Pembiakan Saninten (Castanopsis Argentea (Blume) A.Dc.) Melalui Stek Pucuk Dengan Zat Pengatur Tumbuh Komersial
PEMBIAKAN SANINTEN (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.)
MELALUI STEK PUCUK DENGAN ZAT PENGATUR
TUMBUH KOMERSIAL
FAUQO NURUL FITRIA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pembiakan Saninten
(Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) melalui Stek Pucuk dengan Zat Pengatur
Tumbuh Komersial adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Fauqo Nurul Fitria
NIM E44110008
ABSTRAK
FAUQO NURUL FITRIA. Pembiakan Saninten (Castanopsis argentea (Blume)
A.DC.) melalui Stek Pucuk dengan Zat Pengatur Tumbuh Komersial. Dibimbing
oleh IRDIKA MANSUR.
Saninten (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) merupakan salah satu
jenis pohon asli Indonesia yang bernilai tinggi dan memiliki buah yang bisa
dikonsumsi sehingga kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetatif perlu
dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh zat pengatur tumbuh
(ZPT) komersial dan media tanam yang berbeda, serta interaksi keduanya
terhadap pertumbuhan stek pucuk saninten. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor. Faktor pertama yaitu ZPT komersial
dari Rootone-F, Rapid root, dan air kelapa. Faktor kedua yaitu media tanam
berupa tanah, tanah arang sekam (1:1), dan pasir kompos (1:1). Pada penelitian
ini persentase hidup stek sebesar 92.78% dan persentase berakar sebesar
40.56%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saninten dapat distek tanpa
menggunakan ZPT komersial. Namun, interaksi ZPT dari air kelapa dengan
media tanam pasir kompos memiliki respon jumlah akar primer dan sekunder
tertinggi dan berbeda nyata dengan interaksi perlakuan lainnya.
Kata kunci: Castanopsis argentea, stek pucuk, zat pengatur tumbuh
ABSTRACT
FAUQO NURUL FITRIA. The Propagation of Saninten (Castanopsis argentea
(Blume) A.DC.) by Cuttings Shoots with Commercial Plant Growth Regulator.
Guide by IRDIKA MANSUR.
Saninten (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) is one of indigenous
spesies to Indonesia that has high value and has a fruit that can be consumed.
Therefore the vegetative propagation is needed. The purpose of this study were
to examine the effect of commercial plant growth regulator (PGR), the planting
medium and both interaction to the growth of cuttings shoots saninten. In this
study used a completely randomized design (CRD) with two factors. The first
factor was PGR used from Rootone-F, Rapid root, and coconut water. And the
second factor was planting medium used from soil, soil rice husk (1:1), and
compost sand (1:1). In this study, the percentage of live cuttings amounted to
92.78% and the percentage of rooted by 40.56%. The result of this study showed
that saninten can be cut without using commercial PGR. However, the PGR
interaction of coconut water with compost sand planting medium having a
response number of primary and secondary roots highest and significantly
different from other treatments interaction.
Keywords: Castanopsis argentea¸ cutting shoots, plant growth regulator
PEMBIAKAN SANINTEN (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.)
MELALUI STEK PUCUK DENGAN ZAT PENGATUR
TUMBUH KOMERSIAL
FAUQO NURUL FITRIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah
stek pucuk, dengan judul Pembiakan Saninten (Castanopsis argentea (Blume)
A.DC.) melalui Stek Pucuk dengan Zat Pengatur Tumbuh Komersial.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Irdika Mansur, MForSc
selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ading dari SEAMEO BIOTROP,
yang telah membantu dalam kegiatan penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan teman-teman, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015
Fauqo Nurul Fitria
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Saninten (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.)
2
Perkembangbiakan Vegetatif Stek Pucuk
2
Zat Pengatur Tumbuh
3
Media Tanam
4
METODE
4
Waktu dan Tempat Penelitian
4
Alat dan Bahan
4
Prosedur Analisis Data
5
Prosedur Penelitian
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
8
8
15
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
20
RIWAYAT HIDUP
24
DAFTAR TABEL
1 Kombinasi Rancangan Percobaan Acak Lengkap (RAL) dua faktor
(ZPT dan media tanam) pada stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea)
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam
terhadap beberapa parameter pengamatan stek pucuk saninten
(Castanopsis argentea)
3 Persentase hidup stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur 45
hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
4 Persentase berakar stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur
45 hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
5 Persentase berkalus stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur
45 hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
6 Rata-rata panjang akar primer (cm) stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea) umur 45 hari setelah penanaman pada masing-masing
perlakuan
5
9
10
10
11
12
DAFTAR GAMBAR
1 Pemberian ZPT air kelapa (a) Rapid root (b) Rootone-F (c) pada stek
pucuk saninten (Castanopsis argentea)
2 Penanaman stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) pada potray
dalam bak kecambah sebelum ditutup (a) setelah ditutup plastik (b)
3 Kondisi stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) yang telah
berakar (a), berkalus (b), tidak berakar dan berkalus (c) mati (d) pada
umur 45 hari setelah penanaman
4 Jamur yang tumbuh pada pangkal stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea) (a), stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) yang
mengalami kematian akibat serangan jamur (b)
5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh media tanam B0 (tanah), B1
(campuran tana arang sekam,1:1), B2 (campuran pasir kompos,1:1)
terhadap persentase berkalus stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea). Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di atas balok
menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata
pada selang kepercayaan 95%.
6 Akar primer dan sekunder pada stek pucuk saninten (Castanopsis
argente) umur 45 hari setelah penanaman
7 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis ZPT A0 (komtrol), A1
(Rootone-F), A2 (Rapid root), A3 (air kelapa) terhadap jumlah akar
primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea). Angka yang
diikuti oleh huruf yang sama di atas balok menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.
8 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh media tanam B0 (tanah), B1
(campuran tanah arang sekam dengan perbandingan 1:1), B2
6
7
8
9
11
12
13
(campuran pasir kompos dengan perbandingan 1:1) terhadap jumlah
akar primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea). Angka yang
diikuti oleh huruf yang sama di atas balok menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.
9 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi faktor ZPT dan media
tanam terhadap jumlah akar primer stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea). Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di atas balok
menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata
pada selang kepercayaan 95%.
10 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi faktor ZPT dan media
tanam terhadap jumlah akar sekunder stek pucuk saninten
(Castanopsis argentea). Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di
atas balok menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak
berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.
13
14
15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tata letak percobaan
2 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap persen hidup
stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
3 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap persen berakar
stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
4 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap persen berkalus
stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
5 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap panjang akar
primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
6 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap jumlah akar
primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
7 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap jumlah akar
sekunder stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
8 Pengamatan suhu dan kelembaban di dalam sungkup stek pucuk
saninten (Castanopsis argentea) selama 45 hari
20
21
21
21
22
22
22
22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saninten dengan nama ilmiah Castanopsis argentea (Blume) A.DC
merupakan jenis pohon yang dapat ditemukan secara alami di hutan primer dan
sekunder tua. Jenis tersebut dominan di tempat-tempat tertentu di Jawa yang
menyebar dari Barat ke bagian Timur kecuali Jawa Timur (Lemmens et al. 1995).
Jenis tersebut berpotensial untuk dikembangkan karena memiliki berbagai
kegunaan. Kegunaan tersebut antara lain sebagai kayu pertukangan yang bernilai
untuk bahan bangunan, jembatan, papan, tiang dan rusuk. Sedangkan kulitnya
dapat dimanfaatkan sebagai pewarna hitam pada rotan dan buahnya dapat
dimakan (Lemmens et al. 1995).
Berdasarkan Heriyanto et al. (2007) diperlukan kegiatan budidaya saninten
untuk merehabilitasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jenis tersebut
dipilih karena merupakan jenis lokal, habitat satwa liar serta buahnya sebagai
sumber makanan. Selain itu, saninten toleran terhadap tanah yang berbatu
sehingga dapat digunakan untuk reboisasi lahan-lahan yang memiliki kandungan
batu yang cukup tinggi (Wibowo 2006) dan jenis ini merupakan salah satu jenis
yang berpotensi untuk digunakan dalam kegiatan revegetasi lahan bekas tambang
(Mansur 2010).
Permudaan secara alami pohon saninten sulit ditemukan karena buah yang
jatuh mudah membusuk atau dimakan binatang (Martawijaya et al. 1989). Oleh
karena itu, diperlukan usaha pelesatarian jenis tersebut dengan pembiakan secara
generatif atau vegetatif. Pembiakan secara vegetatif perlu dikembangkan untuk
mendapatkan bibit dengan jumlah banyak dalam waktu yang lebih singkat tanpa
menunggu musim berbuahnya.
Salah satu metode perbanyakan secara vegetatif adalah dengan stek pucuk.
Metode tersebut merupakan salah satu metode ekonomis yang dapat dilakukan
oleh masyarakat secara swadaya. Meskipun demikian, diperlukan pengetahuan
tentang penambahan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan penggunaan jenis media
tanam tertentu untuk mempercepat proses pembentukan akar pada stek.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis ZPT
komersial dan jenis media tanam yang berbeda, serta interaksi keduanya terhadap
pertumbuhan stek pucuk saninten.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan saninten terkait dengan
penyediaan bibit dalam waktu yang tepat untuk mendukung program
pembangunan hutan tanaman atau pun kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Saninten (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.)
Saninten memiliki nama lain berangan, kandik kurus (Sumatra) dan
sarangan (Jawa). Berdasarkan GBIF (2015) sistem klasifikasi tanaman saninten
memiliki penggolongan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Tracheophyta
Kelas
: Maglinopsida
Ordo
: Fagales
Famili
: Fagaceace
Genus
: Castanopsis
Spesies
: Castanopsis argentea (Blume) A.DC.
Di Indonesia Saninten atau berangan merupakan jenis pohon yang tersebar
di Sumatra dan Jawa bagian barat dan tengah. Jenis ini tumbuh di hutan primer
atau hutan sekunder tua dari dataran rendah sampai pegunungan bagian tengah.
Jenis tersebut biasanya tumbuh banyak pada ketinggian 1 000-1 500 mdpl tapi
dimungkinkan tumbuh sampai ketinggian 2 500 mdpl. Selain itu, saninten dapat
tumbuh pada kondisi tanah yang bervariasi tapi tidak berkapur (Lemmens et al.
1995).
Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 m dengan panjang batang bebas
cabang sampai 25 m, kayu teras berwarna coklat kelabu sampai coklat merah
muda. Sedangkan kayu gubal berwarna putih, kuning muda atau coklat muda
kadang-kadang kemerah-merahan dengan tebal 5-6 cm. Tekstur kayu agak kasar
sampai kasar dan tidak merata. Pohon ini berbuah sepanjang tahun terutama
Oktober, Desember dan Februari. Buah tersebut tidak dapat disimpan lama karena
daya berkecambahnya berkurang (Martawijaya et al. 1989).
Saninten merupakan salah satu jenis yang penting dalam menghasilkan kayu
yang baik untuk konstruksi. Kulit batang saninten menghasilkan warna kehitaman
yang dapat digunakan untuk mewarnai rotan. Sedangkan buahnya adalah buah
edibel dan diperdagangkan secara lokal. Kegunaan lain jenis ini adalah cocok
untuk konstruksi medium hingga berat seperti tonggak rumah, lapisan, jembatan,
furnitur, interior, panel, lantai, plywood, lapisan vinir, palet, dan juga kayu bakar
(Lemmens et al. 1995).
Perkembangbiakan Vegetatif Stek Pucuk
Perkembangbiakan vegetatif merupakan salah satu cara untuk
memperbanyak tanaman tanpa menggunakan biji. Teknik ini dilakukan untuk
membibitkan jenis-jenis tanaman yang bermasalah dalam pembiakan secara
generatifnya seperti tanaman yang tidak menghasilkan biji atau menghasilkan biji
yang sukar berkecambah (Rochiman dan Harjadi 1973). Perkembangbiakan
secara vegetatif ini akan menghasilkan tanaman yang memiliki genotip yang sama
dengan induknya dan disebut sebagai klon (Hartmann et al. 1990).
Salah satu kegiatan pembiakan tanaman secara vegetatif adalah dengan
stek. Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa
3
bagian tanaman seperti akar, batang, dan daun, agar bagian-bagian tersebut dapat
membentuk akar (Rochiman dan Harjadi 1973).
Faktor penentu keberhasilan stek terdiri dari dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti jenis tanaman, bahan stek,
ketersediaan air, hormon endogen, umur dan tipe bahan stek serta kehadiran virus
dan penyakit. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, kelembaban udara,
intensitas cahaya, media perakaran dan teknik penyiapan stek (Hartmann et al.
1990).
Stek pucuk merupakan salah satu teknik pembiakan tanaman secara
vegetatif yang pada dasarnya dikembangkan dari teknik stek batang yang telah
diaplikasikan secara luas pada tanaman hutan. Stek pucuk tersebut merupakan
metode yang penting dalam perbanyakan tanaman hutan karena merupakan teknik
yang sederhana yang dapat dilakukan pada jenis tanaman pohon (Subiakto 2006).
