Evaluasi Kinerja Gapoktan Mekarmukti dan Dampaknya terhadap Petani Cabai Anggota di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

EVALUASI KINERJA GAPOKTAN MEKARMUKTI DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PETANI CABAI ANGGOTA
DI KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR
JAWA BARAT

JUNASA ANDHIKA IMANUDDIN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kinerja
Gapoktan Mekarmukti dan Dampaknya terhadap Petani Cabai Anggota di
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Junasa Andhika Imanuddin
NRP H34070126

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
JUNASA ANDHIKA IMANUDDIN. Evaluasi Kinerja Gapoktan Mekarmukti
dan Dampaknya terhadap Petani Cabai Anggota di Kecamatan Cibinong,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA.
Keberadaan kelembagaan petani dapat menjadi kunci para petani di desa untuk
meningkatkan kesejahteraan dan skala ekonomi usahatani mereka. Sesuai
fungsinya, kelembagaan petani dapat menjadi wadah bersama para petani untuk

meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksinya serta memberikan
posisi tawar yang seimbang terhadap para mitra pemasaran dan industri pertanian
bermodal besar. Penelitian ini bertujuan menilai kinerja kelembagaan petani di
Desa Mekarmukti, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat di level
kelompoktani sebagai wadah bersama para petani dan level Gabungan
Kelompoktani (Gapoktan) yang dapat meningkatkan skala ekonomi desa dan
menjadi lembaga penunjang subsistem agribisnis lainnya pada sistem agribisnis
cabai. Selain itu, penelitian ini juga mengukur dampak dari Gapoktan dan
kelompoktani terhadap para petani anggota sehingga membentuk sebuah sistem
hierarki yang bersinergi dengan baik untuk kesejahteraan para petani anggota.
Analisis kinerja diukur dengan analisis statistik deskriptif, sedangkan analisis
dampak diukur menggunakan statistik non-parametrik yaitu Uji Wilcoxon
Berpasangan. Hasilnya, Gapoktan Mekarmukti memiliki tingkat keberhasilan
pelaksanaan kinerja sebesar 72,73 persen dan para kelompoktani yang tergabung
di dalamnya memiliki tingkat kinerja dalam kisaran di bawahnya. Gapoktan
Mekarmukti juga berdampak positif pada 17 variabel dari 23 variabel yang diuji.
Dapat disimpulkan bahwa keberadaan Gapoktan dan Kelompoktani berperan
penting bagi para petani anggota di Desa Mekarmukti karena memiliki kinerja
yang baik dan berdampak positif. Namun, Gapoktan Mekarmukti dan
kelompoktani yang berada di dalamnya masih perlu meningkatkan kinerja yang

masih kurang optimal dan menghilangkan dampak negatifnya.
Kata kunci: analisis dampak, analisis kinerja, gabungan kelompoktani,
kelompoktani

ABSTRACT
JUNASA ANDHIKA IMANUDDIN. Importance and Impact Analysis of Farmers
Group Organisation Mekarmukti, Cibinong, Cianjur District, West Java.
Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA.
The presence of farmers institution could be the key to improve welfare and
economies of scale in the village for farmers. As its function, farmers institution
could be a forum of farmers for improving quality, quantity, and continuity of
their crops togetherness. Farmers institution also could be balancing the
bargaining position between small farmers and marketing farmers then food
estates. This research aims to assess the performance of farmers institution in
Mekarmukti Village, Cibinong District, Cianjur, West Java in farmers group level
as a forum of farmers and Farmers Group Associaton (FGA) level which could be

improving the economies of scale and act as supporting institutions other
agribusiness subsystem in agribusiness system of chili. This research also
measured an impact from FGA and farmers group to farmers so that establish a

hierarchy system which synergize for farmer’s welfare. Performance analysis
measured with descriptive statistical analysis and impact analysis measured with
nonparametical statistic, Wilcoxon Paired Test. Result, Mekarmukti FGA have a
success rate performance of 72,73 percent and farmers group in associated with it
have rate in the range below. Mekarmukti FGA also impact positively in 17
variabels from 23 tested variabels. In conclusion, FGA and farmers group in
associated with are important for member farmers because of have a good
performance and and positive impact. However, Mekarmukti FGA and farmers
group in associated with still have to improve the performance which not
optimally yet and reducting the negative impact.
Key words: farmers groups, farmers group association, impact analysis,
performance analysis,

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

EVALUASI KINERJA GAPOKTAN MEKARMUKTI DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PETANI CABAI ANGGOTA
DI KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR
JAWA BARAT

JUNASA ANDHIKA IMANUDDIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Skripsi : Evaluasi Kinerja Gapoktan Mekarmukti dan Dampaknya terhadap
Petani Cabai Anggota di Kecamatan Cibinong, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat
: Junasa Andhika Imanuddin
Nama
: H34070126
NIM

Disetujui oleh

Ir. Juniar Atmakusuma, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

. 0 AUG 2013

1 .................... .

Tanggal Lulus ........ .......

Judul Skripsi : Evaluasi Kinerja Gapoktan Mekarmukti dan Dampaknya terhadap
Petani Cabai Anggota di Kecamatan Cibinong, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat
Nama
: Junasa Andhika Imanuddin
NIM
: H34070126

Disetujui oleh

Ir. Juniar Atmakusuma, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus: ...................................

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
yang telah diberikan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini adalah kelembagaan petani yang mencakup kelompoktani dan
Gabungan Kelompoktani (Gapoktan), dengan judul Evaluasi Kinerja Gapoktan
Mekarmukti dan Dampaknya terhadap Petani Cabai Anggota di Kecamatan
Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS
selaku pembimbing, dan Bapak Dr. Ir. Suharno, M.Adev; Ibu Anita Primaswari
Widhiani, SP, MSi; Ibu Ir. Narni Farmayanti, MS dan Bapak Rahmat Yanuar, SP.
MSi. yang telah banyak memberi saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat
selesai. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada para petani di
Desa Mekarmukti yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Adik, dan seluruh keluarga atas
doa dan kasih sayangnya serta teman-teman yang telah memberikan dukungan.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2013

Junasa Andhika Imanuddin

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Cabai (Capsicum annuum L.)
Lembaga/Organisasi Petani dalam Sistem Agribisnis
Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan)
sebagai Lembaga/Organisasi Petani

