Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan Pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus Pada Gapoktan Di Kabupaten Subang Dan Bogor Jawa Barat)
KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PENGEMBANGAN KINERJA
PENGURUS GAPOKTAN PADA PROGRAM PENGUATAN
LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT
(Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor)
DENNY ESWANT KOSASIH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Komunikasi Organisasi
dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan
Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada Gapoktan di Kabupaten
Subang dan Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Denny Eswant Kosasih
NRP I352120201
RINGKASAN
DENNY ESWANT KOSASIH. Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan
Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
Masyarakat (Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Bogor Jawa Barat)
dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO dan DJOKO SUSANTO
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga ekonomi petani
terdiri dari beberapa kelompok tani yang memiliki berbagai karakteristik tertentu,
sehingga komunikasi organisasi yang efektif sangat diperlukan. Terciptanya
komunikasi organisasi yang baik, diharapkan iklim komunikasi Gapoktan akan
lebih baik dan kepuasan komunikasi pengurus akan terpenuhi, sehingga Gapoktan
lebih berdaya saing dan berkinerja tinggi.
Tujuan penelitian ini untuk (1) mendeskripsikan karakteristik pengurus
Gapoktan, (2) menganalisis iklim komunikasi Gapoktan, (3) menganalisis
kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan, (4) menganalisis hubungan antara
komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan
iklim komunikasi dan hubungan iklim komunikasi organisasi dengan kepuasan
komunikasi.
Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei. Sumber informasi
penelitian ini adalah 4 pengurus Gapoktan (sekretaris, bendahara, ketua unit
distribusi pangan, dan ketua unit cadangan pangan) di masing-masing Gapoktan
(13 Gapoktan yakni 9 Gapoktan di Kabupaten Subang dan 4 Gapoktan di
Kabupaten Bogor). Proses penarikan sampel diambil dengan cara sensus. Data
dianalisis menggunakan uji korelasi rank Spearman.
Hasil yang diperoleh dari uji korelasi adalah (1) Sebagian besar Gapoktan
memiliki Iklim komunikasi yang baik. Secara umum semua peubah iklim
komunikasi organisasi Gapoktan yang meliputi kepercayaan, pembuatan
keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, mendengar
dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi memiliki
kategori tinggi, (2) Semakin tinggi pengalaman organisasi pengurus Gapoktan
cenderung keterbukaan komunikasi ke bawah pengurus Gapoktan semakin tinggi,
(3) Semakin baik dan beragam format pertemuan yang terjadi pada Gapoktan
maka semakin tinggi perhatian pada tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi
pula kepercayaannya. Semakin jelas dan mudah dipahami materi yang
disampaikan pada saat pertemuan maka semakin semakin tinggi perhatian pada
tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi pula kepercayaannya. Semakin sering
komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan
dilakukan maka akan semakin baik iklim komunikasi, (4) Semakin baik iklim
komunikasi organisasi Gapoktan maka cenderung tingkat kepuasan komunikasi
pengurus Gapoktan semakin baik. Sebagian besar tingkat kepuasan komunikasi
pengurus Gapoktan tergolong tinggi.
Kata Kunci: Komunikasi Organisasi, Iklim Komunikasi, Kepuasan Komunikasi
SUMMARY
DENNY ESWANT KOSASIH. Organizational Communication in Performance
Development of Gapoktan’s Committee Members in Program of Strengthening
Community Food Distribution Social Organization (Case in District of Subang
and Bogor). Supervisied by SARWITITI SARWOPRASODJO and DJOKO
SUSANTO
Gapoktan, stands for gabungan kelompok tani, farmers group union, is a
farmer economical institution, consists of several farmer’s group have specific
characteristics, that an effective organizational communication is needed. The
creation of good organizational communication, communication climate Gapoktan
expected to be better communication and communication satisfaction of
Gapoktan’s committee members will be met, so Gapoktan more competitive and
high performance.
The objective of study are: (1) to identify the characteristic of the
Gapoktan’s committee members, (2) to analyze the communication climate, (3) to
analyze the communication satisfaction, (4) to analyze the relationship between
oganizational communication of performance development of the Gapoktan’s
committee members and communication climate; and correlationship between
communication climate and communication satisfaction.
The study was designed as a research survey. Resources of this research are
four the Gapoktan’s committee members (secretary, treasurer, chairman of the
food distribution unit, and chairman of the food reserves unit) in each Gapoktan
(13 Gapoktan i.e. in distric of Subang (9 Gapoktan) and district of Bogor (4
Gapoktan)). The process of sampling collected by census sampling method.
Spearman Rank Correlation has been used to analyze relationship.
The results showed that: (1) most Gapoktan have good communication
climate . In general all climate variables Gapoktan organizational communication
that includes trust, joint decision making, honesty, openness of communication
down, hear the upward communication and attention to high performance
objectives have high category, (2) the higher the organizational experience
Gapoktan tend openness of communication down Gapoktan higher, (3) The better
and diverse formats Gapoktan meeting that occurs in the higher attention to the
goals of high performance and the higher the confidence . The more clear and
easy to understand the material presented at the meeting , the more the higher the
attention on high performance goals and the higher the confidence. The more
frequent communication organizations in the development of performance
Gapoktan done, the better the communication climate, (4) the better the
communication climate Gapoktan then tends to level organizational
communication satisfaction Gapoktan the better. Most Gapoktan communication
satisfaction level is high.
Keyword: organizational communication, communication climate, communication
satisfaction
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PENGEMBANGAN KINERJA
PENGURUS GAPOKTAN PADA PROGRAM PENGUATAN
LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT
(Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor)
DENNY ESWANT KOSASIH
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Dwi Sadono, M.Si
iii
Judul Tesis : Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus
Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
Masyarakat (Kasus pada Gapoktan Kabupaten Subang dan
Kabupaten Bogor)
Nama
: Denny Eswant Kosasih
NIM
: I352120201
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Ketua
Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc, Agr
Tanggal Ujian: 22 Desember 2014
Tanggal Lulus:
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni sampai Juli 2014
ialah Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan
pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada
Gapoktan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo,
MS dan Bapak Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM selaku pembimbing, serta Dr Ir
Dwi Sadono, M.Si yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Denny Eswant Kosasih
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
4
6
6
2 TINJAUAN PUSTAKA
Program Penguatan-LDPM
Karakteristik Pengurus Gapoktan
Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus
Gapoktan
Iklim Komunikas Organisasi Gapoktan
Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan
State of the Art Hasil Penelitian
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
7
7
12
12
17
19
21
23
25
3 METODE
Desain Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Data dan Instrumentasi
Definisi Operasional
Validasi dan Reliabilitas Instrumen
Pengumpulan dan Analisis Data
26
26
26
26
27
27
30
31
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran Umum Realisasi Program Penguatan-LDPM
Deskripsi Karakteristik Pengurus Gapoktan
Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus
Gapoktan
Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan
Tingkat Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan
Hubungan Karakteristik Pengurus Gapoktan dengan Iklim Komunikasi
Organisasi Gapoktan
Hubungan Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja
Pengurus Gapoktan dengan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan
32
32
34
44
45
46
49
52
53
vi
Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan dengan Tingkat
Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan
54
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
56
56
57
DAFTAR PUSTAKA
58
LAMPIRAN
61
RIWAYAT HIDUP
63
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Koefisien Alpha Cronbach
Koefisien Alpha Cronbach hasil uji coba kuesioner
Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan format pertemuan
Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014
Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan materi dan frekuensi
pertemuan Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang
tahun 2014
Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan iklim komunikasi organisasi
Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014
Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan tingkat kepuasan
komunikasi pengurus Gapoktan di Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Subang tahun 2014
Nilai korelasi karakteristik pengurus gapoktan dengan iklim
komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Subang tahun 2014
Nilai korelasi komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja
pengurus dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014
Nilai korelasi iklim komunikasi organisasi Gapoktan dengan tingkat
kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan di Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Subang tahun 2014
31
31
45
46
47
49
52
53
55
vii
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
Kerangka pikir program Penguatan-LDPM
8
Tahapan pelaksanaan program Penguatan-LDPM
9
Kerangka pemikiran komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja
pengurus Gapoktan pada program Penguatan-LDPM
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
Peta Lokasi Penelitian
61
1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan
nasional. Tiga alasan utama yang melandasi pentingnya ketahanan pangan yaitu:
(i) akses atas pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, beragam dan
bergizi bagi setiap orang merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia; (ii)
konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan
sumberdayamanusia untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif; serta (iii)
ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi
ketahanan nasional suatu negara yang berdaulat. Ketahanan pangan nasional salah
satunya dicirikan dengan ketersediaan pangan yang cukup secara makro (BKP
2014).
Indonesia sebagai wilayah sentra produksi pertanian yang sangat luas,
khususnya padi dan jagung, tersebar pada topografi beragam, sementara
Gapoktan yang berada di wilayah tersebut memiliki keterbatasan sarana prasarana
(produksi, pengolahan, penyimpanan), kepemilikan sarana yang sangat bervariasi,
waktu panen yang tidak bersamaan pada beberapa wilayah, dan iklim yang
kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya. Dengan kondisi
tersebut, petani, kelompoktani maupun Gabungan Kelompoktani (Gapoktan)
selalu dihadapkan pada berbagai masalah antara lain: 1) keterbatasan modal usaha
untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/pemasaran
setelah panen; 2) rendahnya posisi tawar petani pada saat panen raya yang
bersamaan dengan datangnya hujan, dan 3) keterbatasan akses pangan (beras)
untuk dikonsumsi saat mereka menghadapi paceklik karena tidak memiliki
cadangan pangan yang cukup. Dampak dari ketidakberdayaan petani, Poktan
dan/atau Gapoktan tersebut yang tidak dapat melakukan kegiatan pengolahan,
penyimpanan dan pendistribusian/pemasaran hasil produksinya, maka dapat
mempengaruhi: 1) ketidakstabilan harga untuk komoditas gabah/beras dan jagung
di wilayah sentra produksi pada saat terjadi panen raya, dan 2) kekurangan
pangan (beras) pada saat musim paceklik ataupun gagal panen (BKP 2014).
Gapoktan sebagai wadah atau gabungan dari Poktan dan petani di
wilayahnya harus mampu mengatasi kelangkaan akses pangan pada saat
anggotanya menghadapi gagal panen ataupun paceklik melalui pembangunan
cadangan pangan. Hal ini sejalan dengan UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan
(Pasal 23) yang
menjelaskan bahwa dalam mewujudkan Kedaulatan,
Kemandirian dan Ketahanan Pangan, Pemerintah menetapkan Cadangan Pangan
Nasional, yang mana Cadangan Pangan Nasional terdiri dari Cadangan Pangan
Pemerintah, Cadangan Pangan Pemerintah Daerah, dan Cadangan Pangan
Masyarakat. Selanjutnya pada pasal 33 dijelaskan bahwa masyarakat mempunyai
hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan Cadangan Pangan
Masyarakat. Sementara itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
memfasilitasi pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat sesuai kearifan lokal
(BKP 2014).
Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompoktani,
dan/atau Gapoktan terhadap jatuhnya harga gabah, beras dan/atau jagung di saat
2
panen raya dan masalah aksesibilitas pangan, Kementerian Pertanian melalui
Badan Ketahanan Pangan, sejak Tahun 2009 telah melaksanakan kegiatan
Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM). Melalui
kegiatan Penguatan-LDPM, Pemerintah menyalurkan dana bantuan sosial
(bansos) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan
mekanisme disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan, diharapkan Gapoktan
sebagai organisasi sosial yang ada di pedesaan agar mampu dan berdaya dalam
melakukan aktivitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan.
Melalui fasilitas penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama
dengan anggotanya mampu secara swadaya melakukan aktifitas antara lain
membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang
pemasaran pangan dan menyediakan pangan minimal bagi kebutuhan anggotanya.
