Papan Komposit Plastik Dari Limbah Padat Pengolahan Kayu Putih.

PAPAN KOMPOSIT PLASTIK DARI LIMBAH PADAT
PENGOLAHAN KAYU PUTIH

NOPITASARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Papan Komposit
Plastik dari Limbah Padat Pengolahan Kayu Putih adalah benar karya saya
denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Nopitasari
NIM E24110005

ABSTRAK
NOPITASARI. Papan Komposit Plastik dari Limbah Padat Pengolahan Kayu
Putih. Dibimbing oleh DEDE HERMAWAN dan SUBYAKTO.
Papan komposit plastik merupakan papan yang terbuat dari limbah padat
pengolahan kayu putih sebagai pengisi, plastik High Density Polyethylene
(HDPE) sebagai matriks, dan Maleic Anhydride (MAH) sebagai Copling Agent.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis kualitas papan komposit plastik
berdasarkan sifat fisis dan mekanisnya. Parameter penelitian ini yaitu perbedaan
penambahan MAH (1%, 3%, dan 5% dari berat plastik), dan rasio bahan pengisi
dengan matriks (40:60, 50:50,dan 60:40). Suhu yang digunakan dalam proses ini
yaitu 170oC selama 15 menit. Standar pengujian sifat fisis dan mekanis yang
digunakan, yaitu berdasarkan JISA 5908-2003 untuk papan partikel. Sifat fisis
terbaik yang dihasilkan dari papan komposit plastik dengan komposisi bahan
pengisi:matriks 40:60, sedangkan sifat mekanis terbaik dihasilkan dari komposisi
bahan pengisi:matriks 60:40. Penambahan MAH sampai dengan 5% dapat

meningkatkan nilai baik sifat fisis maupun mekanis papan komposit plastik. Sifat
fisis dan mekanis papan komposit plastik sudah memenuhi kriteria standar JIS A
5908-2003, kecuali keteguhan lentur.
Kata kunci: HDPE, MAH, limbah kayu putih, papan komposit plastik.

ABSTRACT
NOPITASARI. Wood Plastic Composite Made from Solid WasteProcessing
ofCajuput Oil. Supervised by DEDE HERMAWAN and SUBYAKTO.
Wood plastic composite is composite made from solid waste processing of
cajuput oil as filler,plastic High Density Polyethylene (HDPE) as matrix,
andMaleic Anhydride (MAH) was added as Coupling Agent. The objective of this
research is to determine the quality of wood plastic composite based on physical
and mechanical properties. The effects of MAH addition (1%, 3%, 5% of plastic
weight) and ratio of filler to matrix (40:60, 50:50, 60:40) on the composite
properties were evaluated. The mixture of filler, matrix and MAH was hot pressed
at 170 oC for 15 minutes. The physical and mechanical properties were
testedbased on JIS A 5908-2003 for particleboard. The highest physical properties
of composite was obtained from ratio of filler:matrix 40:60, while the mechanical
properties was ratio of 60:40. Addition of MAH 5% could increase the physical
and mechanical properties. The physical and mechanical properties of wood

plastic composite were met the JIS A 5908-2003, except modulus of elasticity.
Keywords:HDPE, MAH, waste cajuput oil, wood plastic composite

PAPAN KOMPOSIT PLASTIK DARI LIMBAH PADAT
PENGOLAHAN KAYU PUTIH

NOPITASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 ini ialah
Pemanfaatan limbah, dengan judul Papan Komposit Plastik dari Limbah Padat
Pengolahan Kayu Putih.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Dede Hermawan, MSc
dan Prof Dr Ir Subyakto, MSc selaku pembimbing, serta Bapak Sudarmanto, ST
yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan,
motivasi, dan kasih sayangnya, serta semua pihak yang telah membantu yang
tidak bía penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran akan ditampung guna memperbaiki penelitian ini.
Penulis juga berharap semoga penelitian ini bermanfaat.
Bogor, September 2015
Nopitasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

TempatdanWaktuPenelitian

2

Bahan

2

Alat


2

Prosedur Penelitian

3

Prosedur Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

5
12

Simpulan

12


Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR GAMBAR
1
2

3
4
5
6
7

Diagram rata-rata kadar air papan komposit plastik
Diagram rata-rata kerapatan papan komposit plastik
Diagram rata-rata daya serap air papan komposit plastik
Diagram rata-rata pengembangan tebal papan komposit plastik
Diagram rata-rata keteguhan lentur papan komposit plastik
Diagram rata-rata keteguhan patah papan komposit plastik
Ikatan kimia antara HDPE, MAH, dan kayu

6
6
7
9
10
10

11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengukuran sifat fisis dan mekanis papan komposit plastik
2 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan kadar air papan komposit
plastik
3 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan kerapatan papan
komposit plastik
4 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan daya serap air papan
komposit plastik
5 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan pengembangan tebal
papan komposit plastik
6 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan keteguhan lentur papan
komposit plastik
7 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan keteguhan patah papan
komposit plastik
8 Gambar papan komposit plastik

