MODEL PENGEMBANGAN WATER FRONT CITY SEBAGAI ALTERNATIP PENATAAN KAWASAN DALAM PENANGGULANGAN BANJIR DI PERKOTAAN MELALUI PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian ini diawali oleh keprihatinan peneliti terhadap adanya berbagai
bencana alam yang sering terjadi, terutama bencana banjir dan kekeringan yang
akhir-akhir ini ferkuensi terjadinya serta lamanya genangan semakin meningkat.
Hal ini disebabkan oleh kondis geografis, hidrologis dan demografis yang tidak
terkontrol sehingga menyebabkan naiknya frekuensi bencana yang semakin lama
semakin tinggi, sehingga tiap musim berganti tiapkali pula bencana alam
menimpa dalam bentuk yang berbeda. Hal tersebut semestinya membuat warga
maupun pemerintah akan semakin menyadari sehingga bisa peka dan akrab
dengan bencana alam. Keakraban tersebut bukan dalam bentuk keprasahan akan
bencana alam, tetapi sebagai manusia yang diserta akal budi yang sempurna akan
berusaha melakukan upaya-upaya antisipasi menghadapi ancaman bencana.
Fenomena terkini dalam 2 tahun terakhir di awal bulan Pebruari 2007 dan
2008, Ibu kota Jakarta tergenang banjir. Sedangkan diakhir bulan Desember 2007
kota Solo dan sekitarnya dilanda banjir dan tanah longsor. Padahal di awal
Desember 2007 telah berlangsung International Conference Global Warning di
Pulau Bali Indonesia. Banjir yang beruntun ini berakibat pada kerusakan
lingkungan, infrastruktur dan korban jiwa, sehingga menyebabkan terhambatnya
berbagai aktivitas perekonomian dan transportasi, yang berakibat korban dan

kerugian baik morol maupun materiil sangat besar nilainya.
Salah satu fenomena bahwa bencana tersebut dikarenakan perencanaan
dan pembangunan tidak terpadu, akibat tidak seimbangnya kemampuan dan
kecepatan

pemerintah

dalam

membangun

prasarana

kawasan

dalam

mengembangkan penataan kawasan perkotaan. Ketidak mampuan koordinasi
sistem tata air perkotaan dalam mengendalikan banjir, salah satunya dikarenakan
kurangnya koordinasi dalam pengelolaan sumber daya air khususnya pada daerah

aliran sungai kurang ditangani secara holistik dan profesional, yang berakibat

I-1

banjir di kawasan perkotaan dan sekelilingnya.

Hal ini dipicu oleh perilaku

pengguna yang tidak peduli terhadap keberadaan fungsi sungai dan lingkungan.
Sampai saat ini bencana nasional, banjir yang terjadi setiap tahun di
berbagai kota dan daerah diantaranya disebabkan rencana tata ruang dengan
pengelolaan sumber daya air (SDA) yang belum ditangani secara terpadu dan
sinergis.

Pengelolaan SDA yang tepat akan mendatangkan keuntungan,

sebaliknya akan datang bencana jika tidak dikelola secara intensif. PBB
mencanangkan tahun 2005-2015 sebagai International Decade for Action, dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air bagi
kehidupan dalam menyelamatkan fungsi dan ketersediaan air. Pada tanggal 22

Maret seluruh negara anggota PBB memperingati sebagai Hari Air Dunia/HAD
(World Water Day), dan tema HAD tahun 2007 adalah “Mengatasi Kelangkaan
Air dan Menangani Banjir Secara Terpadu”. Sehingga sudah ada kesadaran dan
upaya menyelamatkan fungsi dan keberadaan air termasuk pengelolaan sungai dan
lingkungan sejalan dengan penataan kawasan secara terpadu dan komprehensip
sebagai kegiatan yang harus dikembangkan dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Dengan demikian permasalahan air menjadi sangat kompleks, tidak
hanya mencakup aspek kuantitas dan kualitas akan tetapi secara spasial mencakup
dimensi ruang dan waktu khususnya kerkaitan dengan penataan kawasan secara
holistik dan terpadu (Wiwik, 2007).
Secara spasial pengelolaan SDA menekankan sinergi dan keseimbangan 3
(tiga) kegiatan utama (pendayagunaan, pengendalian daya rusak air serta
konservasi), didukung GNKPA yang bertujuan mengembalikan keseimbangan
siklus hidrologi pada daerah aliran sungai (DAS) sehingga keandalan kuantitas
dan kualitas air dapat terkendali. Pengelolaan SDA terpadu (Integrated Water
Resources Management) mengisyaratkan satu sungai dikelola dalam satu kesatuan
sistem yang terpadu dan utuh dari hulu hingga hilir, tidak dipilah-pilah oleh batas
administrasi pemerintahan (Hermono, 2005). Sejauh ini pengelolaan DAS masih
bersifat multidisiplin dan lintas sektoral, maka perlu diterapkan azas One
Watershed One Plan Management,