Zat Pengatur Tumbuh
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik yang dapat
mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Mekanisme tersebut dilakukan dengan membentuk
hormon-hormon yang sama, memengaruhi sintesis hormon, dan perubahan lokasi
pembentukan hormon (Wattimena 1988). Untuk membedakan antara hormon
tanaman dan ZPT adalah bahwa semua hormon dapat mengatur pertumbuhan tapi
tidak semua ZPT adalah hormon. ZPT tersebut mengatur pertumbuhan dengan
meniru kerja hormon seperti memengaruhi sintesis hormon, destruksi, atau
translokasi. Beberapa tipe ZPT yang dikenal saat ini adalah auksin, sitokinin,
giberelin dan etilen. Dari semua ZPT tersebut auksin memiliki efek yang paling
besar terhadap perakaran pada stek (Hartmann et al.1990).
Pada tahun 1930-an ditemukan fakta bahwa auksin berperan dalam
beberapa aktivitas tanaman seperti pertumbuhan batang, pembentukan akar
adventif, penghambatan pucuk lateral, absisi daun dan buah, serta aktivasi sel-sel
cambial. Auksin dapat ditemukan di seluruh jaringan tumbuhan yang
ditranslokasikan ke jaringan-jaringan meristematik seperti pada titik-titik
pertumbuhan yaitu koleoptil, tunas, ujung daun dan ujung akar. Auksin diperlukan
untuk inisiasi akar adventif. Hal tersebut terlihat bahwa sel-sel akar yang pertama
akan terinisiasi tergantung auksin yang ditambahkan atau auksin endogen dalam
stek (Hartmann et al. 1990).
Rootone-F merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang terdiri dari
senyawa-senyawa yang menjadi bahan aktifnya, yaitu :
a. Naphtalene acetamide (NAD) sebanyak 0.067%
b. Methy-1-Naphteleneacetic acid (MNAA) sebanyak 0.033%
c. Methyle-1-Naphteleneacetamide (MNDAA) sebanyak 0.013%
d. Indole-3-Butyric acid (IBA) sebanyak 0.57%
e. Tetramethylthiuram disulfide (Thiram) sebanyak 4.00%
Campuran tersebut tidak dapat disebut auksin sintetik maupun alamiah
karena jumlah Thiram sebagai fungisida yang lebih banyak, daripada NAD,
MNAA, MNDAA, dan IBA yang berasosiasi menjadi auksin sintetik (Manurung
4
1987). Rapit root merupakan salah satu ZPT yang dijual di masyarakat yang
mengandung bahan aktif Indole 3-butyric acid dan 1-Napthalene acetamide).
Air kelapa seringkali menjadi limbah. Namun berdasarkan hasil analisis
hormon yang dilakukan oleh Savitri (2005) dalam Djamhuri (2011), bahwa di
dalam air kelapa muda terdapat Giberelin (0.460 ppm GA3, 0.255 ppm GA5,
0.053 ppm GA7), Sitokinin (0.441 ppm Kinetin, 0.247 ppm Zeatin) dan Auksin
(0.237 ppm IAA). Selain itu, air kelapa memiliki efektivitas yang sama dengan
100 ppm IBA maupun dengan 100 ppm NAA yang telah diujikan pada stek pucuk
meranti tembaga (Shorea leprosula) (Djamhuri 2011).
Media Tanam
Media tanam berguna untuk menahan stek pada tempatnya, memberikan
pasokan air, menjaga kelembaban dan mengatur aerasi di sekitar pangkal stek.
Media tumbuh yang baik memiliki kriteria yang cukup kuat dan kompak untuk
menopang stek selama pertumbuhan akar, mampu mempertahankan kelembaban,
memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bebas dari hama dan penyakit
(Hartmann et al. 1990).
Media yang baik sebaiknya memiliki pH berkisar antara 4.5-7 yang terdiri
dari bahan-bahan yang tidak terlalu padat tapi harus dapat mempertahankan
kelembaban serta memiliki aerasi dan drainase yang baik serta bebas dari
cendawan dan bakteri yang dapat menyerang stek. Sifat media dengan aerasi yang
baik sangat penting untuk pembentukan akar karena dalam pembentukan suberin
dan kambium diperlukan oksigen yang banyak. Perbedaan antara pengaruh jenis
media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media tersebut memenuhi
syarat-syarat pembentukan akar. Peranan media perakaran ini akan menentukan
persen berakar dan bentuk akar stek (Rochiman dan Harjadi 1973).
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2014 sampai dengan
Februari 2015. Tempat penelitian ini berada di Kampus IPB Darmaga Bogor,
Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah potrey, gunting stek,
ember plastik, kantong plastik, sekop kecil, gelas ukur, spayer, timbangan analitik,
mistar ukur, thermometer, hygrometer, kertas label, plastik bening dan alat tulis.
Bahan yang digunakan adalah pucuk saninten yang diperoleh kebun
pangkas yang berumur satu setengah tahun di SEAMEO-BIOTROP. Zat Pengatur
Tumbuh yang digunakan adalah Rootone-F, Rapid Root, dan air kelapa. Media
yang digunakan adalah tanah, kompos, pasir, dan arang sekam yang telah
5
disterilisasi terlebih dahulu kemudian diberikan fungisida untuk mencegah
tumbuhnya jamur.
Prosedur Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor. Kombinasi perlakuan kedua faktor
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Faktor yang pertama yaitu ZPT komersial
yang terdiri dari empat jenis yaitu :
A0
: kontrol (Tanpa ZPT)
A1
: rootone-F dengan konsentrasi 10 000 ppm
A2
: rapid Root dengan konsentrasi 10 000 ppm
A3
: air Kelapa
Faktor kedua adalah jenis media tanam yang terdiri dari tiga jenis, yaitu :
B0
: tanah
B1
: tanah dengan arang sekam dengan perbandingan (1:1,v/v)
B2
: pasir dengan kompos dengan perbandingan (1:1,v/v)
Tabel 1 Kombinasi Rancangan Percobaan Acak Lengkap (RAL) dua faktor ( ZPT
dan media tanam) pada stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
Perlakuan zat pengatur
tumbuh (ZPT)
A0
A1
A2
A3
B0
A0B0
A1B0
A2B0
A3B0
Perlakuan media tanam
B1
A0B1
A1B1
A2B1
A3B1
B2
A0B2
A1B2
A2B2
A3B2
Berdasarkan Tabel 1, terdapat 12 kombinasi perlakuan. Pada masing-masing
kombinasi perlakuan tersebut dibuat 5 ulangan yang mana setiap ulangan terdiri
dari 3 unit. Dengan demikian pada penelitian ini terdapat 180 stek yang diuji.
Model umum Rancangan Penelitian adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan :
Yijk
: nilai pengamatan pada faktor jenis ZPT ke-i, faktor jenis
media ke-j dan ulangan ke-k
µ
: nilai rataan umum
α
: pengaruh faktor jenis ZPT ke-i
βi
: pengaruh faktor jenis media ke-j
(αβ)ij : komponen interaksi dari faktor jenis ZPT ke-i dan factor
jenis media ke-j
εijk
: Pengaruh acak dari faktor jenis ZPT ke-i, faktor jenis
media ke-j dan ulangan ke-k.
i
: 1,2,3,4
j
: 1,2,3
k
: 1,2,3,4,5
6
Analisis data dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada
penelitian ini. Data yang ada diolah dengan menggunakan program SAS 9.1 dan
microsoft excel 2010.
Prosedur Penelitian
Penyediaan Jenis Media Tanam
Media tanam disiapkan dengan mensterilkan masing-masing jenis media
tanam yaitu tanah, arang sekam, pasir dan kompos dengan cara dikukus selama 3
jam. Setelah itu dibuat campuran media sesuai dengan perlakuan jenis media yaitu
tanah, tanah dengan arang sekam 1:1 (v/v), dan pasir dengan kompos 1:1 (v/v).
Kemudian dimasukkan ke dalam potrey dalam bak kecambah dan disemprot
dengan fungisida Benomil 50% dengan konsentrasi 1 g/l untuk menghindari
tumbuhnya jamur.
Penyiapan ZPT
ZPT yang digunakan adalah Rootone-F, Rapid Root, dan air kelapa.
Larutan Rootone-F 10 000 ppm dibuat dengan melarutkan 1 gram Rootone-F ke
dalam 100 ml air. Hal tersebut juga dilakukan dalam pembuatan larutan Rapid
Root 10 000 ppm. Sedangkan air kelapa diambil dari kelapa muda dengan
konsentrasi 100% (Djamhuri 2011).
Penyiapan Bahan Stek
Bahan stek dibuat dari kebun pangkas yang telah berumur satu setengah
tahun di SEAMEO-BIOTROP. Bahan yang dipilih adalah pucuk dengan daun
penumpu yang belum terbuka. Di atas daun teratas belum ada batang tapi daun
tersebut telah terbentuk sempurna. Pucuk tersebut kemudian dipotong sepanjang
5-10 cm dengan menggunakan gunting stek dan disisakan 3 atau 4 helai daun,
kemudian seluruh bagian stek direndam di dalam air agar bahan stek tidak
dehidrasi sebelum diberikan perlakuan. Setelah itu, setiap helai daun dipotong dan
disisakan sepertiga luasan daun agar pada saat pertumbuhan stek tidak terjadi
transpirasi yang berlebihan.
Pangkal batang bahan stek kemudian direndam dalam larutan Rootone-F
dan larutan Rapid Root selama 15 menit. Sedangkan, perendaman dalam air
kelapa dilakukan selama 5 jam (Djamhuri 2011). Proses perendaman terlihat
seperti pada Gambar 1. Pada kontrol tidak dilakukan perendaman di dalam larutan
ZPT dan langsung ditanam.
a
b
c
Gambar 1 Pemberian ZPT air kelapa (a) Rapid root (b) Rootone-F (c) pada stek
pucuk saninten (Castanopsis argentea)
7
Penanaman Stek
Bahan stek ditanam dalam potrey di dalam bak kecambah yang sudah diberi
media tanam. Sebelum ditanam, dibuat lubang tanam terlebih dahulu untuk
menghindari kerusakan bahan stek. Setelah itu ditutup dengan plastik bening
untuk menghindari transpirasi yang berlebihan dan mencegah serangan hama atau
penyakit. Kemudian, bak kecambah yang telah ditutup plastik diletakkan pada
tempat yang teduh dan mendapat sinar matahari secara tidak langsung.
a
b
Gambar 2 Penanaman stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) pada potrey
dalam bak kecambah sebelum ditutup (a) dan setelah ditutup plastik
(b)
Pemeliharaan Stek
Pemeliharaan stek dilakukan dengan melakukan penyiraman, pengaturan
suhu dan kelembaban serta pemberian fungisida. Pengaturan suhu dan
kelembaban dilakukan setiap hari agar suhu tetap berada pada rentang 21-27 oC
dan kelembaban lebih dari 90%. Pengaturan suhu dan kelembaban dilakukan
dengan menyemprotkan air menggunakan sprayer sehingga butiran air dapat
meningkatkan kelembaban atau menurunkan suhu yang dilakukan setiap pagi,
siang dan sore hari jika kondisi suhu dan kelembaban tidak sesuai. Sebagai upaya
pemberantasan terhadap tumbuhnya jamur, maka dilakukan pula penyemprotan
fungisida Benomil 50% dengan konsentrasi 1 g/l yang dilakukan ketika terlihat
tanda adanya jamur.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari selama 45 hari pada
saat pagi, siang dan sore hari. Pengambilan data dilakukan pada saat panen, yaitu
45 hari setelah penanaman. Parameter yang diamati dan diukur pada penelitian ini
adalah: persentase hidup, persentase berakar, persentase berkalus, panjang akar,
jumlah akar primer dan jumlah sekunder.
a) Persentase hidup
Stek yang hidup adalah stek yang masih kokoh dan berwarna hijau segar
sampai akhir pengamatan. Persentase hidup dihitung dengan menggunakan
rumus:
Persentase hidup
b) Persentase berakar
Persentase berakar
8
c) Persentase berkalus
Persentase stek berkalus
d) Panjang akar primer
Akar primer adalah akar yang tumbuh langsung dari batang stek. Panjang
akar primer diukur dari pangkal akar sampai ujung akar primer terpanjang
dengan menggunakan mistar ukur.
e) Jumlah akar primer
Jumlah akar primer tersebut dihitung secara manual.
f) Jumlah akar sekunder
Akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari akar primer. Jumlah akar
sekunder tersebut dihitung secara manual.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi stek pucuk saninten pada akhir pengamatan yaitu 45 hari setelah
penanaman terlihat seperti pada Gambar 3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa di
samping ada stek yang mengalami kematian, ada pula stek yang hidup dengan
kondisi telah berakar, berkalus dan tidak berakar maupun berkalus.
a
b
c
d
Gambar 3 Kondisi stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) yang telah berakar
(a), berkalus (b), tidak berakar dan berkalus (c) mati (d) pada umur 45
hari setelah penanaman
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase hidup,
persentase berakar, persentase berkalus, panjang akar, jumlah akar primer dan
sekunder. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemberian faktor ZPT, media
9
tanam dan interaksi keduanya terhadap parameter yang diamati dapat dilihat pada
Tabel 2.