15
15

16
17
18
19
20
21

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan bahan baku dalam produk komposit tidak harus berasal dari
bahan yang berkualitas tinggi tetapi juga dapat menggunakan limbah seiring
dengan timbulnya isu lingkungan, kelangkaan sumber bahan baku, dan
penguasaan teknologi yang semakin maju, salah satunya yaitu limbah plastik.
Plastik merupakan suatu polimer karbon bercabang atau linier yang dapat
dilelehkan atau dilunakkan pada suhu tinggi (Ratna 2010).Menurut data BPS pada
tahun 2010 menunjukkan bahwa penggunaan plastik berkembang secara luas
hingga mencapai 250 juta ton/tahun. Indonesia menduduki peringkat kedua
penghasil jenis sampah plastik, yaitu sebesar 5.4 juta ton/tahun atau 14% dari total
produksi sampah.Jumlah ini diperkirakan terus meningkat karena hampir seluruh
sektor kehidupan mulai dari pengemasan berbagai jenis produk, peralatan rumah
tangga, hingga bangunan maupun otomatif menggunakan plastik.Limbah plastik
menimbulkan masalah lingkungan yaitu penumpukannya dalam jumlah besar di
alam yang sekaligus juga mengganggu kelestarian lingkungan, sehingga perlu
dilakukan upaya untuk memanfaatkan limbah plastik yang semakin banyak. Jenis
plastik yang umum digunakan yaitu High Density Polyethylene (HDPE) dan
Polypropylene (PP).
HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang sedikit lebih aman untuk
digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan
plastik berbahan HDPE dengan makanan atau minuman yang dikemas dengan
plastik jenis ini. Plastik jenis ini diberi kode 2 dan biasanya dipakai untuk botol
susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, dan lain-lain. Sifatsifat plastik HDPE secara umum adalah tahan terhadap zat kimia (misalkan minyak,
deterjen), ketahanan impak cukup baik, memiliki ketahanan terhadap suhu 130-137
o
C, memiliki kerapatan 0.95–0.96 g cm-3, dan tidak tahan terhadap sinar
matahari(Billmeyer1994). Jenis plastik ini dapat digunakan sebagai matriks papan
komposit plastik, dan filler yang umum digunakan yaitu menggunakan kayu.
Minyak kayu putih merupakan hasil proses ekstraksi atau penyulingan dari
daun kayu putih. Persebaran kayu putih di Indonesia sendiri yaitu di Maluku,
Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Taman Nasional Wasur Papua, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Menurut Perum Perhutani (2013) kapasitas
produksi minyak kayu putih seluruh Indonesia yaitu 88 607 ton/tahun, jika
rendemen yang diperoleh yaitu 0.76%, maka limbah yang dihasilkan yaitu 27
981.15 ton/tahun. Salah satu pabrik minyak kayu putih yaituPMKP (Pabrik
Minyak Kayu Putih) Jatimunggul,Perum Perhutani KPH Indramayu merupakan
salah satu pabrik yang memproduksi minyak kayu putih. PMKP sendiri memiliki
3 pabrik,10 ketel pemasak dengan kapasitas 1.3 ton setiap ketelnya. Setiap harinya
dilakukan 6 kali pemasakan dan menghasilkan minyak kayu putih 260 kg/hari
atau sekitar 78 ton/tahun, sehingga limbah destilasi berupa ranting dan daun yang
dihasilkan sekitar 23 322 ton/tahun.Pemanfaatan limbah padat yang telah
dilakukan di daerah tersebut yaitu sebagai bahan bakar boiler 30% dari limbah
kering yang dijadikan briket, bahan bakar untuk keperluan masak sehari-hari
warga, dan sisanya dibiarkan terdekomposisi secara alami.Penelitian ini perlu
dilakukan untuk memanfaatan limbah padat pengolahan kayu putih sebagai filler

2
dan plastik HDPE sebagai matriks untuk pembuatan papan komposit plastik.
Aplikasi produk WPC (Wood Plastic Composite) sangat luas mulai dari sektor
bangunan dan kontruksi, perabotan, otomotif, pertamanan dan eksterior, serta
sektor infrastruktur lainnya (Wardani et al. 2013).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas papan komposit
plastik dari limbah padat pengolahan kayu putih dan plastik HDPE dengan
menggunakan MAH sebagai Coupling Agent berdasarkan uji sifat fisis dan
mekanisnya, khususnya untuk mengetahui pengaruhnya komposisi limbah dari
plastik serta persentase penambahan MAH.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pemanfaatan limbah padat kayu putih dan plastik HDPE dengan menggunakan
MAH sebagai Coupling Agent agar dapat digunakan secara tepat guna dan
diharapkan akan menghasilkan suatu produk papan komposit yang memilki sifat
fisis dan mekanis yang baik.

METODE
TempatdanWaktuPenelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit, dan Laboratorium
Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor, serta Pusat Penelitian Biomaterial, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Cibinong dalam waktu 3 bulan, dari April hingga Juni 2015.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa ranting limbah padat
pengolahan kayu putih dari PMKPJatimunggul KPH Indramayu, plastik daur
ulang HDPE, dan Coupling Agent MAH.
Alat
Alat yang digunakan desikator,pencetak papan, oven,saringan 40-60 mesh,
kempa panas, disflaker, willey mill, Universal Testing Machine (UTM) merk
Shimadzu AG-50kNI dengan kapasitas 5 ton yang digunakan untuk pengujian
sifat mekanis.

3
Prosedur Penelitian
Persiapan bahan
Limbah padat kayu putih dicacah secara manual, kemudian dilakukan dua
kali penggilingan.Pertama menggunakan disflaker kemudian diperhalus lagi
menggunakan willey mill.Setelah itu serbuk disaring dengan saringan 40-60
mesh.Serbuk di oven pada suhu 103±2oC selama 24 jam hingga mencapai kadar
air 5.6%. Jenis plastik yang digunakan yaitu HDPE dengan masing-masing rasio
kayu:plastik (40:60, 50:50, dan 60:40). Plastik HDPE dihancurkan dengan
crussher sampai ukuran 40-60mesh. Banyaknya Coupling Agent yang digunakan
untuk pembuatan WPC dengan ukuran 10 cm x 15 cm x 0.3 cm adalah 1%, 3%,
dan 5% dari berat serbuk plastik yang digunakan dengan target kerapatan 0.9 g
cm3.
Pembuatan Papan Komposit Plastik
Serbuk kayu, HDPE, dan MAH dicampurdan diaduk secara manual
sampai merata. Adonan tersebut dimasukkan ke dalam cetakan dengan ukuran 10
cm x 15 cm x 0.3 cm. Setelah adonan dicetak, kemudian diletakkan diantara dua
plat alumunium. Adonan tersebut dikempa pada suhu 170oC dengan tekanan 40
kgcm-2selama 15 menit. Setelah pengempaan selesai, papan yang dihasilkan
dibiarkan selama 30 menit agar lembaran panil mengeras. Pengondisian dilakukan
selama satu minggu untuk melepaskan tegangan sisa dan distribusi kadar air
merata. Setelah komposit kayu plastik dibuat, maka dilakukan pengujian.
Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian sifat fisis (kadar air, kerapatan,
pengembangan tebal, dan daya serap air), dan pengujian sìfat mekanis (keteguhan
lentur dan keteguhan patah).
Pengujian
Pengujian sifat fisis (kadar air, daya serap air, dan pengembangan tebal)
dan mekanis (keteguhan lentur dan keteguhan patah) dilakukan dengan mengacu
pada standar JIS A 5908-2003.
Kerapatan
Contoh uji berukuran (5 x 5 x 0.3) cm ditimbang berat awalnya (M) dan
dilakukan pengukuran dimensinya (panjang, tebal, dan lebar). Besar nilai
kerapatan ditentukan dengan rumus:
Kerapatan =
keterangan :
M = Massa (g)
V = Volume benda yang diteliti (cm3)



