Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Bawang Merah Dalam Penggunaan Pestisida (Studi Kasus di Kabupaten Nganjuk, Propinsi Jawa Timur)

PENGETAHUAN, SlKAP DAN TINDAKAN PETANI
BAWANG MERAH DALAM PENGGUNAAN
PESTISIDA
(Studi Kasus di Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur)

Oleh :

LULUK SULlSTlYONO

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK

LULUK SULISTIYONO. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Bawang Merah
Dalam Penggunaan Pestisida. Dibimbing oleh R.T.M. SUTAMIHARDJA dan CECEP
KUSMANA
Tinggi-rendahnya pengetahuan petani dalam memahami pestisida pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap penentuan sikap dan tindaknnya dalam
penggunaan pestisida. Demikian halnya dengan latar belakang pendidikan yang

berbeda akan berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman, mengevaluasi dan
mengkoordinasikan suatu permasalahan, sehingga akan berpengaruh terhadap
aplikasi pestisida dalam usahatani bawang merah.
Tujuan penelitaian ini adalah untuk menjajaki tingkat pengetahuan, sikap
dan ketepatan tindakan petani dalam menggunakan pestisida serta dampak yang
ditimbulkannya. Metode yang dipergunakan adalah metode survei, dengan
penentuan sampel secara Stratified Porposive Random Sampling yang didasarkan
pada jenjang pendidikan sekolah dan kursus SLPHT. Analisa data menggunakan
pendekatan data kualitatif yang dikuantitatifkan yang diolah melalui uji Univariat,
Bivariaf dan Two Independent Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pestisida pada
petani SLPHT lebih tinggi dari petani Non SLPHT. Pada petani SLPHT kategori
pengetahuan yang dimiliki tentang pestisida mempunyai hubungan yang nyata
dengan tingkat penentuan sikap dalam penggunaan pestisida, sedangkan pada
petani Non SLPHT menunjukkan hubungan yang tidak nyata. Hubungan antara
pengetahuan dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida baik petani SLPHT
maupun Non SLPHT mempunyai hubungan yang tidak nyata kecuali pada jenjang
pendidikan TTSD dan SLTA (SLPHT). Demikian juga hubungan antara sikap dan
tindakan petani dalam penggunaan pestisida pada petani SLPHT maupun Non
SLPHT mempunyai hubungan yang tidak nyata kecuali pada jenjang pendidikan

TTSD (SLPHT). Kedua kelompok petani dalam penggunaan pestisida dikategorikan
tidak tepat. Dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida yang tidak tepat
telah mengindikasikan adanya dampak yang berupa gangguan kesehatan petani
secara langsung dan gangguan terhadap aktifitas Cholinesterase. Gangguan
terhadap organisme umum yang berupa resistensi, resergensi hama juga
berkurangnya musuh alami.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenamya bahwa tesis yang
berjudul utama " Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Bawang Merah

Dalam Penggunaan Pestisida" dengan sub judul "Studi Kasus di Kabupaten
Nganjuk Propinsi Jawa Timur" merupakan karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan oleh siapapun dan dimanapun. Semua sumber data dan informasi
yang digunakan sudah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Nopember 2002
Yang M y t a k a n ,
k


NRP. 105.00003

PENGETAHUAN, SlKAP DAN TINDAKAN PETANI
BAWANG MERAH DALAM PENGGUNAAN
PESTISIDA
(Studi Kasus di Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur)

LULUK SULISTIYONO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis


Nama Mahasiswa

:

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani
Bawang Merah Dalam Penggunaan Pestisida
(Studi Kasus di Kabupaten Nganjuk, Propinsi Jawa Timur)
Luluk Sulistiyono

Nomor Pokok

:

P 105.00003

Program Studi

llmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan


Menyetujui,
Komisi Pembimbing

4-

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS.
Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi
llmu Pengelolaan Sumberdaya Ala
dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS.

Tanggal Lulus : 19 Nopember 2002

gram Pascasarjana


Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 29 Maret 1967, sebagai anak
pertarna dari lirna bersaudara dari pasangan Soeparrnan dan Endah Sri Muryani.
Pendidikan dasar dan rnenengah pertama diternpuh rnulai tahun 1973 hingga 1984
di Kabupaten Madiun, pendidikan menengah atas (SPMA) diternpuh mulai 1984
hingga 1986 di Kabupaten Nganjuk dan pendidikan sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Darul 'Ulurn Jornbang lulus pada Bulan Desernber 1990.
Bersarnaan dengan pendidikan sarjana, rnulai tahun 1987 penulis
bekerja sebagai tenaga pengajar di Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP)
Kabupaten Jornbang hingga tahun 1992. Pada tahun yang sarna diterirna sebagai
tenaga pengajar di SMU Unggulan BPP-Teknologi dan Fakultas Pertanian
Universitas Darul Ulurn Jornbang Jawa Tirnur.
Pada bulan Agustus 2000 penulis diterirna sebagai rnahasiswa Magister
Sains Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor pada Program Studi llrnu Pengelolaan
Surnberdaya Alarn dan Lingkungan dan dinyatakan lulus pada tanggal 19 Nopember
2002.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SVVT atas segala karuniaNya sehingga tesis hasil penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul utama penelitian
ini adalah "Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Bawang Merah Dalam


Penggunaan Pestisida" dengan sub judul "Studi Kasus di Kabupaten Nganjuk
Propinsi Jawa Timur".
Penulis sampaikan terima kasih kepada Dr. R.T.M. Sutamihardja, Drs.
Mag., dan Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. selaku dosen pembimbing, Prof. Dr. Ir.
M. Sri Saeni, MS. selaku Ketua Program Studi llmu Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Drs.
Sutrisno, MSi, selaku Bupati Nganjuk beserta staf yang telah memberikan ijin lokasi
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak,
Ibu, lstri dan anak-anak tercinta atas pengorbanan dan kasih sayangnya. Serta
semua pihak yang telah membantu penulisan tesis penelitian ini. Semoga budi
baiknya mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Demikian karya ilmiah ini kami susun semoga dapat bermanfaat bagi
semua yang berkepentingan.

Bogor, Nopember 2002

DAFTAR IS1

Halaman


DAFTAR TABEL ...............................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................

1

Perumusan Masalah .................................................................................


4

Kerangka Pemikiran ....................................................................................

5

Tujuan Penelitian...........................................................................................

6

Manfaat Penelitian .........................................................................................

6

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pestisida ...................................................................................
Dampak Negatif dan Toksisitas Pestisida ..................................................
Dinamika Pestisida di Lingkungan.............................................................
Persepsi Masyarakat terhadap Residu Pestisida......................................
Pola Kerja Petani........................................................................................