Penentuan jumlah Gapoktan kepada masing-masing provinsi ditetapkan oleh
tim pusat. Penetapan Gapoktan sesuai dengan kriteria ditentukan oleh tim
pembina provinsi di masing-masing provinsi. Provinsi Jawa Barat merupakan
salah satu provinsi penerima dana Bansos Penguatan-LDPM sejak tahun 2009
sampai 2013 telah memperoleh alokasi jumlah Gapoktan sebanyak 138 Gapoktan.
Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor merupakan penerima dana bansos
untuk kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
Kabupaten Subang memperoleh alokasi dana bansos untuk 9 Gapoktan dan
Kabupaten Bogor untuk 4 Gapoktan, untuk Gapoktan penumbuhan tahun 2009
sampai dengan tahun 2011 telah memasuki tahap pasca kemandirian, sedangkan
Gapoktan penumbuhan tahun 2012 memasuki tahap kemandirian.
Meskipun dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM telah ditetapkan
konsep dan langkah operasional untuk mewujudkan Gapoktan yang mandiri pada
tahun ke-3, namun dalam kenyataannya kematangan dan kesiapan Gapoktan pada
tahap mandiri dan pasca mandiri untuk menjadi organisasi yang mandiri dan
berkelanjutan dalam menjalankan perannya sebagai lembaga distribusi pangan
masyarakat yang mampu untuk berperan dalam menjaga stabilitas harga pangan
pokok di tingkat petani sangat berbeda antar Gapoktan dan masih mengalami
permasalahan. Permasalahan yang dijumpai di lapangan di antaranya: (1)
pemanfaatan dana bansos masih ada yang tidak sesuai dengan rencana usaha
Gapoktan; (2) Gapoktan kesulitan memiliki jaringan pemasaran yang baik; (3)
laporan Gapoktan tidak dibuat dan disampaikan secara periodik; (4) pembukuan
dan administrasi dalam pengelolaan LDPM yang belum sesuai Modul/Pedoman
yang telah ditentukan dan (5) Pendamping belum optimal dalam melakukan
pendampingan dan pembinaan Gapoktan (BKPD 2013).
Dalam setiap organisasi terdapat individu-individu yang berperan sebagai
pemimpin/ketua, pengurus dan sebagian besar lainnya berperan sebagai anggota.
Semua individu yang terlibat dalam organisasi akan melakukan komunikasi.
Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam
organisasi, atau sebagai aliran yang mampu pengembangkan kinerja individuindividu yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Komunikasi menjadi salah
satu aspek penting dalam kehidupan organisasi. Tidak ada organisasi tanpa
komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari organisasi.
Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam
organisasi, atau sebagai aliran yang mampu mengembangkan kinerja orang-orang
yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi organisasi dapat
3
menjadi salah satu pengaruh paling penting dalam pengembangan kinerja
pengurus organisasi, karena iklim komunikasi mempengaruhi usaha organisasi.
Iklim komunikasi organisasi adalah gabungan dari persepsi-persepsi, suatu
evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon
karyawan terhadap karyawan lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik
antarpersonal dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut (Pace
& Faules 2010).
Keberadaan iklim komunikasi organisasi juga dapat mempengaruhi cara
hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana
perasaannya, bagaimana kegiatan kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa
yang ingin dicapainya, dan bagaimana cara menyesuaikan diri dengan organisasi.
Bahkan menurut Redding iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting dari
pada ketrampilan semata–mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif
(Pace & Faules 2010). Hasil penelitian Ratundo dan Sackett (dalam Pace &
Faules 2010), kinerja merupakan semua tindakan atau perilaku yang dikontrol
oleh individu dan memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan dari
organisasi. Karena itulah, komunikasi dalam organisasi perlu ditingkatkan agar
kinerja pengurus/karyawan pun meningkat. Pada akhirnya, tujuan-tujuan
organisasi dapat tercapai.
Dalam upaya mencapai pengembangan kinerja pengurus Gapoktan yang
baik, maka tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan merupakan faktor
yang sangat penting, karena tingkat kepuasan komunikasi merupakan hasil dari
sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi pengurus Gapoktan yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dalam hal melaksanakan kegiatan
usaha Gapoktan. Dengan perkatan lain, tingkat kepuasan komunikasi merupakan
salah satu faktor determinan bagi kinerja pengurus Gapoktan, yang mana tingkat
kepuasan komunikasi berfungsi sebagai kekuatan potensial yang ada dalam diri
seseorang yang dapat dikembangkan sendiri atau oleh sejumlah kekuatan luar
yang pada intinya berkisar pada imbalan non material yang dapat mempengaruhi
kinerjanya. Pengurus Gapoktan akan mengeluarkan segala kemampuan dan
energinya dalam rangka memenuhi tujuan Gapoktan dengan cara
mengembangkan kinerjanya sejauh pengurus Gapoktan mendapatkan kepuasan
batiniah yang diidamkannya. Pemikiran seperti ini dapat digunakan untuk
menerangkan perbedaan-perbedaan dalam intensitas perilaku, yang mana
perilaku-perilaku yang lebih intens dianggap sebagai hasil dari tingkat kepuasan
komunikasi yang lebih intensif pula. Secara keseluruhan, kepuasan komunikasi
berhubungan dengan pengalaman berkomunikasi seseorang di dalam organisasi.
Hal ini berkaitan dengan Gapoktan sebagai sasaran organisasi petani
pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM dalam menyalurkan dana Bansos dan
sebagai lembaga ekonomi petani terdiri dari beberapa kelompok tani yang
memiliki berbagai karakteristik tertentu, sehingga komunikasi organisasi yang
efektif sangat diperlukan. Oleh karena itu komunikasi organisasi yang efektif
adalah penting bagi kehidupan berorganisasi, baik komunikasi yang terjadi di
dalam organisasi itu sendiri maupun komunikasi yang terjalin dengan pihak luar.
Terciptanya komunikasi organisasi yang baik, diharapkan Gapoktan lebih berdaya
saing sehingga akan berkembang menjadi Gapoktan mandiri. Adanya beberapa
permasalahan di lapangan tentunya belum memberikan hasil yang maksimal, hal
ini mengindikasikan belum tercapainya tujuan Gapoktan.
4
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang
mengkaji mengenai hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi
organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim
komunikasi dan hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan komunikasi
pengurus Gapoktan pada pelaksanaan Penguatan-LDPM.
Perumusan Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial hidup tidak lepas dari kehidupan
berkelompok atau berorganisasi, sehingga manusia cenderung melaksanakan
semua aktivitas komunikasi yang berkaitan dengan hidupnya sepanjang itu
menguntungkan dirinya. Dewasa ini, dalam proses pembangunan banyak
menggunakan kelompok sebagai media untuk mencapai tujuan pembangunan.
Banyak faktor yang menyebabkan kita termotivasi untuk masuk ke dalam
organisasi tertentu. Biasanya organisasi terbentuk atas dasar kesamaan tertentu,
khususnya kebutuhan akan keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Program Penguatan-LDPM dilaksanakan melalui pendekatan pemberdayaan
Gapoktan. Gapoktan dibina dan dibimbing agar melalui unit usaha yang
dikelolanya mampu mengatasi permasalahan petani anggotanya, khususnya
masalah ketidakmampuan anggotanya dalam mengakses pangan di saat paceklik,
masalah harga pangan yang jatuh saat panen raya, dan masalah pembiayaan/modal
usaha. Melalui upaya pemberdayaan, diharapkan Gapoktan sebagai organisasi
petani di pedesaan dapat tumbuh dan berkembang menjadi prime mover dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan petani (BKP 2014).
Terciptanya aktivitas komunikasi organisasi yang baik diharapkan dapat
meningkatkan
kemandirian
Gapoktan,
sehingga
Gapoktan
mampu
mengembangkan unit usaha yang dikelolanya dalam (i) meningkatkan kerja sama
yang transparan antara Gapoktan (pengurus dan anggota) dengan unit-unit usaha
yang dikelolanya; (ii) menghimpun, mengembangkan dan memupuk dana yang
dikelola oleh masing-masing unit usaha Gapoktan dari usaha bisnis yang
dikelolanya; (iii) menerapkan aturan dan sanksi yang telah dirumuskan dan
ditetapkan sendiri secara musyawarah; (iv) meningkatkan keterampilan dan
kemampuan dalam hal membuat administrasi (AD/ART), pembukuan,
pemantauan secara partisipatif; (v) pengawasan internal; serta (vi)
mengembangkan kemitraan serta melakukan negosiasi dengan pihak lain untuk
memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya (BKP 2014).
Pengurus sebagai aset utama organisasi Gapoktan perlu juga diperhatikan
kepuasannya, termasuk kepuasan dalam kepuasan komunikasi. Menurut Scot dan
Mitchell (dalam Robbins 2008), dalam suatu organisasi, komunikasi menjalankan
4 fungsi utama yaitu sebagai kendali (kontrol atau pengawasan), motivasi,
pengungkapan emosional dan informasi. Seorang karyawan yang tidak puas
terhadap komunikasi yang tempat bekerja, termasuk komunikasi dengan atasan
dan rekan kerja, akan cenderung mengeluh, mangkir dari pekerjaan, sehingga
akhirnya akan menurunkan kinerjanya. Kinerja tiap karyawan tidak sama karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya usia, jenis kelamin, masa kerja, latar
belakang pendidikan, dan lain-lain.
Hasil penelitian Soetiarso (2002) menunjukan bahwa karakteristik individu
merupakan faktor internal yang berhubungan dengan faktor eksternal iklim
5
komunikasi organisasi yang meliputi kepercayaan, kejujuran, pembuatan
keputusan bersama, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, dan keterbukaan
dalam komunikasi ke atas. Penelitian yang mengkaji hubungan iklim komunikasi
organisasi dan kepuasan komunikasi dilakukan oleh Abiseno (2009) dan Irsyadi
(2003). Temuan dalam penelitian ini yaitu secara keseluruhan, karyawan
mempunyai kepuasan yang cukup tinggi dan faktor-faktor iklim komunikasi yang
berpengaruh dalam pemenuhan kepuasan komunikasi karyawan perusahaan
adalah faktor pengambil keputusan yang partisipatif, faktor tujuan prestasi yang
tinggi dan faktor kepercayaan.
Menurut Pace & Faules (2010) iklim komunikasi organisasi dibentuk oleh 6
faktor yaitu kepercayaan, pembuat keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan
dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan
perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Jika enam hal tersebut berjalan
dengan baik dalam suatu organisasi, maka organisasi tersebut akan memiliki iklim
komunikasi yang baik pula. Jika iklim komunikasinya baik, maka pengurus dalam
organisasi tersebut akan memiliki kepuasan komunikasi yang baik pula, namun
belum tentu seluruh faktor iklim komunikasi tersebut berpengaruh pada kepuasan
komunikasi.
Faktor sehat atau tidaknya iklim komunikasi organisasi dapat kita lihat salah
satunya melalui penyebaran informasi ataupun kebijakan dari manajemen tingkat
atas kepada karyawannya melalui komunikasi vertikal, yaitu komunikasi ke
bawah dan komunikasi ke atas (Mulyana & Rakhmat 2001). Menurut Steers
(1985) peubah-peubah yang berhubungan dengan efektivitas organisasi adalah (1)
karakteristik organisasi, termasuk struktur dan teknologi; (2) karakteristik
lingkungan, termasuk lingkungan intern dan ekstern; (3) karakteristik karyawan;
dan (4) kebijakan praktik manajemen.
