Risalah Kerja Kesehatan Nasional (RAKARKESNAS) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
セ ャ@
セ ャ@
セ ャ@
-'I
l
l
1
-I
(
r
(
(
--'
\
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
351.077
Ind
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Biro
r
Perencanaan dan Anggaran
Risalahkerja kesehatan nasional (RAKARKESNAS)
Kemellterian Kesehatan tahun 2012,
-- Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2011
ISBN 978-602-235-095-6
1. Judul
1. HEALTH PLANNING
II. HEALTH POLICY
(
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya , bahwa dengan telah
diselenggarakannya Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2012, Biro
Perencanaan dan Anggaran dapat menyelesaikan Dokumen Risalah
Rapat Kerja Kesehatan Nasional2012.
Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia yang menyatakan
bahWa Tahun 2012 merupakan tahun kinerja dan prestasi dan salah
satu upaya untuk meningkatkan kinerja dan prestasi tersebut adalah
melalui Reformasi Birokrasi. Reformasi Birokrasi merupakan proses
pembaharuan sistem penyelenggaraan pemerintahan dalam aspek kelembagaan,
ketatalaksanaan , dan sumber daya manusia aparatur. Pembaharuan ini dilakukan sebagai
upaya untuk percepatan pelaksanaan program pembangunan kesehatan tahun 2012 yang
pada akhirnya mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Dokumen Risalah ini merupakan kumpulan bahan materi dan hasil diskusi pad a Rapat Kerja
Kesehatan Nasional Tahun 2012 yang berisi arahan Menteri Kesehatan mengenai fokus
prioritas dalam pembangunan kesehatan, isu dan potensi masalah kebijakan kesehatan
strategis dalam pembangunan kesehatan, permasalahan utama yang dihadapi oleh
pelaksana kebijakan di daerah, serta rumusan rekomendasi sebagai bentuk tindak lanjut
hasil Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2012.
Sangat disadari bahwa dokumen ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan agar
semua pihak terkait dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk
perbaikan.
Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dokumen ini disampaikan terima
kasiih . Semoga dokumen ini bisa mewakili aspirasi dari setiap daerah dan menjadi pedoman
dalam penyelesaian masalah pembangunan kesehatan bersama .
Jakarta,
Mei 2012
Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran
drg. Tini Suryanti Suhan i. M.Kes
NIP.19551015198201 2002
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
DAFTAR lSI
J
.....
--'
Kata Pengantar .... ......... ... ... .. .. ...... .... ........................................................................... .
Daftar lsi ...................................................... .. ....................... .... .. .. .... ........................... .
ii
Bab I' Pendahuluan ...... .. .................. ......... ....... ... ........................ .......... ... ................... ..
1
Bab II Ara.han Menteri Kesehatan ... ...... ..... .......... .... .......................... .......................... .
3
Bab III Materi Rakerkesnas ..........................................................................................
8
J
...-J
--'
3.1
Reformasi Birokrasi ... ..................... ..................... ... ........ ..... .... ................ .
3.2
Mid Term Review RPJMN Bidang Kesehatan dan Dukungan Terhadap
-'
Program Millenium Development Goals (MDGs), Program Daerah
....;
8
Tertinggal Perbatasan Kepulauan (DTPK), dan Program Unit Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (UP4B) ... ................. .... ..
3.3
3.4
9
J
Penguatan Peran Dinas Kesehatan Provinsi pada Pembangunan
Kesehatan di Daerah ................................................................................
10
Program Terkini Kementerian Kesehatan ... ... ........................ ......... .. ...... .. .
11
3.4.1
Riset Fasilitas Kesehatan '" ................................................... .. .... .
11
3.4.2
Iintegrasi Pusat dan Daerah dalam Pengendalian Penyakit
3.4.3
'"'
-'
.../
dengan Kecendurangan KLB (Public Health Emergency of
International Concern/ PHEIC) .................... ... ............................. .
J
15
Dukungan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dalam Menjamin
Ketersediaan dan Pemerataan Obat da n Alat Kesehatan ..............
16
3.5
Inovasi Pembangunan Kesehatan di Daerah ................................... .. .......
18
3.6
Menuju Implementasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial I Bidang
Kesehatan .................. ............................ .. .................................. .. ............
19
Bab IV Dialog Interaktif ................... ..... .. .................................. .... ..... .. .. .. ... .......... ... .....
21
Bab V Rekomendasi .......... .. ......................... ..................................... ............. ... .......... .
26
Bab VI Penutup.. .. ............................ .. ...................... .... ........................ .. ........ ...............
28
..J
ii
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
BASI
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan telah berkonstriusi dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan membaiknya berbagai
indikator pembangunan kesehatan seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak. Tahun 2012 merupakan tahun kedua dari rencana
pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes 2010-2014.
Berbagai keberhasilan maupun kendala pada kurun waktu tersebut dapat menjadi
pembelajaran untuk merencanakan pembangunan kesehatan yang lebih baik.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh perencanaan
yang disusun . Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2012 yang
diselenggarakan pada tanggal 28 Februari -
2 Maret 2012 dimaksudkan untuk
mengkoordinasikan, dan mensinkronkan rencana kegi atan antara Pusat dan Daerah pada
tahun 2013. Rakerkesnas tersebut merupakan bagian dari siklus perencanaan nasional.
Oleh karena itu dalam Rakerkesnas disampaikan pula arah kebijakan pembangunan
kesehatan tahun depan yang dapat menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan
kesehatan di daerah.
Rakerkesnas merupakan rapat kerja kesehatan tingkat nasional yang melibatkan
Pusat dan Daerah guna peningkatan pembangunan kesehatan di Indonesia. Rakerkesnas
2012 dihadiri oleh Menteri Kesehatan, Wakil Menteri, selu ru h pejabat di lingkungan
Kementerian Kesehatan, UPT Vertikal Kementerian Keseahatan, seluruh Kepala Dinas
Kesehatan ProvinsilKabupaten/Kota, dan seluruh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
ProvinsilKabupaten/Kota. Tema yang diangkat dalam Rakerkesnas ini "Dengan Reformasi
Birokrasi, Kita Tingkatkan Kinerja dan Prestasi". Tema ini dipilih sejalan dengan 'Instruksi
Presiden Republik Indonesia yang menyatakan bahwa Tahun 2012 merupakan tahun kinerja
dan prestasi. Dan salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja dan prestasi tersebut melalui
Reformasi Birokrasi. Seperti kita ketahui bersama bahwa Reformasi Birokrasi ini merupa'kan
pembaharuan
sistem
penyelenggaraan
pemerintahan dalam
aspek kelembagaan,
ketata1aksanaan, dan sumber daya manusia aparatur. Pembaharuan ini dilakukan sebagai
upaya untuk percepatan pelaksanaan program pembangunan kesehatan tahun 201'2 yang
pada akhirnya mewujudkan masyarakatsehat yang mandiri dan berkeadilan.
Sesuai dengan tema di atas, topik yang diangkat dalam Rakerkesnas adalah
Reformasi B,irokrasi
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan , Kesiapan BP,.!S dan
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
1
Program Terkini Pembangunan Kesehatan, antara lain: Riset Fasilitas Kesehatan 2011
dalam Mendukung Pembangunan Kesehatan; Integrasi Pus at dan Daerah dalam
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dengan Kecenderungan KLB (PHEIC);
Dukungan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dalam Menjamin Ketersediaan dan
Pemerataan Farmasi dan Alat; dan Kesiapan Rumah Sakit dan Puskesmas Menyongsong
BPJS I. Selain itu, berbagai informasi lain yang merupakan success story pembangunan
kesehatan di daerah.
KONSTELASI PENYELENGGARAAN RAKERKESNAS 2012
REFORMASI
BIROKRASI
, . - - - - - - - MセN
PROGRAM
KEMENKES
MASALAH
PMBNGNAN
KESEHATAN
• RB dim Sistem
Pemenntahan
Dukngn Thd UP48.
セ i。ウエ・イ@
4, MDGs, &
DTPK
• (Moratorium) CPNS
• Penguatan Peran
Din Kes Provinsi
" Rifaskes
• PHEIC
• Ketersediaan
Faralkes
• Menyongsong
I BPJS
• dimaksudkan untuk
mengkoordinasikan, dan
mensinkronkan rencana
kegiatan antara Pusat dan
Daerah pada tahun 201l.
• Rakerkesnastersebut
merupakan bagian dari
siklus perencanaan
nasional
INOVASI
DAERAH
"Dengan Reformasi
Birokrasi, Kita
Tingkatkan Kinerja
dan Prestasi"
PERSIAPAN
BPJS
2
REKOMENDASI/TINDAK
LANJUT
TUJUAN
RAKERKESNAS
• Performance
Based
Budgeting
• Bersih, Indah
dan Asri
GMセ@
·/Ir -- - - - - - - ,
• Reformasi Birokrasi untuk
, meningkatkan profesionalisme dan
tata kepemerintahan yg baik
• Peran provinsi sbg wkl pusat di
Daerah perlu ditingkatkan
• Dana Dekon &TP yg menjadi
urusan Pemda akan dimasukan
dim d。セ@
Transfer Daerah
• Moratorium CPNS) sampai
Desember 2012
• Rifaskes Thn 2011 masih banyak
Puskesmas &RS blm sesuai
standar
I . Intensifikasi imunisasi perlu
dilaksanakan terintegrasi dg PHBS
• Replikasi Inovasi daerah seperti
Performance Base Finance (PBF
• DPR RI sebagai mendukung UU
SJSN dan BPJS
1
• Dkgn DPR RI
• Sistem Yankes
Daerah
• Roadmap PT.
Askes
• Penguatan
Peran BKKBN
Risa/ah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
J
BAB II
ARAHAN MENTERI KESEHATAN
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana p・ュ「。ョセオ@
Jangka
Panjang Nasional mengamanatkan arah RPJMN Tahap II adalah perlunya memantapkan
penataan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SOM), membangun kemampuan IPTEK serta memperkuat daya
saing perekonomian. Oalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
(RPJPK) 2005-2025 menyebutkan tahapan ke-2 (2010-2014), kondisi pembangunan
kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang
ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia,
seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya
kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan
perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta
menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat, dan antar daerah.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014
telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010. Pembangunan
kesehatan sebagai bag ian integral dari Pembangunan Nasional tercantum dalam Bab II
RPJMN, dalam Bidang Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, maka sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan,
Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2010-2014.
Tahun 2012 merupakan tahapan lanjutan dari rencana pernbangunan kesehatan yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kemenkes 2010-2014. Untuk itu perlu adanya koordinasi dan
sinkronisasi rencana dimaksud yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan rencana
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Oaerah. Koordinasi dan sinkronisasi ini dilaksanakan
dengan melakukan suatu pertemuan secara menyeluruh dari seluruh daerah dan
stakeholders terkait untuk membicarakan pembangunan kesehatan tahun 2012. Pertemuan
ini juga harus sejalan dengan siklus perencanaan tahunan dari Bappenas guna menyiapkan
materi Musrenbang, usulan pendanaan, penyusunan Ronja KlL. Untuk itu sangat perlu
dilakukan pertemuan yang dibuat dalam bentuk Rapat Kerja Kesehatan Nasional
(Rakerkesnas)tahun 2012.
Rakerkesnas merupakan rapat kerja kesehatan tingkat nasional yang melibatkan Pusat dan
Daerah guna peningkatan pembangunan kesehatan di Indonesia. Menjadi sanqat penting
dan perlu untuk segera menyelenggarakan Rakerkesnas sesuai dengan tahap perencanaan
pembangunan kesehatan tahun 2012, dengan mengundang Menteri Kesehatan, Wakil
Menteri, seluruh pejabat di lingkungan Kementerian Kesehatan, seluruh 'Kepala Oinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, dan seluruh Direktur Rumah Sa kit
uセオュ@
Daerah.
Rakerkesnas diharapkan menghasilkan komitmen bersama untuk mempercepat
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
3
pelaksanaan
program
.../
pembangunan kesehatan tahun
2012 dalam upaya mencapai
tujuan dan target MDGs dan
guna mewujudkan masyarakat
sehat
yang
mandiri
dan
berkeadilan.
Rakerkesnas
yang
diselenggarakan pad a tahun
2012
beftujuan
untuk
mensinkronisasikan kebijakan
Menkes ditemani oleh Wamenkes dan Irjen membuka
acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional tahun 2012
di Jakarta.
pembangunan
antara
pemerintah Pusat dan daerah,
mensosialisasikan
berbagai
informasi penting yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan kesehatan serta berbagai
セ@
inovasi-inovasi daerah di dalam pembangunan kesehatan .
Tema yang diangkat dalam Rakerkesnas ini "Dengan Reformasi Birokrasi, Kita
Tingkatkan Kinerja dan Prestasi". Tema ini dipilih sejalan dengan Instruksi Presiden Republik
Indonesia yang menyatakan bahwa Tahun 2012 merupakan tahun kinerja dan prestasi. Dan
salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja dan prestasi tersebut melalui Reformasi
Birokrasi. Seperti Ikita ketahui bersama bahwa Reformasi Birokrasi ini merupakan
pembaharuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan dalam aspek kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan sumber
daya
manusia
Pembaharuan
aparatur.
ini
dilakukan
sebagai upaya untuk percepatan
pelaksanaan
program
pembangunan kesehatan tahun
2012
yang
pada
akhirnya
mewujudkan masyarakat sehat
yang mandiri dan berkeadilan.