Kebijaksanaan Pengaturan Pestisida........................................................
Perundang-Undangan Pengelolaan Pestisida di Indonesia .....................
Pengendalian Hama Terpadu pada Bawang Merah.................................
METODOLOGI PENELlTlAN
Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................

27

Metode Pengambilan Contoh ....................................................................

27

Teknik Pengumpulan Data ........................................................................

28

lnstrumen Penelitian ................................................................................

28


Analisa Data ...............................................................................................

29

KONDISI UMUM WILAYAH PENELlTlAN
Topografi ....................................................................................................

34

Luas Areal dan Produksi Bawang Merah ..................................................

34

Karakteristik Petani Responden ................................................................

35

Golongan Pestisida yang Dipergunakan Petani..................................

36

HASlL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian ...................................................................................
Pengetahuan Petani Tentang Substansi Pestisida................................
Pengetahuan Petani Tentang Dampak Pestisida..................................
Pengetahuan Petani Tentang Aturan Aplikasi Pestisida........................
Komulatif Pengetahuan Petani..............................................................
Sikap Petani Terhadap Aturan Penggunaan Pestisida..........................
Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida ....................................
Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Petani Dalam Penggunaan
Pestisida...............................................................................................
Hubungan Antara Pengetahuan dan Tindakan Petani Dalam
Penggunaan Pestisida..........................................................................
Hubungan Antara Sikap dan Tindakan Petani Dalam Penggunaan
Pestisida ...............................................................................................
Ketepatan Petani Dalam Penggunaan Pestisida...................................
Dampak yang Ditimbulkan Oleh Penggunaan Pestisida .......................
Pembahasan ..............................................................................................

67

Pengetahuan. Sikap dan Tindakan Petani .............................................

64

Ketepatan Petani Dalam Menggunakan Pestisida ................................

81

Dampak yang Ditimbulkan Oleh Penggunaan Pestisida .......................

85

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
nan

Jenis Pestisida dan Potensi Bahayanya Pada Kesehatan Manusia.........
Residu Pestisida Pada Sayuran.......................................................
Klasifikasi Toksifikasi Pestisida Pada Hewan dan Manusia....................
Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Daya Racunnya...............................
Luas Areal dan Produksi Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk.............
Karakteristik Petani Berdasar Umur. Lama Bertani dan Luas Lahan........
Golongan Pestisida Kategori Sering Dipergunakan Petani.....................
Pengetahuan Petani Tentang Substansi Pestisida...............................
Pengetahuan Petani Tentang Dampak Pestisida................................
Pengetahuan Petani Tentang Aturan Aplikasi Pestisida.......................
Komulatif Pengetahuan Petani Tentang Penggunaan Pestisida............
Sikap Petani Terhadap Aturan Aplikasi Pestisida...............................
Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida..................................
Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Petani Dalam Penggunaan
Pestisida.....................................................................................
Hubungan Pengetahuan Racun Pestisida Dengan Sikap Keharusan
Membersihkan Badan...................................................................
Hubungan Pengetahuan Daya Cemar Pestisida Dengan Sikap Mencuci
Alat Semprot................................................................................
Hubungan Pengetahuan Racun Pestisida Dengan Sikap Penggunaan
Pakaian Pelindung........................................................................
Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Petani Dalam Penggunaan
Pestisida.....................................................................................
Hubungan Pengetahuan Racun Pestisida Pada Manusia dan
Penggunaan Pelindung..................................................................
Hubungan Pengetahuan Kewajiban Menjaga Keselamatan Dengan
Penggunaan Pelindung..................................................................
Hubungan Pengetahuan Daya Cemar Pestisida Dengan Tindakan
Pencucian alat Semprot...............................................................
Hubungan Antara Sikap dan Tindakan Petani Dalam Penggunaan
Pestisida.....................................................................................
Hubungan Antara Sikap dan Tindakan Petani Dalam Pengoplosan
Pestisida.....................................................................................

Hubungan Antara Sikap dan Tindakan Petani Dalam Penaatan Dosis
Pestisida.....................................................................................
Hubungan Antara Sikap dan Tindakan Menyemprot Sesuai Arah
Angin .......................................................................................
Ketepatan Petani Dalam Penaatan Dosis Pestisida.............................
Dosis Penggunaan Pestisida Per Satu Musim Tanam ..........................
Intensitas Penyemprotan Pestisida..................................................
Ketepatan Komoditas Dalam Penggunaan Pestisida............................
Dampak Pestisida Terhadap Gangguan Kesehatan Berat.....................
Dampak Pestisida Terhadap Gangguan Kesehatan Ringan...................
Data Pemeriksaan Cholinestemse Darah Tenaga Penyemprot Di
Kabupaten Nganjuk......................................................................
Pendapat Petani Tentang Populasi Organisme Umum Di Ekosistem
Bawang Merah.............................................................................
Analisa Usahatani Bawang Merah Satu Kali Musim Tanam Per
Hektar........................................................................................
Tindakan Petani Melakukan Penyemprotan Secara Terjadwal................
Data Petani yang Melakukan Pengoplosan Pestisida...........................

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1.

Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penelitian......................................

2.

Dinamika Pestisida di Lingkungan................................................

3.

Rataan Pengetahuan Petani Tentang Substansi Pestisida................

4.

Rataan Pengetahuan Petani Tentang Dampak Pestisida...................

5.

Rataan Pengetahuan Petani Tentang Aturan Aplikasi Pestisida..........

6.

Rataan

Komulatif

Pengetahuan

Petani

Dalam

Penggunaan

Pestisida..................................................................................

7.

Rataan Sikap Petani Terhadap Aturan Penggunaan Pestisida............

8.

Rataan Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida.....................

DAFTAR LAMPIRAN
Malaman

1.

Analisis Statistik Data Penelitian.....................................................

2.

............................................................................ 102
Peta Lokasi Penel~t~an

3.

Kuesioner Penelthan...............................................................................

4.

Dokumentasi Pesilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida.................. 109

..

..