Kadar Air
Contoh uji berukuran (5 x 5 x 0.3) cm ditimbang berat awalnya (BA) lalu
dioven pada suhu (103±2)oC selama 24 jam sampai beratnya konstan (BKT).

4
Setelah itu ditimbang menggunakan timbangan elektrik. Besar nilai kadar air
dihitung dengan rumus:
BA-BKT
KA =

%
BKT
keterangan :
BA
= Berat awal serbuk (g)
BKT = Berat kering tanur serbuk (g)
Daya Serap Air
Contoh uji pada kondisi kering udara berukuran (5 x 5 x 0.3) cm
ditimbang berat awalnya (BA) lalu direndam dalam air selama 24 jam kemudian
ditimbang kembali beratnya (BB).
BB - BA

%
DSA=
BA
keterangan:
DSA = Daya Serap Air
BB = Berat Basah Rendam 24 jam (g)
BA = Berat Awal (g)
Pengembangan tebal
Contoh uji pada kondisi kering udara berukuran (5 x 5 x 0.3) cm ditimbang
tebal awalnya (T1) lalu direndam dalam air selama 24 jam kemudian diukur
kembali tebalnya (T2).
T2 - T1

%
S=
T1
keterangan:
S
= Pengembangan tebal (%)
T2 = Tebal Basah Rendam 24 jam (cm)
T1 = Tebal Awal (cm)
Modulus of Elasticity (MOE)
Contoh uji berukuran (2.5 x 15 x 0.3) cm diuji dengan beban terpusat
berada di tengah bentang papan. Besar MOE ditentukan dengan rumus:
� 3
MOE =
4��ℎ3
keterangan :
MOE = Keteguhan lentur (kgcm-2)
P
= Beban batas proporsi (kg)
Y
= Defleksi yang terjadi (cm)
b
= Lebar contoh uji (cm)
h
= Tebal contoh uji (cm)
L
= Panjang bentang (cm)

5
Modulus of Rupture (MOR)
Contoh uji berukuran (2.5 x 15 x 0.3) cm diuji dengan beban terpusat
berada ditengah bentang papan. Pengujian dilakukan sampai contoh uji
mengalami kerusakan. Besar MOR ditentukan dengan rumus:
3.Pmax.L
MOR=
b. h²
keterangan :
MOR = Keteguhan patah (kgcm-2)
P
= Beban maksimum (kg)
b
= Lebar contoh uji (cm)
h
= Tebal contoh uji (cm)
L
= Panjang bentang (cm)
Analisis Data
Proses pengolahan data penelitian ini menggunakan program microsoft
excel 2007, SPSS versi 22, rancangan acak lengkap (RAL) Faktorial dengan dua
faktor yaitu faktor A adalah rasio serbuk kayu:plastik (A1 = 40:60, A2 = 50:50,
dan A3 = 60:40), dan faktor B adalah persentase penambahan MAH yang
digunakan (B1 = 1%, B2 = 3%, dan B3 = 5%) dengan ulangan sebanyak 4 kali.
Model umum yang digunakan untuk menganalisis kualitas papan komposit plastik
yaitu:
Yijk = µ + Ai+ Bj + (AB)ij + εijk
keterangan:
μ
= Nilai rata-rata pengamatan
Ai
= Pengaruh proporsi campuran filler dengan matriks ke-i
Bj
= Pengaruh penambahan MAH ke-j
(ABij) = Pengaruh interaksi kombinasi filler dengan matriks ke-i dan penambahan
MAH ke-j
εijk
=Pengaruh acak campuran filler dengan matriks ke-i, penambahan MAH
ke-j, dan ulangan ke-k.
Yijk
=Nilai pengamatan sifat fisis dan mekanis pada filler dengan matriks ke-i,
penambahan MAH ke-j, dan ulangan ke-k

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air
Kadar air merupakan perbandingan antara jumlah air yang terdapat dalam
papan komposit plastik terhadap berat keringnya dan salah satu parameter kualitas
papan komposit plastik, dimana semakin tinggi nilai kadar airnya maka semakin
rendah kualitas papannya. Data hasil pengujian kadar air disajikan pada Gambar 1.
Berdasarkan hasil pengujian kadar air papan komposit diperoleh nilai
berkisar 1.54-3.74%. Papan komposit dengan kadar air tertinggi yaitu pada rasio
60:40, MAH 1% yaitu sebesar 3.74%, sedangkan nilai terendah pada rasio 40:60,
MAH 5% yaitu 1.54%. Secara umum nilai rata-rata kadar air untuk rasio 40:60

6

Kadar air (%)

yaitu 1.80%, rasio 50:50 yaitu 2.32%, dan untuk rasio 60:40 yaitu 3.17%
(Lampiran 1).
5,00
4,50
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00

