantu dalam perkembangan sel otak dan sumber energi. Sejumlah
mikronutrien seperti mineral dan vitamin penting juga tersedia dalam susu dan
berperan sebagai biokatalis dalam banyak alur metabolik. Kalsium dan fosfor
dalam susu penting untuk pertumbuhan tulang secara optimal. Susu juga
mengandung senyawa bioaktif yang memberikan kontribusi sebagai antioksidan,
peptida bioaktif atau asam linoleat terkonjugasi yang juga memengaruhi kesehatan
manusia secara positif (Lucas et al. 2005).
Selain susu sapi dan susu kambing yang telah banyak dikembangkan, susu
kuda juga telah dimanfaatkan sebagai hasil peternakan yang bernilai gizi baik.
Susu kuda memiliki komposisi lemak, protein, garam anorganik yang lebih rendah
dibandingkan dengan susu sapi, tapi memiliki kadar laktosa yang tinggi
(Uniacke-Lowe et al. 2010). Susu kuda juga telah dipelajari sebagai makanan
yang penting bagi kesehatan manusia karena memiliki kadar lemak rendah yang
baik untuk kesehatan (Pikul dan Wójtowski 2008). Susu kuda telah dikenal sejak
lama sebagai minuman tradisional terutama di daerah Mongolia dan Uni Soviet
bagian selatan seperti Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Tajikistan karena dianggap
memiliki kesamaan dengan susu manusia dan memiliki efek terapeutis untuk
berbagai penyakit (Ørskov 1995; Foekel et al. 2009; Markiewiz-Ke’szycka et al.
2013). Salah satu hasil olahan susu kuda yang difermentasi, yang dikenal dengan
nama Kousmiss, telah digunakan sebagai terapi untuk penderita gangguan
pencernaan dan penyakit kardiovaskuler (Bornaz et al. 2010; Levy 1998). Alasan
historis ini menyebabkan susu kuda telah menjadi bahan makanan yang penting
saat ini di Eropa khususnya di Italia, Jerman, Perancis, Hungaria dan Belanda,
bahkan sekarang susu kuda telah diproduksi dalam skala industri (Malacarne et al.
2002; Uniacke-Lowe et al. 2010).
Pemanfaatan susu kuda sebagai pengganti susu sapi telah banyak digunakan
di Itali untuk anak-anak yang mengalami masalah alergi terhadap susu sapi
(Businco et. al. 2000). Masalah alergi pada susu sapi dihubungkan dengan adanya
senyawa alergen yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Senyawa dalam kasein
dan -lactoglobulin merupakan alergen yang paling umum ada pada susu sapi
(Uniacke-Lowe et al. 2010). Beberapa studi menyebutkan pemanfaatan susu