yaitu perencanaan terpadu dengan

memperhatikan kejelasan keterkaitan antar sektor pada tingkat daerah dan wilayah
serta melibatkan masyarakat secara berkesinambungan, salah satunya melalui
I-2

model pengembangan water front city. Konsep pengembangan water front city
merupakan solusi penanggulangan banjir di kawasan perkotaan sekaligus
penerapan pengelolaan SDA yang terpadu yang selama ini belum banyak
diterapkan.
Surakarta dengan terbentangnya Sungai Bengawan Solo yang lagunya
tersiar sampai negara Jepang, merupakan wilayah yang dilanda banjir besar di
tahun 1965 serta akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008 ini. Hal inilah yang
mendorong peneliti untuk mengingat kembali keperkasaan Sungai Bengawan Solo
yang seharusnya mendapatkan perhatian prioritas dalam hal pelestarian dan
pengelolaan melalui model pengembangan water front city sebagai alternatif
penataan kawasan dalam penanggulangan banjir di perkotaan melalui peran serta
masyarakat, sehingga terwujudlah city without flood.
Terbatasnya penelitian yang dapat menghasilkan model rekomendasi

dalam bidang tersebut menyebabkan tidak munculnya kebijaksanaan pemerintah
maupun publik yang memberikan perhatian kepada pelestarian dan pengelolaan
keberadaan sungai khususnya Sungai Bengawan Solo. Dalam kaitannya dengan
kondisi di atas perlu dilakukan penelitian tentang model pengembangan water
front city sebagai alternatif penataan kawasan dalam penanggulangan banjir di
perkotaan melalui peningkatan peran serta masyarakat sebagai pedoman user’s
guide bagi stakeholders terkait guna usulan Perda dan Haki.

Penelitian ini

bertujuan merumuskan model pengembangan water front city sebagai alternatip
penataan kawasan dalam menanggulangi banjir di perkotan melalui peningkatan
peran serta masyarakat, dengan melibatkan keterpaduan antar stakeholders terkait
secara holistik dan berkelanjutan dengan pendekatan partisipatif.
Rumusan model pengembangan water front city didasarkan pada metode
paduan antara kajian laboratorium perencanaan dan perancangan tata ruang dan
lingkungan perkotaan yang berbasis pada pendekatan mitigasi bencana, serta
laboratorium sungai untuk penataan ulang tata air, tata ruang dan lingkungan
sebagai perencanaan luapan aliran air dan area resapan yang ramah lingkungan.
Dimantapkan dengan kajian setting perilaku yang mengidentifikasi aspirasi,

kebutuhan dan harapan masyarakat dengan pendekatan partisipatif.

Penataan

I-3

ulang tata air, tata ruang dan lingkungan dikaji melalui pemetaan setting kawasan
secara fisik empirik dan sosial mapping terhadap sosekbud masyarakat. Pemetaan
kawasan dilakukan dengan pendekatan SWOT yang dikaitkan dengan RTRW
setting lokasi kegiatan, sedangkan sosial mapping melalui partisipatif FGD dan
PRA yang dikaitkan dengan kearifan lokal dari potensi sumber daya alam dan
masyarakat. Lokasi penelitian pada kawasan daerah aliran sungai Bengawan Solo
Surakarta dan kawasan tepian Kali Code Jogyakarta, sedangkan objek penelitian
adalah penataan ulang tata air dan tata ruang yang berkaitan dengan apresiasi
perubahan perilaku masyarakat.
Penelitian

ini

menggunakan


paradigma

berwawasan

lingkungan

(environment oriented), serta menggunakan pendekatan kewilayahan (regional
based) dengan melibatkan masyarakat pengguna (Budi, 2006). Oleh karena itu,
penelitian model pengembangan water front city melalui peningkatan peran
masyarakat merupakan kajian riset yang harus segera dilakukan, agar terwujud
kawasan perkotaan yang terbebas dari banjir.

