Daya Dukung Biofisik Wana Wisata dan Rest Area Urug Kota Tasikmalaya

DAYA DUKUNG BIOFISIK WANA WISATA DAN REST AREA
URUG KOTA TASIKMALAYA

ADE SAEPULLOH ABDUL KHOLIK

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Dukung Biofisik
Wana Wisata dan Rest Area Urug Kota Tasikmalaya adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Ade Saepulloh Abdul Kholik
NIM E34100004

ABSTRAK
ADE SAEPULLOH ABDUL KHOLIK. Daya Dukung Biofisik Wana Wisata dan
Rest Area Urug Kota Tasikmalaya. Dibimbing oleh SAMBAS BASUNI dan RESTI
MEILANI.
Wana Wisata dan Rest Area Urug, dengan luas sebesar 6 Ha, merupakan
hutan produksi yang digunakan sebagai tempat wisata dan rekreasi yang dikelola
oleh KPH Tasikmalaya. KPH Tasikmalaya bekerja sama dengan Pemerintah Kota
Tasikmalaya dan Padepokan Garuda Paksi dalam mengelola kawasan ini.
Pengembangan Wana Wisata dan Rest Area Urug memberikan dampak positif
berupa peningkatan jumlah pengunjung dan membuka lapangan kerja, namun di
sisi lain peningkatan jumlah pengunjung yang tidak terkendali dikhawatirkan akan
memicu terjadinya penurunan kualitas sumberdaya. Karena itu, pengembangan
kawasan ini harus memperhatikan kesesuaian sumberdaya dan daya dukung
kawasannya. Hasil penelitian menunjukkan indeks kesesuaian wisata untuk
kegiatan wisata duduk santai, out bound, berkemah, dan paint ball termasuk

kategori sesuai, sedangkan kegiatan wisata off road termasuk kategori sesuai
bersyarat. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
kunjungan wisatawan pada bulan Maret sebesar 30 orang per hari, di bawah daya
dukung kawasan sebesar 2611 orang per hari. Ini berarti bahwa pengelola masih
dapat meningkatkan jumlah pengunjung ke lokasinya dengan melakukan berbagai
upaya peningkatan.
Kata kunci: biofisik, daya dukung, indeks kesesuaian wisata, Wana Wisata dan Rest
Area Urug, wisatawan

ABSTRACT
ADE SAEPULLOH ABDUL KHOLIK. Biophysical Carrying Capacity of Wana
Wisata and Rest Area Urug Tasikmalaya City. Supervised by SAMBAS BASUNI
and RESTI MEILANI.
Wana Wisata and Rest Area Urug, a tourism and recreation area with 6 ha
coverage, was once a production forest area of managed by KPH Tasikmalaya.
KPH Tasikmalaya managed the area in cooperation with the local government of
Tasikmalaya City, and Padepokan Garuda Paksi. The development of Wana Wisata
and Rest Area Urug provides positive impact of the increasing number of visitors
and job opportunities, but on the other side uncontrollable increase of number of
visitors is posing a threat in triggering a decline in the resource’s quality. Therefore,

the development of this area should consider it’s resources suitability and carrying
capacity. The results showed that tourism suitability index of four tourism activities
conducted in the area, i.e. relaxing, out bound, camping, and paint ball, fell into
appropriate category, while off road activity fell into appropriate with pre requisite
category. The study also showed that the average number of visitors in March was
30 people a day, much lower than the area’s carrying capacity of 2611 people a
day. It means that the management still have the opportunity to increase visitor
number through various expansion programs.
Keywords: biophysics, carrying capacity, tourism suitability index, visitor, Wana
Wisata and Rest Area Urug

DAYA DUKUNG BIOFISIK WANA WISATA DAN REST AREA
URUG KOTA TASIKMALAYA

ADE SAEPULLOH ABDUL KHOLIK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Judul Skripsi : Daya Dukung Biofisik Wana Wisata dan Rest Area Urug
Kota Tasikmalaya
Nama
: Ade Saepulloh Abdul Kholik
NIM
: E34100004

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S
Pembimbing I


Resti Meilani, S.Hut, M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah daya dukung, dengan judul Daya Dukung
Biofisik Wana Wisata dan Rest Area Urug Kota Tasikmalaya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S dan
Resti Meilani, S.Hut, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan banyak
masukan selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini. Penghargaan penulis
sampaikan kepada segenap staf KPH Tasikmalaya, Padepokan Garuda Paksi, Motor
Adventure Urang Tasik, serta masyarakat Kelurahan Urug yang telah membantu

selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga dan sahabat tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014

Ade Saepulloh Abdul Kholik

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Alat dan Obyek Penelitian
Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Analisis Data

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumberdaya Biologi
Sumberdaya Fisik
Indeks Kesesuaian Wisata
Daya Dukung Kawasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
vii
vii
1
1
2
2
3

3
3
3
4
6
8
8
9
10
11
17
17
17
18
19

DAFTAR TABEL
1. Jenis data dan teknik pengambilan data
2. Matriks kesesuaian wisata
3. Kelas, kemiringan, klasifikasi, dan skor kemiringan lahan

4. Status flora dan fauna berdasakan IUCN
5. Pohon yang terdapat di Wana Wisata dan Rest Area Urug
6. Satwa yang ditemukan di Wana Wisata dan Rest Area Urug
7. Kemiringan lahan pada jenis kegiatan wisata
8. Penilaian terhdap matriks kesesuaian wisata
9. Indeks kesesuaian wisata per kegiatan wisata
10. Preferensi responden pengunjung terhadap luasan yang dibutuhkan
11. Luas dan waktu yang disediakan pengelola per kegiatan wisata
12. Daya dukung kawasan per kegiatan wisata

3
4
5
5
8
9
10
10
11
13

14
14

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.

Jalur wisata di Wana Wisata dan Rest Area Urug: (a) Jalur melintasi
hutan (b) Jalur melintasi ladang pertanian masyarakat
7
Sarana dan prasarana di Wana Wisata dan Rest Area Urug: (a) Kantor (b)
Warung cindera mata (c) pondokan (d) Gazebo
8
Karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan
12
Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan
13


DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.