2
selain susu sapi, diantaranya susu kuda, dapat menjadi alternatif dalam kasus
alergi terhadap susu sapi karena dianggap bersifat hypoallergenic (El-Agamy
2007). Susu kuda juga memiliki daya kecernaan yang tinggi dan kaya akan nutrisi
esensial sehingga cocok untuk makanan bayi dan sebagai makanan pengganti
yang baik bagi penderita alergi susu sapi (Lara-Villoslada et al. 2005; Tidona et
al. 2011). Pada susu kuda perbandingan whey dan kasein adalah 1:1.1 (Malacarne
et al. 2002).
Protein susu dengan asam amino esensial yang relatif lengkap, mengandung
dua komponen utama yaitu kasein dan whey (Ebringer et al. 2008). Rasio protein
whey dan kasein susu kuda lebih mirip dengan susu manusia. Komponen whey
susu yang terdiri dari imunoglobulin, lisosim, laktoferin, -lactoglobulin dan
α-lactalbumin diketahui berperan sebagai antimikroba dan imunomodulator untuk
bayi dan orang dewasa (Lo’pez et al. 2006; Uniacke-Lowe et al. 2010;
Markiewicz-Ke’szycka et al. 2013). Aktivitas antimikroba inilah yang
menyebabkan susu dari beberapa jenis ternak mampu bertahan terhadap beberapa
bakteri pembusuk dan memiliki waktu simpan yang lebih lama (Naidu 2002).
Di Indonesia pemanfaatan susu kuda telah lama dilakukan oleh masyarakat
Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Susu kuda sumbawa dapat disimpan pada suhu
kamar sampai beberapa bulan karena terjadi proses fermentasi. Kajian tentang
susu kuda di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Potensi
penyembuhan terhadap penyakit TBC dari susu kuda sumbawa telah diteliti oleh
Rijatmoko (2003) dan Pana (2004) yaitu aktivitas antimikroba terhadap
Mycobacterium tuberculosis. Hasil penelitian Pana (2004) menunjukkan bahwa
kemampuan susu kuda sumbawa terfermentasi alami dan fermentasi buatan
mempunyai potensi daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri M. tuberculosis
secara in vitro yang lebih baik dibandingkan susu kuda segar. Penelitian
Rijatmiko (2003) juga menunjukkan bahwa susu kuda mempunyai kemampuan
menghambat pertumbuhan M. tuberculosis baik terhadap isolat standar maupun
isolat klinis yang diperoleh dari penderita tuberculosis. Dalam bentuk susu
fermentasi, daya hambat susu kuda terhadap pertumbuhan M. tuberculosis
cenderung meningkat.
Penelitian yang telah dilakukan Hermawati et al. (2004) menunjukkan
bahwa susu kuda sumbawa memiliki kemampuan sebagai antimikroba terhadap 9
jenis bakteri patogen perusak pangan. Bakteri Gram positif lebih peka terhadap
aktivitas antimikroba susu kuda sumbawa. Luas hambatan bakteri Gram positif
berkisar 210-387.9 mm2 dan pada bakteri Gram negatif berkisar 115.4-287.5 mm2,
kecuali bakteri V. cholera (Gram negatif) yang memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap susu kuda sumbawa dengan luas hambatan 462.1 mm2. Hasil penelitian
ini menyimpulkan susu kuda sumbawa mempunyai spektrum yang luas. Khasiat
susu kuda sumbawa juga telah dibuktikan oleh penelitian Makmun dan Purwanta
(2008) yang menunjukkan bahwa kolostrum susu kuda sumbawa memiliki daya
antimikroba terhadap Bacillus anthracis secara in vitro.
Potensi antimikroba melalui identifikasi fraksi dalam proses fraksinasi
protein whey susu menjadi hal yang penting untuk diteliti. Adanya kemampuan
antimikroba pada susu kuda berpotensi untuk diaplikasikan sebagai agen
terapeutik penyakit diantaranya mastitis subklinis. Penyakit radang ambing atau
mastitis merupakan masalah utama dalam peternakan sapi perah, namun pada
ternak kuda, mastitis bukan merupakan penggangu seperti yang terjadi pada sapi

3
perah (Doreau et al. 2002). Kejadian mastitis subklinis pada sapi perah di
Indonesia berkisar 80-97%, (Estuningsih 2002; Sudarwanto dan Sudarnika 2008).
Kondisi ini sangat merugikan karena menyebabkan penurunan produksi dan
kualitas susu, penyingkiran susu, biaya perawatan dan pengobatan yang tinggi,
serta pengafkiran ternak lebih awal. Permasalahan yang sering muncul saat ini
adalah pengobatan mastitis dengan antibiotika seringkali menimbulkan resistensi
sehingga kemampuan antimikroba yang ada dalam susu kuda diharapkan dapat
menjadi alternatif pencegahan mastitis subklinis pada sapi perah.
Di seluruh wilayah Indonesia terdapat beberapa jenis kuda lokal yang
tersebar hampir di setiap daerah dan memiliki karakteristik tersendiri diantaranya
kuda sumba, kuda timor, kuda batak, kuda jawa, kuda padang, kuda makasar,
kuda flores dan kuda bima (Edward 1994; Soehardjono 1990). Kuda sumba
merupakan kuda asli Indonesia yang berada di Pulau Sumba, Nusa Tenggara
Timur (NTT). Kuda sumba memiliki beberapa persamaan dengan kuda sumbawa.
Menurut Pickeral (2004), kuda sumba dan sumbawa adalah jenis kuda poni yang
memiliki silsilah yang sama. Kedua kuda ini berasal dari keturunan kuda purba,
kuda cina dan kuda mongolia. Kuda sumba yang berada di Pulau Sumba, Nusa
Tenggara Timur, umumnya dipelihara secara konvensional. Data statistik
menyebutkan bahwa seperempat populasi kuda nasional berada di NTT dan
setengah dari populasi kuda di NTT berada di Pulau Sumba (BPS 2012). Hal ini
berarti hampir seperdelapan dari total populasi kuda nasional berada di wilayah
Sumba.
Penelitian tentang kandungan nutrisi dan kajian antimikroba yang terdapat
dalam susu kuda sumba, sampai saat ini belum pernah dilakukan. Potensi
pemanfaatan susu kuda sumba yang didukung jumlah populasi kuda yang tinggi,
menjadi hal yang menarik untuk diteliti khususnya terhadap kemampuan
antimikroba yang terdapat pada susu kuda sumba. Keberadaan antimikroba secara
umum pada susu kuda sumba diharapkan dapat diaplikasikan dalam pencegahan
penyakit mastitis subklinis dan dapat mendorong pemanfaatan susu kuda di Pulau
Sumba.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi pengembangan susu kuda sumba
berdasarkan kondisi wilayah, sistem pemeliharaan dan pengalaman empirik
masyarakat tentang susu kuda yang ada di Pulau Sumba; menganalisa komposisi
kadar protein, lemak, laktosa dan total padatan susu kuda sumba; memfraksinasi
protein whey dan mengisolasi senyawa antimikroba dalam protein whey; dan
mengidentifikasi kemampuan antimikroba fraksi protein whey terhadap beberapa
bakteri patogen penyebab mastitis subklinis.