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Kinerja Gabungan Kelompoktani (Gapoktan)
Mekarmukti dan Kelompoktani anggotanya
Analisis Dampak Gapoktan Mekarmukti terhadap Petani
Anggotanya
Analisis Dampak Kelompoktani Anggota Gapoktan Mekarmukti
terhadap Petani Anggotanya
Uji Wilcoxon Berpasangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Gapoktan Mekarmukti
Analisis Kinerja Gabungan Kelompoktani (Gapoktan)
Mekarmukti
Analisis Kinerja Kelompoktani Anggota Gapoktan Mekarmukti .
Analisis Dampak Gapoktan Mekarmukti terhadap Kelompoktani
dan Petani Anggotanya
Analisis Dampak Kelompoktani Anggota Gapoktan Mekarmukti

terhadap petani anggotanya
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
x
1
1
2
5
5
5
5
6
8
10
10
10
11
11
11
12
13
14
15
15
17
19
20
27
35
36
38

DAFTAR TABEL
1 Matrik fungsi-fungsi agribisnis beserta lembaga- lembaga yang
dapat menjalankan fungsi tersebut dalam kegiatan pertanian di
pedesaan
4
2 Evaluasi kinerja Gapoktan Mekarmukti
17
3 Evaluasi kinerja kelompoktani anggota Gapoktan Mekarmukti
berdasarkan kelompoktani
19
4 Evaluasi kinerja kelompoktani anggota Gapoktan Mekarmukti
berdasarkan kinerja kelompoktani
20
5 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel unit penyediaan sarana dan prasarana
produksi
21
6 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel unit usahatani
23
7 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel unit pemasaran
24
8 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel unit usaha keuangan mikro
26
9 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
Untuk variabel-variabel kelas belajar di Kelompoktani Cirendeu
27
10 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel kelas belajar di Kelompoktani Datar Kawung 28
11 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel kelas belajar di Kelompoktani Pasir Kokol
29
12 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel kelas belajar di Kelompoktani Cigombong
29
13 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel wadah bersama
31
14 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel unit produksi di Kelompoktani Cirendeu
31
15 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel unit produksi di Kelompoktani Datar Kawung 32
16 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel unit produksi di Kelompoktani Pasir Kokol 34
17 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan
untuk variabel-variabel unit produksi di Kelompoktani Cigombong 35
18 Evaluasi dampak Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani anggota
terhadap para petani anggota
36

DAFTAR GAMBAR
1 Grafik fluktuasi harga cabai nasional September 2010 –
Februari 2012
2 Lingkup pembangunan sistem dan usaha agribisnis
3 Struktur organisasi Gapoktan Mekarmukti

3
7
16

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Organisasi petani dalam skala terkecil adalah kelompoktani. Skala lebih
luas, para petani dalam satu desa membentuk Gabungan Kelompoktani
(Gapoktan) yang merupakan gabungan dari beberapa kelompoktani yang terdapat
di desa tersebut. Ciri Gapoktan sebagai organisasi sosial-ekonomi sudah jelas
karena tujuan utamanya adalah meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
Syahyuti (2007) menambahkan bahwa Gapoktan menjadi lembaga gerbang
(gateway institution) yang menjadi penghubung petani satu desa dengan lembagalembaga lain di luarnya. Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi
pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk
pertanian, dan menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani.
Organisasi petani memegang peranan penting dalam pembangunan sektor
pertanian di Indonesia untuk menjadi salah satu media penyelesaian
permasalahan-permasalahan pertanian. Selain itu, organisasi petani dapat
menguatkan petani untuk bersatu dan bekerjasama untuk kebaikan sesama petani
(positive sum game) dan bukan sebaliknya untuk saling menjatuhkan (zero sum
game) dan menjadi lemah dihadapan para perusahaan kapital besar dan pasar
modern. Bahkan, kelembagaan petani lebih lanjut dapat membuat petani justru
berjalan bersama-sama dengan perusahaan besar dan pasar modern untuk
kerjasama mutualisme yang lebih baik1.
Menurut laporan Deptan dalam Syahyuti (2007), sampai dengan akhir tahun
2006, jumlah organisasi petani yang tercatat adalah 293.568 kelompok tani, 1.365
asosiasi tani, 10.527 koperasi tani, dan 272 P4S. Sekarang ini 375 kabupaten/kota
atau 86 persen dari total kabupaten/kota mempunyai organisasi penyuluhan
pertanian dalam bentuk Badan/Kantor/Balai/Sub Dinas/Seksi/UPTD/Kelompok
Penyuluh Pertanian. Sisanya, yaitu 61 kabupaten/kota (14 persen) bentuk
organisasinya tidak jelas. Sementara itu di Kecamatan, organisasi penyuluhan
pertanian yang terdepan yaitu Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), pada saat ini
dari 5.187 Kecamatan baru terbentuk 3.557 unit (69 persen).
Dewasa ini, dikenal suatu sistem yang dipercaya dapat mengelola sektor
pertanian secara lebih luas dan lebih modern dengan pendekatan integrasi antarsubsistem yaitu sistem agribisnis. Saragih (2010b), subsistem yang tercakup
dalam sistem agribisnis merupakan suatu mata rantai yang terintegrasi satu sama
lain mulai dari hulu hingga hilir yaitu subsistem hulu (penyediaan faktor
produksi), subsistem usahatani (on-farm), subsistem pemasaran, subsistem
pengolahan hasil pertanian, dan subsistem jasa penunjang.

1

Baga, Lukman M. 2011. Revitalisasi Kelembagaan Koperasi Pertanian. Disampaikan pada
Workshop Peranan Kelembagaan Petani (Gapoktan) dan Koperasi dalam Peningkatan
Kesejahteraan Petani. Kementerian Pertanian RI.

