Hasil dan Pembahasan M01474

Prosiding Semnar Na siona l VIII UNNES, 8 Nov 2014 Sema rang Ha l.314-325 ISBN 978-602-1034-06-4 Gambar 2. Plot data trend ana lysis untuk data produksi jagung baris ke-1, luas lahan bariske- 2 dan curah hujan baris ke-3 di Kecamatan Ampel kolom ke-1, Cepogo kolom ke-2, dan Musuk kolom ke-3. 4. Melakukan transformasi data : i. Stasioneritas data menggunakan persamaan 2 jika data tidak stasioner dalam variansi dan differencing jika data tidak stasioner dalam rata-rata ii. Mengubah data berdimensi menjadi tak berdimensi 3 , 2 , 1 , ˆ   k Z Z Z k k k 10 dimana : k Z ˆ = variabel ke- k tanpa dimensi k Z = variabel ke- k berdimensi k Z = rata-rata variabel ke- k 5. Menyusun model GSTAR standard dan menyelesaikan 6. Menyusun model GSTAR termodifikasi dan menyelesaikan 7. Membandingkan hasil model GSTAR standard dan hasil model GSTAR termodifikasi, kemudian dipilih hasil terbaik 8. Menganalisis data untuk menentukan hasil produksi jagung optimal di tiap kecamatan berdasarkan data jagung tahun 2008 sd 2012, dengan metode program linier.  Diselesaikan menggunakan fungsi linprog pada Matlab R2009a  Menyelidiki keoptimalan nilai fungsi tujuan berdasarkan data asli dengan cara menyatakan data hasil optimasi dalam data yang berdimensi menggunakan persamaan 2