4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi
pemanfaatan susu kuda yang dapat dikembangkan di Pulau Sumba; komposisi
nutrisi susu kuda sumba yang dapat dimanfaatkan sebagai pangan asal hewan dan
sebagai sumber protein hewani; serta daya antimikroba senyawa dalam protein
whey pada susu kuda sumba sebagai agen terapeutik dalam pencegahan penyakit
mastitis subklinis.

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kuda Sumba
Kuda merupakan hewan istimewa yang membantu manusia dalam berbagai
pekerjaan fisik. Keberadaan kuda sejak lama digunakan dalam bidang pertanian,
industri, alat transportasi, kendaraan perang dan kuda pacu. Kuda memiliki
kemampuan berlari dengan kecepatan yang baik dengan jarak tempuh yang jauh
sehingga didomestikasi oleh manusia yang bertujuan menghasilkan alat bantu
transpotasi bagi manusia. Beberapa negara di wilayah Amerika dan Eropa Barat
memanfaatkan ternak kuda sebagai sumber pangan dengan mengkonsumsi
dagingnya dalam memenuhi kebutuhan protein (Gill 2005).
Kuda adalah anggota dari famili Equidae, genus Equus, dan spesies Equus
caballus. Kuda yang dikenal saat ini (Equus cabalus), sejarahnya berasal dari
daerah barat yaitu subspesies Equus ferus ferus dan daerah timur yaitu Equus
ferus prewalskii (kuda liar mongolia) (Groves dan Ryder 2000). Menurut Pickeral
(2004), kuda dibagi atas Heavy Horse, Light Horse dan Poni. Heavy Horse yaitu
kuda yang digunakan untuk pekerjaan pertanian atau melakukan pekerjaan berat
di beberapa negara di Eropa dan telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu.
Light Horse yaitu istilah untuk kuda yang banyak digunakan sebagai kuda
tunggangan untuk bekerja dan transportasi dengan bentuk tulang yang lebih kecil
dibanding Heavy Horse. Kuda Poni adalah jenis kuda yang banyak digunakan
sebagai kuda pacu dan tunggangan namun lebih banyak terdapat di daerah tertentu
dengan ciri khas berbeda-beda.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis kuda Poni asli Indonesia seperti kuda
batak, kuda padang, kuda jawa, kuda bali, kuda makasar, kuda sumbawa, kuda
timor, kuda flores dan kuda sumba. Menurut Pickeral (2004), kuda sumba dan
sumbawa jenis kuda poni memiliki banyak kesamaan. Kedua kuda ini berasal dari
keturunan kuda purba, kuda cina dan kuda mongolia (Edward 1994; Soehardjono
1990). Kuda sumba memiliki 2 tipe yaitu kuda sandel dan kuda sumba. Kuda
sandel merupakan hasil perkawinan antara jenis kuda sumba sebagai keturunan
asli Indonesia dan kuda arab. Kuda sandel memiliki bentuk kepala yang
proposional, mata besar, telinga kecil, mata waspada, cerdas, bulu lembut dan
berkilau, kecepatan berlari yang cepat dan sangat aktif serta kuku kaki yang keras
dan kuat. Kuda sandel digunakan dalam membantu proses pertanian namun
dominan digunakan sebagai kuda pacu. Kuda sumba umumnya memiliki bentuk
kepala yang lebih besar dibanding ukuran badan, leher pendek dan berotot, bahu
lurus dan datar, bagian punggung yang panjang dan kuat, variasi warna kuda
beragam, serta memiliki suhu darah hangat (Pickeral 2004). Kuda sumba sifatnya
yang jinak dan cerdas, memiliki stamina dan daya tahan kuat, gerakan yang cepat
dan tangkas.
Kuda sumba telah menjadi bagian dari hidup masyarakat dan sangat erat
kaitannya dengan budaya masyarakat Sumba. Kuda dalam kebudayaan Sumba,
merupakan simbol kekuatan, kegagahan dan kesetiaan yang digunakan dalam
setiap upacara adat seperti pada upacara kematian dan mahar untuk pernikahan
(Sumijati 1998). Kuda sumba juga sering digunakan untuk pertandingan
tradisional yang telah menjadi salah satu kegiatan adat istiadat yang biasa disebut