MAH 1%
MAH 3%
MAH 5%

40/60
50/50
60/40
Serbuk kayu putih : HDPE

Gambar 1 Diagram rata-rata kadar air papan komposit plastik
Secara garis besar nilai kadar air yang dihasilkan dalam penelitian ini
sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan maksimal 13%.
Selain itu, penambahan MAH dapat menurunkan nilai kadar air sekitar 10.6% dari
standar yang digunakan. Berdasarkan penelitian Wardaniet al. (2013), yang
menyebutkan bahwa nilai kadar air tanpa penggunaan MAH yaitu 3.00-4.90%.
Rendahnya nilai kadar air dikarenakan banyaknya jumlah matriks yang
ditambahkan ke dalam partikel yang menyebabkan permukaan dan rongga-rongga
partikel pada papan komposit akan lebih merata tertutupi oleh plastik. Hal ini
dikarenakan HDPE bersifat hidrofobic sehingga menghalangi masuknya uap air
ke dalam papan partikel (Hasni 2008). Hal ini sesuai dengan pernyataan
Massijaya et al. (2000), yang menyebutkan bahwa pada umumnya kadar air papan
plastik menjadi lebih rendah daripada bahan bakunya karena adanya perlakuan
papan dan matriks plastik sebagai perekat yang digunakan dapat menurunkan
kemampuan penyerapan air. Berdasarkan hasil pengujian analisis keragaman
(anova) kadar air papan komposit menunjukkan bahwa rasio antara filler dengan
matriks dan penambahan MAH memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
nilai kadar air papan komposit plastik yang dihasilkan (Lampiran 2).
Kerapatan
Kerapatan merupakan perbandingan antara berat papan dengan volumenya.
Semakin tinggi kerapatan papan partikel maka akan semakin tinggi sifat
keteguhannya (Haygreen dan Bowyer 1996). Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai
kerapatan yang diperoleh berkisar 0.92-1.02 g cm-3. Berdasarkan hasil penelitian
nilai kerapatan tertinggi yaitu pada rasio 40:60, MAH 5% yaitu 1.02 g cm-3dan
yang terendah yaitu pada rasio 60:40, MAH 1% yaitu 0.92 g cm-3. Secara umum
nilai rata-rata kerapatan papan komposit plastik untuk rasio 40:60 yaitu 0.99 g cm3
, untuk rasio 50:50 yaitu 0.98 g cm-3, dan untuk rasio 60:40 yaitu 0.94 g cm-3
(Lampiran 1). Semakin banyak jumlah matriks yang ditambahkan nilai kerapatan
yang dihasilkan juga semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan permukaan papan
seluruhnya tertutupi oleh matriks (HDPE) dan filler seluruhnya terikat dengan

7
matriks. Hal ini disebabkan oleh nilai dari kerapatan plastik yang digunakan juga
tinggi yaitu sekitar 0.95-0.96 g cm-3, sedangkan kerapatan target papan komposit
juga 0.9 g cm-3. Penambahan MAH 5% jika dilihat dari grafik menunjukkan
peningkatan, tapi secara statistik tidak berpengaruh nyata (Lampiran3).

1,20

JIS A 5908-2003
0,4 – 0,9 (gcm-3)

Kerapatan (g cm-3)

1,00
0,80
MAH 1%

0,60

MAH 3%

0,40

MAH 5%
0,20
0,00
40/60
50/50
60/40
Serbuk kayu putih : HDPE

Gambar 2 Diagram rata-rata kerapatan papan komposit plastik
Berdasarkan penelitian Febrianto et al. (2010), menyebutkan bahwa
dengan rasio yang sama nilai kerapatan tanpa MAH yaitu 0.77-0.87 g cm-3. Papan
dengan kerapatan yang tinggi memiliki ikatan antara molekul partikel dengan
molekul perekat yang kuat, sehingga molekul air sulit mengisi rongga yang
terdapat dalam papan (Massijaya et al. 2000). Densifikasi yang tinggi akan
menghasilkan ikatan antar partikel yang lebih kuat, penutupan pori yang lebih
baik, serta memendeknya jarak antar serbuk. Secara umum, dengan meningkatnya
komposisi filler maka kerapatan akan semakin menurun. Menurut Han (1990),
menyebutkan bahwa penggunaan MAH meningkatkan jumlah ikatan tak jenuh
yang bertemu dengan permukaan filler kayu pada tingkat tertentu. Penambahan
bahan additif pada papan komposit berfungsi sebagai Coupling Agent yaitu bahan
untuk meningkatkan kekompakan. Hal ini didukung dengan pendapat Sumule dan
Untung (1994) yang menjelaskan bahwa dengan penambahan additif bertujuan
untuk memperbaiki sifat-sifat pada papan plastik tersebut.
Daya serap air
Daya serap air merupakan sifat kemampuan papan untuk menyerap air
selama perendaman di dalam air. Proses perendaman air akan mengisi ruangruang kosong yang ada dalam papan partikel dan mengakibatkan berkurangnya
kontak atau kekompakan antara matriks dengan filler, sehingga air atau uap air
mudah masuk ke dalam papan.
Gambar 3 menunjukkan bahwa hasil pengujian daya serap air diperoleh
nilai berkisar 7.39-20.89%. Daya serap air tertinggi yaitu pada 60:40, MAH 1%
yaitu 20.89%, sedangkan terendah pada rasio 40:60, MAH 5% yaitu 7.39%. Nilai
rata-rata daya serap air secara umum untuk rasio 40:60 yaitu 8.27%, untuk rasio
50:50 yaitu 11.93%, dan untuk rasio 60:40 yaitu 17.23% (Lampiran 1). Nilai daya

8
serap air papan komposit meningkat seiring bertambahnya jumlah filler kayu dan
berkurangnya jumlah matriks plastik yang digunakan. Jika dibandingkan dengan
hasil penelitian Jamilah (2009) hasil yang diperoleh lebih besar. Hasil penelitian
Jamilah (2009) yaitu berkisar 5.28-7.66%, dimana bahan yang digunakan yaitu
limbah batang kelapa sawit dan plastik PE dengan penambahan MAH 5%.