Dalam penelitian ini faktor ZPT berpengaruh nyata terhadap jumlah akar
primer, sedangkan faktor media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase
berkalus dan jumlah akar primer. Akan tetapi, interaksi kedua faktor tersebut
berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer maupun sekunder.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap
beberapa parameter pengamatan stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea)
Parameter
% hidup
% berkar
% berkalus
Panjang akar primer
Jumlah akar primer
Jumlah akar sekunder
ZPT (A)
tn
tn
tn
tn
*
tn
Perlakuan
Media tanam (B)
tn
tn
*
tn
*
tn
Interaksi (AxB)
tn
tn
tn
tn
*
*
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata, * = berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%
Persentase Hidup
Persentase hidup stek pucuk saninten dalam penelitian ini sebesar 92.78%
atau 167 stek dari 180 stek yang ditanam selama 45 hari. Meskipun demikian,
pada stek yang hidup sampai akhir penelitian juga mengalami serangan jamur
seperti pada Gambar 4. Akan tetapi, hanya sebagian stek yang mengalami
kematian akibat serangan jamur tersebut. Oleh karena itu, Jumlah stek yang mati
dari keseluruhan stek yang ditanam sebesar 13 buah atau sebesar 7.22%. Akan
tetapi, pemberian perlakuan ZPT, media tanam dan interaksi keduanya tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup stek pucuk saninten.
Persentase stek yang hidup dapat dilihat pada Tabel 3.
jamur
`
Gambar 4 Jamur yang tumbuh pada pangkal stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea) (a), stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) yang
mengalami kematian akibat serangan jamur (b)
10
Tabel 3 Persentase hidup stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur 45
hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
Perlakuan ZPT
A0
A1
A2
A3
Rata-rata
Perlakuan media tanam
B0
B1
B2
93.33
93.33
86.67
93.33
100.00
80.00
100.00
86.67
100.00
93.33
100.00
86.67
95.00
95.00
88.34
Rata-rata
91.11
91.11
95.56
93.33
92.78
Persentase Berakar
Persentase berakar dihitung dengan membandingkan jumlah stek yang
berakar terhadap keseluruhan stek yang ditanam. Secara keseluruhan persentase
stek yang berakar sebesar 40.56% dari total stek yang ditanam. Persentase berakar
tertinggi pada masing-masing perlakuan sebesar 66.67% dan terendah sebesar
13.33%. Namun demikian, perlakuan ZPT, media tanam dan interaksi keduanya
tidak memberikan pengaruh yang nyata. Persentase stek yang berakar dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Persentase berakar stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur 45
hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
Perlakuan ZPT
A0
A1
A2
A3
Rata-rata
Perlakuan media tanam
B0
B1
B2
33.33
53.33
33.33
13.33
66.67
13.33
66.67
40.00
46.67
26.67
53.33
40.00
35.00
53.33
33.33
Rata-rata
40.00
31.11
51.11
40.00
40.56
Persentase Berkalus
Persentase stek yang berkalus dari total stek yang ditanam adalah sebesar
25.56%. persentase stek yang berkalus pada masing-masing perlakuan tertera pada
Tabel 5. Jika dihitung dari seluruh stek yang hidup, maka persentase stek yang
berkalus sebesar 27.54%, persentase stek yang berakar mencapai 43.71% dan
persentase stek yang tidak berakar dan berkalus sebesar 28.74%. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa lebih kurang setengah dari stek yang hidup masih belum
berakar.
Berdasarkan analisis sidik ragam, faktor media tanam memberikan pengaruh
yang nyata pada selang kepercayaan 95%. Faktor ZPT dan interaksi ZPT dengan
media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata. Oleh karena itu dilakukan
uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan respon dari faktor media tanam
terhadap persentase berkalus.
11
Tabel 5 Persentase berkalus stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur 45
hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
Perlakuan
ZPT
A0
A1
A2
A3
Rata-rata
Perlakuan media tanam
B0
B1
B2
40.00
20.00
33.33
60.00
13.33
20.00
20.00
6.67
6.67
53.33
20.00
13.33
43.33
15.00
18.33
Rata-rata
31.11
31.11
11.11
28.89
25.56
% berkalus
Hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Gambar 5. Dari gambar tersebut
dapat diketahui bahwa jenis media tanam B0 memberikan respon yang berbeda
nyata dengan jenis media tanam B1 dan B2. Jenis media tanam B0 memberikan
pengaruh persen berkalus yang paling tinggi yaitu 43.33%.
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
43.33a
18.33b
15.00b
B0
B1
B2
Jenis media tanam
Gambar 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh media tanam B0 (tanah), B1
(campuran tanah arang sekam dengan perbandingan 1:1), B2
(campuran pasir kompos dengan perbandingan 1:1) terhadap
persentase berkalus stek pucuk saninten (Castanopsis argentea).
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di atas balok menunjukkan
bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.
Panjang Akar Primer
Penelitian ini mengaamati akar primer dan sekunder yang tumbuh dari stek
pucuk saninten pada umur 45 hari setelah penanaman. Akar primer yang diamati
adalah akar yang tumbuh langsung dari batang stek. Sedangkan akar sekunder
adalah akar yang tumbuh dari akar primer. Akar primer dan sekunder pada stek
pucuk saninten dapat dilihat pada Gambar 6.
12
Akar primer
Akar sekunder
Gambar 6 Akar primer dan sekunder pada stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea) umur 45 hari setelah penanaman
Panjang akar primer diukur dari pangkal akar sampai dengan ujung
terpanjang akar. Rata-rata panjang akar adalah 3.52 cm yang dihitung dengan
membagi jumlah seluruh panjang akar pada setiap stek dengan jumlah stek yang
berakar. Rata-rata panjang akar setiap perlakuan tertera pada Tabel 6. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa rata-rata panjang akar tertinggi pada perlakuan A1B0 dan
A1B2 yakni sebesar 4.25 cm. Akan tetapi, kedua faktor ZPT dan media tanam
serta interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon
panjang akar.
Tabel 6 Rata-rata panjang akar primer (cm) stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea) umur 45 hari setelah penanaman pada masing-masing
perlakuan
Perlakuan ZPT
A0
A1
A2
A3
Rata-rata
Perlakuan media tanam
B0
B1
B2
3.20
3.31
3.28
4.25
3.62
4.25
3.71
2.19
3.33
3.18
3.81
4.11
3.59
3.23
3.74
Rata-rata
3.26
4.04
3.08
3.70
3.52
Jumlah Akar Primer
Rata-rata jumlah akar primer dari seluruh stek yang ditanam adalah 2.04
yang dihitung dengan membagi total jumlah akar tiap stek dengan banyaknya stek
yang berakar. Hasil sidik ragam menyatakan bahwa faktor ZPT, media tanam dan
interaksi keduanya memberikan pengaruh yang nyata sehingga dilakukan uji
lanjut Duncan. Pada Gambar 7 disajikan hasil uji lanjut Duncan pengaruh ZPT
terhadap jumlah akar primer. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan
A1 memberikan respon jumlah akar terendah dan berbeda nyata dengan ketiga
perlakuan yang lain yaitu A3, A2, dan A0. Dari ketiga perlakuan tersebut
perlakuan A3 memiliki rata-rata jumlah akar primer yang paling banyak.
13
1.9a
2
Jumlah akar
1.6a
1
1.6a
0.7b
0
A0
A1
A2
A3
Jenis ZPT
Gambar 7
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis ZPT A0 (kontrol), A1
(Rootone-F), A3 (Rapid root), A4 (air kelapa) terhadap jumlah akar
primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea). Angka yang
diikuti oleh huruf yang sama di atas balok menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.
Berdasarkan analisis sidik ragam, media tanam memberikan pengaruh yang
nyata terhadap jumlah akar primer. Oleh karena itu, dilakukan uji lanjut Duncan
dengan hasil seperti pada Gambar 8. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
perlakuan media tanam B1 memberikan respon yang berbeda nyata dengan kedua
jenis media yang lain yaitu B2 dan B0.
Jumlah akar primer
3
2.1a
2
1.3b
1b
1
0
B0
B1
Jenis media tanam
B2
Gambar 8 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh media tanam B0 (tanah), B1
(campuran tanah arang sekam dengan perbandingan 1:1), B2
(campuran pasir kompos dengan perbandingan 1:1) terhadap jumlah
akar primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea). Angka yang
diikuti oleh huruf yang sama di atas balok menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.
14
Selain faktor ZPT dan media tanam, interaksi kedua faktor tersebut juga
memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar primer. Sehingga
berdasarkan hasil uji lanjut Duncan diketahui bahwa interaksi A0 dengan B1 dan
A3 dengan B2 memberikan respon rata-rata jumlah akar tertinggi, sedangkan
interaksi terendah pada perlakuan A1B2. Secara lebih rinci, hasil uji lanjut
Duncan tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.
4
3a
3a
Jumlah akar primer
3
2.1ab
2
1.9ab
1.9ab
1.5bc
1
0,.bc
1bc
1bc
0.4bc
0.8bc
0.3bc
0
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 A3B0 A3B1 A3B2
Perlakuan
Gambar 9 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi faktor ZPT dan media
tanam terhadap jumlah akar primer stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea). Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di atas balok
menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata
pada selang kepercayaan 95%.
Pada perlakuan A0B1 dan A3B2 respon rata-rata jumlah akar primernya
tidak berbeda nyata. Jika dicermati lebih lanjut, maka akan terlihat bahwa nilai
tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata jumlah akar yang
paling rendah pada perlakuan A1B2 sebesar 0.3. Meski demikian perlakuan A1B2
tidak berbeda nyata dengan perlakuan A3B0, A0B0, A1B0, dan A1B2 dengan
rata-rata jumlah akar primer adalah kurang dari 1.
Jumlah Akar Sekunder
Jumlah akar sekunder pada stek pucuk saninten pada penelitian ini dihitung
secara manual. Rata-rata jumlah akar sekunder dari keseluruhan stek yang berakar
adalah 5.8. Rata-rata jumlah akar sekunder tertinggi ada pada perlakuan A3B2
sebesar 10.8 dan rata-rata jumlah akar sekunder terendah adalah pada perlakuan
A2B1 sebesar 1.5.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa faktor ZPT atau pun media tanam
tidak berpengaruh nyata. Akan tetapi, interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh
nyata terhadap respon jumlah akar sekunder. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut
Duncan dengan hasil seperti pada Gambar 10.
15
12
10.8a
Jumlah akar sekunder
10
7.7ab
8
7.3abc
7.1abc
6
4.6bcd
4
2
2.9bcd
2.7bcd
2.1cd 1.8cd
2.2cd
1.5d
0.5d
0
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 A3B0 A3B1 A3B2
Perlakuan
Gambar 10 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi faktor ZPT dan media
tanam terhadap jumlah akar sekunder stek pucuk saninten
(Castanopsis argentea). Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di
atas balok menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak
berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.
Pembahasan
Pembiakan tanaman secara vegetatif melalui stek pucuk dilakukan pada
jenis-jenis tanaman yang sulit dikembangbiakkan dengan menggunakan biji akibat
jumlah biji yang terbatas dan sukar berkecambah. Alasan lainnya adalah untuk
menghasilkan keturunan yang identik dengan induknya (Rochiman dan Harjadi
1973). Bahan stek berupa pucuk dipilih karena karbohidrat dapat terakumulasi
pada bagian atas pucuk stek sampai akar telah terbentuk (Hartmann et al. 1990).
Pemberian ZPT dalam penyetekan dimaksudkan untuk mempercepat proses
perakaran. Di dalam ZPT tersebut terkandung auksin yang akan berkumpul
dengan karbohidrat dan rooting cofactor sehingga akan menstimulir pembentukan
akar pada stek (Rochiman dan Harjadi 1973).
Pada penelitian ini ZPT yang digunakan adalah ZPT yang dapat ditemukan
dengan mudah di masyarakat yaitu Rootone-F, Rapid root, dan air kelapa. Pada
penelitian ini, pemberian ZPT tersebut hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah
akar primer, sedangkan terhadap persentase berakar tidak berpengaruh nyata. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa saninten dapat berakar dengan hormon endogen
dalam bahan steknya.
Media tanam merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam
keberhasilan stek. Media tanam yang baik akan meningkatkan peluang
keberhasilan stek. Dalam penelitian ini media tanam yang digunakan adalah tanah
(A0), campuran tanah dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 (A1) dan
campuran pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1 (A2). Media tanah dipilih
karena di dalamnya terkandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pasir
16
dan arang sekam juga digunakan karena dapat meningkatkan aerasi sehingga
oksigen dalam media akan tercukupi. Sedangkan kompos memiliki kandungan
bahan organik yang tinggi sehingga menambah kemampuan tanah dalam menahan
air dan merupakan sumber unsur hara N, P, dan S (Hardjowigeno 2003). Pada
penelitian ini media tersebut berpengaruh nyata terhadap persentase berkalus dan
jumlah akar primer
Persentase hidup stek pucuk saninten dalam penelitian ini cukup tinggi yaitu
92.78% dari keseluruhan stek yang ditanam. Berdasarkan analisis sidik ragam,
faktor ZPT dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup
stek. Hal tersebut diakibatkan adanya cadangan makanan serta nutrisi hasil
fotosintesis yang ada dalam bahan stek. Selain itu, kondisi lingkungan seperti
suhu yang dan kelembaban juga mempengaruhi persentase hidup stek.
Berdasarkan Hartmann et al. (1990) suhu udara yang baik dalam merangsang
pembentukan akar adalah 21-27 oC dengan temperatur malam hari sebesar 15 oC.