Sesuai dengan tema di
atas, maka topik yang diangkat
Menteri Kesehatan Sedang Memaparkan Alokasi dan
Realisasi Dana Jamkesmas dan Jampersal 2011
dalam
Rakerkesnas adalah
Reformasi
Birokrasi
dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Mid Term Review RPJMN . Disamping itu kami akan
mensosialisasikan berbagai informasi terkini mengenai persiapan BPJS, hasil riset fasilitas
kesehatan dan berbagai informasi lain yang perlu ki ta ketahui di dalam pelaksanaan kegiatan
ー・ュ「。ョァオセ@
kesehatan di lapangan.
Pembangunan kesehatan pada tahun 2011
4
menunjukkan hasil yang dapat
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
.../
dibanggakan. Hasil ini difokuskan pada lima hal yang sangat strategis yaitu: a) alokasi dan
realisasi APBN IKesehatan Tahun 2011, b) pelaksanaan Jamkesmas dan Jampersal, c)
pemanfaatan BOK, d) pelaiksanaan PDBK dan e) pemen uhan SDM Kesehatan di DTPK.
Proporsi anggaran yang dialokasikan ke daerah terus meningkat. Alokasi tahun 2010
sebesar 84%, pada tahun 2011 sebesar 88%, dan pad a tahun 20121ebih dari 88%. Hal ini
menunjukkan
besarnya perhatian Kementerian
Kesehatan
pada
keberhasilan
pembangunan kesehatan di daerah. Pemanfaatan anggaran pembangunan kesehatan di
Pusat dan daerah ditunjukkan dengan pencapaian realisasi anggaran. Realiasi anggaran
Kementerian Kesehatan tahun 20 11 sampai bulan Februari 2012 telah mencapai 87,40%.
Secara umum, penyerapan APBN Kesehatan sepanjang 2006-2011 terus meningkat. Akan
tetapi penyerapan 2011 lebih rendah dari 2010. penyerapan 2011 adalah 87,40% sedangkan
penyerapan 2010 adalah 88,91 %.
Daerah
Pusat
Pada tahun 2011, anggaran yang disediakan untuk Jamkesmas dan Jampersal
adalah sebesar Rp 6,348 triliun. Anggaran ini digunakan untuk Jamkesmas yaitu: pelayanan
kesehatan dasardan pelayanan kesehatan rujukan, serta untuk Jampersal, dan pada tahun
2011 terserap 99,93%. Anggaran pelayanan kesehatan dasar dilaksanakan oleh 497 Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan pada tahun 2011 terserap sebesar Rp 999 miliar (99,97%).
Anggaran pelayanan kesehatan rujukan dilaksanakan oleh 1.105 RS serta Balai Kesehatan
dan terserap sebesar Rp 4,125 triliun (100%). Dana Jampersal dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit dan terserap sebesar Rp 1,219 triliun
(99,67%). Penyerapan anggaran ini adalah penyaluran anggaran dari Pusat ke Pemberi
Pelayanan Kesehatan (PPK). Penting agar PPK melaksanakan anggaran ini sesuai aturan
keuangan yang berlaku, dan tidak melakukan penyimpangan dalam pembayaran claim.
Pada tahun 2012, Program Jampersal memasuki tahun kedua dengan total anggaran Rp
1,559 triliun. Anggaran ini dimaksudkan untuk menjamin 2,8 juta ibu hamil serta bayi yang
dilahirkan dan hendaknya dimanfaatkan secara lebih efektif. Telah diterbitkan Permenkes
No. 2562 Tahun 2011 yang merupakan revisi untuk mempertegas kebijakan dalam
melindungi ibu hamil, ibu bersatin dan ibu nifas serta bayi baru lahir. Baik bayi yang normal
maupun persalinan dan bayi yang mengalami masalah - seperti komplikasi dan kondisi
emergensi. Setiap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Direktur Rumah Sakit
Kabupaten/Kota harus memantau pelaksanaan Jampersal di wilayah kerja q'an di fasilitas
kesehatan masing-masing .
. Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
5
Program pembangunan kesehatan lainnya yang sangat dibutuhkan oleh Daerah adalah
Santuan Operasional Kesehatan (!sOK). Secara umum realisasi SOK cukup baik, namun ada
12 provinsi yang dibawah rata-rata nasional, yaitu: Provinsi Jawa Timur, Maluku, Nusa Tenggara
Sarat, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Jawa Sarat, Sumatera Sarat, Kalimantan
Selatan, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Sangka Selitung, dan Kalimantan Timur. Hanya
beberapa provinsi saja yang masih rendah realisasinya. Diharapkan untuk tahun 2012 realisasi
SOK harus lebih tinggi. 8anyak manfaat yang telah dirasakan melalui program SOK, antara lain
meningkatkan kinerja Puskesmas dalam pencapaian SPM program MDGs. Hasil studi
memperlihatkan adanya peningkatan cakupan K4, Linakes, pelayanan nifas, kunjungan bayi.
Manfaat SOK yang lain yaitu
membantu pemeliharaan sarana Puskesmas & jaringannya,
mengaktifkan/membantu pelaksanaan manajemen Puskesmas, meningkatkan koordinasi
lintas sektor di kecamatan. Kendala penyerapan dana SOK antara lain terkait dengan
perubahan mekanisme penyaluran dana. Sebab, pada tahun 2011 mekanisme penyaluran
dana SOK berubah dari mekanisme Dana Santuan Sosial menjadi mekanisme Tugas
Pembantuan. Meskipun perubahan-perubahan ini telah
エ・セ。、ゥ@
selama satu tahun , akan tetapi
masih ditemukan kendala di lapangan berupa keterlambatan pencairan, kesulitan dalam
penyusunan Plan ofAction (PoA), dan lambatnya verifikasi PoAdi Kabupaten/Kota.
Salah satu bagian dari reformasi pembangunan kesehatan masyarakat adalah
Penanganan Daerah Sermasalah Kesehatan (PDSK).
Peta Sebaran Daerah Sermasalah Kesehatan
Penentuan suatu daerah sebagai daerah bermasalah kesehatan didasarkan pada besarkecilnya Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang diperoleh dari 24
indikator kesehatan. Ada provinsi yang memiliki lebih dari 50,0% kabupaten/kota dengan
kriteria Daerah Sermasalah Kesehatan (DSK). Provinsi tesebut adalah Aceh, Nusa Tenggara
Sarat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi
Sarat, Maluku , Papua Sarat dan Papua. Penanganan Daerah Sermasalah Kesehatan
dilakukan dengan mengadakan pendampingan oleh Kementerian Kesehatan untuk
menganalisa masalah kesehatan di daerah tersebut. Tahun 2011
telah dilakukan
pendampingan di 30 kabupaten di 6 provinsi (Aceh, Nusa Tenggara Sarat, Sulawesi
Sarat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara , dan Gorontalo). Pel'aksanaan pendampingan
6
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
セ@
dimulai dengan lokakarya tingkat regional. Peserta lokakarya regional adalah jajaran
Kesehatan Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tahap pendampingan selanjutnya adalah
kalakarya tingkat provinsi dan tingkat kabupaten. Dengan proses ini diharapkan terbentuk
komitmen jajaran kesehatan dan sektor terkait di kabupaten/kota yang bermasalah
kesehatan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan untuk memperbaiki kedua puluh
empat indikator kesehatan masyarakat.
Salah satu upaya meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang
bermutu adalah dengan pemenuhan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia, antara lain
melalui Program Pegawai Tidak Tetap (PTT). Jumlah PTT yang aktif sampai dengan akhir
tahun 2011 yang ditempatkan di daerah Biasa , Terpencil, dan Sang at Terpencil. Pada tahun
2011 jumlah PTT aktif adalah 40.217 orang tenaga kesehatan, terdiri dari: 59 dokter spesialis
dengan rincian: 10 dokter spesialis di daerah biasa, 46 dokter spesialis di daerah terpencil,
dan 3 dokter spesialis di daerah sang at terpencH; 3.741 dokter umum dengan rincian : 293
dokter di daerah biasa, 1.113 dokter di daerah terpencil, dan 2.335 dokter di daerah sangat
terpencil; dan 941 dokter gigi dengan rincian: 59 dokter gigi di daerah biasa, 268 doktei gigi di
daerah terpencil, dan 614 dokter gigi di daerah sang at tei·pencil; 35.476 bldan dengan
rincian : 19.289 bidan di daerah biasa, 15.517 bidan di daerah terpencil dan 670 bidan di
daerah sangot terpencil. Perlunya pembinaan dan ー・ョァセキ。ウ@
terhadap tenaga PTT harus
dilakukan bersama-sama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Untuk
meningkatkan kinerja tenaga PTT, maka Daerah berkewajiban melakukan pe mbinaan,
pengawasan, dan penyediaan fasilitas sarana-prasarana. Pemberian kesejahteraan
sepenuhnya menjadi kewenangan Gubernur/Bupati/Walikota.
Untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Daerah Tertinggal,
Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) dikembangkan sarana kesehatan seperti
Rumah Sakit bergerak, Puskesmas terapung, dan Flying Health Care. Sampai dengan akhir
2011 sarana yang disediakan adalah sebagai berikut: untuk DTPK daratan telah disediakan
13 RS bergerak, 6.737 Puskesmas keliling kendaraan roda empat, 3.908 ambulance, 46,942
kendaraan roda dua; untuk DTPK perairan telah disediakan 908 Puskesmas Terapung;
untuk DTPK yang harus dijangkau melalui udara disediakan 2 tim Flying Health Care. Untuk
kegiatan operasional dan pemeliharaan sarana ini diperlukan dukungan pendanaan dari
Daerah.
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
7
BAB III
MATERIRAKERKESNAS
3.1 REFORMASI BIROKRASI
Ringkasan Materi
• Berdasarkan UU No, 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025, pembangunan aparatuf negara dilakukan
melalui reformasi birokrasi
Sesuai dengan Peraturan Presiden NO.5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 - 2014,
kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada perbaikan
tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan pelaksanaan Reformasi
Birokrasi
Tujuan dari Reformasi Birokrasi adalah rnenciptakan birokrasi pemerintah yang
profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan
bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang
teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
• Strategi Reformasi Birokrasi Nasional tingkat makro diatur kerangka regulasi
nasional mengenai proses birokrasi pemerintahan secara nasional seperti RUU
administrasi pemerintahan, RUU aparatur sipil negara, dan sembi Ian program
percepatan reformasi birokrasi.
• Strategi Reformasi Birokrasi Nasional tingkat mikro bergerak pada penerapan
program dan kegiatan di kementerian atau lembaga nasional dan pemerintahan
daerah dengan fokus delapan area perubahan berdasarkan grand design dan
roadmap Reformasi Birokrasi yang telah disusun.
• Oelapan area perubahan yang harus diterapkan oleh kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah adalah (1) . Organisasi, (2). Tatalaksana, (3). Peraturan
Perundang undangan, (4). Sumber Oaya Manusia Aparatur, (5). Pengawasan, (6) .
Akuntabilitas, (7). Pelayanan Publik, (8). Mind Set dan Culture Set aparatur.
• Kementerian Kesehatan sebagai salah satu unit birokrasi nasional telah mengajukan
dokumen grand design dan road map reformasi birokrasi kepada Kementerian
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta mulai menerapkan
beberapa strategi reformasi birokrasi di delapan area perubahan seperti pada
pengaturan sumber daya manusia aparatur dalam konsep anal isis jabatan dan job
grading.
• Kementerian Kesehatan melakukan anal isis redistribusi pegawai dalam rangka
pemindahan pegawai untuk unit kerja yang kelebihan dan kekurangan pegawai,
memberikan pelatihan kompetensi khusus yang belum dimiliki pegawai, dan analisis
jika dibutuhkan pensiun sukarela.
8
Risa/ah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
Isu Penting
• Belanja pegawai pemerintahan terutama di daerah
lebih besar dari 50%
dibandingkan dengan belanja publik.
• Pelaksanaan Reformasi Birokrasi oleh Kementerian Kesehatan belum diikuti dan
dipahami oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota (Pemerintah Daerah).
• Pemahaman konsep reformasi birokrasi pads seluruh pegawai Kementerian
Kesehatan masih berbeda dan diperlukan proses diseminasi informasi yang
mendalam bagi seluruh pihak.
• Adanya disparitas ketersediaan tenaga kesehatan antara Pusat dan daerah dan
proporsi distribusi tenaga kesehatan yang tidak proporsional antardaerah.
• Belum adanya standarisasi kinerja bagi pegawai negeri sipi!.
• Penentuan dan pejabat di daerah masih dipengaruhi oleh unsur politik tanpa
mempertimbangkan kompetensi dan kebutuhan jabatan.
• Rekruitmen daerah yang lebih banyak pada tenaga administrasi dibanding'kan
dengan tenaga kesehatan .
• Belum adanya anal,isis kebutuhan dan persebaran tenaga kesehatan di daerah .