2
Krisnamurthi et al. (2010) dan Saragih (2010b) memberikan intisari yang
penting dari sistem agribisnis adalah adanya integrasi dan kesinambungan antarsubsistem yang baik sehingga dapat menyejahterakan semua pihak. Davis dan
Goldberg (1957) menambahkan bahwa sistem agribisnis secara keseluruhan akan
meningkatkan efisiensi subsistem yang ada.
Organisasi pertanian termasuk dalam subsistem jasa penunjang di dalam
sistem agribisnis. Peran subsistem jasa penunjang termasuk kelembagaan petani
dalam rantai sistem agribisnis itu sendiri cukup unik yaitu sebagai pendukung dari
semua subsistem yang ada agar berjalan optimal sehingga secara otomatis
subsistem jasa penunjang melingkupi semua subsistem lainnya mulai dari
penyediaan faktor produksi hingga pemasaran hasil pertanian. Dengan demikian,
lembaga/organisasi petani seperti yang sudah dibahas di atas semakin berpeluang
untuk menjadi solusi beberapa permasalahan pertanian karena bersentuhan
langsung dengan seluruh subsistem yang ada. Hal ini lebih dikuatkan lagi dalam
Permentan No. 273 Tahun 2007 bahwa fungsi Gapoktan sebagai lembaga petani
mengampu setiap subsistem yang ada mulai dari pengadaan saprotan hingga
pemasaran bahkan permodalan.
Adanya kelompoktani dan Gapoktan diharapkan mampu memecahkan
permasalahan fluktuasi harga dan pendapatan petani dengan berjalannya sistem
kinerja yang baik. penelitian ini membahas bagaimana evaluasi dari kinerja
kelompoktani dan Gapoktan yang terintegrasi dalam suatu hirarki dan bagaimana
dampaknya kepada para petani anggota sehingga keberadaan lembaga petani
menjadi penting dan mampu memecahkan permasalahan penelitian.
Penelitian ini dapat menjadi tolok ukur evaluasi bagi kelompoktani dan
Gapoktan secara umum di Indonesia dan khususnya objek kelompoktani dan
Gapoktan yang diteliti.

Perumusan Masalah
Salah satu permasalahan pada beberapa komoditas pertanian terutama pada
subsektor hortikultura adalah fluktuasi harga yang sangat besar. Kejadian
fluktuasi harga yang terjadi pada komoditas Cabai (Capsicum annuum L.) pada
awal tahun 2011 lalu bahkan menimbulkan pemutusan hubungan kerja bagi
karyawan industri pengolahan cabai2; penurunan omset penjualan di bisnis rumah
makan dan restoran3; dan peningkatan inflasi daerah4. Berdasarkan data dari
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, fluktuasi harga cabai terparah pada
kasus ini terjadi antara Desember 2010 dan April 2011 (Gambar 1)

2

Detikpost.net. Januari 2011. Imbas Kenaikan Harga Cabai, Pekerja di PHK! [Diakses
pada 20 Februari 2012]
3
Radarbogor.com. Selasa, 11 Januari 2011. Dampak Tingginya Harga Cabai Bagi
Pengusaha Rumah Makan [Diakses pada 20 Februari 2012]
4
Rimanews.com. Senin, 3 Januari 2011. Akibat Kenaikan Harga Cabai, Inflasi di Jabar
Tak Terelakkan [Diakses pada 20 Februari 2012]

3

Fluktuasi harga komoditas cabai ini tidak hanya merugikan konsumen tetapi
juga merugikan produsen dalam hal ini para petani cabai karena pendapatan yang
menurun akibat gagal panen dan harga yang rendah dari para pedagang
pengumpul. Permasalahan fluktuasi harga cabai bukan menjadi satu-satunya
masalah pada komoditas cabai, masih ada masalah lain seperti ketersediaan benih,
teknik budidaya yang salah sehingga membuat kualitas dan kuantitas menurun,
dan masalah pemasaran. Para petani cabai membutuhkan suatu kelembagaan
petani yang kuat untuk mengatasi semua masalah itu.
50.000
45.000
40.000
Harga (Rp)

35.000
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
Feb-12

Jan-12

Des-11

Nop-11

Okt-11

Sep-11

Agust-11

Jul-11

Jun-11

Mei-11

Apr-11

Mar-11

Feb-11

Jan-11

Des-10

Nop-10

Okt-10

Sep-10

0

Bulan

Gambar 1 Grafik fluktuasi harga cabai nasional September 2010-Februari 2012.
- - cabai merah biasa, - - cabai merah keriting.
Sumber: Kementerian Perdagangan RI (2012) diolah.

Para petani cabai merah juga mengalami permasalahan di bidang
permodalan. Dengan luas lahan yang kurang memadai, hasil keuntungan yang
didapat belum mencukupi kebutuhan sehari-hari dan modal usahatani untuk masa
tanam berikutnya. Dengan adanya Gapoktan di lingkungan para petani, maka
organisasi petani ini dapat memberikan akses terhadap permodalan. Selain itu,
dengan bergabungnya hasil produksi para petani cabai di dalam Gapoktan, maka
Gapoktan dapat membuat kontrak pemasaran dengan mitra sehingga
menguntungkan para petani dan menambah modal untuk masa tanam berikutnya.
Berdasarkan data jenis-jenis kelembagaan petani yang terdapat dalam
lingkup satu desa, maka ada banyak kelembagaan petani yang berperan dan tidak
jarang menjalankan fungsi yang saling tumpang tindih satu sama lain. Namun,
dari semua itu, dapat dilihat bahwa kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani
(Gapoktan) dapat mengampu hampir sebagian besar fungsi yang harus dijalani
(Tabel 1)

4
Tabel 1 Matrik fungsi-fungsi agribisnis beserta lembaga-lembaga yang dapat
menjalankan fungsi tersebut dalam kegiatan pertanian di pedesaan
Jenis Lembaga
Fungsi
Poktan Gapoktan P3A KUA Koperasi UPJA PPL
Penyediaan Saprotan





Penyediaan Modal





Irigasi Pertanian


Kegiatan Usahatani



Pengolahan





Pemasaran




Informasi Teknologi




Informasi Pasar






Sumber: Syahyuti (2007).