Penelitian yang mengkaji kepuasan komunikasi telah banyak diteliti
diantaranya Emeralda (2002), Mazir (2002), Irsyadi (2003), Arifin (2005),
Rahardjowibowo (2006), dan Primadini (2012), hasil penelitian mereka
menyimpulkan bahwa kepuasan komunikasi berhubungan dengan kinerja maupun
produktivitas karyawan dalam suatu perusahaan. Salah satu faktor tingkat
kepuasan komunikasi yaitu kecukupan informasi dan kualitas media, di mana
informasi yang cukup jelas dan detail bagi karyawan menyelesaikan pekerjaannya
dan adanya rasa tanggung jawab serta media penyampaian yang sesuai dengan
kapasitas karyawan memudahkan pekerjaan dalam penerimaan informasi
pengerjaan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. Penelitian yang
mengkaji tentang Gapoktan juga telah diteliti diantaranya Hariadi (2007),
Sandyatma (2012), dan Akbar (2012), hasil penelitian mereka menyimpulkan
bahwa partisipasi anggota Gapoktan masih kurang dalam pelaksanaan kegiatan
usaha Gapoktan.
Berdasarkan hasil kajian terhadap penelitian-penelitian sebelumnya, maka
penelitian tentang hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi
organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dan hubungan iklim
komunikasi dengan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan belum
pernah dilakukan pada Gapoktan menerima program Penguatan-LDPM di
Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor. Sebagian besar penelitian terdahulu
dilakukan di perusahaan dan organisasi birokrasi di mana memiliki karakteristik
individu dan kondisi yang berbeda dengan Gapoktan. Penelitian yang dilakukan di
6
Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor, akan menganalisis hubungan
karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi organisasi dalam pengembangan
kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi serta hubungan iklim
komunikasi dengan tingkat kepuasan pengurus Gapoktan, yang selanjutnya secara
rinci dirumuskan sebagai berikut:
1. Sejauhmana hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi
organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim
komunikasi.
2. Sejauhmana hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan komunikasi
pengurus Gapoktan.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan,
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan iklim komunikasi Gapoktan pada program PenguatanLDPM.
2. Menganalisis hubungan antara karakteristik pengurus Gapoktan dengan iklim
komunikasi organisasi Gapoktan pada program Penguatan-LDPM.
3. Menganalisis hubungan antara komunikasi organisasi dalam pengembangan
kinerja pengurus dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan pada program
Penguatan-LDPM.
4. Menganalisis tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan dan
hubungannya dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan pada program
Penguatan-LDPM.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini
diharapkan berguna:
1. Secara akademis, hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan
pemikiran ilmiah bagi pengembangan disiplin ilmu komunikasi pembangunan
pertanian dan pedesaan khususnya yang berkaitan dengan komunikasi
organisasi.
2. Secara praktis, bagi peneliti hasil penelitian ini berguna untuk menambah
wawasan dan pemahaman dan menjadi referensi untuk penelitian lanjutan
yang berhubungan dengan komunikasi organisasi.
3. Bagi pemerintah Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor khususnya Badan
Ketahanan Pangan Daerah, hasil penelitian ini diharapkan memberikan
masukan yang berguna dalam upaya menentukan kebijakan yang berhubungan
dengan program Penguatan-LDPM .
7
2 TINJAUAN PUSTAKA
Program Penguatan-LDPM
Pada saat panen raya, wilayah-wilayah di daerah sentra produksi padi dan
jagung pada umumnya selalu dihadapkan pada masalah jatuhnya harga
gabah/beras dan jagung sehingga petani selaku produsen pangan selalu
dihadapkan pada posisi yang kurang menguntungkan. Ditambah lagi pada saat
musim paceklik, sebagai konsumen petani dihadapkan pada permasalahan sulitnya
akses pangan dan kredit pangan bagi petani miskin. Permasalahan lain yang tidak
kalah pentingnya sering dihadapi oleh petani adalah: (1) keterbatasan modal
usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/
pemasaran; dan (2) posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang
bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya
dengan harga rendah kepada para pedagang perantara (BKP 2014).
Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompoktani,
dan/atau Gapoktan terhadap jatuhnya harga gabah, beras dan/atau jagung di saat
panen raya dan masalah aksesibilitas pangan, pemerintah melalui Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, sejak Tahun 2009 telah melaksanakan
kegiatan Penguatan-LDPM. Melalui kegiatan Penguatan-LDPM, Pemerintah
menyalurkan dana bansos dari APBN kepada Gapoktan dalam
rangka
memberdayakan kelembagaan tersebut agar mereka mampu dan berdaya dalam
melakukan aktivitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan.
Melalui fasilitas penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama
dengan anggotanya mampu secara swadaya melakukan aktifitas antara lain
membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang
pemasaran pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi kebutuhan
anggotanya.
Program Penguatan-LDPM bertujuan untuk (BKP 2014) :
1. Memberdayakan Gapoktan agar mampu mengembangkan unit usaha distribusi
atau pemasaran atau pengolahan hasil dan unit pengelola cadangan pangan,
antara lain dalam hal: (i) mengembangkan sarana penyimpanan (gudang)
sendiri, (ii) menyediakan cadangan pangan (gabah/beras dan/atau pangan
pokok lokal spesifik lainnya) minimal bagi kebutuhan anggotanya di saat
menghadapi musim paceklik, dan (iii) menjaga stabilisasi harga gabah; beras
dan/atau jagung di saat panen raya melalui kegiatan pembelian-penjualan.
2. Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah melalui peningkatan usaha
pembelian dan penjualan gabah, beras dan/atau jagung.
3. Meningkatkan nilai tambah produk petani anggotanya melalui kegiatan
penyimpanan atau pengolahan atau pengemasan dan lain-lain.
4. Memperluas jejaring kerja sama distribusi/pemasaran yang saling
menguntungkan dengan mitra usaha, baik di dalam maupun di luar
wilayahnya.
Mengingat di daerah sentra produksi padi dan jagung sering terjadi gejolak
harga di saat panen raya, maka Gapoktan sebagai organisasi di pedesaan harus
diperkuat agar mampu membantu anggotanya dalam mendistribusikan/
memasarkan produksi. Gapoktan juga diharapkan mampu menggerakan unit-unit
8
usahanya sehingga terjadi perputaran ekonomi di unit usahanya maupun di
wilayahnya melalui kegiatan usaha pembelian, pengolahan, penyimpanan,
pengemasan dan penjualan gabah/beras dan/atau jagung, serta mengembangkan
jejaring pemasaran dengan mitranya baik di dalam maupun di luar wilayahnya.
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut dalam pelaksanaan
kegiatan Penguatan-LDPM adalah untuk mewujudkan stabilisasi harga pangan di
tingkat petani dan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani melalui: (i)
pengembangan unit-unit usaha (unit usaha distribusi atau pemasaran atau
pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan); dan (ii) pembangunan sarana
penyimpanan milik Gapoktan agar dapat meningkatkan posisi tawar petani,
meningkatkan nilai tambah produksi petani dan mendekatkan akses masyarakat
terhadap sumber pangan. Kebijakan tersebut diarahkan untuk: (i) mendukung
upaya petani memperoleh harga yang lebih baik pada saat panen raya; (ii)
meningkatkan kemampuan petani memperoleh nilai tambah produk pangan dan
usahanya melalui kegiatan pengolahan/pengepakan/pemasaran sehingga terjadi
perbaikan pendapatan di tingkat petani anggotanya; dan (iii) memperkuat
kemampuan Gapoktan dalam pengelolaan cadangan pangan sehingga mampu
mendekatkan akses pangan anggotanya saat menghadapi paceklik atau tidak ada
panen (BKP 2014).
Sasaran penerima dana Bansos Kegiatan Penguatan-LDPM adalah
Gapoktan yang berada di daerah sentra produksi padi dan/atau jagung dengan
kriteria sebagai berikut (BKP 2012):
(1) Memiliki organisasi kepengurusan yang masih aktif (Ketua, Sekretaris,
Bendahara) dan sah;
(2) Gapoktan yang bersangkutan tidak mendapat penguatan modal atau fasilitasi
lain untuk kegiatan yang sama/sejenis pada saat yang bersamaan atau
mendapat modal pada tahun sebelumnya (terkecuali kegiatan yang
diprogramkan secara bertahap dan saling mendukung);
(3) Memiliki unit usaha distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran dan
atau unit usaha pengolahan/Rice Milling Unit, yang berpengalaman dalam
jual-beli (gabah/beras/jagung), serta pengolahan (pengeringan, pembersihan,
penggilingan, pengepakan);
(4) Mempunyai gudang milik Gapoktan untuk menampung gabah/beras/ jagung
dengan kapasitas 30 sampai 40 ton;
(5) Jika Gapoktan tidak memiliki gudang maka Gapoktan dengan menggunakan
dana bansos dapat membangun gudang di atas lahan milik Gapoktan yang
diperoleh/dibeli secara bersama-sama, atau hibah, atau bantuan pemerintah
daerah yang disahkan dihadapan notaris;
(6) Memiliki SumberdayaManusia (SDM) yang mampu mengelola dan
memfasilitasi kegiatan usaha bersama;
(7) Memiliki potensi pengembangan usaha (keinginan untuk memperluas usaha)
bagi kepentingan anggota kelompok dan penguatan cadangan pangan secara
mandiri dan berkelanjutan;
(8) Tidak bermasalah dengan perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya;
(9) Ketua Gapoktan bersedia mengirimkan laporan setiap minggu pada hari
Senin ke No 081380829555 melalui SMS (layanan pesan singkat) dan
laporan bulanan tertulis kepada Badan/Kantor/Dinas/unit kerja yang
menangani ketahanan pangan kabupaten/kota.
9
(10) Jika di lokasi yang bersangkutan belum terbentuk Gapoktan yang memenuhi
kriteria tersebut di atas, maka kegiatan ini dapat dilaksanakan oleh Poktan
yang telah dikukuhkan oleh Camat/Kepala BPP/Koordinator Penyuluh dan
memenuhi kriteria di atas. Selanjutnya Poktan tersebut diarahkan berkembang
menjadi Gapoktan.
Dukungan pemerintah dalam rangka pemberdayaan Gapoktan di daerah
sentra produksi, dengan meningkatnya kegiatan pembelian-penjualan diharapkan
mampu meminimalkan tingkat fluktuasi harga di wilayah pada saat panen raya
sehingga terwujud stabilisasi harga di tingkat petani. Dengan terkendalinya
tingkat harga pangan di wilayah tersebut diharapkan mampu mengatasi inflasi,
dan memotivasi bekerjanya mekanisme pasar secara efektif dan efisien. Kerangka
pikir program Penguatan-LDPM terlihat pada Gambar 1.
Terwujudnya stabilitas harga pangan wilayah
Terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani
Posisi
tawar
meningkat
Harga di petani
baik
Nilai tambah produk meningkat
Akses pangan
meningkat
Unit Usaha Pengolahan
Gapoktan
Unit Usaha
Distribusi/Pemasaran
/ Pengolahan
Modal usaha dan
manajemen meningkat
Unit Cadangan
Pangan
B A N S O S + Pendampingan
Permasalahan
Rendahnya posisi tawar petani pada saat panen raya
Rendahnya nilai tambah produk pertanian
Terbatasnya modal usaha Gapoktan
Terbatasnya akses pangan (beras) pada saat masa paceklik
Gambar 1 Kerangka pikir program Penguatan-LDPM
Kegiatan Penguatan-LDPM yang bersumber dari Dana APBN akan
diberikan kepada Gapoktan selama 3 tahun yaitu: (a) Tahap Penumbuhan pada
tahun ke-1, (b) Tahap Pengembangan pada tahun ke-2, (c) Tahap Kemandirian
pada tahun ke-3, (d) Tahap Pasca Kemandirian tahun ke-4. Dana Bansos tahun ke1 dan ke-2 disalurkan langsung ke rekening Gapoktan untuk penguatan dan
pemberdayaan Gapoktan. Tahun ke-3 dan ke-4 akan dialokasikan dana APBN
untuk pembinaan tahap akhir menuju pasca kemandirian (Gambar 2).