3.2 MID TERM REVIEW RPJMN BIDANG KESEHATAN DAN DUKUNGAN TERHADAP
PROGRAM MDGs, DTPK, UP4B
Ringkasan Materi
• Upaya membangun kualitas SDM termasuk pembangunan kesehatan menjadi
perhatian penting dalam RPJMN 201 0-1014
• Evaluasi capaian pembangunan RPJMN 2010 - 2014 bidang kesehatan mengalarni
peningkatan pada status capaian pembangunan kesehatan
• Evaluasi capaian MDGs bidang kesehatan untuk goal 6 (pengendalian penyakit 1'B)
statusnya telah tercapai, sedangkan untuk goal 1 dan goal 4 mengalami kemajuan
yang bermakna. Target MDGs bidang kesehatan yang masih diperlukan kerja keras
untuk pencapaiannya adalah pada goal5, 6 (pengendalian HIV/AIDS, dan 7.
• Perlu memperkuat komitmen eksekutif dan regislatif dalam pencapaian sasaran
MDGs, meliputi: a) Dukungan anggaran yang memihak pada pencapaian sasaran
MDGs; b) Dukungan regulasi untuk pencapaian sasaran MDGs.
• Upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan di DTPK antara lain
(1) .
Peningkatan ketersediaan fasilitas kesehatan, (2). Peningkatan ketersediaan tenaga
kesehatan, (3). Peningkatan ketersediaan obat, vaksin, alat kesehatan yang
memadai, dan (4). Penguatan kapasitas pelaksana program pembangunan
kesehatan di daerah
•
uーセケ。@
percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat diCl.tur dalam
Perpres No. 65 dan 66 Tahun 2011 . Upaya percepatan dilakukan melalui: a)
Peningkatan koordinasi, sinergi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan; b)
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
9
Peningkatan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan dari berbagai sumber
pendanaan dan pelaku pembangunan.
• Rencana aksi pembangunan kesehatan di papua dan papua barat memiliki sasaran
berupa meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat di kawasan
terisolir dan pedesaan.
• Isu strategis pembangunan kesehatan berdasarkan RKP 2013 antara lain:
a. Peningkatan akses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan
anak.
b. Peningkatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan
lingkungan .
c. Peningkatan profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang
merata.
d. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan.
e. Peningkatan ketersediaan, pemerataan , keterjangkauan, jaminan keamanan,
khasiatlmanfaat dan mutu obat, alat kesehatan, dan makanan, serta daya saing
produk dalam negerL
f.
Peningkatan akses pelayanan KB berkualitas yang merata
3.3 PENGUATAN PERAN DINAS KESEHATAN PROVINSI
PAOA PEMBANGUNAN
KESEHATAN 01 OAERAH
• Keberadaan Pemerintah Oaerah (PemcJa) untuk melindungi dan mensejahterakan
masyarakat secara demokratis.
• Pemda harus mempunyai kewenangan-kewenangan yang memungkinkan untuk
dapat rnenghasilkan public goods dan public regulations yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat (kebutuhan dasar dan pengembangan sektor unggulan).
• Urusan pemerintahan bidang kesehatan terdiri dari :
1. Sub Bidang Upaya Kesehatan
2. Sub Bidang Pemb.iayaan Kesehatan
3. Sub Bidang SOM Kesehatan
4. Obatdan Perbekalan Kesehatan
5. Sub Bidang Pemberdayaan Masyarakat
6. Manajemen Kesehatan
Isu Krusial yangrerkembang 。ヲGャエイセゥョZ@
1. Adanya kejelasan norma, standard, prosedur yang dijadikan acuan bagi daerah
2 . Monev dan supervisi, pusat ke provinsi dan gubernur ke kabupaten/kota
3. Mapping baseline
pencapaian SPM oleh daerah dan monitor tingkat
perkembangannya
4. Susun fasilitasi (capacity building) yang dibutuhkan daerah
5. Sistem reward dan punishment yang jelas, koordinasi dengan Kementerian
10
Risa/ah Rapaf Kerja Kesehafan Nasiona/ (rakerkesnas) Kemenferian Kesehatan Tahun 2012
J
Dalam Negeri, Kementerian Keuangan dan Bappenas
6. Susun SPM yang realistik dan bersifat dinamis sesuai dengan kamajuan sosial
ekonomi masyarakat
• Pembiayaan urusan kesehatan dalam pencapaian SPM di daera'h
1. Daerah menyediakan anggaran dalam APBD masing-masing (prov dan kab/kota)
sesuai dengan kewenangannya (PP 38/2007)
2 . Pencapaian SPM menjadi prioritas utama yang dituangkan dalam RPJMD
maupun RKPD masing-masing
3. Dalam hal daerah kurang mampu membiayai, pusat dapat membantu melalui
hibah atau OAK sesuai ketentuan yang berlaku
4. Dana dekon adalah untuk membiayai urusan pusat yang dilimpahkan ke gubernur
pelaksanaannya selaku wakil pusat di daerah
5. Dana dekon khususnya untuk kegiatan binwas, money dan fasilitasi (cenderung
non fisik)
6. Dana TP adalah dana yang dialokas'ikan kepada daerah otonom untuk membantu
pelaksanaan urusan pusat di daerah
• Strategi Pelaksanaan SPM, antara lain:
1. Menentukan stakeholder utama; pusat, provinsi, kab/kota dan lainnya
2. Menyusun strategi pencapaian SPM
3. Menentukan siapa mengerjakan apa dalam strategi tersebut
4. Apa tupoksi provinsi, kab dan kota dalam pencapaian SPM
5. Sinergi perencanaan pusat, provinsi, dan kab/kota pencapaian SPM
6. Perlunya capacity building untuk daerah yang kurang mampu
7. Bantuan hibah atau OAK bagi daerah kurang mampu
8. Pusat melakukan mapping tingkat pencapaian SPM oleh daerah
9. Menyusun strategi pemberdayaan daerah
10. Membangun capacity building pada institusi, sistem atau personil
11. Mengadakan evaluasi pencapaian agenda SPM
3.4 PROGRAM TERKINI KEMENTERIAN KESEHATAN
3.4.1 Riset Fasilitas Kesehatan (Risfaskes)
Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) adaJah riset kesehatan nasional yang
diselenggarakan secara berkala untuk memperoleh informasi terkini mengenai
ketersediaan
sumber daya fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes) untuk
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan perorangan (UKP). Riset ini
terakhir dilaksanakan pada tahun 2011 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Kemkes RI.
Fokus utama Rifaskes adalah menyediakan inforrnasi ketersediaan sumber daya yang
mencakup gedung, persediaan air bersih, listrik, kendaraan, peralatan, obat, sumber
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
11
daya manusia, pedoman, pelatihan , anggaran dan sebagainya. Selain itu, Rifaskes
juga fokus rnengumpulkan informasi mengenai proses pelayanan kesehatan dan hasil
dari proses tersebut. Fasyankes yang dituju adalah Rumah Sakit Umum milik
Pemerintah/Pemerintah Daerah, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan
Laboratorium Klinik Mandiri (LKM). Dari data dan informasi yang dikumpulkan akan
diolah untuk memetakan dan memberikan gambaran ketersediaan sumber daya di
fasyankes dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional. Gambaran tersebut
tentunya disesuaikan dengan fungsi yang diemban oleh ketiga institusi pelaksana
upaya kesehatan tersebut.
Salah
satu
fasyankes yang diteliti pad a Rifaskes adalah
Puskesmas.
Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), terdapat 9.005 Puskesmas
di Indonesia nan'lun hasil penemuan lapangan adalah 9.188 Puskesmas. Namun
penganalisaan hanya dilakukan pClda 8.981 Puskesmas dikarenakan salah satu kriteria
analisa adalah sudah beroperasi sebelum Februari 2010. Berikut adalah paparan hasif
Rifaskes dari Puskesmas yang dianalisa:
1.
..J
Menurut lokasi pelaksanaannya, analisa Puskesmas terbanyak dilaksanakan di
provinsi Jawa Barat (11 ,48%) dan terkecil di provinsi Bangka Belitung (0,63%).
2.
Menurut lokasi tersebarnya Puskesmas maka dapat dikelompokkan 2.321
Puskesmas di daerah perkotaan dan 6.660 Puskesmas di daerah pedesaan.
Umumnya lokasi Puskesmas berada di ibu kota keeamatan dan dekat dengan
pemukiman penduduk (95,1 %).
3.
Menurutjenis peruntukan Puskesmas maka terdapat 3.052 Puskesmas perawatan
dan 5.929 Puskesmas non-perawatan .
4.
Bila dipadukan (Iokasi dan peruntukan) maka didapatkan bahwa sekitar dua pertiga
dari Puskesmas yang dianalisa tereatat sebagai Puskesmas non-perawatan
daerah pedesaan.
5.
Jumlah Puskesmas yang mem rliki Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) adalah 18,6% dari total Puskesmas yang dianalisa.
6.
Menurut klasifikasi letak Puskesmas maka 72,8% Puskesmas diklasifikasikan
sebagai letak biasa dan selebihnya diklasifikasikan sebagai terpeneil (17,4 %) dan
sangat terpeneil (9,8%) dimana 6,5% terleta/< di daerah kepulauan dan 1% di
daerah perbatasan .
7.
Menurut waktu operasionalnya terdapat 17,7% Puskesmas yang dibangun dan
berfungsi sebelum tahun 1976, lalu 49 ,7% antara tahun 1976 - 1999, dan 26,3%
sesudah tahun 2000 serta 6,2% tidak bisa menjawab.
8.
Jumlah Puskesmas dengan bangunan permanen dan semi permanen adalah 93% ,
dimana 81 % berada dalam kondisi baik atau rusak ringan dan 12% rusak sedang
atau berat.
9.
Untuk proses pelayanan kesehatan:
a. Terdapat 43% Puskesmas yang memiliki delapan ruangan pelayanan keseh atan
12
Risalah Rapal Kerja Kesehalan Nasional (rakerkesnas) Kemenlerian Kesehatan Tahun 2012
..J
esensial, terdiri dari klinik umum, klinik Kesehatan Ibu dan Anak (KI'A)/Keluarga
Berencana (KB) , klinik gigi, ruang farmasi, laboratorium, ru'ang Penanggulangan
Penyakit Menular/lmunisasi, dan klinik konsultasi.
b. Hanya 40% Puskesmas yang memiliki minirnal empat ruangan untuk kegiatan
esensial non-pelayanan kesehatan, terdiri dari ruang rapat, ruang tunggu,
gudang, dan toilet.
10. Untuk fasilitas yang tersedia di Puskesmas:
a. Sarana Air Bersih hanya dimiliki 71,7% Puskesmas sedangkan Saluran
Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan saluran tertutup hanya dimiliki 44,5%
Puskesmas.
b. Terdapat 64,6% Puskesmas yang telah melaku'kan pemisahan antara limbah
medis dan non medis namun hanya 26.8% Puskesmas yang memilik,i alat
pemusnah lim bah medis padat (incinerator).
11. Untuk ketersediaan sarana:
a. Masih terdapat 10,5% Puskesmas yang belurn memiliki listrik 24 jam.
b. Hanya 25,6% Puskesmas yang memiliki alat kantor lengkap .
c. Sekitar 67% Puskesmas belum memiliki setidaknya salah satu alat komunikasi
berikut: telepon, telepon genggam dinas, ataupun radio komunikasi.
d. Masih ada sekitar 18% Puskesmas perawatan yang memiliki tempat tidur ku rang
atau sama dengan lima buah.
e. Hanya 37,6% Puskesmas perawatan yang memiliki ambulans .
f. Hanya 39% Puskesmas yang memiliki setidaknya tiga buah mod a transportasi
kendaraan bermotor roda dua dan perahu bermotor untuk Puskesmas kelling .
12. Untuk perealisasian anggaran dana ope rasional
Puskesmas,
mayoritas
Puskesmas dapat merealisasikan dana Bantuan Operasional kesehatan/BOK
(92,4%), Jaminan Kesehatan Sosial/Jamkesmas (89,6%), Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah/APBD (82%), dan Jaminan Kesehatan Daerah/Jamkesda
(82%), serta lainnya (13 ,1%).
13. Untuk ketersediaan dokumen , hanya 53,4% Puskesmas memiliki ketiga buku
pedoman esensial yang terdiri dari Pedoman Perencanaan Puskesmas , Pedoman
Lokakarya Mini Puskesmas, dan Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas;juga
hanya 59,4% Puskesmas memiliki dokumen Kepmenkes 124 tahun 2004 tentang
Puskesmas .
14. Jumlah sumber daya manusia di 8.980 Puskesmas adalah 339.413 personil yang
terdiri dari tenaga medis (7,4%), tenaga paramed is (65,9%), tenaga ikefarmasian
(3%), tenaga gizi, sanitarian , dan promosi kesehatan (7,5%), tenaga rekam medis
?an anal is kesehatan (2,4%), serta tenaga kesehatan lainnya, term?suk te naga
adminsitrasi/pekarya (13,9%). Selain itu tampak disparitas (variasi) sumber daya
manusia kesehatan di Puskesmas, seperti pad a dokter 0-9 orang dan perawat
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
13
0-97orang.