Klasifikasi data berdasarkan Kegiatan Wisata
19
Perhitungan indeks kesesuaian wisata di Wana Wisata dan Rest Area
Urug berdasarkan kegiatan Wisata
20
Perhitungan daya daya dukung kawasan Wana Wisata dan Rest Area
Urug Kota Tasikmalaya berdasarkan kegiatan wisata
22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wana wisata merupakan kawasan yang mempunyai fungsi utama sebagai
tempat berwisata atau rekreasi. Menurut Arief et al. (2001), wana wisata merupakan
kawasan untuk berwisata yang dikelola oleh Perum Perhutani untuk
mengoptimalkan fungsi hutan tanpa mengubah fungsi pokok, yaitu kawasan hutan
produksi atau hutan lindung. Pengembangan wana wisata harus memperhatikan
aspek ekologis, sosial dan budaya, serta ekonomi sehingga pengembangan tersebut
berkelanjutan. Wana wisata berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya wisata
sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi
dengan memelihara integritas kultural, proses ekologi, serta keanekaragaman hayati
(Mulyana 2012). Dengan demikian, pengembangan wana wisata harus disesuaikan
dengan karakteristik bentang alam, sumberdaya alam, serta strategi pemasaran
pariwisata yang efektif dan efisien.
Salah satu wana wisata yang dikelola Perum Perhutani adalah Wana Wisata
dan Rest Area Urug yang terletak di Kota Tasikmalaya. Wana wisata dan Rest Area
Urug adalah hutan produksi yang dialihfungsikan menjadi tempat wisata alam.
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Wana Wisata dan Rest Area Urug terdiri
dari sumberdaya fisik dan sumberdaya biologi. Sumberdaya fisik yang menjadi
daya tarik Wana Wisata dan Rest Area Urug adalah pemandangan alam, bentang
alam, serta fasilitas publik, sedangkan potensi sumberdaya biologi Wana Wisata
dan Rest Area Urug adalah pepohonan dan satwa. Keindahan alam, keragaman flora
dan fauna merupakan komponen obyek dan daya tarik wisata (Pramudia 2008).
Kegiatan pemanfaatan Wana Wisata dan Rest Area Urug sebagai obyek
wisata perlu memperhatikan sumberdaya wisata, baik sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusianya. Keberadaan sarana dan prasarana yang lengkap,
aksesibilitas yang mudah serta kualitas pelayanan yang baik mampu menjadi
pendukung pengembangan kawasan wisata. Sumberdaya pariwisata atau potensi
pariwisata merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata di
suatu daerah atau tempat tertentu (Soekadijo 2000). Namun, permasalahan yang
sering ditemukan di lokasi wisata adalah penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan potensi sumberdaya dan peruntukkannya, serta penggunaan lahan melebihi
daya dukungnya. Apabila hal ini terus berlangsung, maka sumberdaya yang
menjadi obyek wisata akan rusak dan daya tariknya menjadi hilang sehingga
merugikan pengelola, pemerintah, dan masyarakat sekitar obyek wisata.
Salah satu cara mengantisipasi dampak penggunaan lahan dan jumlah
pengunjung yang melebihi daya dukung kawasan adalah dengan memperhatikan
dan memperhitungkan kesesuaian lahan dan daya dukung kawasan. Hal ini
berhubungan dengan keterbatasan kawasan dalam peningkatan ekonomi dan
partisipasi masyarakat dengan mempertahankan nilai perlindungan dan menekan
dampak negatif yang terjadi (Dirawan 2006). Hasil perhitungan kesesuaian lahan
dan daya dukung kawasan dapat membantu pengelola dalam menentukan arah
pengembangan kawasannya.

2
Perumusan Masalah
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata
sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Sektor pariwisata sangat berkaitan dengan sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, serta sumberdaya sosial budaya. Seluruh sumberdaya
mempunyai peranan penting dalam proses pengembangan pariwisata dan rekreasi
pada suatu kawasan wisata. Menurut Soekadijo (2000), sumberdaya pariwisata atau
disebut juga modal atau potensi pariwisata merupakan sesuatu yang dapat
dikembangkan menjadi atraksi wisata di suatu daerah atau tempat tertentu. Hal ini
berkaitan dengan daya tarik wisata, daerah tujuan wisata, dan kawasan strategis
pariwisata.
Wana Wisata dan Rest Area Urug merupakan kawasan untuk berwisata yang
dikelola oleh Perum Perhutani untuk mengoptimalkan fungsi hutan tanpa
mengubah fungsi pokok. Tujuan pembangunan wana wisata oleh Perhutani antara
lain: menyediakan sarana rekreasi bagi masyarakat yang sehat dan murah,
menyediakan sarana pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk penelitian,
merangsang pertumbuhan rasa cinta alam dan lingkungan utamanya bagi generasi
muda, memelihara kelestarian sumber plasma nutfah dan konservasi hutan, tanah,
dan air, menggali potensi ekonomi yang terkandung di dalam hutan melalui
penjualan jasa wisata, serta menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui
perluasan lapangan kerja dan lapangan usaha sebagai dampak dari adanya obyek
wisata hutan (Arief et al. 2001).
Namun pada kenyataannya, pengelola wisata kurang memperhatikan aspek
ekologis, serta sosial dan budaya, dan lebih memperhatikan aspek ekonomi.
Apabila hal tersebut terus berlangsung, maka sumberdaya wisata akan rusak
sehingga merugikan pihak pengelola, pemerintah, dan terutama masyarakat sekitar
kawasan wisata. Mengacu pada uraian tersebut, maka permasalahan yang akan
dijawab melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa besar indeks kesesuaian wisata (IKW) di Wana Wisata dan Rest Area
Urug Kota Tasikmalaya?
2. Berapa besar daya dukung kawasan di Wana Wisata dan Rest Area Urug Kota
Tasikmalaya?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi parameter biofisik dan menghitung indeks kesesuaian wisata
Wana Wisata dan Rest Area Urug Kota Tasikmalaya.
2. Menghitung daya dukung kawasan Wana Wisata dan Rest Area Urug Kota
Tasikmalaya.

3

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata dan Rest Area Urug Kota
Tasikmalaya yang masuk dalam pengelolaan RPH Sukaraja BKPH Singaparna
KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat Banten. Pengumpulan data
dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2014.

Alat dan Obyek Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, meteran,
clinometer, panduan wawancara dan kuisioner, serta kamera. Obyek penelitian
adalah sumberdaya biologi, sumberdaya fisik, serta pengunjung dan pengelola
Wana Wisata dan Rest Area Urug.

Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Data terdiri atas (1) pengelolaan wisata, (2) kegiatan wisata, (3) sarana dan
prasarana, (4) sumberdaya biologi terdiri dari satwa dan pohon yang ditemukan
pada kegiatan wisata, serta (5) sumberdaya fisik terdiri dari kemiringan lahan,
hamparan dataran, tempat duduk, dan sumber air (Tabel 1).
Tabel 1 Jenis data dan teknik pengambilan data
Data yang dibutuhkan
a. Pengelolaan wisata
b. Kegiatan wisata
c. Sarana dan prasarana
d. Sumberdaya biologi
e. Sumberdaya fisik

Sumber data
Pengelola
Pengelola, pengunjung dan
pengamatan lapang
Pengelola dan pengamatan
lapang
Pengamatan lapang
Pengamatan lapang

Teknik pengumpulan data
Wawancara
Wawancara, kuesioner dan
observasi lapang
Wawancara dan observasi
lapang
Observasi lapang
Observasi lapang

Pengambilan data dilakukan melalui wawancara terhadap pengelola,
observasi lapang, penyebaran kuesioner kepada pengunjung, serta penelusuran
dokumen tentang Wana Wisata dan Rest Area Urug. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan panduan pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
penelitian. Observasi lapang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya
biologi, sumberdaya fisik, kegiatan wisata, serta sarana dan prasarana penunjang
kegiatan wisata. Penyebaran kuesioner bertujuan untuk mendapatkan informasi dari
pengunjung mengenai luas area dan rata-rata waktu yang dibutuhkan pengunjung
untuk melakukan kegiatan wisata tertentu. Penentuan responden dilakukan
menggunakan rumus slovin (Kusmayadi & Sugiarto 2002), berdasarkan data
pengunjung pada Bulan Maret 2014, sehingga didapatkan jumlah responden
sebesar 90 orang.

