Notifikasi Antrian Pesanan Di Rumah Makan Self Service Menggunakan Frekuensi Radio Dengan Model Komunikasi Point-To-Point.

NOTIFIKASI ANTRIAN PESANAN DI RUMAH MAKAN
SELF SERVICE MENGGUNAKAN FREKUENSI RADIO
DENGAN MODEL KOMUNIKASI POINT-TO-POINT

WAHID ANISSUDIN

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Notifikasi Antrian
Pesanan di Rumah Makan Self Service Menggunakan Frekuensi Radio dengan
Model Komunikasi Point-to-Point adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015

Wahid Anissudin
NIM G64100072

ABSTRAK
WAHID ANISSUDIN. Notifikasi Antrian Pesanan di Rumah Makan Self Service
Menggunakan Frekuensi Radio dengan Model Komunikasi Point-to-Point.
Dibimbing oleh HERU SUKOCO.
Cara pemesanan makanan di sebagian rumah makan di Indonesia masih
kurang efektif dan efisien karena pembeli harus menunggu pesanannya selesai
dalam keadaan berdiri. Oleh sebab itu, suatu alat untuk memberikan notifikasi
pesanan makanan yang murah dan sederhana dibuat agar pembeli dapat
menunggu pesanannya dengan nyaman. Penelitian ini bertujuan untuk membuat
alat yang dapat memberikan notifikasi menggunakan frekuensi radio dengan
modulasi digital amplitude shift keying (ASK). Penelitian ini menghasilkan alat
notifikasi pesanan makanan yang terdiri atas 4 pasang perangkat yaitu 4
transmitter untuk di kasir dan 4 receiver untuk pembeli. Alat telah berfungsi

berfungsi dengan baik, namun masih ada sedikit kekurangan. Receiver dapat
menerima sinyal dengan memberikan tanda berupa nyala LED dan buzzer yang
berbunyi. Bel notifikasi dengan antena sepanjang 17 cm dan frekuensi 433 MHz
dapat menempuh jarak 120 m pada luar ruangan dan 40 m sampai 50 m di dalam
ruangan. Pembuatan 4 pasang transmitter dan receiver memerlukan biaya sebesar
Rp400.000,00.
Kata kunci: frekuensi, transmitter, receiver, ASK, modulasi

ABSTRACT
WAHID ANISSUDIN. Order Queue Notification for Self Service Restaurant
Using Radio Frequency with Communication Model Point-to-Point. Supervised
by HERU SUKOCO.
Ordering food at some restaurants in Indonesia is still not effective and
efficient because the buyer has to stand while waiting for the order to be
completed. Because of that matter, a simple and cheap device is made to give a
notification about the buyers food orders so that they can wait for their orders
comfortably. The purpose of this research is to make a device which can give a
notification by using the radio frequency with Amplitude Shift Keying (ASK)
digital modulation. The result of this research is the order notification device
which consists of 4 transmitters for the cashiers and 4 receivers for the buyers.

Basically, the device has been well functioning although there is still a kind of
shortage. The receivers can receive the signal by giving a sign of LED lightening
and buzzer sound. The notification bell with 17 cm antenna and 433 MHz
frequency can go through 120 m in the outdoor area and 40 m to 50 m in the
indoor area. The 4 pairs transmitter and receiver making cost Rp400.000,00.
Keywords: frequency, transmitter, receiver, ASK, modulation

NOTIFIKASI ANTRIAN PESANAN DI RUMAH MAKAN
SELF SERVICE MENGGUNAKAN FREKUENSI RADIO
DENGAN MODEL KOMUNIKASI POINT-TO-POINT

WAHID ANISSUDIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komputer
pada
Departemen Ilmu Komputer

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji:
1 Dr Ir Sri Wahjuni, MT
2 Karlisa Priandana, ST MEng

Judul Skripsi : Notifikasi Antrian Pesanan di Rumah Makan Self Service
Menggunakan Frekuensi Radio dengan Model Komunikasi Pointto-Point
Nama
: Wahid Anissudin
NIM
: G64100072

Disetujui oleh

DrEng Heru Sukoco, SSi MT
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Agus Buono, MSi MKom
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah
radio frekuensi, dengan judul Notifikasi Antrian Pesanan di Rumah Makan Self
Service Menggunakan Frekuensi Radio dengan Model Komunikasi Point-toPoint.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak DrEng Heru Sukoco, SSi MT
selaku pembimbing yang memberikan ilmu baru serta membimbing dari awal
hingga akhir. Terima kasih juga untuk Ibu Karlisa Priandana, ST, M.Eng dan Ibu
Dr. Ir Sri Wahjuni, MT yang telah memberikan banyak saran dalam penelitian ini.
Terima kasih kepada Adita Tarkono, Muliasari Rahmadini, Pak Safrul
Muhammad dan teman-teman di laboratorium Net Centric Computing yang telah

banyak memberikan saran, bantuan, dan ilmu. Terima kasih juga kepada
Fabrication LAB Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor yang bersedia memberikan beberapa bantuan dalam proses
penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan dukungannya. Semoga hasil penelitian ini
bermanfaat.

