PERANAN TOKOH ADAT DALAM MELESTARIKAN ADAT MEGO PAK TULANG BAWANG MARGA BUAY BULAN UDIK DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

iii

ABSTRAK

PERANAN TOKOH ADAT DALAM MELESTARIKAN ADAT MEGO
PAK TULANG BAWANG MARGA BUAY BULAN UDIK
DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2014
Oleh
Juanda Hadi Saputra

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peranan tokoh adat dalam Gawi
Balak (Gawi Tar Padang, Gawi Turun Duwai, Gawi Cakak Pepadun) dan Gawi
Matah. Tujuan dan maksud pesta adat, pakaian adat, dan tatacara pelaksanaan
Gawi Adat Lampung Marga Buay Bulan Udik.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan subjek penelitian adalah Tokoh Adat, Kepala Desa, dan Tokoh
Masyarakat. Untuk mengumpulkan data penelitian ini menggunakan teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji kredibilitas menggunakan kritik
sumber dan triangulasi.

Hasil penelitian ini adalah terdapat peranan tokoh adat dalam pernikahan adat
yang tahapannya dilaksanakan semua dinamakan Begawi Balak, yang tahapannya
dilaksanakan sebagian dinamakan Begawi Matah. Begawi Balak perlu memiliki
biaya yang besar, dan lamanya waktu pelaksanaan gawi yaitu 7 hari 7 malam.
Sedangkan dengan begawi matah sebagian prosesi dalam pernikahan adat dapat
dibayarkan dengan uang yang tidak terlalu besar dan waktu pelaksanaannya relatif
singkat yaitu 2 hari 2 malam. Dengan demikian akan mempermudah masyarakat
melakukan pesta adat Lampung sehingga kelestarian adat dan budaya akan selalu
ada di desa Gunung Katun Tanjungan.
Kata kunci : tokoh adat, pelestarian, pernikahan adat.

PERANAN TOKOH ADAT DALAM MELESTARIKAN ADAT MEGO
PAK TULANG BAWANG MARGA BUAY BULAN UDIK
DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2014

Oleh

JUANDA HADI SAPUTRA


Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Katun Tanjungan, pada
tanggal 21 Juni 1992, anak kedua dari empat bersaudara
buah cinta kasih dari pasangan Bapak Lian dengan Ibu Mai.


Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri
I Gunung Katun Tanjungan pada tahun 2005, kemudian Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Tulang Bawang Udik pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Tulang Bawang Tengah pada tahun 2011.

Tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri dan
tercatat sebagai

mahasiswa Program Studi PPKn Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur
PMPAP. Penulis mengikuti organisasi tingkat jurusan Himapis sebagai anggota
bidang pengembangan organisasi dan keanggotaan periode 2012/2013, anggota
Fordika periode 2012/2013, wakil ketua umum Fordika periode 2013/2014, ketua
pelaksana studium generale serta keakraban pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan tahun 2013, penulis juga pernah meraih Juara III Debat
Mahasiswa Se-Sumatera di Universitas Riau pada tahun 2014.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan JogjakartaBandung- Jakarta Tahun 2012 serta melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di


viii

Pekon Padang Raya Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat

dan

melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Pembangunan
Padang Raya serta MA. Nurul Wathon Padang Raya.

x

PERSEMBAHAN
Dengan Mengucap syukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya,
kupersembahkan karya ini sebagai tanda bati dan
kecintaanku kepada :

Kedua orang tuaku yang sangat kucinta,
kusayangi papah dan mamah.

Terimakasih atas kasih sayang, doa, pengorbanan,
dukungan kalian demi keberhasilanku.

Kakakku tercinta titah dan adik-adikku
yang kusayangi jaidan dan median
serta keluarga besarku yang telah memotivasi
dan memberikan dukungannya untuk
kesuksesanku kelak.

Almamater tercinta, Universitas Lampung

ix

MOTO

Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah SWT
akan memudahkan baginya jalan ke surga.
(H.R. Muslim)

Anak muda yang akan sukses tidak akan pernah menyerah

sebelum kesuksesan berada di tangannya.
(Juanda Hadi Saputra)

xi

SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peranan
Tokoh Adat dalam Melestarikan Adat Mego Pak Tulang Bawang Marga
Buay Bulan Udik di Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung
Tahun 2014”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada
berbagai pihak yang telah menyumbangkan pemikiran, motivasi, dan waktunya
untuk memperlancar penyelesaian skripsi ini terutama kepada Bapak Hermi
Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku ketua program studi PPKn dan pembimbing I, Ibu
Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II. Ucapan terimakasih
penulis haturkan kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja
Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan
Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

xii

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Zulkarnaen, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung;
6. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku pembahas I, terima kasih atas
saran dan masukannya;
7. Bapak Abdul Halim, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas II terima kasih atas
saran dan masukannya;
8. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., Bapak M. Mona adha, S.Pd., M.Pd., Bapak
Susilo, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Rohman, S.Pd., M.Pd. serta Bapak dan Ibu
Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu yang telah
diberikan, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan:
9. Bapak Juanda selaku sekretaris Desa Gunung Katun Tanjungan, Tokoh
Adat Bapak Ramli Glr STA
10. Kedua orang tuaku tercinta seluruh keluarga besarku terima kasih atas doa,
dukungan, kasih sayang yang telah diberikan dan semua pengorbanan
kalian untukku yang tidak ternilai dari segi apapun;
11. Sahabat-sahabat terbaikku Rika, Nanda, Made, Linda dan sahabat yang
selalu membantu aku di saat-saat sulitku (Elisa, Rio, Viki, Dyo, Wegi,
Wayan, Tora, Zai, Dwi, Ajeng, Evi, Dian, Minarti, Nur, Eka, Koko) dan