Pada Tahap Penumbuhan, alokasi dana per Gapoktan sebesar Rp 150 juta
diperuntukkan: (a) pembangunan atau renovasi gudang milik Gapoktan untuk
penyimpanan pangan; (b); penguatan modal usaha Gapoktan untuk dapat
melakukan pembelian-penjualan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya
10
dan/atau di luar anggotanya pada saat panen raya minimal sesuai Harga Pembelian
Pemerintah (HPP) untuk gabah/beras dan/atau Harga Referensi Daerah (HRD)
untuk jagung dalam rangka mendorong stabilisasi harga pangan; dan (c)
penguatan Gapoktan untuk dapat melakukan pengadaan gabah/beras dan/atau
jagung, dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya sebagai cadangan pangan.
TAHAP
PENUMBUHAN
TAHUN 2009
TAHAP
PENGEMBANGAN
TAHUN 2010
Pembangunan/
Renovasi
Gudang
TAHAP
KEMANDIRIAN
TAHUN 2011
Pengadaan
Cadangan
Pangan
Pembinaan
Pengadaan
Cadangan
Pangan
Kegiatan
Pembelian &
Penjualan
Kegiatan
Pembelian &
Penjualan
TAHAP PASCA
KEMANDIRIAN
TAHUN 2012
Pembinaan
Pembinaan
Pendampingan
Pendampingan
Pendampingan
Pembinaan
Pendampingan
Gambar 2 Tahapan pelaksanaan program Penguatan-LDPM
Untuk Tahap Pengembangan dana sebesar Rp 75 juta per Gapoktan
disalurkan ke Gapoktan pada tahap pengembangan (tahun kedua) yang sudah
dievaluasi kelayakannya untuk mendapat tambahan modal dari Bansos tahun
kedua. Dana sebesar Rp 75 juta tersebut digunakan untuk: (a) pembelianpenjualan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya dan/atau di luar anggotanya
pada saat panen raya dalam rangka stabilisasi harga pangan; dan atau (b) untuk
pengadaan gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik
lainnya dalam rangka memperkuat cadangan pangan. Apabila Gapoktan pada
Tahap Penumbuhan belum memenuhi persyaratan untuk dapat masuk ke Tahap
Pengembangan, maka Dana Bansos sebesar Rp 75 juta belum dapat dicairkan
menunggu sampai Gapoktan dinyatakan siap untuk dapat masuk dalam Tahap
Pengembangan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Tim
Pembina Provinsi sesuai dengan hasil evaluasi.
Selanjutnya Gapoktan yang belum siap untuk masuk dalam Tahap
Pengembangan wajib untuk dibina secara terus menerus secara berjenjang mulai
dari Pendamping, Tim Teknis Kabupaten /Kota dan Tim Pembina Provinsi
11
sehingga Gapoktan tersebut dianggap mampu untuk masuk dalam Tahap
Pengembangan. Pada tahap Kemandirian dan Pasca Kemandirian Gapoktan
diharapkan sudah dapat secara mandiri melangsungkan keberlanjutan kegiatan
yang diindikasikan dengan bertambahnya modal dan perputaran usaha jual beli
gabah/beras/jagung. Pembinaan masih terus dilakukan pada tahap ini oleh
pendamping, Tim Teknis Kabupaten/Kota, Tim Pembina Provinsi, dan Tim Pusat
hingga ke tahap exit strategy (BKP 2014).
Dukungan yang diberikan oleh pemerintah merupakan modal awal bagi
Gapoktan Tahap Penumbuhan dan modal tambahan bagi Gapoktan Tahap
Pengembangan dan unit-unit usaha yang dikelolanya sehingga mampu
meningkatkan usahanya, mampu memupuk dan mengembangkan modal yang
telah diberikan dan sekaligus mampu mendekatkan akses pangan bagi anggotanya
melalui cadangan pangan. Dengan semakin meningkatnya posisi tawar petani,
nilai tambah produk pertanian dan akses pangan petani terhadap pangan maka
diharapkan pendapatan dan kesejahteraan petani juga akan semakin meningkat.
Dampak akhir dari seluruh dukungan pemerintah tersebut melalui kegiatan
Penguatan-LDPM adalah mampu meningkatkan ketahanan pangan di tingkat
rumah tangga petani sehingga petani mempunyai semangat untuk melakukan
kegiatan produksi secara berkelanjutan dan dapat memberikan kontribusi terhadap
ketahanan pangan wilayah.
Gapoktan akan memperoleh bimbingan dari pendamping, Tim Teknis
Kabupaten/Kota maupun Tim Pembina Provinsi secara partisipatif, sehingga
diharapkan mereka secara mandiri mampu untuk: (i) menemukenali permasalahan
yang dihadapi pada saat menghadapi panen raya dan pada saat menghadapi musim
paceklik; (ii) merumuskan dan memutuskan cara yang tepat secara musyawarah
dan mufakat jatuhnya harga di tingkat petani; (iii) mengatasi kebutuhan pangan
anggotanya di saat mereka menghadapi paceklik atau tidak ada panen; dan (iv)
mencari pasar atau mitra usaha di dalam maupun di luar wilayahnya yang dapat
memberikan keuntungan bagi anggotanya. Selanjutnya Gapoktan (pengurus,
anggota dan unit usahanya) disadarkan agar mereka mampu: (i) untuk
menghilangkan ketergantungan dari pihak lain; (ii) untuk tumbuh menjadi
Gapoktan yang mandiri; (iii) untuk berkembang secara swadaya dan berkelanjutan
dalam mengembangkan usahanya secara produktif.
Strategi keberlanjutan kegiatan Penguatan-LDPM setelah memasuki Tahap
Kemandirian
dilakukan oleh Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis
Kabupaten/Kota untuk:
a. Mengintegrasikan dan menginternalisasikan kegiatan-kegiatan pada instansi
terkait untuk memperoleh dukungan fasilitasi sarana prasarana Gapoktan
(berupa lantai jemur, alat pengering, pengemasan, mesin jahit karung,
timbangan, penggilingan/Rice Milling Unit, dan lain-lain).
b. Melanjutkan pembinaan di bidang administrasi dan teknis (penyimpanan,
pengolahan, pemasaran dan lain-lain) baik melalui dukungan APBD provinsi
maupun kabupaten/kota.
c. Mendorong terbentuknya wadah asosiasi Gapoktan di kabupaten/kota dan
provinsi dalam rangka pengembangan jejaring pemasaran gabah, beras,
dan/atau jagung.
d. Melakukan seleksi terhadap Gapoktan tahap kemandirian yang layak untuk
dijadikan laboratorium/pusat pembelajaran kegiatan distribusi padi/jagung.
12
e. Mengamankan aset yang dimiliki Gapoktan, agar dana belanja bansos dari
APBN tidak menjadi milik perorangan maupun pengurus tetapi tetap terus
berkembang untuk kesejahteraan anggotanya.
Karakteristik Pengurus Gapoktan
Faktor-faktor penentu prestasi kerja individu dalam organisasi adalah faktor
individu dan faktor kerja lingkungan organisasi. Hal ini sesuai dengan teori
konvergensi William Stren, dalam teorinya tersebut, sebenarnya merupakan
perpaduan dari pandangan teori heriditas dari Schopenhauer dan teori lingkungan
dari Jhon Locke. Schopenhaure dalam teori heriditasnya berpandangan bahwa
hanya faktor individu (termasuk keturunannya) yang sangat menentukan
seseorang individu mampu berprestasi atau tidak, sedangkan Jhon Locke dalam
teori lingkungan berpandangan bahwa hanya faktor lingkungan yang sangat
menentukan seorang individu mampu berprestasi atau tidaknya (Mangkunegara,
2010).
Menurut Mangkunegara (2010) secara psikologis, individu yang normal
adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan
fisiknya, dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka
individu tersebut memiliki konsentrasi yang baik, yang merupakan modal utama
indvidu manusia dalam melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi.
Karakteristik pelaku komunikasi merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang
dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan
lingkungannnya. Menurut Rakhmat (2005) karakteristik itu dibentuk oleh faktor
biologis yang mencakup genetis, sistem syaraf serta sistem hormonal, dan faktor
sosio-psikologis berupa komponen-komponen konatif yang berhubungan dengan
kebiasaan dan afektif.
Menurut Hunt (dalam Muhammad 2009) organisasi sesungguhnya
digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing, mengelola, mengarahkan dan
menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru,
program baru dan arah yang baru. Kebanyakan dari orang dewasa menghabiskan
waktu kerjanya kira-kira 50 sampai 60 persen dalam organisasi sebagai anggota
organisasi. Berdasarkan penjelasan tentang karakteristik individu, maka dapat
dikatakan bahwa karakteristik pengurus Gapoktan merupakan ciri kepribadian
seseorang yang ada sejak lahir dan berkembang sesuai perkembangan lingkungan.
Berdasarkan penjelasan tentang karakteristik individu, maka dapat dikatakan
bahwa karakteristik pengurus Gapoktan adalah ciri kepribadian atau sifat yang
dimiliki pengurus Gapoktan yang ada sejak lahir dan berkembang sesuai
perkembangan lingkungan.
Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan
Menurut Muhammad (2009) terdapat berbagai macam persepsi yang
berbeda dari para ahli komunikasi organisasi antara lain :
(1) Persepsi Redding dan Sanborn, menyatakan bahwa komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang meliputi:
a) komunikasi internal, b) hubungan manusia, c) hubungan persatuan
13
pengelola, d) komunikasi downward (dari atas ke bawah), e) komunikasi
upward (dari bawah ke atas), f) komunikasi horizontal g) keterampilan
berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan evaluasi program.
(2) Persepsi Katz & Kahn, berpendapat bahwa komunikasi organisasi merupakan
arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam organisasi.
(3) Persepsi Zelko & Dance, menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah
suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan
komunikasi eksternal.
(4) Persepsi Thayer, memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi
yaitu: a) berkenaan dengan kerja organisasi b) berkenaan dengan pengaturan
organisasi, c) berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi.
(5) Persepsi Greenbaunm menjelaskan bahwa komunikasi organisasi termasuk
arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi, memandang peranan
komunikasi terutama sebagai koordinasi pribadi, tujuan organisasi dan
masalah menggiatkan aktivitas.
Menurut Goldhaber (1990) definisi komunikasi organisasi adalah proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang
saling tergantung satu dengan lainnya untuk mengatasi lingkungan yang tidak
pasti atau yang selalu berubah. Definisi ini mengandung 7 konsep kunci yaitu:
(1) Proses
Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang
menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya. Karena gejala
henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses.
(2) Pesan
Pesan merupakan susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek,
kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang. Untuk berkomunikasi
seseorang harus sanggup menyusun suatu gambaran mental, memberi
gambaran itu nama dan mengembangkan suatu perasaan terhadapnya.
Komunikasi tersebut efektif kalau pesan yang dikirim itu diartikan sama
dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim.
(3) Jaringan
Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi
atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari
orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang
dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin
mencakup hanya 2 orang, beberapa orang, atau keseluruhan organisasi.
Hakikat dan luas dari jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi
dari pesan.
(4) Tergantung
Konsep kunci komunikasi organisasi ke-4 adalah keadaan yang saling
tergantungan satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini terjadi menjadi sifat
dari suatu organ isasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian
darin organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian
lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi.
(5) Hubungan
Organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem kehidupan sosial
maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia.