Berdasarkan hal tersebut, maka lembaga petani yang seharusnya paling
utama diprioritaskan petani untuk dibentuk adalah kelompoktani untuk
selanjutnya dalam satu lingkup desa bergabung menjadi sebuah Gabungan
Kelompoktani (Gapoktan) yang berfungsi meningkatkan skala ekonomi desa
dengan pertanian. Gapoktan ini juga merupakan cikal bakal lembaga petani
selanjutnya yang lebih solid dan berbadan hukum sehingga terlindungi oleh
undang-undang yaitu Koperasi.
Dengan pentingnya kelembagaan petani, terutama kelompoktani dan
Gapoktan, maka diperlukan suatu evaluasi kinerja Gapoktan dan kelompoktani
yang ada di dalamnya dan dampak yang ditimbulkan ke hirarki yang ada di
bawahnya sehingga dapat dilihat suatu kesinambungan sistem dan integrasi dari
Gapoktan, kelompoktani dan para petani itu sendiri. Salah satu Gapoktan yang
relevan dalam melakukan usaha evaluasi ini adalah Gapoktan Mekarmukti di
Desa Mekarmukti, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Gapoktan ini bergerak di usahatani cabai (Capsicum annuum L.) yang merupakan
salah satu komoditas penting dalam subsektor hortikultura. Relevansi Gapoktan
ini berdasarkan alasan bahwa Gapoktan ini baru berdiri pada tahun 2011 dengan
kesadaran para petani disana dan kelompoktani yang ada untuk bersatu. Evaluasi
dilakukan dengan mengukur kinerja Gapoktan berdasarkan indikator yang ada
kemudian bagaimana dampaknya terhadap kelompoktani yang ada. Selanjutnya
mengukur kinerja kelompoktani berdasarkan indikator yang ada kemudian
bagaimana dampaknya terhadap para petani yang ada.
Berdasarkan pemaparan diatas, perumusan masalah yang akan diangkat
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kinerja dan dampak Gabungan Kelompoktani (Gapoktan)
Mekarmukti dan kelompoktani anggotanya terhadap para petani anggota?
2. Bagaimana dampak Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti dan
kelompoktani anggotanya terhadap para petani anggota?

5
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Kinerja dan dampak Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti dan
kelompoktani anggotanya terhadap para petani anggota.
2. Menganalisis dampak Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti dan
kelompoktani anggotanya terhadap para petani anggota.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi oleh ruang lingkup organisasi di Gapoktan
Mekarmukti yang mencakup para petani cabai merah anggota Gapoktan
Mekarmukti dan kelompoktani yang berada di dalamnya. Penelitian ini tidak
membahas organisasi petani lain di Desa Mekarmukti.

TINJAUAN PUSTAKA
Cabai (Capsicum annuum L.)
Varietas cabai yang digunakan oleh para petani Gapoktan Mekarmukti
adalah varietas Biola atau Hot Beauty. Di kalangan petani umumnya cabai ini
sering disebut cabai taiwan. Memang cabai ini merupakan cabai hibrida yang
diintroduksi dari Taiwan. Ukuran buahnya besar, panjang, dan lurus. Daging
buahnya tipis dengan rasa kurang pedas dibandingkan cabai keriting. Warna
buahnya menggiurkan dan kesegarannya dapat tahan lama. Produksi buah per
hektar dapat mencapai 30 ton. Tanamannya tegak agak tinggi dengan daun kecilkecil. Dalam satu kali masa tanam dapat dipanen berkali-kali. Ini disebabkan
tanaman dapat berbuah terus-menerus (Setiadi 2008).
Varietas ini merupakan varietas hibrida terpopuler di Indonesia. Hot
Beauty memiliki keunggulan mampu beradaptasi, baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi. Berdasarkan pengalaman, Prajnanta (2007) memaparkan bahwa
Cabai Hot Beauty mampu berproduksi rata-rata 1,4 kg/tanaman di daerah
Pelabuhan Ratu, Sukabumi (0 m dpl); 1,7 kg/tanaman di Tasikmalaya (400 m
dpl); 1,3 kg/tanaman di Pengalengan, Bandung (1450 m dpl); dan 1,4-2,1
kg/tanaman di Magelang (200 m dpl).
Pertumbuhannya subur dengan ukuran daun sedang. Pembentukan buah
terjadi terus-menerus sehingga masa panen lebih lama. Panjang buah rata-rata 13
cm, diameter rata-rata 1,4 cm, dan berat rata-rata 7,5 g. Jumlah buah per tanaman
dapat mencapai 140-200 buah dihitung selama 1 musim tanam berdasarkan 2 kali
periode pembentukan bunga (kira-kira 6 bulan semenjak tanam di dataran rendah
dan 8 bulan di dataran tinggi).
Cabai ini mulai di panen pada 75 Hari Setelah Tanam (HST) pada dataran
rendah dan 90-100 HST pada dataran tinggi. Hot Beauty agak tahan tehadap

6
serangan penyakit dibandingkan dengan cabai hibrida lainnya. Buahnya berwarna
merah menyala pada saat masak dan rasanya cukup pedas, tetapi masih kalah
pedas dibandingkan dengan cabai keriting. Cabai Hot Beauty paling sering
diekspor ke Singapura, Taiwan, Malaysia, dan Belanda (Prajnanta 2007).
Lembaga/Organisasi Petani dalam Sistem Agribisnis
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Davis dan Goldberg (1957), sistem
agribisnis memiliki pengertian kegiatan pertanian yang mencakup penyediaan
faktor produksi, usahatani, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Saragih
(2010a) menggolongkannya menjadi beberapa subsistem yang menjadi bagian
dari sistem agribisnis yaitu subsistem hulu, subsistem usahatani (on-farm), dan
subsistem hilir yang terdiri dari pengolahan dan pemasaran.
Subsistem hulu merupakan industri-industri yang menghasilkan sarana dan
prasaran produksi pertanian seperti industri agrokimia (pupuk, pestisida, dan obatobatan hewan); industri agrootomotif (mesin pertanian, peralatan pertanian, dan
pengolah hasil pertanian); dan industri perbenihan serta pembibitan. Subsistem
usahatani (on-farm) merupakan pengertian pertanian dalam arti sempit yang
dimulai dari menyiapkan lahan, menanam hingga kegiatan panen komoditas
pertanian. Subsistem ini mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan
peternakan, kehutanan dan perikanan baik di laut maupun di darat. Subsistem hilir
merupakan kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk
turunan dan memasarkan hasil pertanian tersebut. Firdaus (2008) menambahkan
bahwa pada subsistem hilir tercakup juga kegiatan pengumpulan, penyimpanan
dan distribusi produk-produk pertanian tersebut.
Hubungan antara satu subsistem dengan subsistem lain haruslah sangat erat
dan terintegrasi dengan baik dalam tataran vertikal dan horizontal sehingga
menghasilkan suatu sistem agribisnis komoditas pertanian tertentu yang baik.
Dengan demikian, hubungan yang terjadi harus memiliki timbal balik satu sama
lain berupa forward linkage dan backward linkage antar subsistem agribisnis
(Firdaus 2008; Krisnamurthi 2010; Saragih 2010a; Saragih 2010b).
Keterkaitan antar subsistem ini menciptakan hubungan yang tidak lagi
sektoral tetapi juga intersektoral, seperti yang dipaparkan oleh Saragih (2010a),
sehingga selanjutnya membuatnya menjadi suatu sistem agribisnis yang tidak
hanya bertujuan untuk memproduksi komoditas pertanian tetapi jauh lebih luas
menjadikannya sebagai suatu bisnis yang dapat memajukan sektor pertanian
modern. Saragih (2010a) melanjutkan bahwa agribisnis dalam pengertian ini
menimbulkan keterkaitan lain di luar pengertian awal sistem agribisnis yaitu
dengan industri jasa-jasa penunjang kegiatan pertanian dan lembaga lainnya yang
mengakomodasi kepentingan petani. Berdasarkan penjelasan lebih lanjut tersebut,
sistem agribisnis juga mencakup subsektor jasa penunjang yang mencakup
lembaga pembiayaan pertanian, kelembagaan petani, pemerintah, lembaga riset
dan lembaga penyuluhan pertanian. Sistem agribisnis menjadi terdiri dari lima
subsistem yaitu subsistem hulu, subsistem usahatani (on-farm), subsistem
pengolahan, subsistem pemasaran, dan subsistem jasa penunjang (Gambar 2)