xiii

semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan
masukan dan motivasi dan dukungannya;
12. Teman-teman seperjuanganku di Prodi PPKn angkatan 2011 baik ganjil
maupun genap serta kakak tingkat dan adik tingkat (Rohim, Ridho, Yanda,
Trio, Azmi, Eva, Meisya, Netika dan lainya), dari angkatan 2009 – 2014
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan

yang kalian berikan;
13. Teman-teman KKN dan PPL (Lisa, Vita, Selvin, Eva, Rara, Tiwi, Winny,
Suci, Ucep) terima kasih atas saran, serta motivasinya yang selalu kalian
berikan kepadaku;
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
penyajiannya. Akhirnya penulis berharap semoga dengan kesederhanaannya
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandar Lampung, April 2015
Penulis

Juanda Hadi Saputra
NPM 1113032030

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel


Halaman

1.1 Jumlah KK yang melaksanakan Gawi Matah dalam pelaksanaan
perkawinan Adat Lampung di Desa Gunung Katun Tanjungan
Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang
Barat provinsi Lampung tahun 2013 ............................................................ 4
4.1 Jadwal Wawancara, Observasi, Dan Dokumentasi di Desa Gunung Katun
Tanjungan .................................................................................................. 64
4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Gunung Katun Tanjungan ... 66
4.3 Jumlah Suku di Desa Gunung Katun Tanjungan. ....................................... 66
4.4 Tingkat Pendidikan di Desa Gunung Katun Tanjungan ............................. 67
4.5 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Gunung Katun
Tanjungan .................................................................................................. 67
4.6 Tempat Ibadah di Desa Gunung Katun Tanjungan ..................................... 68
4.7 Sekolah di Desa Gunung Katun Tanjungan ................................................ 68
4.8 Begawi Balak Tar Padang dan Begawi Matah Tar Padang di Desa Gunung
Katun Tanjungan ........................................................................................ 74
4.9 Gawi Turun Duway di Desa Gunung Katun Tanjungan ............................. 76
4.10 Gawi Cakak Pepadun di Desa Gunung Katun Tanjungan ........................ 79


xviii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

2.1 Kerangka pikir .............................................................................................
3.1 Triangulasi Menurut Delzin .........................................................................
3.2Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ...............................................
3.3 Alur Penelitian ............................................................................................

49
57
59
60

xix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian Pendahuluan
2. Surat Keterangan Dari PD I FKIP Unila
3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Keterangan Kepala Desa
5. Jadwal Penelitian
6. Olah Data Kritik Sumber Dan Triangulasi
7. Kisi-Kisi Wawancara
8. Kisi-Kisi Observasi
9. Kisi-Kisi Dokumentasi
10. Instrumen Wawancara
11. Instrumen Observasi
12. Instrumen Dokumentasi
13. Lampiran Hasil Penelitian (Wawancara, Observasi, Dokumentasi).
14. Susunan Pengurus Lembaga Adat
15. Jumlah Penyebaran Penduduk

xiv

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii
ABSTRAK .......................................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vii
MOTO ................................................................................................................. ix
PERSEMBAHAN ................................................................................................ x
SANWACANA ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 5
C. Fokus Penelitian ...................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 7
a. Kegunaan Teoritis ............................................................................. 7
b. Kegunaan Praktis ............................................................................... 7
G. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 8
1. Ruang Lingkup Ilmu ......................................................................... 8
2. Ruang Lingkup Subjek ..................................................................... 8
3. Ruang Lingkup Objek ....................................................................... 8
4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ................................................... 8
5. Ruang Lingkup Waktu penelitian ..................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis .................................................................................. 10
1. Pengertian Peranan .......................................................................... 10
a. Syarat-Syarat Peranan ............................................................... 13
2. Kebudayaan ..................................................................................... 14
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan ....... 14

xv

b. Pentingnya melestarikan kebudayaan ........................................ 15
3. Masyarakat Adat Lampung ............................................................ 15
a. Masyarakat Adat Lampung Saibatin ......................................... 15
b. Masyarakat Adat Lampung Pepadun ........................................ 16
4. Pengertian Adat ................................................................................ 17
a. Pengertian Tokoh Adat Lampung .............................................. 18
b. Urutan Tokoh Adat Lampung .................................................... 19
5. Konsep Adat Mego Pak Tulang Bawang Lampung......................... 19
a. Konsep Pemerintahan Adat Marga Mego Pak
Tulang Bawang ......................................................................... 22
6. Tata cara Pernikahan Adat Lampung di Gunung Katun
Tanjungan Marga Buay Bulan Udik ................................................ 24
a. Ibal pibal atau ngejuk ngakuk .................................................... 25
b. Nakat ......................................................................................... 25
c. Nunggang ................................................................................... 25
d. Biaya-biaya Adat Lampung Gawi Terang Kawin, Sujud
Kirim, Ibal pibal, Turun Duwai, Cakak Pepadun. ..................... 26
e. Pakaian Upacara Adat ............................................................... 30
f. Gawi Tar Padang........................................................................ 36
g. Gawi Turun Duway.................................................................... 36
h. Gawi Cakak Pepadun ................................................................. 42
B. Kerangka Pikir ...................................................................................... 49
C. Kajian Penelitian Yang Relevan ............................................................ 49