Bogor, Juli 2015
Wahid Anissudin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE PENELITIAN

2

Identifikasi Masalah

2

Persiapan Alat dan Bahan

3


Perancangan Alat

3

Perakitan Alat

5

Pengujian Sistem

5

Evaluasi

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5


Identifikasi Masalah

5

Persiapan Alat dan Bahan

6

Perancangan Alat

7

Perakitan Alat

10

Pengujian Sistem

11


Evaluasi

13

SIMPULAN DAN SARAN

13

DAFTAR PUSTAKA

14

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Hasil pengujian pengiriman sinyal berdasarkan alamat
Hasil pengujian jarak di luar ruangan
Hasil pengujian jarak di dalam ruangan
Hasil pengujian pengiriman sinyal secara bersamaan
Hasil pengujian pengiriman sinyal di ketinggian yang berbeda

11
12
12
12
13

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Alur penelitian
Alur penggunaan bel
Transmitter (a), receiver (b), IC-PT2262 (c), dan IC-PT2272 (d)
Transmitter (a) dan receiver (b)
Skematik receiver 1
Skematik transmitter 1
IC-PT2262 (a) dan IC-T2272 (b)
Rancangan PCB transmitter 1 (a) dan receiver 1 (b)
Prototype transmitter (a), receiver (b), dan PCB transmitter dan
receiver
10 Rangkaian transmitter (a), receiver (b), dan rangkaian dengan
casing (c)

3
6
6
7
8
9
9
10
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Skema receiver 2
Skema receiver 3
Skema receiver 4
Skema transmitter 2
Skema trasnmitter 3
Skema trasnmitter 4
Deskripsi IC PT-2262
Deskripsi IC PT-2272
Rancangan PCB transmitter 2 ( a ) dan receiver 2 ( b )
Rancangan PCB transmitter 3 ( a ) dan receiver 3 ( b )
Rancangan PCB transmitter 4 ( a ) dan receiver 4 ( b )
Rancangan casing transitter dan receiver

15
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah yang memerlukan layanan dari
satu atau lebih fasilitas pelayanan (Siagian 1987). Timbulnya antrian terutama
tergantung dari sifat kedatangan dan proses pelayanan. Antrian timbul disebabkan
oleh kebutuhan akan layanan melebihi kapasitas pelayanan atau fasilitas layanan,
sehingga pengguna fasilitas yang datang tidak bisa segera mendapat layanan
disebabkan kesibukan layanan.
Saat ini pemesanan makanan di restoran dan kafe berbasis self service
belum efektif dan efisien. Biasanya pembeli harus mengantri panjang di kasir
untuk memesan makanan dan menunggu pesanannya tersedia dikarenakan belum
ada sistem atau alat yang dapat memudahkan hal tersebut. Alat notifikasi untuk
pembeli di berbagai negara telah dimplementasikan, sehingga jika pesanan yang
diinginkan telah selesai maka alat notifikasi yang dibuat akan berbunyi. Alat yang
digunakan berupa bel, saat bel berbunyi maka pembeli dapat mengambil
pesanannya sendiri di kasir. Contoh alat tersebut adalah wireless guest calling
system yang ada di Korea, Amerika, Jepang, dan lain-lain. Harga alat tersebut
sekitar Rp8.000.000,00 untuk 1 transmitter dan 10 receiver (eBay 2015). Pada
penelitian sebelumnya untuk membuat 1 transmitter dan 5 receiver memerlukan
biaya sebesar Rp1.435.000,00 (Arianto 2014). Berdasarkan permasalahan dan
tantangan tersebut, maka sebuah alat yang memberikan kemudahan kepada
pembeli dalam melakukan pemesanan makanan dibuat. Harapannya dengan alat
ini pembeli mendapatkan kemudahan dalam memesan makanan. Tidak hanya itu,
penjual juga dapat menambah keuntungan dengan banyaknya pembeli yang
tertarik untuk tidak antri berdiri.
Alat ini menggunakan sistem transceiver. Transceiver atau transmitter dan
receiver adalah sebuah alat yang menggabungkan kemampuan transmisi dan
resepsi pada circuit yang telah dibagikan. Alat ini juga menggunakan sistem radio
frequency. Radio frequency adalah gelombang yang mengarah kepada gelombang
elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang yang biasa digunakan pada
radio communication. Gelombang radio diklasifikasikan menurut frekuensinya,
yang diukur dalam Kilo Hertz, Mega Hertz, atau Giga Hertz. Pada radio frekuensi
juga terdapat yang namanya sinyal analog dan digital. Sinyal analog adalah sinyal
data dalam bentuk gelombang yang bersifat terus-menerus dan membawa
informasi dengan mengubah karakteristik gelombang. Sinyal digital adalah sebuah
sinyal diskret yang informasinya dilambangkan oleh sederetan sinyal diskret yang
telah ditentukan jumlahnya. Bentuk sinyal digital adalah bilangan biner berupa 0
atau 1 (Li dan Jiang 2013).
Beberapa model komunikasi yang dapat digunakan diantaranya model point
to point, point to multipoint, dan multipoint to multipoint. Point to point adalah
model komunikasi yang informasinya disalurkan dari satu titik menuju ke titik
yang lain. Point to multipoint adalah model komunikasi yang informasinya
disalurkan dari satu titik menuju ke banyak titik. Multipoint to multipoint adalah
model komunikasi yang informasinya disalurkan dari banyak titik menuju ke
banyak titik (Stallings 2007).