Hasil penelitian ini menjadi

referensi bagi stakeholder terkait dalam merumuskan model pengembangan water
front city sekaligus sebagai perwujudan pengelolaan SDA yang tepat, terpadu dan
berkelanjutan.
Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan model pengembangan
water front city sebagai alternatip penataan kawasan dalam menanggulangi banjir

di perkotaan melalui peningkatan peran serta masyarakat, dengan melibatkan
keterpaduan antar stakeholders terkait secara holistik dan berkelanjutan dengan
pendekatan partisipatif.

Rumusan model pengembangan water front city

didasarkan pada metode paduan antara kajian laboratorium perencanaan dan
perancangan tata ruang dan lingkungan perkotaan yang berbasis pada pendekatan
mitigasi bencana, serta laboratorium sungai untuk penataan ulang tata air, tata
ruang dan lingkungan sebagai perencanaan luapan aliran air dan area resapan yang
ramah

lingkungan.

Dimantapkan

dengan

kajian


setting

perilaku

yang

mengidentifikasi aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat dengan pendekatan
partisipatif. Penataan ulang tata air, tata ruang dan lingkungan dikaji melalui
pemetaan setting kawasan secara fisik empirik dan sosial mapping terhadap
sosekbud masyarakat. Pemetaan kawasan dilakukan dengan pendekatan SWOT
I-4

yang dikaitkan dengan RTRW setting lokasi kegiatan, sedangkan sosial mapping
melalui partisipatif FGD dan PRA yang dikaitkan dengan kearifan lokal dari
potensi sumber daya alam dan masyarakat. Lokasi penelitian pada kawasan daerah
aliran sungai Bengawan Solo Surakarta dan kawasan tepian Kali Code Jogyakarta,
sedangkan objek penelitian adalah penataan ulang tata air dan tata ruang yang
berkaitan dengan apresiasi perubahan perilaku masyarakat.
Oleh karena itu Laboratorium Teknik Sipil dan Perancangan FT. UMS,
bersama sama dengan Center for Sustainable Arch and Planning (CSAP) UGM

merasa memiliki kewajiban moral untuk peduli berbuat konkrit dengan
mengawali program model pengembangan water front city sebagai gagasan dalam
mewujudkan kota yang humanis dan ramah lingkungan. Hal ini dapat sebagai
salah satu alternatif dari kegiatan PROKASIH di kawasan perkotaan melalui
peran serta masyarakat. Dengan titik awal ini semestinya pihak-pihak terkait
khususnya pemerintah segera menangkap dan meneruskan program ini dalam
bentuk aplikasi lapangan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam penerapan
kebijakan, aturan dan pedoman, khususnya yang berkaitan dengan penataan
kawasan yang humanis di daerah maupun perkotaan, yang akhirnya dapat
memperoleh pengakuan hak patent (Haki) sebagai wujud apresiasi terhadap hasil
karya, sekaligus mendorong untuk ditindaklanjuti oleh pihak terkait. Dengan
demikian, sebagai langkah awal perlu dilakukan penelitian yang dapat
menghasilkan rumusan model pengembangan water front city sebagai alternatip
menanggulangi banjir di perkotaan melaui peningkatan peran masyarakat dan
kearifan lokal, sehingga terwujud City without flood, amin.

Gambar 1.1 Banjir dan genangan di Kota Solo

I-5


B. Perumusan Masalah
Masalah-masalah dalam penelitian ini dirumuskan menjadi 3 tahap sebagai
berikut :
1. Bagaimana kondisi empirik karakteristik setting fisik kawasan dan sosial
mapping pada daerah aliran sungai (DAS) di perkotaan? Hal ini dicapai
melalui kajian fisik karakter kawasan dengan pendekatan SWOT yang
dikaitkan dengan RTRW (pemetaan eksplorasi potensi kawasan, penataan
ulang tata air, tata ruang dan lingkungan), dengan paradigma berwawasan
lingkungan