Daya serap air (%)

25,00
20,00
15,00
MAH 1%
10,00

MAH 3%

5,00

MAH 5%

0,00
40/60

50/50
60/40
Serbuk kayu putih : HDPE

Gambar 3 Diagram rata-rata daya serap air papankomposit plastik
Berdasarkan hasil penelitian, nilai daya serap air yang tinggi kemungkinan
disebabkan karena adanya tegangan sisa setelah pengempaan belum sepenuhnya
hilang selama pengkondisian, sehingga menyebabkan celah sebagai keluar
masuknya air. Selain itu tingginya nilai daya serap air disebabkan oleh tidak
seluruh serbuk kayu tertutup oleh matriks, apalagi proses pencampuran dilakukan
secara manual, namun penambahan MAH 5% dapat menurunkan nilai daya serap
air papan komposit plastik. Hal ini sejalan dengan penelitian Fathanah (2011)
yang menyebutkan bahwa penambahan MAH sampai dengan 8% dapat
menurunkan nilai daya serap air hingga 5.8-6.9%. Haygreen dan Bowyer (1996)
menyatakan bahwa selulosa yang terdapat pada filler mampu menyerap air saat
proses perendaman air, karena adanya gaya absorpsi yang merupakan gaya tarik
molekul air pada ikatan hidrogen yang terdapat dalam selulosa tersebut. Sehingga
semakin tinggi kerapatan papan maka ikatan antar partikel akan semakin kompak
dan menyebabkan rongga udara dalam lembaran papan akan semakin kecil.
Nilai daya serap air papan tidak disyaratkan oleh standar JIS A 5908-2003.
Namun demikian pengujian ini dilakukan untuk melihat bagaimana ketahanan
papan terhadap pengaruh cuaca jika papan digunakan untuk penggunaan eksterior.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh papan komposit plastik ini tidak
cocok digunakan untuk penggunaan eksterior karena memiliki daya serap air yang
tinggi. Hasil pengujian daya serap air papan komposit menunjukkan bahwa rasio
antara filler dengan matriks dan penambahan MAH memberikan pengaruh yang
nyata terhadap nilai kadar air papan komposit plastik yang dihasilkan (Lampiran
4).
Pengembangan tebal
Pengembangan tebal merupakan sifat fisis untuk mengetahui perubahan
dimensi tebal papan akibat perendaman dalam air dan untuk mengetahui papan ini
dapat digunakan untuk penggunaan eksterior atau interior (Iswanto 2005).

9
Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai pengembangan tebal rata-rata berkisar 4.1310.14%. Nilai pengembangan tebal tertinggi pada rasio 60:40, MAH 1% yaitu
10.14% dan terendah pada rasio 40:60, MAH 5% yaitu 4.13%. Selain itu nilai
rata-rata secara umum untuk rasio 40:60 yaitu 5.54%, untuk rasio 50:50 yaitu
6.20%, dan untuk rasio 60:40 yaitu 7.96% (Lampiran 1).

Pengembangan tebal (%)

12,00
Maks 12% JIS
A 5908-2003

10,00
8,00

MAH 1%

6,00

MAH 3%
4,00

MAH 5%

2,00
0,00
40/60

50/50
60/40
Serbuk kayu putih : HDPE

Gambar 4 Diagram rata-rata pengembangan tebal papan komposit plastik
Hasil pengujian pengembangan tebal papan komposit menunjukkan bahwa
rasio antara filler dengan matriks dan penambahan MAH memberikan pengaruh
yang nyata terhadap nilai kadar air papan komposit plastik yang dihasilkan
(Lampiran 5). Nilai pengembangan tebal yang dihasilkan dalam penelitian ini
sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan maksimal 12%.
Jika dibandingkan dengan penelitian Jamilah (2009) yang menunjukkan bahwa
pengembangan tebal yang diperoleh yaitu berkisar 0.58-1.22%. Hasil yang
diperoleh nilainya jauh lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan. Gambar 4 menunjukkan bahwa penambahan tebal meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah filler kayu yang ditambahkan dan
berkurangnya jumlah matriks plastik yang ditambahkan. Semakin tinggi nilai
stabilitas dimensi maka kualitas papannya rendah, sehingga papan tersebut tidak
dapat digunakan untuk penggunaan eksterior atau untuk jangka waktu yang lama.
Hal ini dikarenakan sifat mekanis yang dimilikinya akan segera menurun secara
drastis dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama (Massijaya et al. 2000).
Menurut Bowyer et al. (2007) menyebutkan bahwa penyerapan air terjadi karena
adanya gaya absorbsi yang merupakan gaya tarik molekul air pada ikatan
hidrogen yang terdapat dalam selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Keteguhan lentur (MOE)
Keteguhan lentur merupakan ukuran kemampuan kayu untuk
mempertahankan bentuk aslinya akibat adanya beban yang cenderung mengubah
bentuk dan ukuran benda. Nilai MOE ini hanya berlaku sampai dengan batas
proporsi dimana kayu masih bersifat elastis (Bahtiaret al. 2011).
Hasil pengujian keteguhan lentur papan komposit rata-rata berkisar
8098.57-16387.38 kgcm-2. MOE tertinggi pada rasio 60:40, MAH 5% yaitu

10
16387.38 kg cm-2 dan terendah pada rasio 40:60, MAH 1% yaitu 8098.57 kg cm-2.
Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai keteguhan lentur rata-rata rasio
40:60 yaitu 10 654.06 kg cm-2, untuk rasio 50:50 yaitu 12 702.22 kg cm-2, dan
untuk rasio 60:40 yaitu 14 133.35 kg cm-2 (Lampiran 1).
Min 20 400 kg
cm-2 JIS A
5908-2003

MOE (kg cm-2)