Sedangkan kelembaban yang tinggi akan menghambat laju evapotranspirasi stek,
mencegah stek dari kekeringan dan kematian (Rochiman dan Harjadi 1973). Oleh
karena itu, dalam penelitian ini suhu selalu diusahakan berada dalam rentang 2127 oC dan kelembaban lebih dari 90%.
Dari keseluruhan stek yang hidup, persentase stek yang berakar mencapai
43.71% dan lebih tinggi dari pada stek yang berkalus (27.54%) maupun stek yang
tidak berakar dan berkalus (28.74%). Meskipun demikian berdasarkan analisis
sidik ragam, faktor ZPT, media tanam dan interaksi keduanya tidak berpengaruh
nyata terhadap persentase berakar pada selang kepercayaan 95%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, pemberian ZPT dan media tanam tidak
berpengaruh dalam peningkatan persentase berakar. Akan tetapi, berdasarkan
persentase tersebut dimungkinkan terjadinya peningkatan persentase berakar jika
umur stek lebih lama dari 45 hari hal ini disebabkan persentase stek yang belum
berakar dan berkalus tinggi.
Kalus biasanya terbentuk pada bagian bawah stek ketika kondisi lingkungan
baik untuk perakaran. Seringkali akar muncul setelah terbentuk kalus.
Pembentukan kalus dan akar tidak saling terkait, namun seringkali keduanya
terbentuk bersamaan dikarenakan ketergantungan mereka pada kondisi internal
dan eksternal yang sama (Hartmann et al. 1990)
Persentase stek yang berkalus sebesar 27.54% dari total stek yang hidup.
Nilai tersebut masih lebih kecil dibandingkan persentase berakar. Meskipun
demikian, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam
berpengaruh nyata terhadap persentase berkalus. Faktor ZPT dan interaksi ZPT
dengan media tanam tidak berpengaruh nyata. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji
lanjut Duncan diketahui bahwa media tanam B0 (tanah) memberikan respon ratarata persen berkalus paling tinggi (43.33%) dan berbeda nyata dengan dua media
lainnya yaitu B2 dan B1.
Media tanam B0 (tanah) merupakan media tanam kurang baik jika
digunakan sebagai media perakaran karena memberikan respon berkalus yang
lebih tinggi dibandingkan respon berakar. Hal tersebut terjadi karena media tanam
B0 merupakan media tanam yang paling padat, sehingga pembentukan akar
menjadi terganggu karena dalam pembentukan suberin dan kambium diperlukan
oksigen yang banyak (Rochiman dan Harjadi 1973).
17
Akar primer yang diukur dalam penelitian ini adalah akar yang tumbuh
langsung dari bahan stek seperti pada Gambar 6. Sedangkan akar sekunder adalah
akar tambahan yang tumbuh dari akar primer. Selama 45 hari pengamatan ratarata panjang akar primer stek mencapai 3.52 cm dengan panjang terbesar pada
perlakuan A1B0 dan A1B2 (4.25 cm). Akan tetapi, berdasarkan analisis sidik
ragam baik ZPT, media tanam dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang akar. Sedangkan pada parameter jumlah akar primer, kedua
faktor dan interaksinya berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pada faktor ZPT diketahui bahwa ratarata jumlah akar primer paling baik ada pada perlakuan A3 (air kelapa) sebesar
1.9. Namun, respon jumlah akar yang diberikan perlakuan A3 tidak berbeda nyata
dengan respon yang diberikan oleh perlakuan A2 (Rapid root) dan A0 (kontrol).
Perlakuan A1 (Rootone-F) memberikan respon yang berbeda nyata dengan tiga
perlakuan lainnya dengan rata-rata jumlah akar primer paling rendah. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa air kelapa dapat digunakan sebagai ZPT setara dengan
Rapit root meskipun tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Pada faktor media tanam, setelah dilakukan uji lanjut Duncan diketahui
bahwa media tanam yang memberikan respon jumlah akar primer paling baik
adalah media tanam B1 (tanah dan arang sekam) sebesar 2.1. Selain itu, respon
yang diberikan tersebut berbeda nyata dengan dua perlakuan yang lain B0 (tanah)
dan B2 (pasir dan kompos).
Campuran tanah dan arang sekam akan membuat media tanam memiliki
aerasi dan drainase yang baik sehingga banyak oksigen yang ada dalam media
serta telah tersedia unsur hara di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa media
tanam tanah dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 cukup baik bila digunakan
untuk penyetekan saninten. Selain itu, interaksi faktor A dan B juga memberikan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar primer. Interaksi A0 dengan B1 dan
A3 dengan B2 memberikan respon jumlah akar primer yang paling baik dan
berbeda nyata dengan interaksi lainnya. Artinya perlakuan air kelapa di media
pasir kompos memberikan respon yang sama dengan perlakuan tanpa ZPT di
media tanam tanah arang sekam.
Pada jumlah akar sekunder, faktor ZPT dan media tanam tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah akar. Namun, interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh
nyata terhadap jumlah akar sekunder. Dari hasil uji lanjut Duncan didapatkan
hasil bahwa perlakuan A3B2 memberikan respon jumlah akar paling tinggi dan
berbeda nyata dengan sebelas perlakuan yang lain. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perlakuan air kelapa dengan media tanam pasir kompos (A3B2)
memberikan respon jumlah akar primer dan sekunder yang paling baik.
Kematian stek yang terjadi selama proses penelitian diakibatkan oleh
serangan jamur yang tumbuh pada pangkal stek. Jamur tersebut diduga
disebabkan oleh terkontaminasi pada saat penyiraman atau media yang kurang
steril. Selain itu, kelembaban yang tinggi dan hangat dalam sungkup akan
memberikan kondisi lingkungan yang ideal bagi jamur untuk tumbuh (Mansur
2010). Adanya jamur tersebut akan menyerap cadangan makanan pada stek
sehingga kemudian stek menjadi busuk dan mati.
18
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pada penelitian ini saninten telah berhasil diperbanyak secara vegetatif
dengan cara stek pucuk. Persentase stek yang hidup sebesar 92.78% dan stek yang
berakar sebesar 40.56% pada umur 45. Saninten dapat distek tanpa menggunakan
ZPT komersial. Akan tetapi, Interaksi ZPT dari air kelapa dan media tanam pasir
kompos dengan perbandingan 1:1 memiliki jumlah akar primer dan sekunder
terbaik dan berbeda nyata.
Saran
Perlu dilakukan pengamatan yang lebih lama, yakni lebih dari 45 hari,
karena persentase stek yang berakar masih lebih rendah dibanding persentase stek
yang hidup. Selain itu, masih ada stek yang berkalus dan belum berakar pada
umur 45 hari setelah penanaman. Dengan keberhasilan tersebut, maka jenis
saninten (Castanopsis argentea) berpotensi untuk digunakan dalam reklamasi
lahan pada dataran tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Djamhuri E. 2011. Pemanfaatan air kelapa untuk meningkatkan pertumbuhan
stek pucuk meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.). Jurnal Silvikultur
Tropika. 2(1):5-8.
[GBIF] Global Biodiversity Information Facility. 2015. Castanopsis argentea
(Blume) A.DC. [diunduh 2015 Juni 26]. Tersedia pada: http//: www.gbif.org.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Hartmann HT, Kester DE, Devies FT. 1990. Plant Propagation Principles and
Practice. Fifth edition. London (GB): Prentice Hall.
Heriyanto NM, Sawitri S, Subandinata D. 2007. Kajian ekologi permudaan
saninten (Castanopsis argentea (BL.) A.DC.) di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango, Jawa Barat. Buletin Plasma Nutfah. 13(1):34-42.
Lemmens RHMJ, Soerianegara I, Wong WC. 1995. Plant Resources of South
East Asia No.5(2). Timber trees: Minor Commercial Timber. Bogor (ID):
Prosea.
Mansur I. 2010. Teknik Silvikultur untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang.
Bogor (ID): SEAMEO BIOTROP.
Manurung SO. 1987. Status dan Potensi Zat Pengatur Tumbuh Serta Prospek
Penggunaan Rootone-F dalam Perbanyakan Tanaman.
Jakarta (ID):
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Departemen Kehutanan.
Martawijaya A, Kartasurjana I, Mandang Y, Prawira SA, Kadir K. 1989. Atlas
Kayu Indonesia Jilid II. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Bogor.
19
Rochiman K, Harjadi SS. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor (ID): Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian.
Subiakto A. 2006. The Manual of Koffco System Nursery Management. Bogor
(ID): Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor (ID): Pusat Antar
Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Wibowo C. 2006. Hubungan antara keberadaan saninten (Castanopsis argentea
BLUME) dengan beberapa sifat tanah: kasus di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
20
Lampiran 1 Tata letak percobaan
BAK 1
A3B2(3)C
A2B3(3)B
A2B2(4)C
A3B2(5)A
A2B3(1)B
A1B1(1)A
A3B1(1)C
A2B1(1)A
A2B3(1)C
A4B3(2)C
A1B2(1)C
A2B2(3)B
A3B3(4)B
A4B1(1)A
A2B1(2)A
A1B2(2)B
A3B3(1)C
A2B2(4)C
A4B2(4)A
A2B2(1)B
A1B3(2)A
A4B1(4)A
A4B1(4)C
A1B2(5)A
BAK 2
A1B1(5)A
A2B3(2)C
A2B3(3)A
A3B2(3)B
A4B1(4)B
A4B1(5)A
A1B2(4)C
A1B1(3)B
A4B2(4)C
A4B3(5)C
A3B2(1)A
A2B1(5)C
A2B2(2)A
A4B3(1)C
A1B3(1)B
A2B2(4)B
A4B3(4)A
A1B3(1)A
A1B3(3)A
A3B2(4)B
A1B1(3)C
A3B2(5)C
A2B1(4)C
A1B3(5)C
A4B1(2)A
A1B3(2)C
A2B2(5)A
A2B2(3)A
A1B3(3)B
A2B1(2)B
A1B1(2)C
A3B1(2)B
A2B3(2)A
A1B2(1)B
A3B2(2)C
A3B1(3)C
A1B1(4)A
A2B1(4)A
A3B3(5)B
A3B2(1)C
BAK 3
A4B1(3)C
A3B1(1)A
A3B3(3)C
A2B2(1)A
A2B3(5)B
A4B1(5)B
A1B2(4)A
A4B3(3)A
A1B3(1)C
A4B1(1)B
A1B3(3)C
A1B2(1)A
A2B3(4)A
A4B2(2)A
A4B3(1)B
A3B3(4)C
A3B3(3)A
A2B3(5)C
A3B3(2)A
A2B1(1)C
A1B3(4)B
A4B2(3)B
A1B3(5)B
A2B2(2)C
A2B1(3)A
A4B1(3)A
A2B1(5)B
A1B3(2)B
A4B3(5)A
A4B3(2)B
A2B3(2)B
A3B2(2)A
A3B1(5)A
A2B2(2)B
A4B1(1)C
A2B2(3)C
A2B1(2)C
A4B3(3)B
A1B2(5)C
A1B2(2)A
BAK 4
A1B1(3)A
A1B1(2)B
A2B1(3)B
A3B2(5)B
A1B1(1)B
A3B1(3)A
A3B1(4)C
A1B1(5)B
A2B3(1)A
A2B1(5)A
A2B2(5)C
A1B2(3)B
A4B1(5)C
A2B2(1)C
A4B2(2)B
A4B2(5)B
A4B3(5)B
A3B1(5)C
A1B1(1)C
A1B2(5)B
A1B1(2)A
A4B3(4)B
A2B1(4)B
A4B2(3)C
A1B2(3)C
A4B2(1)C
A2B3(3)C
A3B3(5)A
A1B2(3)A
A3B1(1)B
A3B1(4)A
A1B1(5)C
A4B2(1)B
A2B3(5)A
A4B2(2)C
A3B1(4)B
A3B3(4)A
A1B3(4)C
A3B3(3)B
A3B1(2)C
A4B1(2)B
A1B3(5)A
A2B2(5)B
A1B2(4)B
A4B3(1)A
A4B2(4)B
21
BAK 5
A2B1(3)C
A4B2(5)C
A3B3(5)C
A4B2(3)A
A3B2(2)B
A3B3(1)B
A3B2(4)C
A2B1(1)B
A2B2(4)A
A3B2(1)B
A2B3(4)B
A4B3(2)A
A4B2(5)A
A3B3(1)A
A4B2(1)A
A3B1(5)B
A1B2(2)C
A1B1(4)B
A4B1(3)B
A4B3(3)C
A3B2(4)A
A3B3(2)B
A1B1(4)C
A3B2(3)A
A3B1(3)B
A3B1(2)A
A4B1(2)C
A1B3(4)A
A4B3(4)C
A3B3(2)C
Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap persen hidup
stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
Sumber keragaman
ZPT
Media tanam
Interaksi
Galat
Total
Derajat
bebas
(db)
3
2
6
48
59
Jumlah
kuadrat
(JK)
203.696
592.563
1629.44
11109.8
13535.52
Kuadrat
tengah
(KT)
67.8988
296.281
271.573
231.455
F-hitung
P-value
0.29336
1.28008
1.17333
0.8299
0.2873
0.3362
Keterangan: berpengaruh nyata
MELALUI STEK PUCUK DENGAN ZAT PENGATUR
TUMBUH KOMERSIAL
FAUQO NURUL FITRIA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pembiakan Saninten
(Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) melalui Stek Pucuk dengan Zat Pengatur
Tumbuh Komersial adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Fauqo Nurul Fitria
NIM E44110008
ABSTRAK
FAUQO NURUL FITRIA. Pembiakan Saninten (Castanopsis argentea (Blume)
A.DC.) melalui Stek Pucuk dengan Zat Pengatur Tumbuh Komersial. Dibimbing
oleh IRDIKA MANSUR.