4
Analisis Data

Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk menjelaskan
data penelitian. Menurut Nazir (2003), tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk
membuat deskripsi, atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Indeks Kesesuaian Wisata
Indeks kesesuaian wisata dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang
diperoleh dari penjumlahan nilai dari lima parameter yang diamati pada masingmasing kegiatan wisata dengan tiga kategori penilaian (Tabel 2). Indeks kesesuaian
wisata dihitung berdasarkan persamaan Yulianda (2007) sebagai berikut:
��� = ∑(��/� maks) × 100% Keterangan :
IKW : Indeks Kesesuaian Wisata
Ni
: Skor Parameter ke - i
Nmaks : Skor maksimum dari suatu kategori wisata

Kategori tingkat kesesuaian :
Sesuai
(S)
Sesuai Bersyarat
(SB)
Tidak Sesuai
(N)

: 80% - 100%
: 50% - < 80%
: < 50%

Tabel 2 Matriks kesesuaian wisata
Parameter
Kemiringan
lahan
Status
fauna
Status flora

Hamparan
dataran
Tempat
bersantai
Sumber air

Alat
pelindung
diri

Kategori

Skor

S
SB
N
S
SB
N
S
SB
N
S
SB
N
S
SB
N
S
SB
N
S
SB
N

3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1

Bersantai Out
bound
Landai
Landai
Miring
Miring
Curam
Curam
NE-LC
NE-LC
NT-EN
NT-EN
CR-EX
CR-EX
NE-LC
NE-LC
NT-EN
NT-EN
CR-EX
CR-EX
Rumput Rumput
Tanah
Tanah
Batuan
Batuan
Gazebo
Alam
Ruangan
LS
L
TL

Berkemah

Off road

Landai
Miring
Curam
NE-LC
NT-EN
CR-EX
NE-LC
NT-EN
CR-EX
Rumput
Tanah
Batuan
Baik
Ada
Tidak ada
-

Landai
Miring
Curam
NE-LC
NT-EN
CR-EX
NE-LC
NT-EN
CR-EX
Rumput
Tanah
Batuan
LS
L
TL

Paint
ball
Landai
Miring
Curam
NE-LC
NT-EN
CR-EX
NE-LC
NT-EN
CR-EX
Rumput
Tanah
Batuan
LS
L
TL

Keterangan : Modifikasi Yulianda (2007), Nilai maksimum = 15, - = Tidak dijadikan parameter,
LS= Lengkap dan Standar, L= Lengkap, TL= Tidak Lengkap

5
Identifikasi Kemiringan Lahan
Identifikasi kemiringan lahan merupakan pengukuran terhadap kemiringan
lahan pada kegiatan wisata. Kemiringan lahan menggunakan kelas miring yang
ditetapkan oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), yaitu datar, landai, agak
miring, miring, agak curam, curam, sangat curam (Tabel 3).
Tabel 3 Kelas, kemiringan, klasifikasi, dan skor kemiringan lahan
Kelas
A
B
C
D
E
F
G

Kemiringan
0-3%
> 3-8%
>8-15%
>15-30%
>30-45%
>45-65%
>65%

Klasifikasi
Datar
Landai
Agak miring/bergelombang
Miring/berbukit
Agak curam
Curam
Sangat curam

Skor
3
3
3
2
2
1
1

Identifikasi Status Fauna dan Flora
Identifikasi status fauna dan flora merupakan penentuan status fauna dan flora
berdasarkan kategori yang ditetapkan IUCN. Data fauna dan flora tersebut
digunakan dalam penentuan skor pada jenis kegiatan wisata yang terdapat status
fauna dan flora, yaitu skor 1 untuk extinct-critically endangered, skor 2 untuk
endangered-near threatened, dan skor 3 untuk least concern-not evaluated (Tabel
4).
Tabel 4 Status flora dan fauna berdasarkan IUCN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Simbol
EX
EW
CR
EN
VU
NT
LC
DD
NE

Keterangan
EX : Extinct (Punah)
EW : Extinct in the Wild (Punah di alam)
CR : Critically Endangered (Kritis)
EN : Endangered (Genting atau terancam)
VU : Vulnerable (Rentan)
NT : Near Threatened (Hampir terancam)
LC : Least Concern (Berisiko rendah)
DD : Data Deficient (Informasi kurang)
NE : Not Evaluated (Belum dievaluasi)

Skor
1
1
1
2
2
2
3
3
3

Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri digunakan untuk untuk melindungi dan meminimalisir
ketika terjadi kecelakaan pada kegiatan wisata. Alat pelindung diri yang sesuai
dengan kebutuhan kegiatan wisata akan memberikan rasa aman dan terhindar dari
kecelakaan. Kegiatan wisata di Wana Wisata dan Rest Area yang membutuhkan
alat pelindung diri seperti: out bound, off road, dan paint ball.

Analisis Daya Dukung Kawasan
Analisis daya dukung kawasan pada obyek wisata dilakukan untuk
mengetahui kemampuan obyek wisata alam dapat menampung jumlah wisatawan
pada luas dan satuan waktu tertentu. Daya dukung dapat dihitung dengan rumus
Boullon (1985) dalam Renita (2013).
y
Daya Dukung =