6
pasola. Selain digunakan dalam kegiatan kebudayaan, kuda sumba juga
dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam kehidupan masyarakat, baik sebagai alat
pertanian, transportasi maupun sebagai ternak pacu yang diperlombakan. Kuda
sumba sangat jarang disembelih untuk dikonsumsi dagingnya atau diolah menjadi
produk pangan asal hewan, kondisi ini menjadi salah satu alasan kuda sumba
diperdagangkan ke luar wilayah Sumba, terutama wilayah Sulawesi Selatan untuk
dimanfaatkan sebagai sumber pangan.
Populasi Kuda Sumba
Menurut data statistik nasional yang berkaitan dengan kondisi peternakan
kuda, jumlah populasi kuda nasional adalah 387 000 pada tahun 2005 dan 409 000
pada tahun 2010, data ini menunjukkan adanya peningkatan populasi kuda
nasional. Berdasarkan data pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur yang
menyebutkan bahwa seperempat populasi kuda nasional ada di Provinsi NTT
dengan populasi yang juga meningkat yaitu dari tahun 2005 hingga 2009.
Sebagian dari total populasi kuda di NTT berada di Pulau Sumba (Tabel 1) (BPS
2012). Secara umum populasi ternak besar di Provinsi NTT pada tahun 2009
tercatat sapi sebanyak 577 552 ekor, kerbau 150 405 ekor dan kuda 105 379
ekor.
Tabel 1 Jumlah populasi kuda di Provinsi NTT dan Nasional
Wilayah
Tahun
Pulau Sumba
NTT
Indonesia
2005
97 952
387 000
2006
99 872
398 000
2007
101 720
401 000
2008
104 019
393 000
2009
49 323
105 379
399 000
2010
104 173
419 000
2011
49 747
105 981
416 000
Sumber: BPS 2012.

Kabupaten Sumba Timur merupakan kabupaten yang terluas di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Luas wilayah Sumba Timur adalah 700 050 hektar dengan
kondisi alam berbukit-bukit, dengan hewan peliharaan umumnya adalah sapi,
kerbau, dan kuda yang telah menyesuaikan diri dengan keadaan alam Sumba yang
berpadang sabana luas. Kondisi peternakan di kabupaten Sumba Timur cukup
potensial. Ternak babi, sapi dan kuda merupakan ternak yang paling banyak
dipelihara oleh masyarakat. Tahun 2009 tercatat sapi sebanyak 44 262 ekor,
kerbau 36 837 ekor dan kuda 31 848 ekor. Tingginya populasi di wilayah ini
kaitan yang erat dengan kondisi daerah yang sangat luas dengan padang rumput
sabana dan juga pengaruh faktor budaya. Upaya pengembangan subsektor
peternakan di Sumba Timur mendapat perhatian yang besar dari pemerintah
daerah.
Potensi pengembangan susu kuda di Kabupaten Sumba Tengah juga cukup
potensial yang dapat diamati melalui kondisi peternakan dengan luas wilayah 18
787,74 hektar. Populasi ternak besar di Kabupaten Sumba Tengah pada tahun
2011 tercatat sapi sebanyak 5 342 ekor, kerbau sebanyak 10 145 ekor yang

7
tersebar di semua kecamatan dan kuda sebanyak 6 554. Populasi ternak kuda yang
berada di Pulau Sumba secara lengkap disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Populasi ternak di Pulau Sumba NTT tahun 2009
Jenis Ternak
Kabupaten
Sapi
Kerbau
Kuda
Babi Kambing
Sumba Timur
44 262
36 837
31.040
42 327
43 384
Sumba Tengah
3 089
9 001
5 738
14 498
3 795
Sumba Barat
836
10 336
4 561
17 537
3 410
Sumba Barat Daya
3 166
16 785
7 984
29 338
4 385
Pulau Sumba
51 353
72 956
49 323
103 700
54 974
NTT
577 552 150 405 105 379 2 266 750 511 211
Sumber: BPS 2012.

Sintesis dan Laktogenesis pada Kuda
Kuda memiliki dua puting susu pada bagian abdomen. Setiap puting
memiliki dua duktus dan dua kisterna puting, yang masing-masing berhubungan
dengan kisterna kelenjar yang terpisah juga sistem duktus dan alveoli (Frandson
1992; Akers dan Denbow 2008). Sejumlah alveolus membentuk lobuli dan
beberapa lobuli akan membentuk satu lobus. Susu masuk ke lumen alveoli untuk
kemudian masuk ke dalam saluran-saluran halus. Saluran halus akan menuju
saluran yang lebih besar, masuk ke dalam kisterna ambing menuju ke kisterna
puting (Gambar 1).

