Pelanggaran Kode Etik Profesi

PELANGGARAN KODE
ETIK PROFESI
MATA KULIAH:
ETIKA PROFESI

DISUSUN OLEH :
ANGGA R

090215020

LINTJEWAS

ANDREY R GUNENA

090215005

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO


2012

Pengertian Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua
pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam
pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja”
untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya
pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan
kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan
yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar
akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan
dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas,
mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan
hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan
oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak

ada standar pekerjaan/tugas yang bagaimanakah yang bisa dikatakan
sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan
seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”. Secara
tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu kedokteran, hukum,
pendidikan, dan kependetaan.
Etika Profesi
Sebelum Membahas mengenai etika Profesi alangkah baiknya kita
bahas dulu apa yang dimaksud dengan etika ; Etika adalah : Kata etik
(atau etika) berasal dari kata ethos (bahasaYunani) yang berarti karakter,
watak kesusilaan atauadat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan
dengankonsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai
apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar,
buruk atau baik. Etika akan memberikan semacam batasan maupun
standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok
sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan
seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk
aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan
prinsip prinsip moralyang ada. Pada saat yang dibutuhkan akan bisa
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari

kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut
dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan
dari dan untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya
dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri
para elit professional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan
etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi

kepada masyarakat yang memerlukannya. Dalam pergaulan hidup
bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di
perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi
saling
menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama,
protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk
menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka senang,
tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta
terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat
kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi
umumnya.

Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata
Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Drs. Sidi Gajalba
dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang
filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan
prilaku manusia dalam hidupnya.

Berikut beberapa contoh kasus dalam pelanggaran etika
profesi


KASUS-KASUS MENGENAI PELANGGARAN ETIKA
PROFESI

AKUNTANSI & ETIKA PROFESI AKUNTANSI PUBLIK

Kasus pertama : Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan
kliennya.
Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak
kepolisian mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan
laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga
telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara
tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di
Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari
sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah
ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit. Hasil
audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga
akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara
bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar
tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM &
R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan
KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara
kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles
laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu
kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan
laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai

adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan
pihak
perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau
kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi
kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba
ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.
Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak
melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah
menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif
untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu
tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar
standar audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan
masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat
ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita
mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan
misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya.Menurut
Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut
kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus
meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang

melanggar kode etik profesi akuntan.

Analisis Kasus I : Dalam kasus tersebut ditemukan KAP yang melakukan
audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan
pemeriksaan sesuai dengan standar audit. KAP tersebut telah melakukan
penyimpangan terhadap tujuan profesi akuntansi, yaitu memenuhi
tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai
tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.
Selain itu KAP tersebut juga melanggar Prinsip pertama - Tanggung Jawab
Profesi, Prinsip Kedua - Kepentingan Publik, Prinsip Ketiga – Integritas,
Prinsip Keempat – Obyektivitas, Prinsip Kedelapan - Standar Teknis.
Seharusmya KAP tersebut harus bertanggung jawab kepada semua
pemakai jasa profesional mereka, selain itu KAP juga harus bertanggungjawab terhadap kepentingan publik. Untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. KAP harus menjaga
obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya. Setiap KAP harus melaksanakan jasa
profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang
relevan




Kasus Kedua :

Dewan Perwakilan Rakyat sulit diharapkan mau membongkar
praktik mafia anggaran yang terjadi di lembaga tersebut dan melibatkan
pejabat pemerintah. Partai politik dan politikusnya di DPR diuntungkan
dengan kondisi tetap tak terungkapnya praktik mafia anggaran karena
mereka mengandalkan pembiayaan politik dari transaksi haram seperti
dalam kasus suap di Kementerian Pemuda dan Olahraga serta
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. “Setidaknya di dua kasus,
Kemenpora dan Kemenkertrans menjadi contoh konkret bahwa praktik
mafia anggaran terus berjalan. Sulitnya kita berharap pada politikus untuk
memberantas korupsi karena mereka juga terjebak pada agenda dan
kepentingan pragmatis,” kata Koordinator Divis Korupsi Politik Indonesia
Corruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan di Jakarta, Senin (12/9).
Abdullah mencontohkan praktik mafia anggaran yang coba
diungkap anggota DPR Wa Ode Nurhayati. Namun yang terjadi, Badan
Kehormatan DPR justru memproses yang bersangkutan meskipun dia
sebagai penyingkap aib (whistle blower). BK DPR tak pernah memeriksa