20000,00

15000,00
MAH 1%

10000,00

MAH 3%
MAH 5%

5000,00

0,00
40/60

50/50
60/40
Serbuk kayu putih : HDPE

Gambar 5 Diagram rata-rata keteguhan lentur (MOE) papan komposit plastik
Standar JIS A 5908-2003 mensyaratkan nilai minimum keteguhan lentur
untuk papan komposit yaitu 20 400 kg cm-2. Nilai keteguhan lentur yang
dihasilkan oleh penelitian ini masih di bawah standar yang telah ditetapkan,
sehingga papan komposit ini tidak cocok digunakan sebagai bahan bangunan
struktural. Hal ini diduga terjadi karena kurang sempurnanya saat pencampuran
bahan pada saat pengempaan dalam pembuatan papan komposit. Berdasarkan
hasil pengujian MOE, penambahan MAH sampai dengan 5% dapat meningkatkan
sifat mekanis papan secara signifikan (Lampiran 6). Hal ini sesuai dengan
penelitian Fathanah (2011) yang menyebutkan bahwa, penambahan MAH 8%
dapat meningkatkan nilai MOE dibanding dengan penambahan MAH 4%.
Menurut penelitian Febrianto et al. (2010) dengan rasio yang samapapan
komposit plastik tanpa penambahan konsentrasi MAH diperoleh nilai MOE 3
200-4 900 kg cm-2. Semakin tinggi jumlah filler yang ditambahkan, maka nilai
MOE yang dihasilkan akan semakin tinggi, hal ini dikarenakan nilai MOE kayu
lebih tinggi dibanding plastik. Han (1990) posisi MAH pada komposisi tertentu
dalam matriks resin dapat merusak atau menjaga keseimbangan yang memadai
pada perbandingan kuantitatif antara resin matriks yang mengakibatkan
menurunnya kekuatan komposit.
Keteguhan patah (MOR)
Keteguhan patah merupakan kapasitas beban maksimum yang dapat
diterima oleh papan tersebut. Tegangan patah terjadi saat papan menerima beban
maksimum dan pada saat itu kayu mengalami kerusakan, sifat ini disebut dengan
Modulus of Rupture (Bahtiar et al. 2011).
Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keteguhan patah papan
komposit berkisar 132.27-208.27 kg cm-2. Nilai tertinggi keteguhan patah pada
rasio 40:60, MAH 5% yaitu 208.27 kg cm-2dan terendah pada rasio 50:50, MAH
5% 132.27 kg cm-2. Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata

11
rasio 40:60 yaitu 167.51 kg cm-2, untuk rasio 50:50 yaitu 170.67 kg cm-2, dan
untuk rasio 60:40 yaitu 172.15 kg cm-2 (Lampiran 1). Nilai MOR yang diperoleh
dari setiap sampel uji sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang
mensyaratkan minimum 82 kg cm-2.
250,00

Min 82 kg cm-2
JIS A 5908-2003

MOR (kg cm-2)

200,00
150,00
MAH 1%
100,00

MAH 3%
MAH 5%

50,00
0,00
40/60

50/50
60/40
Serbuk kayu putih : HDPE

Gambar 6 Diagram rata-rata keteguhan patah (MOR) papan komposit plastik
Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya jumlah matriks dalam suatu
papan menyebabkan lemahnya interaksi antar bahan, berkurangnya adhesi papan,
akibatnya kekompakan antar bahan semakin rendah. Hal ini menyebabkan
kemampuan papan untuk menahan beban maksimum yang lebih tinggi akan
semakin rendah (Setyawati 2005). Secara umum keteguhan patah menurun seiring
berkurangnya jumlah matriks dan bertambahnya jumlah filler. Penambahan MAH
sampai dengan 5% dapat meningkatkan keteguhan patah sebesar 118.80kgcm-2
(Lampiran 1). Hal ini dikarenakan ikatan antara bahan pengisi dengan matriks
semakin kompak. Berdasarkan penelitian Febranto et al. (2010) menunjukkan
bahwa nilai MOR tanpa MAH yaitu berkisar 7.90–13 kg cm-2. Hasil analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa rasio antara filler dengan matriks tidak memberikan
pengaruh yang nyata, sedangkan penambahan MAH memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap nilai keteguhan patah (Lampiran 7). Penambahan MAH pada
komposit kayu plastik berfungsi untuk meningkatkan daya rekat dan
kekompakkan antara partikel kayu dengan plastik. Menurut Widyasari (2010)
mekanisme ikatan yang terbentuk antara kayu dengan plastik dan penambahan
MAH terlihat pada Gambar 7.

12

Gambar 7 Ikatan kimia antara HDPE, MAH, dan kayu

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Limbah padat pengolahan kayu putih dapat digunakan sebagai bahan
pengisi pada pembuatan papan komposit plastik dan plastik HDPE sebagai
matriks. Berdasarkan hasil penelitian, sifat fisis terbaik yang dihasilkan dari papan
komposit plastik dengan komposisi bahan pengisi: matriks 40:60, sedangkan sifat
mekanis terbaik yaitu dengan komposisi 60:40. Penambahan MAH sampai dengan
5% dapat meningkatkan kualitas sifat fisis dan mekanis papan komposit plastik.
Hasil pengujian papan komposit plastik baik fisis maupun mekanis sudah
memenuhi standar JIS A 5908-2003 kecuali keteguhan lentur.

Saran
Perlu bahan pelapis pada permukaan papan komposit plastik untuk
meningkatkan sifat mekanis dan penampilan papan. Pencampuran filler dengan
matriks sebaiknya menggunakan injection moldingsupaya menghasilkan
campuran yang lebih homogen.