14
Dengan kata lain jaringan melalui mana jalannya pesan dalam suatu organisasi
dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam
organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang
yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari. Sikap, kemampuan,
moral dari seseorang p
PENGURUS GAPOKTAN PADA PROGRAM PENGUATAN
LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT
(Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor)
DENNY ESWANT KOSASIH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Komunikasi Organisasi
dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan
Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada Gapoktan di Kabupaten
Subang dan Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Denny Eswant Kosasih
NRP I352120201
RINGKASAN
DENNY ESWANT KOSASIH. Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan
Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
Masyarakat (Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Bogor Jawa Barat)
dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO dan DJOKO SUSANTO
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga ekonomi petani
terdiri dari beberapa kelompok tani yang memiliki berbagai karakteristik tertentu,
sehingga komunikasi organisasi yang efektif sangat diperlukan. Terciptanya
komunikasi organisasi yang baik, diharapkan iklim komunikasi Gapoktan akan
lebih baik dan kepuasan komunikasi pengurus akan terpenuhi, sehingga Gapoktan
lebih berdaya saing dan berkinerja tinggi.
Tujuan penelitian ini untuk (1) mendeskripsikan karakteristik pengurus
Gapoktan, (2) menganalisis iklim komunikasi Gapoktan, (3) menganalisis
kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan, (4) menganalisis hubungan antara
komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan
iklim komunikasi dan hubungan iklim komunikasi organisasi dengan kepuasan
komunikasi.
Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei. Sumber informasi
penelitian ini adalah 4 pengurus Gapoktan (sekretaris, bendahara, ketua unit
distribusi pangan, dan ketua unit cadangan pangan) di masing-masing Gapoktan
(13 Gapoktan yakni 9 Gapoktan di Kabupaten Subang dan 4 Gapoktan di
Kabupaten Bogor). Proses penarikan sampel diambil dengan cara sensus. Data
dianalisis menggunakan uji korelasi rank Spearman.
Hasil yang diperoleh dari uji korelasi adalah (1) Sebagian besar Gapoktan
memiliki Iklim komunikasi yang baik. Secara umum semua peubah iklim
komunikasi organisasi Gapoktan yang meliputi kepercayaan, pembuatan
keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, mendengar
dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi memiliki
kategori tinggi, (2) Semakin tinggi pengalaman organisasi pengurus Gapoktan
cenderung keterbukaan komunikasi ke bawah pengurus Gapoktan semakin tinggi,
(3) Semakin baik dan beragam format pertemuan yang terjadi pada Gapoktan
maka semakin tinggi perhatian pada tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi
pula kepercayaannya. Semakin jelas dan mudah dipahami materi yang
disampaikan pada saat pertemuan maka semakin semakin tinggi perhatian pada
tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi pula kepercayaannya. Semakin sering
komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan
dilakukan maka akan semakin baik iklim komunikasi, (4) Semakin baik iklim
komunikasi organisasi Gapoktan maka cenderung tingkat kepuasan komunikasi
pengurus Gapoktan semakin baik. Sebagian besar tingkat kepuasan komunikasi
pengurus Gapoktan tergolong tinggi.
Kata Kunci: Komunikasi Organisasi, Iklim Komunikasi, Kepuasan Komunikasi
SUMMARY
DENNY ESWANT KOSASIH. Organizational Communication in Performance
Development of Gapoktan’s Committee Members in Program of Strengthening
Community Food Distribution Social Organization (Case in District of Subang
and Bogor). Supervisied by SARWITITI SARWOPRASODJO and DJOKO
SUSANTO
Gapoktan, stands for gabungan kelompok tani, farmers group union, is a
farmer economical institution, consists of several farmer’s group have specific
characteristics, that an effective organizational communication is needed. The
creation of good organizational communication, communication climate Gapoktan
expected to be better communication and communication satisfaction of
Gapoktan’s committee members will be met, so Gapoktan more competitive and
high performance.
The objective of study are: (1) to identify the characteristic of the
Gapoktan’s committee members, (2) to analyze the communication climate, (3) to
analyze the communication satisfaction, (4) to analyze the relationship between
oganizational communication of performance development of the Gapoktan’s
committee members and communication climate; and correlationship between
communication climate and communication satisfaction.
The study was designed as a research survey. Resources of this research are
four the Gapoktan’s committee members (secretary, treasurer, chairman of the
food distribution unit, and chairman of the food reserves unit) in each Gapoktan
(13 Gapoktan i.e. in distric of Subang (9 Gapoktan) and district of Bogor (4
Gapoktan)). The process of sampling collected by census sampling method.
Spearman Rank Correlation has been used to analyze relationship.
The results showed that: (1) most Gapoktan have good communication
climate . In general all climate variables Gapoktan organizational communication
that includes trust, joint decision making, honesty, openness of communication
down, hear the upward communication and attention to high performance
objectives have high category, (2) the higher the organizational experience
Gapoktan tend openness of communication down Gapoktan higher, (3) The better
and diverse formats Gapoktan meeting that occurs in the higher attention to the
goals of high performance and the higher the confidence . The more clear and
easy to understand the material presented at the meeting , the more the higher the
attention on high performance goals and the higher the confidence. The more
frequent communication organizations in the development of performance
Gapoktan done, the better the communication climate, (4) the better the
communication climate Gapoktan then tends to level organizational
communication satisfaction Gapoktan the better. Most Gapoktan communication
satisfaction level is high.
Keyword: organizational communication, communication climate, communication
satisfaction
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PENGEMBANGAN KINERJA
PENGURUS GAPOKTAN PADA PROGRAM PENGUATAN
LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT
(Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor)
DENNY ESWANT KOSASIH
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Dwi Sadono, M.Si
iii
Judul Tesis : Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus
Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
Masyarakat (Kasus pada Gapoktan Kabupaten Subang dan
Kabupaten Bogor)
Nama
: Denny Eswant Kosasih
NIM
: I352120201
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Ketua
Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc, Agr
Tanggal Ujian: 22 Desember 2014
Tanggal Lulus:
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni sampai Juli 2014
ialah Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan
pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada
Gapoktan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo,
MS dan Bapak Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM selaku pembimbing, serta Dr Ir
Dwi Sadono, M.Si yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Denny Eswant Kosasih
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
4
6
6
2 TINJAUAN PUSTAKA
Program Penguatan-LDPM
Karakteristik Pengurus Gapoktan
Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus
Gapoktan
Iklim Komunikas Organisasi Gapoktan
Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan
State of the Art Hasil Penelitian
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
7
7
12
12
17
19
21
23
25
3 METODE
Desain Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Data dan Instrumentasi
Definisi Operasional
Validasi dan Reliabilitas Instrumen
Pengumpulan dan Analisis Data
26
26
26
26
27
27
30
31
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran Umum Realisasi Program Penguatan-LDPM
Deskripsi Karakteristik Pengurus Gapoktan
Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus
Gapoktan
Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan
Tingkat Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan
Hubungan Karakteristik Pengurus Gapoktan dengan Iklim Komunikasi
Organisasi Gapoktan
Hubungan Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja
Pengurus Gapoktan dengan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan
32
32
34
44
45
46
49
52
53
vi
Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan dengan Tingkat
Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan
54
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
56
56
57
DAFTAR PUSTAKA
58
LAMPIRAN
61
RIWAYAT HIDUP
63
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Koefisien Alpha Cronbach
Koefisien Alpha Cronbach hasil uji coba kuesioner
Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan format pertemuan
Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014
Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan materi dan frekuensi
pertemuan Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang
tahun 2014
Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan iklim komunikasi organisasi
Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014
Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan tingkat kepuasan
komunikasi pengurus Gapoktan di Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Subang tahun 2014
Nilai korelasi karakteristik pengurus gapoktan dengan iklim
komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Subang tahun 2014
Nilai korelasi komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja
pengurus dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014
Nilai korelasi iklim komunikasi organisasi Gapoktan dengan tingkat
kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan di Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Subang tahun 2014
31
31
45
46
47
49
52
53
55
vii
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
Kerangka pikir program Penguatan-LDPM
8
Tahapan pelaksanaan program Penguatan-LDPM
9
Kerangka pemikiran komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja
pengurus Gapoktan pada program Penguatan-LDPM
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
Peta Lokasi Penelitian
61
1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan
nasional. Tiga alasan utama yang melandasi pentingnya ketahanan pangan yaitu:
(i) akses atas pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, beragam dan
bergizi bagi setiap orang merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia; (ii)
konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan
sumberdayamanusia untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif; serta (iii)
ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi
ketahanan nasional suatu negara yang berdaulat. Ketahanan pangan nasional salah
satunya dicirikan dengan ketersediaan pangan yang cukup secara makro (BKP
2014).
Indonesia sebagai wilayah sentra produksi pertanian yang sangat luas,
khususnya padi dan jagung, tersebar pada topografi beragam, sementara
Gapoktan yang berada di wilayah tersebut memiliki keterbatasan sarana prasarana
(produksi, pengolahan, penyimpanan), kepemilikan sarana yang sangat bervariasi,
waktu panen yang tidak bersamaan pada beberapa wilayah, dan iklim yang
kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya. Dengan kondisi
tersebut, petani, kelompoktani maupun Gabungan Kelompoktani (Gapoktan)
selalu dihadapkan pada berbagai masalah antara lain: 1) keterbatasan modal usaha
untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/pemasaran
setelah panen; 2) rendahnya posisi tawar petani pada saat panen raya yang
bersamaan dengan datangnya hujan, dan 3) keterbatasan akses pangan (beras)
untuk dikonsumsi saat mereka menghadapi paceklik karena tidak memiliki
cadangan pangan yang cukup. Dampak dari ketidakberdayaan petani, Poktan
dan/atau Gapoktan tersebut yang tidak dapat melakukan kegiatan pengolahan,
penyimpanan dan pendistribusian/pemasaran hasil produksinya, maka dapat
mempengaruhi: 1) ketidakstabilan harga untuk komoditas gabah/beras dan jagung
di wilayah sentra produksi pada saat terjadi panen raya, dan 2) kekurangan
pangan (beras) pada saat musim paceklik ataupun gagal panen (BKP 2014).
Gapoktan sebagai wadah atau gabungan dari Poktan dan petani di
wilayahnya harus mampu mengatasi kelangkaan akses pangan pada saat
anggotanya menghadapi gagal panen ataupun paceklik melalui pembangunan
cadangan pangan. Hal ini sejalan dengan UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan
(Pasal 23) yang
menjelaskan bahwa dalam mewujudkan Kedaulatan,
Kemandirian dan Ketahanan Pangan, Pemerintah menetapkan Cadangan Pangan
Nasional, yang mana Cadangan Pangan Nasional terdiri dari Cadangan Pangan
Pemerintah, Cadangan Pangan Pemerintah Daerah, dan Cadangan Pangan
Masyarakat. Selanjutnya pada pasal 33 dijelaskan bahwa masyarakat mempunyai
hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan Cadangan Pangan
Masyarakat. Sementara itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
memfasilitasi pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat sesuai kearifan lokal
(BKP 2014).
Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompoktani,
dan/atau Gapoktan terhadap jatuhnya harga gabah, beras dan/atau jagung di saat
2
panen raya dan masalah aksesibilitas pangan, Kementerian Pertanian melalui
Badan Ketahanan Pangan, sejak Tahun 2009 telah melaksanakan kegiatan
Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM). Melalui
kegiatan Penguatan-LDPM, Pemerintah menyalurkan dana bantuan sosial
(bansos) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan
mekanisme disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan, diharapkan Gapoktan
sebagai organisasi sosial yang ada di pedesaan agar mampu dan berdaya dalam
melakukan aktivitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan.
Melalui fasilitas penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama
dengan anggotanya mampu secara swadaya melakukan aktifitas antara lain
membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang
pemasaran pangan dan menyediakan pangan minimal bagi kebutuhan anggotanya.
