Latar Belakang Analisa Kajian Beton Pasca Bakar Dengan Tambahan Admixture Superplasticizer

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia kian hari semakin meningkat, seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia sangat pesat, terutama di kota-kota besar yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan terhadap sarana dan prasarana, khususnya bangunan rumah dan gedung. Pada umumnya sebagian besar sarana dan prasarana infrastruktur yang ada menggunakan konstruksi beton karena konstruksi beton mempunyai beberapa kelebihan, antara lain bahan dasarnya mudah diperoleh, tahan terhadap berbagai cuaca, lebih mudah dan murah dalam pelaksanaan, serta perawatannya cukup mudah.Salah satu kelebihan lain yang sangat penting bila dibandingkan dengan bahan struktur kayu atau baja adalah karena nilai fire resistance yang lebih baik pada tingkat temperatur yang relatif tinggi. Kerusakan konstruksi beton sering terjadi disebabkan oleh kebakaran.Kebakaran terjadi akibat berbagai sebab, baik itu karena ledakan kompor atau tabung gas, ledakan bom, hubungan pendek arus listrik, sambaran petir, dan kerusuhan yang sengaja membakar bangunan gedung.Efek pemanasan tidak memberikan pengaruh yang berbahaya seperti halnya pada struktur baja dan kayu, Universitas Sumatera Utara 2 tetapi bukan berarti efek pemanasan tidak memberikan dampak yang buruk pada beton. Beton merupakan bahan bangunan yang memiliki daya tahan terhadap api yang relatif lebih baik karena beton merupakan material yang memiliki daya hantar panas yangrendah, sehingga dapat menghalangi rambatan panas ke bagian dalam struktur beton tersebut. Saat terbakar beton tidak dapat menghasilkan api namun dapat menyerap panas sehingga akan terjadi suhu tinggi berlebihan yang akan mengakibatkan perubahan pada microstructure beton. Pada batas suhu tertentu, pemanasan akan menyebabkan stabilitas ikatan jel semen pada beton menjadi hilang, pemuaian butiran kerikil agregat, lepasnya ikatan semen dan pemuaian pada butiran, ini akan menyebabkan penurunan stabilitas kesatuan beton itu sendiri sehingga kuat beton menjadi turun. Perubahan atau kerusakan akibat kebakaran dipengaruhi oleh ketinggian suhu, lama pembakaran, jenis bahan pembentuk campuran beton, dan perilaku pembebanan. Kerugian terbesarterjadi pada bangunan akibat bencana kebakaran adalah rusaknya bangunan. Terjadinya perubahan temperatur yang cukup tinggi, seperti yang terjadi pada peristiwa kebakaran, akan berpengaruh terhadap elemen-elemen struktur karena pada proses tersebut akan terjadi suatu siklus pemanasan dan pendinginan secara bergantian yang akan menyebabkan adanya perubahan fase fisis dan kimiawi secara kompleks. Hal ini akan mempengaruhi kualitaskekuatan struktur betondan menyebabkan beton menjadi getas. Universitas Sumatera Utara 3 Masalah utama yang dihadapi dalam menangani bangunan pasca kebakaran adalah bagaimana menaksir kekuatan sisa bangunan pasca kebakaran. Diketahuinya kekuatan sisa, kita dapat melakukan tindakan perbaikan yang paling efisien untuk memulihkan kondisinya seperti semula sehingga bangunan yang telah mengalami kebakaran dapat difungsikan kembali.Selama ini, bangunan yang telah mengalami kebakaran langsung dibongkardihancurkan demolished action, padahal ada kemungkinan elemen struktur bangunan yang terbakar tersebut masih memiliki kekuatan. Suatu tindakan penghancuranpembongkaran merupakan suatu cara paling mudah dalam memecahkan permasalahan bangunan pasca kebakaran, namun hal ini tidaklah sesederhana dalam pelaksanaannya, karena untuk menentukan pembongkaran atau perbaikan diperlukan pertimbangan yang tepat dari aspek ekonomi, lingkungan, politik, waktu perbaikan, dan lain-lainnya. Bangunan umum, seperti kantor, rumah sakit, sekolahharus selalu dapat difungsikan walaupun telah mengalami kerusakan sehingga diperlukan suatu tindakan berupa perbaikan dan perkuatan agar segala kegiatan yang ada dalam bangunan tersebut berjalan secara normal. Demikian pula pada bangunan-bangunan bersejarah,seperti bangunan kuno dan bangunan monumental harus dapat dipertahankan nilai budayanya sehingga tidak memungkinkan untuk dibongkar dan dilakukan perbaikan untuk melestarikannya. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara peningkatan ketinggian suhu, lama pembakaran, dan jenis bahan Universitas Sumatera Utara 4 pembentuk campuran beton terhadap perubahan sifat dan karakteristik beton akibat kebakaran pada elemen struktur bangunan sehingga dengan data-data tersebut dapat diketahui kekuatan sisa residual strength dari material beton. Dengan demikian dapat ditentukan layak tidaknya struktur bangunan tersebut dipergunakan kembali. Adapun tugas akhir saya didasari oleh 3 tiga jurnal, yaitu: 1. “Porositas, Kuat Tekan, dan Kuat Tarik Belah Beton dengan Agregat Kasar Batu Pecah Pasca Dibakar” A.A. Gede Sutapa, 2010. Dalam jurnal ini, penelitian dilakukan terhadap kuat tekan, tarik belah, dan porositas silinder beton pasca bakar dengan diameter 150 mm serta tinggi 300 mm. Pembakaran benda uji dilakukan setelah umur beton 28 hari. Pembakaran dimulai pada temperatur tungku 34ºC sampai temperatur maksimum ±800ºC yang dicapai pada menit ke 180. Temperatur tersebut kemudian dipertahankan selama 20 menit sehingga proses pembakaran berlangsung selama 200 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan porositas beton sebanding dengan volume beton mengalami penetrasi panas pada temperatur 400°C -800°C. Hal lain menunjukkan bahwa porositas beton meningkat sebesar 20,695 menyebabkan kuat tekan turun sebesar 53,665 dan kuat tarik belah turun sebesar 49,641. 2. “Perubahan Perilaku Mekanis Beton Akibat Tempertatur Tinggi” Trisni Bayuasri; Himawan Indarto; dan Antonius, 2009.Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa tingkat kerusakan beton tergantung pada berbagai faktor, Universitas Sumatera Utara 5 seperti tingkat suhu, durasi pembakaran, atau kualitas beton. Penelitian tersebut diasumsikan untuk mengetahui perubahan kekuatan beton dan modulus elastisitas beton setelah dibakar pada suhu dengan berbagai durasi. Dua kekuatan beton yang berbeda, yakni K225 dan K350 yang diuji dalam penelitian ini. Keduanya dibakar pada suhu 300°C, 600°C, dan 900°C pada durasi 3 jam, 5 jam, dan 7 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekuatan perilaku elastisitas beton dan modulus beton setelah dibakar adalah sama, yaitu menurun. Tingkat degradasi dipengaruhi oleh suhu tercapai dan durasi. Semakin lama durasi dan semakin tinggi temperatur maka kekuatan sisa cenderung lebih kecil. Sebagai contoh, beton dibakar pada suhu 300°C selama 3 jam, kekuatan sisa beton ±71,8, dan untuk durasi 9 jam menjadi ± 60,04. Perubahan kekuatan beton dan modulus elastisitas beton untuk berbagai mutu beton berbeda meskipun dibakar pada suhu dan durasi yang sama. Misalnya pada suhu 600°C selama durasi 5 jam beton K225 kekuatan sisanya ± 36,40 sedangkan K350 kekuatan sisanya ± 24,46. 3. “Beton Mutu Tinggi dengan Admixture Superplasticizer dan Additif Silicafume” As’at Pujianto; Tri Retno Y.S. Putro; dan Oktania Ariska, 2009. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa untuk menghasilkan beton dengan mutu kuat tekan beton tinggi dibutuhkan Superplasticizer high range water reducer dan aditif mineral dengan kadar yang tepat.Penggunaan Superplasticizer dengan kadar yaitu sebesar 0; 0,5; Universitas Sumatera Utara 6 1; 1,5; 2; dan 2,5.Kadar silicafume yang dipergunakan yaitu sebesar 0; 5; 10; dan 15 terhadap berat semen. Hasil penelitian menunjukan kuat tekan beton optimum yang dapat dicapai sebesar 65,06 MPa dengan kadar siilicafume10; kadar superplastisizer 2; dan slump sebesar 9,20 cm sedangkan kuat tekan beton optimum tanpa silicafume yang dapat dicapai sebesar 51,35 MPa dengan kadar superplastisizer sebesar 2, dan slump sebesar 12,90 cm.

1.2 Perumusan Masalah