6
Koefesien rotasi =



Daya dukung kawasan per hari = DD × koefesien rotasi × IKW

Perhitungan daya dukung kawasan pada Wana Wisata dan Rest Area Urug
didasarkan atas kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan. Setiap kegiatan
wisata memiliki daya dukung kawasan dan perhitungan yang berbeda. Berikut
adalah perhitungan untuk kegiatan wisata berdasarkan rumus Boullon (1985) yang
disesuaikan dengan kondisi di lapang:
Daya dukung = (d1+d2+d3+d4)
Daya dukung kawasan per hari = (d1+d2+d3+d4) × (koefesien rotasi)
d1 = luas area yang disediakan / rata-rata luas kenyamanan individu (m2)
d2 = jumlah sarana 1 yang disediakan pengelola untuk wisatawan (orang)
d3 = sarana 2 yang disediakan pengelola untuk wisatawan (orang)
d4 = sarana 3 yang disediakan pengelola untuk wisatawan (orang)
Daya dukung = (b1×b2)
Daya dukung kawasan per hari = (b1×b2) × (koefesien rotasi)
b1 = jumlah sarana yang disediakan (m2)
b2 = jumlah maksimum wisatawan per sarana (orang)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Wana Wisata dan Rest Area Urug berada pada blok Urug RPH Sukaraja
BKPH Singaparna KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten
dengan luas 6 ha yang didominansi pohon mahoni. Secara administrasi Wana
Wisata dan Rest Area Urug berada di Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya, sedangkan secara geografis terletak antara 108⁰11’28”- 108⁰11’88”
BT dan 07⁰25’-07⁰25’30” LS. Wana Wisata dan Rest Area Urug didirikan pada
tahun 2011 atas kerja sama pengembangan pariwisata Wana Wisata Urug antara
Pemerintah Kota Tasikmalaya dengan No. 556.31/Perj.21-Ek/2011 dan KPH
Tasikmalaya dengan No. 01/PHBM/PKS/TSM/III/2011 yang diresmikan oleh
Walikota Tasikmalaya dengan tujuan sebagai wisata pendidikan dan rekreasi.
KPH Tasikmalaya bekerja sama dengan Pemerintah Kota Tasikmalaya dan
Padepokan Garuda Paksi dalam mengelola Wana Wisata dan Rest Area Urug. KPH
Tasikmalaya sebagai penyedia lahan, Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga membangun berbagai sarana dan
prasarana, serta Padepokan Garuda Paksi sebagai pelaksana teknis kegiatan wisata.
Waktu kunjungan ke Wana Wisata dan Rest Area Urug dari jam 7.30-16.30 WIB,
dengan harga tiket masuk Rp 5.000,00/ orang. Pengelola menawarkan kegiatan
wisata cukup bervariasi. Pengunjung dapat melakukan kegiatan wisata bersantai,
out bound, lomba kontes burung, dan lomba melukis. Pengunjung yang suka
tantangan bisa melakukan kegiatan wisata off road, dan paint ball. Kegiatan wisata
tersebut disesuaikan dengan permintaan pengunjung, ketersediaan pemandu wisata,
dan cuaca. Kegiatan wisata bersantai, piknik, off road dan berkemah dapat
dilakukan setiap hari karena tidak memerlukan pemandu, sedangkan kegiatan
wisata out bound, flying fox, paint ball, permainan tradisional, lomba melukis, dan

7
kontes burung memerlukan instruktur. Kegiatan wisata bersantai dan piknik
merupakan kegiatan wisata yang paling banyak dilakukan di Wana Wisata dan Rest
Area Urug. Hal tersebut dikarenakan pemandangan yang indah dan udara yang
sejuk yang mendukung untuk kegiatan wisata tersebut. Pengelola juga
menyediakan barak, pondokan, dan areal berkemah bagi pengunjung yang ingin
menginap.
Akses yang mudah dan banyak dilalui kendaraan umum, menjadikan Wana
Wisata dan Rest Area Urug menjadi salah satu ikon hutan kota bagi Kota
Tasikmalaya. Disamping itu, jalur wisata yang ada di Wana Wisata dan Rest Area
Urug berupa jalan beraspal, jalan kerikil batu, serta jalan berhamparan tanah yang
menghubungkan antar kegiatan wisata (Gambar 1). Jalur wisata yang
menghubungkan masing-masing kegiatan wisata tidak hanya menyajikan sensasi
dan pemandangan yang menarik, namun juga tantangan fisik bagi para pengunjung.
Salah satu contohnya adalah pada jalur jalan santai yang melintasi hutan, ladang
pertanian masyarakat, dan pesawahan, sehingga sangat cocok dikunjungi bagi
masyarakat perkotaan.

(a)
(b)
Gambar 1 Jalur wisata di Wana Wisata dan Rest Area Urug: (a) Jalur melintas hutan
(b) Jalur melintasi ladang pertanian

Wana Wisata dan Rest Area Urug memiliki tempat parkir seluas 0,5 Ha.
Penyewaan lahan untuk parkir disesuaikan dengan jenis kendaraan, tarif Rp
2.000,00 untuk kendaraan roda dua, Rp 5.000,00 untuk kendaraan roda empat, dan
Rp 10.000,00 untuk kendaraan roda enam. Pengunjung dapat menikmati kesejukan
Wana Wisata dan Rest Area di tempat yang telah disediakan, seperti gazebo, ruang
terbuka hijau, dan saung (Gambar 2). Pengunjung yang menyewa saung dikenakan
tarif Rp 5.000,00/orang dengan kapasitas 6 orang. Bagi pengunjung yang ingin
mengadakan rapat dapat menggunakan aula dengan kapasitas 300 orang dengan
tarif Rp 400.000,00/hari. Selain itu, pengunjung yang ingin menginap, maka pihak
pengelola menyediakan pondokan dan areal berkemah. Sewa pondokan sebesar Rp
300.000,00/malam, sedangkan sewa areal berkemah sebesar Rp 5.000,00/orang.

8

(a)

(b)

(c)
(d)
Gambar 2 Sarana dan prasarana di Wana Wisata dan Rest Area Urug: (a) Kantor
Warung cindera mata (c) pondokan (d) Gazebo

(b)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumberdaya Biologi
Wana Wisata dan Rest Area Urug memiliki keindahan alam dan daya tarik
wisata. Salah satu potensi sumberdaya daya tersebut adalah sumberdaya biologi
seperti pohon dan satwa. Jenis pohon yang ditemukan di Wana Wisata dan Rest
Area Urug, yaitu: jati, mahoni, sengon, durian, rambutan dan angsana (Tabel 5).
Tabel 5 Pohon yang terdapat di Wana Wisata dan Rest Area Urug
No
1
2
3
4
5
6

Nama Lokal
Jati
Mahoni
Sengon
Durian
Rambutan
Angsana

Nama Ilmiah
Tectona grandis
Swietenia macrophylla
Falcataria molucana
Durio zibethinus
Nephelium lappaceum
Pterocarpus indicus

Status IUCN

Vulnerable
Vulnerable
Not evaluated
Not evaluated
Least concern

Vulnerable

Status pohon yang ditemukan di Wana Wisata dan Rest Area Urug
berdasarkan IUCN (2014) adalah vulnerable (VU, yaitu tumbuhan yang rentan
terhadap kepunahan ), not evaluated (NE, yaitu tumbuhan yang belum dievaluasi

9
keberadaannya), dan least concern (LC, yaitu yaitu tumbuhan dengan resiko
kepunahan rendah).. Pohon berstatus vulnerable yang ditemukan di Wana Wisata
dan Rest Area Urug adalah jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia macrophylla),
dan angsana (Pterocarpus indicus). Pohon berstatus not evaluated yang ditemukan
adalah sengon (Falcataria molucana), dan durian (Durio zibethinus). Pohon yang
ditemukan berstatus least concern adalah rambutan (Nephelium lappaceum).
Pengelolaan Wana Wisata dan Rest Area Urug dari segi flora perlu memperhatikan
status pohon, sehingga diharapkan pohon yang ada tetap terjaga.
Tabel 6 Satwa yang ditemukan di Wana Wisata dan Rest Area Urug
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Lokal
Monyet ekor panjang
Landak
Bondol Jawa
Puyuh Batu
Tekukur biasa
Serak Jawa
Kapinis Rumah
Kacamata biasa
Layang-layang rumah
Bajing

Nama Ilmiah
Macaca fascicularis
Hystrix javanica
Lonchura leucogastroides
Coturnix chinensis
Streptopelia chinensis
Tyto alba
Apus affinis
Zosterops palpebrosus
Delichon dasypus
Callosciurus notatus

Status IUCN
Least concern
Least concern
Least concern
Least concern
Least concern
Least concern
Least concern
Least concern
Least concern
Least concern

Satwa yang ditemukan di Wana Wisata dan Rest Area Urug termasuk kategori
least concern (Tabel 6), yaitu satwa beresiko rendah, yang masih aman dari
kepunahan. Dengan demikian, kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan ini tidak
membahayakan kegiatan konservasi satwa.