15. Dalam upaya pelaksanaan pelayanan kesehatan hampir 94% Puskesmas telah
melaksanakan Enam Upaya
Kesehatan Wajib, yakni promosi kesehatan ,
kesehatan lingkungan , KINKB, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan
pemberantasan penyakit, dan pengobatan. Namun bilamana menilik dari
kecukupan sumber daya program maka persentase pelaksan aan pelayanan
kesehatan dari yang terbesar adalah pelayanan pencegahan dan pemberantasan
-'
penyakit (61,3%) , kesehatan anak (60,9%), kesehatan ibu (58,7%), perbai.kan gizi
masyarakat (45,8%), promosi kesehatan (34%), keluarga berencana (32,2%),
pengobatan umum (21,3%), dan terakhir kesehatan lingkungan (18,2%).
..J
16. Sehubungan dengan melaksakan fungsi penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan didapatkan kecukupan sumber daya Puskesmas adatah sebagai
J
berikut:
a. Hanya 28,3% Puskesmas yang mempunyai petugas khusus.
.J
b. Hanya 14,6% Puskesmas yang mempunyai pedoman .
c. Hanya 13,5% Puskesmas memiiiki peraturan.
d. Hanya 12,1% Puskesmas memiliki standar prosedur operasional/prosedur
tetap.
e. Hanya 10,9% Puskesmas yang memiliki dana khusus.
f. Hanya 9,9% petugas Puskesmas yang telah mengikuti pelatihan . dengan variasi
kegiatan Puskesmas adalah advokasi (41,5%), pertemuan lintas sektoral
(44,6%) dan program kemitraan (4 1,2%).
17. Sehubungan dengan fungsi pemberdayaan masyarakat Indonesia didapatkan
kecukupan sumber daya Puskesmas adalah sebagai berikut:
J
a. Terdapat 49 ,1% Puskesmas yang mempunyai petugas khusus .
b. Hanya 33,7% Puskesmas yang mempunyai pedoman .
c. Hanya 24,2% petugas Puskesmas yang telah mengikuti pelatihan.
d . Hanya 20,2% Puskesmas memiliki standar prosedur operasional/prosedur
tetap.
J
e. Hanya 17,6% Puskesmas yang rnemiliki dana khusus.
f. Hanya 13,5% Puskesmas memiliki peraturan.
dengan variasi kegiatan adalah: Survei Mawas Diri (50%), Musyawarah
Masyarakat Desa (60,4%), pertemuan kader (67,1 %), pertemuan lintas sektor
(56,3%), pembinaan (57,9%), pelatihan kader baru (44%), pelatihan kader lama
(54,4%), pelatihan tokoh masyarakat (29,5%), pelatihan LSM (9.6%) dan supervisi
(54,4%). Manifestasi kegiatan Puskesmas ini sebagai UKBM (Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat) contohnya Posyandu (96,23%), Posyandu Lansia (74,2%),
Dana Sehat (25,6%), Poskestren '(24,2%), dan lain sebagainya.
18. Untuk kelengkapan alat kesehatan Puskesmas ditemukan:
14
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
...J
a. sekitar 32,6% Puskesmas memiliki kelen gkapan alat kesehatan klinik umum
kurang dari 40% jumlah standar alat klinik umum (56 alat);
b. sekitar 22,3% Puskesmas memiliki kelengkapan alat kesehatan klinik KIAkurang
dari 40% jumlah standar alat klinik KIA (59 alat);
c. sekitar 67,5% Puskesmas memiliki kelengkapan alat kesehatan laboratorium
kurang dari 40% jumlah standar alat laboratorium (58 alat);
d. hampir 60% Puskesmas tidak memiiiki alat imunisasi lengkap;
e. hampir 30% Puskesmas memiliki perangkat Unit Kegiatan Gigi Sekolah;
f. lebih dari 95% Puskesmas memiliki perangkat Puskesmas Keliling (Pusling)
namun kelengkapannya hanya mencapai 40% jumlah standar alat Pusling ;
g. hanya 40% Puskesmas memiliki kelengkapan alat PONED kurang dari 40%
jumlah standar alat PONED yang harus dimil iki;
h. hanya 20% Puskesmas Perawatan memiliki alat perawatan kurang dari 40%
jumlah standar alat perawatan, dan;
i. kurang dari 5% Puskesmas memiliki ketersediaan obat kurang dari 40% jumlah
standar, namun lebih dari 80% Puskesmas PONED menyediakan obat kurang
dari 40%jumlah standarobat untuk PONED.
3.4.2 Integrasi
Pusat dan Daerah dalarn
Pengendalian
Penyakit
dengan
Kecendurangan KLB (PHEIC)
Tantangan penyakit menular di Indonesia yaitu faktor risiko penyakit rnakin
kompleks, perkembangan agent (mutasi, resistensi dan agent baru);
・ョ、ュゥセエ。ウ
L@
re-
emerging, new-emerging; KLB, PHEIC serta masyarakat yang menuntut cepat, akurat
dan transparan. Kejadian .Iuar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi dalam
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupa'kan keadaan yang menjurus
pada terjadinya wabah . Sedangkan Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC) IHR 2005 merupakan kejad ian luar biasa yang dapat menjadi
ancaman kesehatan bagi negara lain dan kemungkinan membutuhkan koordinasi
internasional dalam penanggulangannya (dilaporkan ke WHO).
Beberapa penyakit yang berpotensi KLB dan PHEIC antara lain DBD,
chikungunya , Annual Paracite Indence (API), rabies, kolera, campak dan rubella .
Jumlah kejadian seluruh KLB dari tahun 2010 sampai 2011 mengalami penurunan
sebesar 35%, sedangkan jumlah kasus dalam KLB turun 23% dan penurunan jumlah
kematian dalam KLB sebesar 34%. Sedangkan untuk kasus flu burung terjadi
peningkatan kasus dan kematian dari tahun 2010 sampai dengan 2011 yaitu 9 kasus
dan 7 kematian pada tahun 2010 serta 11 kasus dan 9 kematian pad a tarun 2011 .
Capaian indikator KLB yang direspon kurang dari 24 jam untuk tahun 2009 sampai
dengan tahun 2011 cenderung tidak dapat mencapai target tetapi persentase capaian
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
15
...J
indikator KLB terse but meningkat dari tahun ke tahun .
Urusan pemerintahan terbagi menjadi dua yaitu mutlak urusan Pusat dan urusan
bersama (Pusat dan daerah). Bidang kesehatan merupakan salah satu urusan wajib
pemerintah Pusat dan daerah. Pelaksanaan integrasi Pusat dan daerah dallam
pengendalian penyakit menular dengan kecenderungan KLB yaitu peran Pusat
adalah membuat peraturan perundangundangan (NSPK), menyediakan dukungan
bantuan penanggulangan KLB termasuk menyiapkan sarana komunikasi cepat dan
menilai dan memproses permintaan bantuan penanggulangan KLB dari daerah.
Sedangkan peran Dinas Kesehatan Provinsi yaitu menindakIanjuti NSPK dari Pusat
dengan menerbitkan aturan serupa yang sinergi dan saling memperkuat,
mengadakan pelatihan, melakukan advokasi dan pendampingan . Sementara peran
Dinas Kesehatan Kabupaten Kota adalah menyiapkan dana operasional;
Menyediakan obat dan logistik serta advokasi di masingmasing kabupaten/kota;
Melakukan PWS KLB dan sarana komunikasi cepat; Melakukan respon terhadap alert
KLB yang muncul; Menilai dan menetapkan suatu kejadian apakah memenuhi kriteria
kerja KLB; Melakukan penanggulangan kurang dari 24 jam; melaporkan KLB dan hasil
penanggulangan ke provinsi dan Pusat dan mengajukan permintaan bantuan bila
tidak mampu menanggulangi.
Lahirnya International Health Regulation (IHR) revice 2005 yang merupakan
Resolusi World Health Assembly 2004 (WHA) bertujuan mencegah, melindungi dan
menanggulangi penyebaran penyakit antar negara tanpa pembatasan perjalanan dan
perdagangan yang tidak perlu (seminimal mungkin menghambat), meliputi Penyakit
Menular (New Dan Re Emerging Diseases), Penyakit tidak Menular dan Kejadian
(Penyakit akibat radiasi nuklir, Bioterorisme dll). Implentasi IHR adalah tanggung
jawab nasional yang memerlukan kolaborasi multisektor dan integrasi Pusat dan
daerah sehingga pengembangan delapan kapasitas inti yaitu legislasi dan kebijakan;
Koordinasi; Surveilans; Respons; Kesiapsiagaan; Komunikasi risiko; SDM dan
laboratorium optimal serta PHEIC dapat dicegah.
3.4.3 Dukungan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dalam Menjamin Ketersediaan
dan Pemerataan Obat dan Alat Kesehatan
Ketersediaan obat dipengaruhi oleh : (1) keterjangkauan harga obat; (2)
penggunaan obat yang rasional; (3) keamanan, khasiat, dan mutu obat; (4) sistem
distribusi obat; dan (5) dukungan industri farmasi.
Kebutuhan obat nasional1 0% dipenuhi oleh produk impor dan 90% oleh produk
loka!. Selain itu hampir 96% bahan baku industri farmasi di Indonesia merupakan
bahan baku impor. Faktanya hanya 20 perusahaan farmasi yang berorientasi pada
pasar domestik dan ekspor, ウセ、。ョァォ@
140 perusahaan farmasi hanya berorientasi
pada pasar domestik dan menguasai 16% pasar farmasi. Oleh karena itu perlu
pengembangan industri farmasi nasional yang memenuhi standar, efisien dan
16
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
berinovasi.
Industri alat kesehatan di Indonesia sampai dengan Februari 2012 mencakup
produksi 222 alat kesehatan dan 325 perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT).
Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk produksi alat kesehatan sebesar 51 ,8%
dan sisanya dibiayai oleh swasta. Dari seluruh alat kesehatan yang ada, hanya 4%
yang merupakan produk lokal dan sisanya adalah produk impor.
Jaminan Kesehatan Nasional tahun 2010 melindungi 93,4 juta jiwa dan pad a
masa itu diperkirakan alokasi anggaran untuk Konsumsi Obat adalah sebesar 5,6
trilyun rupiah, yakni 40% dari total alokasi anggaran kesehatan . Untuk tahun 2014,
diperkirakan Jaminan Kesehatan Nasional akan melindungi 245,3 juta jiwa dan total
alokasi anggaran kesehatan adalah sebesar 14,71 irilyun rupiah. Diperkirakan besar
anggaran yang dialokasikan untuk Konsumsi Obat adalah sebesar 6 trilyun rupiah .
Isu Penting
Industri farmasi nasional diharapkan dapat menjadi bag ian dari penjamin
ketersediaan obat dan alat kesehatan. Industri farmasi di Indonesia memiliki potensi
besar untuk berkembang, terutama dengan akan diberlakukannya SJSN. Pemerintah
pusaUdaerah seyogyanya memberikan dukungan kepada industri farmasi dan alat
kesehatan, baik berupa dukungan regulasi, fasi litasi teknis, pendanaan maupun
penciptaan iklim usaha yang kondusif. Paradigma baru peran pemerintah, tenaga
kesehatan dan masyarakat perlu diperhatikan dengan cermat.
Untuk itu perlu
dilakukan:
• Sosialisasi tentang perkembangan harmonisasi alat kesehatan danAFTA;
• Survei pengelompokan industri berdasar kemam puan penerapan ISO 13485;
• Bimbingan teknis untuk penerapan CPAKB berdasarkan ISO 13485;
• Bimbingan teknis tentang cara penerapan standar dan peningkatan kemampuan
tentang mutu produk yang dihasiJkan;
• Bimbingan teknis tentang cara pemenuhan persyaratan dan pengisian formulir
CSDT;
• Pengupayaan bantuan finansial dalam bentuk kredit lunak;
• Penerapan Keppres No. 80 tahun 2003 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri
(Peningkatan Tingkat Komponen Dalam NegeriITKDN) dalam Pelayanan
Kesehatan;
• Penyediaan laboratorium uji produk yang terakreditasi, terutama untukproduk yang
banyak digunakan dan telah diproduksi dalam negeri seperti inkubator,
elektrokardiograf, alat injeksi (spuit), set infus, kantong darah, monitor tanda vital
pasien, perangkat pemeriksaan gigi dan mulut (dental unit), dan.. tempat tidur
pasien;
• Sosialisasi secara efektif kepada pengguna (rumah sakit, dokter) bahwa alat
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
17
kesehatan Indonesia memiliki mutu yang baik, dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan terkait; dan
• Pengendalian harga obat.
3.5
INOVASI PEMBANGUNAN KESEHATAN 01 DAERAH
Ringkasan Materi
..J
Peran serta dan keterlibatan daerah secara aktif sangat diperlukan dalam
mendukung pembangunan kesehatan . Segala kebijakan, program dan prioritas
pembangunan di tingkat Pusat harus mampu diterjemahkan oleh penyelenggara
pembangunan di tingkat daerah sehingga dapat berkontribusi dalam pencapaian
status kesehatan masyarakat.