Penentuan jumlah Gapoktan kepada masing-masing provinsi ditetapkan oleh
tim pusat. Penetapan Gapoktan sesuai dengan kriteria ditentukan oleh tim
pembina provinsi di masing-masing provinsi. Provinsi Jawa Barat merupakan
salah satu provinsi penerima dana Bansos Penguatan-LDPM sejak tahun 2009
sampai 2013 telah memperoleh alokasi jumlah Gapoktan sebanyak 138 Gapoktan.
Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor merupakan penerima dana bansos
untuk kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
Kabupaten Subang memperoleh alokasi dana bansos untuk 9 Gapoktan dan
Kabupaten Bogor untuk 4 Gapoktan, untuk Gapoktan penumbuhan tahun 2009
sampai dengan tahun 2011 telah memasuki tahap pasca kemandirian, sedangkan
Gapoktan penumbuhan tahun 2012 memasuki tahap kemandirian.
Meskipun dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM telah ditetapkan
konsep dan langkah operasional untuk mewujudkan Gapoktan yang mandiri pada
tahun ke-3, namun dalam kenyataannya kematangan dan kesiapan Gapoktan pada
tahap mandiri dan pasca mandiri untuk menjadi organisasi yang mandiri dan
berkelanjutan dalam menjalankan perannya sebagai lembaga distribusi pangan
masyarakat yang mampu untuk berperan dalam menjaga stabilitas harga pangan
pokok di tingkat petani sangat berbeda antar Gapoktan dan masih mengalami
permasalahan. Permasalahan yang dijumpai di lapangan di antaranya: (1)
pemanfaatan dana bansos masih ada yang tidak sesuai dengan rencana usaha
Gapoktan; (2) Gapoktan kesulitan memiliki jaringan pemasaran yang baik; (3)
laporan Gapoktan tidak dibuat dan disampaikan secara periodik; (4) pembukuan
dan administrasi dalam pengelolaan LDPM yang belum sesuai Modul/Pedoman
yang telah ditentukan dan (5) Pendamping belum optimal dalam melakukan
pendampingan dan pembinaan Gapoktan (BKPD 2013).
Dalam setiap organisasi terdapat individu-individu yang berperan sebagai
pemimpin/ketua, pengurus dan sebagian besar lainnya berperan sebagai anggota.
Semua individu yang terlibat dalam organisasi akan melakukan komunikasi.
Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam
organisasi, atau sebagai aliran yang mampu pengembangkan kinerja individuindividu yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Komunikasi menjadi salah
satu aspek penting dalam kehidupan organisasi. Tidak ada organisasi tanpa
komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari organisasi.
Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam
organisasi, atau sebagai aliran yang mampu mengembangkan kinerja orang-orang
yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi organisasi dapat
3
menjadi salah satu pengaruh paling penting dalam pengembangan kinerja
pengurus organisasi, karena iklim komunikasi mempengaruhi usaha organisasi.
Iklim komunikasi organisasi adalah gabungan dari persepsi-persepsi, suatu
evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon
karyawan terhadap karyawan lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik
antarpersonal dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut (Pace
& Faules 2010).
Keberadaan iklim komunikasi organisasi juga dapat mempengaruhi cara
hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana
perasaannya, bagaimana kegiatan kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa
yang ingin dicapainya, dan bagaimana cara menyesuaikan diri dengan organisasi.
Bahkan menurut Redding iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting dari
pada ketrampilan semata–mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif
(Pace & Faules 2010). Hasil penelitian Ratundo dan Sackett (dalam Pace &
Faules 2010), kinerja merupakan semua tindakan atau perilaku yang dikontrol
oleh individu dan memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan dari
organisasi. Karena itulah, komunikasi dalam organisasi perlu ditingkatkan agar
kinerja pengurus/karyawan pun meningkat. Pada akhirnya, tujuan-tujuan
organisasi dapat tercapai.
Dalam upaya mencapai pengembangan kinerja pengurus Gapoktan yang
baik, maka tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan merupakan faktor
yang sangat penting, karena tingkat kepuasan komunikasi merupakan hasil dari
sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi pengurus Gapoktan yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dalam hal melaksanakan kegiatan
usaha Gapoktan. Dengan perkatan lain, tingkat kepuasan komunikasi merupakan
salah satu faktor determinan bagi kinerja pengurus Gapoktan, yang mana tingkat
kepuasan komunikasi berfungsi sebagai kekuatan potensial yang ada dalam diri
seseorang yang dapat dikembangkan sendiri atau oleh sejumlah kekuatan luar
yang pada intinya berkisar pada imbalan non material yang dapat mempengaruhi
kinerjanya. Pengurus Gapoktan akan mengeluarkan segala kemampuan dan
energinya dalam rangka memenuhi tujuan Gapoktan dengan cara
mengembangkan kinerjanya sejauh pengurus Gapoktan mendapatkan kepuasan
batiniah yang diidamkannya. Pemikiran seperti ini dapat digunakan untuk
menerangkan perbedaan-perbedaan dalam intensitas perilaku, yang mana
perilaku-perilaku yang lebih intens dianggap sebagai hasil dari tingkat kepuasan
komunikasi yang lebih intensif pula. Secara keseluruhan, kepuasan komunikasi
berhubungan dengan pengalaman berkomunikasi seseorang di dalam organisasi.
Hal ini berkaitan dengan Gapoktan sebagai sasaran organisasi petani
pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM dalam menyalurkan dana Bansos dan
sebagai lembaga ekonomi petani terdiri dari beberapa kelompok tani yang
memiliki berbagai karakteristik tertentu, sehingga komunikasi organisasi yang
efektif sangat diperlukan. Oleh karena itu komunikasi organisasi yang efektif
adalah penting bagi kehidupan berorganisasi, baik komunikasi yang terjadi di
dalam organisasi itu sendiri maupun komunikasi yang terjalin dengan pihak luar.
Terciptanya komunikasi organisasi yang baik, diharapkan Gapoktan lebih berdaya
saing sehingga akan berkembang menjadi Gapoktan mandiri. Adanya beberapa
permasalahan di lapangan tentunya belum memberikan hasil yang maksimal, hal
ini mengindikasikan belum tercapainya tujuan Gapoktan.
4
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang
mengkaji mengenai hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi
organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim
komunikasi dan hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan komunikasi
pengurus Gapoktan pada pelaksanaan Penguatan-LDPM.
Perumusan Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial hidup tidak lepas dari kehidupan
berkelompok atau berorganisasi, sehingga manusia cenderung melaksanakan
semua aktivitas komunikasi yang berkaitan dengan hidupnya sepanjang itu
menguntungkan dirinya. Dewasa ini, dalam proses pembangunan banyak
menggunakan kelompok sebagai media untuk mencapai tujuan pembangunan.
Banyak faktor yang menyebabkan kita termotivasi untuk masuk ke dalam
organisasi tertentu. Biasanya organisasi terbentuk atas dasar kesamaan tertentu,
khususnya kebutuhan akan keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Program Penguatan-LDPM dilaksanakan melalui pendekatan pemberdayaan
Gapoktan. Gapoktan dibina dan dibimbing agar melalui unit usaha yang
dikelolanya mampu mengatasi permasalahan petani anggotanya, khususnya
masalah ketidakmampuan anggotanya dalam mengakses pangan di saat paceklik,
masalah harga pangan yang jatuh saat panen raya, dan masalah pembiayaan/modal
usaha. Melalui upaya pemberdayaan, diharapkan Gapoktan sebagai organisasi
petani di pedesaan dapat tumbuh dan berkembang menjadi prime mover dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan petani (BKP 2014).
Terciptanya aktivitas komunikasi organisasi yang baik diharapkan dapat
meningkatkan
kemandirian
Gapoktan,
sehingga
Gapoktan
mampu
mengembangkan unit usaha yang dikelolanya dalam (i) meningkatkan kerja sama
yang transparan antara Gapoktan (pengurus dan anggota) dengan unit-unit usaha
yang dikelolanya; (ii) menghimpun, mengembangkan dan memupuk dana yang
dikelola oleh masing-masing unit usaha Gapoktan dari usaha bisnis yang
dikelolanya; (iii) menerapkan aturan dan sanksi yang telah dirumuskan dan
ditetapkan sendiri secara musyawarah; (iv) meningkatkan keterampilan dan
kemampuan dalam hal membuat administrasi (AD/ART), pembukuan,
pemantauan secara partisipatif; (v) pengawasan internal; serta (vi)
mengembangkan kemitraan serta melakukan negosiasi dengan pihak lain untuk
memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya (BKP 2014).
Pengurus sebagai aset utama organisasi Gapoktan perlu juga diperhatikan
kepuasannya, termasuk kepuasan dalam kepuasan komunikasi. Menurut Scot dan
Mitchell (dalam Robbins 2008), dalam suatu organisasi, komunikasi menjalankan
4 fungsi utama yaitu sebagai kendali (kontrol atau pengawasan), motivasi,
pengungkapan emosional dan informasi. Seorang karyawan yang tidak puas
terhadap komunikasi yang tempat bekerja, termasuk komunikasi dengan atasan
dan rekan kerja, akan cenderung mengeluh, mangkir dari pekerjaan, sehingga
akhirnya akan menurunkan kinerjanya. Kinerja tiap karyawan tidak sama karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya usia, jenis kelamin, masa kerja, latar
belakang pendidikan, dan lain-lain.
Hasil penelitian Soetiarso (2002) menunjukan bahwa karakteristik individu
merupakan faktor internal yang berhubungan dengan faktor eksternal iklim
5
komunikasi organisasi yang meliputi kepercayaan, kejujuran, pembuatan
keputusan bersama, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, dan keterbukaan
dalam komunikasi ke atas. Penelitian yang mengkaji hubungan iklim komunikasi
organisasi dan kepuasan komunikasi dilakukan oleh Abiseno (2009) dan Irsyadi
(2003). Temuan dalam penelitian ini yaitu secara keseluruhan, karyawan
mempunyai kepuasan yang cukup tinggi dan faktor-faktor iklim komunikasi yang
berpengaruh dalam pemenuhan kepuasan komunikasi karyawan perusahaan
adalah faktor pengambil keputusan yang partisipatif, faktor tujuan prestasi yang
tinggi dan faktor kepercayaan.
Menurut Pace & Faules (2010) iklim komunikasi organisasi dibentuk oleh 6
faktor yaitu kepercayaan, pembuat keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan
dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan
perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Jika enam hal tersebut berjalan
dengan baik dalam suatu organisasi, maka organisasi tersebut akan memiliki iklim
komunikasi yang baik pula. Jika iklim komunikasinya baik, maka pengurus dalam
organisasi tersebut akan memiliki kepuasan komunikasi yang baik pula, namun
belum tentu seluruh faktor iklim komunikasi tersebut berpengaruh pada kepuasan
komunikasi.
Faktor sehat atau tidaknya iklim komunikasi organisasi dapat kita lihat salah
satunya melalui penyebaran informasi ataupun kebijakan dari manajemen tingkat
atas kepada karyawannya melalui komunikasi vertikal, yaitu komunikasi ke
bawah dan komunikasi ke atas (Mulyana & Rakhmat 2001). Menurut Steers
(1985) peubah-peubah yang berhubungan dengan efektivitas organisasi adalah (1)
karakteristik organisasi, termasuk struktur dan teknologi; (2) karakteristik
lingkungan, termasuk lingkungan intern dan ekstern; (3) karakteristik karyawan;
dan (4) kebijakan praktik manajemen.