Sumberdaya Fisik
Sumberdaya fisik yang menjadi daya tarik Wana Wisata dan Rest Area Urug,
yaitu pemandangan alam dan fasilitas publik. Menurut Kertajaya dan Yuswohadi
(2005), keberadaan sumberdaya fisik menyangkut berbagai aspek fisik seperti
fasilitas publik, sumberdaya alam serta karakteristik dari sumberdaya tersebut.
Sumberdaya fisik yang menjadi parameter dalam pengukuran matriks kesesuaian
wisata adalah kemiringan lahan, hamparan dataran, sarana dan prasarana, serta
sumber air yang ada di Wana Wisata dan Rest Area Urug.
Wana Wisata dan Rest Area Urug mempunyai kemiringan lahan berkisar 013% dengan hamparan dataran berupa tanah dan rumput (Tabel 7). Pengukuran
kemiringan lahan dilakukan pada tempat kegiatan wisata bersantai, out bound,
berkemah, off road, dan paint ball. Kemiringan lahan untuk kegiatan wisata
bersantai, out bound, berkemah, dan paint ball termasuk klasifikasi landai, sehingga
lokasi tersebut layak untuk pelaksanaan kegiatan wisata (Tabel 7). Menurut
Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), kriteria kemiringan lahan untuk kegiatan
wisata adalah 0-8% yang masuk pada klasifikasi landai dan tidak adanya bahaya
banjir yang terjadi di lokasi wisata, sedangkan kemiringan lahan untuk kegiatan
wisata off road termasuk pada kategori agak miring-bergelombang (Tabel 7), yang
memberikan tantangan bagi para pelaku wisata off road. Hamparan dataran yang
digunakan untuk kegiatan wisata bersantai, out bound, berkemah, off road adalah

10
tanah, kecuali untuk kegiatan wisata paint ball yang mayoritas hamparan dataran
rumput (Tabel 7).
Tabel 7 Kemiringan lahan pada lokasi pelaksanaan berbagai jenis kegiatan wisata
No
1
2
3
4
5

Kegiatan
Wisata
Bersantai
Out bound
Berkemah
Off road
Paint ball

Kemiringan

Keterangan

0-7%
0-5%
0-2%
0-13%
0-5%

Datar, dan landai
Datar, dan landai
Datar
Datar, landai, dan agak miring
Datar, dan landai

Hamparan
dataran
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah
Rumput

Sumberdaya fisik yang menjadi parameter kesesuaian wisata adalah tempat
duduk, dan sumber air. Tempat duduk yang tersedia dan dapat digunakan adalah
gazebo, tempat duduk di alam terbuka, dan ruangan (saung) dengan kondisi layak
pakai. Sumber air yang terdapat di Wana Wisata dan Rest Area Urug adalah selokan
dan sungai tadah hujan, serta jamban yang disediakan pengelola. Kondisi jamban
di Wana Wisata dan Rest Area Urug sebagian dalam kondisi baik dan dapat
digunakan, dan sebagian lagi tidak layak pakai.

Indeks Kesesuaian Wisata
Penilaian indeks kesesuaian wisata (IKW) dilakukan terhadap kegiatan wisata
bersantai, out bound, berkemah, off road, dan paint ball. Menurut Yulianda (2007),
kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi
sumberdaya dan peruntukkannya. Penilaian tersebut dilakukan untuk mengetahui
kategori IKW kegiatan wisata yang ada berdasarkan parameter yang ditentukan,
yaitu: kemiringan lahan, status fauna, status flora, hamparan dataran, tempat
bersantai, sumber air, dan alat pelindung diri (Tabel 8).
Tabel 8 Penilaian terhadap matriks kesesuaian wisata
Parameter
Kemiringan lahan
Status fauna
Status flora
Hamparan dataran
Tempat bersantai
Sumber air
APD
Nilai
Keterangan

Bersantai
3
3
2
2
2
12

Out bound
3
3
2
2
2
12

Kegiatan wisata
Berkemah
Off road
3
3
3
3
2
2
2
2
2
1
12
11

Paint ball
3
3
2
3
1
12

: - = Tidak dijadikan parameter, APD = Alat Pelindung Diri

Kemiringan lahan dan status fauna untuk kegiatan wisata di Wana Wisata dan
Rest Area Urug mendapatkan skor 3, yang artinya untuk parameter tersebut sudah
memenuhi kesesuaian wisata (Tabel 9). Namun, parameter status flora, hamparan
dataran, tempat bersantai, dan sumber air mendapatkan skor 2 yang artinya kondisi
tersebut sesuai untuk kegiatan wisata namun membutuhkan peningkatan dan
perbaikan terhadap parameter tersebut, sedangkan alat pelindung diri untuk

11
kegiatan wisata off road dan paint ball mendapatkan skor 1 yang artinya belum
memenuhi kesesuaian wisata dan tidak memiliki ketentuan alat pelindung diri yang
dibutuhkan oleh kegiatan tersebut (Tabel 9). Berdasarkan hasil penilaian terhadap
matriks kesesuaian wisata, maka dilakukan perhitungan dan penjumlahan terhadap
parameter kegiatan wisata yang telah ditentukan. Skor untuk masing-masing
kegiatan wisata bersantai, out bound, berkemah, paint ball adalah 12 dari skor
maksimal 15, sedangkan skor untuk kegiatan wisata off road adalah 11 dari skor
maksimal 15 (Tabel 9). Skor yang diperoleh dari masing-masing kegiatan wisata
tersebut digunakan untuk menghitung indeks kesesuaian wisata di Wana Wisata
dan Rest Area Urug dengan menggunakan persamaan indeks kesesuaian wisata
dengan kategori yaitu: sesuai, sesuai bersyarat, dan tidak sesuai (Lampiran 2).
Tabel 9 Indeks kesesuaian wisata per kegiatan wisata
No
1
2
3
4
5

Kegiatan Wisata
Bersantai
Out bound
Berkemah
Off road
Paint ball

Ni
12
12
12
11
12

Nmaks
15
15
15
15
15

IKW (%)
80
80
80
73,33
80

Kategori
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai bersyarat
Sesuai