III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 52
B. Lokasi Penelitian ................................................................................... 52
C. Definisi Konseptual dan Definisi Oprasional ....................................... 53
1. Definisi Konseptual ........................................................................ 53
2. Definisi Oprasional ......................................................................... 53
D. Informan dan Unit Analisis ................................................................... 53
E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 54
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 54
1. Observasi .......................................................................................... 54
2. Wawancara ....................................................................................... 55
3. Dokumentasi .................................................................................... 55
G. Uji Kredibilitas ...................................................................................... 56
1. Kritik Sumber .................................................................................. 56
a. Kritik Intern .............................................................................. 56
b. Kritik Ekstern ............................................................................ 56
2. Triangulasi ...................................................................................... 56
H. Teknik Pengolahan Data ....................................................................... 57
1. Editing .............................................................................................. 57

xvi

2. Tabulating dan Coding ..................................................................... 57
3. Interprestasi Data ............................................................................. 58
I. Teknik Analisis Data .............................................................................. 58
1. Reduksi Data .................................................................................... 58
2. Penyajian Data ................................................................................. 58
3. Verifikasi .......................................................................................... 59
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tahapan Penelitian .................................................................................. 61
1. Pengajuan Judul................................................................................ 61
2. Penelitian Pendahuluan .................................................................... 61
3. Pengajuan Rencana Penelitian ......................................................... 62
4. Penyusunan Kisi dan Instrumen Penelitian ...................................... 62
5. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 63
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 64
1. Sejarah Singkat Desa Gunung Katun Tanjungan ............................. 64
2. Keadaan Penduduk ........................................................................... 65
a. Jumlah Penduduk ...................................................................... 65
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ........................................ 66
c. Suku .......................................................................................... 66
d. Tingkat Pendidikan ................................................................... 67
e. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ....................... 67
f. Agama ....................................................................................... 68
g. Sekolah ...................................................................................... 68
C. Deskripsi Data ......................................................................................... 69
D. Uji Kredibilitas Data ............................................................................... 70
E. Analisis Hasil Penelitian ......................................................................... 71
1. Dimensi pemahaman tentang adat Mego Pak Tulang Bawang ........ 71
2. Kesadaran Masyarakat dalam Melestarikan Adat Mego Pak
Tulang bawang ................................................................................ 72
3. Prosedur Pernikahan Adat Lampung................................................ 73
a. Gawi Tar Padang ....................................................................... 74
b. Gawi Turun Duway ................................................................... 76
c. Gawi Cakak Pepadun ................................................................ 79
F. Keunikan Hasil Penelitian ....................................................................... 82
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 83
B. Saran ........................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai bangsa yang multikultur Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
berbagai macam perbedaan budaya, agama, ras, gender, dan adat istiadat yang
lahir dan dianut dalam kehidupan masyarakat. Keberagaman dan kekayaan
budaya bangsa itu merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan harus
disyukuri, dijaga, dan diberdayakan demi kejayaan bangsa Indonesia.

Kebudayaan suatu bangsa merupakan indikator dan mencirikan tinggi atau
rendahnya martabat dan peradaban suatu bangsa. Kebudayaan tersebut
dibangun oleh berbagai unsur seperti bahasa, sastra, dan aksara, kesenian dan
berbagai sistem nilai yang tumbuh dan berkembang dari masa ke masa.
Kebudayaan Nasional kita dibangun atas berbagai kebudayaan daerah yang
beragam warna dan corak, sehingga merupakan satu rangkaian yang harmonis
dan dinamis. Oleh karena itu tidak disangkal bahwa, bahasa, sastra, aksara
daerah, kesenian dan nilai-nilai budaya daerah merupakan unsur-unsur
penting dari kebudayaan yang menjadi rangkaian Kebudayaan Nasional.
Nilai-nilai dan ciri kepribadian bangsa merupakan faktor strategis dalam
upaya mengisi dan membangun jiwa, wawasan dan membangun bangsa
Indonesia sebagaimana tercermin dalam Nilai-Nilai Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.

2

Di Indonesia pentingnya adat istiadat diatur di dalam undang-undang dasar
1945 untuk menjamin keberlangsungan dari hukum adat yang berlaku. Pasal
18 B “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”. Pasal 32 “Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya”.
Daerah provinsi Lampung ditetapkan sebagai daerah provinsi yang berdiri
sendiri adalah berdasarkan undang-undang Nomor 14 Tahun 1964.
Sebelumnya merupakan daerah keresidenan yang termasuk dalam wilayah
provinsi Sumatera Selatan. Sebagaimana provinsi-provinsi lainnya yang
mempunyai Adat Istiadat tersendiri, provinsi Lampung juga mempunyai Adat
Istiadat yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain yang menunjukkan
identitas asli masyarakat Lampung.