7

Subsistem
Agribisnis
Hulu

Subsistem
Usahatani

Industri
perbenihan/
pembibitan

Tanaman
pangan dan
hortikultura

Subsistem
Pengolahan
Industri makanan
dan minuman

Subsistem
Pemasaran
Distribusi
Promosi

Industri pangan
Industri
agrokimia

Perkebunan

Industri
agrootomotif

Peternakan

Industri barang
serat alam

Perikanan

Industri biofarma
Industri agrowisata
dan estetika

Informasi
pasar
Kebijakan
perdagangan
Struktur pasar

Subsistem Jasa dan Penunjang
Perkreditan dan asuransi
Penelitian dan pengembangan
Pendidikan dan penyuluhan
Transportasi dan pergudangan

Gambar 2 Lingkup pembangunan sistem dan usaha agribisnis
Sumber: Departemen Pertanian dalam Saragih (2010a)

Dapat dilihat bahwa subsistem jasa penunjang yang didalamnya termasuk
kelembagaan petani memegang peranan penting karena berkaitan dengan keempat
subsistem agribisnis lainnya. Subsistem jasa penunjang bertindak sebagai
pendukung kelancaran produksi dan pemasaran hasil pertanian mulai dari
penyediaan faktor produksi pertanian hingga pemasaran produk-produk pertanian.
Subsistem jasa penunjang juga menjadi faktor penting adanya peningkatan
efisiensi dan skala ekonomi dengan inovasi dan teknologi melalui lembaga riset
dan pendidikan pertanian. Jika melihat fungsi subsistem jasa penunjang yang
cukup unik dan vital, maka kelembagaan petani yang dalam hal ini dapat berupa
kelompoktani, Gapoktan maupun koperasi pertanian juga seharusnya memiliki
fungsi mendukung kegiatan pertanian yang ada minimal dalam skala wilayah
operasinya misalnya di desa.
Nasution (2002) menyebutkan bahwa rekayasa kelembagaan diperlukan
agar kelembagaan tersebut mampu mengkoordinasikan semua potensi sumberdaya
yang tersedia menjadi satu kekuatan utuh dan memiliki posisi tawar untuk
menghadapi sistem perekonomian yang tidak kondusif bagi sebagian besar
anggota masyarakat yang tergolong miskin, termasuk petani. Kelembagaan petani
menjadi semakin vital dengan fungsinya yang menyatukan dan meningkatkan
posisi tawar para petani sehingga dapat berdayasaing.

8
Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) sebagai
Lembaga/Organisasi Petani
Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang
Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, Kelompoktani didefinisikan sebagai
kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Kelompoktani merupakan lembaga sosial-ekonomi pertanian yang menjadi sarana
awal berkembangnya usahatani setiap petani yang tergabung didalamnya.
Permentan Nomor 273 Tahun 2007 juga merumuskan ciri-ciri kelompoktani
sebagai berikut:
1. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota;
2. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusahatani;
3. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis
usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi;
4. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan
kesepakatan bersama.
Permentan Nomor 273 tahun 2007, kelompoktani memiliki fungsi sebagai:
1. Kelas belajar
Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan
berkembangnya kemandirian dalam berusahatani, sehingga produktivitasnya
meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
2. Wahana kerjasama
Kelompoktani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara
sesama petani, dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak
lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahataninya akan lebih efisien serta lebih
mampu menghadapi ancaman tantangan, hambatan, dan gangguan.
3. Unit Produksi
Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompoktani,
secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat
dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas,
kualitas maupun kontinuitas.
Permentan Nomor 273 tahun 2007, Gapoktan memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar
(kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan harga);
2. Penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, kualitas, kontinuitas dan lainnya) serta
menyalurkan kepada para petani melalui kelompoknya;
3. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/pinjaman kepada para
petani yang memerlukan;
4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading,
pengepakan, dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah;
5. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan/menjual produk petani kepada
pedagang/industri hilir.