2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah:
1 bagaimana cara membangun suatu alat untuk memberikan notifikasi suatu
antrian di rumah makan berbasis radio frekuensi point to point
2 berapa jauh jarak yang dapat ditempuh untuk mengirim dan menerima
sinyal
3 berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu pasang rangkaian
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah merancang dan merakit bel notifikasi
berbasis frekuensi radio dengan model komunikasi point to point.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ialah membantu pihak penjual rumah makan untuk
mengatur antrian. Pembeli dapat tertarik dengan pelayanan di rumah makan self
service. Manfaat lainnya adalah membantu pembeli untuk menunggu pesanan
dengan lebih nyaman.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ialah merakit alat berupa bel yang memanfaatkan
radio frekuensi dengan model komunikasi point to point. Satu transmitter hanya
dapat memberikan sinyal ke 1 receiver dengan alamat yang telah ditentukan.
Transmitter dan receiver bekerja di frekuensi 433 MHz dan menggunakan
modulasi Amplitude Shift Keying (ASK).

METODE PENELITIAN
Tahap penelitian adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan
penelitian. Tahap-tahapan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan membuat alur penggunaan alat bel
notifikasi di rumah makan. Alur penggunaan bel notifikasi didapatkan dari
masalah yang dialami oleh penjual dan pembeli. Pembeli ingin membeli makanan
namun harus antri berdiri. Penjual kesulitan memberikan pelayanan yang nyaman
untuk pembeli karena banyaknya pembeli yang telah antri.

3

Persiapan Alat dan Bahan
Pada tahap ini ialah menyiapkan bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan
untuk perakitan prototype dan perakitan pada Printed Circuit Board (PCB).

Gambar 1 Alur penelitian
Perancangan Alat
Transmitter dan receiver yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
modulasi ASK. Modulasi adalah gabungan sinyal input dan sinyal pembawa (Li
dan Jiang 2013). Dengan proses modulasi, suatu informasi (biasanya dengan
frekuensi rendah) bisa dimasukkan ke dalam suatu gelombang pembawa. Sinyal
pembawa memberikan respon berupa frekuensi, amplitudo atau fasa. Teknik
modulasi ASK adalah suatu modulasi yang data digitalnya direpresentasikan
dengan cara mengubah-ubah amplitudo gelombang pembawa (Prianto 2010).
Sinyal ASK mentransmisikan data biner ketika data modulasi ON dan OFF.
Sinyal direpresentasikan dalam dua kondisi perubahan amplitudo gelombang
pembawa, yaitu logika “1” dan “0”. Logika “1” direpresentasikan dengan status
ON (ada gelombang pembawa), sedangkan logika “0” direpresentasikan dengan
status OFF (tidak ada gelombang pembawa). Dari dua kondisi tersebut, maka
didapatkan sebuah sinyal yang termodulasi. Modulasi ASK digunakan karena
transmitter dan receiver menggunakan frekuensi tetap selama modulasi namun
amplitudo sinyal pembawa yang diubah-ubah secara proposional terhadap
amplitudo sesaat sinyal pemodulasi. Sinyal pemodulasi adalah sinyal yang berisi
informasi dan sinyal pembawa adalah sinyal dengan frekuensi tinggi yang
ditumpangi oleh sinyal informasi selama proses modulasi.
Pada implementasi di rumah makan jarak yang diperlukan kurang dari 1 km.
Dengan modulasi ASK dan jarak yang kurang dari 1 km, data yang dikirimkan
oleh transmitter jadi lebih kuat terhadap gangguan. Persamaan 1 (Xiong 2006)
merupakan persamaan sinyal pembawa.