96

103

Latar Belakang
lntensifikasi pertanian merupakan kebijaksanaan yang diambil oleh
pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sejalan
dengan laju pertambahan penduduk yang semakin meningkat pesat dan
tuntutan pendapatan negara dari non migas. Komoditi pertanian memiliki peran
strategis dalam mewujudkan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan
perolehan devisa. Ketangguhan peran tersebut di era globalisasi perdagangan
dunia diperhadapkan pada persaingan mutu komoditi, baik dipasar domestik
maupun mancanegara. Era ini ditandai dengan semakin bebasnya perdagangan
komoditi antar negara di dunia termasuk komoditi sayuran.
Permintaan terhadap produk buah dan sayuran yang bebas residu
pestisida akan terus mengalami tuntutan sejalan dengan meningkatnya
kesadaran konsumen terhadap mutu pangan substantif dan adanya anjuran
untuk meningkatkan keinginan diperolehnya buah dan sayur. Kondisi ini dapat
dipandang sebagai tantangan dalam peluang bagi pengembangan komoditi
hortikultura, baik melalui peningkatan teknologi budidaya maupun peningkatan
mutu produk sehingga memiliki daya saing di pasar internasional.
Dari aspek mutu, keamanan pangan (food safety) dan pengaruhnya
terhadap kesehatan konsumen semakin penting, sebagai daya saing terutama
untuk orientasi ekspor. Dalam pengembangan standar yang dilakukan oleh CAC
(Codex Alimentarius Commission), standar mutu yang memenuhi kesehatan
konsumen menjadi konsideran utama dibanding ukuran untuk keadilan

perdagangan (Wirakartakusumah dan Kadarisman. 1995). Perhatian lndonesia
harus dikaitkan pula dengan perkembangan AFTAIAPEC merupakan alasan
yang kuat untuk menjadikan pertanian sebagai sektor yang efisien berwawasan
lingkungan, maka dibutuhkan pemenuhan standar persaingan mutu produk
yang kompetitif.
Pada komoditi hortikultura, residu pestisida yang sering terlacak memiliki
bahaya yang serius bagi kesehatan. Sebagai contoh di Amerika Serikat, Badan
Perlindungan Lingkungan (EPA) menemukan 14 dari 41 pestisida yang umum
dipakai pada komoditi ini diklasifikasikan sebagai senyawa karsinogen. Residu
pestisida dilaporkan telah mencemari 83% dari contoh tanaman hortikultura
yang diamati (Murphy dalam Riza 1994). Di lndonesia kadar residu pestisida
yang terkandung dalam bahan pangan cukup memprihatinkan pula ; seperti
wortel, kentang, sawi, bawang merah. tomat dan kubis dari berbagai tempat di
sentral produksi sayuran dilaporkan memiliki residu yang melampaui batas
maksimal (Riza V.T dan Gayatri, 1994).
Tingkat residu pada lemak air susu Ebu merupakan gambaran terbaik
untuk menilai tingkat cemaran pestisida pada suatu populasi penduduk (Shaw,
1999). Hasil pelacakan jejak residu pestisida organoklor seperti DDT dan HCB

(hexachlorobenzene)pada manusia melalui pengujian lemak air susu ibu (AS!)
di lndonesia ternyata menunjukkan tingkat yang sangat tinggi, residu DDT
dalam AS1 sebanyak 11,Ippb di daerah Lembang dan sebanyak 0,2736 ppm di
daerah Pengalengan (Theresia, 1987 dalam Riza V.T., 1994).
Dampak

negatif

lain

yang

ditimbulkan

semakin

bertambahnya

kontaminasi dan keburukan lingkungan. Estimasi banyaknya total pestisida di
atmosfer yang dimanfaatkan di Amerika Serikat selama 1993 untuk pertanian,

industri atau pemerintah serta rurnah mencapai 620 kilogram (Aspellin, et.al.
1992). Selanjutnya Majeweski (1995) menyatakan bahwa kurang lebih 75%
sumber utarna pestisida air perrnukaan

adalah penggunaan di bidang

pertanian. Hal ini terjadi sebagai akibat ketidaktahuan, kecerobohan, ketidak
pedulian dan banyak kasus yang semuanya diabaikan oleh manusia untuk
rnenjaga dan rnelindunginya.
Kebijaksanaan pengaturan residu pestisida dapat dipandang sebagai
upaya rnenjamin keamanan pangan, peningkatan daya saing produk,
pengendalian impor dan juga dapat diperlukan pada sistern pengelolaan
organisme pengganggu tanaman dalam konsep Pengelolaan Harna Terpadu

(Integrated Pest Management).
Aplikasi pestisida secara langsung di lapangan biasanya terbentur oleh
aspek pengamanan dalarn penggunaannya, dirnana aspek ini diantaranya
sangat ditentukan oleh pengetahuan, sikap dan tindakan petani. Tingginya
pengetahuan tentang pestisida pada akhirya akan berpengaruh terhadap sikap
dan tidakan petani dalam menggunakan pestisida. Pengetahuan, sikap dan
tindakan petani tentunya berbeda satu sama lain, ha1 ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Perbedaan ini antara lain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
formal, pendidikan non formal, pengalaman dan ketersediaan inforrnasi.
Pendidikan formal dan non formal seseorang akan rnampu meningkatkan
pengetahuannya untuk sesuatu yang berarti pada hakikatnya rnendukung
terhadap sikapnya., Sikap yang telah ditentukan akan berpengaruh terhadap
apa yang akan dilakukan seseorang. Untuk mengetahui gambaran hubungan
yang lebih jelas antara pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap penggunaan

pestisida sesuai dengan peraturan yang berlaku maka perlu dilakukan
penelitian.

Perurnusan Masalah
Tingginya permintaan kebutuhan bawang merah mendorong petani
semakin berlomba memproduksi besar-besaran bawang merah dengan
penggunaan pestisida secara intensif dalam pengendalian hama dan penyakit
tanpa memperhitungkan resiko yang akan timbul. Dampak negatif penggunaan
pestisida akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan menurunnya
kualitas lingkungan.
Tinggi dan rendahnya pengetahuan terhadap pestisida pada akhirya
akan menentukan sikap dan tindakan petani dalam menggunakan pestisida.
Latar belakang pengetahuan petani yang berbeda tercermin pada sikap dan
tindakan petani yang bervariasi satu sama lain. Perbedaan ini sangat
mempengaruhi terhadap penggunaan pestisida dalam usahatani bawang
merah. Untuk itu penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
(I)
Sejauhmana pengetahuan petani bawang merah terhadap substansi

pestisida,dampak yang ditimbulkan serta aturan penggunaannya ?
(2) Bagaimana sikap dan tindakan petani bawang merah terhadap penggunaan

pestisida ?
(3) Sejauhmana ketepatan petani bawang merah dalam menggunakan

pestisida ?
(4) Sejauhmana dampak penggunaan pestisida oleh petani bawang merah

terhadap kesehatan petani dan populasi organisme.