Indeks kesesuaian wisata untuk kegiatan wisata bersantai, out bound,
berkemah, dan paint ball masing-masing sebesar 80%, dan masuk kategori sesuai.
Hal tersebut dikarenakan lokasi kegiatan wisata tersebut sudah memperhatikan
potensi dan peruntukannya. Namun, perlu ada penambahan fauna dan penanaman
flora yang beragam sehingga menambah daya tarik wisata. Karena semakin
beragam jenis flora dan fauna, maka semakin menarik untuk dikunjungi (Ismanto
2009). Kegiatan wisata off road memiliki indeks kesesuaian wisata sebesar 73,33%,
hal ini masuk kategori sesuai bersyarat. Menurut Komarullah (2008), kegiatan
wisata yang memiliki kategori sesuai bersyarat menunjukkan kegiatan wisata
tersebut masih sesuai untuk dilakukan, namun perlu perhatian dan perbaikan dalam
pelaksanaannya. Perbaikan yang dapat dilakukan meliputi perbaikan lokasi, serta
perbaikan sarana dan prasarana supaya tidak mengganggu fauna dan flora, serta
pemakaian alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai standar.
Daya Dukung Kawasan
Pengukuran daya dukung kawasan terhadap kegiatan wisata dilakukan agar
pembangunan dan pengembangan yang berkelanjutan dapat tercapai tanpa
mengubah keadaan fisik dan mutu lingkungan sekitarnya. Daya dukung umumnya
melihat dari tiga komponen besar, yaitu fisik, sosial, dan ekologi (Dearden 1997).
Menurut Dirawan 2006, daya dukung dinyatakan sebagai jumlah atau kapasitas
wisatawan yang dapat ditampung dalam suatu ruang tertentu yang tergantung pada
kemampuan sumberdaya wisata. Daya dukung kawasan dipengaruhi oleh kegiatan
wisata yang dilakukan di suatu kawasan. Kegiatan wisata yang dilakukan akan
tergantung pada karakteristik pengunjung yang datang ke suatu kawasan. Karena
itu pengukuran daya dukung perlu memperhatikan karakteristik responden,
termasuk luasan dan waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk melakukan suatu
kegiatan tertentu, serta luasan dan waktu yang disediakan oleh pengelola.

12

Karakteristik Responden Pengunjung
Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan hasil penyebaran
kuesioner kepada 90 pengunjung. Responden dibedakan berdasarkan jenis kelamin,
umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 61%
responden pengunjung yang datang ke Wana Wisata dan Rest Area Urug adalah
laki-laki, sedangkan 39% adalah perempuan. Kecenderungan jumlah pengunjung
laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, hal ini menunjukkan bahwa wisata
yang berbasis alam lebih diminati oleh laki-laki dibandingkan perempuan. Cohen
(1972) dalam Renita (2013) menyatakan pada dasarnya wisata alam menjadi
kegemaran laki-laki yang hobi dengan tantangan dan petualang, sedangkan wanita
pada umumnya cenderung untuk melakukan aktifitas feminin seperti bepergian ke
tempat umum dan tempat belanja (Lary 1998).
Karakteristik pengunjung berdasarkan usia menunjukkan pengunjung yang
datang ke Wana Wisata dan Rest Area Urug 93% pada kisaran antara 16 sampai 30
tahun, dan 7% pada kisaran umur 31 sampai 45 tahun. Hal ini menggambarkan
bahwa wisata alam banyak diminati kaum muda. Yfantidou (2008), juga
menyatakan pengunjung yang berusia 17-50 tahun menginginkan aktifitas wisata
berupa petualang serta menikmati tantangan selama perjalanan menuju obyek
wisata. Hasil tersebut diperkuat oleh Mulyana (2012) yang mengatakan usia antara
15-30 tahun lebih menyukai jenis wisata alam.
Jenis pekerjaan responden yang mengunjungi Wana Wisata dan Rest Area
Urug, sebagian besar berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa yaitu 74% (Gambar
3). Hal ini sebanding dengan usia pengunjung yang berwisata ke Wana Wisata dan
Rest Area Urug pada kisaran 15 sampai 30 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan,
sebesar 59% dari responden adalah tamatan Sekolah Menengah Atas (Gambar 4).
Hal ini menunjukkan bahwa peminat dari Wana Wisata dan Rest Area Urug berasal
dari tingkatan pendidikan menengah, dimana mereka cenderung bisa memahami
dan menikmati lokasi wisata alam. Menurut Sumarwan (2004), tingkat pendidikan
pengunjung mempengaruhi selera, cara pandang, dan persepsi. Renita (2013), juga
menyatakan sebanyak 50% pengunjung yang mengunjung Taman Wisata Alam
Telaga Warna adalah pada tingkat SMA.
Karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan
8%
9%

Pelajar/Mahasiswa

7%

PNS

2%

Pegawai swasta
Wiraswasta
74%

Lainnya

Gambar 3 Karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan

13
Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat
pendidikan
20%

4%

8%
SD
SMP

9%

SMA
Diploma
Sarjana
59%

Gambar 4 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan

Kebutuhan Pengunjung terhadap Luas Area untuk setiap Kegiatan Wisata
Daya dukung kawasan untuk tiap kegiatan wisata ditentukan berdasarkan
kegiatan wisata yang dilakukan, serta luasan dan waktu yang digunakan
pengunjung berdasarkan kenyamanan pengunjung. Jumlah responden yang
melakukan kegiatan wisata bersantai sebanyak 20 orang. Sebagian besar (12 orang)
menyatakan luasan yang dibutuhkan sebesar 1 m2, 6 orang mengatakan luasan yang
dibutuhkan 2 m2, dan 2 orang mengatakan luasan yang dibutuhkan adalah 3 m2
dengan rata-rata waktu yang dibutuhkan adalah 2 jam (Tabel 10).
Tabel 10 Preferensi responden pengunjung terhadap luasan yang dibutuhkan
Kegiatan
wisata
Bersantai

Out bound
Berkemah
Off road
Paint ball

Jumlah responden pengunjung
(orang)
12
6
2
25
31
14
-

Luasan yang dibutuhkan responden
pengunjung (m2)
1
2
3
Lainnya
171
1476
10000
-

Responden kegiatan wisata out bound adalah responden berkelompok
sebanyak 25 orang dari OSIS SMAN 1 Singaparna dengan rata-rata waktu yang
dibutuhkan adalah 3 jam dengan luasan yang dibutuhkan adalah 171 m2. Responden
kegiatan wisata berkemah juga responden berkelompok, yaitu sebanyak 31 peserta
kegiatan saka wana bhakti yang menyatakan membutuhkan waktu 10 jam dengan
luasan 1476 m2. Responden untuk kegiatan off road juga responden berkelompok
dari kelompok Motor Adventure Urang Tasik (MAUT) sebanyak 14 orang dengan
waktu yang dibutuhkan 8 jam dengan dengan luasan area yang dibutuhkan 10000
m2. Selama bulan April (saat penelitian), tidak ada pengunjung yang melakukan
kegiatan paint ball tidak dilakukan , sehingga tidak dapat melakukan penyebaran
kuesioner.