(environment

oriented),

serta

menggunakan

pendekatan

kewilayahan (regional based) dengan melibatkan masyarakat. Kajian sosial
mapping melalui eksplorasi setting perilaku dengan mengidentifikasi aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat dengan pendekatan FGD dan PRA melalui
partisipatory masyarakat secara efektif dan optimal.
2. Bagaimana rumusan peningkatan peran serta dan interpretasi perubahan
perilaku masyarakat dengan pendekatan FGD dan PRA melalui partisipatif ?
Hal ini dikaitkan dengan faktor-faktor eksplorasi sosial mapping yang
merupakan peluang dan kendala. Kesadaran, kepedulian dan kearifan lokal
berpengaruh terhadap perubahan perilaku dalam peningkatan perannya untuk
pengelolaan SDA, sehingga terwujud kota bebas banjir yang manusiawi dan
ramah lingkungan.
3. Bagaimana merumuskan model pengembangan water front city yang tepat
dan efektip guna menanggulangi banjir di perkotaan ? Hal ini dilakukan
dengan pendektan kearifan local dan partisipatif. Rumusan tersebut sebagai
perwujudan dari kepedulian kita sebagai profesional bersama dengan
stakeholders terkait secara terpadu dalam menanggulanggi banjir perkotaan,
melalui penataan ulang tata air, tata ruang, dan perubahan perilaku pengguna
dalam mengelola potensi SDA secara tepat, efektif dan sinergis. Model
rumusan penelitian akan disosialisasikan, dipublikasikan serta dipromosikan
pada stakeholders terkait baik pihak pemerintah, swasta maupun masyarakat
sebagai user’s guide usulan Perda dan usulan Haki.

I-6

Dept. PU
Menristek

Balai Sungai
Puslitbang SDA

GNKPA

World Water Day

Masalah Nasional
banjir, tanah longsor dan kekeringan
Pengelolaan SDA dalam tata ruang dan tata
air kawasan perkotaan bersifat sektoral
penanganan belum optimal

PBB
Pemda
Setempat
Balai Besar Wilayah
Sungai Bengawan
Solo

Kerusakan DAS& RTRW tidak konsisten 
banjir di kawasan perkotaan
.
Model pengembangan water front city
sebagai alternatip penataan kawasan dalam menanggulangi banjir
di perkotan melalui peningkatan peran serta masyarakat
Tahun I :

Tahun II :

Draft rumusan water front city.
Kajian fisik kawasan, mapping penataan ulang
tata air, tata ruang & lingkungan & mapping
sosekbud perubahan perilaku melalui FGD &
PRA dalam memotivasi kesadaran &
kepedulian masyarakat dlm mengapresiasi &
peningkatan peran serta masyarakat dlm.
pengembangan water front city
Uji coba, monev& penyempur.draft model

Rumusan Model water front city sebagai
alternatip penataan kawasan dalam
penanggulangan banjir di perkotaan.
Sosialisasi dan koordinasi rumusan Model
Pengembangan water front city
Sebagai referensi & pedoman user’s guide
stakeholders terkait sbg City without flood,
sebagai usulan Perda dan usulan Hakki

Gambar 1.1 : Konsep Perwujudan water front city Yang Ramah & Berkelanjutan
Sumber: Hermono, 2008

I-7

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. What is ArcGIS 9.0. Esri Press.
Anonim. 2006. Rencana Umum Tata Ruang Kota. Pemerintah Kota Surakarta
Anonim. 2006. Sistem dan Jaringan Drainase Kota Surakarta. Laporan CV
Identitas
Anonim. 2007. Manajemen Database Drainase Kota Surakarta. Depart. PU
Budi, P, 2006, A Sustainable Regenerative Study for Borneo Tropical Aquapolis
Architecture, International Seminar on Sustainable Architecture, SENVAR
2005, ITB, Bandung
Budi, P, 2006, Pemodelan Lansekap Kota Tepian Air, Seminar Nasional
Pembangunan Lingkungan Perkotaan di Indonesia, Fakultas Arsitektur
Lansekap dan Teknik Lingkungan Universitas Trisakti, Jakarta
Budi, P, 2005, Aquatic Living Culture of Marine and Riverine Ecopolitan
International Seminar in Urban Design ‘Culture of Living’, UGM,
Yogyakarta
Budi, P, 2005, Bingkai Kepulauan Tata Ruang Permukiman, Seminar Nasional
Rumah Untuk Rakyat, Teknik Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta.
Budi, P, 2004, Urban Symbiosis in the Aquatic Public Space, 1st International
Seminar in Urban Design, Universitas Gadjah Mada.
Budi, P, 2004, The Constructing of Agropolitan in Archipelagic Network Context,
International Seminar on Habitat 2004, RIHS-URDI, Bandung
Budi, P, 2003, Pemodelan Kota Air di Kalimantan dengan Metoda Eco-Urban
Tissue Plan, Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan
Industri, UMS Surakarta.
Budi, P, 2003, Model Penataan Permukiman Tepian Sungai Berbasis Budaya
Huni Kota Air, Seminar in Quality in Risearch, UI, Jakarta.
Budi, P, 2001, Kajian Karakteristik Permukiman Sungai di Kalimantan (Buku
Hasil Penelitian Tidak Dipublikasikan). Teknik Arsitektur UGM.
Digital Watershed . www. David R Maidment.com (25 April 2008).
Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air. 2005. Kajian Model
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu.
Eddy Prahasta, 2002. Konsep – Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.
Informatika : Bandung.
GIS_in_Water Resources_U_of_Kstate. 2006. www. David R Maidment.com.
Hampton, M, 2005, Local Communities And Economic Development, Annal of
Tourism Research Vol.32 Number 3, Britain