Kerangka Pemikiran
Berdasarkan

Undang-Undang Nomor

12 Tahun

1992 tentang

Penyelenggaraan Budidaya Tanaman, telah ditetapkan perlindungan tanaman
dilaksanakan dengan Sistem Pengelolaan Hama Terpadu dan pelaksanaannya
menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi

petani

dalam

aplikasi

pestisida

diantaranya

adalah

pengetahuan, sikap dan tindakan. Sikap positif diharapkan akan mengarah
perilaku positif yang ditunjukan pada penggunaan pestisida yang tepat yang
mampu menghasilkan produksi bawang merah secara optimum dan rendahnya
resiko terhadap kesehatan manusia serta lingkungan.

Sehingga kerangka

pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan alir berikut;

Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penelitian

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji petani dalam penggunaan pestisida.
Tujuan Khusus
Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk mengkaji ;
(I)
Pengetahuan

petani

bawang merah terhadap

pestisida, aturan

penggunaannya dan dampak yang ditumbulkan ;
(2) Sikap dan tindakan petani bawang merah dalam penggunaan pestisida ;
(3) Ketepatan petani bawang merah dalam penggunaan pestisida ;

(4) Dampak penggunaan pestisida oleh petani bawang merah terhadap

kesehatan manusia dan populasi organisme.

Manfaat Penellitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu
masukan dalam penerapan konsep Pengelolaan Hama Terpadu (Integrated

Pest Management).

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pestisida
Pasal 1 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang
"Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida" yang dimaksud dengan
Pestisida adalah sebagai berikut; "Semua zat kimia bahan lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan
penyakit-penyakit yang merusak tanaman, memberantas rerumputan, mematikan
daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan, mengatur atau
merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk
pupuk, memberantas atau mencegah hama-hama air, memberantas atau mencegah
binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang
yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air".

Dampak Negatif dan Toksisitas Pestisida
Diantara berbagai dampak negatif yang ada, potensi bahaya pestisida
terhadap kesehatan manusia merupakan ancaman yang paling serius dan perlu
mendapat perhatian. Gangguan terhadap kesehatan manusia ini, terrnasuk, (a)
keracunan langsung atau tidak langsung (b) termakannya residu pestisida melalui
makanan.
Pengaruh penggunaan pestisida pada organisme non target terlihat pada
pemakaian pestisida di areal pertanian hingga ke kawasan lain yang tidak terbatas
terjadi rnelalui pola rantai rnakanan. Sekitar 90% pestisida yang terserap oleh
manusia terjadi melalui rantai makanan (Susilo, 1986). Sumatra dan Rengam (1991)
menginformasikan bahwa para penderita kelompok samarlakut memperoleh residu

pestisida dari lingkungan maupun dalam makanan sepetti air susu ibu, sayuran.
tanaman pangan dan air minum. Lembaga Ekologi Universitas Padjajaran Bandung
pada tahun 1977 membuktikan bahwa dari 4 jenis sayuran yang dijual di pasar
Kosambi Bandung, ditemukan 2-4 mg/kg residu pestisida jenis Diazinon pada
tanaman wortel, karena jenis yang sering digunakan adalah jenis pestisida

Organofosfat (Soemawoto, dkk.,1978). Keracunan pestisida Organofosfat dapat
menurunkan aktifitas enzirn Cholinesterase ( M E ) dapat pula menyebabkan
beberapa penyakit, terutama penyakit-penyakit yang menyerang hati.
Keracunan akut pestisida di Indonesia dari tahun 1979 - 1986 terjadi pada
2.671 orang dan meninggal 2.092 orang. Kasus tersebut terjadi di 24 propinsi yang
tersebar di 98 wilayah kabupaten (Kusnoputranto, 1995). Keracunan kronis akibat
pestisida berupa gangguan kesehatan karena seseorang mengkonsumsi makanan
yang mengandung residu pestisida yang bersifat perststen. Winarno dan Rahayu,
1994, membuktikan adanya kaitan antara residu pestisida dengan masalah

Epidemiologi, khususnya Organoklonn. WHO memperkirakan bahwa setengah juta
kasus keracunan pestisida muncul setiap tahun, 5000 orang diantaranya berakhir
dengan kematian. Pada akhir tahun 1980 dilaporkan bahwa jumlah keracunan
pestisida dunia dapat mencapai satu juta kasus dengan 20.000 kematian pertahun.

The National Academy of Sciences (NAS)(1987), melaporkan bahwa pestisida ada
dalam makanan dan berpotensi menyebabkan kanker, lebih sejuta kasus kanker
tambahan di masyarakat Amerika sepanjang hidupnya. Dan disinyalir bahwa
pestisida dapat menyebabkan gangguan sistern kekebalan tubuh.
Aplikasi pestisida yang intensif yang ditunjang dengan penggunaan yang
tidak sesuai dengan ketentuan sangat berpotensi mencemari tanah dan air yang

selanjutnya juga akan berpengaruh pula pada kehidupan biota tanah dan biota air.
Di dalam tanah pestisida akan mengalami dekomposisi baik secara fisik, kimia dan
biologi tetapi untuk senyawa yang persisten akan terakumulasi dalam tanah atau
hanyut oleh air dan akhirnya terbawa keberbagai air permukaan. Pencemaran tanah
oleh pestisida persisten akan mengakibatkan berkurangnya populasi dan
diversifikasi fauna dan menghambat proses dekomposisi humus dalam tanah.
Tabel 1. Beberapa Jenis Pestisida dan Potensi Bahayanya Pada Kesehatan
Manusia

NO

3.
4.

5.
6.
7.

8.
9.
10.

1

Jenis Pestisida
Aldikard
BHC
Kaptan
Karbiral
Klorobensilat
Klorotalonis
Klorprofarn
Siheksatin
DDT

1

&nis
I
Pmggunaan
lnsektisida
lnsektisida
Insektisida
lnsektisida
lnsektisida
lnsektrslda
Fungisida
Herbisida
Insektisida
lnsektisida

--

.
--- -

. .
---

-

-

Potensi Bahaya Pada Kesehatan Manusia

1

Kanker rnutasi gen, keracunan alat reproduksl.
Sangat beracun pada dosis rendah
Kanker, beracun alat reproduksl
Kanker, mutasi gen.
Mutasi gen, kerusakan gunjal.
Kanker, rnutasl gen, keracunan alat reproduksl.
Kanker, keracunan alat reproduksi.
Kanker, rnutasi gen, pengaruh kronis
Kars~gen.
Cacat lahir pengaruh kronis.