Penelitian yang mengkaji kepuasan komunikasi telah banyak diteliti
diantaranya Emeralda (2002), Mazir (2002), Irsyadi (2003), Arifin (2005),
Rahardjowibowo (2006), dan Primadini (2012), hasil penelitian mereka
menyimpulkan bahwa kepuasan komunikasi berhubungan dengan kinerja maupun
produktivitas karyawan dalam suatu perusahaan. Salah satu faktor tingkat
kepuasan komunikasi yaitu kecukupan informasi dan kualitas media, di mana
informasi yang cukup jelas dan detail bagi karyawan menyelesaikan pekerjaannya
dan adanya rasa tanggung jawab serta media penyampaian yang sesuai dengan
kapasitas karyawan memudahkan pekerjaan dalam penerimaan informasi
pengerjaan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. Penelitian yang
mengkaji tentang Gapoktan juga telah diteliti diantaranya Hariadi (2007),
Sandyatma (2012), dan Akbar (2012), hasil penelitian mereka menyimpulkan
bahwa partisipasi anggota Gapoktan masih kurang dalam pelaksanaan kegiatan
usaha Gapoktan.
Berdasarkan hasil kajian terhadap penelitian-penelitian sebelumnya, maka
penelitian tentang hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi
organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dan hubungan iklim
komunikasi dengan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan belum
pernah dilakukan pada Gapoktan menerima program Penguatan-LDPM di
Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor. Sebagian besar penelitian terdahulu
dilakukan di perusahaan dan organisasi birokrasi di mana memiliki karakteristik
individu dan kondisi yang berbeda dengan Gapoktan. Penelitian yang dilakukan di
6
Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor, akan menganalisis hubungan
karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi organisasi dalam pengembangan
kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi serta hubungan iklim
komunikasi dengan tingkat kepuasan pengurus Gapoktan, yang selanjutnya secara
rinci dirumuskan sebagai berikut:
1. Sejauhmana hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi
organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim
komunikasi.
2. Sejauhmana hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan komunikasi
pengurus Gapoktan.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan,
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan iklim komunikasi Gapoktan pada program PenguatanLDPM.
2. Menganalisis hubungan antara karakteristik pengurus Gapoktan dengan iklim
komunikasi organisasi Gapoktan pada program Penguatan-LDPM.
3. Menganalisis hubungan antara komunikasi organisasi dalam pengembangan
kinerja pengurus dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan pada program
Penguatan-LDPM.
4. Menganalisis tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan dan
hubungannya dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan pada program
Penguatan-LDPM.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini
diharapkan berguna:
1. Secara akademis, hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan
pemikiran ilmiah bagi pengembangan disiplin ilmu komunikasi pembangunan
pertanian dan pedesaan khususnya yang berkaitan dengan komunikasi
organisasi.
2. Secara praktis, bagi peneliti hasil penelitian ini berguna untuk menambah
wawasan dan pemahaman dan menjadi referensi untuk penelitian lanjutan
yang berhubungan dengan komunikasi organisasi.
3. Bagi pemerintah Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor khususnya Badan
Ketahanan Pangan Daerah, hasil penelitian ini diharapkan memberikan
masukan yang berguna dalam upaya menentukan kebijakan yang berhubungan
dengan program Penguatan-LDPM .
7
2 TINJAUAN PUSTAKA
Program Penguatan-LDPM
Pada saat panen raya, wilayah-wilayah di daerah sentra produksi padi dan
jagung pada umumnya selalu dihadapkan pada masalah jatuhnya harga
gabah/beras dan jagung sehingga petani selaku produsen pangan selalu
dihadapkan pada posisi yang kurang menguntungkan. Ditambah lagi pada saat
musim paceklik, sebagai konsumen petani dihadapkan pada permasalahan sulitnya
akses pangan dan kredit pangan bagi petani miskin. Permasalahan lain yang tidak
kalah pentingnya sering dihadapi oleh petani adalah: (1) keterbatasan modal
usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/
pemasaran; dan (2) posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang
bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya
dengan harga rendah kepada para pedagang perantara (BKP 2014).
Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompoktani,
dan/atau Gapoktan terhadap jatuhnya harga gabah, beras dan/atau jagung di saat
panen raya dan masalah aksesibilitas pangan, pemerintah melalui Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, sejak Tahun 2009 telah melaksanakan
kegiatan Penguatan-LDPM. Melalui kegiatan Penguatan-LDPM, Pemerintah
menyalurkan dana bansos dari APBN kepada Gapoktan dalam
rangka
memberdayakan kelembagaan tersebut agar mereka mampu dan berdaya dalam
melakukan aktivitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan.
Melalui fasilitas penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama
dengan anggotanya mampu secara swadaya melakukan aktifitas antara lain
membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang
pemasaran pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi kebutuhan
anggotanya.
Program Penguatan-LDPM bertujuan untuk (BKP 2014) :
1. Memberdayakan Gapoktan agar mampu mengembangkan unit usaha distribusi
atau pemasaran atau pengolahan hasil dan unit pengelola cadangan pangan,
antara lain dalam hal: (i) mengembangkan sarana penyimpanan (gudang)
sendiri, (ii) menyediakan cadangan pangan (gabah/beras dan/atau pangan
pokok lokal spesifik lainnya) minimal bagi kebutuhan anggotanya di saat
menghadapi musim paceklik, dan (iii) menjaga stabilisasi harga gabah; beras
dan/atau jagung di saat panen raya melalui kegiatan pembelian-penjualan.
2. Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah melalui peningkatan usaha
pembelian dan penjualan gabah, beras dan/atau jagung.
3. Meningkatkan nilai tambah produk petani anggotanya melalui kegiatan
penyimpanan atau pengolahan atau pengemasan dan lain-lain.
4. Memperluas jejaring kerja sama distribusi/pemasaran yang saling
menguntungkan dengan mitra usaha, baik di dalam maupun di luar
wilayahnya.
Mengingat di daerah sentra produksi padi dan jagung sering terjadi gejolak
harga di saat panen raya, maka Gapoktan sebagai organisasi di pedesaan harus
diperkuat agar mampu membantu anggotanya dalam mendistribusikan/
memasarkan produksi. Gapoktan juga diharapkan mampu menggerakan unit-unit
8
usahanya sehingga terjadi perputaran ekonomi di unit usahanya maupun di
wilayahnya melalui kegiatan usaha pembelian, pengolahan, penyimpanan,
pengemasan dan penjualan gabah/beras dan/atau jagung, serta mengembangkan
jejaring pemasaran dengan mitranya baik di dalam maupun di luar wilayahnya.
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut dalam pelaksanaan
kegiatan Penguatan-LDPM adalah untuk mewujudkan stabilisasi harga pangan di
tingkat petani dan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani melalui: (i)
pengembangan unit-unit usaha (unit usaha distribusi atau pemasaran atau
pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan); dan (ii) pembangunan sarana
penyimpanan milik Gapoktan agar dapat meningkatkan posisi tawar petani,
meningkatkan nilai tambah produksi petani dan mendekatkan akses masyarakat
terhadap sumber pangan. Kebijakan tersebut diarahkan untuk: (i) mendukung
upaya petani memperoleh harga yang lebih baik pada saat panen raya; (ii)
meningkatkan kemampuan petani memperoleh nilai tambah produk pangan dan
usahanya melalui kegiatan pengolahan/pengepakan/pemasaran sehingga terjadi
perbaikan pendapatan di tingkat petani anggotanya; dan (iii) memperkuat
kemampuan Gapoktan dalam pengelolaan cadangan pangan sehingga mampu
mendekatkan akses pangan anggotanya saat menghadapi paceklik atau tidak ada
panen (BKP 2014).
Sasaran penerima dana Bansos Kegiatan Penguatan-LDPM adalah
Gapoktan yang berada di daerah sentra produksi padi dan/atau jagung dengan
kriteria sebagai berikut (BKP 2012):
(1) Memiliki organisasi kepengurusan yang masih aktif (Ketua, Sekretaris,
Bendahara) dan sah;
(2) Gapoktan yang bersangkutan tidak mendapat penguatan modal atau fasilitasi
lain untuk kegiatan yang sama/sejenis pada saat yang bersamaan atau
mendapat modal pada tahun sebelumnya (terkecuali kegiatan yang
diprogramkan secara bertahap dan saling mendukung);
(3) Memiliki unit usaha distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran dan
atau unit usaha pengolahan/Rice Milling Unit, yang berpengalaman dalam
jual-beli (gabah/beras/jagung), serta pengolahan (pengeringan, pembersihan,
penggilingan, pengepakan);
(4) Mempunyai gudang milik Gapoktan untuk menampung gabah/beras/ jagung
dengan kapasitas 30 sampai 40 ton;
(5) Jika Gapoktan tidak memiliki gudang maka Gapoktan dengan menggunakan
dana bansos dapat membangun gudang di atas lahan milik Gapoktan yang
diperoleh/dibeli secara bersama-sama, atau hibah, atau bantuan pemerintah
daerah yang disahkan dihadapan notaris;
(6) Memiliki SumberdayaManusia (SDM) yang mampu mengelola dan
memfasilitasi kegiatan usaha bersama;
(7) Memiliki potensi pengembangan usaha (keinginan untuk memperluas usaha)
bagi kepentingan anggota kelompok dan penguatan cadangan pangan secara
mandiri dan berkelanjutan;
(8) Tidak bermasalah dengan perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya;
(9) Ketua Gapoktan bersedia mengirimkan laporan setiap minggu pada hari
Senin ke No 081380829555 melalui SMS (layanan pesan singkat) dan
laporan bulanan tertulis kepada Badan/Kantor/Dinas/unit kerja yang
menangani ketahanan pangan kabupaten/kota.
9
(10) Jika di lokasi yang bersangkutan belum terbentuk Gapoktan yang memenuhi
kriteria tersebut di atas, maka kegiatan ini dapat dilaksanakan oleh Poktan
yang telah dikukuhkan oleh Camat/Kepala BPP/Koordinator Penyuluh dan
memenuhi kriteria di atas. Selanjutnya Poktan tersebut diarahkan berkembang
menjadi Gapoktan.
Dukungan pemerintah dalam rangka pemberdayaan Gapoktan di daerah
sentra produksi, dengan meningkatnya kegiatan pembelian-penjualan diharapkan
mampu meminimalkan tingkat fluktuasi harga di wilayah pada saat panen raya
sehingga terwujud stabilisasi harga di tingkat petani. Dengan terkendalinya
tingkat harga pangan di wilayah tersebut diharapkan mampu mengatasi inflasi,
dan memotivasi bekerjanya mekanisme pasar secara efektif dan efisien. Kerangka
pikir program Penguatan-LDPM terlihat pada Gambar 1.
Terwujudnya stabilitas harga pangan wilayah
Terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani
Posisi
tawar
meningkat
Harga di petani
baik
Nilai tambah produk meningkat
Akses pangan
meningkat
Unit Usaha Pengolahan
Gapoktan
Unit Usaha
Distribusi/Pemasaran
/ Pengolahan
Modal usaha dan
manajemen meningkat
Unit Cadangan
Pangan
B A N S O S + Pendampingan
Permasalahan
Rendahnya posisi tawar petani pada saat panen raya
Rendahnya nilai tambah produk pertanian
Terbatasnya modal usaha Gapoktan
Terbatasnya akses pangan (beras) pada saat masa paceklik
Gambar 1 Kerangka pikir program Penguatan-LDPM
Kegiatan Penguatan-LDPM yang bersumber dari Dana APBN akan
diberikan kepada Gapoktan selama 3 tahun yaitu: (a) Tahap Penumbuhan pada
tahun ke-1, (b) Tahap Pengembangan pada tahun ke-2, (c) Tahap Kemandirian
pada tahun ke-3, (d) Tahap Pasca Kemandirian tahun ke-4. Dana Bansos tahun ke1 dan ke-2 disalurkan langsung ke rekening Gapoktan untuk penguatan dan
pemberdayaan Gapoktan. Tahun ke-3 dan ke-4 akan dialokasikan dana APBN
untuk pembinaan tahap akhir menuju pasca kemandirian (Gambar 2).