Penyelenggaran pembangunan kesehatan harus sejalan dengan sistem
peme
セ ャ@
セ ャ@
-'I
l
l
1
-I
(
r
(
(
--'
\
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
351.077
Ind
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Biro
r
Perencanaan dan Anggaran
Risalahkerja kesehatan nasional (RAKARKESNAS)
Kemellterian Kesehatan tahun 2012,
-- Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2011
ISBN 978-602-235-095-6
1. Judul
1. HEALTH PLANNING
II. HEALTH POLICY
(
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya , bahwa dengan telah
diselenggarakannya Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2012, Biro
Perencanaan dan Anggaran dapat menyelesaikan Dokumen Risalah
Rapat Kerja Kesehatan Nasional2012.
Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia yang menyatakan
bahWa Tahun 2012 merupakan tahun kinerja dan prestasi dan salah
satu upaya untuk meningkatkan kinerja dan prestasi tersebut adalah
melalui Reformasi Birokrasi. Reformasi Birokrasi merupakan proses
pembaharuan sistem penyelenggaraan pemerintahan dalam aspek kelembagaan,
ketatalaksanaan , dan sumber daya manusia aparatur. Pembaharuan ini dilakukan sebagai
upaya untuk percepatan pelaksanaan program pembangunan kesehatan tahun 2012 yang
pada akhirnya mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Dokumen Risalah ini merupakan kumpulan bahan materi dan hasil diskusi pad a Rapat Kerja
Kesehatan Nasional Tahun 2012 yang berisi arahan Menteri Kesehatan mengenai fokus
prioritas dalam pembangunan kesehatan, isu dan potensi masalah kebijakan kesehatan
strategis dalam pembangunan kesehatan, permasalahan utama yang dihadapi oleh
pelaksana kebijakan di daerah, serta rumusan rekomendasi sebagai bentuk tindak lanjut
hasil Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2012.
Sangat disadari bahwa dokumen ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan agar
semua pihak terkait dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk
perbaikan.
Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dokumen ini disampaikan terima
kasiih . Semoga dokumen ini bisa mewakili aspirasi dari setiap daerah dan menjadi pedoman
dalam penyelesaian masalah pembangunan kesehatan bersama .
Jakarta,
Mei 2012
Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran
drg. Tini Suryanti Suhan i. M.Kes
NIP.19551015198201 2002
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
DAFTAR lSI
J
.....
--'
Kata Pengantar .... ......... ... ... .. .. ...... .... ........................................................................... .
Daftar lsi ...................................................... .. ....................... .... .. .. .... ........................... .
ii
Bab I' Pendahuluan ...... .. .................. ......... ....... ... ........................ .......... ... ................... ..
1
Bab II Ara.han Menteri Kesehatan ... ...... ..... .......... .... .......................... .......................... .
3
Bab III Materi Rakerkesnas ..........................................................................................
8
J
...-J
--'
3.1
Reformasi Birokrasi ... ..................... ..................... ... ........ ..... .... ................ .
3.2
Mid Term Review RPJMN Bidang Kesehatan dan Dukungan Terhadap
-'
Program Millenium Development Goals (MDGs), Program Daerah
....;
8
Tertinggal Perbatasan Kepulauan (DTPK), dan Program Unit Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (UP4B) ... ................. .... ..
3.3
3.4
9
J
Penguatan Peran Dinas Kesehatan Provinsi pada Pembangunan
Kesehatan di Daerah ................................................................................
10
Program Terkini Kementerian Kesehatan ... ... ........................ ......... .. ...... .. .
11
3.4.1
Riset Fasilitas Kesehatan '" ................................................... .. .... .
11
3.4.2
Iintegrasi Pusat dan Daerah dalam Pengendalian Penyakit
3.4.3
'"'
-'
.../
dengan Kecendurangan KLB (Public Health Emergency of
International Concern/ PHEIC) .................... ... ............................. .
J
15
Dukungan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dalam Menjamin
Ketersediaan dan Pemerataan Obat da n Alat Kesehatan ..............
16
3.5
Inovasi Pembangunan Kesehatan di Daerah ................................... .. .......
18
3.6
Menuju Implementasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial I Bidang
Kesehatan .................. ............................ .. .................................. .. ............
19
Bab IV Dialog Interaktif ................... ..... .. .................................. .... ..... .. .. .. ... .......... ... .....
21
Bab V Rekomendasi .......... .. ......................... ..................................... ............. ... .......... .
26
Bab VI Penutup.. .. ............................ .. ...................... .... ........................ .. ........ ...............
28
..J
ii
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
BASI
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan telah berkonstriusi dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan membaiknya berbagai
indikator pembangunan kesehatan seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak. Tahun 2012 merupakan tahun kedua dari rencana
pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes 2010-2014.
Berbagai keberhasilan maupun kendala pada kurun waktu tersebut dapat menjadi
pembelajaran untuk merencanakan pembangunan kesehatan yang lebih baik.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh perencanaan
yang disusun . Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2012 yang
diselenggarakan pada tanggal 28 Februari -
2 Maret 2012 dimaksudkan untuk
mengkoordinasikan, dan mensinkronkan rencana kegi atan antara Pusat dan Daerah pada
tahun 2013. Rakerkesnas tersebut merupakan bagian dari siklus perencanaan nasional.
Oleh karena itu dalam Rakerkesnas disampaikan pula arah kebijakan pembangunan
kesehatan tahun depan yang dapat menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan
kesehatan di daerah.
Rakerkesnas merupakan rapat kerja kesehatan tingkat nasional yang melibatkan
Pusat dan Daerah guna peningkatan pembangunan kesehatan di Indonesia. Rakerkesnas
2012 dihadiri oleh Menteri Kesehatan, Wakil Menteri, selu ru h pejabat di lingkungan
Kementerian Kesehatan, UPT Vertikal Kementerian Keseahatan, seluruh Kepala Dinas
Kesehatan ProvinsilKabupaten/Kota, dan seluruh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
ProvinsilKabupaten/Kota. Tema yang diangkat dalam Rakerkesnas ini "Dengan Reformasi
Birokrasi, Kita Tingkatkan Kinerja dan Prestasi". Tema ini dipilih sejalan dengan 'Instruksi
Presiden Republik Indonesia yang menyatakan bahwa Tahun 2012 merupakan tahun kinerja
dan prestasi. Dan salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja dan prestasi tersebut melalui
Reformasi Birokrasi. Seperti kita ketahui bersama bahwa Reformasi Birokrasi ini merupa'kan
pembaharuan
sistem
penyelenggaraan
pemerintahan dalam
aspek kelembagaan,
ketata1aksanaan, dan sumber daya manusia aparatur. Pembaharuan ini dilakukan sebagai
upaya untuk percepatan pelaksanaan program pembangunan kesehatan tahun 201'2 yang
pada akhirnya mewujudkan masyarakatsehat yang mandiri dan berkeadilan.
Sesuai dengan tema di atas, topik yang diangkat dalam Rakerkesnas adalah
Reformasi B,irokrasi
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan , Kesiapan BP,.!S dan
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
1
Program Terkini Pembangunan Kesehatan, antara lain: Riset Fasilitas Kesehatan 2011
dalam Mendukung Pembangunan Kesehatan; Integrasi Pus at dan Daerah dalam
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dengan Kecenderungan KLB (PHEIC);
Dukungan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dalam Menjamin Ketersediaan dan
Pemerataan Farmasi dan Alat; dan Kesiapan Rumah Sakit dan Puskesmas Menyongsong
BPJS I. Selain itu, berbagai informasi lain yang merupakan success story pembangunan
kesehatan di daerah.
KONSTELASI PENYELENGGARAAN RAKERKESNAS 2012
REFORMASI
BIROKRASI
, . - - - - - - - MセN
PROGRAM
KEMENKES
MASALAH
PMBNGNAN
KESEHATAN
• RB dim Sistem
Pemenntahan
Dukngn Thd UP48.
セ i。ウエ・イ@
4, MDGs, &
DTPK
• (Moratorium) CPNS
• Penguatan Peran
Din Kes Provinsi
" Rifaskes
• PHEIC
• Ketersediaan
Faralkes
• Menyongsong
I BPJS
• dimaksudkan untuk
mengkoordinasikan, dan
mensinkronkan rencana
kegiatan antara Pusat dan
Daerah pada tahun 201l.
• Rakerkesnastersebut
merupakan bagian dari
siklus perencanaan
nasional
INOVASI
DAERAH
"Dengan Reformasi
Birokrasi, Kita
Tingkatkan Kinerja
dan Prestasi"
PERSIAPAN
BPJS
2
REKOMENDASI/TINDAK
LANJUT
TUJUAN
RAKERKESNAS
• Performance
Based
Budgeting
• Bersih, Indah
dan Asri
GMセ@
·/Ir -- - - - - - - ,
• Reformasi Birokrasi untuk
, meningkatkan profesionalisme dan
tata kepemerintahan yg baik
• Peran provinsi sbg wkl pusat di
Daerah perlu ditingkatkan
• Dana Dekon &TP yg menjadi
urusan Pemda akan dimasukan
dim d。セ@
Transfer Daerah
• Moratorium CPNS) sampai
Desember 2012
• Rifaskes Thn 2011 masih banyak
Puskesmas &RS blm sesuai
standar
I . Intensifikasi imunisasi perlu
dilaksanakan terintegrasi dg PHBS
• Replikasi Inovasi daerah seperti
Performance Base Finance (PBF
• DPR RI sebagai mendukung UU
SJSN dan BPJS
1
• Dkgn DPR RI
• Sistem Yankes
Daerah
• Roadmap PT.
Askes
• Penguatan
Peran BKKBN
Risa/ah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
J
BAB II
ARAHAN MENTERI KESEHATAN
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana p・ュ「。ョセオ@
Jangka
Panjang Nasional mengamanatkan arah RPJMN Tahap II adalah perlunya memantapkan
penataan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SOM), membangun kemampuan IPTEK serta memperkuat daya
saing perekonomian. Oalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
(RPJPK) 2005-2025 menyebutkan tahapan ke-2 (2010-2014), kondisi pembangunan
kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang
ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia,
seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya
kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan
perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta
menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat, dan antar daerah.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014
telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010. Pembangunan
kesehatan sebagai bag ian integral dari Pembangunan Nasional tercantum dalam Bab II
RPJMN, dalam Bidang Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, maka sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan,
Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2010-2014.
Tahun 2012 merupakan tahapan lanjutan dari rencana pernbangunan kesehatan yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kemenkes 2010-2014. Untuk itu perlu adanya koordinasi dan
sinkronisasi rencana dimaksud yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan rencana
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Oaerah. Koordinasi dan sinkronisasi ini dilaksanakan
dengan melakukan suatu pertemuan secara menyeluruh dari seluruh daerah dan
stakeholders terkait untuk membicarakan pembangunan kesehatan tahun 2012. Pertemuan
ini juga harus sejalan dengan siklus perencanaan tahunan dari Bappenas guna menyiapkan
materi Musrenbang, usulan pendanaan, penyusunan Ronja KlL. Untuk itu sangat perlu
dilakukan pertemuan yang dibuat dalam bentuk Rapat Kerja Kesehatan Nasional
(Rakerkesnas)tahun 2012.
Rakerkesnas merupakan rapat kerja kesehatan tingkat nasional yang melibatkan Pusat dan
Daerah guna peningkatan pembangunan kesehatan di Indonesia. Menjadi sanqat penting
dan perlu untuk segera menyelenggarakan Rakerkesnas sesuai dengan tahap perencanaan
pembangunan kesehatan tahun 2012, dengan mengundang Menteri Kesehatan, Wakil
Menteri, seluruh pejabat di lingkungan Kementerian Kesehatan, seluruh 'Kepala Oinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, dan seluruh Direktur Rumah Sa kit
uセオュ@
Daerah.
Rakerkesnas diharapkan menghasilkan komitmen bersama untuk mempercepat
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
3
pelaksanaan
program
.../
pembangunan kesehatan tahun
2012 dalam upaya mencapai
tujuan dan target MDGs dan
guna mewujudkan masyarakat
sehat
yang
mandiri
dan
berkeadilan.
Rakerkesnas
yang
diselenggarakan pad a tahun
2012
beftujuan
untuk
mensinkronisasikan kebijakan
Menkes ditemani oleh Wamenkes dan Irjen membuka
acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional tahun 2012
di Jakarta.
pembangunan
antara
pemerintah Pusat dan daerah,
mensosialisasikan
berbagai
informasi penting yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan kesehatan serta berbagai
セ@
inovasi-inovasi daerah di dalam pembangunan kesehatan .
Tema yang diangkat dalam Rakerkesnas ini "Dengan Reformasi Birokrasi, Kita
Tingkatkan Kinerja dan Prestasi". Tema ini dipilih sejalan dengan Instruksi Presiden Republik
Indonesia yang menyatakan bahwa Tahun 2012 merupakan tahun kinerja dan prestasi. Dan
salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja dan prestasi tersebut melalui Reformasi
Birokrasi. Seperti Ikita ketahui bersama bahwa Reformasi Birokrasi ini merupakan
pembaharuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan dalam aspek kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan sumber
daya
manusia
Pembaharuan
aparatur.
ini
dilakukan
sebagai upaya untuk percepatan
pelaksanaan
program
pembangunan kesehatan tahun
2012
yang
pada
akhirnya
mewujudkan masyarakat sehat
yang mandiri dan berkeadilan.