9
Kelembagaan pertanian secara umum banyak dijadikan topik oleh para
peneliti terdahulu. Artinya bukan hanya Gapoktan dan kelompoktani, tetapi lebih
luas mencakup stakeholders pertanian yang ada dan melingkupi suatu sistem
agribisnis komoditi tertentu. Rudiyanto (2011) mengemukakan bahwa
kelembagaan merupakan norma-norma sehingga pendefinisiannya tertuju pada
peraturan dan undang-undang yang mengatur serta norma-norma tidak tertulis
yang berlaku diantara para petani. Sedangkan kelembagaan petani yang dimaksud
di penelitian ini didefinisikan sebagai aktor yang menjalankan kelembagaan
tersebut. Aktor atau kelembagaan petani sangat penting menurut Rudiyanto
(2011) agar setiap kelembagaan (norma) dapat berjalan dengan baik dengan
pembagian peran yang sesuai.
Pentingnya kelembagaan petani ini, oleh Mutaqin (2008) dideskripsikan
dalam penelitiannya dengan kategorisasi berdasarkan subsistem agribisnis yang
ada, sehingga terdapat perbedaan dalam hal sudut pandang dengan penelitian ini.
Jika Mutaqin (2008) menitikberatkan pada setiap subsistem agribisnisnya dan
lembaga apa saja yang terlibat di dalamnya, sedangkan penelitian ini
menitikberatkan pada lembaganya yaitu Gapoktan dan kelompoktani dan
bagaimana perannya pada setiap subsistem agribisnis.
Mengenai kinerja organisasi petani, Purba (2011) menjelaskannya dengan
baik, terutama dari segi kinerja keuangan. Selain itu, penelitiannya juga
menjelaskan mengenai kinerja organisasi secara deskriptif dilengkapi dengan
analisa statistik agar mendapat gambaran jelas mengenai kinerja organisasi petani
tersebut terhadap Gapoktan, poktan, dan KKT.
Lebih dalam lagi, mengenai Gapoktan secara utuh, Prihartono (2009)
meneliti tentang dampak adanya Program Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
yang disalurkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementrian Pertanian kepada para
petani melalui Gapoktan. Analisis diarahkan kepada dampak PUAP terhadap
kinerja Gapoktan dan pendapatan petani anggota Gapoktan. Dampak PUAP
terhadap kinerja Gapoktan dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif dan
secara kuantitatif dibandingkan antara sebelum dan sesudah adanya PUAP dengan
uji korelasi. Hasilnya, terdapat enam indikator yang berkorelasi positif dengan
adanya program PUAP tersebut sehingga lebih baik dari sebelum adanya program
PUAP. Ini menunjukkan secara umum bahwa program PUAP membuat kinerja
Gapoktan lebih baik.
Negara (2008) meneliti tentang analisis persepsi anggota terhadap kinerja
organisasi kelompok usaha. Pengukuran kinerja diukur menggunakan ImportancePerformance Analysis (IPA). Dengan analisis ini dapat dikelompokkan kinerja
mana yang harus dipertahankan, ditingkatkan, dan ditinggalkan. Namun,
penelitian ini tidak mengukur seberapa besar kinerja yang harus dipertahankan
atau ditingkatkan itu memiliki dampak kepada para petani anggota itu sendiri.
Penelitian ini lebih mengarah kepada Gapoktan dan dampaknya terhadap
kelompoktani dan para petani anggotanya secara hirarkis. Sehingga didapat
gambaran menyeluruh mengenai kinerja dan dampak Gapoktan dan Kelompoktani
yang ada terhadap para petani yang ada di dalamnya.

10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tentang evaluasi kinerja dan dampak Gabungan Kelompoktani
(Gapoktan) dan Kelompoktani ini berlokasi di Desa Mekarmukti, Kecamatan
Cibinong, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Gabungan
Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti yang berada di desa tersebut. Pemilihan
tempat penelitian tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa Gapoktan
Mekarmukti yang berada di desa Mekarmukti ini baru berdiri pada bulan April
2011 sehingga sangat relevan untuk mengukur analisis dampak keberadaan
Gapoktan tersebut bagi para kelompoktani dan petani anggota serta dampak
kelompoktani terhadap para petani anggotanya masing-masing. Selain itu,
Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani di dalamnya juga akan diukur
kinerjanya. Gapoktan Mekarmukti ini terbentuk dari 4 kelompoktani (Poktan) di
desa Mekarmukti yaitu Poktan Cirendeu, Poktan Cigombong, Poktan Pasir Kokol,
dan Poktan Datar Kawung. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011
untuk pengambilan data sebelum terbentuknya Gapoktan Mekarmukti dan rentang
bulan Maret - Agustus 2012 untuk pengambilan data setelah adanya Gapoktan
Mekarmukti dan pengukuran dampak yang terjadi.

Jenis dan Sumber Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner langsung dengan
para petani responden yaitu petani anggota Gapoktan Mekarmukti yang berasal
dari keempat kelompoktani yang ada di Desa Mekarmukti dan wawancara
langsung dengan pihak terkait misalnya kontak tani dan pendamping petani.
Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden yang dibimbing oleh peneliti untuk
menjelaskan pertanyaannya tanpa mempengaruhi jawaban hingga kuesioner
selesai diisi semua. Keempat kelompoktani anggota Gapoktan Mekarmukti itu
adalah Kelompoktani Cirendeu, Kelompoktani Cigombong, Kelompoktani Pasir
Kokol, dan Kelompoktani Datar Kawung. Data sekunder diperoleh dari Badan
Pusat Statistik Nasional, Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur, Kementrian
Pertanian Republik Indonesia, pendamping petani di Desa Mekarmukti sekaligus
sebagai tenaga ahli Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa bekerjasama
dengan Bank Indonesia dalam rangka Program Kluster Cabai Nasional, studi
literatur, dan penelusuran di internet.

11
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu wawancara dengan
para kontak tani setiap Kelompoktani dan pengisian kuesioner secara langsung
untuk petani responden yang tergabung dalam Gapoktan Mekarmukti. Kuisioner
berisi daftar pertanyaan dan bagian untuk pengisian jawaban yang berhubungan
dengan keperluan input analisis-analisis yang akan digunakan dalam penelitian
ini. Jumlah petani yang akan diwawancara adalah 34 responden yang merupakan
seluruh petani anggota Gapoktan Mekarmukti saat masa wawancara dilaksanakan.
Kuisioner diisi oleh peneliti sendiri dan isiannya ditulis oleh peneliti berdasarkan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden. Data
sekunder dikumpulkan dengan cara: (1) Mendatangi langsung tempat sumber data
yang dibutuhkan seperti perpustakaan IPB, perpustakaan Kementrian Pertanian,
Kantor Desa Mekarmukti dan kantor BPS (2) mencari di internet dengan bantuan
teknologi mesin pencari dan browser di komputer.
Pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal saat Gapoktan
Mekarmukti dan kelompoktani anggotanya belum terbentuk dan tahap akhir
setahun kemudian saat Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani anggotanya
sudah terbentuk. Hal ini untuk mengukur kinerja Gapoktan Mekarmukti dan
dampak secara langsung yang dirasakan oleh para responden dengan adanya
Gapoktan Mekarmukti.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data primer didapatkan dari kuisioner dan wawancara langsung,
maka untuk persiapan sebelum diolah adalah dirapikan terlebih dahulu dalam
bentuk tabel-tabel menggunakan Microsoft Excel 2010. Sedangkan data sekunder
diolah dalam bentuk tabel atau grafik yang lebih sederhana sehingga penyajiannya
mudah. Beberapa data sekunder diolah dengan menggabungkannya menjadi satu
dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Setelah data selesai dirapikan, tahap
selanjutnya adalah tahap analisis data yang dilakukan, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Analisis data secara kuantitatif menggunakan perangkat lunak
statistik SPSS 16 kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan
diinterpretasikan dalam bentuk narasi deskriptif.
Analisis Kinerja Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti dan
Kelompoktani anggotanya
Sebelas ciri Gapoktan/kelompoktani yang kuat dan mandiri (Deptan, 2007)
dijadikan indikator untuk mengukur kinerja Gapoktan Mekarmukti yaitu: (1)
Adanya pertemuan/rapat pengurus yang berkala; (2) Adanya rencana kerja
Gapoktan; (3) Adanya evaluasi rencana kerja Gapoktan; (4) Adanya aturan/norma
tertulis; (5) Adanya pencatatan/pengadminstrasian setiap anggota organisasi; (6)
memfasilitasi kegiatan usaha bersama; (7) memfasilitasi usahatani secara