Daftar Pustaka

1

Hermono, 2006, Peningkatan Peran Masyarakat dan Pemda dalam Pemanfaatan
Bengawan Solo, Balitbang Sebranmas, DPU, Jakarta.
Hermono, S, 2004, Penelitian Hidraulis pada Pertemuan Sungai Sebagai Upaya
Pengendalian Banjir (Studi Kasus Sungai Bone), Jakarta
Hermono, S, 2002, Basin Water Resources Management (BWRM), Surakarta
Hermono, S, 2001, Degradasi Sungai Palu Sulawesi Tengah, Jakarta
Hermono, S, 2000, Tata Cara Perencanaan Teknik Pelindung Tebing dari
Pasangan Batu, Dewan Standarisasi National Indonesia, SNI 03-34411994.
Mikklesen, 2001,
Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya
Pemberdayaan. Yayasan Obor. Jakarta.
Miles, MB&A Hubberman, 1992, Analisis Data Kualitatif. Terjemahan: Tjetjep
Rohendi Rohidi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Moore, G, T, 1979, Environment Behaviour Studies, Mc. Graw Hill, New York.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang – Undang No 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air.
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta :
Andi.
Tim BAPPEDA. 1996-2011. RUTRK & RIPP Dati II Surakarta. Surakarta.
Weiler, B., 1992, Environmental And Community Sustainabble Development : In
K. Linberg, USA.
Weisman, G, 1981, Modelling Environmental Behavior System, journal of ManEnvironment Relations
Wiwik, S, Hermono, 2008, Sistem Pembuangan dan Pengolahan Air pada
Kawasan Heritage Wisata Tirta Pengging, Prossiding Lokakarya Nasional
HAD.XVI, 27 Maret 2008, Jakarta.
Wiwik, S, Hermono, 2007, Pengelolaan Arboretum Yang Berkelanjutan Sebagai
Pendukung Pengendalian Bencana Banjir dan Kekeringan, Prossiding
Lokakarya Nasional HAD. XV, 22 Maret, Jakarta.
Wiwik, S, 2007, Pengembangan Arboretum Sbg. Alternatip Pengembangan
Wana Wisata Melalui Pelestarian Lingkungan Yang Berkelanjutan, Cakra
Wisata Puspari Vol. 8 jilid 1– Januari 2007
Wiwik, S, Hermono, 2006, Pengelolaan Kawasan SDA Pengging sebagai
Kawasan Wisata Tirta melalui Peningkatan Peran Masyarakat, Prossiding
Konferensi Nasional, UNS Surakarta
Wiwik, S, Hermono, 2004, Kawasan Umbul Pengging Boyolali Sebagai Wisata
Tirta Yang Berkelanjutan, Prosiding Seminar Nasional, Hari Air Dunia
XIII 2004, Dep. KIMPRASWIL, Jakarta

Daftar Pustaka

2

Bidang Ilmu
Penelitian Teknologi

LAPORAN PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN KERJA SAMA ANTAR PERGURUAN TINGGI
(HIBAH PEKERTI)

MODEL PENGEMBANGAN WATER FRONT CITY
SEBAGAI ALTERNATIP PENATAAN KAWASAN
DALAM PENANGGULANGAN BANJIR DI PERKOTAAN
MELALUI PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Tim Pengusul
TPP
Ir. Hermono S.B., M.Eng
Ir. Wiwik Setyaningsih, MT
Ir. Achmad Karim Fatchan, MT
TPM
DR. Ir. Budi Prayitno M.Eng.