Tanggal 22 November 1808 Lampung resmi di bawah kekuasaan
pemerintahan Belanda. Kemudian tahun 1864

pemerintahan Belanda

melegalkan pemerintahan adat marga, Tulang Bawang dibentuklah adanya :
1. Pasirah Marga Buay Bulan Ilir
2. Pasirah Marga Tegamoan
3. Pasirah Marga Suay Umpu

3

Kemudian

tahun 1914 menyusul berdirinya Pasirah Marga Aji maupun

berdirinya Pasirah Marga Buay Bulan Udik, sehingga timbul istilah Federasi
Mego Pak Tulang Bawang berpusat di kota Menggala, dan terlihat Tulang
Bawang empat marga terdiri dari lima Pasirah Marga karena adanya pasirah
marga Buay bulan udik dan Buay bulan ilir, pada saat itu pemerintahan marga
di Tulang Bawang bekerja berdasarkan undang-undang marga dalam
keresidenan Lampung tahun 1939.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh adat bapak Khoiri Rujungan di
kediamannya desa Panaragan pada hari Jum’at tanggal 24 Oktober 2014
menerangkan bahwa para penyimbang adat Mego Pak Tulang Bawang
bekerja berdasarkan peraturan adat istiadat yang ditetapkan di Lingai
Menggala tahun 1910 sebelum adanya Marga Aji, peraturan adat 1910 sampai
setelah republik (1945) hingga hari ini belum pernah diadakan peninjauan
kembali guna diselaraskan dengan kehidupan masyarakat pada abad moderen,
aturan adat 1910 Tulang Bawang pelaksanaannya hanya ada di atas pundak
masing-masing penyimbang adat pepadun di setiap tiyuh (desa). Sejak
hapusnya pemerintahan marga di Lampung tahun 1952, pemerintahan marga
beralih menjadi pemerintahan negeri, negeri adalah peristilahan di
Minangkabau (penjelasan pasal 18 UUD 1945 Alenia II).
Perubahan peristilahan marga menjadi negeri, peranan penyimbang adat
membiarkan Lampung kehilangan pemerintahan adat marga atau membiarkan
Lampung kehilangan otonomi adat marga, karena pemerintahan adat marga
terdiri dari pasirah marga, dewan marga, khas marga, dan tanah marga (UU
Marga 1939 dalam Keresidenan Lampung pasal 40 ayat 2) penyimbang adat

4

hanya berkiprah dalam persoalan pernikahan maupun pengambilan gelar adat
(Suttan) yang sudah kehilangan pembina hukum adat (pesirah marga).
Hal ini punyimbang adat belum peduli tentang kepakuman adat istiadat atas
dasar belum pernah peraturan adat 1910 dilakukan peninjauan untuk
disesuaikan dengan keadaan kemajuan zaman pada dewasa ini.

Marga Buay Bulan Udik terdiri dari 4 (empat) desa yaitu : Gunung Katun
Tanjungan, Gunung katun Malay, Karta, dan Gedung Ratu. Dan sebagai desa
yang termasuk dalam kecamatan Tulang Bawang Udik, desa-desa tersebut di
atas termasuk beradat Istiadat pepadun dan berbahasa dialek “Nyou”. Untuk
pelaksanaan adat istiadat yang berupa Gawi termasuk dalam marga Buay
Bulan Udik dilaksanakan berdasarkan Piagam Federasi Mego pak.

Tabel 1. 1 Jumlah KK yang melaksanakan Gawi Matah dalam pelaksanaan
perkawinan Adat Lampung di Desa Gunung Katun Tanjungan
Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang
Barat provinsi Lampung tahun 2013.
Desa
Jumlah
Begawi
Begawi
Jumlah yang
Tidak
/RK
KK
Cakak
Matah
Melaksanakan Melaksanakan
Pepadun
Gawi Cakak
Gawi Cakak
Pepadun
Pepadun
1.
185
150
17
167
18
2.
130
85
15
100
30
3.
95
60
7
67
28
Jumlah
410
295
39
334
76
Sumber : Data Primer, Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kepala keluarga yang
melaksanakan Gawi cakak pepadun berjumlah 295 dan Gawi matah
berjumlah 39 kemudian yang tidak melaksanakan Gawi berjumlah 76 kepala
keluarga.

5

Sampai saat ini masih banyak orang belum mengetahui lebih jelas tentang
Adat Mego Pak Tulang Bawang Marga Buay Bulan Udik provinsi Lampung
Khususnya dalam Gawi Tar Padang, Gawi Turun Duwai, dan Gawi Cakak
Pepadun. Akibatnya generasi muda yang berada di era teknologi seperti saat
ini awam dan tidak paham tentang warisan budaya yang diwariskan oleh
nenek moyang mereka sendiri, untuk itu agar adat dan budaya tidak punah
tentunya banyak hal yang harus dipahami oleh masyarakat terutama tentang
Adat Mego Pak Tulang Bawang Marga Buay Bulan Udik provinsi Lampung
itu sendiri agar mereka bisa mencintai, menghargai, dan melestarikan budaya
sebagai kekayaan bangsa Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu untuk mengadakan
penelitian guna melestarikan dan menjaga kearifan budaya lokal dengan
semboyan Bhinika Tunggal Ika. Penelitian ini berjudul “Peranan Tokoh Adat
dalam Melestarikan Adat Mego Pak Tulang Bawang Marga Buay Bulan Udik
di Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung Tahun 2014”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1. Adat Mego Pak Tulang Bawang Provinsi Lampung sebagai bukti
keragaman budaya.

6

2. Peranan Tokoh Adat dalam Melestarikan Adat Mego Pak Tulang Bawang
Marga Buay Bulan Udik di Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi
Lampung Tahun 2014
3. Pemahaman masyarakat terhadap Adat Mego Pak Tulang Bawang
Provinsi Lampung.
4. Pelestarian Adat Mego Pak Tulang Bawang Provinsi Lampung sebagai
kekayaan bangsa.