4
ct = √

2
cos(2πfc t)
Tb
(1)

Keterangan:
ct = sinyal pembawa
fc = frekuensi sinyal pembawa (Hz)
t = waktu (s)
Tb = periode (s)
Persamaan 2 merupakan sinyal termodulasi, yaitu sinyal pembawa yang
telah digabungkan dengan informasi yang akan dikirimkan. EB merupakan energi
rata-rata sinyal transmisi per bit diperoleh dari Persamaan 3 (Xiong 2006).
Demodulasi adalah proses pembacaan sinyal informasi yang telah dibawa oleh
sinyal pembawa. Cara kerja demodulasi adalah sinyal yang diterima dikalikan
dengan sinyal pembawa yang ada pada Persaman 1 (Xiong 2006) dengan asumsi
sinyal penerima bebas gangguan. Setelah itu akan didapatkan Persamaan 4 (Xiong
2006) yang dilakukan saat demodulasi.
4EB

S t =√

Tb

cos(2πfc t)
(2)

Keterangan:
S (t) = sinyal termodulasi
fc = frekuensi sinyal pembawa (Hz)
π = radian
t = waktu (s)
Tb = periode (s)
EB = energi rata-rata sinyal per bit
Tb

EB = 0.5 ∫
0

Tb

s21

t dt + 0.5 ∫ s22 t dt
0

(3)

Keterangan:
EB = energi rata-rata sinyal transmisi per bit
t = waktu (s)
Tb = periode (s)
s1= bilangan biner 1
s0= bilangan biner 0
2
y(t) = s(t)√ cos(2πfc t)
Tb
(4)

Keterangan:
y (t) = sinyal yang telah termodulasi
fc = frekuensi sinyal pembawa (Hz)
t = waktu (s)
Tb = periode (s)

5

Perakitan Alat
Pada tahap ini, perakitan dimulai dari merakit rangkaian prototype lalu
merakit rangkaian di PCB. Panjang antena ditentukan dari ¼ λ sampai ½ λ dengan
λ panjang gelombang sesuai dengan persamaan 5 (Krauss 1988) sebagai berikut:
λ=c∕f
(5)

Keterangan:
λ = panjang gelombang (m)
c = kecepatan cahaya, 3x108 (m/s)
f = frekuensi (Hz)
Pengujian Sistem
Pada tahap ini, pengujian dilakukan untuk memastikan alat yang telah
dibuat berfungsi dengan baik. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1 Pengujian alamat pada transmitter dan receiver. Pengujian alamat
dilakukan dengan pengiriman sinyal dari transmitter yang alamatnya
sesuai dengan receiver.
2 Pengujian jarak sinyal yang dapat ditempuh. Pengujian ini dilakukan
dengan cara meletakkan receiver di jarak yang berbeda sehingga dapat
ditentukan jarak terjauh yang dapat ditempuh oleh transmitter dan
receiver. Pengujian jarak juga dilakukan di dalam dan di luar ruangan.
3 Pengujian pengiriman sinyal dari transmitter secara bersamaan.
Pengujian ini dilakukan untuk memastikan receiver tidak akan
memberikan tanggapan ketika dua transmitter mengirimkan sinyal
bersamaan.
4 Pengujian di ketinggian berbeda. Pengujian ini dilakukan dengan cara
meletakkan receiver di ketinggian yang berbeda.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mencari kesalahan yang terjadi pada alat pada saat
pengujian. Jika alat tidak berfungsi dengan baik, maka akan dilakukan
pemeriksaan komponen dan jalur di PCB. Jika komponen dan jalur di PCB tidak
ditemukan kesalahan, maka akan dilakukan pemeriksaan pada desain.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Masalah
Rumah makan dengan sistem antrian di kasir menginginkan adanya
keteraturan dalam pelayanan terhadap pembeli. Ketika pembeli banyak yang
datang antrian akan menjadi panjang dan sesak. Hal ini dapat mengurangi tingkat
kenyamanan pembeli karena harus berdiri mengantri dan menunggu lama serta

6
kenyamanan kasir untuk melayani pembeli. Sistem lain yang biasa digunakan oleh
rumah makan adalah dengan menggunakan pelayan antar untuk mengantar
pesanan. Sistem ini memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk
menemukan pembeli.
Oleh karena itu diperlukan suatu sistem untuk menangani masalah tersebut.
Sistem tersebut yaitu jika pesanan makanan telah selesai ada bel notifikasi yang
dapat memberikan notifikasi kepada pembeli. Dengan adanya sistem bel
notifikasi, rumah makan dapat memberikan pelayanan yang nyaman dan pembeli
tidak perlu lagi antri terlalu lama di depan kasir. Kasir tidak lagi mengalami
kesulitan dan lebih nyaman untuk memberikan pelayanan kepada pembeli. Alur
penggunaan bel notifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Alur penggunaan bel

Persiapan Alat dan Bahan
Komponen yang digunakan untuk bel notifikasi terdiri atas transmitter,
receiver, transistor, resistor, push button, buzzer, LED, IC-PT226 dan IC-PT2272,
regulator, kapasitor dan baterai. Komponen utama yang digunakan pada penelitian
adalah transmitter dan receiver dengan frekuensi 433 MHz, IC-PT2262 dan ICPT2272 seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Transmitter (a), receiver (b), IC-PT2262 (c), dan IC-PT2272 (d)

7

Perancangan Alat
Penelitian ini menggunakan transmitter dan receiver yang memiliki
frekuensi 433 MHz. Pin ground (GND) dari masing-masing transmitter dan
receiver disambungkan ke sumber tegangan negatif sedangkan pin VCC
disambungkan ke sumber tegangan positif. Pin data pada transmitter berguna
untuk mengirimkan data ke receiver. Sumber tegangan yang digunakan adalah 9
V. Namun dilakukan pengurangan tegangan dengan menggunakan regulator 7805
untuk menghasilkan sumber tegangan tetap sebesar 5 V untuk melindungi
komponen dan jalur pada PCB agar tidak mengalami kerusakan. Gambar 4
merupakan pin out yang terdapat pada transmitter dan receiver.