Dibiayai oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian
074/SP2H/PP/DP2M/2009 Tertanggal 06 April 2009

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Oktober 2009

DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI..............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................................v
RINGKASAN.............................................................................................................vi
BAB I.

PENDAHULUAN ................................................................................ I-1
A. Latar Belakag .................................................................................... I-1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... I-6

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN TAHUN I ...................... II-1
A. Tujuan Penelitian.............................................................................. II-1
B. Manfaat Penelitian ............................................................................ II-2
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... III-1
A. Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) .............................................. III-1
B. Perlu Kemitraan Penataan Lahan, Air dan Vegetasi.......................... III-5
C. Perilaku dan Peningkatan Peran Masyarakat .................................... III-7
D. Penelitian Terdahulu ........................................................................ III-10
BAB IV. METODE PENELITIAN .................................................................... IV-1
A. Lokasi Penelitian ............................................................................. IV-1
B. Jenis dan Sumber Data..................................................................... IV-1
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... IV-2
1. Pengumpulan data ...................................................................... IV-2
2. Teknik analisis........................................................................... IV-3
D. Kerangka Alur Penelitian ................................................................. IV-4
E. Target Indikator Keberhasilan ......................................................... IV-5
F. Jadwal Penelitian ............................................................................. IV-6
G. Pelaksanaan Kerjasama ................................................................... IV-7
H. Rencana Penelitian Selanjutnya ....................................................... IV-8
1. Metode penelitian tahun ke-2....................................................... IV-8
2. Tahap pelaksanaan penelitian tahun ke-2 ..................................... IV-9
3. Strategi pelaksanaan peningkatan peran masyarakat
melalui FGD ............................................................................... IV-9
4. Tahapan konsep peningkatan peran masyarakat........................... IV-10
BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... V-1
A. Daerah Aliran Sungai ....................................................................... V-1
B. Pengelolaan Karakteristik Fisik Daerah Aliran Sungai ..................... V-2
1. Sistem informasi geografis (SIG) ................................................ V-2
2. Pengelolaan data hidrologi/hidrometri ......................................... V-5
3. Simulasi penelusuran tinggi muka air .......................................... V-6
1). Model runoff .......................................................................... V-6
2). Model Hidraulik..................................................................... V-7
a). Model aliran 1D ............................................................... V-7
b). Model aliran 2D ............................................................... V-8
C. Evaluasi Sistem Drainase di Kota Surakarta ..................................... V-8

1. Feasibility study for impromevent progam for
the city of Surakarta, PT. Alfacon 1987 ....................................... V-8
2. Rencana umum tata ruang kota (RUTRK)
kota Surakarata 2007-2016.......................................................... V-9
3. Studi sistem jaringan drainase kota Surakarta
CV. Identitas 2006 ...................................................................... V-12
4. Sistem drainase kota Surakarta .................................................... V-14
D. Daerah Banjir dan Genangan di Kota Surakarata .............................. V-17
E. Water Front City .............................................................................. V-22
1. Tinjauan Umum Water Front City ............................................... V-22
2. Rencana Pengembangan Water Front City Kota Solo ................. V-25
F. Pemberdayaan Masyarakat ............................................................... V-28
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ V-1
A. Kesimpulan ...................................................................................... V-1
B. Saran ................................................................................................ V-2
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran I