Sesuai dengan tema di
atas, maka topik yang diangkat
Menteri Kesehatan Sedang Memaparkan Alokasi dan
Realisasi Dana Jamkesmas dan Jampersal 2011
dalam
Rakerkesnas adalah
Reformasi
Birokrasi
dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Mid Term Review RPJMN . Disamping itu kami akan
mensosialisasikan berbagai informasi terkini mengenai persiapan BPJS, hasil riset fasilitas
kesehatan dan berbagai informasi lain yang perlu ki ta ketahui di dalam pelaksanaan kegiatan
ー・ュ「。ョァオセ@
kesehatan di lapangan.
Pembangunan kesehatan pada tahun 2011
4
menunjukkan hasil yang dapat
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
.../
dibanggakan. Hasil ini difokuskan pada lima hal yang sangat strategis yaitu: a) alokasi dan
realisasi APBN IKesehatan Tahun 2011, b) pelaksanaan Jamkesmas dan Jampersal, c)
pemanfaatan BOK, d) pelaiksanaan PDBK dan e) pemen uhan SDM Kesehatan di DTPK.
Proporsi anggaran yang dialokasikan ke daerah terus meningkat. Alokasi tahun 2010
sebesar 84%, pada tahun 2011 sebesar 88%, dan pad a tahun 20121ebih dari 88%. Hal ini
menunjukkan
besarnya perhatian Kementerian
Kesehatan
pada
keberhasilan
pembangunan kesehatan di daerah. Pemanfaatan anggaran pembangunan kesehatan di
Pusat dan daerah ditunjukkan dengan pencapaian realisasi anggaran. Realiasi anggaran
Kementerian Kesehatan tahun 20 11 sampai bulan Februari 2012 telah mencapai 87,40%.
Secara umum, penyerapan APBN Kesehatan sepanjang 2006-2011 terus meningkat. Akan
tetapi penyerapan 2011 lebih rendah dari 2010. penyerapan 2011 adalah 87,40% sedangkan
penyerapan 2010 adalah 88,91 %.
Daerah
Pusat
Pada tahun 2011, anggaran yang disediakan untuk Jamkesmas dan Jampersal
adalah sebesar Rp 6,348 triliun. Anggaran ini digunakan untuk Jamkesmas yaitu: pelayanan
kesehatan dasardan pelayanan kesehatan rujukan, serta untuk Jampersal, dan pada tahun
2011 terserap 99,93%. Anggaran pelayanan kesehatan dasar dilaksanakan oleh 497 Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan pada tahun 2011 terserap sebesar Rp 999 miliar (99,97%).
Anggaran pelayanan kesehatan rujukan dilaksanakan oleh 1.105 RS serta Balai Kesehatan
dan terserap sebesar Rp 4,125 triliun (100%). Dana Jampersal dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit dan terserap sebesar Rp 1,219 triliun
(99,67%). Penyerapan anggaran ini adalah penyaluran anggaran dari Pusat ke Pemberi
Pelayanan Kesehatan (PPK). Penting agar PPK melaksanakan anggaran ini sesuai aturan
keuangan yang berlaku, dan tidak melakukan penyimpangan dalam pembayaran claim.
Pada tahun 2012, Program Jampersal memasuki tahun kedua dengan total anggaran Rp
1,559 triliun. Anggaran ini dimaksudkan untuk menjamin 2,8 juta ibu hamil serta bayi yang
dilahirkan dan hendaknya dimanfaatkan secara lebih efektif. Telah diterbitkan Permenkes
No. 2562 Tahun 2011 yang merupakan revisi untuk mempertegas kebijakan dalam
melindungi ibu hamil, ibu bersatin dan ibu nifas serta bayi baru lahir. Baik bayi yang normal
maupun persalinan dan bayi yang mengalami masalah - seperti komplikasi dan kondisi
emergensi. Setiap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Direktur Rumah Sakit
Kabupaten/Kota harus memantau pelaksanaan Jampersal di wilayah kerja q'an di fasilitas
kesehatan masing-masing .
. Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
5
Program pembangunan kesehatan lainnya yang sangat dibutuhkan oleh Daerah adalah
Santuan Operasional Kesehatan (!sOK). Secara umum realisasi SOK cukup baik, namun ada
12 provinsi yang dibawah rata-rata nasional, yaitu: Provinsi Jawa Timur, Maluku, Nusa Tenggara
Sarat, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Jawa Sarat, Sumatera Sarat, Kalimantan
Selatan, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Sangka Selitung, dan Kalimantan Timur. Hanya
beberapa provinsi saja yang masih rendah realisasinya. Diharapkan untuk tahun 2012 realisasi
SOK harus lebih tinggi. 8anyak manfaat yang telah dirasakan melalui program SOK, antara lain
meningkatkan kinerja Puskesmas dalam pencapaian SPM program MDGs. Hasil studi
memperlihatkan adanya peningkatan cakupan K4, Linakes, pelayanan nifas, kunjungan bayi.
Manfaat SOK yang lain yaitu
membantu pemeliharaan sarana Puskesmas & jaringannya,
mengaktifkan/membantu pelaksanaan manajemen Puskesmas, meningkatkan koordinasi
lintas sektor di kecamatan. Kendala penyerapan dana SOK antara lain terkait dengan
perubahan mekanisme penyaluran dana. Sebab, pada tahun 2011 mekanisme penyaluran
dana SOK berubah dari mekanisme Dana Santuan Sosial menjadi mekanisme Tugas
Pembantuan. Meskipun perubahan-perubahan ini telah
エ・セ。、ゥ@
selama satu tahun , akan tetapi
masih ditemukan kendala di lapangan berupa keterlambatan pencairan, kesulitan dalam
penyusunan Plan ofAction (PoA), dan lambatnya verifikasi PoAdi Kabupaten/Kota.
Salah satu bagian dari reformasi pembangunan kesehatan masyarakat adalah
Penanganan Daerah Sermasalah Kesehatan (PDSK).
Peta Sebaran Daerah Sermasalah Kesehatan
Penentuan suatu daerah sebagai daerah bermasalah kesehatan didasarkan pada besarkecilnya Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang diperoleh dari 24
indikator kesehatan. Ada provinsi yang memiliki lebih dari 50,0% kabupaten/kota dengan
kriteria Daerah Sermasalah Kesehatan (DSK). Provinsi tesebut adalah Aceh, Nusa Tenggara
Sarat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi
Sarat, Maluku , Papua Sarat dan Papua. Penanganan Daerah Sermasalah Kesehatan
dilakukan dengan mengadakan pendampingan oleh Kementerian Kesehatan untuk
menganalisa masalah kesehatan di daerah tersebut. Tahun 2011
telah dilakukan
pendampingan di 30 kabupaten di 6 provinsi (Aceh, Nusa Tenggara Sarat, Sulawesi
Sarat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara , dan Gorontalo). Pel'aksanaan pendampingan
6
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
セ@
dimulai dengan lokakarya tingkat regional. Peserta lokakarya regional adalah jajaran
Kesehatan Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tahap pendampingan selanjutnya adalah
kalakarya tingkat provinsi dan tingkat kabupaten. Dengan proses ini diharapkan terbentuk
komitmen jajaran kesehatan dan sektor terkait di kabupaten/kota yang bermasalah
kesehatan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan untuk memperbaiki kedua puluh
empat indikator kesehatan masyarakat.
Salah satu upaya meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang
bermutu adalah dengan pemenuhan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia, antara lain
melalui Program Pegawai Tidak Tetap (PTT). Jumlah PTT yang aktif sampai dengan akhir
tahun 2011 yang ditempatkan di daerah Biasa , Terpencil, dan Sang at Terpencil. Pada tahun
2011 jumlah PTT aktif adalah 40.217 orang tenaga kesehatan, terdiri dari: 59 dokter spesialis
dengan rincian: 10 dokter spesialis di daerah biasa, 46 dokter spesialis di daerah terpencil,
dan 3 dokter spesialis di daerah sang at terpencH; 3.741 dokter umum dengan rincian : 293
dokter di daerah biasa, 1.113 dokter di daerah terpencil, dan 2.335 dokter di daerah sangat
terpencil; dan 941 dokter gigi dengan rincian: 59 dokter gigi di daerah biasa, 268 doktei gigi di
daerah terpencil, dan 614 dokter gigi di daerah sang at tei·pencil; 35.476 bldan dengan
rincian : 19.289 bidan di daerah biasa, 15.517 bidan di daerah terpencil dan 670 bidan di
daerah sangot terpencil. Perlunya pembinaan dan ー・ョァセキ。ウ@
terhadap tenaga PTT harus
dilakukan bersama-sama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Untuk
meningkatkan kinerja tenaga PTT, maka Daerah berkewajiban melakukan pe mbinaan,
pengawasan, dan penyediaan fasilitas sarana-prasarana. Pemberian kesejahteraan
sepenuhnya menjadi kewenangan Gubernur/Bupati/Walikota.
Untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Daerah Tertinggal,
Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) dikembangkan sarana kesehatan seperti
Rumah Sakit bergerak, Puskesmas terapung, dan Flying Health Care. Sampai dengan akhir
2011 sarana yang disediakan adalah sebagai berikut: untuk DTPK daratan telah disediakan
13 RS bergerak, 6.737 Puskesmas keliling kendaraan roda empat, 3.908 ambulance, 46,942
kendaraan roda dua; untuk DTPK perairan telah disediakan 908 Puskesmas Terapung;
untuk DTPK yang harus dijangkau melalui udara disediakan 2 tim Flying Health Care. Untuk
kegiatan operasional dan pemeliharaan sarana ini diperlukan dukungan pendanaan dari
Daerah.
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
7
BAB III
MATERIRAKERKESNAS
3.1 REFORMASI BIROKRASI
Ringkasan Materi
• Berdasarkan UU No, 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025, pembangunan aparatuf negara dilakukan
melalui reformasi birokrasi
Sesuai dengan Peraturan Presiden NO.5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 - 2014,
kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada perbaikan
tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan pelaksanaan Reformasi
Birokrasi
Tujuan dari Reformasi Birokrasi adalah rnenciptakan birokrasi pemerintah yang
profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan
bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang
teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
• Strategi Reformasi Birokrasi Nasional tingkat makro diatur kerangka regulasi
nasional mengenai proses birokrasi pemerintahan secara nasional seperti RUU
administrasi pemerintahan, RUU aparatur sipil negara, dan sembi Ian program
percepatan reformasi birokrasi.
• Strategi Reformasi Birokrasi Nasional tingkat mikro bergerak pada penerapan
program dan kegiatan di kementerian atau lembaga nasional dan pemerintahan
daerah dengan fokus delapan area perubahan berdasarkan grand design dan
roadmap Reformasi Birokrasi yang telah disusun.
• Oelapan area perubahan yang harus diterapkan oleh kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah adalah (1) . Organisasi, (2). Tatalaksana, (3). Peraturan
Perundang undangan, (4). Sumber Oaya Manusia Aparatur, (5). Pengawasan, (6) .
Akuntabilitas, (7). Pelayanan Publik, (8). Mind Set dan Culture Set aparatur.
• Kementerian Kesehatan sebagai salah satu unit birokrasi nasional telah mengajukan
dokumen grand design dan road map reformasi birokrasi kepada Kementerian
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta mulai menerapkan
beberapa strategi reformasi birokrasi di delapan area perubahan seperti pada
pengaturan sumber daya manusia aparatur dalam konsep anal isis jabatan dan job
grading.
• Kementerian Kesehatan melakukan anal isis redistribusi pegawai dalam rangka
pemindahan pegawai untuk unit kerja yang kelebihan dan kekurangan pegawai,
memberikan pelatihan kompetensi khusus yang belum dimiliki pegawai, dan analisis
jika dibutuhkan pensiun sukarela.
8
Risa/ah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
Isu Penting
• Belanja pegawai pemerintahan terutama di daerah
lebih besar dari 50%
dibandingkan dengan belanja publik.
• Pelaksanaan Reformasi Birokrasi oleh Kementerian Kesehatan belum diikuti dan
dipahami oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota (Pemerintah Daerah).
• Pemahaman konsep reformasi birokrasi pads seluruh pegawai Kementerian
Kesehatan masih berbeda dan diperlukan proses diseminasi informasi yang
mendalam bagi seluruh pihak.
• Adanya disparitas ketersediaan tenaga kesehatan antara Pusat dan daerah dan
proporsi distribusi tenaga kesehatan yang tidak proporsional antardaerah.
• Belum adanya standarisasi kinerja bagi pegawai negeri sipi!.
• Penentuan dan pejabat di daerah masih dipengaruhi oleh unsur politik tanpa
mempertimbangkan kompetensi dan kebutuhan jabatan.
• Rekruitmen daerah yang lebih banyak pada tenaga administrasi dibanding'kan
dengan tenaga kesehatan .
• Belum adanya anal,isis kebutuhan dan persebaran tenaga kesehatan di daerah .