Gambar 4 Transmitter (a) dan receiver (b)
Pada penelitian ini, perancangan desain skematik dan desain PCB
menggunakan software EAGLE. Berikut skematik receiver 1 dapat dilihat pada
Gambar 5, sedangkan skematik receiver lainnya dapat dilihat pada Lampiran 1
sampai 3. Perbedaan antara receiver 1 dengan receiver lainnya adalah pin 1
sampai 8 dan pin 10 sampai 13 yang terhubung ke GND.
Skematik transmitter 1 dapat dilihat pada Gambar 6. Skematik transmitter
lainnya dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai 6. Perbedaan antara transmitter 1
dengan transmitter lainnya adalah pin 1 sampai 8 dan pin 10 sampai 13 yang
terhubung ke ground (GND).
Komponen transmitter dirangkai bersama dengan IC PT-2262 dan receiver
dirangkai bersama dengan IC PT-2272. Pada IC PT-2262 dan 2272 terdapat 18
pin yang memiliki fungsi yang berbeda. Pada IC PT-2262 dan IC PT-2272 pin A0
sampai A7 digunakan untuk alamat yang disesuaikan agar alat dapat bekerja
secara point to point. Misalnya, pada PT-2262 pin yang digunakan untuk alamat
adalah A0, maka pada PT-2272 harus menggunakan pin A0 agar tersambung
dengan alamat di PT-2262. Pin VSS disambungkan ke sumber tegangan negatif
sedangkan pin VCC disambungkan ke sumber tegangan positif. Pin DOUT pada
PT-2262 digunakan untuk mengkodekan pengiriman sinyal. Pin OSC digunakan
untuk memanfaatkan frekuensi yang ada pada transmitter. Pin TE berguna untuk
memberikan kode sinyal ke DOUT ketika pin ini ditekan dengan push button. Pin
D0 sampai D3 digunakan untuk memberikan nilai 0 atau 1. Berikut pin out dari
komponen IC-PT 2262 dan IC-PT2272 dapat dilihat pada Gambar 7.
Pengalamatan untuk masing-masing transmitter dan receiver menggunakan
12 bit dari pin 1 sampai 8 dan pin 10 sampai 13. Pin-pin tersebut dihubungkan ke
GND atau floating. Pin 7 sampai 8 dan pin 10 sampai 13 dapat digunakan untuk

8
pengiriman data bernilai 0 atau 1. Pin 7 sampai 8 dan pin 10 sampai 13 bernilai 1
jika dihubungkan dengan resistor dan VCC. Penjelasan pin-pin dari transmitter
dapat dilihat pada Lampiran 7 dan penjelasan pin-pin dari receiver dapat dilihat
pada Lampiran 8 (Princeton Technology Corp 2012).
Setiap pin dapat bernilai 0, 1, atau f (floating) sehingga kemungkinan alamat
yang dapat digunakan adalah 312 (531441) alamat. Namun, dalam penelitian ini
hanya digunakan dua nilai yaitu 0 dan f sehingga kemungkinan alamatnya adalah
212 (4096) alamat. Jika salah satu pin-pin tersebut dihubungkan ke VCC maka
akan bernilai 1, jika dihubungkan ke GND maka akan bernilai 0 dan tidak
terhubung (floating) akan bernilai f karena tidak dihubungkan ke mana pun.

Keterangan pada desain receiver:
IC PT2272:
C1 dan C2: kapasitor 25 V, 100uF
1 Floating
C3 dan C4: kapasitor 0,1uF
2 GND
S1: switch atau push button
3 Floating
D1: dioda 1N4148
4 Floating
R1: 10 K ohm
5 Floating
R2: 220 ohm
6 Floating
R5: 820 K ohm
7 Floating
R6: 220 ohm
8 Floating
LED: LED
9 GND
IC 2: IC PT-2262
10 Floating
T1: transistor 2N2222
11 Floating
SG1: buzzer
12 Floating
IC17805: regulator 5 V
13 Floating
SV1:
14 Tersambung ke DATA
1 Kutub positif (baterai)
15 Tersambung ke R5
2 GND
16 Tersambung ke R5
3 GND
17 Tersambung ke R6
4 DATA
18 Tersambung ke regulator
5 DATA
6 VCC
Gambar 5 Skematik receiver 1