Data Hujan Pos Pabelan

Lampiran II Peta Daerah Aliran Sungai

DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1.1 Banjir dan Genangan di Kota Solo .................................................... I-5
Gambar 1.2 Konsep Perwuju dan Water Front City yang Ramah dan
Berkelanjutan .................................................................................... I-7
Gambar 3.1 Model Pengembangan Water Front City yang Ramah dan Lestari ..... III-5
Gambar 3.2 Perencanaan Water Front City yang Berwawasan Lingkungan .......... III-7
Gambar 4.1 Metode Interaktif............................................................................... IV-3
Gambar 4.2 Pendekatan Behaviroal Setting .......................................................... IV-3
Gambar 4.3 Kerangka Alur Penelitian .................................................................. IV-4
Gambar 4.4 Entery Point Partisipasi Masyarakat dan Unsur Terkait .................... IV-10
Gambar 4.5 Community Based Development ........................................................ IV-11
Gambar 5.1 Alur Kerja SIG .................................................................................. V-3
Gambar 5.2 Contoh Layer Beberapa Data Sepesial Dalam GIS ............................ V-3
Gambar 5.3 Input Data Dalam Penentuan DAS dan Atributnya ............................ V-4
Gambar 5.4 Alur Pembuatan Peta Daerah Rawan Banjir ....................................... V-4
Gambar 5.5 Peta Dasar Untuk Membuat Peta Daerah Rawan Banjir di Suatu
Wilayah ............................................................................................ V-5
Gambar 5.6 Pembagian Sistem Drainase Utama Kota Surakarta ........................... V-9
Gambar 5.7 Pembagian Area Wilayah Drainase Kota Surakarta ........................... V-11
Gambar 5.8 Jaringan Sistem Drainase Kota Surakarta Berdasarkan RUTRK
Tahun 2007-2016 .............................................................................. V-12
Gambar 5.9 Pembagian Jaringan Drainase Kota Surakarta.................................... V-14
Gambar 5.10 Sungai- sungai yang Mengalir Di Kota Surakarta ............................. V-15
Gambar 5.11 Pembagian Drainase Kota Surakarta Berdasarkan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Oleh DPU Di Tahun 2007 .................. V-16
Gambar 5.12 Catchment Polygon Beberapa Sungai di Kota Surakarta dari
Balai PSDA...................................................................................... V-17
Gambar 5.13. Genangan Banjir 27 Desember 2007 ............................................... V-19
Gambar 5.14. Pola Genangan Banjir Kota Solo ..................................................... V-20
Gambar 5.15. Fasilitas Pendukung Drainase Kota Solo ......................................... V-20
Gambar 5.16. Peta DAS Sungai-sungai yang Masuk Kota Solo ............................. V-21
Gambar 5.17 Peta Pengaruh Bengawan Solo Terhadap Kota Solo ......................... V-21
Gambar 5.18 Water Front City di Copenhagen, Denmark ...................................... V-22
Gambar 5.19 Jogging Track di Sepanjang Kali Anyar ........................................... V-24
Gambar 5.20 Skema Topografi Kota Solo ............................................................. V-25
Gambar 5.21 Pengembangan Water Front City di Kota Solo ................................. V-27

Gambar 5.22 Pengembangan Water Front City di Tirtonadi Solo .......................... V-27
Gambar 5.23 Water Front City ............................................................................. V-28
Gambar 5.24 Skema Pemberdayaan Masyarakat .................................................... V-35

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ridho dan
karunia-Nya, sehingga buku Laporan Penelitian tahun ke 1 dengan judul : “Model
Pengembangan

Water Front City Sebagai Alternatip Penataan Kawasan Dalam

Penanggulangan Banjir Di Perkotan Melalui Peningkatan Peran Serta Masyarakat” ini bisa
terselesaikan.
Penelitian ini dapat terlaksana berkat dukungan dana Penelitian Hibah Pekerti
Tahun Anggaran 2009 memalui Proyek Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia. Atas terselesaikannya penelitian ini kami mengucapkan terima kasih.
Pada kesempatan ini kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung, kepada seluruh instansi pemerintah, swasta maupun perorangan yang telah memberikan dukungan dan bantuan
hingga tersusunnya buku laporan penelitian ini.