3.2 MID TERM REVIEW RPJMN BIDANG KESEHATAN DAN DUKUNGAN TERHADAP
PROGRAM MDGs, DTPK, UP4B
Ringkasan Materi
• Upaya membangun kualitas SDM termasuk pembangunan kesehatan menjadi
perhatian penting dalam RPJMN 201 0-1014
• Evaluasi capaian pembangunan RPJMN 2010 - 2014 bidang kesehatan mengalarni
peningkatan pada status capaian pembangunan kesehatan
• Evaluasi capaian MDGs bidang kesehatan untuk goal 6 (pengendalian penyakit 1'B)
statusnya telah tercapai, sedangkan untuk goal 1 dan goal 4 mengalami kemajuan
yang bermakna. Target MDGs bidang kesehatan yang masih diperlukan kerja keras
untuk pencapaiannya adalah pada goal5, 6 (pengendalian HIV/AIDS, dan 7.
• Perlu memperkuat komitmen eksekutif dan regislatif dalam pencapaian sasaran
MDGs, meliputi: a) Dukungan anggaran yang memihak pada pencapaian sasaran
MDGs; b) Dukungan regulasi untuk pencapaian sasaran MDGs.
• Upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan di DTPK antara lain
(1) .
Peningkatan ketersediaan fasilitas kesehatan, (2). Peningkatan ketersediaan tenaga
kesehatan, (3). Peningkatan ketersediaan obat, vaksin, alat kesehatan yang
memadai, dan (4). Penguatan kapasitas pelaksana program pembangunan
kesehatan di daerah
•
uーセケ。@
percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat diCl.tur dalam
Perpres No. 65 dan 66 Tahun 2011 . Upaya percepatan dilakukan melalui: a)
Peningkatan koordinasi, sinergi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan; b)
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
9
Peningkatan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan dari berbagai sumber
pendanaan dan pelaku pembangunan.
• Rencana aksi pembangunan kesehatan di papua dan papua barat memiliki sasaran
berupa meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat di kawasan
terisolir dan pedesaan.
• Isu strategis pembangunan kesehatan berdasarkan RKP 2013 antara lain:
a. Peningkatan akses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan
anak.
b. Peningkatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan
lingkungan .
c. Peningkatan profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang
merata.
d. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan.
e. Peningkatan ketersediaan, pemerataan , keterjangkauan, jaminan keamanan,
khasiatlmanfaat dan mutu obat, alat kesehatan, dan makanan, serta daya saing
produk dalam negerL
f.
Peningkatan akses pelayanan KB berkualitas yang merata
3.3 PENGUATAN PERAN DINAS KESEHATAN PROVINSI
PAOA PEMBANGUNAN
KESEHATAN 01 OAERAH
• Keberadaan Pemerintah Oaerah (PemcJa) untuk melindungi dan mensejahterakan
masyarakat secara demokratis.
• Pemda harus mempunyai kewenangan-kewenangan yang memungkinkan untuk
dapat rnenghasilkan public goods dan public regulations yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat (kebutuhan dasar dan pengembangan sektor unggulan).
• Urusan pemerintahan bidang kesehatan terdiri dari :
1. Sub Bidang Upaya Kesehatan
2. Sub Bidang Pemb.iayaan Kesehatan
3. Sub Bidang SOM Kesehatan
4. Obatdan Perbekalan Kesehatan
5. Sub Bidang Pemberdayaan Masyarakat
6. Manajemen Kesehatan
Isu Krusial yangrerkembang 。ヲGャエイセゥョZ@
1. Adanya kejelasan norma, standard, prosedur yang dijadikan acuan bagi daerah
2 . Monev dan supervisi, pusat ke provinsi dan gubernur ke kabupaten/kota
3. Mapping baseline
pencapaian SPM oleh daerah dan monitor tingkat
perkembangannya
4. Susun fasilitasi (capacity building) yang dibutuhkan daerah
5. Sistem reward dan punishment yang jelas, koordinasi dengan Kementerian
10
Risa/ah Rapaf Kerja Kesehafan Nasiona/ (rakerkesnas) Kemenferian Kesehatan Tahun 2012
J
Dalam Negeri, Kementerian Keuangan dan Bappenas
6. Susun SPM yang realistik dan bersifat dinamis sesuai dengan kamajuan sosial
ekonomi masyarakat
• Pembiayaan urusan kesehatan dalam pencapaian SPM di daera'h
1. Daerah menyediakan anggaran dalam APBD masing-masing (prov dan kab/kota)
sesuai dengan kewenangannya (PP 38/2007)
2 . Pencapaian SPM menjadi prioritas utama yang dituangkan dalam RPJMD
maupun RKPD masing-masing
3. Dalam hal daerah kurang mampu membiayai, pusat dapat membantu melalui
hibah atau OAK sesuai ketentuan yang berlaku
4. Dana dekon adalah untuk membiayai urusan pusat yang dilimpahkan ke gubernur
pelaksanaannya selaku wakil pusat di daerah
5. Dana dekon khususnya untuk kegiatan binwas, money dan fasilitasi (cenderung
non fisik)
6. Dana TP adalah dana yang dialokas'ikan kepada daerah otonom untuk membantu
pelaksanaan urusan pusat di daerah
• Strategi Pelaksanaan SPM, antara lain:
1. Menentukan stakeholder utama; pusat, provinsi, kab/kota dan lainnya
2. Menyusun strategi pencapaian SPM
3. Menentukan siapa mengerjakan apa dalam strategi tersebut
4. Apa tupoksi provinsi, kab dan kota dalam pencapaian SPM
5. Sinergi perencanaan pusat, provinsi, dan kab/kota pencapaian SPM
6. Perlunya capacity building untuk daerah yang kurang mampu
7. Bantuan hibah atau OAK bagi daerah kurang mampu
8. Pusat melakukan mapping tingkat pencapaian SPM oleh daerah
9. Menyusun strategi pemberdayaan daerah
10. Membangun capacity building pada institusi, sistem atau personil
11. Mengadakan evaluasi pencapaian agenda SPM
3.4 PROGRAM TERKINI KEMENTERIAN KESEHATAN
3.4.1 Riset Fasilitas Kesehatan (Risfaskes)
Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) adaJah riset kesehatan nasional yang
diselenggarakan secara berkala untuk memperoleh informasi terkini mengenai
ketersediaan
sumber daya fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes) untuk
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan perorangan (UKP). Riset ini
terakhir dilaksanakan pada tahun 2011 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Kemkes RI.
Fokus utama Rifaskes adalah menyediakan inforrnasi ketersediaan sumber daya yang
mencakup gedung, persediaan air bersih, listrik, kendaraan, peralatan, obat, sumber
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
11
daya manusia, pedoman, pelatihan , anggaran dan sebagainya. Selain itu, Rifaskes
juga fokus rnengumpulkan informasi mengenai proses pelayanan kesehatan dan hasil
dari proses tersebut. Fasyankes yang dituju adalah Rumah Sakit Umum milik
Pemerintah/Pemerintah Daerah, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan
Laboratorium Klinik Mandiri (LKM). Dari data dan informasi yang dikumpulkan akan
diolah untuk memetakan dan memberikan gambaran ketersediaan sumber daya di
fasyankes dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional. Gambaran tersebut
tentunya disesuaikan dengan fungsi yang diemban oleh ketiga institusi pelaksana
upaya kesehatan tersebut.
Salah
satu
fasyankes yang diteliti pad a Rifaskes adalah
Puskesmas.
Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), terdapat 9.005 Puskesmas
di Indonesia nan'lun hasil penemuan lapangan adalah 9.188 Puskesmas. Namun
penganalisaan hanya dilakukan pClda 8.981 Puskesmas dikarenakan salah satu kriteria
analisa adalah sudah beroperasi sebelum Februari 2010. Berikut adalah paparan hasif
Rifaskes dari Puskesmas yang dianalisa:
1.
..J
Menurut lokasi pelaksanaannya, analisa Puskesmas terbanyak dilaksanakan di
provinsi Jawa Barat (11 ,48%) dan terkecil di provinsi Bangka Belitung (0,63%).
2.
Menurut lokasi tersebarnya Puskesmas maka dapat dikelompokkan 2.321
Puskesmas di daerah perkotaan dan 6.660 Puskesmas di daerah pedesaan.
Umumnya lokasi Puskesmas berada di ibu kota keeamatan dan dekat dengan
pemukiman penduduk (95,1 %).
3.
Menurutjenis peruntukan Puskesmas maka terdapat 3.052 Puskesmas perawatan
dan 5.929 Puskesmas non-perawatan .
4.
Bila dipadukan (Iokasi dan peruntukan) maka didapatkan bahwa sekitar dua pertiga
dari Puskesmas yang dianalisa tereatat sebagai Puskesmas non-perawatan
daerah pedesaan.
5.
Jumlah Puskesmas yang mem rliki Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) adalah 18,6% dari total Puskesmas yang dianalisa.
6.
Menurut klasifikasi letak Puskesmas maka 72,8% Puskesmas diklasifikasikan
sebagai letak biasa dan selebihnya diklasifikasikan sebagai terpeneil (17,4 %) dan
sangat terpeneil (9,8%) dimana 6,5% terleta/< di daerah kepulauan dan 1% di
daerah perbatasan .
7.
Menurut waktu operasionalnya terdapat 17,7% Puskesmas yang dibangun dan
berfungsi sebelum tahun 1976, lalu 49 ,7% antara tahun 1976 - 1999, dan 26,3%
sesudah tahun 2000 serta 6,2% tidak bisa menjawab.
8.
Jumlah Puskesmas dengan bangunan permanen dan semi permanen adalah 93% ,
dimana 81 % berada dalam kondisi baik atau rusak ringan dan 12% rusak sedang
atau berat.
9.
Untuk proses pelayanan kesehatan:
a. Terdapat 43% Puskesmas yang memiliki delapan ruangan pelayanan keseh atan
12
Risalah Rapal Kerja Kesehalan Nasional (rakerkesnas) Kemenlerian Kesehatan Tahun 2012
..J
esensial, terdiri dari klinik umum, klinik Kesehatan Ibu dan Anak (KI'A)/Keluarga
Berencana (KB) , klinik gigi, ruang farmasi, laboratorium, ru'ang Penanggulangan
Penyakit Menular/lmunisasi, dan klinik konsultasi.
b. Hanya 40% Puskesmas yang memiliki minirnal empat ruangan untuk kegiatan
esensial non-pelayanan kesehatan, terdiri dari ruang rapat, ruang tunggu,
gudang, dan toilet.
10. Untuk fasilitas yang tersedia di Puskesmas:
a. Sarana Air Bersih hanya dimiliki 71,7% Puskesmas sedangkan Saluran
Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan saluran tertutup hanya dimiliki 44,5%
Puskesmas.
b. Terdapat 64,6% Puskesmas yang telah melaku'kan pemisahan antara limbah
medis dan non medis namun hanya 26.8% Puskesmas yang memilik,i alat
pemusnah lim bah medis padat (incinerator).
11. Untuk ketersediaan sarana:
a. Masih terdapat 10,5% Puskesmas yang belurn memiliki listrik 24 jam.
b. Hanya 25,6% Puskesmas yang memiliki alat kantor lengkap .
c. Sekitar 67% Puskesmas belum memiliki setidaknya salah satu alat komunikasi
berikut: telepon, telepon genggam dinas, ataupun radio komunikasi.
d. Masih ada sekitar 18% Puskesmas perawatan yang memiliki tempat tidur ku rang
atau sama dengan lima buah.
e. Hanya 37,6% Puskesmas perawatan yang memiliki ambulans .
f. Hanya 39% Puskesmas yang memiliki setidaknya tiga buah mod a transportasi
kendaraan bermotor roda dua dan perahu bermotor untuk Puskesmas kelling .
12. Untuk perealisasian anggaran dana ope rasional
Puskesmas,
mayoritas
Puskesmas dapat merealisasikan dana Bantuan Operasional kesehatan/BOK
(92,4%), Jaminan Kesehatan Sosial/Jamkesmas (89,6%), Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah/APBD (82%), dan Jaminan Kesehatan Daerah/Jamkesda
(82%), serta lainnya (13 ,1%).
13. Untuk ketersediaan dokumen , hanya 53,4% Puskesmas memiliki ketiga buku
pedoman esensial yang terdiri dari Pedoman Perencanaan Puskesmas , Pedoman
Lokakarya Mini Puskesmas, dan Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas;juga
hanya 59,4% Puskesmas memiliki dokumen Kepmenkes 124 tahun 2004 tentang
Puskesmas .
14. Jumlah sumber daya manusia di 8.980 Puskesmas adalah 339.413 personil yang
terdiri dari tenaga medis (7,4%), tenaga paramed is (65,9%), tenaga ikefarmasian
(3%), tenaga gizi, sanitarian , dan promosi kesehatan (7,5%), tenaga rekam medis
?an anal is kesehatan (2,4%), serta tenaga kesehatan lainnya, term?suk te naga
adminsitrasi/pekarya (13,9%). Selain itu tampak disparitas (variasi) sumber daya
manusia kesehatan di Puskesmas, seperti pad a dokter 0-9 orang dan perawat
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
13
0-97orang.