pihak-pihak yang disebutkan Wa Ode.“Parpol dan politikusnya
mengandalkan permodalan politik dari kongkalikong semacam ini, jadi
sulit mereka mau mengungkap praktik mafia anggaran,” kata
Abdullah.Abdullah mengatakan, praktik mafia anggaran dimulai sejak

perencanaan, misalnya dalam kasus dana percepatan infrastruktur daerah
(DPID) di Kemnakertrans. Dalam perencanaan, orang di lingkaran menteri
menawarkan beberapa daerah untuk mendapatkan program atau wilayah
proyek DPID. “Tentunya dengan imblana fee tertentu,” katanya.
Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran (Fitra) Uchok Sky Khadafi mengungkapkan, anggaran yang
sudah disetujui DPR dalam kenyataannya tidak diberikan ke daerah secara
gratis. Dalam kasus suap di Kemenpora dan Kemnakertrans, terlihat jelas
DPR dan pemerintah saling mengambil uang dari anggaran yang
seharusnya untuk daerah.“Harus ada fee buat parlemen, sementara
birokrat kita juga butuh duit . Keduanya saling membutuhkan. Pejabat di
kementerian membutuhkan uang untuk biaya kenaikan pangkat dan upeti
bagi atasan mereka. Menteri juga membutuhkan uang untuk membantu
partai
politiknya.

Analisis Kasus II : Dalam artikel Penyelewengan Anggaran yang tertulis
pada harian kompas, rabu, 14 September 2011 terdapat beberapa
pelanggaran prinsip etika profesi akuntansi yaitu Prinsip pertama :
Tanggung Jawab Profesi, Prinsip Kedua : Kepentingan Publik, Prinsip
Ketiga : Integritas, Prinsip Keempat : Obyektivitas, Prinsip Kelima :
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, Prinsip Ketujuh : Perilaku
Profesional, Prinsip kedelapan : Standar Teknis. Seharusnya seorang
akuntan harus menaati prinsip-prinsip etika profensi akuntansi tersebut.


Kasus Ketiga

Enron adalah perusahaan yang sangat bagus. Sebagai salah satu
perusahaan yang menikmati booming industri energi di tahun 1990an,
Enron sukses menyuplai energi ke pangsa pasar yang begitu besar dan
memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil
menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi.
Kalau dilihat dari siklus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup
menggiurkan. Seiring booming industri energi, Enron memosisikan dirinya
sebagai energy merchants: membeli natural gas dengan harga murah,

kemudian dikonversi dalam energi listrik, lalu dijual dengan mengambil
profit yang lumayan dari markup sale of power atau biasa disebut “spark
spread“.Pada beberapa tahun yang lalu beberapa perusahaan seperti
Enron dan Worldcom yang dinyatakan bangkrut oleh pengadilan dan
Enron perusahaan energi terbesar di AS yang jatuh bangkrut itu
meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar, karena salah
strategi dan memanipulasi akuntansi yang melibatkan profesi Akuntan
Publik yaitu Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Arthur Andersen,
merupakan kantor akuntan public yang disebut sebagai “The big five”
yaitu (pricewaterhouse coopers, deloitte & touché, KPMC, Ernest & Young