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka fokus
masalah dalam penelitian ini yaitu Peranan tokoh adat dalam melestarikan
Adat Mego Pak Tulang Bawang Marga Buay Bulan Udik di Kabupaten
Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung Tahun 2014 dan sub-fokus
penelitian yaitu perkawinan Adat Lampung di desa Gunung Katun
Tanjungan. Ada tiga macam pelaksanaan pernikahan adat yaitu :
a. Gawi Tar Padang,
b. Gawi Turun Duwai dan,
c. Gawi Cakak Pepadun.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, fokus penelitian, maka
masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah peran tokoh adat dalam
melestarikan Adat Mego Pak Tulang Bawang Marga Buay Bulan Udik di
Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung Tahun 2014.”?

7

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran tokoh adat dalam
melestarikan adat Mego Pak Tulang Bawang Marga Buay Bulan Udik di
Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung Tahun 2014.

F. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsepkonsep ilmu pendidikan khususnya pendidikan

Pancasila dan

Kewarganegaraan yang mengkaji pendidikan hukum dan masyarakat
(pembinaan hukum) serta melestarikan budaya daerah untuk menjaga
kebudayaan nasional. Tentang peranan tokoh adat dalam melestarikan
adat Mego Pak Tulang Bawang Marga Buay Bulan Udik di Kabupaten
Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung Tahun 2014 sebagai kearifan
lokal bangsa Indonesia.
b. Kegunaan Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para tokoh adat dan
bagaimana peranannya dalam masyarakat adat Mego Pak Tulang
Bawang Marga Buay Bulan Udik di Kabupaten Tulang Bawang
Barat Provinsi Lampung Tahun 2014.
2. Sebagai penambah wawasan bagi pembaca agar lebih mengetahui
adat Mego Pak Tulang Bawang sebagai salah satu kearifan lokal
yang ada di Lampung dan perlu dijaga dan dilestarikan oleh semua
pihak.

8

G. Ruang Lingkup Penelitian
1.

Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk ruang lingkup ilmu pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, khususnya dimensi pendidikan hukum dan masyarakat
(pembinaan hukum). Pokok kajian membahas tentang peranan tokoh adat
dalam melestarikan adat Mego Pak Tulang Bawang Marga Buay Bulan
Udik di Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung Tahun 2014
untuk menjaga keragaman budaya bangsa Indonesia.

2.

Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah tokoh Adat Mego Pak Tulang
Bawang Marga Buay Bulan Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat
Provinsi Lampung.

3.

Ruang Lingkup Objek Penelitian
Ruang lingkup objek penelitian peranan tokoh adat dalam Gawi Tar
Padang, Gawi Turun Duwai, Gawi Cakak Pepadun Gunung Katun
Tanjungan Adat Mego Pak Tulang Bawang Marga Buay Bulan Udik
Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung.

4.

Ruang Lingkup Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Gunung Katun Tanjungan kabupaten
Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung.

9

5.

Ruang Lingkup Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian
pendahuluan pada tanggal 17 Oktober 2014 sampai dengan 4 Maret 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Pengertian Peranan
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang

melaksanakan

hak

dan

kewajibannya

sesuai

dengan

kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada
yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau
kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana halnya dengan kedudukan,
peranan juga mempunyai dua arti.

Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari polapola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya
peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan
menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan
perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat
menyesuiakan

perilaku

sendiri

dengan

perilaku

orang-orang

11

sekelompoknya. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat,
merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat.
Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Misalnya, norma
kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki bila berjalan bersama
seorang wanita, harus disebelah luar.
Menurut Dewi Wulan Sari, (2009: 106) “Peran adalah konsep tentang apa
yang harus dilakukan oleh individu dalam masyarakat dan meliputi
tuntutan-tuntutan prilaku dari masyarakat terhadap seseorang dan
merupakan prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat”.
Maurice Duverger,(2010: 103) berpendapat bahwa Istilah “peran” (role)
dipilih secara baik karena diya menyatakan bahwa setiap oarang adalah
pelaku didalam masyarakat dimana diya hidup, juga dia adalah seorang
aktor yang harus memainkan beberapa peranan seperti aktor-aktor
profesional.

Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi
dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat
(yaitu social-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat
individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk
pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang
menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu
peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu:

12

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan

rangkaian

peraturan-peraturan

yang

membimbing

seserorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.

Perlu pula disinggung perihal fasilitas-fasilitas bagi peranan individu (rolefacilities). Masyarakat biasanya memberikan fasilitas-fasilitas pada
individu

untuk

dapat

menjalankan

peranan.

Lembaga-lembaga

kemasyarakatan merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan
peluang-peluang untuk pelaksanaan peranan. Kadang-kadang perubahan
strukur suatu golongan kemasyarakatan menyebabkan fasilitas-fasilitas
bertambah. Misalnya, perubahan orgaisasi suatu sekolah yang memerlukan
penambahan guru, pegawai administrasi, dan seterusnya. Akan tetapi
sebaliknya, juga dapat mengurangi peluang-peluang, apabila terpaksa
diadakan rasionalisasi sebagai akibat perubahan struktur dan organisasi.
“Peranan merupakan suatu pola tingkah laku yang didasarkan atas
kedudukan tertentu dalam keadaan sosial tertentu”. Thontowi Amsia
(2006:20).

Peranan adalah suatu pola tingkah laku (yang diharapkan untuk
dilakukan) yang didasarkan atas kedudukan tertentu dalam kolektiva
atau keadaan sosial tertentu. Yang dimaksud dengan kedudukan

13

(status) adalah kumpulan hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu
yang dimiliki seseorang dalam berhadapan atau berinteraksi dengan
orang lain. Peranan bukan tingkah laku dalam kenyataan tetapi pola
tingkah laku yang diharapkan atau dikehendaki untuk menyembuhkan
orang sakit. Tetapi ada seorang dokter yang diharapkan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyembuhkan orang sakit.
Orang ini tidak menjalankan peranannya sebagai dokter, tetapi dia
punya kedudukan sebagai dokter. Thontowi Amsia (2012:20).

Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
peranan konsep yang mengenalkan segala sesuatu yang harus dilakukan
oleh seseorang yang memiliki hak-hak dan kewajibannya sesuai
kedudukan atau statusnya di dalam masyarakat. Pentingnya peranan
karena mengatur prilaku seseorang, dan juga peranan menyebabkan
seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan yang bersangkutan
akan dapat menyesuaikan perlakuan orang-orang di dalam masyarakat.

a.

Syarat-Syarat Peranan
Menurut Levinson (2001:87) yang dikutip oleh soekanto, bahwa
syarat peranan mencakup tiga hal yaitu:
1.

Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2.

Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3.

Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.

14

2.

Kebudayaan
Kebudayaan Kata “Kebudayaan” dan “Culture”. Kata “Kebudayaan” berasal
dari sanskerta buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”
dan “akal”. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan : “hal-hal yang
bersangkutan dengan akal”. Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya
sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan
budi”. Karena itu mereka membedakan “budaya” dari “kebudayaan”.
Demikianlah “budaya” adalah “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan
rasa, sedangkan “kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.
Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya”
di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan
arti yang sama.

Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan hasil dari karya, rasa, dan cipta manusia yang diperoleh dari
setiap perbuatan yang dilakukan oleh setiap manusia.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan diantaranya :
1. Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk
2. Adanya penemuan-penemuan baru
3. Terjadi konflik antar masyarakat

15

4. Adanya revolusi atau pemberontakan.

b. Pentingnya melestarikan kebudayaan
Sebagai bangsa yang terbentuk dari berbagai macam suku, adat dan
budaya maka bangsa kita perlu melestarikan dan mengembangkan budaya
yang ada untuk menjaga keutuhan dan warisan yang ditinggalkan oleh
para pendahulu kita. Budaya kita memiliki ciri khas dari masing-masing
daerah hal ini pula yang kita lakukan di dunia Internasional sebagai wujud
identitas nasional kita di dunia.

3.

Masyarakat Adat Lampung
Masyarakat adat Lampung pada dasarnya adalah berasal dari Sekala Brak.
Pada perkembangannya, masyarakat adat Lampung terbagi menjadi dua yaitu
masyarakat adat Lampung Saibatin yang kental dengan nilai kerajaan atau
aristokrasinya. Dan masyarakat adat Lampung Pepadun yang kental dengan
nilai Demokrasinya.

a. Masyarakat Adat Lampung Saibatin
Pada dasarnya masyarakat adat Lampung Saibatin yaitu masyarakat yang
tinggal atau mendiami daerah pesisir, diantaranya Jabung, Way Jepara,
Padang Cermin, Cukuh Balak, Talang Padang, Kota Agung, Pesisir Krui,
Liwa dan lain-lain. Dalam pembagian berdasarkan keturunannya adalah :
1. Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat)
2. Keratuan Melinting (Lampung Timur)
3. Keratuan Darah Putih (Lampung Selatan)

16

4. Keratuan Semaka (Tanggamus)
5. Keratuan Komering (Provinsi Sumatera Selatan)
6. Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten).

b. Masyarakat Adat Lampung Pepadun
Pepadun dalam arti sehari-hari adalah bangku tahta kepunyimbangan
adat yang terbuat dari bahan kayu berkaki empat dan berukir-ukir.
Bangku tahta tersebut didapat para penyimbang dulu dari seba ke Banten
dalam abad 17, dan agaknya berasal dari Jepara (Jawa Tengah) atau dari
Bali. Bangku tahta itu digunakan oleh para punggawa Banten dalam
acara serba besar di Pusiban Kesultanan Banten. Menurut istilah pepadun
berasal dari kata pepadu-an atau pertemuan, yang dimaksud adalah
pertemuan para pejabat tinggi kerajaan atau permusyawaratan dalam
melaksanakan peradilan adat yang dihadiri para pemuka adat setempat.
“Pepadun dalam arti sehari-hari adalah bangku tahta kepunyimbangan
adat yang terbuat dari bahan kayu berkaki empat dan berukir-ukir”.
Hilman Hadikusuma (2003:18).

Adat pepadun terdiri dari 5 (lima) klan yaitu : Tulang Bawang, Way
Kanan, Sungkai, Abung Siwo Mego/Sembilan Marga, dan Pubian Telu
Suku/Tiga Suku. Pepadun sebagaimana kita ketahui bangku kecil berkaki
4 (empat) sebagai makna tempat pepaduan atau musyawarah yang
dipimpin oleh ketua adat. Semula pepadun terbuat dari kayu Lemangsa
Kepampang. Sebagai kayu tempat persembahan kerajaan Tumi,
cabangnya satunya beracun, kemudian cabang yang satu getahnya adalah

17

penangkal racun. Ketika kerajaan Tumi dikalahkan oleh Putri Bulan
maka untuk mengenang adanya kerajaan Tumi yang dikalahkan Kayu
Lemangsa Kepampang ditebang dijadikan bangku tempat duduk sang
pemimpin adat yang lazim disebut Pepadun.

Berdasarkan pendapat di atas didapat bahwa pepadun adalah bangku
tahta kepenyimbangan adat yang digunakan untuk bermusyawarah,
menyelesaikan perkara-perkara adat yang tidak dapat diselesaikan sendiri
oleh kerabat bersangkutan dengan rukun dan damai.

