7
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Pada saat yang sama juga ia akan berpikir secara bertanggung jawab atas
dirinya sendiri. Dia akan bertanya, apakah keputusan yang akan saya ambil ini hanya menguntungkan orang lain, namun pada saat yang sama merugikan
dan menghancurkan diri saya?
G. Belajar dari Alkitab
1. Samuel dan Hofni-Pinehas
Di dalam Alkitab kita dapat menemukan banyak sekali contoh tentang pribadi yang tidak dewasa, tidak matang, dan tidak bertanggung jawab.
Namun di pihak lain Alkitab juga mengajarkan kepada kita bagaimana cara hidup orang yang matang dan bertanggung jawab itu. Itulah pribadi yang
Allah kehendaki di dalam hidup kita.
Dalam Kitab 1 Samuel 3:19 dikatakan, “Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari irman-Nya itu yang dibiarkan-Nya
gugur.” Samuel adalah salah satu pribadi teladan yang kita temukan dalam Alkitab. Sejak masa kecil, Samuel telah diserahkan oleh Hana, ibunya, kepada
Imam Eli untuk dibesarkan dan dididik di bait suci Allah di Silo. Hana yang lama tidak mempunyai anak, bernazar kepada Allah, bahwa apabila ia dikaruniai
seorang anak oleh Allah, maka ia akan menyerahkan anak itu kepada Allah. Itulah sebabnya Samuel kemudian diantarkan ke Silo untuk dididik oleh Imam
Eli.
Yang menarik ialah Samuel ternyata juga mempunyai dua orang anak laki- laki, yaitu Hofni dan Pinehas. Kisah tentang kedua anak Eli ini digambarkan
dalam ayat-ayat yang muncul sebelum ayat yang menggambarkan keadaan Samuel,
12
Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN,
13
ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara
daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya
14
dan dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu
itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo.
15
Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam itu datang, lalu berkata kepada
orang yang mempersembahkan korban itu: “Berikanlah daging kepada imam
8
Kelas X SMASMK untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging
yang dimasak, hanya yang mentah saja.”
16
Apabila orang itu menjawabnya: “Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu
sesuka hatimu,” maka berkatalah ia kepada orang itu: “Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan.”
17
Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN.
Gambaran ini berlawanan seratus persen dengan gambaran yang diberikan mengenai Samuel. Di satu pihak kita menemukan Hofni dan Pinehas yang egois,
mementingkan diri sendiri, dan tampaknya juga pemarah. Kitab 1 Samuel ini menceritakan bahwa setiap kali ada orang yang datang mempersembahkan
kurban sembelihan, Hofni dan Pinehas akan menyuruh para pelayan imam untuk mengambilkan daging yang paling atas, yang paling enak, untuk mereka
makan sendiri. Padahal, seharusnya bagian itu dibakar sampai hangus sebagai lambang persembahan yang penuh kepada Allah. Hofni dan Pinehas tidak rela
membiarkan daging itu hangus begitu saja. “Ini bagian yang paling nikmat. Mengapa kita harus menjadi orang bodoh dan membiarkannya hangus begitu
saja,” mungkin demikian yang muncul dalam benak pikiran mereka. Itulah sebabnya mereka mengambil apa yang bukan menjadi hak mereka. Mereka
mencuri, atau dalam istilah sekarang, kasus ini dikenal sebagai korupsi.
Demikian pula halnya dengan para pelayan imam itu. Mereka takut menghadapi anak-anak tuan mereka, sehingga mereka mengikuti begitu saja
apa yang diperintahkan kepada mereka. Mereka tidak berani membantah perintah Hofni dan Pinehas, sebab mereka adalah anak-anak dari tuan mereka.
Mungkinkah mereka takut dimarahi oleh Imam Eli? Mungkinkah mereka berpikir bahwa anak-anak Imam Eli tidak boleh dibantah, karena mereka anak-
anak hamba Tuhan? Apapun juga alasannya, tampaknya para pelayan ini pun hanya memikirkan keselamatan mereka sendiri. Hanya berusaha mencari
aman
Sementara itu, bagaimana dengan Samuel? Ia digambarkan sebagai anak yang makin besar dan disertai Tuhan. Ia semakin besar dan semakin disukai oleh
Tuhan maupun manusia. Bagaimana ini bisa terjadi? Tentulah ini disebabkan oleh kedewasaan Samuel, kematangan pribadinya dan emosinya, dan sikapnya
yang tidak egois atau mementingkan diri sendiri. Samuel selalu memikirkan pentingnya pelayanannya kepada Allah dan umat Israel.
9
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
2. Perpecahan di Gereja Korintus