dan Anderson) yang melakukan Audit terhadap laporan keuangan Enron
Corp. Laporan keuangan maupun akunting perusahaan yang diaudit oleh
perusahaan akunting ternama di dunia, Arthur Andersen, ternyata penuh
dengan kecurangan (fraudulent) dan penyamaran data serta syarat
dengan pelanggaran etika profesi.
Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen menemukan
kecurangan yang dilakukan oleh Enron maka memberikan reaksi keras
dari masyarakat (investor) sehingga berpengaruh terhadap harga saham
Enron di pasar modal. Kasus Enron ini menyebabkan indeks pasar modal
Amerika jatuh sampai 25 %.Perusahaan akuntan yang mengaudit laporan
keuangan Enron, Arthur andersen, tidak berhasil melaporkan
penyimpangan yang terjadi dalam tubuh Enron. Di samping sebagai
eksternal auditor, Arthur andersen juga bertugas sebagai konsultan
manajemen Enron. Besarnya jumlah consulting fees yang diterima Arthur
Andersen menyebabkan KAP tersebut bersedia kompromi terhadap
temuan auditnya dengan klien mereka.
KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen
yang tidak menjadi bagian dari kertas kerja audit formal. Selain itu, jika
Arthur Andersen sedang memenuhi panggilan pengadilan berkaitan
dengan perjanjian audit tertentu, tidak boleh ada dokumen yang
dimusnahkan. Namun Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada
periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan
munculnya panggilan pengadilan.Walaupun penghancuran dokumen
tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap
melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur.
Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan
Arthur Andersen pun ditutup. Penyebab kecurangan tersebut diantaranya
dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis, tidak jujur, karakter moral yang
rendah, dominasi kepercayaan, dan lemahnya pengendalian.Faktor
tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan
dengan good corporate governance philosofy yang membahayakan
terhadap business going cocern. Begitu pula praktik bisnis Enron yang
menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi
banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor
Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana
pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada
umumnya (social impact).Milyaran dolar kekayaan investor terhapus
seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di
bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah
menciderai kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk
memberikan suatu fairrness information mengenai pertanggungjawaban
dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent

dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk
kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan
etika bisnis yang sehat.
Pada tanggal 25 Juni 2002, datang berita yang mengejutkan bahwa
perusahaan raksasa, WorldCom juga mengalami masalah keuangan.
Kemajuan dari kagagalan membuat dua pembuat undang-undang AS,
Michael Oxley dan Paul Sarbanes, menggabungkan usaha mereka dan
mengemukakan perundang-undangan perubahan tata kelola yang lebih
dikenal sebagai Sarbanes-Oxley Act of 2002 (SOX 2002).Skandal
keuangan yang terjadi dalam Enron dan Worldcom yang melibatkan KAP
yang termasuk dalam “the big five” mendapatkan respon dari Kongres
Amerika Serikat, salah satunya dengan diterbitkannya undang-undang
(Sarbanex-Oxley Act) yang diprakarsai oleh senator Paul Sarbanes
(Maryland) dan wakil rakyat Michael Oxley (Ohio) yang telah
ditandatangani oleh presiden George W. Bush.

Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan
jasa non-audit kepada perusahaan yang di-audit. Berikut ini adalah
sejumlah jasa non-audit yang dilarang:
• Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
• Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.
• Jasa appraisal dan valuation
• Opini fairness
• Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen
• Broker, dealer, dan penasihat investasi
Salah satu hal yang ditekankan pasca Skandal Enron atau pasca
Sarbanes Oxley Act ini adalah perlunya Etika Professi. Selama ini bukan
berarti etika professi tidak penting bahkan sejak awal professi akuntan
sudah memiliki dan terus menerus memperbaiki Kode Etik Professinya
baik
di
USA
maupun
di
Indonesia.

Analisis ke III: Dari kasus tersebut ditemui adanya kecurangan yang
dilakukan oleh Enron yaitu adanya pemanipulasian laporan keuangan. KAP
Andersen juga terlibat dalam kasus tersebut karena adanya campur
tangan dalam penghancuran dokumen yang berkaitan dengan
kebangkrutan Enron. Dalam kasus tersebut juga terdapat pelanggaran
terhadap prinsip etika profesi akuntasi. Seharusnya sebagai seorang
akuntan, harus menjalankan prinsip etika profesi akuntansi. Untuk
mencegah terjadinya kasus seperti ini diperlukan pula penerapan etika
dalam bermasyarakat. Walaupun semakin banyak aturan yang
dikeluarkan oleh Standard Setting Body sepertiFASB (Financial Accounting
Standard Board) atau Regulator pemerintah seperti SEC (Security Exhange
Commission) namun kecurangan selalu dapat ditutupi dan dicari celah
sehingga sampai pada puncaknya dimana kecurangan itu terungkap dan
menyebabkan kerugian semua pihak terutama investor dan berakibat
pada hilangnya kepercayaan masyarakat kepada professi akuntan dan
sistem pasar modal.