Saninten (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) merupakan salah satu
jenis pohon asli Indonesia yang bernilai tinggi dan memiliki buah yang bisa
dikonsumsi sehingga kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetatif perlu
dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh zat pengatur tumbuh
(ZPT) komersial dan media tanam yang berbeda, serta interaksi keduanya
terhadap pertumbuhan stek pucuk saninten. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor. Faktor pertama yaitu ZPT komersial
dari Rootone-F, Rapid root, dan air kelapa. Faktor kedua yaitu media tanam
berupa tanah, tanah arang sekam (1:1), dan pasir kompos (1:1). Pada penelitian
ini persentase hidup stek sebesar 92.78% dan persentase berakar sebesar
40.56%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saninten dapat distek tanpa
menggunakan ZPT komersial. Namun, interaksi ZPT dari air kelapa dengan
media tanam pasir kompos memiliki respon jumlah akar primer dan sekunder
tertinggi dan berbeda nyata dengan interaksi perlakuan lainnya.
Kata kunci: Castanopsis argentea, stek pucuk, zat pengatur tumbuh
ABSTRACT
FAUQO NURUL FITRIA. The Propagation of Saninten (Castanopsis argentea
(Blume) A.DC.) by Cuttings Shoots with Commercial Plant Growth Regulator.
Guide by IRDIKA MANSUR.
Saninten (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) is one of indigenous
spesies to Indonesia that has high value and has a fruit that can be consumed.
Therefore the vegetative propagation is needed. The purpose of this study were
to examine the effect of commercial plant growth regulator (PGR), the planting
medium and both interaction to the growth of cuttings shoots saninten. In this
study used a completely randomized design (CRD) with two factors. The first
factor was PGR used from Rootone-F, Rapid root, and coconut water. And the
second factor was planting medium used from soil, soil rice husk (1:1), and
compost sand (1:1). In this study, the percentage of live cuttings amounted to
92.78% and the percentage of rooted by 40.56%. The result of this study showed
that saninten can be cut without using commercial PGR. However, the PGR
interaction of coconut water with compost sand planting medium having a
response number of primary and secondary roots highest and significantly
different from other treatments interaction.
Keywords: Castanopsis argentea¸ cutting shoots, plant growth regulator
PEMBIAKAN SANINTEN (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.)
MELALUI STEK PUCUK DENGAN ZAT PENGATUR
TUMBUH KOMERSIAL
FAUQO NURUL FITRIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah
stek pucuk, dengan judul Pembiakan Saninten (Castanopsis argentea (Blume)
A.DC.) melalui Stek Pucuk dengan Zat Pengatur Tumbuh Komersial.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Irdika Mansur, MForSc
selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ading dari SEAMEO BIOTROP,
yang telah membantu dalam kegiatan penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan teman-teman, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015
Fauqo Nurul Fitria
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Saninten (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.)
2
Perkembangbiakan Vegetatif Stek Pucuk
2
Zat Pengatur Tumbuh
3
Media Tanam
4
METODE
4
Waktu dan Tempat Penelitian
4
Alat dan Bahan
4
Prosedur Analisis Data
5
Prosedur Penelitian
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
8
8
15
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
20
RIWAYAT HIDUP
24
DAFTAR TABEL
1 Kombinasi Rancangan Percobaan Acak Lengkap (RAL) dua faktor
(ZPT dan media tanam) pada stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea)
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam
terhadap beberapa parameter pengamatan stek pucuk saninten
(Castanopsis argentea)
3 Persentase hidup stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur 45
hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
4 Persentase berakar stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur
45 hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
5 Persentase berkalus stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur
45 hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
6 Rata-rata panjang akar primer (cm) stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea) umur 45 hari setelah penanaman pada masing-masing
perlakuan
5
9
10
10
11
12
DAFTAR GAMBAR
1 Pemberian ZPT air kelapa (a) Rapid root (b) Rootone-F (c) pada stek
pucuk saninten (Castanopsis argentea)
2 Penanaman stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) pada potray
dalam bak kecambah sebelum ditutup (a) setelah ditutup plastik (b)
3 Kondisi stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) yang telah
berakar (a), berkalus (b), tidak berakar dan berkalus (c) mati (d) pada
umur 45 hari setelah penanaman
4 Jamur yang tumbuh pada pangkal stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea) (a), stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) yang
mengalami kematian akibat serangan jamur (b)
5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh media tanam B0 (tanah), B1
(campuran tana arang sekam,1:1), B2 (campuran pasir kompos,1:1)
terhadap persentase berkalus stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea). Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di atas balok
menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata
pada selang kepercayaan 95%.
6 Akar primer dan sekunder pada stek pucuk saninten (Castanopsis
argente) umur 45 hari setelah penanaman
7 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis ZPT A0 (komtrol), A1
(Rootone-F), A2 (Rapid root), A3 (air kelapa) terhadap jumlah akar
primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea). Angka yang
diikuti oleh huruf yang sama di atas balok menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.
8 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh media tanam B0 (tanah), B1
(campuran tanah arang sekam dengan perbandingan 1:1), B2
6
7
8
9
11
12
13
(campuran pasir kompos dengan perbandingan 1:1) terhadap jumlah
akar primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea). Angka yang
diikuti oleh huruf yang sama di atas balok menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.
9 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi faktor ZPT dan media
tanam terhadap jumlah akar primer stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea). Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di atas balok
menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata
pada selang kepercayaan 95%.
10 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi faktor ZPT dan media
tanam terhadap jumlah akar sekunder stek pucuk saninten
(Castanopsis argentea). Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di
atas balok menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak
berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.
13
14
15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tata letak percobaan
2 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap persen hidup
stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
3 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap persen berakar
stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
4 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap persen berkalus
stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
5 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap panjang akar
primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
6 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap jumlah akar
primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
7 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap jumlah akar
sekunder stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
8 Pengamatan suhu dan kelembaban di dalam sungkup stek pucuk
saninten (Castanopsis argentea) selama 45 hari
20
21
21
21
22
22
22
22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saninten dengan nama ilmiah Castanopsis argentea (Blume) A.DC
merupakan jenis pohon yang dapat ditemukan secara alami di hutan primer dan
sekunder tua. Jenis tersebut dominan di tempat-tempat tertentu di Jawa yang
menyebar dari Barat ke bagian Timur kecuali Jawa Timur (Lemmens et al. 1995).
Jenis tersebut berpotensial untuk dikembangkan karena memiliki berbagai
kegunaan. Kegunaan tersebut antara lain sebagai kayu pertukangan yang bernilai
untuk bahan bangunan, jembatan, papan, tiang dan rusuk. Sedangkan kulitnya
dapat dimanfaatkan sebagai pewarna hitam pada rotan dan buahnya dapat
dimakan (Lemmens et al. 1995).
Berdasarkan Heriyanto et al. (2007) diperlukan kegiatan budidaya saninten
untuk merehabilitasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jenis tersebut
dipilih karena merupakan jenis lokal, habitat satwa liar serta buahnya sebagai
sumber makanan. Selain itu, saninten toleran terhadap tanah yang berbatu
sehingga dapat digunakan untuk reboisasi lahan-lahan yang memiliki kandungan
batu yang cukup tinggi (Wibowo 2006) dan jenis ini merupakan salah satu jenis
yang berpotensi untuk digunakan dalam kegiatan revegetasi lahan bekas tambang
(Mansur 2010).
Permudaan secara alami pohon saninten sulit ditemukan karena buah yang
jatuh mudah membusuk atau dimakan binatang (Martawijaya et al. 1989). Oleh
karena itu, diperlukan usaha pelesatarian jenis tersebut dengan pembiakan secara
generatif atau vegetatif. Pembiakan secara vegetatif perlu dikembangkan untuk
mendapatkan bibit dengan jumlah banyak dalam waktu yang lebih singkat tanpa
menunggu musim berbuahnya.
Salah satu metode perbanyakan secara vegetatif adalah dengan stek pucuk.
Metode tersebut merupakan salah satu metode ekonomis yang dapat dilakukan
oleh masyarakat secara swadaya. Meskipun demikian, diperlukan pengetahuan
tentang penambahan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan penggunaan jenis media
tanam tertentu untuk mempercepat proses pembentukan akar pada stek.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis ZPT
komersial dan jenis media tanam yang berbeda, serta interaksi keduanya terhadap
pertumbuhan stek pucuk saninten.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan saninten terkait dengan
penyediaan bibit dalam waktu yang tepat untuk mendukung program
pembangunan hutan tanaman atau pun kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Saninten (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.)
Saninten memiliki nama lain berangan, kandik kurus (Sumatra) dan
sarangan (Jawa). Berdasarkan GBIF (2015) sistem klasifikasi tanaman saninten
memiliki penggolongan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Tracheophyta
Kelas
: Maglinopsida
Ordo
: Fagales
Famili
: Fagaceace
Genus
: Castanopsis
Spesies
: Castanopsis argentea (Blume) A.DC.
Di Indonesia Saninten atau berangan merupakan jenis pohon yang tersebar
di Sumatra dan Jawa bagian barat dan tengah. Jenis ini tumbuh di hutan primer
atau hutan sekunder tua dari dataran rendah sampai pegunungan bagian tengah.
Jenis tersebut biasanya tumbuh banyak pada ketinggian 1 000-1 500 mdpl tapi
dimungkinkan tumbuh sampai ketinggian 2 500 mdpl. Selain itu, saninten dapat
tumbuh pada kondisi tanah yang bervariasi tapi tidak berkapur (Lemmens et al.
1995).
Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 m dengan panjang batang bebas
cabang sampai 25 m, kayu teras berwarna coklat kelabu sampai coklat merah
muda. Sedangkan kayu gubal berwarna putih, kuning muda atau coklat muda
kadang-kadang kemerah-merahan dengan tebal 5-6 cm. Tekstur kayu agak kasar
sampai kasar dan tidak merata. Pohon ini berbuah sepanjang tahun terutama
Oktober, Desember dan Februari. Buah tersebut tidak dapat disimpan lama karena
daya berkecambahnya berkurang (Martawijaya et al. 1989).
Saninten merupakan salah satu jenis yang penting dalam menghasilkan kayu
yang baik untuk konstruksi. Kulit batang saninten menghasilkan warna kehitaman
yang dapat digunakan untuk mewarnai rotan. Sedangkan buahnya adalah buah
edibel dan diperdagangkan secara lokal. Kegunaan lain jenis ini adalah cocok
untuk konstruksi medium hingga berat seperti tonggak rumah, lapisan, jembatan,
furnitur, interior, panel, lantai, plywood, lapisan vinir, palet, dan juga kayu bakar
(Lemmens et al. 1995).
Perkembangbiakan Vegetatif Stek Pucuk
Perkembangbiakan vegetatif merupakan salah satu cara untuk
memperbanyak tanaman tanpa menggunakan biji. Teknik ini dilakukan untuk
membibitkan jenis-jenis tanaman yang bermasalah dalam pembiakan secara
generatifnya seperti tanaman yang tidak menghasilkan biji atau menghasilkan biji
yang sukar berkecambah (Rochiman dan Harjadi 1973). Perkembangbiakan
secara vegetatif ini akan menghasilkan tanaman yang memiliki genotip yang sama
dengan induknya dan disebut sebagai klon (Hartmann et al. 1990).
Salah satu kegiatan pembiakan tanaman secara vegetatif adalah dengan
stek. Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa
3
bagian tanaman seperti akar, batang, dan daun, agar bagian-bagian tersebut dapat
membentuk akar (Rochiman dan Harjadi 1973).
Faktor penentu keberhasilan stek terdiri dari dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti jenis tanaman, bahan stek,
ketersediaan air, hormon endogen, umur dan tipe bahan stek serta kehadiran virus
dan penyakit. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, kelembaban udara,
intensitas cahaya, media perakaran dan teknik penyiapan stek (Hartmann et al.
1990).
Stek pucuk merupakan salah satu teknik pembiakan tanaman secara
vegetatif yang pada dasarnya dikembangkan dari teknik stek batang yang telah
diaplikasikan secara luas pada tanaman hutan. Stek pucuk tersebut merupakan
metode yang penting dalam perbanyakan tanaman hutan karena merupakan teknik
yang sederhana yang dapat dilakukan pada jenis tanaman pohon (Subiakto 2006).
Zat Pengatur Tumbuh
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik yang dapat
mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Mekanisme tersebut dilakukan dengan membentuk
hormon-hormon yang sama, memengaruhi sintesis hormon, dan perubahan lokasi
pembentukan hormon (Wattimena 1988). Untuk membedakan antara hormon
tanaman dan ZPT adalah bahwa semua hormon dapat mengatur pertumbuhan tapi
tidak semua ZPT adalah hormon. ZPT tersebut mengatur pertumbuhan dengan
meniru kerja hormon seperti memengaruhi sintesis hormon, destruksi, atau
translokasi. Beberapa tipe ZPT yang dikenal saat ini adalah auksin, sitokinin,
giberelin dan etilen. Dari semua ZPT tersebut auksin memiliki efek yang paling
besar terhadap perakaran pada stek (Hartmann et al.1990).
