Kode Etik dan Standar Profesi

KODE ETIK DAN STANDAR PROFESI

OLEH
YOH SANDRIANO N. HITANG ( 12 33 121 063 )

FAKULTAS / JURUSAN : EKONOMI / AKUNTANSI
UNIVERSITAS WARMADEWA
PERIODE 2013 – 2014

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ada beberapa pendapat tentang etika. Etika ditinjau dari asal katanya,Etika (ethics)
berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti “karakter”.Kata lain untuk etika adalah
moralitas (morality), yang berasal dari bahasa latinmores yang berarti “kebiasaan”. Moralitas
berpusat pada “benar” dan “salah”dalam perilaku manusia. Oleh karena itu, etika berkaitan
dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan berperilaku terhadap sesamanya.
(Boynton,Johnson dan Kell, 2002:97). Istilah Etika dilihat dalam kamus besar Bahasa
Indonesia (2007), memiliki tiga arti yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat
Selain itu, beberapa ahli berpendapat bahwa etika berasal dari norma-norma umum

yang berasal dari ajaran agama. Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa etika adalah
norma yang didasarkan pada kepentingan umum semata yang belum tentu berasal dari norma
agama.
Sedangkan kode etik adalah suatu kesatuan prinsip dan pedoman moral dan tata nilai
yang ditujukan untuk menjaga norma dan kepentingan umum agar masyarakat luas menerima
manfaat positif dari suatu tindakan. Dalam hal ini, standar etika yang lebih tinggi biasanya
dilakukan oleh seseorang bukan karena takut melanggar hukum tetapi karena memikirkan
akibat yang ditimbulkan. Standar tertinggi perilaku etis muncul dalam diri seseorang karena
alasan kebenaran dan mendorong orang untuk berperilaku etis dan profesional serta bertindak
berdasarkan hati nurani. Sehingga tidaklah heran jika setiap profesi memiliki kode etik dan
menjadikan kode etik sebagai pedoman berperilaku dalam menjalankan profesi. Menurut
Jusup,Al Haryono, etika profesi merupakan tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap
sebuah profesi. Hal ini berarti, apabila etika profesi ini dilanggar maka akan mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut berkurang.
Itulah mengapa etika sangat penting untuk dipelajari mengingat pentingnya etika
dalam rana kehidupan secara khusus berkaitan dengan profesi. Oleh karena pentingnya etika
yang disajikan dalam kode etik tersebut, maka kelompok dalam makalah ini akan menyajikan
pentingnya kode etik dan standar profesi, serta hal-hal yang berkaitan atau memiliki
hubungan dengan keduanya dalam kaitannya dengan pasar modal.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang telah disusun oleh kelompok adalah sebagai berikut :

1. Pentingnya kode etik dan standar profesi
2. Peraturan Bappepam
3. Kode etik WPPE
4. Kejahatan di pasar modal
5. Persepsi kode etik di pasar modal
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wacana seputar kode etik
dan standar profesi serta segala hal yang berkaitan dengan pasar modal dan juga sebagai
jawaban atas tugas yang di berikan oleh Dosen Pengantar Pasar Modal, sekaligus membuka
wawasan pengetahuan kita akan kode etik dan standar profesi pada pasar modal.

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Kode Etik dan Standar Profesi

Etika bisnis memiliki fungsi sentral dalam pasar modal sebagai pedoman
berperilaku di pasar modal. Unsur pertama etika bisnis adalah kepercayaan dan
accuntability, pasar modal tidak bisa beroperasi tanpa kepercayaan. Sehingga kode etik

dan standar profesi dapat menjaga kepercayaan tersebut. Kepercayaan itu ditunjukan dan
diberikan pada pemakai jasa. Sedangkan accuntability menyangkut pendelegasian
wewenang dan pengambilan keputusan untuk kepentingan pemodal yang dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka. Agar kedua unsur dapat tercapai pasar modal
menetapkan peraturan khusus mengenai prinsip keterbukaan mengingat terjadinya
benturan kepentingan , masalahnya bukan pada perilaku tetapi padan kondisi tertentu
berdasarkan kode etik. Karena itulah kode etik dan standar profesi dapat dikatakan
penting dalam pasar modal.
2.2 Peraturan Bapepam
2.2.1 Peraturan Bapepam No. V.E.1.
Isi dari peraturan ini antara lain :
1.Perusahaan Efek
 Perusahaan efek wajib mendahulukan kepentingan nasabahnya sebelum
melakukan transaksi untuk kepentingannya sendiri
 Perusahaan efek dalam hal memberikan rekomendasi kepada nasabah untuk
membeli atau menjual efek wajib memperhatikan keadaan keuangan dan
maksud serta tujuan investasi dari nasabah.
 Perusahaan efek memberikan rekomendasi sebelum nasabah tersebut
membeli atau menjual efek yang dimaksud
 Perusahaan efek wajib terlebih dahulu memberitahukan kepada nasabahnya

bahwa transaksi dengan nasabah tersebut dilakukan untuk kepentingan hak
terafiliasinya.
 Perusahaan efek dilarang menggunakan efek atau uang yang diterima dari
nasabahnya

sebagai

jaminan

untuk

memperoleh

pinjaman

untuk

kepentingan perusahaan efek tanpa persetujuan tertulis dari nasabah yang
bersangkutan.
2. Wakil Perantara