4.

Pengertian Adat
“Adat adalah kebiasaan yang normative dan dipertahankan oleh masyarakat,
maka walaupun adat tidak terus berulang, pada saat tertentu akan terus
berulang dan harus dilaksanakan, apabila tidak dilaksanakan maka
masyarakat akan mengadakan reaksi”. Hilman Hadikusuma (2003:16).
“Adat adalah wujud ideal dari kebudayaan yang berfungsi sebagai tata
kelakuan.” Koentjaraningrat(2002:19)

Perbuatan yang dilakukan berulang-ulang lalu menjadi kebiasaan yang tetap
dan dihormati orang, maka kebiasaan itu menjadi adat. Adat adalah tata
kelakuan serta kuat integrasinya dengan pola-pola prilaku masyarakat. Oleh
karena itu, maka tiap bangsa di dunia memiliki adat kebiasaan sendiri-sendiri
yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Justru karena itu ketidaksamaan
inilah kita dapat mengatakan, bahwa adat itu merupakan unsur-unsur yang
terpenting yang memberikan identitas kepada bangsa. Di dalam Negara

18

Republik Indonesia ini, memiliki berbagai macam adat dan suku bangsa yang
berbeda-beda, meskipun dasar dan sifatnya adalah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Adat merupakan suatu hukum yang tidak tertulis, namun sekurang-kurangnya
merupakan sumber hukum yang tercermin dalam adat yang bersendikan
syara’. Karena adat mengatur seluruh kehidupan anggota masyarakat maka
ketentuan-ketentuan

adat

secara

otomatis

juga

mengatur

masalah

politik/pemerintah, ekonomi sosial dan kemasyarakatan, etika budaya dan
sebagainya.

Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian adat adalah
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat dan merupakan
peraturan yang tidak tertulis sebagai kontrol atas tingkah laku atau sikap
manusia sebagai anggota masyarakat.

a.

Pengertian Tokoh Adat Lampung
“Tokoh adat dalam mansyarakat suku Lampung adalah orang-orang yang
dituakan karena ia pewaris mayor dalam keluarga kerabat atau kebuayan”
(hukum waris mayoritas laki-laki)”. Hilman Hadikusuma (1989:17)
“Dengan adanya kepunyimbangan maka keluarga Lampung mulai
dari suatu keluarga rumah kecil sampai kerabat besar, buwai, suku
tiyuh dan marga atau paksi memunyai pemimpin menurut garis
keturunan laki-laki(patrilinial). Tanpa adanya penyimbang maka
kerabat itu akan buyar tidak menentu, karena tidak ada yang
dituakan, tidak adapemusatan keluarga atau kerabat, tidak ada yang
mengatur atau tidak ada yang dituakan dalam musyawarah untuk
menyelesaikan
peristiwa-peristiwa
kekerabatan.”
Hilman
Hadikusuma (1989:17)

19

Tokoh adat adalah individu yang dijadikan pedoman, panutan, penuntun,
dan pengayom serta sebagai sumber hukum yang tidak tertulis di dalam
masyarakat.

b. Urutan Tokoh Adat Lampung
Urutan tokoh adat Lampung adalah sebagai berikut :
1) Penyimbang Buay (Bandar)
Mengepalai satu klen.
2) Penyimbang Marga
Mengepalai adat untuk beberapa tiyuh atau pekon.
3) Penyimbang Tiyuh/Pekon
Mengepalai beberapa kerabat besar (suku).
4) Penyimbang Suku
Mengepalai adat beberapa puluh keluarga tiyuh.

5.

Konsep Adat Mego Pak Tulang Bawang Lampung
Pemerintahan Marga warisan Tulang Bawang sebelum Hindu masuk ke
Indonesia. Masyarakat dipimpin oleh kepala suku, masuknya pengaruh
Sriwijaya (638-1377), masuknya pengaruh Majapahit (1293-1525), masuknya
pengaruh kerajaan Banten/Islam (abad 16-17) kemudian masa pemerintahan
Belanda pemerintahan Marga dilegalkan (1808).
a) Tahun 1808 Lampung resmi dijajah Belanda
b) Tahun 1864 Belanda melegalkan kedudukan Pasirah Marga
c) Tahun 1910 Mego Pak Tulang Bawang membuat aturan adat atau masih
3 (tiga) Marga
d) Tahun 1928 Belanda atau Residen Lampung menetapkan perbatasan
Marga
e) Tahun 1939 Terbit Undang-Undang Marga dalam Kresidenan Lampung

20

f) Tahun 1952 Lampung dari status pemerintahan Marga hapus menjadi
status negeri.
Istilah Negeri di Minangkabau pasal 18 penjelasan alinea II UUD 1945,
istilah Marga Palembang, Batak, dan Lampung. Hapusnya pasirah Marga
punyimbang adat kehilangan pembina hukum adat.

Lembaga Adat Mego Pak Tulang Bawang adalah representatif dari 4 (empat)
keturunan asal atau Persekutuan besar ( Mergou = Marga) di Tulang Bawang
yaitu; Marga Buay Bulan, Marga Tegamoan, Marga Sway Umpu, dan Marga
Aji.

Dari keempat keturunan asal ini oleh Kolonial Belanda dipergunakan sebagai
politik untuk menarik simpati masyarakat adat dengan sistem kepemerintahan
adat yaitu kepemerintahan kemargaan yang dikepalai oleh Pesirah. Pesirah
adalah kepala kepemerintahan umum sekaligus sebagai kepala adat.