Di lingkungan akuatik pencemaran pestisida menyebabkan magnifikasi
secara langsung dan akan mengancam kehidupan biota air walaupun konsentrasi
pestisida di dalam air cenderung menurun karena proses pengenceran namun
potensi bahaya bagi biota air atau manusia tetap ada ha1 ini dibuktikan oleh
penelitian Hinderson dalam Suwindere (1993) yaitu DDT pada konsentrasi 0,3 - 0,l
ppm dan Endrin sebesar 0,01 ppm mampu mernbunuh ikan. Setiap aplikasi pestisida
juga mengandung resiko terjadinya pencemaran udara karena akan selalu terjadi
"dnff' yaitu terbawanya sebagian pestisida yang disemprotkan oleh hembusan angin

ketempat lain (Oka, 1995).
Aplikasi pestisida yang berspektrum luas selain membunuh organisme
pengganggu tanaman pada waktu yang sama juga akan membunuh berbagai jenis

selanjutnya juga akan berpengaruh pula pada kehidupan biota tanah dan biota air.
Di dalam tanah pestisida akan mengalami dekomposisi baik secara fisik, kimia dan
biologi tetapi untuk senyawa yang persisten akan terakumulasi dalam tanah atau
hanyut oleh air dan akhirnya terbawa keberbagai air permukaan. Pencemaran tanah
oleh

pestisida persisten akan mengakibatkan berkurangnya populasi dan

diversifikasi fauna dan menghambat proses dekomposisi humus dalam tanah.
Tabel 1. Beberapa Jenis Pestisida dan P ~ t e n sBahayanya
i
Pada Kesehatan
Manusia
--

Jenis
Pestisida
Aldikard
3
BHC
4.
Kaptan
5.
Karbiral
6.
Klorobens~lat
7.
Klorotalonis
8
Klorprofam
9.
Xiheksattn
10.
DDT
'

Jenis
Penggunaan
lnsekt~sida
lnsektisida
Insekt~sida
lnsektisida
lnsektisida
lnsekt~s~da
Fungisida
Herbisida
fnsekttslda
lnsektisida

.

---

- .

-

.-

Potensi Bahaya Pada Kesehatan Manusia
Kanker mutasi gen, keracunan alat reproduksi.
Sangat beracun pada dosis rendah
Kanker, beracun alat reproduksi
Kanker, mutasi gen.
Mutasi gen, kerusakan gunjal.
Kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi.
Kanker, keracunan alat reproduksi.
Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis
Karsigen.
Cacat lahir pengaruh kronis.

Di lingkungan akuatik pencemaran pestisida menyebabkan magnifikasi
secara langsung dan akan mengancam kehidupan biota air walaupun konsentrasi
pestisida di dalam air cenderung menurun karena proses pengenceran namun
potensi bahaya bagi biota air atau manusia tetap ada ha1 ini dibuktikan oleh
penelitian Hinderson dalam Suwindere (1993) yaitu DDT pada konsentrasi 0,3 - 0,l
ppm dan Endrin sebesar 0,01 ppm mampu membunuh ikan. Setiap aplikasi pestisida
juga mengandung resiko terjadinya pencemaran udara karena akan selalu terjadi
"dnff'yaitu terbawanya sebagian pestisida yang disemprotkan oleh hembusan angin

ketempat lain (Oka, 1995).
Aplikasi pestisida yang berspektrum luas selain membunuh organisme
pengganggu tanaman pada waktu yang sama juga akan membunuh berbagai jenis

organisme yang berguna (Miller, 1993). Organisme yang terbunuh berupa musuh
alami (predator dan parasit) atau organisme berguna lainnya yang ada di dalam dan
di permukaan tanah. Berbagai organisme tersebut secara bersama-sama dan
berinteraksi dengan fauna lain berperan sangat penting dalam menjaga
keseimbangan komunitas biotik di dalam ekosistem pertanian. Demikian pula
dengan musuh alami organisme pengganggu tanaman juga diperlukan guna
menjaga kepadatan populasi sehingga mernungkinkan suatu spesies hama berada
pada tingkat yang seimbang. Berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa akibat
aplikasi pestisida terhadap populasi musuh alami yaitu penyemprotan campuran
endrin dan paration yang dilakukan secara terjadwal pada tanaman kubis
menyebabkan hilangnya 22 spesies parasitoid dan peredator dari 27 spesies yang
ada, sementara populasi organisme pengganggu tanaman tidak mengalami
penurunan yang beradi.
Tingkat residu yang pernah diketemukan pada budidaya tanaman sayuran
di Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai indikasi bahayanya penggunaan pestisida
yang berlebihan. (Tabel 2).

Tabel 2 : Residu Pestisida Pada Sayuran

*) Batas maksimal residu pestisida ditetapkan oleh Depkes.
Sumber : F.G. Winarno (1987).

Badan perlindungan lingkungan AS, EPA memperkirakan bahwa residu
pestisida telah menyebabkan penyakit kanker bagi sekitar 6000 orang per tahun
(secara kasar 1 dalam 417.000 jiwa untuk populasi 2,5 milyar) (Buzby eta/., 1996).
Hampir semua pestisida adalah bagaikan pedang bermata dua, yaitu tidak
hanya membunuh hama sasaran tetapi juga sangat beracun atau berbahaya pada
manusia. Parameter yang digunakan untuk menilai efek peracunan pestisida
terhadap manusia atau binatang adalah nilai LD50.
Tabel 3. Klasifikasi Toksisitas Pestisida Pada Hewan dan Manusia.
LDmdosis Melalui
Mulut Tikus
m9kg

Klasifikasi

' Super Toks~k

/

1

LDm Dosis
Tunggal Metalui
Mulut Kelinci
m@kg

Perkiraan Dosis
Lethal Melalui
Mufut Pada
Manusia
Sejilatan

€5

~ 2 0

Sangat Beracun

5 - 50

20 - 200

Sangat Toksik

50 - 500

Beracun

500 - 5000

1000 - 2000

1 ons - 0,5 liter

Tidak Begitu Beracun

5000 - 15000

2000-20000

0,5 - 0,9 liter

> 20000

> I,O liter

> 15000
Tidak Beracun
Sumber : Sastroutomo, 1992

1 200 - 1000

/

1-2 Sendok teh

Tabel 4. Contoh Klasifikasi pestisida berdasarkan daya racunnya

LOs0Mulut

i

1 Sangat Beracun 1

1

!

Cukup Tinggi

I.
lnsektisida
Aldikarb
Fensulfotion
Monokrotofos

I7

DemetOn
.Herbisida
DNOC
Natrium
Arsenat
2. Fungisida
Sinklohesimida
Fentin Khlorida

1I

LOm Kulit
Paration
Mevintos

I

MgIKg

I

Laniutan Tabel 4.