 Wakil perantara pedagang efek dilarang melakukan transaksi untuk kepentingan
perusahaan efek di mana ia bekerja.
 Transaksi dilakukan atas perintah nasabahnya
 Wakil perantara pedagang efek wajib memberikan keterangan mengenai efek
yang diketahui kepada nasabah apabila diminta oleh nasabah yang bersangkutan
 Perusahaan efek dilarang merekomendasikan kepada nasabah untuk membeli,
menjadi, atau memperlakukan efek tanpa memperhatikan tujuan investasi,

keadaan keuangan nasabah, dan jaminan atas kerugian yang diderita nasabah
dalam suatu transaksi efek.
 Wakil perusahaan efek dilarang baik secara langsung maupun tidak langsung,
menerima bagian laba dari suatu transaksi efek.
3. Perusahaan Efek
 Perusahaan efek wajib membubuhi jam, hari, dan tanggal atas semua pesanan
nasabahnya pada formulir pesanan
 Perusahaan efek wajib memberikan konfirmasi kepada nasabah sebelum
berakhirnya hari bursa setelah dilakukan transaksi
 Perusahaan efek wajib menerbitkan tanda terima setelah menerima efek wajib
menerbitkan tanda terima kasih setelah menerima efek atau uang dari nasabah
2.2.2 Peraturan Bapepam No. V.F.1

 Hubungan antara penjamin emisi efek dan para nasabahnya wajib didasarkan
pada tingkat integritas usaha yang tinggi.
 Dalam hal terjadinya kekurangan permintaan beli dalam penawaran umum,
penjamin emisi efek, agen penjual atau pihak yang terafiliasi dilarang menjual
efek yang telah dibeli atau akan dibelinya berdasarkan kontrak penjamin emisi,
kecuali melalui bursa efek jika telah diungkapkan dalam prospektus bahwa efek
tersebut akan dicatatkan di bursa efek
 Dalam hal suatu penawaran umum terdapat lebih dari satu penjamin emisi efek
yang kemudian membagi tugasnya dan tetap memperoleh tanggungjawab baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama
 Penjamin emisi efek bertanggung jawab atas aktifitas sesuai dengan yang
tercantum dalam prospektus, antara lain; pemasaran efek, penjatahan efek, dan
pengembalian uang pembayaran efek yang tidak memperoleh penjatahan.
 Penjamin emisi efek yang terlibat dalam penjaminan emisi yang membuat catatan
dan dokumentasi atas segala hal-hal penting yang dilakukan berkaitan dengan
aktifitas penjaminan untuk menunjukan bahwa penjaminan tersebut telah
2.2.3

dilaksanakan sesuai dengan profesinya.
Peraturan Bapepam No. V.G.1

Manejer investasi dilarang :
 Memberikan saran kepada nasabah dalam bentuk jasa pengelolaan investasi, atau
jasa konsultasi pembelian, penjualan atau pertukaran dari efek tanpa dasar
pertimbangan rasional, yang ternyata tidak sesuai dengan informasi lengkap yang
diberikan nasabah mengenaitujuan investasi, keadaan keuangan dan kebutuhan
nasabah serta informasi lain yang diketahui atau diperlukan oleh manejer
investasi

 Memesan untuk membeli atau menjual efek untuk rekening nasabah tanpa tanpa
wewenang tertulis dari nasabah yang bersangkutan
 Memesan untuk membeli atau menjual efek untuk rekening nasabah atau instruksi
pihak ketiga tanpa terlebih dahulu memperoleh wewenang tertulis nasabah
kepada pihak ketiga
 Melakukan kebijakan sendiri dalam melaksanakan amanat beli atau jual efek
untuk nasabah tanpa terlebih dahulu memperoleh izin dari nasabah
 Menanggung wewenang tertulis dari dari nasabah tersebut
 Mendorong terlaksananya perdagangan atas rekening nasabah secara berlebihan
dalam jumlah atau frekuensi dipandang dari sudut sumber keuangan , tujuan
investasi dan sifat dari rekening masalah tersebut
 Memberi gambaran yang salah kepada nasabah atau calon nasabah mengenai