9

IC PT2262:
1 Floating
2 GND
3 Floating
4 Floating
5 Floating
6 Floating
7 Floating
8 Floating
9 GND
10 Floating
11 Floating
12 Floating
13 Tersambung ke R1
14 Tersambung ke GND
15 Tersambung ke R5
16 Tersambung ke R5
17 Tersambung ke R6
18 Tersambung ke regulator
Gambar 6 Skematik transmitter 1

Keterangan pada desain transmitter:
C1 dan C2: kapasitor 25 V, 100uF
C3 dan C4 kapasitor 0,1uF
S1: switch atau push button
D1: dioda 1N4148
R1: 2.7 K ohm
R3: 10 K ohm
R5: 4.7 M ohm
R6: 47 K ohm
LED: LED
IC 2: IC PT-2262
SV1:
1 GND
2 VCC
3 DATA
4 Kutub negatif (untuk baterai)
5 Kutub positif (kutub baterai)

Gambar 7 IC-PT2262 (a) dan IC-T2272 (b)

10

Penggunaan pin untuk alamat hanya menggunakan GND dan floating
dikarenakan gagal memanfaatkan penggunaan pin ke VCC. Sehingga diperoleh
alamat-alamat untuk transmitter 1 dan receiver 1 memiliki alamat 1fffffffffff,
transmitter 2 dan receiver 2 memiliki alamat f1ffffffffff, transmitter 3 dan
receiver 3 memiliki alamat ff1fffffffff, transmitter 4 dan receiver 4 memiliki
alamat fff1ffffffff.
Perakitan Alat

Gambar 8 Rancangan PCB transmitter 1 (a) dan receiver 1 (b)
Setelah perakitan pada breadboard berhasil, tahap selanjutnya adalah
perakitan pada papan PCB. Berikut desain yang telah diletakkan pada papan PCB.
Desain receiver dan transmitter yang sudah dicetak ke PCB dan perakitan bel
notifikasi dapat dilihat pada Gambar 9.
Tahap selanjutnya yaitu perakitan atau menyolder komponen pada papan
PCB. Pada penelitian ini disiapkan 4 pasang transmitter dan receiver. Selanjutnya
adalah merakit komponen ke PCB yang telah dicetak. Berikut adalah transmitter
dan receiver yang telah dirakit. Gambar 10 adalah gambar transmitter dan
receiver yang telah selesai dirangkai dan diberikan casing. Desain casing terdapat
pada Lampiran 12.

Gambar 9 Prototype transmitter (a), receiver (b), dan PCB transmitter dan
receiver

11

Panjang antena adalah ¼ λ sampai ½ λ. Berdasarkan Persamaan 4, diperoleh
panjang gelombang ialah 70 cm. Berdasarkan hal tersebut, panjang antena yang
dapat digunakan ialah 17 cm sampai 35 cm. Pada penelitian ini menggunakan
panjang antena 17 cm.

Gambar 10 Rangkaian transmitter (a), receiver (b), dan rangkaian dengan
casing (c)

Pengujian Sistem
Pada tahap pengujian, pengujian dilakukan pada 4 pasang bel notifikasi.
Tahap pengujian dilakukan berdasarkan skenario pengujian yang telah dirancang.
Transmitter dan receiver yang telah dirangkai akan diujikan berdasarkan alamat
yang telah ditentukan. Transmitter dengan alamat 1fffffffffff, f1ffffffffff,
ff1fffffffff, fff1fffffffff berhasil mengirimkan sinyal kepada receiver yang dengan
alamat 1fffffffffff, f1ffffffffff, ff1fffffffff, fff1fffffffff. Hasil pengujian skenario
pengiriman sinyal dapat dilihat pada Tabel 1. Pengujian pada pengiriman alamat
yang sesuai juga dilakukan, dan didapatkan transmitter dan receiver yang
alamatnya tidak sesuai tidak memberikan tanggapan apapun karena alamatnya
berbeda. Hasil pengujian skenario pengujian pengiriman sinyal menuju alamat
yang tidak sesuai dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengujian pengiriman sinyal berdasarkan alamat
Transmitter/receiver Receiver 1
Receiver 2
Receiver 3
1
Berhasil
Gagal
Gagal
2
Gagal
Berhasil
Gagal
3
Gagal
Gagal
Berhasil
4
Gagal
Gagal
Gagal

Receiver 4
Gagal
Gagal
Gagal
Berhasil

12
Setelah transmitter berhasil mengirimkan sinyal dan receiver berhasil
menerima sinyal, skenario selanjutnya adalah pengujian jarak terjauh yang dapat
ditempuh oleh bel notifikasi. Pengujian dilakukan di ruang berbeda yaitu di dalam
ruangan dan di luar ruangan. Pengujian di dalam ruangan di lakukan di lab Net
Centric Computing (NCC), receiver diletakkan di ruangan yang sama.
Transmitter dibawa sejauh mungkin dari receiver. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Tabel 2. Pengujian di luar ruangan dilakukan di lapangan sepakbola IPB.
Receiver diletakkan di tempat yang jalur lari 100 m, lalu transmitter dibawa
sejauh mungkin untuk menemukan jarak terjauh yang dapat ditempuh. Hasil
pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2 Hasil pengujian jarak di luar ruangan
Transmitter
Receiver
Hasil
1
1
70 m
2
2
120 m
3
3
80 m
4
4
120 m