13

DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar ET, Karlinasari L, Mardikanto TR. 2011. Sifat Mekanis Kayu. Bogor. IPB
Press.
Billmeyer FW, JR. 1994. Textbook of Polymer Science. 3-rd edition. New York:
John Wiley & Sons, Inc.
Bowyer JL. Schmulsky R, Haygreen JG. 2007. Forest Products and Wood
Science : An Introduction. 5th Ed. Iowa (US): Iowa State Press.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah Produksi Kayu Bulat oleh Perusahaan
Hak Pengusahaan Hutan Tahun 2009. Jakarta : BPS.
Clemons C. 2002. Wood-Plastic Composites in the United States. Forest Products
Journal 52(6):10-18.
Fathanah U. 2011. Kualitas papan komposit plastik dari sekam padi dan plastik
HDPE daur ulang menggunakan maleic anhydride (MAH) sebagai
compatibilizer. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan 8(2):53-59
Febrianto F, Lubis MJ, Nuryawan F, Risnasari I. 2010. Kualitas papan komposit
dari limbah batang kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq) dan polyethylene
(PE) daur ulang. Jurnal Teknologi Industri Pertanian 19(2):16-20.
Han GS, Shirasih N. 1990. Composite of Wood and Polypropylene IV. In: Wood
Research Society 36(11):976-982
Hasni R. 2008. Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Plastik dan Sekam
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Haygreen JG, Bowyer JL. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar
Terjemahan Hadikusumo SA dan Prawirohatmodjo S. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Iswanto AH. 2005. Upaya pemanfaatan serbuk gergaji kayu sengon dan limbah
plastik polyprophylene sebagai langkah alternatif untuk mengatasi
kekurangan kayu sebagai bahan bangunan. Jurnal Komunikasi Penelitian
17(3):24-27.
Jamilah M. 2009. Kualitas papan komposit dari limbah batang kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq) dan polyethylene (PE) daur ulang skripsi.
Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera Utara.
[JIS] Japanese Industrial Standard. 2003. Japanese Standard Association
Particleboard. JIS A 5098-2003.
Klason C, Kubat J, Stromvall HE. 1984. The efficiency of cellulosic fillers in
common thermoplastics. Part I. Filling without processing aids or coupling
agents. Inter. J. Polim. Mater 10:159-187.
Massijaya MY, Hadi YS, Tambunan B, Subari WA. 2000. Penggunaan limbah
plastik sebagai komponen bahan baku papan partikel. Jurnal Teknologi
Hasil Hutan 8(2):18-24.
Perum Perhutani. 2013. Kajian Nilai Sumberdaya Hutan Tak Produktif. Cirebon
(ID): SPH IV Perum Perutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Ratna. 2010. Definisi Plastik. [Internet]. [diunduh 2015 Februari 25]. Tersedia
pada www.chem-is-try.org
Rowell RM, Raymond AY, Judith KR. 1997. Paper and Composites from AgroBased Resources. United State America : CRC Press, Inc.

14
Setyawati D. dan Massijaya YM. 2005. Pengembangan papan komposit
berkualitas tinggi dari sabut kelapa dan polipropilena daur ulang (I): Suhu
dan waktu kempa panas. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 18(2):91-101.
Sumule O dan Untung S. 1994. Bioplastik: Produk Teknologi Tinggi Berwawasan
Lingkungan. Staf Peneliti pada Direktotar Pengkajian Ilmu Dasar dan
Terapan,
BPP
Teknologi
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1994/10/31/0012.html[9 Maret
2015].
Wardani L. Massijaya MY, Faisal M. (2013).Pemanfaatan Limbah Sawit dan
Plastik Daur Ulang (RPP) Sebagai Papan Komposit Plastik.Jurnal Hutan
Tropis1 (1):46-53.
Widyasari R. 2010. Kajian penambahan onggok termoplastis terhadap
karakteristik plastik komposit polietilen[skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

15
Lampiran 1 Hasil pengukuran sifat fisis dan mekanis papan komposit plastik
PT 24
Contoh KA Kerapatan DSA 24
MOE
MOR
jam
No
uji
(%)
(gcm-3)
jam (%)
(kgcm-2)
(kgcm-2)
(%)
1
A1B1 2.00
0.98
8.83
7.33
8 098.57
150.11
2
A1B2 1.85
0.98
8.60
5.16
10 237.57
166.21
3
A1B3 1.54
1.02
7.39
4.13
13 626.03
186.22
Rata1.80
0.99
8.27
5.54
10 654.06
167.51
rata
Standar
0.23
0.02
0.77
1.64
2 787.17
18.09
deviasi
4
A2B1 2.65
0.97
13.76
7.23
11 107.96
132.27
5
A2B2 2.28
0.98
11.29
6.72
12 895.38
171.91
6
A2B3 2.03
1.00
10.74
4.66
14 103.31
207.82
Rata2.32
0.98
11.93
6.20
12 702.22
170.67
rata
Standar
0.31
0.02
1.61
1.36
1 506.99
37.79
deviasi
7
A3B1 3.74
0.92
20.89
10.14
12 006.89
139.42
8
A3B2 3.52
0.94
16.82
6.98
14 005.78
168.77
9
A3B3 2.25
0.95
13.97
6.76
16 387.38
208.27
Rata3.17
0.94
17.23
7.96
14 133.35
172.15
rata
Standar
0.80
0.02
3.48
1.89
2 193.03
34.55
deviasi
Lampiran 2 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan kadar air papan
komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kadar air
Type III Sum
Source
df
Mean Square
F
of Squares
Corrected Model
17.857a
8
2.232
7.083
Intercept
215.297
1
215.297 683.152
Perlakuan *
1.233
4
.308
.978
Additif
Perlakuan
12.528
2
6.264 19.876
Additif
4.096
2
2.048
6.499
Error
8.509
27
.315
Total
241.663
36
Corrected Total
26.366
35
a. R Squared = .677 (Adjusted R Squared = .582)

Sig.
.000
.000
.436
.000
.005

16
Kadar air
a,b

Duncan

Jenis Perlakuan

N

1
2
3
Sig.

1
1.79508

12
12
12

Subset
2

3

2.31825
1.000

1.000

3.22317
1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .315.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = .05.

Lampiran 3 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan kerapatan papan
komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kerapatan
Type III Sum
Source
df
Mean Square
F
of Squares
Corrected Model
.032a
8
.004
1.023
Intercept
33.962
1
33.962 8571.497
Perlakuan *
.001
4
.000
.090
Additif
Perlakuan
.024
2
.012
3.047
Additif
.007
2
.003
.866
Error
.107
27
.004
Total
34.101
36
Corrected Total
.139
35

Sig.
.443
.000
.985
.064
.432

a. R Squared = .233 (Adjusted R Squared = .005)

Kerapatan
a,b

Duncan

Kadar Additif
1
3
5
Sig.