kualifikasi dari manejer investasi
 Memberi laporan atau saran tanpa menyertakan pihak yang menyusun laporan
tersebut
 Meminta imbalan yang sangat tinggi dibandingkan dengan imbalan yang diminta
oleh manejer investasi lain
 Mengabaikan untuk mengungkapkan secara tertulis mengenai benturan
kepentingan dari menejer investasi yang dapat mengurangi obyektifitas dari
nasehat tersebut
 Menjanjikan suatu hasil tertentu yang akan diperoleh nasabah atas jasa
pengelolaan yang diberikan atau menjanjikan suatu hasil tertentu yang akan
diperoleh nasabah apabila mengikuti nasihat yang diberikan
 Mengungkapkan identitas, hal yang berkaitan dengan investasi nasabah kepada
pihak ketiga, kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
 Mengadakan, mengubah, memperpanjang, memperpendek, atau memperbaharui
kontak pengelolaan investasi tanpa persetujuan tertulis dari nasabah
Penasehat investasi dilarang :
 Meminta imbalan yang sangat tinggi dibandingkan dengan penasehat investasi
lain
 Mengungkapkan identitas nasabah kepada pihak ketiga kecuali diharuskan oleh
peraturan perundangan yang berlaku

 Memberikan gambaran yang salah kepada nasabah mengenai kualifikasi dari
penasehat investasi
 Memberi laporan atau saran kepada setiap nasabah yang tidak disisipkan tanpa
menyisipkan pihak yang menyisipkan laporan tersebut
 Menjanjikan suatu hasil tertentu yang akan dicapai apabila nasabah mengikuti
nasehat yang diberikan

 Memberikan saran kepada nasabah berkaitan dengan pembelian, penjualan, atau
pertukaran dari efek tanpa dasar pemikiran yang rasional
 Mengabaikan untuk mengungkapkan secara tertulis mengenai benturan
kepentingan dari penasehat investasi yang dapat mengurangi obyektifitas dari
nasehat tersebut
 Mengadakan, mengubah, memperpanjang, memperpendek, atau memperbaharui
kontak pengelolaan investasi tanpa persetujuan tertulis dari nasabah
 Melakukan pemeringkat efek bagi penasehat investasi yang bukan perusahaan
pemeringkat efek

2.3 Kode Etik WPPE
1. Struktur
 Tanggung jawab terhadap perusahaan efek yang diwakilinya

 Tanggung jawab terhadap nasabah
 Hubungan dengan sesama WPPE
2. Tanggung jawab terhadap perusahaan efek
 Mewakili kepentingan perusahaan efek sesuai yang diwakilinya sesuai
dengan kewenangan yang diberikan padanya
 Bertanggung jawab terhadap transaksi efek yang dilakukannya
 Dilarang melakukan transaksi efek yang baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk dan atas nama pribadinya
 Tidak dibenarkan bekerja rangkap di perusahaan efek lainnya
3. Tanggung jawab terhadap nasabah
 Didasarkan pada tingkat kejujuran dan kepercayaan yang tinggi antara WPPE
dan nasabah
 Mendahulukan kepentingan nasabah
 Bertanggung jawab terhadap penyampaian konfirmasi kepada nasabah
 Wajib memelihara catatan-catatan sehubungan dengan transaksi-transaksi
yang dilakukan
 Tidak dibenarkan menggunakan efek-efek milik nasabah tanpa izin
pemiliknya
 Dilarang memungut biaya diluar ketentuan yang ditetapkan perusahaan untuk
kepentingan pribadinya

 Wajib menolak amanat yang tidak etis atau amanat yang tidakl sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang dapat merusak citra pasar
modal di Indonesia

 Dilarang memberikan informasi-informasi yang dapat menyesatkan atau dapat
merugikan pihak lain secara materi atau non materi
4. Tanggung jawab terhadap PPE
 Dilarang melakukan tindakan atau kegiatan yang dapat merugikan PPE
lainnya dengan cara antara lain untuk dan atas nama perusahaan efeknya
melakukan transaksi semua atau merekayasa keadaan bursa untuk maksud
tujuan tertentu, menjual atau memanipulasi sehubungan dengan data-data atau
informasi berkaitan dengan efek yang diperjualbelikan
 Konsekuen dalam transaksi dan menjunjung tinggi kesepakatan yang telah
diputuskan
 Dilarang memberikan amanat jual maupun beli pada perusahaan efek lain
2.4 Kejahatan di Pasar Modal
1. Penipuan
Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak
mengungkap fakta material dengan tujuan menguntungkan atau menghindari
kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain untuk mempengaruhi pihak lain untuk
membeli atau menjual efek
2. Manipulasi Pasar
Menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa atau “rekayasa” harga efek
di bursa. Yang dimaksudkan dengan gambaran semu di sini adalah ada transaksi
namun tidak ada transfer kepemilikan.
3. Insider Trading
Perdagangan efek dengan menggunakan informasi orang dalam (IOD), yakni
informasi material yang dimiliki orang dalam yang belum tersedia untuk umum.
Orang dalam meliputi :
 Manajemen, pegawai atau pun pemegang saham utama emiten atau
perusahaan publik
 Pihak yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan
usahanya dengan emiten
 Pihak yang dalam waktu 6 bulan terakhir tidak menjadi manajemen,
pegawai, atau pihak yang memiliki hubungan dengan emiten
Terhadap kejahatan di atas ada ketentuan pidananya antara lain :
 Pihak yang melakukan kegiatan tanpa ijin, tanpa persetujuan, atau
pendaftaran, maksimal 5 tahun penjara denda maksimal 5 milyar.