Tabel 3 Hasil pengujian jarak di dalam ruangan
Transmitter
Receiver
Hasil
1
1
44 m
2
2
48 m
3
3
50 m
4
4
50 m
Jika pengiriman sinyal di frekuensi yang sama dilakukan secara bersamaan,
maka akan terjadi interferensi yang menyebabkan sinyal tumpang tindih karena
berada pada frekuensi yang sama. Oleh sebab itu diperlukan pengujian untuk
memastikan 2 atau lebih transmitter yang melakukan pengiriman sinyal secara
bersamaan, menyebabkan receiver tidak dapat memberikan tanggapan. Hasil
pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil pengujian pengiriman sinyal secara bersamaan
Transmitter
Receiver
Hasil
1 dan 2
1 dan 2
Gagal
1 dan 3
Gagal
1 dan 3
1 dan 4
1 dan 4
Gagal
2 dan 3
2 dan 3
Gagal
2 dan 4
2 dan 4
Gagal
3 dan 4
3 dan 4
Gagal
Pengujian juga dilakukan pada ketinggian yang berbeda. Transmitter selalu
disimpan di lantai 1 dan receiver akan disimpan di lantai 2 dan 3. Pengujian
pengiriman di ketinggian berbeda dilakukan di laboratorium NCC dan FMIPA. Di

13

laboratorium NCC receiver disimpan di lantai 2 dan di FMIPA receiver disimpan
di lantai 3. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil pengujian pengiriman sinyal di ketinggian yang berbeda
No. Transmitter
No
Receiver
Lantai 2
Lantai 3
1
1
Berhasil
Berhasil
2
2
Berhasil
Berhasil
3
3
Berhasil
Berhasil
4
4
Berhasil
Berhasil
Evaluasi
Setelah dilakukan pengujian, terdapat beberapa kekurangan dari alat ini,
yaitu rangkain receiver masih terlalu besar, perakitan masih belum begitu rapi dan
belum adanya tombol switch yang digunakan untuk menyala dan mematikan alat.
Komponen LED masih rentan rusak karena pada saat perakitan tidak rapi
pengerjaannya.
Bel notifikasi pada penelitian sebelumnya memiliki fungsionalitas yang
lebih baik, karena dengan sistem one to many hanya ada 1 transmitter di kasir.
Pada penelitian ini, sistem komunikasi point to point memiliki kekurangan jika
menggunakan bel notifikasi dengan jumlah yang banyak.
Pada penelitian sebelumnya menggunakan sumber tegangan 9 V dan antena
sepanjang 20 cm dapat menempuh jarak 80 cm. Pada penelitian ini dengan sumber
tegangan 5 V dan antena sepanjang 17 cm jangkauan sinyal terjauh di luar
ruangan adalah 120 m dan di dalam ruangan dapat menempuh jarak 44 m sampai
50 m. Seharusnya bel notifikasi pada penelitian sebelumnya dengan sumber
kondisi seperti itu dapat menempuh jangkauan yang lebih jauh.
Pada penelitian sebelumnya transmitter memiliki dimensi panjang 9.5 cm,
lebar 14.5 cm, dan tinggi 3.5 cm. Receiver memiliki ukuran panjang 6.5 cm, lebar
6.5 cm dan tinggi 3.5 cm. Pada penelitian ini transmitter memiliki dimensi
panjang 7.5 cm, lebar 6 cm, dan tinggi 3.5 cm. Receiver memiliki dimensi panjang
8.2 cm, lebar 6 cm, dan tinggi 3 cm.
Evaluasi efisiensi biaya yang digunakan untuk membuat satu pasang bel
notifikasi sebesar Rp100.000,00. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya
yang menggunakan arduino sebagai transmitter dengan 5 receiver membutuhkan
biaya sebesar Rp1.430.000,00 (Arianto 2014), 4 pasang rangkaian yang dirancang
tanpa menggunakan arduino membutuhkan biaya sebesar Rp400.000,00. Sehingga
bel notifikasi yang telah dirangkai memiliki harga yang lebih murah dan dapat
digunakan di rumah makan.