LOso Mufut
1. lnsektls~da
Propoksur
o
Khiogirifos
Diazinon

I

2. Herbisida 02,4-D
Parakuat

I

3. Fungisida

:

Binapakril
Trifelniltin
Hidroksida
1. lnsektisida
Malation
Karbaril
Permetrin
tremofos

I 2. Herbisida
MSMA
Monuron
Simazin

3. Fungsida

1

LOs0 Kulit

o

Tiram
Anilazin
Etazol
Dirnetirirnol

I

o

0

Ethil paration
Dioksation
Azinfosmetil
Parakuat
Asifluorfen
Trifelniltin
Asetat

I

I

Toksafen
Fenvalerat
Dikofol
Malation
Karbaril

I

Endatol
Dikhlobenil
Asam 2,4-D

I1
i

1
E

a:lk
Ii:r':
Dinoseb
Maneb
0 Zineb

Sumber : Sastroutomo,1992.

Dinamika Pestisida di Lingkungan
Pestisida sebagai salah satu bahan pencemar ke dalam lingkungan baik
melalui udara, air maupun tanah dapat berakibat langsung terhadap komunitas
hewan, tumbuhan apalagi manusia. Pestisida yang masuk kedalam lingkungan
rnelalui beberapa proses baik pada tataran permukaan tanah rnaupun bawah

perrmukaan tanah. Masuk kedalam tanah berjalan melalui pola biotransformasi dan
bioakumulasi oleh tanaman, proses reabsorpsi oleh akar serta masuk secara
langsung melalui infiltrasi aliran air. Gejala ini akan mempengaruhi kandungan
bahan pada sistem air tanah hingga proses pencucian zat pada tahap penguraian
baik secara biologis maupun kimiawi di dalam tanah.

Dekomposisi biologi

Gambar 2. Dinamika Pestisida di Lingkungan (Larson,1997)

Proses pencucian (leaching) bahan-bahan kirniawi tersebut pada akhirnya
akan mempengaruhi kualitas air tanah baik setempat dan maupun secara region
dengan berkelanjutan. Apabila proses dekomposisi unsur-unsur residu pestisida
berjalan dengan

baik dan tervalidasi hingga arnan pada wadah-wadah

penampungan air tanah misal sumber mata air, sumur resapan dan sumur gali untuk
kemudian dikonsumsi oleh penduduk, maka fakta pestisida kedalam lingkungan bisa
dikatakan aman. Namun demikian jika proses tersebut kurang berhasil atau bahkan
tidak berhasil secara alami, maka kondisi sebaliknya yang akan terjadi. Penurunan

kualitas air tanah serta kemungkinan terjangkitnya penyakit akibat pencemaran air
merupakan implikasi langsung dari masuknya pestisida ke dalam lingkungan.
Aliran permukaan akan mencemari sungai, danau dan waduk, apabila
proses dekomposisi pestisida tidak berjalan sempurna maka pestisida akan
terakumulasi didalam perairan tersebut dan berakibat terjadinya pencemaran yang
berlebihan
Pestisida di udara terjadi melalui proses evapotranspirasi selain adanya
penguapan proses foto-dekomposisi sinar matahari terhadap badan air dan
tumbuhan. Akumulasi pestisida yang terlalu berat di udara pada akhirnya akan
menambah parah pencemaran udara.
Gangguan pestisida melalui residunya terhadap tanah biasanya terlihat
pada tingkat kejenuhan tanah karena tingginya residu pestisida. Unsur-unsur hara
alami pada tanah makin terdesak dan sulit melakukan regenerasi hingga
mengakibatkan tanah-tanah masam dan tidak produktif.

Persepsi Masyarakat Terhadap Residu ~estisida
Kesadaran konsumen dalam negeri tentang residu pestisida pada produk
pertanian masih kurang memadai sehingga semua produk cenderung dihargai sama
dalam perdagangan. Hal ini mempengaruhi gairah petani dalam penggunaan
pestisida. Disamping itu Pemerintah Indonesia sering bersikap tidak tegas terhadap
baku mutu keamanan produksi hortikultura, meskipun ha1 ini bertolak belakang
dengan perlakuan keras dari negara lain seperti Singapura yang dilaporkan berkalikali memusnahkan sayuran yang dipasok dari Tanah Karo, Surnatera Utara
(Kompas, Feb. 1994).

Hal yang mernprihatinkan menurut Pimentel dan Kahn (1997) adalah
penampilan produk (cosmetic appearance) yang masih merupakan faktor utama
bagi konsumen dalam menilai kualitas produk pertanian. Sementara itu konsumen
tidak banyak diberikan penerangan tentang ukuran kualitas yang lebih mendasar
seperti nilai gizi dan tingkat residu pestisida.
Pengetahuan masyarakat tentang residu pestisida di Indonesia masih
sangat terbatas. Data hasil pemantauan PAN Indonesia-sebuah LSM pemerhati
pestisida selama periode 1993-1994 di beberapa tempat menunjukkan sebagian
besar buruh tani dan petani tidak mengetahui arti residu pestisida (Ri2a.T.V. 1996).
Dibeberapa negara maju telah berkembang gerakan masyarakat konsumen
yang dikenal sebagai "konsumen hijau". Menurut Untung (1996),

gerakan ini

menuntut agar semua produk dan komoditi yang dlihasilkan mempertimbangkan atau
mengacu pada aspek lingkungan dalam proses produksinya dan tidak mengandung
pencemar yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat baik untuk jangka
pendek maupun jangka ganjang.

Pola Kerja Petani
Pengetahdata, Sikap dan Perilaku manusia
Pengetahuan atau dalam bahasa lnggris knowledge merupakan segala
perbuatan manusia untuk memahami sesuatu barang yang dihadapinya, atau hasil
usaha manusia untuk memahami sesuatu obyek tertentu. Pengetahuan dapat
berupa barang-barang fisik, pemahamannya dilakukan dengan cara persepsi baik
lewat indera maupun lewat akal. Selanjutnya Ashari (1990), menambahkan
pengetahuan adalah paham subyek mengenai obyek yang dihadapi. Pengetahuan

didapatkan indvidu baik melalui proses belajar, pengalaman atau media elektronika
yang kemudian disimpan dalam diri individu.
Menurut Walgito (1980) menerangkan bahwa pengetahuan mengenal suatu
obyek baru menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai
oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek itu.
Sikap merupakan kesiapan bereaksi menanggapi berbagai aspek pekerjaan yang
berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pekerjaan tersebut (Parker,
1992). Menurut Mar'at (1981), menjelaskan bahwa sikap belum merupakan suatu
tindakan atau action, akan tetapi masih merupakan pre-disposisi tingkah laku.
Kesiapan dalam ha1 ini sebagai suatu kecenderungan potensial untuk bereaksi
apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon.
Respon evaluatif berarti bahwa bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu
didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu, yang memberikan kesimpulan nilai
terhadap stimulus dalam bentuk baik dan buruk, positif atau negatif, menyenangkan
atau tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi
terhadap obyek sikap. Sikap menunjukkan bagaimana pandangan seseorang
terhadap sesuatu nilai dalam masyarakat, apakah menolak atau menerima. Sikap
mempunyai peranan penting dalam setiap aktifitas manusia, karena berhasil atau
tidaknya manusia menjaiankan tugasnya, akan banyak ditentukan oleh manusia itu
sendiri. Terbentuknya sikap dipengaruhi oleh tiga komponen meliputi komponen
kognitif (pengetahuan dan keyakinan), afektif (perasaan) dan konatif (tindakan).