Surakarta,

Oktober 2009
Tim Peneliti

RINGKASAN

Fenomena terkini dalam 2 tahun terakhir di awal bulan Pebruari 2007 dan 2008, Ibu
kota Jakarta tergenang banjir. Sedangkan diakhir bulan Desember 2007 kota Solo dan
sekitarnya dilanda banjir dan tanah longsor. Padahal di awal Desember 2007 telah
berlangsung International Conference Global Warning di Pulau Bali Indonesia. Banjir
yang beruntun ini berakibat pada kerusakan lingkungan, infrastruktur dan korban jiwa,
sehingga menyebabkan terhambatnya berbagai aktivitas perekonomian dan transportasi,
yang berakibat korban dan kerugian sangat besar nilainya.
Bencana tersebut dikarenakan perencanaan dan pembangunan tidak terpadu, akibat
tidak seimbangnya kemampuan dan kecepatan pemerintah dalam membangun prasarana
kawasan dalam mengembangkan penataan kawasan perkotaan. Ketidak mampuan
koordinasi sistem tata air perkotaan dalam mengendalikan banjir, salah satunya
dikarenakan kurangnya koordinasi dalam pengelolaan sumber daya air khususnya pada
daerah aliran sungai kurang ditangani secara holistik dan profesional, yang berakibat banjir
di kawasan perkotaan. Hal ini dipicu oleh perilaku pengguna yang tidak peduli terhadap
keberadaan fungsi sungai. Padahal, PBB setiap tahunnya memperingati tanggal 22 Maret
sebagai World Water Day. Penelitian ini bertujuan merumuskan model pengembangan
water front city sebagai alternatip penataan kawasan dalam menanggulangi banjir di
perkotan melalui peningkatan peran serta masyarakat, dengan melibatkan keterpaduan antar
stakeholders terkait secara holistik dan berkelanjutan dengan pendekatan partisipatif.
Rumusan model pengembangan water front city didasarkan pada metode paduan
antara kajian laboratorium perencanaan dan perancangan tata ruang dan lingkungan
perkotaan yang berbasis pada pendekatan mitigasi bencana, serta laboratorium sungai
untuk penataan ulang tata air, tata ruang dan lingkungan sebagai perencanaan luapan aliran
air dan area resapan yang ramah lingkungan. Dimantapkan dengan kajian setting perilaku
yang mengidentifikasi aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat dengan pendekatan
partisipatif. Penataan ulang tata air, tata ruang dan lingkungan dikaji melalui pemetaan
setting kawasan secara fisik empirik dan sosial mapping terhadap sosekbud masyarakat.
Pemetaan kawasan dilakukan dengan pendekatan SWOT yang dikaitkan dengan RTRW
setting lokasi kegiatan, sedangkan sosial mapping melalui partisipatif FGD dan PRA yang
dikaitkan dengan kearifan lokal dari potensi sumber daya alam dan masyarakat. Lokasi
penelitian pada kawasan daerah aliran sungai Bengawan Solo Surakarta, sedangkan objek
penelitian adalah penataan ulang tata air dan tata ruang yang berkaitan dengan apresiasi
perubahan perilaku masyarakat.
Dari hasil penelitian tahun I (2009) telah menghasilkan rumusan draft model
pengembangan water front city sebagai alternatip penataan kawasan dalam menanggulangi
banjir di perkotan. Diawali dari pengertian akan harfiah water front city dapat diartikan
sebagai kota tepi air, atau kota yang menghadap / berhadapan dengan air. Namun demikian
istilah water front city mengandung berbagai arti yang khas yang mengungkapkan sebab
dan tujuannya, yaitu dapat diartikan sebagai kota yang memanfaatkan sungai / saluran
drainase sebagai sarana transportasi, rekreasi, dan sumber penghidupan lainnya.
Pengembangan water front city, akan mempunyai dampak positip terhadap
masyarakat sekitar sungai, karena masyarakat sekitar dapat manfaat dari naiknya muka air

tanah, sehingga dapat dipergunakan sebagai sarana rekreasi/wisata tirta, olahraga dan
alternatif transportasi. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai wisata tirta sehingga akan
peningkatan kepedulian peran masyarakat. Adapun fungsi utama Water front city yaitu
adanya kolam yang akan berfungsi sebagai retarding basin, yang akan meredam aliran
banjir lokal sehingga berguna sebagai penampungan banjir sementara.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam penerapan kebijakan,
aturan dan pedoman, khususnya yang berkaitan dengan penataan kawasan yang humanis di
daerah maupun perkotaan, yang akhirnya dapat sebagai usulan Perda dan sekaligus
memperoleh pengakuan hak patent (Haki) sebagai wujud apresiasi terhadap hasil karya,
sekaligus mendorong untuk ditindaklanjuti oleh pihak terkait. Dengan demikian, sebagai
langkah awal perlu dilakukan penelitian yang dapat menghasilkan rumusan model
pengembangan water front city sebagai alternatip menanggulangi banjir di perkotaan
melaui peningkatan peran masyarakat dan kearifan lokal, sehingga terwujud city without
flood, amin.