Jumhur Ulama Aqiqah dan Permasalahanya

1. Jumhur Ulama

Pendapat yang membolehkan beraqiqah dengan selain kambing merupakan pendapat jumhur ulama seperti mazhab Al-Hanafiyah, As- Syafi‟iyah, dan Al-Hanabilah. Sedangkan di kalangan mazhab Al- Malikiyah, ada perbedaan riwayat antara yang membolehkan dan yang tidak membolehkan. Namun yang lebih rajih, mazhab ini pun membolehkannya. Mereka umumnya sepakat dibenarkannya penyembelihan aqiqah dengan selain kambing, asalkan masih dalam jenis hewan sembelihan untuk peribadatan, seperti sapi, kerbau atau unta. Di antara dasarnya karena sapi, kerbau atau unta juga merupakan hewan yang biasa digunakan untuk ibadah, yaitu untuk qurban dan hadyu. Bahkan sapi dan unta secara ukuran lebih besar dari kambing, dan tentunya harganya lebih mahal. Oleh karena itu, tidak mengapa bila menyembelih aqiqah dengan hewan yang lebih besar dan lebih mahal harganya, selama masih termasuk hewan persembahan. Imam Ibnul Mundzir membolehkan aqiqah dengan selain kambing, dengan alasan: ىَذَْْا َُْع اوُطيِمَأَو اًمَد َُْع اوُقيِرَْأَف ٌ َقيِقَع ِم ََُغْلا َعَم Bersama bayi itu ada aqiqahnya, maka sembelihlah hewan, dan hilangkanlah gangguan darinya .” HR. Bukhari Menurutnya, hadits ini tidak menyebutkan kambing, tetapi hewan secara umum, jadi boleh saja dengan selain kambing. Ibnul Mundzir menceritakan, bahwa Anas bin Malik meng-aqiqahkan anaknya dengan unta. Dari Al-Hasan, dia berkata bahwa Anas bin Malik radhiyallahuanhu menyembelih seekor unta untuk aqiqah anaknya. Hal itu juga dilakukan oleh shahabat yang lain, yaitu Abu Bakrah radhiyallahuanhu. Beliau pernah menyembelih seekor unta untuk aqiqah anaknya dan memberikan makan penduduk Bashrah dengannya. Bahkan imam malik berpendapat bahwa aqiqah itu boleh dengan menggunakan burung pipit, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh beliau yang berbunyi : ّييمّتلا ثراْا نب مي ربإ نب دّمح نع . ولو قيقعلا ّب تسي يأ تعَ لاق ّنأ روفصعب 43

2. Pendapat Sebagian Ulama