D. Hasil dan Pembahasan

GSTAR Standard Dengan data produksi jagung yang telah stasioner dalam variansi dan rata-rata akan dilakukan penyusunan model GSTAR standard bobot lokasi seragam dan invers jarak. Bobot lokasi seragam dan invers jarak berturut-turut dituliskan sebagai berikut            5 . 5 . 5 . 5 . 5 . 5 . w dan            6429 . 3571 . 6970 . 3030 . 5610 . 4390 . w . Sebelum melakukan estimasi parameter, data dihilangkan dimensinya menggunakan rumus pada persamaan 10. Dimensi dari data dihila ngkan untuk keperluan optimasi yang akan dilakukan pada bagian selanjutnya dalam penelitian ini. Hasil estimasi parameter model GSTAR standard untuk data produksi jagung dan hasil uji statistik parameter dituliskan pada Tabel 3. Tabel 3. Estimasi parameter model GSTAR standard untuk data produksi jagung Parameter Hasil estimasi dengan bobot lokasi t tabel Kesimpulan Seragam t hit Invers Jarak t hit 1 0  0.1376 0.8579 0.1379 0.8753 1.98 Tidak signifikan 2 0  0.7058 2.3169 0.3228 0.8803 1.98 Tidak signifikan Prosiding Semnar Na siona l VIII UNNES, 8 Nov 2014 Sema rang Ha l.314-325 ISBN 978-602-1034-06-4 30  1.0805 4.4902 1.0802 3.9484 1.98 Signifikan 1 1  0.8608 5.0501 0.8616 5.1418 1.98 Signifikan 2 1  0.2759 0.9125 0.6654 1.8083 1.98 Tidak signifikan 31  -0.0809 0.3457 -0.0807 0.3014 1.98 Tidak signifikan Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa parameter 10  dan 20  tidak signifikan karena nilai t hit t tabel , sehingga parameter tersebut dapat dihilangkan pada model. Hal ini menunjukkan bahwa produksi jagung di Kecamatan Ampel dan Cepogo pada waktu t tidak bergantung waktu t -1. Parameter 21  yang menunjukkan ketergantungan produksi jagung di Cepogo dengan lokasi lain pada waktu t-1 juga tidak signifikan, sehingga model GSTAR standard untuk produksi jagung di Cepogo tidak cocok sebagai model untuk peramalan. GSTAR Termodifikasi Data yang digunakan untuk membentuk model GSTAR Termodifikasi ini adalah data produksi jagung, curah hujan dan proporsi lahan panen dibandingkan dengan lahan kritis di Kecamatan Ampel, Cepogo, dan Musuk. Hasil estimasi parameter model GSTAR Termodifikasi untuk data produksi jagung yang bergantung pada curah hujan dan proporsi lahan panen dibandingkan dengan lahan kritis disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Estimasi parameter model GSTAR Termodifikasi Parameter Hasil estimasi dengan bobot lokasi t tabel Kesimpulan Seragam t hit 1 0  0.6836 6.2522 1.98 Signifikan 2 0  0.9279 7.7411 1.98 Signifikan 30  1.0112 9.7989 1.98 Signifikan 1 1  0.2556 2.3330 1.98 Signifikan 2 1  0.0507 0.4616 1.98 Tidak signifikan 31  -0.0130 0.1482 1.98 Tidak signifikan Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa parameter 21  dan 31  tidak signifikan terhadap model, sedangkan parameter lain signifikan. Untuk keperluan optimasi nilai estimasi parameter akan tetap digunakan pada model GSTAR Termodifikasi, sehingga persamaan 6, 7, dan 8 menjadi, 1278 . 1278 . 1 6836 . 1 1 1 1 t e t R t Y t Z t Z      14 02535 . 02535 . 1 9279 . 2 2 2 2 t e t R t Y t Z t Z      15 0065 . 0065 . 1 0112 . 1 3 3 3 3 t e t R t Y t Z t Z      16 Pengujian Residual White Noise Asumsi residual white noise merupakan asumsi pada GSTAR yang harus dipenuhi untuk memperoleh model yang bagus. Hasil pengujian white noise pada GSTAR standard dan GSTAR Termodifikasi dituliskan pada Tabel 5. Prosiding Semnar Na siona l VIII UNNES, 8 Nov 2014 Sema rang Ha l.314-325 ISBN 978-602-1034-06-4 1 1 1 1 1278 . 1278 . 6836 . R Y X Z    2 2 2 2 02535 . 02535 . 9279 . R Y X Z    3 3 3 3 0065 . 0065 . 0112 . 1 R Y X Z    Tabel 5. Hasil pengujian white noise untuk GSTAR standard dan GSTAR modifikasi Jenis GSTAR Produksi Jagung GSTAR Standard GSTAR Termodifikasi Ampel Residual white noise Residual white noise Cepogo Residual white noise Residual white noise Musuk Residual tidak white noise Residual white noise Dari Tabel 5 diketahui bahwa model yang memenuhi asumsi GSTAR adalah model GSTAR Termodifikasi karena model untuk data produksi jagung di tiap lokasi memiliki residual yang white noise . Optimasi Produksi Jagung di Kecamatan Ampel, Cepogo, dan Musuk Untuk melakukan optimasi dengan metode program linier perlu disusun fungsi tujuan dan kendala yang berpengaruh. Fungsi tujuan pada penelitian ini disusun berdasarkan model GSTAR Termofikasi yang telah