Sumber: Akers dan Denbow 2008.

Gambar 1 Alveoli dan sistem duktus kelenjar ambing

8
Sintesis susu pada kuda merupakan sebuah proses kontinu. Frekuensi
pemerahan susu berdampak pada tekanan dalam kelenjar susu sehingga
memengaruhi pengeluaran susu. Kelenjar susu adalah organ target untuk berbagai
macam hormon seperti estrogen dan progesteron sedangkan proses laktasi
dipengaruhi oleh prolaktin dan hormon pertumbuhan (Knigth 1998). Adanya
rangsangan saraf dan tekanan dalam ambing mengakibatkan otot sirkuler
mengendur dan susu dapat keluar. Alveolus sebagai tempat pembentukan susu,
mengambil cairan dan komponen dalam darah melalui proses seleksi. Daya
seleksi alveolus sangat istimewa dan kompleks dengan memilih bahan-bahan
dalam darah yang diperlukan serta mengubahnya menjadi bahan dalam bentuk
lain. Susu yang terbentuk, selanjutnya keluar dari sel epitel untuk masuk ke lumen
alveoli dengan cara terjadi ruptur sel. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya
tekanan osmotik sehingga susu dapat memasuki lumen alveoli (Aker dan Denbow
2008).
Protein dalam susu merupakan komponen organik yang tersusun dari asam
amino. Asam-asam amino dalam protein diperoleh dari dalam darah, asam lemak
dalam ambing, imunoglobulin darah, serum albumin darah dan enzim darah.
Lemak tersusun dari trigliserida yang merupakan gabungan gliserol dan asamasam lemak yang disintesis dalam alveolus. Lemak dalam susu ditemukan sebagai
emulsi. Bagian lemak susu bersifat majemuk, yang terdiri atas trigliserida dan
komponen lemak lainnya seperti diasylgliserida, monoasylgliserida, fosfolipid,
glikolipid dan sejumlah asam lemak bebas. Lemak dalam susu disintesa dari asam
lemak darah, disintesis dalam alveolus dan asam lemak yang berasal langsung dari
pakan. Kelenjar ambing kuda memanfaatkan glukosa baik untuk energi maupun
sumber karbon untuk proses lipogenesis (Frandson 1992).
Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat dalam susu. Sifat susu
yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Glukosa sangat penting dalam sintesis
susu dan tidak dapat digantikan oleh bahan gula lain. Sebanyak 60-70% glukosa,
asam lemak dan asam amino dalam darah, digunakan untuk mensintesa laktosa.
Sintesa laktosa terjadi dalam badan Golgi (bagian dalam alveolus) pada bagian
ekstraplasmik. Laktosa dalam susu berbentuk disakarida laktosa yang dihidrolisis
oleh enzim -galactosidase (lactase) menjadi glukosa dan galaktosa untuk dapat
diserap oleh usus (Ebringer 2009). Kekurangan -galactosidase menyebabkan
intoleransi laktosa yang menimbulkan banyak gangguan, termasuk diare.
Intoleransi laktosa bukanlah penyakit dan sekitar 70% dari populasi dunia
intoleransi terhadap laktosa (Ingram et al. 2009). Kadar laktosa dalam susu dapat
dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam susu. Individu yang
mengalami intoleransi laktosa menunjukkan toleransi terhadap susu fermentasi
seperti yogurt dan kefir dibanding susu murni (Farnworth 2005).
Pengaruh hormon sangat berperan dalam proses pengeluaran susu. Lobus
posterior hipofise melepaskan oksitosin ke dalam darah. Oksitosin diangkut oleh
darah ke seluruh tubuh hewan dan pada saat mencapai ambing, oksitosin
menyebabkan kontraksi sel mioepitel di alveoli yang mengakibatkan penyempitan
ukuran lumen alveoli sehingga mendesak susu masuk ke saluran. Saluran kecil
memendek dan meluas untuk memberi ruang gerak bagi susu dalam alveoli masuk
ke saluran yang lebih luas. Proses milk let down ditandai dengan pembengkakan
kisterna yang mengakibatkan ambing mengeras (Akers 2002). Lama waktu dari
saat pelepasan oksitosin sampai keluar melalui puting sekitar 15-120 detik.