Perilaku menurut Teori Tindakan Beralasan yang dikemukakan oleh lcek
Ajzen dan Martin Fishbein (1980), bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu
proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas

hanya pada tiga ha!: Perfama perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap urnum
tetapi sikap spesifik terhadap sesuatu. Kedua perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh
sikap tetapi juga oleh norma-norma subyektif (subyektive norms) yaitu keyakinan
kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga sikap terhadap
sesuatu perilaku bersarna norma-norma subyektif rnernbentuk suatu intention atau
niat untuk berberilaku tertentu. Dengan rnencoba melihat penyebab perilaku
volisional (perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri) berdasarkan atas asumsiasurnsi : (a) bahwa rnanusia urnurnnya rnelakukan sesuatu dengan cara yang sarna
dan masuk akal, (b) bahwa manusia mernperhitungkan sarna inforrnasi yang ada,
dan (c) bahwa manusia secara ekplisist maupun implisit mernperhitungkan irnplikasi
tindakan rnereka.

Persepsi Petani Dalam Penggunaan Pestisida
Petani dan masyarakat pada umurnnya, rnasih banyak yang mengartikan
pengendalian harna sarna dengan penggunaan pestisida. Jika diketahui tanarnan
yang diusahakan rusak karena serangan harna dan penyaki, rnaka petani akan
langsung rnencari pestisida dan rnernbunuhnya tanpa mernperhitungkan apakah
serangga tersebut serangga yang rnerugikan atau serangga yang berrnanfaat.
Kekhawatiran petani terhadap akan datangnya serangan harna rnenyebabkan
mereka melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan penyernprotan
pestisida pada tanaman yang dibudidayakan secara terjadwal artinya pada waktu
tertentu atau pada tingkatan turnbuh tanarnan tertentu. Cara ini disebut cara
pernberantasan hama konvensional (Untung, 1996).
Faktor-faktor yang cenderung mernpengaruhi keputusan petani dalam
rnenggunakan pestisida dapat dikelornpokan rnenjadi dua faktor, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor sosiokultur individu (contoh ;
tingkat pendidikan formal pengetahuan petani rnengenai PHT ; tingkat mobilitas
petani dan keluarganya; keikutsertaan dalam organisasi petani; status sosial) dan
faktor kemampuan ekonomi petani (contoh : luas garapan lahan; jumlah tenaga kerja
yang dirniliki; jangkauan terhadap modal pinjaman; jumlah, ragam pekerjaan dan
pendapatan keluarga. Sedangkan faktor eksternal rnerupakan faktor-faktor diluar
petani dan dapat mempengaruhi secara tidak langsung terhadap pengambilan
keputusan petani, yaitu (1) faktor sosiokultur seperti adat istiadat, budaya dan
struktur kemasyarakatan; (2) faktor biotik seperti serangga hama, musuh alarni,
penyakit dan lain sebagainya; (3) faktor abiotik sepesti suhu curah hujan dan
sebagainya;

(4) faktor prasarana seperti sistem pengairan, jalan dan fasilitas

pemasaran input dan output; (5) faktor kebijaksanaan pemerintah seperti harga dan
subsidi terhadap, pestisida, pupuk dan sebagainya.

Kebijaksanaan Pengaturan Pestisida
Kebijaksanaan terhadap penggunaan pestisida dirnaksudkan untuk
meningkatkan produksi pertanian secara berkelanjutan dan sekaligus melindungi
sumberdaya alam. Kebijaksanaan ini mencakup berbagai instrumen untuk
membatasi dan mengurangi darnpak penggunaan pestisida, berupa pengenaan
peraturan pengendalian dan provisi ekonomi (Wise

& Johnson, 1991).

Aktualisasinya, kebijaksanaan ini mencakup pengendalian impor, pembuatan
formulasi,

distribusi,

penjualan,

pengangkutan.

penyimpanan,

pelabelan.

penggunaan dan pembuangan pestisida. Pengaturan pestisida bertujuan untuk
melindungi konsurnen, pekerja pertanian dan lingkungan dari bahan-bahan kimia
yang berbahaya, meliputi pernbatasan atau pelarangan penggunaan pestisida,

mengatur baku mutu bahan kimiawi, dan penetapan tingkat toleransi terhadap residu
pestisida pada makanan dan minuman (Fleischer, 1994).
Dalam perspektif pertanian berkelanjutan yang dilandasi oleh kesadaran
akan kualitas lingkungan hidup dan tuntutan kelestarian produksi mengacu pada
pengalaman kegagalan pemberantasan hama konvensional, konsep Pengelolaan
Hama Terpadu (PHT) menjadi pilihan yang bijaksana dalam pengendalian
organisme pengganggu tanaman.
Meskipun secara konseptual penggunaan pestisida diposisikan sebagai
alternatif terakhir dalam pengendalian organisme penggangggu tanaman (OPT)
serta didukung dengan piranti peraturan yang mengikat, namun kenyataan di
lapangan menunjukkan pestisida sering merupakan pilihan utama dan paling umum
dilakukan petani. Penggunaan pestisida dalam mengatasi organisme pengganggu
tanaman telah membudaya dikalangan petani. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya
trend data sebelum

tahun 1970 jumlah penggunaan pestisida untuk tanaman

pangan masih dibawah 100 ton, maka pada tahun 1970 sudah mencapai 2000 ton
yang kemudian terus meningkat cepat dan pada tahun 1987 jumlah pestisida yang
disubsidi oleh pemerintah sebesar 80% dari harga pestisida telah mencapai 18.700
ton (Bimas, 1988).
Penggunaan pestisida yang tinggi dalam penanganan hama dan penyakit
pada umumnya tidak lepas dari paradigma lama yang memandang keberhasilan
pertanian atau peningkatan produksi sebagai wujud peran pestisida. Dorongan
kebijaksanaan pemerintah yang terlanjur memanjakan petani menggunakan
pestisida melalui regulasi subsidi sebesar 80% dari harga pestisida pada tahun
1987. Selain itu, kondisi ini tertunjang oleh terciptanya lingkaran peluang antara