 WPPE, Manejer Investasi, maksimal 1 tahun kurungan denda maksimal 1
milyar
 Pihak yang melakukan penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan
orang dalam, maksimal 10 tahun penjara denda maksimal 15 milyar
 Manejer Investasi atau pihak terafiliansinya yang menerima imbalan yang
dapat mempengaruhi keputusannya, maksimal 1 tahun kurungan denda
maksimal 1 milyar.
2.5 Persepsi Kode Etik di Pasar Modal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 215) persepsi diartikan sebagai
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui
beberapa hal yang dialami oleh setiap orang, dalam memahami setiap informasi tentang
lingkungan melalui panca indera (melihat, mendengar, mencium, menyentuh, dan
merasakan). Sedangkan kata persepsi sendiri berasal dari bahasa Latin perception, yang
berarti penerimaan, pengertian atau pengetahuan. Sedangkan persepsi kode etik di pasar
modal berkaitan dengan pandangan akan kode etik di pasar modal.
Beberapa sumber mengatakan bahwa pada tahun 1980-an etika bisnis belum
mendapat perhatian di Pasar Modal. Di Amerika sendiri jurnal mengenai etika bisnis di Pasar
Modal masih terbatas. Contoh masalah etika antara lain seperti, proses penjatahan IPO,
informasi selain prospektus yang bisa dipublikasikan, pemberian yang terlalu berharga. Nah,
berkaitan dengan masalah-masalah ini persepsi kode etik dengan sendirinya akan terjadi.
Akan ada pihak-pihak yang memberikan persepsi atau pandangan atau penilaian berkaitan
dengan masalah-masalah yang terjadi di pasar modal. Inilah yang dimaksudkan dengan
peersepsi di pasar modal.

BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah disajikan sebelumnya dalam makalah ini, dapat kelompok
katakan bahwa, kode etik dan standar profesi merupakan dasar pedoman yang harus ditaati
dan dijalankan dalam pasar modal. Adanya kode etik dan standar profesi ini adalah untuk
melindungi masyarakat dan pihak yang terkait seperti perusahaan emiten, dalam berkiprah di
pasar modal terutama untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Adanya aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Bapepam selaku badan pengawas pasar
modal juga mendukung serangkaian proses yang terjadi di pasar modal dengan sejumlah
aturan yang dikeluarkan. Ketentuan kode etik WPPE yang lebih menitikberatkan dari segi
tanggung jawab juga semakin mendukung terciptanya kondisi yang mendukung dalam
kegiatan di pasar modal. Ketentuan pidana yang ada pun memberikan antisipasi dan
memperkecil resiko kecurangan yang terjadi di pasar modal. Sehingga dapat dikatakan bahwa
adanya kode etik dan standar profesi di pasar modal adalah hal yang keberadaannya
memegang peran penting demi terciptanya kondisi pasar modal yang baik. Hingga pada
akhirnya nasabah atau emiten, merasa nyaman dalam melakukan kegiatan di pasar modal.
3.2 Saran
Adapun dalam penyusunan makalah ini, kelompok menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kelompok sangat mengharapkan
masukan atau saran dan kritikan dari Ibu Pratiwi Dewi, Selaku Dosen Mata Kuliah Pasar
Modal dan segenap pengguna makalah ini, demi pemahaman yang lebih baik berkaitan
dengan isi dari makalah ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Artawan, I Made. 2005. Diktat Pengantar Pasar Modal, Universitas Warmadewa.

Arisetyawan, Ronald. 2010. Skripsi : Analisis Persepsi Akuntan Publik dan Mahasiswa
Pendidikan

Profesi Akuntan Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia,

Universitas Diponegoro
http://smartaccountingeducation.blogspot.com/2012/04/perbedaan-persepsi-mahasiswaakuntansi.html