9
Hormon adrenalin juga dirangsang setelah oksitosin dihasilkan tetapi
hormon ini bersifat menghambat pengeluaran susu. Bila pengeluaran adrenalin
terjadi sebelum hormon oksitosin dikeluarkan akan mengakibatkan susu tertahan
dimana proses terbalik dari milk let down. Untuk mencegah hal ini terjadi maka
hewan perlu dihindari dari stres dan letih sebelum diperah. Hormon lain seperti
prolaktin, estrogen, progesteron, diperlukan untuk perkembangan lobus di masa
pertumbuhan sapi, pertumbuhan saluran reproduksi dan ambing. Prolaktin banyak
dihasilkan saat masa kolostrum dan digunakan juga sebagai perangsang sekresi
susu (Knigth 1998).
Persiapan kelenjar ambing untuk proses laktasi menjelang akhir
kebuntingan dipengaruhi oleh perubahan hormon spesifik. Pada banyak spesies,
konsentrasi progesteron dan estrogen tinggi selama kebuntingan sehingga
menginisiasi perkembangan alveolar lobus ambing. Peningkatan progesteron dan
estrogen ditandai dengan peningkatan ukuran kelenjar ambing. Secara spesifik
progesteron menghambat produksi susu namun saat kelahiran konsentrasi
progesteron mengalami penurunan sehingga berefek pada peningkatan produksi
susu (Heidler et al. 2003).
Prolaktin memainkan peran utama untuk laktogenesis dan inisiasi tetapi
tidak untuk menopang proses laktasi pada kuda. Konsentrasi prolaktin meningkat
nyata selama hari terakhir kebuntingan dan saat melahirkan. Kadar maksimal
prolaktin mencapai 2 sampai 3 hari setelah melahirkan, tetapi pada sebagian
individu dapat terjadi pada 1 hingga 2 hari sebelum melahirkan. Prolaktin tidak
hanya penting untuk inisiasi menyusui tetapi juga berperan penting dalam
persiapan melahirkan. Konsentrasi prolaktin mengalami penurunan ke tingkat
yang lebih rendah dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan (Heidler et al. 2003).
Pengeluaran susu pada kuda dikendalikan oleh oksitosin yang selama proses
kelahiran, isapan anak kuda saat menyusui dan pencucian ambing (Gore et al.
2008). Pengeluaran susu pada sebagian besar spesies dirangsang oleh oksitosin,
yang dilepaskan dalam merespon stimulasi ambing dan puting susu. Pada kuda,
pengeluaran oksitosin dapat hilang tanpa memengaruhi pengeluaran susu. Sekitar
80% kasus puncak oksitosin terjadi hanya setelah peningkatan tekanan
intramamari dan pada sebagian kasus tekanan intramamari meningkat tanpa ada
perubahan dalam pengeluaran oksitosin (Deichsel dan Aurich 2005).
Secara fisiologis, kuda jantan mulai dewasa kelamin pada usia15 bulan
sedangkan kuda betina akan mencapai pubertas atau masak kelamin pada umur 12
sampai 19 bulan. Panjangnya waktu antara permulaan suatu periode estrus sampai
permulaan periode berikutnya bervariasi pada kuda antara 7 sampai 124 hari,
namun angka rata-rata yang dilaporkan oleh banyak peneliti adalah 21 sampai 22
hari. Lama siklus estrus pada kuda sekitar 6 hari, tetapi dimungkinkan juga
adanya variasi yang besar. Kehamilan pada kuda berkisar 320-370 hari sedangkan
masa laktasi berkisar 4-6 bulan (Gore et al. 2008). Kuda betina yang dikawinkan
pada umur 3 tahun dan dirawat dengan cermat maka selama hidupnya dapat
menghasilkan 10 sampai 12 ekor anak. Hal ini dikarenakan kuda betina masih
dapat beranak meski telah mencapai umur 20 tahun atau lebih (Akers dan Denbow
2008).