SIMPULAN DAN SARAN
Bel notifikasi yang dibuat sudah dapat berfungsi dengan baik. Namun masih
terdapat kekurangan pada LED yang tidak menyala di beberapa transmitter dan
receiver karena para proses pensolderan masih terdapat kesalahan. Transmitter

14
berhasil mengirimkan sinyal ke pasangan receiver sesuai alamat bit yang telah
ditentukan. Transmitter tidak dapat mengirimkan sinyal secara bersamaan karena
menimbulkan tumpang tindih di frekuensi yang sama. Biaya yang diperlukan
untuk membuat 4 pasang transmitter dan receiver adalah sekitar Rp400.000,00.
Biaya tersebut dapat menggantikan biaya yang dikeluarkan untuk pelayan
pengantar setiap bulannya. Dengan begitu, penjual dapat menghemat
pengeluarannya. Dengan panjang antena sekitar 17 cm sampai 35 cm, bel
notifikasi dapat mencapai jarak terjauh 120 m di luar ruangan dan 50 m di dalam
ruangan.
Untuk selanjutnya diharapkan dapat ditambahkan fungsi getaran pada bel
notifikasi agar pembeli lebih menyadari adanya notifikasi yang diberikan oleh
penjual. Selain itu coba menggunakan komponen surface mounted device (SMD)
yang ukurannya lebih kecil dari komponen yang digunakan pada penelitian ini.
Selanjutnya untuk melakukan pengkodean alamat dengan total 12 bit, 4 bit awal
dapat digunakan untuk menandakan bahwa bel notifikasi tersebut milik suatu
rumah makan, misalnya 4 bit awal 0001 menandakan itu bel notifikasi untuk
rumah makan A, 0010 untuk rumah makan B dan 8 bit sisanya dapat digunakan
untuk pengalamatan pengiriman sinyal dari trasnmitter dan receiver.

DAFTAR PUSTAKA
Arianto AB. 2014. Sistem notifikasi pemesanan makanan berbasis mikrokontroler
dengan radio frequency. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
[Ebay]. 2015. Wireless restaurant paging system. [Internet][Diunduh 2015 Jun 8];
Tersedia pada http://www.ebay.com/itm/SINGCALL-Wireless-RestaurantCoaster-Pager-Guest-Waiting-Paging-System-10-Bells.
Kraus JD. 1988. Antennas: Series in Electrical Engineering, 2th Edition. New
York (US): Mcgraw-Hill.
Li T, Jiang J. 2013. Digital Signal Processing Fundamentals and Applications.
Waltham (US): Academix Press.
Prianto J. 2010. Analisis performansi modulasi QPSK dan 16 QAM terhadap
efisiensi trasnponder pada satelit telkom 1. [skripsi]. Depok (ID): Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia.
Princeton Technology Corp. 2012a. PT2272 Remote Control Decoder.
[Internet][Diunduh 2014 Jan 20]; Tersedia pada http://www.princeton.com.tw.
Princeton Technology Corp. 2012b. PT2262 Remote Control Encoder.
[Internet][Diunduh 2014 Jan 20]; Tersedia pada http://www.princeton.com.tw.
Siagian P. 1987. Penelitian Operasional: Teori dan Praktek. Jakarta (ID): UI
Press
Stallings W.2007. Data and Computer Communications Eighth Editions. Upper
Saddle River (NJ): Pearson Education, Inc.
Xiong F.2006. Digital modulation techniques second edition. Norwood (US):
Artech House.

15

Lampiran 1 Skema receiver 2

Lampiran 2 Skema receiver 3

Lampiran 3 Skema receiver 4

16
Lampiran 4 Skema transmitter 2

Lampiran 5 Skema trasnmitter 3

17

Lampiran 6 Skema trasnmitter 4

Lampiran 7 Deskripsi IC PT-2262

18
Lampiran 8 Deskripsi IC PT-2272

Lampiran 9 Rancangan PCB transmitter 2 ( a ) dan receiver 2 ( b )

19

Lampiran 10 Rancangan PCB transmitter 3 ( a ) dan receiver 3 ( b )

Lampiran 11 Rancangan PCB transmitter 4 ( a ) dan receiver 4 ( b )

20
Lampiran 12 Rancangan casing transitter dan receiver

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Wahid Anissudin dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27
April 1992 dari pasangan bapak Bambang Wiyono dan ibu Farchach. Penulis
merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dengan adik Dwi Putri Istiqomah dan
Ayu Akhjantri Ikrima. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Citra Widya
tahun 1998, SDN serua 6 tahun 2004, SMPN 2 Pamulang tahun 2007, MAN 4
Jakartatahun 2010. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI pada program studi Ilmu Komputer.
Selama menjadi mahasiswa penulis memperoleh beastudi BBM IPB selama
1 semester. Kegiatan penulis di luar akademik yaitu menjadi personalia KOPMA
IPB tahun 2012/2013 dan 2013/2014, anggota KOPMA IPB 2010/2015, pengurus
HIMALKOM 2012/2013 serta serangkaian kepanitiaan kegiatan di dalam dan luar
kampus.
Prestasi yang pernah diraih oleh penulis selama kuliah yakni, juara 3 futsal
ISC tahun 2010/2011 dan 2012/2013, juara 1 futsal ISC 2013/2014. Juara 3 lari
marathon SPIRIT MIPA tahun 2011/2012, 2012/2013, dan 2013/2014. Juara 3 lari
estafet SPIRIT MIPA 2011/2012. PKM kewirausahaan didanai DIKTI tahun 2013,
PKM Karsa Cipta didanai DIKTI tahun 2014.