kesenjangan pengetahuan petani dalam mengendalikan hama dan gencarnya
promosi keandalan pestisida serta lemahnya pengawasan dan penegakan hukum
dan adanya iklim kebijaksanaan pencapaian target program produksi pertanian
(swasembada, dan sebagainya) secara politis kurang kondusif bagi pemasyarakatan
PHT.
Sebagai antisipasi terhadap bahaya pestisida diperlukan pengaturan dan
pembatasan dengan peraturanlperundangan pada tingkat nasional dan regional,
meskipun ha1 ini tidak dapat memperbaiki kerusakan terhadap lingkungan oleh
pestisida (Higley & Wintersteen,l992). Menurut Proost & Matteson (1997) pembuat
kebijaksanaan pestisida memperhatikan resistensi hama, fitotoksisitas, bahaya
terhadap kesehatan, bahaya dan ancaman terhadap pasar ekspor, sehingga perlu
upaya pengurangan penggunaan pestisida untuk memperoleh produk yang
kompetiiif, aman dan berkelanjutan.
Sistern kebijaksanaan ideal dalam pengaturan pestisida adalah apabila
rnelibatkan subyek dan obyek kebijaksanaan (pemerintah, konsumen dan pelaku
agribisnis) sebagai pelaku kebijaksanaan. Dengan demikian, pelaku kebijaksanaan
(stakeholders) dalarn pengaturan pestisida akan terdiri dari analisis kebijaksanaan,
pemerintah, organisasi non pemerintah dan dunia usaha. Masalah kesehatan yang
diakibatkan oleh penggunaan pestisida seperti residu pada makanan dan toksisitas
merupakan kekuatan pengendali (driving force) utama dalam reformasi regulasi
pestisida (Perkins & Patterson,I997).
Dengan demikian kebijaksanaan pestisida merupakan upaya pengaturan
kegiatan yang berhubungan dengan pestisida yang bertujuan bagi perlindungan
terhadap rnanusia dan sumberdaya alam yang berimplikasi pada penyediaan produk

pertanian kompetitif, aman dan berkelanjutan. Keamanan pangan terhadap pestisida
dapat diatur melalui penetapan tingkat paparan pestisida dan batas legal residu
pestisida. Menurut Felsot (1988), penetapan suatu tingkat paparan pestisida
merupakan ketentuan yang rnenjamin bahwa tingkat residu dalam semua makanan
adalah aman dari paparan agregat pestisida. Sedangkan batas legal (toleransi)
residu pestisida merupakan konsentrasi maksimum residu pestisida yang terdapat
dalam kornoditi pangan, yang didasarkan pada konsensus CAC (Codex
Alkimentarius Comission) terutama menyangkut kepentingan kesehatan, pertanian
dan perdagangan.

Perundang-undangan yang Berkaitan Dengan Sistem Pengelolaan
Pestisida di Indonesia.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut sifat produk hukum tentang lingkungan
hidup yang diterbitkan sebelum adanya Undang-undang Nomor 4
merupakan

Tahun 1982

hukum yang berorientasi kepada lingkungan itu sendiri atau

"Environment-Oriented Law" (Harjosoemantri, 1991). Secara garis besar UndangUndang Nomor 23 tahun 1997 tersebut memuat ketentuan-ketentuan pokok sebagai
berikut ;
(1)

Pengelolaan lingkungan hidup yang berazaskan pelestarian kemapuan
lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan
yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia.

(2)

Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. serta
berkewajiban

memelihara

lingkungan

hidup

dan

mencegah

serta

menanggulangi kerusakan dan pencemaran.

(3)

Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalarn
rangka pengelolaan lingkungan hidup. Dalam kaitan ini lembaga swadaya
masyarakat tumbuh berperan sebagai penunjang pengelolaan lingkungan
hidup dan berkembang mendayagunakan dirinya sebagai sarana untuk
mengikut sertakan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam mencapai
tujuan pengelolaan lingkungan hidup.

(4)

Usaha untuk rnengembangkan lingkungan hidup tidaklah berlangsung dalarn
keadaan terisolasi. Sebagai anggota masyarakat dunia maka langkah usaha
dibidang lingkungan hidup harus punya makna bagi kehidupan antar bangsa.

(5)

Pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem
dengan keterpaduan sebagai ciri utama. Lingkungan hidup terdiri dari tatanan
kesatuan dengan berbagai unsur lingkungan yang saling mempengaruhi. Oleh
sebab itu maka pengelolaan lingkungan hidup memerlukan keterpaduan
pelaksanaan ditingkat nasional, koordinasi pelaksanaan secara sektoral di
daerah, sehingga semua terkait secara mantap dengan kebijaksanaan
nasional pengelolaan lingkungan hidup dengan kesatuan gerak dan langkah
mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup.

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan pasal 4 Undang-Undang
Lingkungan Hidup berbunyi sebagai berikut ;
(1) Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup

sebagai tujuan pembangunan manusia seutuhnya
(2) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana

(3) Temujudnya rnanusia lndonesia sebagai pembina lingkungan hidup
(4) Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan

generasi mendatang
(5) Terlindunginya negara terhadap darnpak dalam kegiatan di luar wilayah negara

yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan

Peraturan Tentang Perlindungan Tanaman
Peraturan tentang perlindungan tanaman yang ada selama ini masih bersifat
peraturan daerah atau lokal. Secara hukum perlindungan tanaman di lndonesia
diatur

Dokumen yang terkait

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida

0 7 98

Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Penurunan Aktivitas Enzim Asetilkolinesterase Pada Petani Bawang Merah. (Studi Kasus Kabupaten Brebes Jawa Tengah)

4 45 131

Analisis Keberlanjutan Usaha Tani Bawang Merah Di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur

6 26 206

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Sayuran dalam Penggunaan Pestisida di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara

1 3 75

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Sayuran dalam Penggunaan Pestisida di Kabupaten Pandeglang, Banten.

1 46 67

Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Petani Dalam Penggunaan Insektisida Untuk Pengendalian Wereng Batang Cokelat Di Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 20 54

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 5 12

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 1 17

PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN PETANI BAWANG MERAH DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA (Studi Kasus di Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur) | Sulistiyono | AGROLAND 37 138 1 PB

0 0 6

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PETANI BAWANG MERAH DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PADA PETANI DI KECAMATAN KERSANA KABUPATEN BREBES (Studi Kasus di Desa Kersana dan Desa Limbangan)

0 3 71