Pada Tahap Penumbuhan, alokasi dana per Gapoktan sebesar Rp 150 juta
diperuntukkan: (a) pembangunan atau renovasi gudang milik Gapoktan untuk
penyimpanan pangan; (b); penguatan modal usaha Gapoktan untuk dapat
melakukan pembelian-penjualan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya
10
dan/atau di luar anggotanya pada saat panen raya minimal sesuai Harga Pembelian
Pemerintah (HPP) untuk gabah/beras dan/atau Harga Referensi Daerah (HRD)
untuk jagung dalam rangka mendorong stabilisasi harga pangan; dan (c)
penguatan Gapoktan untuk dapat melakukan pengadaan gabah/beras dan/atau
jagung, dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya sebagai cadangan pangan.
TAHAP
PENUMBUHAN
TAHUN 2009
TAHAP
PENGEMBANGAN
TAHUN 2010
Pembangunan/
Renovasi
Gudang
TAHAP
KEMANDIRIAN
TAHUN 2011
Pengadaan
Cadangan
Pangan
Pembinaan
Pengadaan
Cadangan
Pangan
Kegiatan
Pembelian &
Penjualan
Kegiatan
Pembelian &
Penjualan
TAHAP PASCA
KEMANDIRIAN
TAHUN 2012
Pembinaan
Pembinaan
Pendampingan
Pendampingan
Pendampingan
Pembinaan
Pendampingan
Gambar 2 Tahapan pelaksanaan program Penguatan-LDPM
Untuk Tahap Pengembangan dana sebesar Rp 75 juta per Gapoktan
disalurkan ke Gapoktan pada tahap pengembangan (tahun kedua) yang sudah
dievaluasi kelayakannya untuk mendapat tambahan modal dari Bansos tahun
kedua. Dana sebesar Rp 75 juta tersebut digunakan untuk: (a) pembelianpenjualan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya dan/atau di luar anggotanya
pada saat panen raya dalam rangka stabilisasi harga pangan; dan atau (b) untuk
pengadaan gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik
lainnya dalam rangka memperkuat cadangan pangan. Apabila Gapoktan pada
Tahap Penumbuhan belum memenuhi persyaratan untuk dapat masuk ke Tahap
Pengembangan, maka Dana Bansos sebesar Rp 75 juta belum dapat dicairkan
menunggu sampai Gapoktan dinyatakan siap untuk dapat masuk dalam Tahap
Pengembangan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Tim
Pembina Provinsi sesuai dengan hasil evaluasi.
Selanjutnya Gapoktan yang belum siap untuk masuk dalam Tahap
Pengembangan wajib untuk dibina secara terus menerus secara berjenjang mulai
dari Pendamping, Tim Teknis Kabupaten /Kota dan Tim Pembina Provinsi
11
sehingga Gapoktan tersebut dianggap mampu untuk masuk dalam Tahap
Pengembangan. Pada tahap Kemandirian dan Pasca Kemandirian Gapoktan
diharapkan sudah dapat secara mandiri melangsungkan keberlanjutan kegiatan
yang diindikasikan dengan bertambahnya modal dan perputaran usaha jual beli
gabah/beras/jagung. Pembinaan masih terus dilakukan pada tahap ini oleh
pendamping, Tim Teknis Kabupaten/Kota, Tim Pembina Provinsi, dan Tim Pusat
hingga ke tahap exit strategy (BKP 2014).
Dukungan yang diberikan oleh pemerintah merupakan modal awal bagi
Gapoktan Tahap Penumbuhan dan modal tambahan bagi Gapoktan Tahap
Pengembangan dan unit-unit usaha yang dikelolanya sehingga mampu
meningkatkan usahanya, mampu memupuk dan mengembangkan modal yang
telah diberikan dan sekaligus mampu mendekatkan akses pangan bagi anggotanya
melalui cadangan pangan. Dengan semakin meningkatnya posisi tawar petani,
nilai tambah produk pertanian dan akses pangan petani terhadap pangan maka
diharapkan pendapatan dan kesejahteraan petani juga akan semakin meningkat.
Dampak akhir dari seluruh dukungan pemerintah tersebut melalui kegiatan
Penguatan-LDPM adalah mampu meningkatkan ketahanan pangan di tingkat
rumah tangga petani sehingga petani mempunyai semangat untuk melakukan
kegiatan produksi secara berkelanjutan dan dapat memberikan kontribusi terhadap
ketahanan pangan wilayah.
Gapoktan akan memperoleh bimbingan dari pendamping, Tim Teknis
Kabupaten/Kota maupun Tim Pembina Provinsi secara partisipatif, sehingga
diharapkan mereka secara mandiri mampu untuk: (i) menemukenali permasalahan
yang dihadapi pada saat menghadapi panen raya dan pada saat menghadapi musim
paceklik; (ii) merumuskan dan memutuskan cara yang tepat secara musyawarah
dan mufakat jatuhnya harga di tingkat petani; (iii) mengatasi kebutuhan pangan
anggotanya di saat mereka menghadapi paceklik atau tidak ada panen; dan (iv)
mencari pasar atau mitra usaha di dalam maupun di luar wilayahnya yang dapat
memberikan keuntungan bagi anggotanya. Selanjutnya Gapoktan (pengurus,
anggota dan unit usahanya) disadarkan agar mereka mampu: (i) untuk
menghilangkan ketergantungan dari pihak lain; (ii) untuk tumbuh menjadi
Gapoktan yang mandiri; (iii) untuk berkembang secara swadaya dan berkelanjutan
dalam mengembangkan usahanya secara produktif.
Strategi keberlanjutan kegiatan Penguatan-LDPM setelah memasuki Tahap
Kemandirian
dilakukan oleh Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis
Kabupaten/Kota untuk:
a. Mengintegrasikan dan menginternalisasikan kegiatan-kegiatan pada instansi
terkait untuk memperoleh dukungan fasilitasi sarana prasarana Gapoktan
(berupa lantai jemur, alat pengering, pengemasan, mesin jahit karung,
timbangan, penggilingan/Rice Milling Unit, dan lain-lain).
b. Melanjutkan pembinaan di bidang administrasi dan teknis (penyimpanan,
pengolahan, pemasaran dan lain-lain) baik melalui dukungan APBD provinsi
maupun kabupaten/kota.
c. Mendorong terbentuknya wadah asosiasi Gapoktan di kabupaten/kota dan
provinsi dalam rangka pengembangan jejaring pemasaran gabah, beras,
dan/atau jagung.
d. Melakukan seleksi terhadap Gapoktan tahap kemandirian yang layak untuk
dijadikan laboratorium/pusat pembelajaran kegiatan distribusi padi/jagung.
12
e. Mengamankan aset yang dimiliki Gapoktan, agar dana belanja bansos dari
APBN tidak menjadi milik perorangan maupun pengurus tetapi tetap terus
berkembang untuk kesejahteraan anggotanya.
Karakteristik Pengurus Gapoktan
Faktor-faktor penentu prestasi kerja individu dalam organisasi adalah faktor
individu dan faktor kerja lingkungan organisasi. Hal ini sesuai dengan teori
konvergensi William Stren, dalam teorinya tersebut, sebenarnya merupakan
perpaduan dari pandangan teori heriditas dari Schopenhauer dan teori lingkungan
dari Jhon Locke. Schopenhaure dalam teori heriditasnya berpandangan bahwa
hanya faktor individu (termasuk keturunannya) yang sangat menentukan
seseorang individu mampu berprestasi atau tidak, sedangkan Jhon Locke dalam
teori lingkungan berpandangan bahwa hanya faktor lingkungan yang sangat
menentukan seorang individu mampu berprestasi atau tidaknya (Mangkunegara,
2010).
Menurut Mangkunegara (2010) secara psikologis, individu yang normal
adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan
fisiknya, dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka
individu tersebut memiliki konsentrasi yang baik, yang merupakan modal utama
indvidu manusia dalam melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi.
Karakteristik pelaku komunikasi merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang
dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan
lingkungannnya. Menurut Rakhmat (2005) karakteristik itu dibentuk oleh faktor
biologis yang mencakup genetis, sistem syaraf serta sistem hormonal, dan faktor
sosio-psikologis berupa komponen-komponen konatif yang berhubungan dengan
kebiasaan dan afektif.
Menurut Hunt (dalam Muhammad 2009) organisasi sesungguhnya
digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing, mengelola, mengarahkan dan
menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru,
program baru dan arah yang baru. Kebanyakan dari orang dewasa menghabiskan
waktu kerjanya kira-kira 50 sampai 60 persen dalam organisasi sebagai anggota
organisasi. Berdasarkan penjelasan tentang karakteristik individu, maka dapat
dikatakan bahwa karakteristik pengurus Gapoktan merupakan ciri kepribadian
seseorang yang ada sejak lahir dan berkembang sesuai perkembangan lingkungan.
Berdasarkan penjelasan tentang karakteristik individu, maka dapat dikatakan
bahwa karakteristik pengurus Gapoktan adalah ciri kepribadian atau sifat yang
dimiliki pengurus Gapoktan yang ada sejak lahir dan berkembang sesuai
perkembangan lingkungan.
Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan
Menurut Muhammad (2009) terdapat berbagai macam persepsi yang
berbeda dari para ahli komunikasi organisasi antara lain :
(1) Persepsi Redding dan Sanborn, menyatakan bahwa komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang meliputi:
a) komunikasi internal, b) hubungan manusia, c) hubungan persatuan
13
pengelola, d) komunikasi downward (dari atas ke bawah), e) komunikasi
upward (dari bawah ke atas), f) komunikasi horizontal g) keterampilan
berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan evaluasi program.
(2) Persepsi Katz & Kahn, berpendapat bahwa komunikasi organisasi merupakan
arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam organisasi.
(3) Persepsi Zelko & Dance, menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah
suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan
komunikasi eksternal.
(4) Persepsi Thayer, memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi
yaitu: a) berkenaan dengan kerja organisasi b) berkenaan dengan pengaturan
organisasi, c) berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi.
(5) Persepsi Greenbaunm menjelaskan bahwa komunikasi organisasi termasuk
arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi, memandang peranan
komunikasi terutama sebagai koordinasi pribadi, tujuan organisasi dan
masalah menggiatkan aktivitas.
Menurut Goldhaber (1990) definisi komunikasi organisasi adalah proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang
saling tergantung satu dengan lainnya untuk mengatasi lingkungan yang tidak
pasti atau yang selalu berubah. Definisi ini mengandung 7 konsep kunci yaitu:
(1) Proses
Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang
menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya. Karena gejala
henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses.
(2) Pesan
Pesan merupakan susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek,
kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang. Untuk berkomunikasi
seseorang harus sanggup menyusun suatu gambaran mental, memberi
gambaran itu nama dan mengembangkan suatu perasaan terhadapnya.
Komunikasi tersebut efektif kalau pesan yang dikirim itu diartikan sama
dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim.
(3) Jaringan
Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi
atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari
orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang
dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin
mencakup hanya 2 orang, beberapa orang, atau keseluruhan organisasi.
Hakikat dan luas dari jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi
dari pesan.
(4) Tergantung
Konsep kunci komunikasi organisasi ke-4 adalah keadaan yang saling
tergantungan satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini terjadi menjadi sifat
dari suatu organ isasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian
darin organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian
lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi.
(5) Hubungan
Organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem kehidupan sosial
maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia.
14
Dengan kata lain jaringan melalui mana jalannya pesan dalam suatu organisasi
dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam
organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang
yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari. Sikap, kemampuan,
moral dari seseorang p