diperoleh, sedangkan kendala yang berpengaruh adalah curah hujan optimal untuk pertumbuhan jagung dan rata-rata proporsi luas lahan panen dibandingkan dengan luas lahan kritis di Kecamatan Ampel, Cepogo, dan Musuk. Fungsi tujuan dan kendala tersebut dituliskan sebagai berikut, Fungsi tujuan : 17 18 19 dengan, X k = Produksi jagung di lokasi k dalam kurun waktu 4 tahun Y k = Luas lahan di lokasi k dalam kurun waktu 5 tahun R k = Curah hujan di lokasi k dalam kurun waktu 5 tahun k = 1,2,3 dimana 1 = Ampel, 2 = Cepogo, dan 3 = Musuk. Kendala : 1. Curah hujan optimal untuk pertumbuhan jagung berada pada interval 85 – 200 mm, interval tersebut ditransformasi menjadi data tanpa dimensi pada Tabel 5. Tabel 5. Interval curah hujan optimal tiap lokasi Lokasi Batas Ampel Cepogo Musuk Batas Bawah 0.3451 0.3745 0.3184 Batas Atas 0.812 0.8812 0.7491 Dari Tabel 5 dapat disusun kendala curah hujan di setiap lokasi yang dituliskan pada persamaan 20, 21, dan 22 812 , 3451 , 1   R 20 8812 , 3745 , 2   R 21 7491 , 3184 , 2   R 22 2. Rata-rata luas lahan panen dibandingkan dengan luas lahan kritis di lokasi Ampel Cepogo dan Musuk berturut-turut kurang dari 0,9912; 0,9899; dan 0,9587. Prosiding Semnar Na siona l VIII UNNES, 8 Nov 2014 Sema rang Ha l.314-325 ISBN 978-602-1034-06-4 9912 , 1   Y 23 9899 , 1   Y 24 9587 , 1   Y 25 Persamaan 11, 12, dan 13 kemudian dioptimasi dengan fungsi linprog pada MATLAB. Hasil dari optimasi yang diperoleh berupa data produksi jagung optimal di tiap lokasi yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Produksi jagung optimal di Kecamatan Ampel, Cepogo, dan Musuk Lokasi Produksi Jagung Optimal Data Produksi Jagung Asli ton Tidak Berdimensi Berdimensi ton Min Max Ampel 0.777041 23350 12574 42777 Cepogo 1.376937 15919 9001 13158 Musuk 1.026836 16603 14926 17037 Hasil optimal produksi jagung yang tidak berdimensi dapat dilihat pada kolom tak berdimensi pada Tabel 5. Data tersebut harus dikembalikan dimensinya dengan mengalikan hasil optimal produksi jagung tak berdimensi dan rata-rata produksi jagung di masing- masing lokasi, sehingga diperoleh hasil optimal produksi jagung yang berdimensi. Untuk memperoleh optimal data berdimensi yang dituliskan pada Tabel 6 perlu dilakukan pengembalian data yang telah ditransformasi pada tahap uji stasioneritas menggunakan persamaan 2 dengan ≠ 0, diperoleh   ,... 2 , 1 , 1 1    i W Y i i   Hasil optimasi menunjukkan bahwa hasil optimal untuk Ampel dan Musuk berada pada selang data asli, sedangkan hasil optimasi Cepogo tidak pada interval data. Dengan kata lain, hasil penelitian dapat mengusulkan hasil optimasi jagung yang diperoleh selama 5 tahun untuk Ampel, dan Musuk, sedangkan hasil optimal Cepogo masih dianalisis lebih lanjut. Analisis hasil optimasi Analisa dilakukan dengan menyusun domain persekitaran pengoptimal. Domain persekitaran didefinisikan pada persamaan 13. Fungsi tujuan dihitung pada titik-titik domain tersebut. Hasil analisa untuk solusi optimal tanpa dimensi yang telah diperoleh disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Produksi optimal jagung tak berdimensi di tiap lokasi dengan penggeseran posisi optimal Persekitaran Ampel Cepogo Musuk   T r y X x   1.4784 1.6464 1.0231   T r y X x   0.9756 1.3512 0.9236 Prosiding Semnar Na siona l VIII UNNES, 8 Nov 2014 Sema rang Ha l.314-325 ISBN 978-602-1034-06-4   T r X y x   1.2747 1.5038 0.9729   T r X y x   1.1766 1.4955 0.9736   T X r y x   1.2747 1.5038 0.9729   T X r y x   1.1766 1.4955 0.9736 Hasil optimal tak berdimensi pada Tabel 7 dibandingkan dengan hasil optimal tak berdimensi pada Tabel 8 diperoleh bahwa di Kecamatan Musuk hasil optimal terbaik adalah solusi dengan metode program linier karena hasil optimal di daerah persekitarannya lebih kecil, sedangkan untuk Kecamatan Cepogo masih terdapat titik-titik persekitaran yang dapat mengoptimalkan nilai fungsi. Demikian pula di Kecamatan Ampel yang memiliki hasil optimal lebih dari satu, disebut sebagai pengoptimal lokal yang ditunjukkan pada Gambar 3 dimana ll adalah hasil program linier sedangkan warna lain hasil persekitaran. Histogram untuk hasil optimal tak berdimensi di Tabel 7 dan 8 disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Histogram hasil optimal tak berdimensi di Kecamatan Ampel kiri, Cepogo tengah, dan Musuk kanan

E. Simpulan

Dokumen yang terkait