12
komersial dan berorientasi pasar; (8) memberikan pelayanan informasi dan
teknologi kepada para petani; (9) adanya kerjasama antara Gapoktan dengan pihak
lain; (10) adanya iuran anggota; dan (11) adanya penyisihan hasil usaha/kegiatan
Gapoktan. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan pengukuran setiap
indikatornya dengan 2 skala yaitu: sudah atau belum melaksanakan kinerja. Hal
ini berdasarkan pertimbangan bahwa Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani
anggotanya baru berjalann selama setahun sehingga belum melakukan perubahan
yang signifikan. Adanya kinerja yang dilakukan sudah dinilai cukup baik
meskipun semuanya belum optimal dilaksanakan. Sehingga, pengukuran
kesebelas kinerja dilakukan secara sederhana dan tidak menggunakan analisis
tertentu.
Pengukuran secara jelas dinilai sudah, jika sudah melaksanakan kinerja yang
dimaksud meskipun belum optimal atau proses secara serius dan terencana
menuju ke arah pelaksanaan kinerja. Secara deskriptif, kinerja juga dinilai belum
melaksanakan kinerja jika belum ada usaha-usaha menuju arah pelaksanaan
kinerja tersebut secara serius dan terencana.
Kemudian di setiap analisis akan dibuat data rekapitulasi, baik rekapitulasi
kinerja dari Gapoktan Mekarmukti maupun rekapitulasi kinerja dari masingmasing kelompoktani. Hal ini agar dapat secara jelas mengukur presentase
keberhasilan pelaksanaan kinerja Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani yang
ada didalamnya. Khusus untuk kelompoktani, selain berdasarkan kinerja,
rekapitulasi juga dilakukan berdasarkan kelompoktani itu sendiri sehingga dapat
dilihat kelompoktani mana yang paling maju dan cukup berhasil dalam
melaksanakan kinerjanya dengan baik.
Analisis Dampak Gapoktan Mekarmukti terhadap Petani Anggotanya
Kemampuan Gapoktan dijadikan indikator untuk mengukur dampak
Gapoktan terhadap kelompoktani dan para petani anggotanya, yaitu:
1. Unit penyediaan sarana dan prasarana produksi meliputi: (a) tepat waktu
penyediaan benih; (b) tepat jumlah penyediaan benih; (c) harga benih yang
terjangkau; (d) tepat waktu penyediaan pupuk dan kapur pertanian; (e) tepat
jumlah penyediaan pupuk dan kapur pertanian; (f) harga pupuk dan kapur
pertanian yang terjangkau; (g) tepat waktu penyediaan alat dan mesin
pertanian; (h) tepat jumlah penyediaan alat dan mesin pertanian; (i) harga alat
dan mesin pertanian yang terjangkau; (j) tepat waktu penyediaan obat-obatan
tanaman; (k) tepat jumlah penyediaan obat-obatan tanaman; (l) harga obatobatan tanaman yang terjangkau; dan (m) distribusi sarana dan prasarana
produksi;
2. Unit usahatani meliputi: (a) koordinasi rencana penanaman setiap anggota yang
sesuai dengan kapasitas lahan dan SDM petani anggota; (b) pencatatan
usahatani setiap petani anggota yang rapi; dan (c) penerapan SOP (Standard
Operational Procedure) budidaya oleh setiap petani anggota;
3. Unit pemasaran meliputi: (a) melakukan contract farming hasil pertanian
anggota dengan mitra; (b) menyediakan jaringan pasar alternatif untuk hasil
pertanian petani anggota yang tidak masuk kualifikasi mitra; (c) melakukan
grading hasil pertanian anggota; dan (d) melakukan packing hasil pertanian
anggota;

13
4. Unit usaha keuangan mikro meliputi: (a) melakukan kegiatan simpan pinjam;
(b) menyediakan jaringan peminjaman modal kepada para petani anggota; dan
(c) membantu prosedur kegiatan peminjaman modal para petani anggota
kepada lembaga permodalan.
Variabel-variabel di atas akan dikuantifikasi dengan memberikan skala 1-5
(skala Likert) dan penamaan setiap skala berbeda pada setiap indikatornya. Untuk
skala waktu dan jumlah penyediaan sarana dan prasarana produksi adalah 1 =
Tidak tepat; 2 = jarang tepat; 3 = cukup tepat; 4 = sering tepat; dan 5 = selalu
tepat. Untuk skala harga sarana dan prasarana produksi adalah 1 = sangat mahal;
2 = mahal; 3 = cukup/pas; 4 = murah; dan 5 = sangat murah. Untuk skala
distribusi sarana dan prasarana produksi adalah 1 = tidak lancar; 2 = jarang
lancar; 3 = cukup lancar; 4 = sering lancar; dan 5 = selalu lancar. Untuk skala
variabel Koordinasi rencana penanaman setiap anggota yang sesuai dengan
kapasitas lahan dan SDM petani anggota; variabel Contract Farming hasil
pertanian dengan mitra; grading; dan packing hasil pertanian anggota serta
kegiatan simpan pinjam di Gapoktan adalah 1 = tidak baik; 2 = kurang baik; 3 =
cukup baik; 4 = baik; dan 5 = sangat baik. Untuk skala pencatatan usahatani
setiap petani anggota adalah 1 = tidak rapi; 2 = kurang rapi; 3 = cukup rapi; 4 =
rapi; 5 = sangat rapi. Untuk skala penerapan SOP budidaya adalah 1 = tidak sama
sekali; 2 = sebagian kecil; 3 = setengah bagian; 4 = sebagian besar; dan 5 =
seluruhnya. Untuk skala penyediaan jaringan pasar alternatif; jaringan lembaga
peminjaman modal kepada petani anggota; dan fasilitas bantuan prosedur
peminjaman modal kepada lembaga permodalan adalah 1 = tidak ada sama sekali;
2 = jarang ada; 3 = cukup; 4 = sering ada; dan 5 = selalu ada. Data yang didapat
kemudian ditabulasi agar menjadi sederhana dan mudah dianalisis. Analisis
selanjutnya menggunakan uji statistik non-parametrik untuk komparasi, yaitu Uji
Wilcoxon. Hasilnya akan dibuat dalam bentuk tabel dan akan diketahui mana saja
variabel yang berubah atau sama saja antara sebelum dan sesudah adanya
gapoktan dan kelompoktani. Uji Wilcoxon juga akan memberikan hasil yang
menunjukkan perubahannya mengarah kepada arah lebih baik (positif) atau lebih
buruk (negatif). Hasil Uji Wilcoxon kemudian akan diinterpretasikan dengan
bentuk penjelasan narasi deskriptif.
Analisis Dampak Kelompoktani Anggota Gapoktan Mekarmukti terhadap
Petani Anggotanya
Dari delapan upaya peningkatan kemampuan para petani (Deptan, 2007),
dapat dikategorikan berdasarkan fungsi kelompoktani itu sendiri yaitu sebagai
kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi. Kemudian variabel
pengukuran dampak kelompoktani terhadap para petani anggotanya dapat
dirumuskan dari upaya peningkatan kemampuan para petani tersebut yaitu:
1. Kelas Belajar meliputi: (a) partisipasi para petani dalam mengikuti
pertemuan; (b) partisipasi para petani dalam berbagi setiap informasi
usahataninya; dan (c) para petani memiliki rencana jangka panjang terkait
luas lahan dan jumlah produksi serta teknologi yang akan digunakan
nantinya;
2. Wadah bersama, yaitu petani melaksanakan kegiatan simpan pinjam;