14
Luas Area dan Waktu Kunjungan yang Disediakan Pengelola
Luas area yang ada, kebutuhan area per individu, serta waktu terbuka untuk
kunjungan akan mempengaruhi rata-rata waktu satu kunjungan pengunjung
(Mulyana 2012). Luas area yang disediakan untuk kegiatan wisata bersantai,
outbound, berkemah dan off road, masing-masing sebesar 11000 m2, 171 m2, 1476
m2, dan 10000 m2 (Tabel 11). Kegiatan paint ball masih menggunakan area
berkemah.
Tabel 11 Luas dan waktu yang disediakan pengelola per kegiatan wisata
Kegiatan wisata
Bersantai
Out bound
Berkemah
Off road
Paint ball

Luas yang disediakan (m2)
11000
171
1476
10000
-

Waktu yang disediakan (jam)
9
9
24
9
-

Pengelola Wana Wisata dan Rest Area Urug menyediakan waktu kunjungan
untuk wisatawan selama 9 jam dimulai pada pukul 07.30 sampai pukul 16.30 WIB,
kecuali untuk kegiatan berkemah, disediakan waktu 24 jam. Pemanfatan waktu
tersebut berkaitan dengan efisiensi terhadap interaksi pengunjung, aspek ekologi,
dan keuntungan ekonomi. Menurut Syamsu (2001) dalam Mulyana (2012),
pemanfaatan waktu untuk kunjungan sangat dipengaruhi ketertarikan dan tingkat
kepuasan pengunjung terhadap lokasi wisata. Apabila pengunjung tertarik dan
merasa belum puas menikmati lokasi wisata, mereka akan menggunakan waktu
kunjungan lebih lama, sedangkan apabila pengunjung tidak tertarik dan merasa
puas menikmati lokasi wisata, mereka akan menggunakan waktu kunjungan lebih
pendek.
Daya Dukung Kawasan per Kegiatan Wisata
Pendekatan daya dukung berguna untuk menyediakan sumberdaya secara
optimal dalam mendukung pelayanan produk dan jasa yang dibutuhkan manusia
(Hadi 2005). Oleh karena itu, informasi kebutuhan area per individu, luas area, dan
waktu kunjungan digunakan untuk menduga kapasitas kawasan Wana Wisata dan
Rest Area Urug dalam memberikan pelayanan jasa wisata kepada pengunjung.
Berdasarkan hasil analisis indeks kesesuaian wisata, daya dukung, koefisien rotasi,
maka dihasilkan daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata bersantai, out bound,
berkemah dan off road masing-masing sebesar 2203 orang/hari, 53 orang/hari, 525
orang/hari dan 70 orang/hari (Tabel 12, Lampiran 3).
Tabel 12 Daya dukung kawasan per kegiatan wisata
No
1
2
3
4
5

Kegiatan
Wisata
Bersantai
Out bound
Berkemah
Off road
Paint ball

IKW
0,8
0,8
0,8
0,73
0,8

Daya Dukung
(orang)
612
22
656
1
-

Koefisien
rotasi
4,5
3
1
96
-

Daya Dukung Kawasan
(orang/hari)
2203
53
525
70
-

15
Secara keseluruhan daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata di Wana
Wisata dan Rest Area Urug adalah 2611 orang per hari. Jumlah tersebut merupakan
hasil penjumlahan dari kegiatan wisata bersantai sebesar 2203 orang per hari,
kegiatan wisata out bound sebesar 53 orang per hari, kegiatan wisata berkemah
sebesar 525 orang per hari, dan kegiatan wisata off road sebesar 70 orang per hari.
Daya dukung kawasan lebih besar dibandingkan daya dukung, hal ini dipengaruhi
koefisien rotasi suatu kegiatan. Semakin tinggi koefisien rotasi, maka semakin
banyak daya dukung kawasan. Dan sebaliknya semakin rendah koefisien rotasi,
maka semakin sedikit daya dukung kawasan. Kegiatan wisata off road memiliki
koefisien rotasi 96, dan daya dukung 1 orang, maka daya dukung kawasannya
sebanyak 70 orang per hari, sedangkan kegiatan wisata berkemah memiliki
koefisien rotasi 1, dan daya dukung 656 orang, maka dukung kawasannya sebesar
525 orang per hari. Data pengunjung pada Bulan Maret 2014 sebesar 918 orang,
maka rata-rata kunjungan per harinya adalah 30 orang. Berdasarkan perbandingan
rata-rata kunjungan per hari dengan daya dukung kawasan per hari, maka hanya
0,6% area yang digunakan untuk kegiatan wisata. Hal tersebut menunjukan bahwa
Wana Wisata dan Rest Area Urug belum memaksimalkan potensi sumberdaya
pariwisata dan strategis pemasarannya sehingga masih banyak ruang kosong untuk
pengembangan wisata di Wana Wisata dan Rest Area Urug.
Kenyamanan pengunjung untuk kegiatan wisata bersantai, seperti duduk
santai membutuhkan luasan 1 m2 di ruang terbuka hijau, sedangkan untuk kegiatan
wisata jalan santai, pengunjung membutuhkan luasan 5 m2. Selain itu, pengelola
menyediakan 9 saung yang masing-masing dapat memuat 6 orang, 3 buah gazebo
yang masing-masing dapat memuat 4 orang, 13 tempat duduk yang masing-masing
dapat memuat 2 orang, aula dengan kapasitas 300 orang, serta tempat bersantai
dengan daya tampung 200 orang. Berdasarkan fasilitas tersebut, maka daya dukung
untuk kegiatan duduk santai sebanyak 612 orang dengan koefesien rotasi 4,5 dan
indeks kesesuaian wisata 0,8 sehingga daya dukung kawasan per hari adalah 2203
orang. Kegiatan wisata bersantai memiliki nilai daya dukung kawasan dan koefisien
rotasi tertinggi dibandingkan kegiatan wisata lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan wisata bersantai memiliki prospek yang menguntungkan dari segi ekonomi.
Selain itu, kegiatan wisata bersantai juga bisa dijadikan interaksi sosial dan budaya
sehingga terjadi pertukaran informasi.
Kegiatan wisata out bound terdiri dari flying fox dan games dengan luasan
area 171 m2. Kegiatan wisata out bound memiliki daya dukung sebesar 22 orang,
koefisien rotasi 3, dan indeks kesesuaian wisata 0,8 sehingga daya dukung
kawasannya sebesar 53 orang per hari, sedangkan hasil penelitian Renita (2013)
daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata out bound di Taman Wisata Alam
Telaga Warna adalah sebesar 2442 orang per hari. Perbedaan daya dukung kawasan
di kedua tempat menunjukkan luasan area sangat berpengaruh terhadap daya
dukung kawasan untuk kegiatan wisata out bound. Semakin tinggi daya dukung
kawasan, maka semakin tinggi tingkat kunjungan dan akan semakin
menguntungkan secara ekonomi.
Daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata berkemah di Wana Wisata dan
Rest Area Urug sebesar 525 orang per hari, dengan daya dukung sebesar 656 orang,
koefesien rotasi 1 dan indeks kesesuaian wisata 0,8. Luasan yang disediakan
pengelola untuk kegiatan berkemah sebesar 1476 m2. Luasan yang dibutuhkan
untuk satu dum (tenda) sebesar 9 m2 dengan kapasitas satu dum sebanyak 4 orang.