Pada tahun 1930-an ditemukan fakta bahwa auksin berperan dalam
beberapa aktivitas tanaman seperti pertumbuhan batang, pembentukan akar
adventif, penghambatan pucuk lateral, absisi daun dan buah, serta aktivasi sel-sel
cambial. Auksin dapat ditemukan di seluruh jaringan tumbuhan yang
ditranslokasikan ke jaringan-jaringan meristematik seperti pada titik-titik
pertumbuhan yaitu koleoptil, tunas, ujung daun dan ujung akar. Auksin diperlukan
untuk inisiasi akar adventif. Hal tersebut terlihat bahwa sel-sel akar yang pertama
akan terinisiasi tergantung auksin yang ditambahkan atau auksin endogen dalam
stek (Hartmann et al. 1990).
Rootone-F merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang terdiri dari
senyawa-senyawa yang menjadi bahan aktifnya, yaitu :
a. Naphtalene acetamide (NAD) sebanyak 0.067%
b. Methy-1-Naphteleneacetic acid (MNAA) sebanyak 0.033%
c. Methyle-1-Naphteleneacetamide (MNDAA) sebanyak 0.013%
d. Indole-3-Butyric acid (IBA) sebanyak 0.57%
e. Tetramethylthiuram disulfide (Thiram) sebanyak 4.00%
Campuran tersebut tidak dapat disebut auksin sintetik maupun alamiah
karena jumlah Thiram sebagai fungisida yang lebih banyak, daripada NAD,
MNAA, MNDAA, dan IBA yang berasosiasi menjadi auksin sintetik (Manurung
4
1987). Rapit root merupakan salah satu ZPT yang dijual di masyarakat yang
mengandung bahan aktif Indole 3-butyric acid dan 1-Napthalene acetamide).
Air kelapa seringkali menjadi limbah. Namun berdasarkan hasil analisis
hormon yang dilakukan oleh Savitri (2005) dalam Djamhuri (2011), bahwa di
dalam air kelapa muda terdapat Giberelin (0.460 ppm GA3, 0.255 ppm GA5,
0.053 ppm GA7), Sitokinin (0.441 ppm Kinetin, 0.247 ppm Zeatin) dan Auksin
(0.237 ppm IAA). Selain itu, air kelapa memiliki efektivitas yang sama dengan
100 ppm IBA maupun dengan 100 ppm NAA yang telah diujikan pada stek pucuk
meranti tembaga (Shorea leprosula) (Djamhuri 2011).
Media Tanam
Media tanam berguna untuk menahan stek pada tempatnya, memberikan
pasokan air, menjaga kelembaban dan mengatur aerasi di sekitar pangkal stek.
Media tumbuh yang baik memiliki kriteria yang cukup kuat dan kompak untuk
menopang stek selama pertumbuhan akar, mampu mempertahankan kelembaban,
memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bebas dari hama dan penyakit
(Hartmann et al. 1990).
Media yang baik sebaiknya memiliki pH berkisar antara 4.5-7 yang terdiri
dari bahan-bahan yang tidak terlalu padat tapi harus dapat mempertahankan
kelembaban serta memiliki aerasi dan drainase yang baik serta bebas dari
cendawan dan bakteri yang dapat menyerang stek. Sifat media dengan aerasi yang
baik sangat penting untuk pembentukan akar karena dalam pembentukan suberin
dan kambium diperlukan oksigen yang banyak. Perbedaan antara pengaruh jenis
media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media tersebut memenuhi
syarat-syarat pembentukan akar. Peranan media perakaran ini akan menentukan
persen berakar dan bentuk akar stek (Rochiman dan Harjadi 1973).
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2014 sampai dengan
Februari 2015. Tempat penelitian ini berada di Kampus IPB Darmaga Bogor,
Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah potrey, gunting stek,
ember plastik, kantong plastik, sekop kecil, gelas ukur, spayer, timbangan analitik,
mistar ukur, thermometer, hygrometer, kertas label, plastik bening dan alat tulis.
Bahan yang digunakan adalah pucuk saninten yang diperoleh kebun
pangkas yang berumur satu setengah tahun di SEAMEO-BIOTROP. Zat Pengatur
Tumbuh yang digunakan adalah Rootone-F, Rapid Root, dan air kelapa. Media
yang digunakan adalah tanah, kompos, pasir, dan arang sekam yang telah
5
disterilisasi terlebih dahulu kemudian diberikan fungisida untuk mencegah
tumbuhnya jamur.
Prosedur Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor. Kombinasi perlakuan kedua faktor
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Faktor yang pertama yaitu ZPT komersial
yang terdiri dari empat jenis yaitu :
A0
: kontrol (Tanpa ZPT)
A1
: rootone-F dengan konsentrasi 10 000 ppm
A2
: rapid Root dengan konsentrasi 10 000 ppm
A3
: air Kelapa
Faktor kedua adalah jenis media tanam yang terdiri dari tiga jenis, yaitu :
B0
: tanah
B1
: tanah dengan arang sekam dengan perbandingan (1:1,v/v)
B2
: pasir dengan kompos dengan perbandingan (1:1,v/v)
Tabel 1 Kombinasi Rancangan Percobaan Acak Lengkap (RAL) dua faktor ( ZPT
dan media tanam) pada stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
Perlakuan zat pengatur
tumbuh (ZPT)
A0
A1
A2
A3
B0
A0B0
A1B0
A2B0
A3B0
Perlakuan media tanam
B1
A0B1
A1B1
A2B1
A3B1
B2
A0B2
A1B2
A2B2
A3B2
Berdasarkan Tabel 1, terdapat 12 kombinasi perlakuan. Pada masing-masing
kombinasi perlakuan tersebut dibuat 5 ulangan yang mana setiap ulangan terdiri
dari 3 unit. Dengan demikian pada penelitian ini terdapat 180 stek yang diuji.
Model umum Rancangan Penelitian adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan :
Yijk
: nilai pengamatan pada faktor jenis ZPT ke-i, faktor jenis
media ke-j dan ulangan ke-k
µ
: nilai rataan umum
α
: pengaruh faktor jenis ZPT ke-i
βi
: pengaruh faktor jenis media ke-j
(αβ)ij : komponen interaksi dari faktor jenis ZPT ke-i dan factor
jenis media ke-j
εijk
: Pengaruh acak dari faktor jenis ZPT ke-i, faktor jenis
media ke-j dan ulangan ke-k.
i
: 1,2,3,4
j
: 1,2,3
k
: 1,2,3,4,5
6
Analisis data dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada
penelitian ini. Data yang ada diolah dengan menggunakan program SAS 9.1 dan
microsoft excel 2010.
Prosedur Penelitian
Penyediaan Jenis Media Tanam
Media tanam disiapkan dengan mensterilkan masing-masing jenis media
tanam yaitu tanah, arang sekam, pasir dan kompos dengan cara dikukus selama 3
jam. Setelah itu dibuat campuran media sesuai dengan perlakuan jenis media yaitu
tanah, tanah dengan arang sekam 1:1 (v/v), dan pasir dengan kompos 1:1 (v/v).
Kemudian dimasukkan ke dalam potrey dalam bak kecambah dan disemprot
dengan fungisida Benomil 50% dengan konsentrasi 1 g/l untuk menghindari
tumbuhnya jamur.
Penyiapan ZPT
ZPT yang digunakan adalah Rootone-F, Rapid Root, dan air kelapa.
Larutan Rootone-F 10 000 ppm dibuat dengan melarutkan 1 gram Rootone-F ke
dalam 100 ml air. Hal tersebut juga dilakukan dalam pembuatan larutan Rapid
Root 10 000 ppm. Sedangkan air kelapa diambil dari kelapa muda dengan
konsentrasi 100% (Djamhuri 2011).
Penyiapan Bahan Stek
Bahan stek dibuat dari kebun pangkas yang telah berumur satu setengah
tahun di SEAMEO-BIOTROP. Bahan yang dipilih adalah pucuk dengan daun
penumpu yang belum terbuka. Di atas daun teratas belum ada batang tapi daun
tersebut telah terbentuk sempurna. Pucuk tersebut kemudian dipotong sepanjang
5-10 cm dengan menggunakan gunting stek dan disisakan 3 atau 4 helai daun,
kemudian seluruh bagian stek direndam di dalam air agar bahan stek tidak
dehidrasi sebelum diberikan perlakuan. Setelah itu, setiap helai daun dipotong dan
disisakan sepertiga luasan daun agar pada saat pertumbuhan stek tidak terjadi
transpirasi yang berlebihan.
Pangkal batang bahan stek kemudian direndam dalam larutan Rootone-F
dan larutan Rapid Root selama 15 menit. Sedangkan, perendaman dalam air
kelapa dilakukan selama 5 jam (Djamhuri 2011). Proses perendaman terlihat
seperti pada Gambar 1. Pada kontrol tidak dilakukan perendaman di dalam larutan
ZPT dan langsung ditanam.
a
b
c
Gambar 1 Pemberian ZPT air kelapa (a) Rapid root (b) Rootone-F (c) pada stek
pucuk saninten (Castanopsis argentea)
7
Penanaman Stek
Bahan stek ditanam dalam potrey di dalam bak kecambah yang sudah diberi
media tanam. Sebelum ditanam, dibuat lubang tanam terlebih dahulu untuk
menghindari kerusakan bahan stek. Setelah itu ditutup dengan plastik bening
untuk menghindari transpirasi yang berlebihan dan mencegah serangan hama atau
penyakit. Kemudian, bak kecambah yang telah ditutup plastik diletakkan pada
tempat yang teduh dan mendapat sinar matahari secara tidak langsung.
a
b
Gambar 2 Penanaman stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) pada potrey
dalam bak kecambah sebelum ditutup (a) dan setelah ditutup plastik
(b)
Pemeliharaan Stek
Pemeliharaan stek dilakukan dengan melakukan penyiraman, pengaturan
suhu dan kelembaban serta pemberian fungisida. Pengaturan suhu dan
kelembaban dilakukan setiap hari agar suhu tetap berada pada rentang 21-27 oC
dan kelembaban lebih dari 90%. Pengaturan suhu dan kelembaban dilakukan
dengan menyemprotkan air menggunakan sprayer sehingga butiran air dapat
meningkatkan kelembaban atau menurunkan suhu yang dilakukan setiap pagi,
siang dan sore hari jika kondisi suhu dan kelembaban tidak sesuai. Sebagai upaya
pemberantasan terhadap tumbuhnya jamur, maka dilakukan pula penyemprotan
fungisida Benomil 50% dengan konsentrasi 1 g/l yang dilakukan ketika terlihat
tanda adanya jamur.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari selama 45 hari pada
saat pagi, siang dan sore hari. Pengambilan data dilakukan pada saat panen, yaitu
45 hari setelah penanaman. Parameter yang diamati dan diukur pada penelitian ini
adalah: persentase hidup, persentase berakar, persentase berkalus, panjang akar,
jumlah akar primer dan jumlah sekunder.
a) Persentase hidup
Stek yang hidup adalah stek yang masih kokoh dan berwarna hijau segar
sampai akhir pengamatan. Persentase hidup dihitung dengan menggunakan
rumus:
Persentase hidup
b) Persentase berakar
Persentase berakar
8
c) Persentase berkalus
Persentase stek berkalus
d) Panjang akar primer
Akar primer adalah akar yang tumbuh langsung dari batang stek. Panjang
akar primer diukur dari pangkal akar sampai ujung akar primer terpanjang
dengan menggunakan mistar ukur.
e) Jumlah akar primer
Jumlah akar primer tersebut dihitung secara manual.
f) Jumlah akar sekunder
Akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari akar primer. Jumlah akar
sekunder tersebut dihitung secara manual.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi stek pucuk saninten pada akhir pengamatan yaitu 45 hari setelah
penanaman terlihat seperti pada Gambar 3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa di
samping ada stek yang mengalami kematian, ada pula stek yang hidup dengan
kondisi telah berakar, berkalus dan tidak berakar maupun berkalus.
a
b
c
d
Gambar 3 Kondisi stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) yang telah berakar
(a), berkalus (b), tidak berakar dan berkalus (c) mati (d) pada umur 45
hari setelah penanaman
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase hidup,
persentase berakar, persentase berkalus, panjang akar, jumlah akar primer dan
sekunder. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemberian faktor ZPT, media
9
tanam dan interaksi keduanya terhadap parameter yang diamati dapat dilihat pada
Tabel 2.