14
3. Unit produksi meliputi: (a) rencana kegiatan usahatani setiap petani dengan
detil; (b) para petani melakukan usahatani yang ramah lingkungan; dan (c)
para petani memiliki teknologi lokal spesifik untuk lahan produksinya
masing-masing.
Variabel-variabel di atas akan dikuantifikasi dengan memberikan skala 1-5
(skala Likert) dan penamaan setiap skala berbeda pada setiap indikatornya. Untuk
skala variabel partisipasi petani dalam mengikuti pertemuan dan partisipasi para
petani dalam berbagi informasi usahataninya adalah 1= tidak aktif sama sekali; 2
= jarang aktif; 3 = cukup aktif; 4 = sering aktif; dan 5 = sangat aktif. Untuk skala
variabel rencana jangka panjang setiap petani dan rencana kegiatan usahatani
setiap masa tanam adalah 1 = tidak ada; 2 = tidak detil; 3 = kurang detil; 4 =
cukup detil; dan 5 = sangat detil. Untuk variabel kegiatan simpan pinjam;
usahatani yang ramah lingkungan dan teknologi lokal spesifik untuk masingmasing usahataninya adalah 1 = tidak sama sekali; 2 = sebagian kecil; 3 =
setengah bagian; 4 = sebagian besar; dan 5 = seluruhnya. Data yang didapat
kemudian ditabulasi agar menjadi sederhana dan mudah dianalisis. Analisis
selanjutnya menggunakan uji statistik non-parametrik untuk komparasi, yaitu Uji
Wilcoxon. Hasilnya akan dibuat dalam bentuk tabel dan akan diketahui mana saja
variabel yang berubah atau sama saja antara sebelum dan sesudah adanya
gapoktan dan kelompoktani. Uji Wilcoxon juga akan memberikan hasil yang
menunjukkan perubahannya mengarah kepada arah lebih baik (positif) atau lebih
buruk (negatif). Hasil Uji Wilcoxon kemudian akan diinterpretasikan dengan
bentuk penjelasan narasi deskriptif.
Uji Wilcoxon Berpasangan
Uji Wilcoxon berpasangan termasuk ke dalam salah satu uji statistik nonparametrik. Uji Wilcoxon berpasangan digunakan untuk mengkomparasi dua data
yang berpasangan. Syarat jenis data dalam melakukan Uji Wilcoxon berpasangan
adalah data ordinal. Pada variabel penelitian ini, data nominal dapat dimanipulasi
dengan memberikan skoring (skala likert) sehingga dapat dikategorikan dan jenis
data meningkat dari data nominal menjadi data ordinal. Langkah- Langkah
Pengujiannya adalah :
1. Berikan jenjang (rank) untuk tiap beda dari pasangan pengamatan (yi – xi)
sesuai dengan besarnya, dari yang terkecil sampai terbesar tanpa
memperhatikan tanda dari beda itu (nilai beda absolut);
2. Bila ada dua atau lebih beda yang sama, maka jenjang untuk tiap-tiap beda itu
adalah jenjang rata-rata;
3. Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap beda sesuai dengan
tanda dari beda itu. Beda 0 tidak diperhatikan;
4. Jumlahkan semua jenjang bertanda positif atau negatif, tergantung dari mana
yang memberikan jumlah yang lebih kecil setelah tandanya dihilangkan. Notasi
jumlah jenjang yang lebih kecil ini dengan T;
5. Bandingkan nilai T yang diperoleh dengan nilai t uji Wilcoxon.
Menurut Walpole (1982), hipotesis yang digunakan adalah H0 menjelaskan
bahwa dua populasi adalah sama dan H1 menyatakan bahwa dua populasi tidak
sama. Kaidah keputusan yang digunakan menjadi H0 diterima apabila t ≥ ta dan
H0 ditolak apabila t < ta.

15
Analisis menggunakan software statistik SPSS 16, Uji Wilcoxon
berpasangan dapat dilakukan dengan menginput data kemudian analyze dan nonparametric test dengan memilih 2-related samples dan kemudian centang kotak
Wilcoxon. Hasil akan keluar dalam bentuk output lengkap Uji Wilcoxon meliputi
jumlah beda positif, jumlah beda negatif, jumlah ties atau sama dan keluaran
Asymp. Sig. (2-tailed) yang akan memberikan keputusan apakah H0 diterima atau
ditolak dengan membandingkan dengan nilai α. Nilai α yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebesar 0,05 atau 5 persen. H0 ditolak apabila nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) lebih kecil daripada α dan H0 diterima apabila nilai Asymp. Sig. (2tailed) lebih besar daripada α.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Gapoktan Mekarmukti
Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti merupakan Gapoktan
yang berada di Desa Mekarmukti, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat. Gapoktan Mekarmukt