15. Dalam upaya pelaksanaan pelayanan kesehatan hampir 94% Puskesmas telah
melaksanakan Enam Upaya
Kesehatan Wajib, yakni promosi kesehatan ,
kesehatan lingkungan , KINKB, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan
pemberantasan penyakit, dan pengobatan. Namun bilamana menilik dari
kecukupan sumber daya program maka persentase pelaksan aan pelayanan
kesehatan dari yang terbesar adalah pelayanan pencegahan dan pemberantasan
-'
penyakit (61,3%) , kesehatan anak (60,9%), kesehatan ibu (58,7%), perbai.kan gizi
masyarakat (45,8%), promosi kesehatan (34%), keluarga berencana (32,2%),
pengobatan umum (21,3%), dan terakhir kesehatan lingkungan (18,2%).
..J
16. Sehubungan dengan melaksakan fungsi penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan didapatkan kecukupan sumber daya Puskesmas adatah sebagai
J
berikut:
a. Hanya 28,3% Puskesmas yang mempunyai petugas khusus.
.J
b. Hanya 14,6% Puskesmas yang mempunyai pedoman .
c. Hanya 13,5% Puskesmas memiiiki peraturan.
d. Hanya 12,1% Puskesmas memiliki standar prosedur operasional/prosedur
tetap.
e. Hanya 10,9% Puskesmas yang memiliki dana khusus.
f. Hanya 9,9% petugas Puskesmas yang telah mengikuti pelatihan . dengan variasi
kegiatan Puskesmas adalah advokasi (41,5%), pertemuan lintas sektoral
(44,6%) dan program kemitraan (4 1,2%).
17. Sehubungan dengan fungsi pemberdayaan masyarakat Indonesia didapatkan
kecukupan sumber daya Puskesmas adalah sebagai berikut:
J
a. Terdapat 49 ,1% Puskesmas yang mempunyai petugas khusus .
b. Hanya 33,7% Puskesmas yang mempunyai pedoman .
c. Hanya 24,2% petugas Puskesmas yang telah mengikuti pelatihan.
d . Hanya 20,2% Puskesmas memiliki standar prosedur operasional/prosedur
tetap.
J
e. Hanya 17,6% Puskesmas yang rnemiliki dana khusus.
f. Hanya 13,5% Puskesmas memiliki peraturan.
dengan variasi kegiatan adalah: Survei Mawas Diri (50%), Musyawarah
Masyarakat Desa (60,4%), pertemuan kader (67,1 %), pertemuan lintas sektor
(56,3%), pembinaan (57,9%), pelatihan kader baru (44%), pelatihan kader lama
(54,4%), pelatihan tokoh masyarakat (29,5%), pelatihan LSM (9.6%) dan supervisi
(54,4%). Manifestasi kegiatan Puskesmas ini sebagai UKBM (Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat) contohnya Posyandu (96,23%), Posyandu Lansia (74,2%),
Dana Sehat (25,6%), Poskestren '(24,2%), dan lain sebagainya.
18. Untuk kelengkapan alat kesehatan Puskesmas ditemukan:
14
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
...J
a. sekitar 32,6% Puskesmas memiliki kelen gkapan alat kesehatan klinik umum
kurang dari 40% jumlah standar alat klinik umum (56 alat);
b. sekitar 22,3% Puskesmas memiliki kelengkapan alat kesehatan klinik KIAkurang
dari 40% jumlah standar alat klinik KIA (59 alat);
c. sekitar 67,5% Puskesmas memiliki kelengkapan alat kesehatan laboratorium
kurang dari 40% jumlah standar alat laboratorium (58 alat);
d. hampir 60% Puskesmas tidak memiiiki alat imunisasi lengkap;
e. hampir 30% Puskesmas memiliki perangkat Unit Kegiatan Gigi Sekolah;
f. lebih dari 95% Puskesmas memiliki perangkat Puskesmas Keliling (Pusling)
namun kelengkapannya hanya mencapai 40% jumlah standar alat Pusling ;
g. hanya 40% Puskesmas memiliki kelengkapan alat PONED kurang dari 40%
jumlah standar alat PONED yang harus dimil iki;
h. hanya 20% Puskesmas Perawatan memiliki alat perawatan kurang dari 40%
jumlah standar alat perawatan, dan;
i. kurang dari 5% Puskesmas memiliki ketersediaan obat kurang dari 40% jumlah
standar, namun lebih dari 80% Puskesmas PONED menyediakan obat kurang
dari 40%jumlah standarobat untuk PONED.
3.4.2 Integrasi
Pusat dan Daerah dalarn
Pengendalian
Penyakit
dengan
Kecendurangan KLB (PHEIC)
Tantangan penyakit menular di Indonesia yaitu faktor risiko penyakit rnakin
kompleks, perkembangan agent (mutasi, resistensi dan agent baru);
・ョ、ュゥセエ。ウ
L@
re-
emerging, new-emerging; KLB, PHEIC serta masyarakat yang menuntut cepat, akurat
dan transparan. Kejadian .Iuar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi dalam
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupa'kan keadaan yang menjurus
pada terjadinya wabah . Sedangkan Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC) IHR 2005 merupakan kejad ian luar biasa yang dapat menjadi
ancaman kesehatan bagi negara lain dan kemungkinan membutuhkan koordinasi
internasional dalam penanggulangannya (dilaporkan ke WHO).
Beberapa penyakit yang berpotensi KLB dan PHEIC antara lain DBD,
chikungunya , Annual Paracite Indence (API), rabies, kolera, campak dan rubella .
Jumlah kejadian seluruh KLB dari tahun 2010 sampai 2011 mengalami penurunan
sebesar 35%, sedangkan jumlah kasus dalam KLB turun 23% dan penurunan jumlah
kematian dalam KLB sebesar 34%. Sedangkan untuk kasus flu burung terjadi
peningkatan kasus dan kematian dari tahun 2010 sampai dengan 2011 yaitu 9 kasus
dan 7 kematian pada tahun 2010 serta 11 kasus dan 9 kematian pad a tarun 2011 .
Capaian indikator KLB yang direspon kurang dari 24 jam untuk tahun 2009 sampai
dengan tahun 2011 cenderung tidak dapat mencapai target tetapi persentase capaian
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
15
...J
indikator KLB terse but meningkat dari tahun ke tahun .
Urusan pemerintahan terbagi menjadi dua yaitu mutlak urusan Pusat dan urusan
bersama (Pusat dan daerah). Bidang kesehatan merupakan salah satu urusan wajib
pemerintah Pusat dan daerah. Pelaksanaan integrasi Pusat dan daerah dallam
pengendalian penyakit menular dengan kecenderungan KLB yaitu peran Pusat
adalah membuat peraturan perundangundangan (NSPK), menyediakan dukungan
bantuan penanggulangan KLB termasuk menyiapkan sarana komunikasi cepat dan
menilai dan memproses permintaan bantuan penanggulangan KLB dari daerah.
Sedangkan peran Dinas Kesehatan Provinsi yaitu menindakIanjuti NSPK dari Pusat
dengan menerbitkan aturan serupa yang sinergi dan saling memperkuat,
mengadakan pelatihan, melakukan advokasi dan pendampingan . Sementara peran
Dinas Kesehatan Kabupaten Kota adalah menyiapkan dana operasional;
Menyediakan obat dan logistik serta advokasi di masingmasing kabupaten/kota;
Melakukan PWS KLB dan sarana komunikasi cepat; Melakukan respon terhadap alert
KLB yang muncul; Menilai dan menetapkan suatu kejadian apakah memenuhi kriteria
kerja KLB; Melakukan penanggulangan kurang dari 24 jam; melaporkan KLB dan hasil
penanggulangan ke provinsi dan Pusat dan mengajukan permintaan bantuan bila
tidak mampu menanggulangi.
Lahirnya International Health Regulation (IHR) revice 2005 yang merupakan
Resolusi World Health Assembly 2004 (WHA) bertujuan mencegah, melindungi dan
menanggulangi penyebaran penyakit antar negara tanpa pembatasan perjalanan dan
perdagangan yang tidak perlu (seminimal mungkin menghambat), meliputi Penyakit
Menular (New Dan Re Emerging Diseases), Penyakit tidak Menular dan Kejadian
(Penyakit akibat radiasi nuklir, Bioterorisme dll). Implentasi IHR adalah tanggung
jawab nasional yang memerlukan kolaborasi multisektor dan integrasi Pusat dan
daerah sehingga pengembangan delapan kapasitas inti yaitu legislasi dan kebijakan;
Koordinasi; Surveilans; Respons; Kesiapsiagaan; Komunikasi risiko; SDM dan
laboratorium optimal serta PHEIC dapat dicegah.
3.4.3 Dukungan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dalam Menjamin Ketersediaan
dan Pemerataan Obat dan Alat Kesehatan
Ketersediaan obat dipengaruhi oleh : (1) keterjangkauan harga obat; (2)
penggunaan obat yang rasional; (3) keamanan, khasiat, dan mutu obat; (4) sistem
distribusi obat; dan (5) dukungan industri farmasi.
Kebutuhan obat nasional1 0% dipenuhi oleh produk impor dan 90% oleh produk
loka!. Selain itu hampir 96% bahan baku industri farmasi di Indonesia merupakan
bahan baku impor. Faktanya hanya 20 perusahaan farmasi yang berorientasi pada
pasar domestik dan ekspor, ウセ、。ョァォ@
140 perusahaan farmasi hanya berorientasi
pada pasar domestik dan menguasai 16% pasar farmasi. Oleh karena itu perlu
pengembangan industri farmasi nasional yang memenuhi standar, efisien dan
16
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
berinovasi.
Industri alat kesehatan di Indonesia sampai dengan Februari 2012 mencakup
produksi 222 alat kesehatan dan 325 perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT).
Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk produksi alat kesehatan sebesar 51 ,8%
dan sisanya dibiayai oleh swasta. Dari seluruh alat kesehatan yang ada, hanya 4%
yang merupakan produk lokal dan sisanya adalah produk impor.
Jaminan Kesehatan Nasional tahun 2010 melindungi 93,4 juta jiwa dan pad a
masa itu diperkirakan alokasi anggaran untuk Konsumsi Obat adalah sebesar 5,6
trilyun rupiah, yakni 40% dari total alokasi anggaran kesehatan . Untuk tahun 2014,
diperkirakan Jaminan Kesehatan Nasional akan melindungi 245,3 juta jiwa dan total
alokasi anggaran kesehatan adalah sebesar 14,71 irilyun rupiah. Diperkirakan besar
anggaran yang dialokasikan untuk Konsumsi Obat adalah sebesar 6 trilyun rupiah .
Isu Penting
Industri farmasi nasional diharapkan dapat menjadi bag ian dari penjamin
ketersediaan obat dan alat kesehatan. Industri farmasi di Indonesia memiliki potensi
besar untuk berkembang, terutama dengan akan diberlakukannya SJSN. Pemerintah
pusaUdaerah seyogyanya memberikan dukungan kepada industri farmasi dan alat
kesehatan, baik berupa dukungan regulasi, fasi litasi teknis, pendanaan maupun
penciptaan iklim usaha yang kondusif. Paradigma baru peran pemerintah, tenaga
kesehatan dan masyarakat perlu diperhatikan dengan cermat.
Untuk itu perlu
dilakukan:
• Sosialisasi tentang perkembangan harmonisasi alat kesehatan danAFTA;
• Survei pengelompokan industri berdasar kemam puan penerapan ISO 13485;
• Bimbingan teknis untuk penerapan CPAKB berdasarkan ISO 13485;
• Bimbingan teknis tentang cara penerapan standar dan peningkatan kemampuan
tentang mutu produk yang dihasiJkan;
• Bimbingan teknis tentang cara pemenuhan persyaratan dan pengisian formulir
CSDT;
• Pengupayaan bantuan finansial dalam bentuk kredit lunak;
• Penerapan Keppres No. 80 tahun 2003 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri
(Peningkatan Tingkat Komponen Dalam NegeriITKDN) dalam Pelayanan
Kesehatan;
• Penyediaan laboratorium uji produk yang terakreditasi, terutama untukproduk yang
banyak digunakan dan telah diproduksi dalam negeri seperti inkubator,
elektrokardiograf, alat injeksi (spuit), set infus, kantong darah, monitor tanda vital
pasien, perangkat pemeriksaan gigi dan mulut (dental unit), dan.. tempat tidur
pasien;
• Sosialisasi secara efektif kepada pengguna (rumah sakit, dokter) bahwa alat
Risalah Rapat Kerja Kesehatan Nasional (rakerkesnas) Kementerian Kesehatan Tahun 2012
17
kesehatan Indonesia memiliki mutu yang baik, dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan terkait; dan
• Pengendalian harga obat.
3.5
INOVASI PEMBANGUNAN KESEHATAN 01 DAERAH
Ringkasan Materi
..J
Peran serta dan keterlibatan daerah secara aktif sangat diperlukan dalam
mendukung pembangunan kesehatan . Segala kebijakan, program dan prioritas
pembangunan di tingkat Pusat harus mampu diterjemahkan oleh penyelenggara
pembangunan di tingkat daerah sehingga dapat berkontribusi dalam pencapaian
status kesehatan masyarakat.
Penyelenggaran pembangunan kesehatan harus sejalan dengan sistem
peme