10
Komposisi Susu Kuda
Komposisi rata-rata susu kuda terdiri dari air 89.8%, dan bahan kering
sebanyak 10.2%. Air sangat penting peranannya yaitu sebagai bahan sebar dari
bahan kering susu. Air dalam susu diperoleh langsung dari cairan yang dikandung
dalam darah melalui suatu proses selektif oleh alveoli. Bahan kering susu kuda
terdiri dari protein 2.14%, lemak 1.21%, karbohidrat 6.37% dan sejumlah mineral
dan vitamin (Uniacke-Lowe et al. 2010). Kandungan mineral dalam susu kuda
telah dilaporkan lebih rendah dibandingkan ternak lainnya. Beberapa penelitian
menyebutkan kandungan elemen mikro seperti kalsium berkisar 485-1350 mg/kg,
fosfor 216-1205 mg/kg, magnesium 29-118 mg/kg, sodium 75-237 mg/kg dan
potasium 303-990 mg/kg. Kandungan elemen mikro pada susu kuda dilaporkan
memiliki konsentrasi yang bervariasi (Csapó et al. 2009).
Komposisi lemak dari susu kuda sangat rendah jika dibandingkan dengan
susu manusia dan susu sapi (Csapó et al. 1995; German dan Dillard 2006). Dalam
lemak susu terdapat 60-75% lemak yang bersifat jenuh, 25-30% lemak yang
bersifat tak jenuh dan sekitar 4% merupakan asam lemak polyunsaturated. Lemak
susu tidak hanya sumber komponen bioaktif lemak, juga penting sebagai pengirim
media untuk nutrisi, termasuk vitamin larut lemak (Ebringer 2009). Efek
antimikroba lemak susu pada infeksi usus didukung oleh hasil yang menunjukkan
bahwa dengan diet makanan susu tinggi lemak mengurangi kolonisasi Listeria sp
di usus tetapi tidak untuk Salmonella sp. Salmonella sp jauh lebih rentan terhadap
aktivitas penghambatan lemak. Beberapa studi menunjukkan bahwa lemak
berperan dalam pertahanan alami terhadap infeksi pada kulit dan membran
mukosa (Uniacke-Lowe et al. 2010).
Kadar laktosa di dalam susu kuda adalah 6.37% dan ditemukan dalam
keadaan larut. Laktosa diperkirakan memiliki pengaruh besar pada mineralisasi
tulang selama beberapa bulan pertama setelah kelahiran karena merangsang usus
dalam penyerapan kalsium. Kandungan laktosa susu kuda yang tinggi mirip
dengan susu manusia, diduga cocok untuk gizi bayi, terutama karena intoleransi
laktosa jarang terjadi pada bayi dan anak di bawah usia dua tahun (Uniacke-Lowe
et al. 2010). Berdasarkan komposisinya, susu kuda jauh berbeda dari susu
beberapa ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Bila dibandingkan
dengan susu sapi, susu kuda mengandung sedikit lemak, protein, garam-garam
anorganik tetapi laktosa lebih tinggi dengan konsentrasi yang mendekati
kandungan laktosa pada manusia. Komposisi susu beberapa jenis hewan secara
lengkap disajikan dalam Tabel 3.

11
Tabel 3 Komposisi susu manusia dan beberapa spesies hewan
Konsentrasi (%)
Rasio
Spesies
Total
Protein Lemak Laktosa
Kasein/Whey
padatan
Manusia
12.40
0.90
3.80
7.00
0.4:1
(Homo sapiens)
Sapi
12.70
3.40
3.70
4.80
4.7:1
(Bos taurus)
Kuda
10.20
2.14
1.21
6.37
1.1:1
(Equus
Caballus)
Keledai
8.84
1.72
0.38
6.88
1.3:1
(Equus
africanus
asianus)
Kerbau
17.20
4.65
8.14
4.85
4.6:1
(Bubalus
bubalis)
Domba
18.10
5.59
6.82
4.88
3.1:1
(Ovis aries)
Kambing
12.20
3.50
3.80
4.10
3.5:1
(Capra hircus)
Unta
12.47
3.35
3.82
4.46
1.7:1
(Camelus
dromedarius)
Sumber: Uniacke-Lowe et al. 2010.

Protein Susu Kuda
Protein dalam susu merupakan komponen organik yang tersusun dari asam
amino. Protein susu juga merupakan penentu kualitas susu sebagai bahan
konsumsi. Kandungan protein susu kuda dewasa lebih rendah dari susu sapi, ada
kemiripan secara kualitatif yang kuat dari protein utama yaitu kasein dan protein
whey. Terdapat dua macam protein utama susu yaitu kasein dan whey yang
membentuk substansi koloidal di dalam susu. Protein susu juga mengandung Nonprotein nitrogen (NPN) yang terdiri dari urea, peptida, asam amino dan amonia.
NPN merupakan 10-15% dari total nitrogen dalam susu kuda.
Dalam banyak kasus, susu dianggap sebagai imunomodulator yang mampu
meningkatkan daya tahan tubuh. Senyawa dalam protein whey, yaitu
α-lactoalbumin, -lactoglobulin, laktoferin, dan serum albumin laktoperoksidase
berperan penting dalam pencegahan penyakit karena bersifat antimikroba, anti
kanker dan imunostimulan. Protein susu dan peptidanya juga meningkatkan
bioavailabilitas mineral dan elemen, seperti kalsium, magnesium, seng, mangan,
selenium dan zat besi (Ebringer et al. 2008).
Kasein adalah protein dominan pada susu sapi yaitu sekitar 80% dari total
kadar protein susu, namun pada susu kuda, kandungan kasein lebih sedikit. Hal ini