Subset
1

N
12
12
12

.95500
.97008
.98875
.226

17
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .004.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = .05.

Lampiran 4 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan daya serap air papan
komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Daya serap air
Type III Sum
Source
df
Mean Square
F
of Squares
Corrected Model
642.560a
8
80.320
17.508
Intercept
5782.360
1
5782.360 1260.424
Perlakuan *
20.195
4
5.049
1.100
Additif
Perlakuan
556.298
2
278.149
60.630
Additif
66.068
2
33.034
7.201
Error
123.866
27
4.588
Total
6548.787
36
Corrected Total
766.426
35

Sig.
.000
.000
.376
.000
.003

a. R Squared = .838 (Adjusted R Squared = .790)

DSA
a,b

Duncan

Jenis Perlakuan
1
2
3
Sig.

N
12
12
12

1
8.27267

The error term is Mean Square(Error) = 4.588.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = .05.

3

11.93258
1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.

Subset
2

1.000

17.81567
1.000

18
Lampiran 5 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan pengembangan tebal
papan komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Pengembangan tebal
Type III Sum
Source
df
Mean Square
F
of Squares
Corrected Model
122.833a
8
15.354
3.849
Intercept
1611.246
1
1611.246 403.926
Perlakuan *
5.419
4
1.355
.340
Additif
Perlakuan
51.029
2
25.515
6.396
Additif
66.385
2
33.193
8.321
Error
107.702
27
3.989
Total
1841.782
36
Corrected Total
230.536
35

Sig.
.004
.000
.849
.005
.002

a. R Squared = .533 (Adjusted R Squared = .394)

Pengembangan tebal
a,b

Duncan

Jenis Perlakuan
1
2
3
Sig.

Subset

N

1
12
12
12

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 3.989.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = .05.

2
5.53783
6.20292
.422

8.32942
1.000

19
Lampiran 6 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan keteguhan lentur papan
komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: MOE
Type III Sum of
Source
df
Mean Square
Squares
Corrected Model
191924489.478a
8
23990561.185
Intercept
5621633303.913
1 5621633303.913
Perlakuan * Additif
7781035.372
4
1945258.843
Perlakuan
73390091.227
2
36695045.614
Additif
110753362.879
2
55376681.439
Error
51815766.523
27
1919102.464
Total
5865373559.914
36
Corrected Total
243740256.001
35

F

Sig.

12.501
2929.303
1.014
19.121
28.856

.000
.000
.418
.000
.000

a. R Squared = .787 (Adjusted R Squared = .724)

MOE
a,b

Duncan

Jenis Perlakuan
1
2
3
Sig.

N
12
12
12

1
10654.05625

1.000

Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1919102.464.
b. Alpha = .05.

3

12701.37233

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

Subset
2

1.000

14133.34742
1.000

20
Lampiran 7 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan keteguhan patah papan
komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: MOR
Type III Sum
Source
df
Mean Square
F
of Squares
Corrected Model
23285.306a
8
2910.663
14.306
Intercept
1041620.618
1 1041620.618 5119.501
Perlakuan *
2209.854
4
552.464
2.715
Additif
Perlakuan
328.949
2
164.474
.808
Additif
20746.503
2
10373.252
50.984
Error
5493.457
27
203.461
Total
1070399.381
36
Corrected Total
28778.763
35

Sig.
.000
.000
.051
.456
.000

a. R Squared = .809 (Adjusted R Squared = .753)

MOR
a,b

Duncan

Jenis Perlakuan
1
2
3
Sig.

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 203.461.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = .05.

Subset
1

N
12
12
12

166.14692
170.66617
173.48600
.245

21
Lampiran 8 Gambar papan komposit plastik

A1

keterangan:
A1 = Serbuk:plastik (40:60)
A2 = Serbuk:plastik (50:50)
A3 = Serbuk:plastik (60:40)

A2

A3

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Tuban pada tanggal 19 Oktober 1992. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Juri dan Ibu Rusni. Penulis
lulus dari pendidikan dasar di SDN WotsogoIV tahun 2005, lalu melanjutkan ke
SMPN 1 Jatirogo dan lulus tahun 2008, dan melanjutkan ke tingkat SMA di
SMAN 1 Jatirogo dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di
Mayor Teknologi Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN
Undangan dan memperoleh beasiswa Bidik Misi.
Penulis mengikuti organisasi mahasiwa yaitu Himpunan Mahasiswa Hasil
Hutan (HIMASILTAN) tahun 2012 sebagai anggota Kelompok Minat
Biokomposit. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan yang ada di
Fakultas Kehutanan, diantaranya divisi konsumsi Bina Corps Rimbawan (BCR)
2012/2013, divisi acara Forester Cup 2012/2013, Sekretaris KOMPAK DHH
2012/2013, HIMASILTAN Care divisi konsumsi tahun 2012/2013 dan 2013/2014,
Up Grading HIMASILTAN sebagai bendahara I tahun 2013/2014, The 5th Fortex
2013 sebagai divisi konsumsi dan The 6th Fortex 2014 sebagai divisi acara dan
lain sebagainya. Penulis pernah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem
Hutan (PPEH) 2013 di Cilacap-Baturaden dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH)
2014 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Taman Nasional Halimun
Salak (TNGHS), KPH Cianjur, Pabrik Gondorukem Sindangwangi, serta Praktek
Kerja Lapang (PKL) di PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo (PT. KTI) pada
19 Januari–19 Maret 2015.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis
melakukan penelitian dengan judul Papan Komposit Plastik dari Limbah Padat
Pengolahan Kayu Putih di bawah bimbingan Bapak Dr Ir Dede Hermawan, MSc
dan Prof Dr Ir Subyakto, MSc.