16
Daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata off road di Wana Wisata dan
Rest Area Urug adalah sebesar 70 orang per hari. Luasan yang disediakan pengelola
sebesar 10000 m2 dengan nilai daya dukung sebesar 1 orang, koefesien rotasi 96
dan nilai indeks kesesuaian wisata 0,73. Luasan untuk kegiatan wisata off road
sangat luas, tetapi daya dukung kawasannya sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa
daya dukung kawasan dipengaruhi oleh jenis kegiatan wisata tertentu yang
membutuhkan luasan area yang luas. Kegiatan wisata paint ball tidak dapat
dihitung daya dukung kawasannya, karena kegiatan wisata paint ball tidak
mempunyai area khusus untuk kegiatan wisata paint ball. Kegiatan wisata paint
ball di Wana Wisata dan Rest Area Urug biasanya dilakukan di area berkemah jika
tidak ada kegiatan berkemah.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Indeks kesesuaian wisata untuk kegiatan wisata duduk santai, out bound,
berkemah, dan Paint ball adalah 80% yang dikategorikan sesuai, sedangkan
indeks kesesuaian wisata untuk kegiatan wisata off road sebesar 73,33% yang
dikategorikan sesuai bersyarat.
2. Daya dukung kawasan Wana Wisata dan Rest Area sebesar 2611 orang per hari,
sedangkan rata-rata kunjungan per hari sebesar 30 orang. Hasil ini
menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan saat ini masih jauh berada
di bawah daya dukung kawasan.
Saran
1.

2.

Kegiatan wisata off road dapat ditingkatkan indeks kesesuaian wisatanya
melalui perbaikan dan pelebaran jalur off road, serta pemakaian alat pelindung
diri yang lengkap dan sesuai standar.
Upaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan diperlukan media promosi, dan
strategi pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA
Arief A, Heri IH, Sri S. 2001. Potensi Alam Wana Wisata Tanjung Papuma Jember
Jawa Timur. [Internet]. [diunduh 2014 May 27]. Tersedia pada:
http://www.beritadaerah.com/pp/potensi%alam%papuma.pdf.
Dearden P. 2007. Carrying capacity and environmental aspects of ecotourism. Di
dalam: Jeffrey B, Michael V, Patrick BD, editor. Ecotourism for Forest
Conservation and Community Development. Proceedings of International

17
Seminar; 1997 January 28-31; Bangkok, Thailand. Bangkok (TH): RECOFTC
Report. 50-51.
Dirawan GD. 2006. Strategi pengembangan ekowisata pada suaka margasatwa
(Studi Kasus: Suaka Margasatwa Mampie Lampoko) [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hadi S. 2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Tataguna Lahan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Ismanto W. 2009. Model pengembangan Kawasan Ekowisata Kars Berkelanjutan
Wediombo Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.
2014. IUCN Red List of Threatened Species. IUCN [Internet]. [diunduh 2014
Mar 17]. Tersedia pada : http://iucnredlist.org/details/
Lary G. 1998. Privilanging the male gaze: gendered tourism landscapes. Annals of
Tourism Research. 27 (4): 884-905.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Kertajaya H, Yuswohadi. 2005. Attracting Tourists Traders Investors:Strategi
Memasarkan Daerah di Era Otonomi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.
Komarullah B. 2008. Studi potensi dan pengelolaan Kawasan Wisata Curug
Sidomba Kabupaten Kuningan, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Kusmayadi, Sugiarto E. 2002. Metodologi Penelitian dalam Bidang
Kepariwisataan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Mulyana E. 2012. Studi pengembangan wisata agro berkelanjutan (Kasus Agro
Wisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan) [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor
Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Pramudia E. 2008. Evaluasi potensi obyek wisata aktual di Kabupaten Agam
Sumatera Barat untuk perencanaan program pengembangan [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Renita. 2013. Analisis finansial dan ekonomi pengembangan Taman Wisata Alam
Telaga Warna sesuai daya dukung kawasan [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Soekadijo RG. 2000. Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata
Sebagai ”Sistemic Linkage”. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Sumarwan. 2004. Perilaku Konsumen, Teori, dan Penerapannya dalam Pemasaran.
Jakarta (ID): Ghalia Indonesia
Yfantidou G. 2008. Tourist roles, gender dan age in Greece: a study of tourist in
Greece. International Journal of Sport Management, Recreation, and Tourism.
1: 14-30.
Yulianda F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya
pesisir berbasis konservasi [makalah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

18
Lampiran 1 Klasifikasi data berdasarkan Kegiatan Wisata
1.

Bersantai
Matriks kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata bersantai
Parameter
Data lapangan
Kemiringan lahan
0-7%
Fauna
Bondol Jawa, Tekukur biasa, Kapinis Rumah, layang-layang
rumah, Bajing
Pohon
Jati, Mahoni, Sengon, Durian, Rambutan, Angsana
Hamparan dataran
Tanah
Tempat bersantai
Gazebo, alam terbuka, dan ruangan

2. Out bound
Matriks kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata out bound
Parameter
Data lapangan
Kemiringan lahan
0-5%
Fauna
Bondol Jawa, Tekukur biasa, Kapinis Rumah, Kacamata biasa,
Bajing
Pohon
Jati, Mahoni, Sengon, Durian, Rambutan, Angsana
Hamparan dataran
Tanah
Alat pelindung diri Helm, sepatu, pakaian panjang

3. Berkemah
Matriks kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata berkemah
Parameter
Data lapangan
Kemiringan lahan
0-2%
Fauna
Landak, Bondol Jawa, Puyuh Batu, Tekukur biasa, Serak Jawa,
Kapinis Rumah, Kacamata biasa, layang-layang rumah, Bajing
Pohon
Jati, Mahoni
Hamparan dataran
Tanah
Luas area
0,15 Ha

4. Off road
Matriks kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata off road
Parameter
Data lapangan
Kemiringan lahan
0-13%
Fauna
Monyet ekor panjang, Landak, Bondol Jawa, Puyuh Batu,
Tekukur biasa, Serak Jawa, Kapinis Rumah, Kacamata biasa,
layang-layang rumah, Bajing
Pohon
Jati, Mahoni, Sengon, Durian, Rambutan, Angsana
Hamparan dataran
Tanah
Alat pelindung diri Helm, sebagian pakai sarung tangan, pakaian panjang, rem blong.

5. Paint ball
Matriks kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata paint ball
Parameter
Data lapangan
Kemiringan lahan
0-5%
Fauna
Landak, Bondol Jawa, Puyuh Batu, Tekukur biasa, Serak Jawa,
Kapinis Rumah, Kacamata biasa, layang-layang rumah, Bajing
Pohon
Jati, Mahoni, Durian
Hamparan dataran
Rumput
Alat pelindung diri -

19
Lampiran 2 Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata berdasarkan Kegiatan Wisata
Rumus perhitungan IKW:
Keterang