12
berarti protein whey susu kuda lebih banyak dibanding susu sapi. Proporsi kasein
yang lebih sedikit pada susu kuda dianggap sebagai penentu presipitasi maksimun
dari kasein susu kuda yang terjadi pada pH 4.2 (Egito et al. 2002).
Konsentrasi dan distribusi kasein dan protein whey susu sapi, susu manusia
dan susu kuda, berbeda-beda (Tabel 4). Keseimbangan antara kasein dan whey
diduga sebagai faktor penting dalam menentukan tingkat alergi protein susu sapi
pada manusia dan modifikasi keseimbangan ini dapat mengurangi alergenisitas
terhadap susu sapi. Rasio komposisi protein whey dan kasein pada susu kuda
mendekati nilai rasio pada susu manusia sehingga susu kuda berpotensi menjadi
susu alternatif pengganti susu sapi. Hal ini menjadi solusi yang baik bagi para
penderita intoleransi protein susu sapi dengan gejala klinis berupa diare kronis
setelah konsumsi susu sapi (Uniacke-Lowe et al. 2010).
Tabel 4 Perbandingan senyawa protein utama dari susu kuda, manusia dan sapi
Konsentrasi
Spesies

g/kg susu
Protein
Kasein
whey
0.83
1.07

Kuda

Total
Protein
2.14

Manusia

1.42

0.76

Sapi

3.20

0.57

0.24

% komponen protein
Protein
Kasein NPN
whey
38.79
50.00 11.21

0.37

0.29

53.52

26.06

20.42

2.51

0.17

17.54

77.23

5.23

NPN

Sumber: Malacarne et al. 2002.

Protein Whey
Protein memiliki fungsi penting untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan
menurunkan risiko terhadap banyak penyakit. Meskipun dalam jumlah sedikit,
akan tetapi beberapa bagian dalam protein susu memiliki aktivitas antimikroba
(Gorbenko et al. 2007). Protein whey sebagai sumber peptida antibakteri (Lo’pez
et al. 2006). Komposisi protein whey dalam susu kuda adalah -lactoglobulin,
α-lactoalbumin, imunoglobulin, albumin serum darah, laktoferin dan lisozim yang
mirip dengan susu sapi. Selain -lactoglobulin, semua protein whey yang ada pada
susu kuda juga ada dalam susu manusia. Jumlah protein whey relatif berbeda
antara berbagai spesies (Malacarne et al. 2002; Uniacke-Lowe et al. 2010).
-Lactoglobulin dan α-Lactoalbumin
-lactoglobulin ( -lg) adalah protein whey utama dalam susu dari banyak
ruminansia dan juga ada pada susu hewan monogastrik namun tidak ditemui pada
susu manusia. -lg disintesis dalam sel-sel sekretori epitel kelenjar ambing di
bawah kontrol prolaktin (Sawyer 2003). Fungsi -lg secara nyata meningkatkan
jumlah asam lemak yang berpotensi mengikat dan menggantikan setiap ikatan
retinol dan berdampak pada metabolisme asam lemak dan transport retinol
(Uniacke-Lowe et al. 2010). -lg pada sapi sangat tahan pada kondisi pencernaan
lambung dan dapat menyebabkan reaksi alergi. Kecernaan -lg tidak seragam
antara spesies, misalnya -lg pada domba jauh lebih mudah dicerna daripada -lg
pada sapi (El-Zahar et al. 2005). -lg bertanggung jawab terhadap reaksi alergi
susu, yang memengaruhi 2-3% dari anak-anak. Mayoritas kasus alergi tersebut

13
hilang pada saat anak mencapai usia tiga tahun (Ebringer et al. 2008). Dalam
komposisi protein whey, jumlah -lg relatif tinggi, yang mewakili lebih dari
setengah dari jumlah keseluruhan protein. Molekul -lg dapat mengikat vitamin A,
vitamin D, kalsium, asam lemak, dan menyederhanakan proses absorpinya
(Bealieu et al. 2006). -lg dapat mendukung fungsi fisiologis yang berperanan
penting dalam kesehatan manusia seperti antihipertensi, antimikroba,
immunomodulator dan hipokolesterolemik (Uniacke-Lowe et al. 2010).
α-lactoalbumin (α-la) merupakan sebuah protein yang ada pada susu
mamalia dan memiliki karakteristik yang homolog dengan lisosim. Kalsium
memainkan peran penting struktur α-la. Sintesis α-la terjadi dalam retikulum
endoplasma yang diangkut ke aparatus golgi, berfungsi sebagai pengaturan dalam
sintesis laktosa (Neville 2009). Peptida dalam α-la memiliki efek imunomodulator,
diantaranya menstimulasi fagositosis dari makrofag sehingga α-la dianggap
sebagai suatu senyawa yang memiliki daya antimikroba penting (Pellegrini 2003).
α-la juga memiliki imunogensitas rendah dan mengurangi pot