Dalam penelitian ini faktor ZPT berpengaruh nyata terhadap jumlah akar
primer, sedangkan faktor media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase
berkalus dan jumlah akar primer. Akan tetapi, interaksi kedua faktor tersebut
berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer maupun sekunder.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap
beberapa parameter pengamatan stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea)
Parameter
% hidup
% berkar
% berkalus
Panjang akar primer
Jumlah akar primer
Jumlah akar sekunder
ZPT (A)
tn
tn
tn
tn
*
tn
Perlakuan
Media tanam (B)
tn
tn
*
tn
*
tn
Interaksi (AxB)
tn
tn
tn
tn
*
*
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata, * = berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%
Persentase Hidup
Persentase hidup stek pucuk saninten dalam penelitian ini sebesar 92.78%
atau 167 stek dari 180 stek yang ditanam selama 45 hari. Meskipun demikian,
pada stek yang hidup sampai akhir penelitian juga mengalami serangan jamur
seperti pada Gambar 4. Akan tetapi, hanya sebagian stek yang mengalami
kematian akibat serangan jamur tersebut. Oleh karena itu, Jumlah stek yang mati
dari keseluruhan stek yang ditanam sebesar 13 buah atau sebesar 7.22%. Akan
tetapi, pemberian perlakuan ZPT, media tanam dan interaksi keduanya tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup stek pucuk saninten.
Persentase stek yang hidup dapat dilihat pada Tabel 3.
jamur
`
Gambar 4 Jamur yang tumbuh pada pangkal stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea) (a), stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) yang
mengalami kematian akibat serangan jamur (b)
10
Tabel 3 Persentase hidup stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur 45
hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
Perlakuan ZPT
A0
A1
A2
A3
Rata-rata
Perlakuan media tanam
B0
B1
B2
93.33
93.33
86.67
93.33
100.00
80.00
100.00
86.67
100.00
93.33
100.00
86.67
95.00
95.00
88.34
Rata-rata
91.11
91.11
95.56
93.33
92.78
Persentase Berakar
Persentase berakar dihitung dengan membandingkan jumlah stek yang
berakar terhadap keseluruhan stek yang ditanam. Secara keseluruhan persentase
stek yang berakar sebesar 40.56% dari total stek yang ditanam. Persentase berakar
tertinggi pada masing-masing perlakuan sebesar 66.67% dan terendah sebesar
13.33%. Namun demikian, perlakuan ZPT, media tanam dan interaksi keduanya
tidak memberikan pengaruh yang nyata. Persentase stek yang berakar dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Persentase berakar stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur 45
hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
Perlakuan ZPT
A0
A1
A2
A3
Rata-rata
Perlakuan media tanam
B0
B1
B2
33.33
53.33
33.33
13.33
66.67
13.33
66.67
40.00
46.67
26.67
53.33
40.00
35.00
53.33
33.33
Rata-rata
40.00
31.11
51.11
40.00
40.56
Persentase Berkalus
Persentase stek yang berkalus dari total stek yang ditanam adalah sebesar
25.56%. persentase stek yang berkalus pada masing-masing perlakuan tertera pada
Tabel 5. Jika dihitung dari seluruh stek yang hidup, maka persentase stek yang
berkalus sebesar 27.54%, persentase stek yang berakar mencapai 43.71% dan
persentase stek yang tidak berakar dan berkalus sebesar 28.74%. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa lebih kurang setengah dari stek yang hidup masih belum
berakar.
Berdasarkan analisis sidik ragam, faktor media tanam memberikan pengaruh
yang nyata pada selang kepercayaan 95%. Faktor ZPT dan interaksi ZPT dengan
media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata. Oleh karena itu dilakukan
uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan respon dari faktor media tanam
terhadap persentase berkalus.
11
Tabel 5 Persentase berkalus stek pucuk saninten (Castanopsis argentea) umur 45
hari setelah penanaman pada masing-masing perlakuan
Perlakuan
ZPT
A0
A1
A2
A3
Rata-rata
Perlakuan media tanam
B0
B1
B2
40.00
20.00
33.33
60.00
13.33
20.00
20.00
6.67
6.67
53.33
20.00
13.33
43.33
15.00
18.33
Rata-rata
31.11
31.11
11.11
28.89
25.56
% berkalus
Hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Gambar 5. Dari gambar tersebut
dapat diketahui bahwa jenis media tanam B0 memberikan respon yang berbeda
nyata dengan jenis media tanam B1 dan B2. Jenis media tanam B0 memberikan
pengaruh persen berkalus yang paling tinggi yaitu 43.33%.
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
43.33a
18.33b
15.00b
B0
B1
B2
Jenis media tanam
Gambar 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh media tanam B0 (tanah), B1
(campuran tanah arang sekam dengan perbandingan 1:1), B2
(campuran pasir kompos dengan perbandingan 1:1) terhadap
persentase berkalus stek pucuk saninten (Castanopsis argentea).
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di atas balok menunjukkan
bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.
Panjang Akar Primer
Penelitian ini mengaamati akar primer dan sekunder yang tumbuh dari stek
pucuk saninten pada umur 45 hari setelah penanaman. Akar primer yang diamati
adalah akar yang tumbuh langsung dari batang stek. Sedangkan akar sekunder
adalah akar yang tumbuh dari akar primer. Akar primer dan sekunder pada stek
pucuk saninten dapat dilihat pada Gambar 6.
12
Akar primer
Akar sekunder
Gambar 6 Akar primer dan sekunder pada stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea) umur 45 hari setelah penanaman
Panjang akar primer diukur dari pangkal akar sampai dengan ujung
terpanjang akar. Rata-rata panjang akar adalah 3.52 cm yang dihitung dengan
membagi jumlah seluruh panjang akar pada setiap stek dengan jumlah stek yang
berakar. Rata-rata panjang akar setiap perlakuan tertera pada Tabel 6. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa rata-rata panjang akar tertinggi pada perlakuan A1B0 dan
A1B2 yakni sebesar 4.25 cm. Akan tetapi, kedua faktor ZPT dan media tanam
serta interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon
panjang akar.
Tabel 6 Rata-rata panjang akar primer (cm) stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea) umur 45 hari setelah penanaman pada masing-masing
perlakuan
Perlakuan ZPT
A0
A1
A2
A3
Rata-rata
Perlakuan media tanam
B0
B1
B2
3.20
3.31
3.28
4.25
3.62
4.25
3.71
2.19
3.33
3.18
3.81
4.11
3.59
3.23
3.74
Rata-rata
3.26
4.04
3.08
3.70
3.52
Jumlah Akar Primer
Rata-rata jumlah akar primer dari seluruh stek yang ditanam adalah 2.04
yang dihitung dengan membagi total jumlah akar tiap stek dengan banyaknya stek
yang berakar. Hasil sidik ragam menyatakan bahwa faktor ZPT, media tanam dan
interaksi keduanya memberikan pengaruh yang nyata sehingga dilakukan uji
lanjut Duncan. Pada Gambar 7 disajikan hasil uji lanjut Duncan pengaruh ZPT
terhadap jumlah akar primer. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan
A1 memberikan respon jumlah akar terendah dan berbeda nyata dengan ketiga
perlakuan yang lain yaitu A3, A2, dan A0. Dari ketiga perlakuan tersebut
perlakuan A3 memiliki rata-rata jumlah akar primer yang paling banyak.
13
1.9a
2
Jumlah akar
1.6a
1
1.6a
0.7b
0
A0
A1
A2
A3
Jenis ZPT
Gambar 7
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis ZPT A0 (kontrol), A1
(Rootone-F), A3 (Rapid root), A4 (air kelapa) terhadap jumlah akar
primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea). Angka yang
diikuti oleh huruf yang sama di atas balok menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.
Berdasarkan analisis sidik ragam, media tanam memberikan pengaruh yang
nyata terhadap jumlah akar primer. Oleh karena itu, dilakukan uji lanjut Duncan
dengan hasil seperti pada Gambar 8. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
perlakuan media tanam B1 memberikan respon yang berbeda nyata dengan kedua
jenis media yang lain yaitu B2 dan B0.
Jumlah akar primer
3
2.1a
2
1.3b
1b
1
0
B0
B1
Jenis media tanam
B2
Gambar 8 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh media tanam B0 (tanah), B1
(campuran tanah arang sekam dengan perbandingan 1:1), B2
(campuran pasir kompos dengan perbandingan 1:1) terhadap jumlah
akar primer stek pucuk saninten (Castanopsis argentea). Angka yang
diikuti oleh huruf yang sama di atas balok menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.
14
Selain faktor ZPT dan media tanam, interaksi kedua faktor tersebut juga
memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar primer. Sehingga
berdasarkan hasil uji lanjut Duncan diketahui bahwa interaksi A0 dengan B1 dan
A3 dengan B2 memberikan respon rata-rata jumlah akar tertinggi, sedangkan
interaksi terendah pada perlakuan A1B2. Secara lebih rinci, hasil uji lanjut
Duncan tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.
4
3a
3a
Jumlah akar primer
3
2.1ab
2
1.9ab
1.9ab
1.5bc
1
0,.bc
1bc
1bc
0.4bc
0.8bc
0.3bc
0
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 A3B0 A3B1 A3B2
Perlakuan
Gambar 9 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi faktor ZPT dan media
tanam terhadap jumlah akar primer stek pucuk saninten (Castanopsis
argentea). Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di atas balok
menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata
pada selang kepercayaan 95%.
Pada perlakuan A0B1 dan A3B2 respon rata-rata jumlah akar primernya
tidak berbeda nyata. Jika dicermati lebih lanjut, maka akan terlihat bahwa nilai
tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata jumlah akar yang
paling rendah pada perlakuan A1B2 sebesar 0.3. Meski demikian perlakuan A1B2
tidak berbeda nyata dengan perlakuan A3B0, A0B0, A1B0, dan A1B2 dengan
rata-rata jumlah akar primer adalah kurang dari 1.
Jumlah Akar Sekunder
Jumlah akar sekunder pada stek pucuk saninten pada penelitian ini dihitung
secara manual. Rata-rata jumlah akar sekunder dari keseluruhan stek yang berakar
adalah 5.8. Rata-rata jumlah akar sekunder tertinggi ada pada perlakuan A3B2
sebesar 10.8 dan rata-rata jumlah akar sekunder terendah adalah pada perlakuan
A2B1 sebesar 1.5.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa faktor ZPT atau pun media tanam
tidak berpengaruh nyata. Akan tetapi, interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh
nyata terhadap respon jumlah akar sekunder. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut
Duncan dengan hasil seperti pada Gambar 10.
15
12
10.8a
Jumlah akar sekunder
10
7.7ab
8
7.3abc
7.1abc
6
4.6bcd
4
2
2.9bcd
2.7bcd
2.1cd 1.8cd
2.2cd
1.5d
0.5d
0
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 A3B0 A3B1 A3B2
Perlakuan
Gambar 10 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi faktor ZPT dan media
tanam terhadap jumlah akar sekunder stek pucuk saninten
(Castanopsis argentea). Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di
atas balok menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak
berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.
Pembahasan
Pembiakan tanaman secara vegetatif melalui stek pucuk dilakukan pada
jenis-jenis tanaman yang sulit dikembangbiakkan dengan menggunakan biji akibat
jumlah biji yang terbatas dan sukar berkecambah. Alasan lainnya adalah untuk
menghasilkan keturunan yang identik dengan induknya (Rochiman dan Harjadi
1973). Bahan stek berupa pucuk dipilih karena karbohidrat dapat terakumulasi
pada bagian atas pucuk stek sampai akar telah terbentuk (Hartmann et al. 1990).
Pemberian ZPT dalam penyetekan dimaksudkan untuk mempercepat proses
perakaran. Di dalam ZPT tersebut terkandung auksin yang akan berkumpul
dengan karbohidrat dan rooting cofactor sehingga akan menstimulir pembentukan
akar pada stek (Rochiman dan Harjadi 1973).
Pada penelitian ini ZPT yang digunakan adalah ZPT yang dapat ditemukan
dengan mudah di masyarakat yaitu Rootone-F, Rapid root, dan air kelapa. Pada
penelitian ini, pemberian ZPT tersebut hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah
akar primer, sedangkan terhadap persentase berakar tidak berpengaruh nyata. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa saninten dapat berakar dengan hormon endogen
dalam bahan steknya.
Media tanam merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam
keberhasilan stek. Media tanam yang baik akan meningkatkan peluang
keberhasilan stek. Dalam penelitian ini media tanam yang digunakan adalah tanah
(A0), campuran tanah dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 (A1) dan
campuran pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1 (A2). Media tanah dipilih
karena di dalamnya terkandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pasir
16
dan arang sekam juga digunakan karena dapat meningkatkan aerasi sehingga
oksigen dalam media akan tercukupi. Sedangkan kompos memiliki kandungan
bahan organik yang tinggi sehingga menambah kemampuan tanah dalam menahan
air dan merupakan sumber unsur hara N, P, dan S (Hardjowigeno 2003). Pada
penelitian ini media tersebut berpengaruh nyata terhadap persentase berkalus dan
jumlah akar primer
Persentase hidup stek pucuk saninten dalam penelitian ini cukup tinggi yaitu
92.78% dari keseluruhan stek yang ditanam. Berdasarkan analisis sidik ragam,
faktor ZPT dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup
stek. Hal tersebut diakibatkan adanya cadangan makanan serta nutrisi hasil
fotosintesis yang ada dalam bahan stek. Selain itu, kondisi lingkungan seperti
suhu yang dan kelembaban juga mempengaruhi persentase hidup stek.
Berdasarkan Hartmann et al. (1990) suhu udara yang baik dalam merangsang
pembentukan akar adalah 21-27 oC dengan temperatur malam hari sebesar 15 oC.