Pada tahun 1993 Federasi ini mulai diaktifkan kembali oleh para
penyimbang- penyimbang yang ada di Menggala karena melihat carut marut
dari penggunaan hak-hak masyarakat hukum adat yang tidak sesuai lagi
dengan kaedah hukum adat yang berlaku.

Carut marut ini akibat dari pemahaman tentang sistem hukum adat Mego Pak
yang disalah gunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab
untuk kepentingan-kepentingan pribadi yang berlindung diketokohan maupun
berlindung untuk penguasaan atas tanah

yang menumbuh kembangkan

spikulan tanah akibat jalan pintas yang dilakukan oleh para mafia-mafia

21

tanah. Alih-alih menyelesaikan masalah pertanahan yang diharapkan lebih
efektif dan efisien malah menimbulkan persengketaan yang berkepajangan.

Namun, kelembagaan yang baru diaktifkan

ini salah Termonologi dari

nomenklatur yang diterapkan yaitu, Persatuan Adat Mego Pak Tulang
Bawang. Maka pada tanggal 7 Februari 2011 Persatuan Adat Mego Pak
Tulang Bawang dirubah sesuai dengan asli dan tujuannya menjadi Lembaga
Adat Mego Pak Tulang Bawang.
Susunan kelembagaan ini adalah ;
Susunan kelembagaan yang berpegang kepada standar Pelatoeran Sepanjang
Hadat Lampoeng.
1. Kepala Marga Penyimbang asal dari keturunan asal marga adalah sebagai
pimpinan marga tersebut.
2. Kepala Tiyuh penyimbang/penyusuk awal/ asal dari tiyuh kampung
tersebut adalah sebagai pimpinan dalam tiyuh tersebut
3. Kepala Suku penyimbang/penyusuk awal/asal dari suku/cakki tersebut
adalah pimpinan dari suku.

Masyarakat Hukum adat Mego Pak Tulang Bawang merupakan pimpinan
dalam kebuayanya berdasarkan status kepepaduan :
1. Penyimbangan Marga berstatus pepadun marga dalam sebuah klan
tertentu (buay).
2. Penyimbang tiyuh berstatus sebagai pepadun tiyuh dalam klan kampung
tertentu

22

3. Penyimbang suku/cakki berstatus sebagai pepadun suku/cakki dalam
suku/cakki tertentu.
4. Sesakou
5. Andang-Andang

Kelompok ini memegang pengambilan keputusan yang disebut dengan
Majelis Perwatin melalui Musyawarah ada (muparou/ pepung).
Maksud dan Tujuan Lembaga Adat Mego Pak Tulang Bawang :
Maksud:
1. Keberadaan Lembaga Adat ini bukanlah ingin mengembalikan sistem
kepemerintahan adat masa lalu. Tetapi lebih menekankan kepada
peranan masyarakat hukum adat Mego pak dalam rangka berbangsa dan
bernegara.
2. Lembaga Adat Mego Pak Tulang Bawang sebagai wadah penyelesaian
carut marut persengketaan antara masyarakat adat Mego Pak Tulang
Bawang dengan pihak lain
3. Lembaga Adat Mego Pak Tulang Bawang sebagai filterisasi terhadap
oknum-oknum yang mempergunakan adat untuk kepentingan tertentu.
4. Lembaga Adat sebagai wadah informasi tentang budaya Mego pak yang
resmi.
Tujuan:
1. Melestarikan, menggali, mengembangkan nilai-nilai budaya masyarakat
hukum adat sebagai aset bangsa sehingga dapat menumbuhkan jati diri
masyarakat hukum adat Mego Pak Tulang Bawang.
2. Sebagai mediator, fasilitator dan komunikator antara masyarakat hukum
adat Mego Pak Tulang Bawang dengan pihak lain.
3. Menggalang persatuan dan persatuan masyarakat hukum adat Mego
Pak Tulang Bawang.

a.

Konsep Pemerintahan Adat Marga Mego pak Tulang Bawang
Marga di

daerah Batak merupakan klen atau sub-klen: di daerah

Sumatera Selatan merupakan persekutuan hukum adat territorial, di
Lampung ada yang territorial dan genealogis territorial. Sejak tahun 1952

23

di Lampung Marga dihapuskan yang ada sekarang adalah marga adat
atau marga genealogis. (Hilman Hadikusuma 1976:99).

Pemerintahan Marga merupakan susunan masyarakat yang berdasarkan
adat dan hukum adat, serta mempunyai wilayah tertentu. Marga hidup
menurut adat yang berlaku sejak Marga itu mulai dibentuk jauh di waktu
yang lampau. Adat menjiwai kehidupan warganya, masyarakat dan
pemerintahnya. Selain itu masyarakatnya juga mempunyai ikatan lahir
batin yang kuat, yang sejak awalnya telah memiliki hak untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri (Hak Otonom). Dilihat dari
bentuk pemerintahannya, Marga merupakan komunitas asli atau yang
kita sebut masyarakat adat yang berfungsi sebagai self governing
community, yaitu sebuah kominitas sosio-kultural yang bisa mengatur
diri sendiri. Mereka memiliki lembaga sendiri, perangkat hukum, dan
acuan yang jelas dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, serta tidak
memiliki ketergantungan terhadap pihak luar, karena memang mereka
bisa melakukan segala sesuatunya sendiri. Selain itu pemerintahan Marga
juga memiliki ruang lingkup kewenangan, meliputi kewenangan
perundangan