Sedangkan kelembaban yang tinggi akan menghambat laju evapotranspirasi stek,
mencegah stek dari kekeringan dan kematian (Rochiman dan Harjadi 1973). Oleh
karena itu, dalam penelitian ini suhu selalu diusahakan berada dalam rentang 2127 oC dan kelembaban lebih dari 90%.
Dari keseluruhan stek yang hidup, persentase stek yang berakar mencapai
43.71% dan lebih tinggi dari pada stek yang berkalus (27.54%) maupun stek yang
tidak berakar dan berkalus (28.74%). Meskipun demikian berdasarkan analisis
sidik ragam, faktor ZPT, media tanam dan interaksi keduanya tidak berpengaruh
nyata terhadap persentase berakar pada selang kepercayaan 95%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, pemberian ZPT dan media tanam tidak
berpengaruh dalam peningkatan persentase berakar. Akan tetapi, berdasarkan
persentase tersebut dimungkinkan terjadinya peningkatan persentase berakar jika
umur stek lebih lama dari 45 hari hal ini disebabkan persentase stek yang belum
berakar dan berkalus tinggi.
Kalus biasanya terbentuk pada bagian bawah stek ketika kondisi lingkungan
baik untuk perakaran. Seringkali akar muncul setelah terbentuk kalus.
Pembentukan kalus dan akar tidak saling terkait, namun seringkali keduanya
terbentuk bersamaan dikarenakan ketergantungan mereka pada kondisi internal
dan eksternal yang sama (Hartmann et al. 1990)
Persentase stek yang berkalus sebesar 27.54% dari total stek yang hidup.
Nilai tersebut masih lebih kecil dibandingkan persentase berakar. Meskipun
demikian, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam
berpengaruh nyata terhadap persentase berkalus. Faktor ZPT dan interaksi ZPT
dengan media tanam tidak berpengaruh nyata. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji
lanjut Duncan diketahui bahwa media tanam B0 (tanah) memberikan respon ratarata persen berkalus paling tinggi (43.33%) dan berbeda nyata dengan dua media
lainnya yaitu B2 dan B1.
Media tanam B0 (tanah) merupakan media tanam kurang baik jika
digunakan sebagai media perakaran karena memberikan respon berkalus yang
lebih tinggi dibandingkan respon berakar. Hal tersebut terjadi karena media tanam
B0 merupakan media tanam yang paling padat, sehingga pembentukan akar
menjadi terganggu karena dalam pembentukan suberin dan kambium diperlukan
oksigen yang banyak (Rochiman dan Harjadi 1973).
17
Akar primer yang diukur dalam penelitian ini adalah akar yang tumbuh
langsung dari bahan stek seperti pada Gambar 6. Sedangkan akar sekunder adalah
akar tambahan yang tumbuh dari akar primer. Selama 45 hari pengamatan ratarata panjang akar primer stek mencapai 3.52 cm dengan panjang terbesar pada
perlakuan A1B0 dan A1B2 (4.25 cm). Akan tetapi, berdasarkan analisis sidik
ragam baik ZPT, media tanam dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang akar. Sedangkan pada parameter jumlah akar primer, kedua
faktor dan interaksinya berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pada faktor ZPT diketahui bahwa ratarata jumlah akar primer paling baik ada pada perlakuan A3 (air kelapa) sebesar
1.9. Namun, respon jumlah akar yang diberikan perlakuan A3 tidak berbeda nyata
dengan respon yang diberikan oleh perlakuan A2 (Rapid root) dan A0 (kontrol).
Perlakuan A1 (Rootone-F) memberikan respon yang berbeda nyata dengan tiga
perlakuan lainnya dengan rata-rata jumlah akar primer paling rendah. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa air kelapa dapat digunakan sebagai ZPT setara dengan
Rapit root meskipun tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Pada faktor media tanam, setelah dilakukan uji lanjut Duncan diketahui
bahwa media tanam yang memberikan respon jumlah akar primer paling baik
adalah media tanam B1 (tanah dan arang sekam) sebesar 2.1. Selain itu, respon
yang diberikan tersebut berbeda nyata dengan dua perlakuan yang lain B0 (tanah)
dan B2 (pasir dan kompos).
Campuran tanah dan arang sekam akan membuat media tanam memiliki
aerasi dan drainase yang baik sehingga banyak oksigen yang ada dalam media
serta telah tersedia unsur hara di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa media
tanam tanah dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 cukup baik bila digunakan
untuk penyetekan saninten. Selain itu, interaksi faktor A dan B juga memberikan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar primer. Interaksi A0 dengan B1 dan
A3 dengan B2 memberikan respon jumlah akar primer yang paling baik dan
berbeda nyata dengan interaksi lainnya. Artinya perlakuan air kelapa di media
pasir kompos memberikan respon yang sama dengan perlakuan tanpa ZPT di
media tanam tanah arang sekam.
Pada jumlah akar sekunder, faktor ZPT dan media tanam tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah akar. Namun, interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh
nyata terhadap jumlah akar sekunder. Dari hasil uji lanjut Duncan didapatkan
hasil bahwa perlakuan A3B2 memberikan respon jumlah akar paling tinggi dan
berbeda nyata dengan sebelas perlakuan yang lain. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perlakuan air kelapa dengan media tanam pasir kompos (A3B2)
memberikan respon jumlah akar primer dan sekunder yang paling baik.
Kematian stek yang terjadi selama proses penelitian diakibatkan oleh
serangan jamur yang tumbuh pada pangkal stek. Jamur tersebut diduga
disebabkan oleh terkontaminasi pada saat penyiraman atau media yang kurang
steril. Selain itu, kelembaban yang tinggi dan hangat dalam sungkup akan
memberikan kondisi lingkungan yang ideal bagi jamur untuk tumbuh (Mansur
2010). Adanya jamur tersebut akan menyerap cadangan makanan pada stek
sehingga kemudian stek menjadi busuk dan mati.
18
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pada penelitian ini saninten telah berhasil diperbanyak secara vegetatif
dengan cara stek pucuk. Persentase stek yang hidup sebesar 92.78% dan stek yang
berakar sebesar 40.56% pada umur 45. Saninten dapat distek tanpa menggunakan
ZPT komersial. Akan tetapi, Interaksi ZPT dari air kelapa dan media tanam pasir
kompos dengan perbandingan 1:1 memiliki jumlah akar primer dan sekunder
terbaik dan berbeda nyata.
Saran
Perlu dilakukan pengamatan yang lebih lama, yakni lebih dari 45 hari,
karena persentase stek yang berakar masih lebih rendah dibanding persentase stek
yang hidup. Selain itu, masih ada stek yang berkalus dan belum berakar pada
umur 45 hari setelah penanaman. Dengan keberhasilan tersebut, maka jenis
saninten (Castanopsis argentea) berpotensi untuk digunakan dalam reklamasi
lahan pada dataran tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Djamhuri E. 2011. Pemanfaatan air kelapa untuk meningkatkan pertumbuhan
stek pucuk meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.). Jurnal Silvikultur
Tropika. 2(1):5-8.
[GBIF] Global Biodiversity Information Facility. 2015. Castanopsis argentea
(Blume) A.DC. [diunduh 2015 Juni 26]. Tersedia pada: http//: www.gbif.org.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Hartmann HT, Kester DE, Devies FT. 1990. Plant Propagation Principles and
Practice. Fifth edition. London (GB): Prentice Hall.
Heriyanto NM, Sawitri S, Subandinata D. 2007. Kajian ekologi permudaan
saninten (Castanopsis argentea (BL.) A.DC.) di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango, Jawa Barat. Buletin Plasma Nutfah. 13(1):34-42.
Lemmens RHMJ, Soerianegara I, Wong WC. 1995. Plant Resources of South
East Asia No.5(2). Timber trees: Minor Commercial Timber. Bogor (ID):
Prosea.
Mansur I. 2010. Teknik Silvikultur untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang.
Bogor (ID): SEAMEO BIOTROP.
Manurung SO. 1987. Status dan Potensi Zat Pengatur Tumbuh Serta Prospek
Penggunaan Rootone-F dalam Perbanyakan Tanaman.
Jakarta (ID):
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Departemen Kehutanan.
Martawijaya A, Kartasurjana I, Mandang Y, Prawira SA, Kadir K. 1989. Atlas
Kayu Indonesia Jilid II. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Bogor.
19
Rochiman K, Harjadi SS. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor (ID): Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian.
Subiakto A. 2006. The Manual of Koffco System Nursery Management. Bogor
(ID): Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor (ID): Pusat Antar
Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Wibowo C. 2006. Hubungan antara keberadaan saninten (Castanopsis argentea
BLUME) dengan beberapa sifat tanah: kasus di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
20
Lampiran 1 Tata letak percobaan
BAK 1
A3B2(3)C
A2B3(3)B
A2B2(4)C
A3B2(5)A
A2B3(1)B
A1B1(1)A
A3B1(1)C
A2B1(1)A
A2B3(1)C
A4B3(2)C
A1B2(1)C
A2B2(3)B
A3B3(4)B
A4B1(1)A
A2B1(2)A
A1B2(2)B
A3B3(1)C
A2B2(4)C
A4B2(4)A
A2B2(1)B
A1B3(2)A
A4B1(4)A
A4B1(4)C
A1B2(5)A
BAK 2
A1B1(5)A
A2B3(2)C
A2B3(3)A
A3B2(3)B
A4B1(4)B
A4B1(5)A
A1B2(4)C
A1B1(3)B
A4B2(4)C
A4B3(5)C
A3B2(1)A
A2B1(5)C
A2B2(2)A
A4B3(1)C
A1B3(1)B
A2B2(4)B
A4B3(4)A
A1B3(1)A
A1B3(3)A
A3B2(4)B
A1B1(3)C
A3B2(5)C
A2B1(4)C
A1B3(5)C
A4B1(2)A
A1B3(2)C
A2B2(5)A
A2B2(3)A
A1B3(3)B
A2B1(2)B
A1B1(2)C
A3B1(2)B
A2B3(2)A
A1B2(1)B
A3B2(2)C
A3B1(3)C
A1B1(4)A
A2B1(4)A
A3B3(5)B
A3B2(1)C
BAK 3
A4B1(3)C
A3B1(1)A
A3B3(3)C
A2B2(1)A
A2B3(5)B
A4B1(5)B
A1B2(4)A
A4B3(3)A
A1B3(1)C
A4B1(1)B
A1B3(3)C
A1B2(1)A
A2B3(4)A
A4B2(2)A
A4B3(1)B
A3B3(4)C
A3B3(3)A
A2B3(5)C
A3B3(2)A
A2B1(1)C
A1B3(4)B
A4B2(3)B
A1B3(5)B
A2B2(2)C
A2B1(3)A
A4B1(3)A
A2B1(5)B
A1B3(2)B
A4B3(5)A
A4B3(2)B
A2B3(2)B
A3B2(2)A
A3B1(5)A
A2B2(2)B
A4B1(1)C
A2B2(3)C
A2B1(2)C
A4B3(3)B
A1B2(5)C
A1B2(2)A
BAK 4
A1B1(3)A
A1B1(2)B
A2B1(3)B
A3B2(5)B
A1B1(1)B
A3B1(3)A
A3B1(4)C
A1B1(5)B
A2B3(1)A
A2B1(5)A
A2B2(5)C
A1B2(3)B
A4B1(5)C
A2B2(1)C
A4B2(2)B
A4B2(5)B
A4B3(5)B
A3B1(5)C
A1B1(1)C
A1B2(5)B
A1B1(2)A
A4B3(4)B
A2B1(4)B
A4B2(3)C
A1B2(3)C
A4B2(1)C
A2B3(3)C
A3B3(5)A
A1B2(3)A
A3B1(1)B
A3B1(4)A
A1B1(5)C
A4B2(1)B
A2B3(5)A
A4B2(2)C
A3B1(4)B
A3B3(4)A
A1B3(4)C
A3B3(3)B
A3B1(2)C
A4B1(2)B
A1B3(5)A
A2B2(5)B
A1B2(4)B
A4B3(1)A
A4B2(4)B
21
BAK 5
A2B1(3)C
A4B2(5)C
A3B3(5)C
A4B2(3)A
A3B2(2)B
A3B3(1)B
A3B2(4)C
A2B1(1)B
A2B2(4)A
A3B2(1)B
A2B3(4)B
A4B3(2)A
A4B2(5)A
A3B3(1)A
A4B2(1)A
A3B1(5)B
A1B2(2)C
A1B1(4)B
A4B1(3)B
A4B3(3)C
A3B2(4)A
A3B3(2)B
A1B1(4)C
A3B2(3)A
A3B1(3)B
A3B1(2)A
A4B1(2)C
A1B3(4)A
A4B3(4)C
A3B3(2)C
Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh ZPT dan media tanam terhadap persen hidup
stek pucuk saninten (Castanopsis argentea)
Sumber keragaman
ZPT
Media tanam
Interaksi
Galat
Total
Derajat
bebas
(db)
3
2
6
48
59
Jumlah
kuadrat
(JK)
203.696
592.563
1629.44
11109.8
13535.52
Kuadrat
tengah
(KT)
67.8988
296.281
271.573
231.455
F-hitung
P-value
0.29336
1.28008
1.17333
0.8299
0.2873
0.3362
Keterangan: berpengaruh nyata